1361 2701 1 SM

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 9

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,

Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 767 - 776


Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

PENGARUH BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL TERHADAP STRES


KERJA PADA PERAWAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) RSUD
CIANJUR
Murni Kurnia Kasmarani
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
E-mail: [email protected]
ABSTRACT
Background: Nurse is a profession that risky from stress. Factors that become a
source of stress on nurses one is the workload. The workload consists of a
physical and mental workload
Method: This research is purposed to look at the influence between physical and
mental workload with work stress on nurses in installation of emergency room
of
Region General Hospital Cianjur. This type of research is explanatory
research
with cross-sectional design using Spearman Rank Correlation test and Pearson
Product Moment test as well as Simple Linear Regression. The samples taken
by purposive sampling
Result: Based on the research of the respondents characteristics, it is found
out
that 46,1% of nurses are 26-30 aged, 73,1% of nurses have work period less
than 6 years, 96,2% of nurses are D3 nursing graduates, 73,1% of nurses are
male. The Nurse with low physical demand are 96,2%, high mental demand are
70,1% and no evidence of possible work stress 70,1%
Conclusion: The result of statistical reveals that physical workload (p=0,322)
does not have correlation and mental workload (p=0,048) have an influence with
work stress on nurse in instalation of emergency room of Region General
Hospital Cianjur
Keyword: work stress, nurse, workload
ABSTRAK
Latar Belakang: Perawat merupakan profesi yang beresiko tinggi terhadap
stres. Faktor faktor yang menjadi sumber terjadinya stres pada perawat salah
satunya adalah beban kerja. Beban kerja terdiri dari beban kerja fisik dan mental
Metode: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara variabel
beban kerja fisik dan mental dengan stres kerja pada perawat di IGD RSUD
Cianjur. Jenis penelitian ini adalah penelitian explanatory research
dengan desain cross sectional dengan menggunakan uji korelasi Rank
Spearman dan Pearson Product Moment serta regresi linier sederhana. Sample
di ambil secara purposive sampling.
Hasil Penelitian: Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik responden diketahui
memiliki umur 25-29 tahun sebesar 46,2%, masa kerja <6 tahun 73,1%,
pendidikan D3 96,2%, jenis kelamin laki-laki 73,1%. Perawat dengan beban
kerja fisik ringan 96,2%, beban kerja mental tinggi 70,1% dan tidak mengalami
stres kerja 70,1%
Kesimpulan: Hasil analisis statistk menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
beban kerja fisik (p=0,322) dan ada pengaruh beban kerja mental (p=0,048)
terhadap stres kerja perawat di IGD RSUD Cianjur.
Kata Kunci: stres kerja, perawat, beban kerja

PENDAHULUAN
Perubahan pola kehidupan
masyarakat dengan aktifitas dan
mobilitas yang tinggi mengakibatkan
semakin
meningkatnya
kejadian
kegawatdaruratan, baik
karena
kondisi tubuh seperti penyakit infeksi,
penyakit jantung dan persalinan atau
karena bencana alam seperti letusan
gunung
berapi,
gempa bumi,
tsunami, angin puyuh, kekeringan,
banjir dan tanah longsor maupun
karena bencana akibat ulah manusia
seperti kecelakaan di jalan raya,
tabrakan kereta api, kebakaran,
crash
landing
pesawat
dan
1)

kecelakaan industri.
Di instalasi
gawat darurat setiap saat terdapat
kasus dengan berbagai tingkat
kegawatan yang harus segera
mendapat
pelayanan.
Perawat
sebagai tenaga kesehatan yang
selalu kontak pertama kali dengan
pasien harus selalu cepat, tepat, dan
cermat untuk mencegah kematian
dan kecacatan.
Stres adalah kondisi fisik
dan psikologis yang disebabkan
karena adaptasi seseorang pada
2)
lingkungannya.
Selain itu, stres
adalah
persiapan
yang tidak
disadari oleh seseorang untuk
menghindar
atau
menghadapi
3)
tuntutan-tuntutan
lingkungannya.
Stres akibat kerja didefinisikan
sebagai respon emosional dan fisik
yang bersifat mengganggu atau
merugikan yang terjadi pada saat
tuntutan tugas tidak sesuai dengan
kapabilitas, sumber daya, atau
stres. Faktor faktor yang menjadi
sumber terjadinya stres kerja di
pekerjaan dikelompokkan ke dalam
tujuh kategori, yaitu : faktor intrinsik

4)

keinginan pekerja. Seseorang dapat


di kategorikan mengalami stres kerja,
apabila stres yang dialami melibatkan
juga pihak organisasi perusahaan
tempat orang yang bersangkutan
5)
bekerja.
Stres kerja dapat berdampak
buruk pada kondisi kejiwaan apabila
tidak dilakukan penanggulangan.
Stres dapat menimbulkan bermacammacam dampak yang merugikan
mulai dari menurunnya kesehatan
sampai pada di deritanya suatu
penyakit. Tuntutan pekerjaan yang
tidak sesuai dengan kemampuan
atau
keterampilan
pekerja dan
aspirasi yang tidak tersalurkan serta
ketidakpuasan
kerja
dapat
merupakan penyebab
timbulnya
stres. Misalnya kerja shift malam
yang menyebabkan gangguan fisik
dan emosi. Selain kerja shift hal lain
yang
dapat menimbulkan
stres
adalah beban kerja dan lingkungan
kerja. Dampak buruk lain yang dapat
ditimbulkan jika seorang perawat
mengalami
stres
ialah
dapat
mengganggu interaksi sosialnya, baik
itu dengan rekan kerja, dokter
maupun pasien. Efektivitas kerja
dapat pulamenjadi terganggu, karena
pada umumnya apabila seseorang
mengalami stres, maka akan terjadi
gangguan baik itu pada psikologisnya
6)

maupun keadaan fisiologisnya.


Sumber
stres
yang
menyebabkan
seseorang
tidak
berfungsi optimal tidak saja datang
dari satu macam pembangkit stres
saja tetapi dari beberapa pembangkit
dalam pekerjaan, peran dalam
organisasi,
pengembangan
karier,
hubungan
dalam
pekerjaan, struktur dan
iklim
organisasi, tuntutan dari luar

organisasi atau pekerjaan dan ciri


7)
ciri individu.
Beban kerja merupakan
sesuatu yang muncul dari interaksi
antara tuntutan tugas tugas,
lingkungan kerja dimana digunakan
sebagai tempat kerja , keterampilan,
8)
perilaku dan persepsi dari pekerja.
Beban kerja fisik perawat meliputi
mengangkat pasien, memandikan
pasien, membantu pasien ke kamar
mandi,
mendorong
peralatan
kesehatan, merapikan tempat tidur
pasien, mendorong brankart pasien.
Sedangkan beban kerja mental yang
dialami perawat, diantaranya bekerja
shift atau bergiliran, mempersiapkan
rohani mental pasien dan keluarga
terutama
bagi
yang
akan
melaksanakan operasi atau dalam
keadaan kritis, bekerja dengan
keterampilan khusus dalam merawat
pasien
serta
harus
menjalin
9)
komunikasi dengan pasien. Beban
kerja yang berlebih pada perawat
dapat memicu timbulnya stres dan
burnout. Perawat yang mengalami
stres dan burnout memungkinkan
mereka
untuk
tidak
dapat
menampilkan performa secara efektif
dan efisien dikarenakan kemampuan
fisik dan kognitif mereka menjadi
10)
berkurang.
Menurut Cox yang mengutip
laporan studi yang dilakukan oleh
Dewe terhadap 1800 perawat 29

perbedaan tugas dan tanggung


jawab antara perawat PNS dan Non
PNS.
Instalasi Gawat
Darurat
adalah salah satu unit di rumah sakit
yang merupakan tempat pertama kali

rumah sakit di Selandia Baru,


mengidentifikasi lima sumber stres
kerja, yaitu : beban kerja, kesulitan
berhubungan dengan staf lain,
kesulitan menjadi perawat di unit
perawatan
kritis,
ketentuan
pengobatan pasien, dan kesulitan
menghadapi pasien yang tidak ada
11)
harapan. Selain itu, penelitian yang
telah dilakukan oleh Persatuan
Perawat Nasional Indonesia (PPNI)
dalam Prihatini menyatakan bahwa
50,9% perawat di empat provinsi di
Indonesia mengalami stres kerja
yang antara lain disebabkan oleh
9)
beban kerja yang tinggi. Stressor
kerja pada perawat sesuai urutannya
adalah beban kerja sebesar 82%,
pemberian upah yang tidak adil 58%,
kondisi kerja 52%, tidak diikutkan
dalam
pengambilan
keputusan
12)
45%.
Hasil penelitian lain yang
dilakukan
oleh
Diah
Pitaloka
menunjukkan adanya pengaruh yang
bermakna antara kondisi kerja dan
beban kerja terhadap stres kerja
perawat di ruang Rawat Inap RSU
13)
Kabanjahe.
Rumah Sakit Umum Daerah
Cianjur merupakan rumah sakit Kelas
B yang memberikan pelayanan
kesehatan
khususnya
bagi
masyarakat di Kabupaten Cianjur dan
menjadi rujukan dari puskesmas
puskesmas yang ada di wilayah
Kabupaten
Cianjur.
Fasilitas
pelayanan yang tersedia, yaitu
instalasi rawat inap, instalasi rawat
jalan, instalasi gawat darurat dan
fasilitas penunjang medis lainnya.
Rumah sakit ini mempekerjakan
sebanyak 327 orang perawat yang
terdiri dari perawat PNS dan Non
PNS. Namun, dalam hal ini tidak ada
dikunjungi
seorang
pasien
ketika dia ingin mendapatkan
pertolongan pertama. Instalasi
Gawat Darurat RSUD Cianjur
menyelenggarakan
pelayanan

medis pasien gawat darurat yaitu


pasien dengan ancaman kematian
dan perlu pertolongan
segera,
pasien
yang tidak ada ancaman
kematian tetapi perlu pertolongan
segera, dan pelayanan pasien tidak
gawat tidak darurat yang datang ke
IGD selama
24 jam terus menerus dengan
pembagian 3 shift kerja, yaitu pagi :
07.30-14.00, siang : 14.00-20.00 dan
malam : 20.00-07.30. Oleh karena
itu,
perawat
di IGD
harus
memberikan
pelayanan
gawat
darurat yang cepat, tepat, cermat dan
terjangkau
sesuai
kebutuhan
masyarakat dengan sumber daya
manusia yang terampil dan bermutu
dalam melakukan pelayanan gawat
darurat.
Hasil survey pendahuluan
menunjukkan
bahwa
dari total
perawat yang bertugas di ruang IGD
berjumlah 27 orang dengan rata
rata jumlah tenaga keperawatan
pada setiap shift, yaitu 5 orang
kecuali pada shift pagi yaitu 7-8
orang perawat. Dalam satu hari,
terutama pada shift pagi, tenaga
keperawatan IGD RSUD Cianjur
menangani sampai 9 orang pasien
bahkan lebih. Hal ini tidak sesuai
dengan standar rasio antara perawat
14)

dan pasien, yaitu 2 : 15. Selain itu,


dari 10 orang perawat di ruang IGD

RSUD Cianjur di dapatkan hasil


bahwa
terdapat
beberapa
kemungkinan gejala stres kerja, yaitu
30% sering mengalami lelah pada
otot, 20% sering mengalami sakit
kepala, 30% mengalami gangguan
pencernaan, 10% sering merasa
tegang dan 50% merasa tidak cukup
tidur.
Menurut keterangan Kepala
Ruangan IGD RSUD Cianjur, pada
awal tahun 2012 ini terdapat
peningkatan jumlah pasien yang
masuk ke IGD mencapai 10%
dibandingkan
tahun
sebelumnya
dengan jumlah ratarata pasien
sebanyak 130 orang per hari.
Peningkatan jumlah pasien ini seiring
dengan peningkatan tuntutan tugas
perawat berupa beban kerja fisik
maupun
mental.
Semakin
meningkatnya beban
kerja yang
dialami perawat karena tuntutan
profesionalisme berimplikasi pada
munculnya
tekanan-tekanan
psikologis berupa stres pekerjaan
yang disebabkan oleh beban kerja
6)

dan kondisi kerja.


Berdasarkan permasalahan
tersebut,
maka
peneliti perlu
mengkaji tentang pengaruh beban
kerja fisik dan mental dengan stres
kerja pada perawat di Instalasi Gawat
Darurat Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Cianjur.
BAHAN DAN CARA PENELITIAN
Penelitian
ini
merupakan
penelitian survey analitik atau biasa
disebut explanatory research untuk
memperoleh
penjelasan tentang
suatu keadaan atau situasi yang
dilakukan dengan merumuskan dan
menguji hipotesis yang mampu

menjelaskan
keadaan
dalam
penelitian atau hubungan kausal
antara variabel pengujian hipotesa
dengan menggunakan studi cross
sectional.
Populasi dalam penelitian ini
adalah perawat yang bertugas di
Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD
Cianjur
pada
saat penelitian
sebanyak 27 orang. Jenis data yang
dikumpulkan adalah data primer dan
data
sekunder,
dengan
menggunakan kuesioner NASA-TLX
dan GHQ-12 dan pengukuran beban
kerja fisik dengan mengukur denyut
nadi menggunakan metode 10
denyut.

Beban Kerja
Fisik
Ringan
Sedang
Berat
Beban Kerja
Mental
Rendah
Sedang
Agak Tinggi
Tinggi
Tinggi sekali
Stres Kerja

25
1
0

0
0
0
19
7

Tidak Stres
Rendah
Tinggi

19
7

96,2
3,8
0
0
0
0
70,1
26,9
70,1
26,9

Berdasarkan
penelitian
HASIL PENELITIAN
diperoleh hasil sebagai berikut :
Berdasarkan penelitian diperoleh
a. Hubungan Beban Kerja Fisik
hasil sebagai berikut:
dengan Stres Kerja
Tabel 1
Karaktristik perawat IGD RSUD
Tabel 2
Cianjur
Hubungan Beban Kerja Fisik
Jumlah Persenta
terhadap Stres Kerja Perawat IGD
No
Variabel
se
(n)
RSUD Cianjur
(%)
Variabel
R
p-value N
1
Umur
-0,202 0,322
26
19,2 Beban
20-24 tahun
5
46,2 Kerja Fisik
25-29 tahun
12
34,6
30-34 tahun
9
b. Pengaruh Beban Kerja Mental
dengan Stres Kerja

35-39 tahun
Masa Kerja

19
5
2

< 6 tahun
6-10 tahun
> 10 tahun
Pendidikan

73,1
19,2
7,7

25
1

D3
S1
Jenis Kelamin

96,2 Variabel
3,8 Beban
Kerja Fisik

Laki-laki
Perempuan

19
7

73,1
26,9

Penelitian menunjukkan tidak ada


hubungan antara beban kerja fisik
dengan stres kerja pada perawat IGD

Tabel 3
Pengaruh Beban Kerja Mental
terhadap Stres Kerja Perawat IGD
RSUD Cianjur
2

R
R
0,392 0,15
3

p-value N
0,322
26

PEMBAHASAN
RSUD Cianjur. Beban kerja fisik
yang berlebihan pada pekerja dapat
menimbulkan kelelahan yang dapat
berujung pada stres kerja. Kondisi

kerja di IGD RSUD Cianjur seperti dalam


hal menangani pasien yang harus di
lakukan secepat mungkin secara tepat
dan cermat dapat menjadi beban kerja
tersendiri bagi perawat. Kondisi ini dapat
menyebabkan banyak kesalahan bahkan
kondisi kesehatan yang menurun, hal ini
dapat merupakan cerminan beban kerja
berlebih.
Menurut
Friedmen
dan
Rosenman dalam buku psikologi industri
dan organisasi karangan Munandar,
desakan
waktu
juga
tampaknya
memberikan pengaruh tidak baik, pada
sistem
cardiovasculer,
terutama
serangan jantung prematur dan tekanan
7)

darah tinggi.
Tidak
adanya
pengaruh
beban kerja fisik terhadap stres kerja
perawat di IGD RSUD Cianjur dapat
dikarenakan rata rata umur perawat
yang sebagian besar masih berkisar
antara 25-29 tahun. Umur seseorang
dapat
menjadi
faktor
yang
mempengaruhi besar beban kerja
fisik yang mampu diselesaikan. Pada
rentang umur tersebut seseorang belum
mengalami penurunan kekuatan otot
serta kemampuan motoris dan sensoris
yang berarti karena kekuatan otot
seseorang menurun sebesar 50% dari
orang yang berumur 25 tahun pada
umur
50-60 tahun sedangkan kemampuan
sensoris dan
motoris menurun
sebanyak 60%, oleh sebab itu umur

menurunnya tingkat kelelahan dan


meningkatnya
tingkat
produktivitas
pekerja setelah pemberian waktu
16)
istirahat pendek.
Selain itu, adanya
perawat atau tenaga kesehatan lain
yang bertugas di unit lain pada shift
pagi, dapat membantu tugas perawat di
IGD apabila SDM dirasa kurang

harus dijadikan pertimbangan dalam


memberikan
pekerjaan
pada
15)
seseorang.
Oleh
karena
itu,
aktivitas fisik yang dilakukan oleh
sebagian besar perawat IGD RSUD
Cianjur tidak dirasakan sebagai beban
kerja yang dapat menimbulkan stres
kerja. Responden
yang sebagian
besar berpendidikan D3 juga dapat
merupakan faktor yang membantu
melancarkan perawat
dalam melaksanakan tugasnya karena
pendidikan D3 yang lebih bersifat praktis
menjadikan perawat terbiasa
dan
terlatih
dalam menangani pasien
sehingga memungkinkan stressor dapat
terkontrol dan tubuh kembali normal,
terhindar dari stres kerja. Jenis kelamin
responden IGD RSUD Cianjur
di
dominasi oleh lakilaki yang memiliki
kemampuan fisik lebih besar di
bandingkan wanita menjadikan aktivitas
fisik yang dilakukan masih dalam batas
kemampuan tenaga perawat IGD RSUD
Cianjur yang memungkinkan sebagian
besar perawat dalam kondisi beban
kerja ringan dan tidak mengalami stres
kerja. Pola kerja perawat IGD RSUD
Cianjur dengan waktu istirahat yang
tidak menentu sehingga perawat dapat
melakukan istirahat di sela-sela jam
kerja dapat memberikan kesempatan
untuk penyegaran kembali, kesempatan
melakukan kontak sosial dan mencegah
kelelahan (fatigue) sehingga dapat
terhindar dari stres kerja.
Hal
ini
sesuai
dengan
penelitian
yang
dilakukan oleh Hulu dan Kalsum yang
menunjukkan ada pengaruh pemberian
waktu istirahat pendek
terhadap
kelelahan dengan
memadai
sehingga
dapat
meringankan aktivitas fisik perawat
IGD.
Hasil
Penelitian
juga
menunjukkan adanya pengaruh
yang signifikan antara beban kerja
mental tehadap stres kerja pada
perawat di IGD RSUD Cianjur. Hasil
ini sejalan dengan penelitian

Restiaty dalam Prihatini. Pada penelitian


tersebut, di dapatkan hasil adanya
hubungan beban kerja di tempat kerja
dengan kelelahan
kerja,
artinya
semakin berat beban kerja di tempat
kerja maka semakin tinggi tingkat
kelelahan kerja. Penelitian tersebut
menyimpulkan bahwa kelelahan kerja
adalah faktor utama penyebab stres
kerja, namun terdapat juga faktor lain
sebagai penyebab stres kerja, yaitu
faktor tempat bekerja, jenis pekerjaan
9)

serta beban mental. Penelitian lain


yang
dilakukan
oleh
Wibisono
menunjukkan adanya pengaruh beban
kerja mental dengan menggunakan
metode Nasa-Task Load Index (TLX)
17)

terhadap stres kerja.


Setiap aktivitas mental akan
selalu melibatkan unsur persepsi,
interpretasi dan proses mental dari suatu
informasi yang diterima oleh organ
sensoris untuk diambil suatu keputusan
atau proses mengingat informasi yang
18)
disimpan. Sumber sumber stres di
lingkungan kerja

ke tempat kerja yang menyebabkan


bertambahnya beban mental. Hampir
setiap beban kerja dapat mengakibatkan
timbulnya
stres
kerja,
tergantung
bagaimana reaksi pekerja itu sendiri
menghadapinya dan besarnya stres.
Stres
terhadap
perawat
akan

yang
dapat
menimbulkan
stres
psikologis, yaitu ruangan kerja fisik yang
kurang baik, beban kerja terlau berat,
tempo kerja terlalu cepat, pekerjaan
terlalu
sederhana,
konflik
peran,
hubungan dengan atasan maupun
teman kerja yang kurang baik serta
iklim
organisasi
yang
kurang
19)
menyenangkan.
Beban kerja mental perawat IGD
RSUD Cianjur dapat berupa terdapatnya
berbagai jenis pasien dan penyakit,
tekanan
waktu
dalam
membuat
keputusan yang cepat dan tepat untuk
melakukan tindakan terhadap pasien
serta harus menghadapi keluarga
pasien yang panik. Beban kerja berlebih
secara fisik ataupun mental, yaitu harus
melakukan
terlalu
banyak
hal
merupakan kemungkinan sumber stres
pekerjaan.
Tugas
yang
harus
diselesaikan dengan cepat, tepat dan
cermat dapat menyebabkan banyak
kesalahan atau bahkan menurunnya
kondisi kesehatan individu. Dengan
sejumlah beban kerja mental yang di
hadapi menjadikan perawat kadang
kadang merasa tegang, tidak bisa
mengatasi kesulitan sendiri dan tidak
mudah dalam mempertimbangkan suatu
hal kaitannya dengan tugas sebagai
seorang perawat. Hal ini memungkinkan
perawat mengalami stres kerja. Jumlah
tempat tidur yang masih terbatas di
ruang
rawat
inap
menyebabkan
beberapa
pasien
harus
dirawat
sementara di IGD sehingga dapat
menyebabkan bertambahnya tanggung
jawab perawat yang akan berdampak
pada beban kerja yang berlebih. Selain
itu, masalah di luar pekerjaan, seperti
konflik keluarga dapat pula terbawa
mempengaruhi
munculnya
terhadap
masalah
kesehatan,
psikologi dan interaksi
interpersonal.
20)

KESIMPULAN
SARAN

DAN

Berdasarkan hasil penelitian,


maka dapat disimpulkan :
1. Gambaran distribusi karakteristik
responden, yaitu sebesar 46,2%
responden berumur 25-29 tahun;
terdapat 73,1% responden dengan
masa kerja <6 tahun; terdapat
96,2% responden dengan pendidikan
D3; terdapat 73,1% respondeng
dengan jenis kelamin laki-laki.
2. Responden dengan kondisi beban
kerja fisik ringan pada saat penelitian
sebanyak 96,2%, dengan kondisi
beban kerja mental tinggi sebesar
70,1% serta responden dengan
kondisi tidak mengalami stres kerja
sebesar
70,1%
3. Tidak ada pengaruh beban kerja fisik
terhadap stres kerja perawat IGD
RSUD Cianjur dengan nilai korelasi r
= -0,202 dan p-value =
0,322
4. Ada pengaruh beban kerja mental
terhadap stres kerja perawat IGD
RSUD Cianjur dengan nilai korelasi
r=0,392 dengan koefisien determinasi
0,153 dan p-value =
0,048.
Saran pada penelitian ini adalah :

1. Bagi pihak RSUD Cianjur:


Mengadakan koseling baik yang
berasal dari pimpinan maupun dari
unit khusus yang
melayani
konsultasi
perawat
ataupun
karyawan sebagai usaha preventif
stres kerja yang berlebihan
2. Bagi perawat RSUD Cianjur
a. Menerapkan manajemen waktu
yang baik, seperti tidak menundanunda
pekerjaan
serta
menyelesaikan tugas berdasarkan
skala prioritas.
b. Menerapkan pola hidup sehat,
yaitu makan teratur dan memenuhi
nilai gizi (4 sehat 5 sempurna),
berolahraga
,meditasi, tidur dan istirahat
yang cukup serta mengurangi
konsumsi rokok dan alkohol.
c. Melakukan
istirahat
singkat
sekitar 10-15 menit di sela-sela
jam kerja, misalnya dengan pergi
ke toilet untuk cuci muka atau
berwudlu agar kondisi segar
kembali
d. Selalu berpikir positif, murah
senyum dan bersosialisasi baik
dengan teman kerja, atasan
maupun keluarga
3. Bagi peneliti selanjutnya
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai
rasio
perbandingan
perawat dan pasien terhadap stres
kerja
atau
faktor lain di luar
organisasi/pekerjaan yang dapat
mempengaruhi stres kerja.
DAFTAR PUSTAKA
1.

2.

(online). 2008. Diakses tanggal


19
Juli
2012.
Diunduh
dari:http://ihqn.or.id/wpcontent/uploads/2008/10/arida.p df
Higgins JM. Human Relations
Concepts and Skill, 1 st ed.
Random House Inc, 1982.

Utami A. Pedoman Unit Gawat


Darurat Propinsi DI Jogjakarta
sebagai Upaya Peningkatan Mutu
Pelayanan Kesehatan.
3. Nelson DL & James CQ.
Organizational Behaviour, 6th ed.
Engelwood Cliffs, NJ, Prentice
Hall Inc, 1997.
4. National
Institute
for

Occupational Safety and Health.


Stress
at
Work.Columbia
Parkway: U.S. Department of Health
and Human Services. (online). 1998.
http://www.cdc.gov/niosh/docs/9
9-101/pdfs/99-101.pdf
5. Rice PL. Stress and Health. 2nd
ed. Pacific Grove. California,
Brooks/Cole, 1992.
6. Anil JC. Hubungan Beban Kerja
Perawat dengan Stres Kerja di
Instalasi Rawat Inap RSU Islam
Surakarta:
Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2010.
7. Munandar AS. Psikologi Industri
dan Organisasi. Jakarta: UI,
2001
8. Hart, SG & Staveland, L.E.
Development of NASA-TLX (Task
Load Index) Result of Empirical
and
Theoretical
Research. Dalam : Peter A Hancock
dan
Najmedin Meshkati. (Eds).
Human
Mental
Workload.
Elsevier
science
publishing
company,
INC,
Netherlands, 1988:139-183.
9. Prihatini, L.D. Analisis Hubungan
Beban Kerja dengan Stres Kerja
Perawat di tiap Ruang Rawat
Inap RSUD Sidikalang. Tesis
tidak diterbitkan, Medan: Program
Pascasarjana
USU,
2007.
10. Carayon P, Gurses. Patient
Safety and Quality : An

11.

12.

13.

14.
15.

16.

17.

18.

Kerja. Harapan Press: Solo,


2011
19. Anies, Penyakit Akibat Kerja,
Berbagai Penyakit Akibat Kerja
dan Upaya Penanggulangannya:

20.

Evidence-Based Handbook for


Nurses,
(online),
2008,
http://www.ncbi.nlm .nih.gov , diakses
tanggal 25 Maret 2012.
Cox T and Griffith A. Work
Related
Stress in Nursing:
Controlling the Risk to Health:
International
Labour
Office
Geneva, 2000.
Ilmi B. Pengaruh Stres Kerja
Terhadap Prestasi Kerja dan
Identifikasi
Manajemen yang
digunakan Perawat ruang Rawat
Inap
RSUD
Ulin
Banjarmasin.
Tesis
tidak
diterbitkan, Jakarta: Program
Ilmu Keperawatan UI, 2005.
Pitaloka D. Pengaruh Kondisi
Kerja dan Beban Kerja terhadap
Stres Kerja Perawat di Ruang
Rawat Inap RSU Kabanjahe Kab.
Karo. Skripsi tidak diterbitkan.
Medan: USU, 2010.
Standar Instalasi Gawat Darurat.
Subdit Gawat Darurat dan Evaluasi
Dit. Bina Yanmed Dasar, 2007.
Tarwaka, A bakri dan L Sudi
Ajeng. Ergonomi untuk Kesehatan
Keselamatan
Kerja
dan
Produktivitas. Surakarta:
UnibaPress, 2004.
Hulu
M
dan
Kalsum.
Penambahan Waktu Istirahat
Pendek terhadap Kelelahan dan
Produktivitas Tenaga Kerja pada
Pabrik Pakan Ternak XYZ Medan.
Info
Kesehatan,
2003,7(1):50-58.
Wibisono RC. Pengaruh Beban
Kerja Mental dengan Menggunakan
Metode Nasa- TaskLload Index
(TLX) terhadap
Stres
Kerja.
Skripsi
tidak
diterbitkan, Yogyakarta : Institut
Sains & Teknologi AKPRIND,
2011.
Tarwaka, Ergonomi
Industri
Dasar-dasar
Pengetahuan
Ergonomi dan Aplikasi di Tempat
PT. Elex-medika Komputindo:
Jakarta, 2005.
Frasser. Stress dan Kepuasan
Kerja.
Jakarta:
PT.Pustaka
Binawan Pressindo; 1992.

You might also like