Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
Jurnal Biomedika dan Kesehatan, 2021
LATAR BELAKANGSalah satu penyebab kematian bayi baru lahir adalah kadar gula darah rendah (hipoglikemia) karena dapat menyebabkan kerusakan pada berbagai organ seperti otak. Neonatus dengan berat badan lahir (BBL) ≥3800g atau <2500 g sering mengalami hipoglikemia. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan hubungan antara berat badan lahir dengan hipoglikemia pada bayi baru lahir. METODEPenelitian menggunakan desain cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh kelahiran di RSAL dr. Mintohardjo periode Januari-Juli 2019 sebanyak 71 bayi. Sampel dipilih secara consecutive non-random sampling. Data kadar gula darah dan berat badan lahir bayi diambil dari rekam medis. Hubungan kedua variabel diuji dengan uji Chi-square dengan tingkat kemaknaan p<0.005. HASILPenelitian menunjukkan sebanyak 16 bayi (22.5%) memiliki BBL rendah, 41 bayi (57.7%) memiliki BBL normal dan 14 bayi (19.7%) memiliki BBL lebih. Pada penelitian ini bayi yang mengalami hipoglikemia sebanyak 32 ...
Hipoglikemia lebih sering terjadi pada bayi baru lahir dibandingkan anak yang lebih besar. Kadar glukosa darah yang normal terjadi karena adanya keseimbangan antara penyediaan glukosa dalam darah dengan pemakaiannya oleh tubuh. Bila terjadi gangguan pada keseimbangan ini, maka dapat terjadi hipoglikemia atau sebaliknya hiperglikemia. Hipoglikemia merupakan keadaan yang berbahaya karena glukosa merupakan kebutuhan pokok otak. Secara klinis hipoglikemia dibedakan menjadi simtomatik (dengan gejala) dan asimtomatik (tanpa gejala). Risiko kerusakan otak lebih tinggi pada hipoglikemia simptomatik daripada hipoglikemia asimptomatik. HOMEOSTASIS GLUKOSA Kadar glukosa darah bergantung pada berbagai macam proses dinamik, yang pada prinsipnya merupakan keseimbangan antara asupan dan utilisasi glukosa darah oleh tubuh. Kadar glukosa darah = glukosa yang masuk dalam darah – glukosa yang keluar dari darah Masukan gula bergantung pada asupan gula dari makanan, persediaan glikogen, efisiensi mobilisasi glikogen, dan proses glukoneogenesis. Keluaran bergantung pada simpanan gula (diatur oleh insulin) atau metabolism energy. Untuk mendapatkan kadar gula darah yang stabil diperlukan keseimbangan antara masukan dan keluaran. Masukan dan keluaran normal glukosa pada anak yaitu: – Bayi premature sebesar 5-6 mg/kg/menit – Bayi aterm sebesar 3-5 mg/kg/menit, dan – Anak sebesar 2-3 mg/kg/menit DEFINISI Hipoglikemia adalah kadar glukosa plasma yang kurang dari 44 mg/dL pada bayi atau anak anak, dengan atau tanpa gejala. Untuk neonatus aterm berusia kurang dari 72 jam dipakai batas kadar glukosa plasma 35 mg/dL. Sedangkan untuk neonatus premature dan KMK (Kecil Masa Kehamilan) yang berusia kurang dari 1 minggu disebut mengalami hipoglikemia bila kadar glukosa plasma kurang dari 25 mg/dL. (catatan: kadar glukosa plasma kurang lebih 15% lebih tinggi dari kadar glukosa darah. Darah kapiler dan arteri menunjukkan kadar gula sekitar 10% lebih tinggi daripada kadar dalam plasma) PRINSIP DASAR Kadar glukosa darah pada keadaan puasa merupakan hasil dari proses glukoneogenesis dan glikogenolisis oleh system endokrin normal. Hormone pertumbuhan (growth hormone – GH), kortisol, glucagon, dan epinephrine yang disebut counter – regulatory hormone mempuunyai sifat meningkatkan glukosa darah, sedangkan insulin menurukan gula darah. Sembilan puluh persen glukosa digunakan oleh SSP (organ lain yang mutlak membutuhkan glukosa adalah sel darah merah, adrenal, dan medulla ginjal) Terdapat beberapa adaptasi terhadap kehidupan di luar uterus dan homeostasis glukosa. Dalam keadaan normal kadar glukosa darah bayi lebih rendah daripada anak. Kadar glukosa darah janin sebesar 70% kadar glukosa darah ibu. Pada waktu bayi lahir masukan glukosa dari ibu berhenti secara mendadak sehingga homeostasis pasca lahir dipertahankan dengan peningkatan glucagon 3-5 kali lipat, kadar insulin menurun dan tidak segera meningkat setelah makan, peningkatan katekolamin, peningkatan GH,
Distemper merupakan penyakit pada anjing yang disebabkan oleh virus yang dinamakan Canine Distemper Virus. Parvo merupakan penyakit pada anjing yang disebabkan oleh virus yang dinamakan Canine Parvovirus atau Parvoviral Enteritis. Parainfluenza . Tujuan parktikum ini adalah untuk mengetahui teknik penanganan, diagnose dan terapi dari masing-masing ketiga penyakit tersebut. Diperoleh data untuk pasien pertama yaitu anjing yang bernama Lovely berumur 7 bulan, jenis kelamin betina, warna rambut hitam dan dalam keadaan yang sehat. Temperatur 38,3 o C, frekuensi nafas 52x/menit, denyut jantung 144x/menit, dan hasil pemeriksaan klinis berupa pemeriksaan refleks pupil, mukosa mulut, dan CRT menunjukkan tanda normal. Sedangkan data yang diperoleh untuk pasien kedua yaitu kucing yang bernama Budi berumur 2 tahun, jenis kelamin jantan, warna rambut hitam, putih dan dalam keadaan yang sehat. Temperatur 38 o C, frekuensi nafas 29x/menit, denyut jantung 115x/menit, dan hasil pemeriksaan klinis berupa pemeriksaan refleks pupil, mukosa mulut, dan CRT menunjukkan tanda normal. Pemeriksaan fisik yang dilakukan terdiri dari inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi, dan membaui. Diagnosa masing-masing penyakit dapat ditegakkan melalui anamnesa, gejala klini, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan laboratorium. Pencegahan dan pengobatan yang dilakukan disesuaikan dengan jenis penyakitnya.
Jurnal Kedokteran Meditek
Penyakit hemolitik pada bayi baru lahir adalah sindrom anemia hemolitik dan ikterus yang terjadi akibat destruksi eritrosit yang sudah dilapisi oleh antibodi. Patofisiologi pada penyakit ini adalah karena adanya proses imun yang dimulai saat terjadi sensitisasi pada kehamilan pertama saat darah janin yang memasuki sirkulasi ibu. Adanya ketidakcocokan golongan darah atau rhesus tersebut memicu proses imun ibu membentuk antibodi sehingga menyebabkan penghancuran eritrosit bayi. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya ketidakcocokan golongan darah ABO, rhesus, atau golongan darah lainnya. Perbedaan golongan darah antara ibu dan bayi terjadi saat ada faktor golongan darah janin yang diwariskan dari ayahnya tidak dimiliki oleh ibu. Gejala yang timbul antara lain hiperbilirubinemia, anemia, hepatosplenomegali, dan lainnya. Pemeriksaan laboratorium yang berfungsi sebagai pemeriksaan penyaring adalah: Uji Rossete, uji Kleihauer-Betke (KB), flowsitometri dan tes antiglobulin indirek. Pemeriksaa...
Hyperbilirubinemia is an increase of the blood bilirubin level due to physiological or non-physiologic factors, which is clinically characterized by jaundice. Bilirubin is produced in the reticuloendothelial system as the end product of heme catabolism through an oxidation-reduction reaction. Due to its hydrophobic nature, unconjugated bilirubin is carried in the plasma, tightly bound to albumin. In the liver, bilirubin is transported into hepatocytes, bound to ligandin. After being excreted to the small intestine through the bile ducts, bilirubin undergoes a reduction to become colorless tetrapyrole due to the action of intestinal microbes.This unconjugated bilirubin can be reabsorbed into the circulation; therefore, it increases total plasma bilirubin. The treatments of hyperbilirubinemia in neonati are phototherapy, intravenous immunoglobulin (IVIG), replacement transfusion, temporary breastfeeding cessation, and medical therapy Abstrak: Hiperbilirubinemia ialah terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam darah, baik oleh faktor fisiologik maupun non-fisiologik, yang secara klinis ditandai dengan ikterus. Bilirubin diproduksi dalam sistem retikuloendotelial sebagai produk akhir dari katabolisme heme dan terbentuk melalui reaksi oksidasi reduksi. Karena sifat hidrofobiknya, bilirubin tak terkonjugasi diangkut dalam plasma, terikat erat pada albumin. Ketika mencapai hati, bilirubin diangkut ke dalam hepatosit, terikat dengan ligandin. Setelah diekskresikan ke dalam usus melalui empedu, bilirubin direduksi menjadi tetrapirol tak berwarna oleh mikroba di usus besar. Bilirubin tak terkonjugasi ini dapat diserap kembali ke dalam sirkulasi, sehingga meningkatkan bilirubin plasma total. Pengobatan pada kasus hiperbilirubinemia dapat berupa fototerapi, intravena immunoglobulin (IVIG), transfusi pengganti, penghentian ASI sementara, dan terapi medikamentosa. Kata kunci: hiperbilirubinemia, bilirubin, biliverdin, siklus enterohepatik.
Biomedical Journal of Indonesia: Jurnal Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, 2019
Pengkajian pertama yang dilakukan pada bayi saat lahir yaitu dengan menggunakan nilai Apgar melalui pemeriksaan fisik singkat. Nilai Apgar yang menurun dapat menyebabkan asfiksia pada neonatus. Keadaan asfiksia dapat menyebabkan ketidakseimbangan suhu tubuh dan terjadi hipotermia yang mengakibatkan berkurangnya aliran oksigen ke jaringan dan neonatus akan mengalami hipoglikemia. RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang sebagai rumah sakit pendidikan dan rujukan nasional belum memiliki data mengenai hubungan asfiksia dan hipoglikemia ini. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui lebih jauh mengenai hubungan derajat asfiksia dan kejadian hipoglikemia pada neonatus di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan menggunakan rancangan potong lintang (cross-sectional study). Sampel penelitian adalah seluruh rekam medik pasien neonatus di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang dari Januari 2015 sampai Desember 2015. Analisis pada penelitian ini...
1 WIWIK NURHASANAH : 135.13.009 2 FUJI ASTUTI : 135.13.047 3 AQIDATUL AISYAH : 135.13.056 4 KIKI MELINDA SARI : 135.13.018 5 ELY SEPTA KURNIA : 135.13.058 6 MIFTAHUR ROHMA : 135.13.038 DOSEN PEMBIMBING : RATNA DEWI,AM.Keb,.SST,.M.Kes AKADEMI KEBIDANAN PONDOK PESANTREN ASSANADIYAH PALEMBANG TAHUN 2014 -2015 1 KATA PENGANTAR Assalamualaikum, Wr. Wb Puji syukur Alhamdulillah saya panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu yang berisikan tentang "Perkembangan dan Persiapan Neonatus" kami harapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua. Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Ratna Dewi,AM.Keb.,SST.,M.Kess erta teman-teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moral maupun materil, sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Kami akan sangat berterima kasih dan menerima dengan senang hati masukan-masukan, kritik serta saran dari semua pihak yang bersifat membangun, selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin. Wassalamualaikum Wr.Wb Palembang, 5 April 2015 Penyusun DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat serta hidayah-Nya kami sebagai tim penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah yang kami telah kami buat adalah untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah serta menjalankan amanat dari dosen pembimbing mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah yang berada di lingkungan Program Studi D4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jakarta 3.