This document summarizes a study that examined the antifertility effects of som jawa (Talinum paniculatum Gaertn.) root extract on male mice. The study involved treating mice with different doses of the root extract for 34 days. At the end, the mice were sacrificed and their testes and epididymis removed. The testes were analyzed histologically and the sperm from the epididymis were assessed for quality. The results showed that the root extract inhibited spermatogenesis in the testes by decreasing sperm cell counts and reduced sperm quality by increasing abnormal sperm and decreasing motility and velocity. Therefore, the study concluded the root extract has antifertility effects on male mice.
This document summarizes a study that examined the antifertility effects of som jawa (Talinum paniculatum Gaertn.) root extract on male mice. The study involved treating mice with different doses of the root extract for 34 days. At the end, the mice were sacrificed and their testes and epididymis removed. The testes were analyzed histologically and the sperm from the epididymis were assessed for quality. The results showed that the root extract inhibited spermatogenesis in the testes by decreasing sperm cell counts and reduced sperm quality by increasing abnormal sperm and decreasing motility and velocity. Therefore, the study concluded the root extract has antifertility effects on male mice.
This document summarizes a study that examined the antifertility effects of som jawa (Talinum paniculatum Gaertn.) root extract on male mice. The study involved treating mice with different doses of the root extract for 34 days. At the end, the mice were sacrificed and their testes and epididymis removed. The testes were analyzed histologically and the sperm from the epididymis were assessed for quality. The results showed that the root extract inhibited spermatogenesis in the testes by decreasing sperm cell counts and reduced sperm quality by increasing abnormal sperm and decreasing motility and velocity. Therefore, the study concluded the root extract has antifertility effects on male mice.
This document summarizes a study that examined the antifertility effects of som jawa (Talinum paniculatum Gaertn.) root extract on male mice. The study involved treating mice with different doses of the root extract for 34 days. At the end, the mice were sacrificed and their testes and epididymis removed. The testes were analyzed histologically and the sperm from the epididymis were assessed for quality. The results showed that the root extract inhibited spermatogenesis in the testes by decreasing sperm cell counts and reduced sperm quality by increasing abnormal sperm and decreasing motility and velocity. Therefore, the study concluded the root extract has antifertility effects on male mice.
(Talinum paniculatum Gaertn.) PADA MENCIT (Mus musculus L.) JANTAN
Tetri widiyanil ANTIFERTILITY EFFECTS OF SOM JA WA (I'alinum paniculatum Gaertn.) ROOT EXTRACT ON MALE MICE (Mus musculus L.) Abstract. Talinum paniculatum Gaertn commonly is used as aphrc disiac herb. Phytosterol, saponin, flavonoid and tannin of the herb have a certain bioactivity and may affect to the body system. The objective of this research was to examine the antifertility effects of som jawa (Talinum paniculatum Gaertn.) root extract (SJRE) on male mice (Mus musculus L.). Twenty male mice were divided into 4 groups randomly with 5 replications. SJRE was dissolved in aquadest and given orally everyday for 34 days. The treatment dosages were 0 (control), 100, 200, and 300 mg/kg BWI At 35'h day mice were sacr6ced and sectioned to remove testes and epididymis spermatozoas. Testes were sectioned using paraffin method and stained using Haematoxyllin-Eosin. Spermatogenic cells in each seminiferous tubule were counted to investigated spermatogenesis activity of testes. Epididymis sperm suspension was used to investigate sperm quality i.e: morphology, velocity and motility. Quantitatives data were analized using ANOVA and continued DMRT on 5% signiJicance level. The result showed SJRE had antjfertility effects on male mice (Mus musculus L.) could inhibit spermatogenesis (decrease the spermatogenic cells count) and decrease the sperm quality (increase percentage o f abnormal sperm, decrease sperm motility and also decrease sperm velocity). Key words: Talinum paniculatum Gaertn., spermatogenesis, spermatozoa, Mus musculus L. PENDAHULUAN Jauh sebelum obat-obat sintetik dite- mukan, masyarakat telah mengenal dan memakai tanaman berkhasiat obat yang merupakan bagian dari penyelenggaraan pengobatan tradisional. Sampai sekarang penggunaan tanaman obat ini cukup ba- nyak dan mengalami perkembangan pesat sesuai dengall ltemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu obat yang banyak diminati orang dari masa ke masa adalah obat yang berkhasiat sebagai afrodisiak atau dalam bahasa sehari-hari disebut juga sebagai 'obat kuat'. Secara farmakologis afrodisiak dapat diartikan sebagai obat atau zat yang dapat merangsang dan meningkat- kan ltemampuan seksualitas seseorang (' I. Mengingat seksualitas merupakan salah sa- tu faktor yang penting dan cukup peka da- lam kehidupan berkeluarga, maka tak he- ran afrodisiak banyak diminati khususnya di kalangan pria. Hal ini disebabkan karena sebagian besar pria beranggapan berku- rangnya kemampuan seksual adalah masa- lah yang sangat menakutkan. Sebagian besar obat afrodisiaka menggunakan bahan dasar tanaman. Salah satu tanaman yang banyak digunakan ada- lah tanaman ginseng (Panax ginseng) yang berasal dari Korea. Di Indonesia tanaman Talinum paniculatum Gaertn. banyak dipa- kai sebagai pengganti ginseng Korea kare- na harganya relatif lebih murah, mudah di- peroleh dan mudah dibudidayakan. Oleh karena itu di Jawa, T paniculatum Gaertn. ' Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta Bul. Penel. Kesehatan, Vol. 34, No. 3, 2006:119 - 128 disebut dengan ginseng jawa, som jawa atau kolisom jawa (2). Bagian dari tanaman som jawa yang dipercaya khasiatnya sebagai afrodisiak adalah bagian akarnya. Secara umum, kan- dungan kimia dari akar tanaman T. panicu- latum Gaertn. ini antara lain adalah sapo- nin, flavonoid dan tanin (3). Suatu peneli- tian melaporkan bahwa secara fannako- logis akar tanaman ini juga mengandung senyawa-senyawa kimia yang bersifat an- drogenik (4). Salah satu senyawa androgen- nik yang berhasil diidentifikasi dari akar tanaman ginseng Jawa adalah stigmast 5- en-3-01 atau disebut juga senyawa Ij-sitos- terol yang termasuk dalam golongan senyawa sterol tumbuhan (fitosterol) ( 5) . Senyawa sterol merupakan turunan dari se- nyawa steroid. Menurut beberapa penelitian, peng- gunaan steroid secara berlebihan dapat menimbulkan efek samping yang kurang menguntungkan seperti resiko infertilitas, penyusutan testikuler, pembengkakan pros- tat, oligospennia, kelainan hepar, pening- katan kadar kolesterol bahkan mungkin a- kan menurunkan libido (6). Namun menurut beberapa penelitian, senyawa 13-sitosterol mempunyai efek antikanker (718). Kandungan kimia dari tanaman T. paniculatum Gaertn. yang lain seperti saponin, flavonoid dan tanin juga mempu- nyai aktivitas biologis yang dapat mempe- ngaruhi sistem tubuh. Saponin dapat meng- hambat pertumbuhan sel kanker, mengikat kolesterol dan bersifat antibiotik ('). Flavo- noid mempunyai fungsi sebagi antibakteri, antiinflamasi, antialergi, antitutagenik, an- tivirus, antineoplastik, antitrombosis, anti- oksidan, dan aktivitas vasodilatasi (I0). Ta- nin mempunyai aktivitas biologis sebagai pengkhelat ion logam, agen penggumpal protein dan antioksidan ("). Walaupun kandungan tanaman som jawa mempunyai berbagai aktivitas biolo- gis, tujuan penelitian ini dibatasi pada pe- ngukuran pengaruh pemberian ekstrak akar som jawa terhadap spermatogenesis deng- an kajian sitogenesis pada tubulus semini- ferus testis mencit (Mus musculus L.) dan kualitas spermatozoa mencit yang menga- cu pada gangguan pematangan spermato- zoa dalam saluran epididimis, yang meli- puti morfologi, kecepatan gerak dan moti- litas spermatozoa. BAHAN DAN METODE Bahan Bahan yang digunakan dalam peneli- tian ini adalah mencit (M. musculus L.) jantan berumur 8 minggu berjumlah 20 be- serta pakan dan air minumnya, diperoleh dari Unit Pengembangan Hewan Percoba- an (UPHP) Universitas Gadjah Mada Yog- yakarta. Akar tanaman som Jawa (T. Pani- culatum Gaertn.), diperoleh dari Perusa- haan Jamu Sapta Sari Yogyakarta. Bahan kimia yang digunakan adalah etanol 80 % untuk ekstraksi; kloroform untuk narkose hewan uji; fiksatif Bouin, alkohol absolut, alkohol 96%, akuades, garam fisiologis (NaC10,9%) bersuhu 37-40c, Mayev's al- bumin, pewarna Hematoxylin-Eosin (HE), toluol, parafin, xilol, dan Canada balsam untuk pembuatan sediaan awetan testis; serta garam fisiologis (NaCI 0,9%) bersuhu 37- 40' ~ dan pewarna Giemsa 3% untuk pembuatan suspensi spermatozoa. Alat Alat yang digunakan dalam peneliti- an ini adalah seperangkat alat untuk ekst- raksi yang berupa timbangan, tabung per- kolator, waterbath, dan kertas saring; un- tuk pembedahan hewan uji berupa dissec- ting kit; untuk pemberian perlakuan berupa disposible syringe ukuran 1,0 ml yang ujungnya dipasang kanul; dan timbangan Efek Ant~fertilitas Eltstrak.. ... . . . . . .... (Tetri Wi d~yani ) hewan; untuk pembuatan sediaan awetan testis berupa botol flakon, gelas ukur, ba- ker glass, oven parafin, ltotak blok, holder kayu, pemanas spritus, mikrotom putar de- ngan pisaunya, gelas benda, gelas penutup, hot plate dan staining j a r ; untuk pengama- tan ltualitas spenna ben~pa bilik hitung hemositometer Neubaeur, stop watch, hand cozrnter, cawan petri dan pipet tetes; untuk pengamatan dan doltumentasi mengguna- kan mikrosltop cahaya dan kamera foto- mikroskopi. Cara Kerja Sebelunl diberi perlakuan mencit di- altlimasikan dahulu selama 1 minggu. Sela~na altlimasi diberikan paltan dan air minum. Satu hari sebelum perlakuan men- cit dipuasaltan. Hewan uji dikelompoltltan menurut variasi dosis ekstrak. Hewan uji dibagi menjadi empat ltelompok berdasar variasi dosis. Tiap ltelompolt terdiri dari 5 ekor mencit sebagai ulangan. Untuk penentuan dosis perlakuan, dilakultan uji pendahuluan tcrhadap mcncit yang tidak digunaltan da- lam penelitian. Hasil dari uji pendahuluan tersebut adalah dosis aman ekstrak akar son1 jawa sebesar 100 mglltg BB. 2. Ekstraltsi Serbuk altar soin jawa yang telah di- keringltan diekstraksi dengan metode sox- l~letasi, yaitu pembuatan ekstrak dengan al- kohol. Mula-mula dilakukan maserasi de- ngan etanol 80% kemudian digojok dalam tabung perkolator lebih kurang selama 5 jam. Setelah itu didiamkan. Dua puluh em- pat jam kemudian dilakukan penyaringan sehingga didapat filtratnya. Filtrat hasil soxhletasi diuapkan untuk menarilt kembali alkoholnya dengan evaporator pada tekanan vacunl dengan su- hu 40- 50' ~ sehingga didapat ekstrak kental. Eltstrak kental dikeringkan dengan water bath, sehingga hasilnya adalah eks- trak yang kering. Ekstrak ltering tersebut ditimbang ltemudian dilarutkan dalam akuades sesuai dosis yang akan diberikan kepada hewan uji. 3. Perlakuan Perlaltuan yang diberikan pada he- wan uji dalam penelitian ini adalah pembe- rian ekstrak akar som jawa dengan dosis scbcsar: 0 (lionlrol), 100, 200, dali 300 111g ekstraklkg BBIhari yang dilarutltan dalam akuades 1 ml. Lama waktu perlaltuan adalah 34 ha- ri. Pemilihan lama waktu perlakuan berda- sarkan pada lama waktu yang dibutuhkan untuk spermatogenesis. Satu kali sperma- togenesis memakan waktu selama 333 hari atau dibulatkan menjadi 34 hari ( I 2 ) . Pada althir perlakuan mencit yang diuji diping- sankan dengan klorofonn dan segera dibe- dah untuk diambil organ testis dan saluran epididimisnya. 4. Pembuatan Sediaan, Pengamatan dan Pemotretan a. Spermatogenesis. Organ testis diambil, dibuat sediaan irisan dengan metode parafin dan pengeca- tan HE. Dari setiap testis dibuat 3 sektor, tiap sektor dipilih 10 irisan yang paling ba- ik. Masing-masing sediaan dipilih sepuluh penampang tubulus seminiferus secara acak. Dihitung jumlah sel-sel spermatoge- niknya tiap penampang tubulus, yang terdi- ri dari sel spermatogonium, sel spermatosit dan sel spermatid. Pengamatan dilakukan dengan pembesaran lensa 450x. b. Kualitas Spermatozoa. Spermatozoa diambil dari bagian cauda epididimis. Kemudian dibuat suspe- nsi sperma dengan 1 ml larutan garam fisi- ologis bersuhu 37-40' ~. Parameter yang Bul. Pcncl. Kcsclintan, Vol. 34, No. 3, 2006: 1 19 - 128 diamati nieliputi morfologi, Itecepatan ge- rak maju dan motilitas sperma. (1). Morfologi Sperma. Suspensi spertiia diteteskan pada gelas benda, dibuat sediaan dengan metode apus dan diwarnai dengan Giemsa 3%. Dari 100 sperma, dihi- tung persentase sperma yang mempunyai morfologi normal dengan menggunakan hand counter. (2). Kecepatan Gerak Maju Sper- ma. Suspensi sperina diteteskan pada bilik Iiitung hemositometrer Neubaeur. Kecepat- an gerak spemla diultur dengan menghi- tung beberapa walctu yang dibutuhltan un- tult nielintasi 2 sisi bujursa~iglcar kecil dari bililt hitung hemositometer. Satuan ltece- patan dinyataltan dalam satuaii pmldetilt. Sperma yang dihitung adalah yang mem- p~uliyai geralt progresif. (3). Motilitas Sperma. Suspensi sperma ditetesltan pada bililt hitung hemo- sitoineter Neubaeur. Dari 100 eltor spenna, dihituiig persentase sperina yang mempu- nyai inotilitas bailt (progresif) dengan menggunakan hand counter. Pemotretan dilaltultan dengan mengguiiakan ltamera fotoniiltrosltopi dengan perbesaran lensa 100x dan 400x. IJntult pernotretan ini dipi- lili sediaan yang representatif dari setiap organ dari setiap ltelompolc. Pada penga- matan ltualitas spemla, pelnotretan dilaltu- ltan segera setelah peinbuatannya. 5. Alialisis Data. Pada penelitian ini pengujian statistik yang dipaltai adalah analisis variansi (Ana- va) dengall ~ j i CRD (Conzpletely Rarz~lorni- sell Desigrz) pada taraf lcetelitian 5%. Para- meter yang dianalisis nleliputi jumlah sel spermatogonium, j u~nl ah sel spermatosit, jumlali sel spermatid, persentase morfologi ~iormal spermatozoa, ltecepatan geralt maju spel-liiatozoa dan persentase motilitas nor- lnal spermatozoa. Untult inengetahui liasil penclitian yang paling signifilcan atau un- tult mengetahui pengaruli pcrlakuan yang paling berbeda nyata, malta pengujian sta- tistik dilanjutkan dengan uji DMRT (Dun- can' s Multiple Range Test). HASIL DAN PEMBAHASAN Spermatogenesis Aktivitas spermatogenesis testis pada mencit yang diberi perlaltuan eltstralt akar som jawa (T. paniculatzlm Gaertn.) dengan variasi dosis yang berbeda jika dibanding- lean dengan ltelompolt Icontrol memperli- hatkan penurunan. Hal ini dapat diltetahui dengan menghitung jumlah anggota sel spennatoge~lik rata-rata dalam setiap tubu- lus seminiferus testis, yang merupaltan iii- dikator terganggunya spermatogenesis ( I 3 ) . Jumlah sel-sel spermatogenilt yang nienyusun tubulus seminiferus testis men- cit, setelah diberi ekstralt ginseng jawa de- ngan variasi dosis yang berbeda disajikan pada Tabel 1. Dari hasil pengamatan terli- hat bahwa perlakuan dengan berbagai vari- asi dosis eltstralt som jawa menunjukltan adanya lcecenderungan penurunan jumlah rata-rata sel spei~natogenilt dalam tiap pe- nampang tubulus seminiferus secara signi- filtan (p<0,05), bailt spemiatogonium, spermatosit inaupun spermatidnya. Peiiuru- nan jumlah rata-rata sel sperrnatogenilt da- lam tiap penampang tubulus seminiferus ltemungltinan disebabltaii ole11 senyawa-se- nyawa ltimia dari tanaman T. panicul~ltunz Gaertn. yang bersifat inenghambat prolife- rasi sel. Menurut suatu penelitian, senyawa saponin dapat digunakan sebagai antiltan- ker lcarena dapat lnenghambat proliferasi sel ' O' . Selain itu, senyawa p-sitosterol j u ~ a menipunyai efek sebagai antikanlter ltarena mempunyai ltemampuan menurunltan laju proliferasi sel (menghambat pertumbuhan sel) dan inenyebabkan apoptosis (kenlatian sel yang terprogram) (7*8). Spermatogenesis Efck Antifert~litas Eltstrak.. ... ... . . . . . . (Tetri Widiyani) mcrupaltan proses sitogenesis yang dalani salah satu tahapannya terdapat mekanisme proliferasi sel. Munglcin senyawa-senyawa ltimia yang bersifat antiproliferatif dalani eltstralc alcar som jawa menyebablcan penu- runan laju spermatogenesis dan juga me- nyebabkan terjadinya kematian sel sperma- togenilc, sehingga jumlah sel-sel spermato- geniltnya mengalami penurunan. Di samping itu, senyawa fi-sitosterol diduga menyebablcan gangguan pada sis- tern endolcrin yaitu pada hormon testoste- ron. IConsumsi senyawa fitosterol dalam junilah berlebih menyebabltan peningkatan lcadar testosteron plasma lcarena fitosterol dalam tubuh tersebut alcan diubah menjadi testosteron ( I 4) . Sedang p-sitosterol itu sen- diri (sebelum diubah lnenjadi testosteron) liiernpunyai strulctur ltimia yang mirip de- ngan hormon testosteron yaitu merupalcan senyawa hidrokarbon berinti silclopentano- perl~idrofena~itrcn ( I 5) . Suatu bahan dapat bekerja sebagai horrnon lcarena mengan- dung zat yang susunan niolelculllya mirip honnon (I6). Dengan demikian diduga P- sitosterol juga bersifat seperti testosteron. Testosteron nierupalcan holmon yang eseli- sial dalam spermatogenesis, naniun dalam lcadar yang tinggi di dalam tubuh justru mempunyai sifat umpan balik negatif. Diduga senyawa p-sitosterol yang terkandung dalam eltstralc akar som jawa juga menyebabkan kadar testosteron dalam tubuh hewan uji meningkat. Dengan ada- nya peningkatan kadar hormon tersebut maka timbul efek uinpan balik negatif ter- hadap hipotalamus dan hipofisis anterior. Jika terjadi efelc umpan balik negatif pada hipotalamus malta selcresi GnRH (Gonado- thropins Relensing Hormone) akan terhen- ti sehingga menghanibat sekresi gonado- tropin (LH dan FSH) ole11 hipofisis anteri- or ( 1771s) . LH (Luteinizing Hormone) ber- fungsi merangsang sel Leydig untulc nieng- hasilkan testosteron, sedang FSH (Follicle Stimulating IIornzone) berfungsi merang- sang spermatogenesis dan pembentukan protein pengiltat androgen1ABP (Androgen Bincling Protein) ole11 sel Sertoli. Apabila produlcsi FSH terhenti atau berlturang oleh lcarena efelt unipan balilc negatif tersebut, maka spermatogenesis n~enjadi terl~enti pula, dan akibatnya jumlah sel-sel spenlla- togenilc menjadi berlturang. Tabel 1. Rerata jumlali sel spermatogenik pada tiap penampang tubulus seminiferus testis mencit yang diberi perlakuan ekstrak akar som jawa (Tnlinum parziculatrrrri Gaertn.) Rerata jumlah sel spermatogenik 2 SD AT n Dosis elcstrak son1 I . " Jaws ("idkg BRIhari) Spermatogonium Spermatosit Spermatid Iceterangan : huruf yang sania di belaltang anglta dalam satu kolom menunjul<ltan tidal< ada beda nyata Bul. Penel. Kesehatan, Vol. 34, No. 3, 2006: 1 19 - 128 Tabel 2. Kualitas spermatozoa epididimis mencit yang diberi perlakuan ekstrak som jawa (Talinum paniculatum Gaertn.). Kualitas Spermatozoa + SD Dosis ekstrak No somjawa (mglkg Persentase Kecepatan gerak Persentase BBIhari) morfologi normal maju (Vrnldt) motilitas (%) progresif (%) - - - Keterangan : huruf yang sama di belakang angka dalam satu kolom menunjukkan tidak ada beda nyata Gambar 1. Struktur spermatozoa normal mencit yang diberi perlakuan ekstrak ging- seng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.) dosis 0 mglkg BBIhari (kontrol). Perbesaran : 400x, pewarnaan : Giemsa 3 %. Kualitas Spermatozoa spermatozoa. Semakin tinggi dosis ekstrak Kualitas Spermatozoa penting untuk akar som jawa yang diberikan pada hewan diamati karena merupakan indikator yang uji maka semakin menurun kualitas sper penting dalam menentukan tingkat fertili- matozoanya secara signifikan (p<0,05). tas individu jantan. Secara Umum hasil pe- ngamatan kualitas spermatozoa hewan uji dengan variasi dosis yang berbeda disaji- kan pada Tabel 2. Dari hasil pengamatan terlihat bahwa pemberian ekstrak som jawa dengan berbagai variasi dosis menunjuk- kan terjadinya penurunan kualitas sperma- tozoa epididimis, baik untuk persentase morfologi normal, kecepatan gerak maju maupun persentase motilitas progresif Morfologi spermatozoa merupakan salah satu parameter yang penting untuk menilai fertilitas individu jantan. Setiap sperma yang mempunyai morfologi abnor- mal tidak dapat membuahi ovum. Selama persentase abnormalitas morfologi sperma- tozoa belum mencapai 20%, maka individu itu masih bisa dianggap fertile ( I 9 ) , . Pada penelitian ini, ekstrak akar som jawa pada dosis 200 dan 300 mglkg BB menyebab- Efek Antifertilitas Ekstrak ................. (Tetri Widiyani) kan abnormalitas spermatozoa lebih dari 20%, dengan demikian pada dosis tersebut akar som jawa dapat menyebabkan inferti- litas. Abnormalitas sperma ini mungkin sebagai akibat gangguan proses spermato- genesis, yang tergolong sebagai abnormali- tas primer. Abnormalitas sperma dapat di- klasifikasikan menjadi dua yaitu abnorma- litas primer yang terjadi karena kelainan- kelainan spermatogenesis di dalam tubuli seminiferi dan abnormalitas sekunder yang terjadi setelah spermatozoa meninggalkan tubuli seminiferi dan selama perjalanannya melalui epididimis (20). Beberapa bentuk abnormalitas primer antara lain macroce- phalic atau kepala terlalu besar yang ke- mungkinan disebabkan karena mengan- dung kromosom diploid, microcephalic atau kepala terlalu kecil, kepala melebar (bulat), kepala ganda, bagian tengah meli- pat, ekor melingkar, putus atau terbelah. Bentuk-bentuk abnormalitas primer terse- but juga terjadi dalam penelitian ini dan disajikan pada Gambar l , 2, 3, dan 4. Seperti yang telah dikemukakan di muka, diduga kandungan kimia dari ekstrak akar gingseng jawa yang bersifat antiproliferatif (saponin dan B-sitosterol) mengganggu proses sper- matogenesis. Kecepatan gerak maju dan motilitas spermatozoa berkaitan erat dengan kondisi morfologi spermatozoa. Apabila morfologi spermatozoa mengalami kelainan (abnor- mal), maka gerakan spermatozoa menjadi terganggu. Spermatozoa normal mempu- nyai gerakan yang progresif yaitu gerakan yang aktif maju ke depan. Sedangkan mo- tilitas sperma yang abnormal meliputi ge- rak di tempat, gerak berputar dan gerak mundur. Motilitas sperma memegang pera- nan penting dalam fertilisasi (20). Persenta- se motilitas spermatozoa di bawah 40% menunjukan nilai semen yang kurang baik dan berhubungan dengan infertilitas ( I 9 ) . Dalam penelitian ini, ekstrak gingseng jawa yang diberikan menyebabkan penurunan persentase spermatozoa yang motilitasnya normal tetapi penurunan tersebut belum menyebabkan gangguan infertilitas karena persentase spermatozoa yang motilitasnya normal masih di atas 50% (Tabel 2). Gambar 2. Struktur spermatozoa berkepala kecil (microcephalic) (A), spermatozoa berkepala bulat (B) dan spermatozoa dengan ekor melingkar dari mencit yang diberi perlakuan ekstrak gingseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.) dosis 100 mglkg BBIhari. Perbesaran : 400x, pewarnaan : Giemsa 3%. Bul. Penel. Kesehatan, Vol. 34, No. 3, 2006:119 - 128 A B Gambar 3. Struktur spermatozoa berkepala besar (rnacrocephalic) (A) dan spermatozoa berke- pala ganda (B) dari mencit yang diberi perlakuan ekstrak gingseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.) dosis 200 mgkg BBIhari. Perbesaran : 400x, pewarnaan : Giemsa 3 % . A B Gambar 4. Struktur spermatozoa dengan leher melipat (A) dan spermatozoa dengan ekor ter- putus (B) dari mencit yang diberi perlakuan ekstrak gingseng jawa (Talinum pani- culaturn Gaertn.) dosis 300 mglkg BBJhari. Perbesaran : 400x, pewarnaan : Giemsa 3%. Bagian penting untuk gerakan sper- akan digunakan bagi gerakan spermatozoa matozoa adalah leher. Di bagian leher ini ( 22) . terdapat mitokondria yang merupakan sumber energi sperma yaitu sebagai peng- hasil ATP (13,21). Gerakan spermatozoa me- libatkan molekul dinein, yaitu suatu mak- romolekul protein yarig terdapat pada bagi- an aksonema ekor sperma. Molekul dinein tersebut memiliki aktivitas ATP-ase. Oleh ATP-ase, ATP akan dihidrolisis menjadi ADP dan fosfat. Energi yang dihasilkan dari hidrolisis ATP inilah yang kemudian Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak akan som jawa dapat menyebabkan gangguan motilitas sperma- tozoa. Hal ini diduga karena sistem enzim yang terlibat dalam mekanisme pembebas- an energi (ATP-ase) bagi motilitas sperma mengalami gangguan. Gangguan itu mung- kin disebabkan oleh adanya senyawa tanin yang terkandung dalam ekstrak som jawa. Tanin mempunyai aktivitas biologis antara Efek Antifertilitas Ekstrak. . . . . . . . . . . ...( Tctri Widiyani) lain dapat rnenggumpalkan protein "" Di- duga protein enzinl ( ATP-ase/dinein) me- ngalami kerusakan ole11 adanya senyawa tanin tersebut seliingga mekanisnle pembe- basan eriergi bayi niotilitas spermatozoa a- kan terganggu Beberapa kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak akar som jawa (7irrlirlrrnl j ~mri c~~l t rrr~n~ (;crt.~.t~r.) pada dosis 100, 200 dan 300 mg/kg BB secara sigtiitikan dapat menyganggu spermatogeiiesis mencit (A41l.s mn.scr~lr~.s I,.), yang ditandai dengan penu- runan juinlah sel-sel spermatogenik (sper- matogonium, spermatosit dan spermatid) dalani tiap penampang tubuli~s seminiferus dan dapat menutu~ikan kualitas sperrnato- zoa epididimis mencit (Lb!l~.\- nrll.\z~rlln.s I,.), vang ditandai dengan penurunan persenta- se morfoloyi normal, penurunan kecepatan yerak nla-jir dan penurunan persentase mo- tilitas progresif spermatozoa. Dengan demikian ekstrak akar som jawa (7hlirrrm1 ~~cr ~?i cr ~l n/ t ~m (;crcv*l~r.) pada dosis 1 00, 200 dan 300 mg/kg BR secara signifikan mem- punyai efek antifertilitas pada mencit (h111.s t??~t.~c*~t/~t.s I.. ) iantan. DAFTAR RlJJlIKAN 1 W~lrn;ln;~ PF Fakt;] dan nlltos bcbcrapa afrodl- slnh \l~c.tl~Xtr ./r~r.trtrl hc)tk)hro-trtr rklt~ I.clrtrrao 1080. VI (5) 2x4 - 2x0 2 Hc! nc K Tu~nbulutn bcrguna lndoncs~a 11 Ja- h;~rta B;~d;ln L,rtbaug Dcpa~lclncn Kchutanan. I 087 ; S!a~nsuh~da!;~l SS. Hulapea JR In\ ent ar~s ta- n;ltnall obat Indollcs~a ( 1 ) Jaharta Badan Lit- bang Kcschatan Dcp:lrtc~ncn R I . 100 1 5 \Vlno\tldagdo S Dilr~sc h1. Sulaernan Beta \ltostcrol d a r ~ ;~h;lr krokot Bcl;lnd;l (7crlrn~i1?r /r.~c~~rgr{lm.c> W~l l d) asal kabupatcn Wild0 Sula- u c s ~ Sel;tral~ Rlsalall Sl ruposl r~~l ~ Pc~t cl ~t ~an T,luatnan Obat VI1 Ulurig Pa~t di l ~~g Jurusan Far1n;lsi FMl PA Uni\crsitas Hasanuddin: 1993. Wilson CO. Gis\old 0. Ki ~ni a far~nasi d;ln mc- disinal organik Bilgian 11 (Tcstbook of Orgiln~c Medicinal and Pharmaceutical). Ditcrjemallkan oleh A.M. Fatal]. Scmarnng: lKlP Sernar2lng Press: 1982. Anad .4B. Do\\n! AC. Flnk CS l nh~b~t l on of grottth and s t ~~nul at ~on of apoptosls b! beta- sltostcrol trcatrnent of MDA-MB-23 I huma~i brcast cnnccr cclls 111 cl ~l t i ~r c I l l / .J \ l o/ \/cvl 2000. $5) 54 1-545 Anad AB. F~rlk CS Ph!tostcrol as ant~canccr dlctan coinponcnls c\ tdcncc and nlcchan~snl of act1011 ./oi ~i ./~trl of \ ~i!rrfroir 2000.130 2 127 - 2130 Caroll S. Caroll K Saponln research ~uforination hllp I/\\\\ \\ Illcha\ ens com/\\ater NECVIsapon~n html. 200 1 Miller AL. Alltioridant flat,onoids: structure. ftlnction and clinical osnge. http:/I\\u\t .thornc, con~ialr~~~cdrc~~if~~lItc.~~ifl;~~~o~ioids 1 -2.11tmI: 1990. Hagcr~nan. A.E. Tanill chemistn. http://~\\\ I\ . nscrs. rnuoI~io.cdu/hoger~~~~~c/ti~~~~~i~~. pdf: 2002. Turner CD. Bagnara JT. Erldokrinologi ilmmn. Dilerje~n;lhkan oleh Harsojo. Surabay:~: Air- langga Uni\crsit!. Press: 1088. Yat i ~n W. Embriologi u n t ~ ~ k rnaliasis\va biologi dan kcdoktcran. Bandung: Pencrbit Tarsito: 1984. Nlernnlcn P. Mustonen A L~ndstrom-Scppa P. Karkka~nen V. Ib\.lussalo-Rauha~rlaa H. Kukko- nen JVK Ph! tostcrols affect endocr~nolog? and n~clabolisnl of the ficld \ole ( \ l t cr o/ r ~\ trgrc.str \ ) E\perlinent;~l Biolog! and hl cd~c~nr : 2003. 228 188-197 Harbonc JB Mctodc fitoklm~a penuntun cara nlodcrn ntcnga11:1l1s1s tnntb\~han (ph! tochcn~l- cal nletltods) D~tcrjcmahkan olch Kosas~ll Padma\\ lnata dan I\\ ang Soedlro Barldung Pencrblt ITB. 1987 Sut;rsuna L 4 E\ alicls~ bah;ln ant~fcrtrl~tils ;)la- 1111 ~ncl al u~ pcngullan organ-organ reproduksr Kumpulan Makalah Setnncir Hasll Penel~tlan Pangan dan GI/I l l ~nu Ha!atl dan Bioteknolog~ PAU Yog!aknt-to PAli UGM. 1988 Hul . Pcncl. Kcsellatan, Vol. 34, No. 3, 2000: 1 19 - 128 17 Brook C'GD M;lrsh;lll NJ Ecsc~lc~;rl tndocrl- rlolog\ 7" ' ' C ~ I ~ I O I I C)\ford Blncl\ncll Sc~e~l cc Ltd. I900 IS. McLachlan Rl. hlalc hor111011al co~~traception: A safc. 'c.acccptable and rcl crsible choice. Long- acting tcstostcro~ic/progcsti~~ combin;~tions silo\\ great pro~iiisc :IS contrr~ccpti~ es. Tlic Medical Joornal of .Austr:lli:r 2000:171: 2%- 7 55 - - I I . Sagi M. Erilbriologi pcrbandingan pada Lcrtcbrata. \i'og!akarta: Fakultas Biolog~ Uni\.crsitr~s Gadjali Mada: 1994. 32. L.cliningcr AL. Dasnr-dasnr biokin~ia Jilid 2 (Principles of biochc~uistr! ). Dilerjcn~al~kal~ ol cl ~ M. Thcnai\.id.j;!ia. Jakarla: Pcllcrblt ErI:~t~gg:i: I99 I