Academia.eduAcademia.edu

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GALERI SENI RUPA DI YOGYAKARTA

Galeri Seni Rupa Di Yogyakarta BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GALERI SENI RUPA DI YOGYAKARTA Konsep Dasar Galeri Seni Rupa Yogyakarta ini dirancang dengan pengolahan ruang bersama dalam ruang dan luar ruang, sehingga tercipta interaksi sosial dan kenyamanan semua pelaku. Untuk menjadikan galeri sebagai image kota, diterapkan prinsip-prinsip rancangan arsitektur tradisional Yogyakarta yang menerapkan prinsip-prinsip dari kultural dan historikal dalam bentuk konsep sumbu imaginer, konsep pendapa, dan bentuk atap. A. Konsep Site 1. Konsep pencapaian site Untuk pencapaian ke site, aktifitas keluar masuk pada satu tempat yaitu melalui bagian timur site dan keluar melaui bagian barat. Ini bertujuan untuk kemudahan pengaturan dan keamanan. U Gambar 6.1.Konsep pencapaian site Sumber: Penulis, 2009 127 Galeri Seni Rupa Di Yogyakarta 2. Untuk kebisingan, ruang utama yaitu ruang pamer ditempatkan pada zona tenang. Hal ini karena saat menikmati hasil karya seni dibutuhan ketenangan yang baik. sedangkan untuk ruang servis dapat ditempatkan di zona publik. Zona t idak t enang Zona t enang U Zona agak t enang Gambar 6.2.Konsep kebisingan Sumber: Penulis, 2009 3. Untuk peredaran matahari, bangunan pada Galeri Seni Rupa dapat dibuat tritisan atau pemberian vegetasi untuk menghalangi sinar matahari langsung. 4. View from site. Dapat memanfaatkan view langsung ke jalan utama 5. Untuk view to site pemberian barier berupa pohon dan pagar untuk menghalangi pandangan ke dalam site. View ke JL utama U pemberian barier berupa pohon Gambar 6.3.Konsep view Sumber: Penulis, 2009 1. Untuk drainasi dapat dimanfaatkan dengan menuju ke jalan utama, pemberian penghalang berupa pohon untuk membantu mengikat tanah dan mencegah erosi 2. Untuk Vegetasi dapat menambah pohon peneduh di dalam dan sekitar site. 128 Galeri Seni Rupa Di Yogyakarta B. Konsep Penererapan arsitektur traisional Yogyakarta 1. Konsep Historikal dan kultural Untuk identitas historikal yang di dapat dari arsitektur tradisional Yogyakarta uang berhubungan dengan candi dan kultural antara lain: • Simetris • Meruncing meruncing • Berundak simet ris berundak Gambar 6.4.Identitas historikal Sumber: Penulis, 2009 kepala pendopo gandok dalem badan dapur kaki Gambar 6.5.identitas kultural Sumber: Penulis, 2008 129 Galeri Seni Rupa Di Yogyakarta 2. Konsep Penerapan tata masa Kepala: sebagai ruang umum unt uk m enuju ke ruang ut ama. pendopo sentong Badan: sebagai ruang-ruang utama pada Galeri, misalnya ruang pamer dll. dalem sumur gandri Kaki: sebagai ruang-ruang pendukung r dapur pekiw an dari galeri. Gambar 6.6. penerapan tata masa Sumber: Penulis, 2009 3. Konsep imaginer Untuk identitas imaginer yang di dapat dari analisis antara lain: U ut ara Orientasi bangunan menghadap ke U selat an arah ut ara Gambar 6.7.Konsep sumbu imajiner Sumber: Penulis, 2009 130 Galeri Seni Rupa Di Yogyakarta 4. Konsep ornamen Penggunaan ornamen pada bagian umpak kolom ut ama dengan mot if t erat ai merah dan pada bubungan at ap di pasang oranemn mahkot a. Gambar 6.8.Konsep Ornamen Sumber: Penulis, 2009 5. Konsep penataan Ruang utama (Ruang pamer) Konsep penataan Ruang utama (Ruang pamerpada ruang pamer ini mendasarkan pada hasil analisis terhadap teknik penyajian objek pamer dan teknik sirkulasi dan penyajian dalam ruang. Menghasilkan konsep penataan pada ruang pamer sebagai berikut 27° 150 cm 131 Galeri Seni Rupa Di Yogyakarta Terlihat ruang pameran 2D, dimana foto ditempel pada dinding bangunan Gambar 6.9.Konsep penyajian objek pamer Sumber: Penulis, 2009 6. Konsep penyajian objek pamer 30° 40° 150 cm Terlihat ruang pameran 3D, dimana materi pamer diletakan pada ketinggian tertentu Gambar 6.10.Konsep penyajian objek pamer 3D Sumber: Penulis, 2009 132 Galeri Seni Rupa Di Yogyakarta 7. Konsep warna Warna-warna yang digunakan pada konsep ruang dan bangunan merupakan warna-warna yang bersifat tenang dan memberikan tingkat konsentrasi dalam menikmati karya seni rupa dengan baik. Warna-warna tersebut adalah warna kunng, hijau, coklat, abu-abu, dan putih. Kuning Hijau cokelat Abu-abu Putih Gambar 6.11.Konsep penerapan warna Sumber: Penulis, 2009 8. Konsep Bukaan Untuk bukaan pada Galeri Seni rupa umumnya menggunakan : a. Untuk ruang yang memerlukan tingkat ketenangan yang tinggi : b ukaan dikurangi, yaitu ruang pamer (ruang-ruang utama) b. Untuk ruang yang kurang memerlukan tingkat ketenangan yang tinggi : bukaan dapat digunakan sesuai keperluan, yaitu ruang pengelola, perpustakaan, dan ruang pendukung lainnya. c. Untuk ruang yang tidak memerlukan tingkat ketenangan yang tinggi : bukaan dapat diperbanyak, yaitu lobby, hall. Bukaan dengan jendela pada ruang-ruang yang kurang memerlukan tingkat ketenangan yang tinggi Gambar 6.12.Konsep penerapan bukaan Sumber: Penulis, 2009 133 Galeri Seni Rupa Di Yogyakarta 9. Konsep tekstur Menggunakan tekstur kasar dan bahan dari batu Paras (aldas) dan pasangan batu alam yang memiliki tekstur kasar. Taktur yang kasar memberi kesan yang aktif, berani, tegas, dan bergejolak. Pada ruang utama (ruang pamer) cenderung menggunakan tektrur yang lembut kasar. Yang memberikan kesan tenang. Gambar 6.13.Konsep penerapan tekstur Sumber: Penulis, 2009 10. Konsep Pencahayaan Pencahayaan pada bangunan Galeri Seni Rupa mengunakan Pencahayaan buatan yaitu penggunaan lampu listrik dan Pencahayaan buatan digunakan pada malam hari di seluruh unit bangunantermasuk lampu taman, dan pencahayaan alami yaitu sinar matahari, dimanfaatkan untuk menerangi bangunan secara tidak langsung baik secara interior maupun eksterior. Penggunaan pencahayaan alami disetiap bangunan harus sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan, sehingga menjadi hemat dalam pemakaian listrik. Misalnya ruangan pameran atau galeri, pencahayaannyamenggunankan spot lamp. Spot lamp digunakan karena memilik penyinaraan satu titik sehingga sangat cocok untuk ruang pemeran. 134 Galeri Seni Rupa Di Yogyakarta Penggunaan spot ruang pamer 2D unt uk ment orot mat eri pamer Lampu TL atau RM dipasang pada plafon bangunan, sehingga sinar lampu bisa menerangi objek yang ada dibawahnya. Gambar 6.14.Konsep pencahayaan Sumber: Penulis, 2009 C. Konsep Sistem struktur dan Utilitas 1. Konsep Struktur Struktur utama yang digunakan adalah struktur dan konstruksi ruang baja. Dengan struktur dan konstruksi baja dapat di atur kolom – kolom yang mampu menopang daya angin pada massa dengan ketinggian paling tinggi 6 meter. Sedangkan substrukturnya menggunakan pondasi footplate, untuk menahan beban dari benda – benda berat pada massa Galeri, beban manusia yang akan masuk ke dalam bangunan, serta beban sendiri bangunan . 135 Galeri Seni Rupa Di Yogyakarta Gambar 6.15.Konsep sistem struktur Sumber: Penulis, 2009 2. Konsep Utilitas Utilitas bangunan Galeri Seni Rupa di Yogyakarta ini menggunakan konsep standar bangunan, dimana seperti dijelaskan pada bab 5. Sistem penghawaan menggunaan penghawaan alami dan buatan, penghawaan buatan adalah sebagai Exhaust Fan, AC Split, dan AC Central Untuk sistem tenaga listrik menggunankan Genset dan PLN. Tenaga listrik tersebut disalurkan keseluruh banguna. Untuk jaringan air bersih menggunakan PDAM dan Sumur, saluran air tersebut disalurkan ke water tower kemudian disalurkan ke dalam bangunan. Jaringan air kotor dari air hujan langsung disalurkan ke sumur peresapan. Sedangkan pembuangan kotoran wc disalurkan ke septictank kemuadian ke sumur peresapan. Sistem pemadam kebakaran menggunakan alat deteksi bahaya kebakaran ( smoke detector, flame detector, heat detector, panel kontrol, alarm, spingkler otomatis) dan alat pemadam ( spingkler system, Chemical extinguisher system, dan hydrant box) Untuk sistem transfortasi vertikal menggunakan ramp dan tangga manual untuk pengunjung. Sistem penangkal petir menggunakan yang standar. Sistem pencahayaan menggunakan cahaya alami dan buatan . 136 Galeri Seni Rupa Di Yogyakarta DAFTAR PUSTAKA • Ching, F.D.K., “Arsitektur : Bentuk, Ruang dan Susunannya”, PT. Erlangga, Jakarta, 1991. • “ARSITEKTUR TRADISIONAL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA”, Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. • Arsitektur Daerah Istimewah Yogyakarta; Drs. H.J. Wibowo • Analisis Daerah Operasional Semester II Th 99, Kanwil Departemen Pariwisata Seni dan Budaya Prop. DIY • Depdikbud. 1998. Arsitektur Tradisional DIY. Jakarta : CV. Pialamas Permai • Oktavianus Turip, Museum Seni Rupa Di Yogyakrta, hal 29, TA 99 5780 • Astrid S Susanto, Komunikasi Dalam teori Dan Praktek, jilid 1, Binacipta bandung, 1977 • Mardiatmadja, B.S., Tantangan Dunia Pendidikan, Kanisius, Yogyakarta, 1986 • Suriasumantri, Ilmu Dalam Perspektif, yayasan Obor Indonesia, jakarta • Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi II, Balai Pustaka, Hal 829 • Egan, David, dkk, Architectural Lighting, McGraw-Hill, New York, 2002 • Edward, T. White, “Buku Sumber Konsep”, Intermatra, Jakarta • Mangunwijaya, Y.B.,Wastu Citra. PT. Gramedia Pustaka Utama.122 -124 • Neufert, Ernst, “Data Arsitek”, Edisi 2, Jilid 1, PT. Erlangga, Jakarta, 1989. • Neufert, Ernst, “Data Arsitek”, Edisi 33, Jilid 2, PT. Erlangga, Jakarta, 2002. • Panero, J dan Martin Zelnik, Dimensi Manusia dan Ruang Interior, Erlangga,Jakarta • Suseno, M.F. 1984. Etika Jawa Sebuah Analisa Falsafi tentang Kebijaksanaan Hidup Orang Jawa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. • Tjahjono, Gunawan. 1989. Cosmos, Center and Duality in Javanese Architectural Tradition. Berkeley : University of California, Disertasi • Time-Saver Standart for Landscape Architecture. New York : Mc Craw-Hill, Inc. xvii Galeri Seni Rupa Di Yogyakarta Website : • http://id.wikipedia.org/, 27 Agustus 2008 • [email protected] 27 Agustus 2008 • http://www.trulyjogja.com • www.elearning.gunadarma.ac.id • http://puslit.petra.ac.id/journals/architecture, 10 Maret 2009 • www.google earth, 2009 • www.google.co.id, 2009 • http://Magister Seni Rupa Angkatan-1991.mht xviii