Pengaruh Keanekaragaman Mesofauna Dan Makrofauna Tanah Terhadap Dekomposisi Bahan Organik Tanaman Di Bawah Tegakan Sengon (Paraserianthes Falcataria)
Pengaruh Keanekaragaman Mesofauna Dan Makrofauna Tanah Terhadap Dekomposisi Bahan Organik Tanaman Di Bawah Tegakan Sengon (Paraserianthes Falcataria)
Pengaruh Keanekaragaman Mesofauna Dan Makrofauna Tanah Terhadap Dekomposisi Bahan Organik Tanaman Di Bawah Tegakan Sengon (Paraserianthes Falcataria)
ABSTRACT
Alamat korespondensi:
Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126
Tel. & Fax.: +62-271-663375.
e-mail: [email protected]
The purposes of the research were to know the influences of crop organic
matters to diversity of soil mesofauna and macrofauna under
paraserianthes stand (Paraserianthes falcataria), rate of organic matters
decomposition, as well as the relationship between the rate of organic
matters decomposition and diversity of soil mesofauna and macrofauna.
The framework of thinking of this research was the crop organic matters
which were given to the soil would influence the soil mesofauna and
macrofauna diversities. The presence of soil fauna would help the
decomposition process of organic matters which fertilize the soil. This
research was established under paraseanthes stand, with 7 treatments of
crop organic matters, i.e. cardamom, pineapple, cocoyam, cardamompineapple, cardamom-cocoyam, pineapple-cocoyam, cardamom-pineapplecocoyam, and the treatment without crop organic matters (control). The
sampling of mesofauna data used soil extraction Barlesse-Tulgreen
method, meanwhile the macrofauna data were obtained from HandSorting method and Fill-Trapp method. The sampling of decomposition
rate data used Pudjihartas method (1995). The data which have been
obtained were analyzed by using Analysis of Variance (ANAVA) and
continued with DMRT test. The Correlation test was done to find out the
relationship between the rate of decomposition of crop organic matters and
the soil mesofauna and macrofauna diversities. It can be concluded that the
applying of crop organic matters influenced the soil mesofauna and
macrofauna diversities. The highest coefficient value index of soil
mesofauna diversity was 1.36 by using cardamom-cocoyam organic matters.
The highest coefficient value index of the soil macrofauna diversity was
1.11 by using pineapple organic matters. The highest coefficient value index
of macrofauna diversity on the surface of the soil was 1.27 by using
pineapple organic matters. The crop organic matters of cardamom-cocoyam
has the highest coefficient value decomposition rate, was 0.45. The crop
organic matters of pineapple has the lowest coefficient value
decomposition rate, was 0.15. The relation between the decomposition rate
of crop organic matters and the soil mesofauna diversity index, the
macrofauna in the soil, and macrofauna on the surface of the soil show the
negative correlation, with the correlation coefficient value, were -0.01; -0.30;
-0.001.
Keywords: mesofauna, macrofauna, decomposition, diversity.
PENDAHULUAN
Kebutuhan pangan dunia selalu meningkat
sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk.
Sementara itu hasil pertanian jumlahnya tidak
sebanding dengan kebutuhan penduduk, karena
semakin sempitnya tanah pertanian dan
produktivitas yang rendah. Tanah pertanian
yang
keberadaannya
terbatas,
seringkali
digunakan
secara
terus-menerus
tanpa
memperhatikan pemeliharaanya, dan tidak
memberi kesempatan pada tanah untuk
memperbaharui diri secara alami, atau
dipulihkan kembali kesuburanya sehingga dapat
menurunkan tingkat kesuburan tanah.
Menurut Sutedjo dan Kartasapoetro (1992),
usaha memperbaiki tanah secara alami dapat
dilakukan dengan mengistirahatkan tanah untuk
beberapa waktu, tidak diolah, dan dibiarkan
tertutup oleh rumput-rumputan. Pengolahan
tanah yang keliru dan pengelolaan tanaman
yang kurang baik, dapat menyebabkan
menurunnya kesuburan dan produktivitas tanah
sehingga
tanah
menjadi
rusak.
Untuk
mengurangi dan mengantisipasi terjadinya
kerusakan tanah, diperlukan langkah yang tepat,
aman sekaligus tidak mengeluarkan banyak
biaya, misalnya dengan pemberian bahan
organik tanaman pada tanah. Pemberian bahan
organik tanaman pada tanah dapat memperbaiki
sifat fisika, kimia, dan biologi tanah.
Adanya
bahan
organik
tanaman
dimungkinkan dapat meningkatkan aktivitas
fauna tanah, karena bahan organik digunakan
sebagai sumber energi dan sumber makanan
untuk kelangsungan hidupnya (Foth, 1994).
Fauna tanah merupakan salah satu komponen
biologi tanah yang memainkan peran penting
dalam proses penggemburan tanah.
Peran aktif mesofauna dan makrofauna tanah
dalam menguraikan bahan organik dapat
mempertahankan
dan
mengembalikan
produktivitas tanah dengan didukung faktor
lingkungan disekitarnya (Thamrin dan Hanafi,
1992). Brussaard (1998) menjelaskan bahwa
keberadaan dan aktivitas mesofauna dan
makrofauna tanah dapat meningkatkan aerasi,
infiltrasi
air,
agregasi
tanah,
serta
mendistribusikan bahan organik tanah sehingga
diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan
keanekaragaman mesofauna dan makrofauna
tanah.
Keanekaragaman mesofauna dan makrofauna
tanah berkaitan erat dengan bahan organik
21
22
ukuran luas tiap plot (1x3) m2 dan jarak antar
plot 30 cm.
Alat-alat yang digunakan selama masa
penelitian disiapkan. Bahan organik tanaman
yang digunakan adalah tanaman kapulaga,
nanas dan kimpul. Bahan dipotong-potong
dengan
ukuran
10
cm,
kemudian
dikombinasikan sesuai dengan komposisi yang
sudah ditentukan dan siap untuk didistribusikan
pada plot percobaan.
Tahap pelaksanaan
Keanekaragaman Mesofauna dan Makrofauna
Tanah
Bahan-bahan yang sudah disiapkan masingmasing plot sebanyak 12 Kg, kemudian
disebarkan pada plot sesuai dengan denah
(Gambar 2) sampai merata pada seluruh
permukaan plot.
Uji Laju Dekomposisi Bahan Organik Tanaman
Uji laju dekomposisi bahan organik tanaman
ini mengacu pada metode dari Pudjiharta (1995),
sebagai berikut: Bahan organik tanaman
dikeringkan, kemudian dimasukkan dalam
kantong (polybag) masing-masing 10 g. Kantong
ditanam di dalam tanah dengan kedalaman 20
cm dari permukaan tanah selama 2 minggu
untuk tiap pengamatan (Gambar 2).
Teknik Pengumpulan Data
Keanekaragaman Mesofauna Tanah
Mesofauna tanah dikoleksi dengan metode
Ekstraksi tanah Corong Barlese-Tullgren: Sampel
tanah diambil dari kedalaman 0-20 cm. Sampel
tanah dimasukkan dalam saringan, kemudian
dimasukkan dalam corong yang ujung
bawahnya dipasang botol koleksi yang berisi
alkohol 70% 4 cm dari dasar botol. Corong
diletakkan di atas papan ekstraktor yang
berlubang-lubang dan bagian atas corong
ditutup dengan corong penutup yang bagian
dalamnya dipasang lampu listrik 10 watt. Sampel
tanah diekstraksi selama 2 hari. Mesofauna yang
turun pada botol koleksi kemudian diidentifikasi
di laboratorium (Suin, 1997).
Keanekaragaman Makrofauna Tanah
Untuk
mengoleksi
makrofauna
tanah
dilakukan dengan 2 metode, yaitu metode sortirtangan untuk mengoleksi hewan yang hidup di
dalam tanah dan metoda perangkap-jebak untuk
mengoleksi hewan di permukaan tanah.
Metode
Sortir-Tangan:
Titik
sampling
ditentukan secara acak pada plot dengan ukuran
Px = Kerapatan jenis X
x 100%
Jumlah kerapatan semua jenis
Kerapatan jenis X = Jumlah individu jenis X
Luas area (m2)
Px = Kerapatan relatif jenis x
ID = Indeks Keanekaragaman (Indeks Diversitas)
Laju Dekomposisi Bahan Organik Tanaman
Pengambilan data untuk pengukuran laju
dekomposisi bahan organik tanaman dilakukan
dengan cara sebagai berikut: Kantong bahan
organik tanaman (yang ditanam) diambil,
kemudian bahan organik dibersihkan dengan
hati-hati, dikeringkan (dengan oven selama 3
hari) dan ditimbang. Setiap hasil penimbangan
dicatat, untuk memperoleh laju dekomposisi
dapat dihitung dengan membagi berat bahan
organik pada setiap penimbangan dengan berat
awalnya, kemudian disetarakan dengan bilangan
logaritma alami ( e ), atau dapat dirumuskan:
Wt = Wi e-KT
Wt: berat kering bahan organik tanaman
setelah periode waktu tertentu (gram)
Wi: berat kering bahan organik mula-mula
(gram)
E:
K:
T:
Analisis Data
Uji ANAVA (Analisis Varian) untuk
menganalisis data percobaan Keanekaragaman
mesofauna, makrofauna, dan laju dekomposisi
bahan organik tanaman, dilanjutkan uji DMRT
(Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5%.
Uji korelasi untuk mengetahui hubungan antara
laju dekomposisi dengan Keanekaragaman
mesofauna dan makrofauna tanah. Uji ANAVA,
DMRT, dan korelasi dilakukan dengan program
SPSS.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keanekaragaman Fauna Tanah
Dari hasil pengamatan terhadap plot
perlakuan bahan organik tanaman maupun plot
kontrol (tanpa perlakuan bahan organik
tanaman), mesofauna dan makrofauna tanah
yang ditemukan
berasal dari phylum
Arthropoda, Annelida, dan mollusca, yang
terdiri dari 8 classis (Insecta, Arachnida,
Chilopoda,
Dipolopoda,
Malacostraca,
Symphilla, Chaetopoda, dan Gastropoda), 22
ordo (Collembola, Coleoptera, Hymenoptera,
Diptera, Orthoptera, Blattaria, Zoroptera,
Hemiptera, Lepidoptera, Isoptera, Psocoptera,
Homoptera, Acarina, Araneae, Opiliones,
Geophilomorpha, Lithobiomorpha, Polydesmida,
Isopoda,
Symphilla,
Oligochaeta,
dan
Megastropoda)
dengan
jumlah
individu
sebanyak 5.664.
Keanekaragaman Mesofauna Tanah
Dari hasil pengamatan pada plot percobaan
terhadap mesofauna tanah, diperoleh sebanyak
71 spesies, yang termasuk dalam 45 familia, 10
ordo, dan 5 classis (Insecta, Arachnida,
Chilopoda, Chaetopoda, dan Symphilla).
Dari hasil Uji ANAVA diketahui, bahwa
perlakuan dengan pemberian bahan organik
tanaman terhadap jumlah individu, jumlah jenis
dan indeks keanekaragaman mesofauna tanah
ternyata tidak mempunyai pengaruh yang nyata.
Hal tersebut karena bahan organik terkonsentrasi
di lapisan atas tanah, dan semakin masuk ke
dalam tanah, jumlahnya semakin berkurang
sehingga keberadaan mesofauna tanah semakin
masuk ke dalam tanah juga semakin sedikit.
23
Menurut
Poerwowidodo
(1992),
tempat
penimbunan bahan organik cenderung terbatas
di
lapisan
tanah
permukaan
sehingga
menjadikan di lapisan ini mempunyai kegiatan
biologis paling produktif dan aktif yang
melibatkan fauna tanah.
Setelah dilakukan uji DMRT, ternyata
terdapat pengaruh yang nyata pada perlakuan
pemberian bahan organik tanaman, terhadap
jumlah jenis dan indeks keanekaragaman
mesofauna tanah. Hal itu terjadi, karena pada uji
DMRT semua perlakuan dibandingkan secara
serentak sehingga apabila terdapat perbedaan
antar perlakuan akan tampak. Pebedaan ini tidak
tampak pada uji ANAVA, karena tertutup oleh
pengaruh perlakuan lain. Dengan mengetahui
perbedaan itu, maka dapat diketahui perlakuan
mana yang memberikan pengaruh besar pada
jumlah individu, jumlah jenis, atau indeks
keanekaragaman mesofauna tanah.
Tabel 1. Nilai koefisien rata-rata jumlah individu,
jumlah
jenis,
dan
indeks
keanekaragaman
mesofauna tanah pada plot percobaan
Perlakuan
Jumlah
individu
Jumlah
jenis
Indeks
keanekaragaman
0,98 ab
0,88 ab
1,13 ab
0,86 ab
1,05 ab
1,39 b**
1,24 ab
0,73 a*
Kontrol
5,17a
3,17ab
a
Kapulaga
4,67
3,00 ab
Nanas
7,08 a
4,08 ab
3,17 ab
Kimpul
4,75 a
3,58 ab
Kapulaga-nanas
5,33 a
a**
4,83 b**
Kapulaga-kimpul
8,08
a
4,58 b
Nanas-kimpul
6,42
2,58 a*
Kapulaga-nanas4,33 a*
kimpul
Keterangan: huruf yang sama pada satu kolom
menunjukkan tidak beda nyata pada uji DMRT
dengan taraf signifikansi 5%; ** = menunjukkan nilai
koefisien tertinggi; * = menunjukkan nilai koefisien
terendah
24
mesofauna tanah sehingga hanya mesofauna
tertentu saja yang hadir pada plot tersebut,
sebaliknya pada kombinasi bahan organik
tanaman kapulaga-kimpul lebih disukai oleh
mesofauna tanah, sehingga lebih banyak
mesofauna yang hadir. Suin (1997) mengatakan
bahwa
bahan
organik
tanaman
sangat
menentukan kepadatan fauna tanah. Selain itu,
pada umumnya apabila bahan asalnya
merupakan campuran dari berbagai macam
bahan tanaman, maka proses peruraiannya
relatif lebih cepat daripada bahan-bahan yang
berasal dari tanaman-tanaman sejenis, sehingga
semakin beragam bahan organik yang diberikan
semakin cepat perurainnya, padahal semakin
lama proses peruraian bahan organik akan
mempertahankan fauna tanah untuk tetap
tinggal.
Keanekaragaman Makrofauna Tanah
Keanekaragaman Makrofauna dalam Tanah
Dari hasil pengamatan pada plot percobaan
diperoleh jumlah 29 jenis makrofauna dalam
tanah, yang termasuk dalam 20 familia, 13 ordo,
dan 7 classis (Insecta, Chaetopoda, Malacostraca,
Chilopoda,
Diplopoda,
Arachnida,
dan
Gastropoda). Jumlah individu yang paling
banyak ditemukan adalah phylum Annelida.
Hasil Uji ANAVA terhadap jumlah individu,
jumlah jenis, dan indeks keanekaragaman
makrofauna dalam tanah ternyata perlakuan
bahan organik tanaman yang diberikan pada plot
percobaan memberikan pengaruh yang nyata
terhadap
jumlah
jenis
dan
indeks
keanekaragaman makrofauna dalam tanah tetapi
memberikan pengaruh yang tidak nyata pada
jumlah individu makrofauna dalam tanah.
Setelah dilakukan uji DMRT, ternyata
pemberian bahan organik tanaman juga
berpengaruh nyata terhadap jumlah individu
makrofauna dalam tanah. Dari Tabel 2, dapat
dilihat nilai koefisien jumlah individu tertinggi
terdapat pada plot perlakuan bahan organik
tanaman kapulaga-kimpul, yaitu 50,75. Nilai
koefisien jumlah individu terendah terdapat
pada plot kontrol, yaitu 27,42. Hal tersebut
diduga berhubungan dengan tingkat kesukaan
makrofauna dalam tanah terhadap bahan
organik tanaman tersebut karena bahan organik
tanaman bagi makrofauna dalam tanah berfungsi
sebagai sumber energi (makanan). Makanan
adalah salah satu faktor yang sangat penting
dalam menentukan banyaknya fauna tanah dan
tempat ia hidup (Borror dkk, 1992).
Perlakuan
Jumlah
individu
Jumlah
jenis
Indeks
keanekaragaman
0,81 ab
0,85 ab
1,11 c**
0,66 a*
1,03 bc
0,83 ab
1,00 bc
0,78 ab
Kontrol
27,42a*
3,67a
Kapulaga
46,75b
4,75 bc
Nanas
36,67 ab
5,25 bc
ab
Kimpul
40,75
3,50 a*
5,67 c**
Kapulaga-nanas
40,92 ab
Kapulaga-kimpul
50,75 b**
4,83 bc
5,67 c**
Nanas-kimpul
43,83 ab
4,25 ab
Kapulaga-nanas32,75 ab
kimpul
Keterangan: huruf yang sama pada satu kolom
menunjukkan tidak beda nyata pada uji DMRT
dengan taraf signifikansi 5%; ** = menunjukkan nilai
koefisien tertinggi; * = menunjukkan nilai koefisien
terendah
Perlakuan
Jumlah
individu
Jumlah
jenis
Indeks
keanekaragaman
0,84 ab
1,05 ab
1,27 b**
0,82 a*
1,10 ab
1,12 ab
1,21 ab
0,98 ab
Kontrol
12,92 a*
3,75 a*
Kapulaga
17,00 a
4,58 ab
5,17 ab
Nanas
14,50 a
Kimpul
16,25 a
3,83 ab
a
4,08 ab
Kapulaga-nanas
15,00
Kapulaga-kimpul
16,50 a
5,83 b**
5,33 ab
Nanas-kimpul
20,08 a**
Kapulaga-nanas14,17 a
4,33 ab
kimpul
Keterangan: huruf yang sama pada satu kolom
menunjukkan tidak beda nyata pada uji DMRT
dengan taraf signifikansi 5%; ** = menunjukkan nilai
koefisien tertinggi; * = menunjukkan nilai koefisien
terendah
25
26
jenis karena bahan organik yang terdapat pada
kontrol hanya berasal dari tanaman sengon.
Dekomposisi Bahan Organik Tanaman
Dari hasil Uji ANAVA ternyata terdapat
pengaruh yang nyata antara perlakuan yang
diberikan terhadap laju dekomposisi. Pemberian
bahan organik
tanaman cenderung akan
meningkatkan laju dekomposisi, sehingga
dengan ketersediaan bahan organik tanaman ini
dapat mempertinggi kesuburan tanah.
Tabel 4. Nilai koefisien laju dekomposisi bahan
organik tanaman
Perlakuan
Nilai koefisien
Koefisien
korelasi
0,06
0,05
0,10
Kapulaga
0,31 b
Nanas
0,15 a*
Kimpul
0,41 c
Kapulaga-nanas
0,17 a
Kapulaga-kimpul
0,45 c**
Nanas-kimpul
0,29 b
Kapulaga-nanas-kimpul
0,26b
Keterangan: huruf yang sama pada satu kolom
menunjukkan tidak beda nyata pada uji DMRT
dengan taraf signifikansi 5%; ** = menunjukkan nilai
koefisien tertinggi; * = menunjukkan nilai koefisien
terendah
Jumlah
individu
Jumlah jenis
Indeks
keanekaragaman
Mesofauna
Makrofauna dalam tanah
Makrofauna permukaan
tanah
Mesofauna
Makrofauna dalam tanah
Makrofauna permukaan
tanah
Mesofauna
Makrofauna dalam tanah
Makrofauna permukaan
tanah
0,02
-0,15
0,17
-0,01
-0,30
-0,001
27