Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Mengenal Wali Songo Sunan Ampel: Asal-usul hingga Keistimewaan Dakwahnya di Jawa

Kinan   |   HaiBunda

Minggu, 09 Oct 2022 12:54 WIB

Ilustrasi masjid
Wali Songo Sunan Ampel/ Foto: iStockphoto

Sunan Ampel atau dikenal juga dengan nama aslinya Raden Rahmat merupakan salah satu Wali Songo yang menyebarkan agama Islam, tepatnya di Jepara hingga Tuban. Seperti apa kisah hidupnya?

Dikutip dari buku Wali Sanga yang ditulis oleh Masykur Arif, M.Hum, Sunan Ampel lahir pada tahun 1401 Masehi. Ayahnya bernama Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik) dan ibunya bernama Dewi Candrawulan (Ratna Dyah Siti Asmara).

'Sunan' merupakan gelar kewaliannya, sementara 'Ampel' adalah julukan yang dinisbatkan kepada tempat tinggalnya, yaitu suatu daerah di dekat Surabaya.

Dalam berdakwah dan menyebarkan agama Islam, Sunan Ampel memiliki metode, sarana dan usaha-usaha tertentu yang istimewa. 

Asal-usul kehidupan Sunan Ampel

Sunan Ampel lahir di Campa, yang menurut sebagian ahli sejarah merupakan satu negeri kecil di Kamboja. Tetapi beberapa ahli sejarah lain menuturkan bahwa Campa terletak di Aceh, yang kini bernama Jeumpa.

Jika dilihat dari silsilah ayahnya, maka Raden Rahmat termasuk keturunan Nabi Muhammad SAW. Memiliki beberapa versi silsilah keluarga, walau ada perbedaan nama dalam urutan, tetapi semuanya sampai kepada Nabi Muhammad SAW.

Upaya Sunan Ampel dalam berdakwah

Sunan Ampel terkenal sebagai orang yang ramah. Keramahannya ini pun menjadi metode tersendiri dalam menyebarkan agama Islam. Sebab tak sedikit orang tertarik masuk Islam karena sikap beliau yang ramah.

Selain itu, Sunan Ampel juga mampu beradaptasi dengan cepat pada masyarakat setempat. Ia diketahui berusaha belajar bahasa Jawa, walaupun dalam pengucapannya sering bercampur dengan cara pengucapan Bahasa Arab.

Yang unik, tak jarang Sunan Ampel juga memberikan cenderamata. Tepatnya ketika Sunan Ampel melakukan perjalanan dari Kerajaan Majapahit ke Ampeldenta, dakwah yang dilakukan sambil memberi cendermata pada penduduk.

Cenderamata yang diberikan berupa kipas yang terbuat dari anyaman akar pepohonan dan rotan. Kipas ini sangat berguna bagi masyarakat, karena mengandung obat untuk menyembuhkan penyakit tertentu.

Sepekan menjelang Lebaran, peziarah mulai tampak ramai di Makam Sunan Ampel. Mereka merupakan warga Surabaya dan daerah sekitar.Ziarah di Makam Sunan Ampel/ Foto: Esti Widiyana/detikcom

Manfaat ini didapat jika akar-akar yang sudah dianyam menjadi kipas tersebut dicelupkan ke dalam air, lalu airnya diminum. 

Lalu adakah syaratnya untuk mendapatkan cenderamata kipas ini? Penduduk yang ingin mendapatkan kipas ini cukup membaca syahadat.

Secara tak langsung, metode dakwah ini menjaring penduduk untuk masuk Islam. Sekaligus pula membangun rasa persaudaraan yang kuat lewat pemberian cenderamata.

Intip informasi lengkap lainnya tentang Raden Rahmat atau Sunan Ampel di halaman selanjutnya.

Bunda, yuk download aplikasi digital Allo Bank di sini. Dapatkan diskon 10 persen dan cashback 5 persen.

Simak juga cara mengajari toleransi pada anak sejak dini seperti dalam video di bawah ini:

[Gambas:Video Haibunda]



SEJARAH SUNAN AMPEL PIMPIN WALI SONGO

Ilustrasi masjid

Wali Songo Sunan Ampel/ Foto: iStockphoto

Sunan Ampel sebagai pemimpin Wali Sanga

Dalam silsilah Wali Songo selalu diadakan pergantian pemimpin, yang lazimnya dilakukan setelah pemimpin sebelumnya meninggal dunia. Raden Rahmat diangkat menjadi pemimpin Wali Sanga setelah Syekh Maulana Malik Ibrahim meninggal dunia.

Dengan demikian, Sunan Ampel pernah menjadi sesepuh alias yang dituakan oleh para wali lainnya. 

Anggota Wali Sanga yang dipimpin Sunan Ampel termasuk Sunan Giri, Sunan Kota atau Raden Patah, Sunan Bonang, Sunan Muria dan Sunan Gunung Jati.

Falsafah 'Moh Limo' yang dikenal hingga kini

Salah satu cara dakwah Sunan Ampel yang masih dikenal hingga kini adalah melalui falsafah Moh Limo, yang artinya tidak melakukan lima hal tercela.

Dikutip dari buku Sejarah Wali Songo, berikut ulasannya:

  • Moh Main (tidak mau berjudi) 
  • Moh Ngombe (tidak mau mabuk) 
  • Moh Maling (tidak mau mencuri) 
  • Moh Madat (tidak mau mengisap candu/narkotika) 
  • Moh Madon (tidak mau berzina)

Dalam ajarannya, kelima ajaran tersebut pun menjadi dasar dalam berperilaku baik. 

Sunan Ampel meninggal diperkirakan pada tahun 1467 Masehi dan dimakamkan di barat Masjid Ampel Surabaya. Sejak tahun 1972, Kawasan Masjid Agung Sunan Ampel telah ditetapkan menjadi tempat wisata religi oleh Pemerintah Kota Surabaya.

Bahkan sampai saat ini kawasan tersebut masih ramai didatangi oleh para peziarah. Nah, demikian ulasan tentang asal-usul kehidupan Sunan Ampel alias Raden Rahmat. Yuk ajak Si Kecil meniru sikap ramah dan penyayang yang dimilikinya!


(rap/rap)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda