2 Anak Dirantai di Tabanan: Kakaknya Teriak Tolong, Sang Adik Menangis

2 Anak Dirantai di Tabanan: Kakaknya Teriak Tolong, Sang Adik Menangis

Chairul Amri Simabur - detikBali
Selasa, 25 Okt 2022 08:53 WIB
Rumah tempat anak dirantai ibu kandungnya di Banjar Pasekan Belodan, Desa Dajan Peken, Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan, Bali.
Rumah tempat anak dirantai ibu kandungnya di Banjar Pasekan Belodan, Desa Dajan Peken, Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan, Bali. Foto: Istimewa
Tabanan -

Sunardi Wahyu Putra (60), warga Banjar Pasekan Belodan, Desa Dajan Peken, Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan, Bali, mengaku syok dan gemetar saat mengetahui ada dua anak kecil yang dirantai pada Sabtu (22/10/2022) malam. Ia menyebut, sang kakak yang berusia 6 tahun teriak minta tolong, sedangkan adiknya berusia 3 tahun menangis.

"Saya gemetar. Sulit saya ceritakan," tutur Sunardi, yang menjadi salah satu saksi dalam kasus kekerasan kepada dua anak yang dilakukan ibu kandungnya, Dita Widyastuti.

Malam itu, ia berencana hadir ke acara Maulid Nabi di Masjid Nurul Huda, sekitar pukul 19.30 Wita. Kebetulan ia tinggal persis di depan rumah yang menjadi lokasi kedua anak tersebut dirantai.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sabtu itu, saya sekeluarga mau undangan. Mau hadiri acara Maulid. Tapi habis Maghrib saya nggak ada kepingin keluar. Saya nggak enak badan. Tapi istri saya bilang, nggak enak jadi panitia tapi tidak hadir," tuturnya.

Akhirnya ia memutuskan ke lokasi acara Maulid Nabi. Sewaktu keluar dari gerbang rumahnya, ternyata lampu rumah tempat kedua anak itu dirantai tiba-tiba padam.

ADVERTISEMENT

"Setelah itu (anak) yang gedean teriak tolong-tolong, yang kecilan nangis," ujarnya.

Awalnya ia ragu masuk ke dalam rumah itu. Namun, setelah berkonsultasi dengan tetangga di sebelah rumahnya, Nyoman Sarna, ia akhirnya memberanikan diri loncat melalui pagar. Karena setahunya pagar rumah dalam keadaan terkunci.

Dengan berbekal senter pada ponsel, ia memeriksa kondisi dalam rumah tersebut. Dalam keadaan remang-remang karena cahaya hanya bersumber dari senter ponsel, ia mendapati anak yang berusia enam tahun dalam keadaan terikat rantai pada leher dan tangannya.

"Pak de. Kata anak yang gedean. Saya tanya adikmu mana. Dia jawab, itu adik di dalam. Dalam hati saya, kenapa anak kecil-kecil ini," ujarnya.

Ia pun lompat lagi keluar rumah untuk berkonsultasi dengan Nyoman Sarna. Setelah rembug, ia disarankan Sarna untuk melapor ke Kepala Wilayah Banjar Pasekan Belodan. Sarna tidak bisa mengantarkan karena ia mesti ke Denpasar, karena hari itu bertepatan dengan Saraswati.

"Saya tanya Pak Man (Sarna). Gini saja, benar atau salah, pokoknya lapor ke kepala wilayah. Kebetulan kepala wilayah mewakili pak kepala desa (perbekel) di acara Maulid," tuturnya.

Baru setelah melapor dan diteruskan ke Bhabinkamtibmas Desa Dajan Peken, mereka bersama-sama datang ke rumah tempat kedua anak itu dirantai. Saat itu, kondisi rumah masih gelap karena sumber korsleting yang mengakibatkan padamnya listrik belum diketahui.

"Penyebab korsleting dicari-cari dan ditemukan. Ternyata saklar blower kena tetesan air. Waktu itu belum dilepas rantainya. Saya tunggu petugas dan lampunya nyala," ujar Sunardi.

Saat lampu menyala, barulah polisi bersama warga berusaha melepas rantai yang terikat pada tubuh kedua anak tersebut. Itu pun setelah ada seorang warga datang membawakan gunting besi untuk memotong gembok.

"Saya sudah nggak berani ke dalam (melihat). Saya sudah gemetaran. Syok," ujarnya.

Simak Video 'Ibu Kandung dan Pacarnya Jadi Tersangka Kasus Perantai Anak di Tabanan':

[Gambas:Video 20detik]



(irb/hsa)