Pengaruh Probiotik Pada Respon Imun
Pengaruh Probiotik Pada Respon Imun
Pengaruh Probiotik Pada Respon Imun
PENDAHULUAN
Sel-sel yang membatasi saluran gastrointestinal
mempunyai suatu sistem detektor yang kompleks yang
mampu mengidentifikasi bakteri asing dan berperan
sebagai mekanisme pertahanan pertama dalam menghadapi serangan mikro-organisme yang masuk melalui makanan
dan minuman yang ditelan oleh individu yang bersangkutan.
Sekali tergugah akan terjadi serangkaian peristiwa metabolik yang memproduksi sel dan bahan khemikal (respons
imun) yang sangat poten untuk membunuh bakteri asing
tersebut dan menjaga individu yang bersangkutan untuk
tetap dalam kondisi sehat (1,2).
Dalam saluran gastrointestinal juga ditemukan
sejumlah besar mikro-organisme (mikroflora) yang dalam
keadaan eubiosis (status seimbang antar populasi bakteri di
dalam saluran gastrointestinal) mampu menjalankan
berbagai fungsi penting yang bermuara pada menjaga
kesehatan tubuh secara keseluruhan. Namun dalam kondisi
dysbiosis (kondisi ketidakseimbangan antar populasi
Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. XXIII, No. 1, April 2007
Korespondensi: Djoni Djunaedi; Laboratorium Ilmu Penyakit
Dalam FK Unibraw/ RSU dr. Saiful Anwar Malang; Jl. Jaksa
Agung Duprapto No. 2 Malang; 0341-357663
22
upregulate anti-inflammtory cytokines seperti IL-4 dan IL10 pada kasus atopik anak (27,30,31). Bertolak dari berbagai temuan penelitian sebagaimana diuraikan tersebut,
nampak bahwa galur LAB mempunyai efek imun yang
berbeda dan bahwa berbagai uji coba tersebut tidak dapat
diekstrapolasi dari satu galur ke galur yang lain meskipun
masing-masing galur tersebut berikatan sangat erat.
Pemberian LAB cendrung menentukan arah respons
imun humoral yang bervariasi antar galur LAB. Selain itu,
pemberian LAB juga mempengaruhi ekspresi sitokin sejalan
dengan variasi antar galur. Contoh: pada manusia, LAB
golongan bakteri yoghurt yang meningkatkan aktivitas
ekspresi sitokin (TNF, IFN dan IL-1) pada sel mononuklear dibandingkan dengan kontrol adalah L. bulgaricus dan
S. thermophilus baik secara individual maupun secara
bersama. Sedangkan jenis LAB yang paling kuat dalam
menstimulasi makrofag adalah S. thermophilus jika dibandingkan dengan B. adeloscentris dan B. bifidum. Selain itu,
heat-killed L. acidophilus juga meningkatkan ekspresi IL-1
(300%) dan TNF (1000%) pada makrofag tikus dibandingkan dengan galur lain lactobacillus dan bifidobacteria.
Mekanisme bakteri nonpatogen termasuk golongan LAB
dalam mencegah beberapa jenis infeksi nampaknya berlangsung melalui pelepasan bacteriokines (cytokine like
molecules), NO, radikal bebas, pH rendah, receptor
blocking, dan penghambatan adesi sel epitel dengan
bantuan musin intestinal.
Bertolak dari cara kerja probiotik sebagaimana
diuraikan di depan, nampaknya penelitian penggunaan
probiotik sebagai profilaksis lebih perlu dikerjakan daripada
penelitian penggunaan probiotik untuk pengobatan sebab
probiotik diformulasikan tidak untuk menggantikan peran
antibiotik melainkan untuk memperbaiki defisiensi flora
akibat diet dan stres lingkungan. Probiotik mendorong inang
lebih resisten terhadap penyakit dan mengurangi frekuensi
penggunaan antibiotik. Gabungan antara probiotik dan
prebiotik (disebut sinbiotik) menunjukkan kemampuan
seperti antibiotik dalam hal mengontrol infeksi di daerah
colon. Penggunaan Eco immunonutrition yang menawarkan
pre-, pro- dan sinbiotik bermuara pada rawat tinggal yang
lebih pendek bagi penderita di ICU sehingga preparat ini
merupakan pilihan utama nutrisi oral-enteral (22). Temuan
lain menunjukkan bahwa pemberian synbiotics pada
penderita hepatitis B fase akut meningkatkan IFN dan IL12, menurunkan SGOT, SGPT, GLDH, gamma GT dan
bilirubin secara signifikan (32).
Temuan penelitian in vitro menunjukkan bahwa probiotik meningkatkan respons imun spesifik maupun nonspesifik dengan cara meregulasi makrofag, meningkatkan
jumlah sitokin, sel NK dan kadar imunoglobulin. Pemberian
L. plantarum 299v kepada anak yang menderita infeksi HIV
disertai episode diare dan malabsorbsi terbukti menunjukkan peningkatan respons imun. Ini berarti, L. plantarum
25
299v dapat diberikan dengan aman terhadap immunocompromised host. Respons imun tersebut nampak lebih
meningkat apabila diberikan kombinasi Lactobacillus dan
Bifidobacteria (33).
Preparat probiotik
Preparat probiotik yang beredar di pasaran terutama
dari golongan LAB seperti lactobacilli, streptococci, dan
bifidobacteria yang juga merupakan komponen mikroflora
gastrointestinal dan relatif tidak memberikan pengaruh
merugikan. Kemasan probiotik dapat mengandung satu
atau beberapa galur bakteri yang berbeda. Galur LAB
seperti Lactobacillus acidophilus, L. casei, L. gasseri,
Enterococcus faecium dan Bifidobacterium bifidum yang
dipakai dalam probiotik terutama diisolasi dari intestinal.
Penggunaan non-human derived organisms dalam yoghurt
(yoghurt starter bacteria) antara lain L. bulgaricus dan
Streptococcus thermophilus juga memberikan perbaikan di
bidang kesehatan meskipun kemampuan bakteri yoghurt
untuk membentuk koloni dalam usus sangat diragukan
(11,21). Beberapa peneliti di USA membuktikan adanya
penurunan secara signifikan aktivitas enzim bakteri seperti
glucuronidase, nitroreductase dan azoreductase dengan
pemberian L. acidophilus. Nampak bahwa aktivitas enzimenzim tersebut menurun selama lactobacillus supplement
dikonsumsi untuk kemudian aktivitas enzim berangsurangsur pulih kembali seperti semula apabila pemberian
lactobacillus supplement dihentikan (24,27,29).
Sejumlah industri farmasi telah memproduksi dan
memasarkan probiotik dengan tujuan yang sama yaitu
meningkatan kualitas hidup manusia. Berbagai kombinasi
bakteri dengan mineral, vitamin dan prebiotik telah beredar
di pasaran baik sebagai kemasan bebas maupun sebagai
kemasan yang diresepkan. Untuk mencegah timbulnya
reaksi yang mengurangi bahkan menghilangkan tujuan
kombinasi (bakteri, vitamin dan mineral) nampaknya diperlukan proses pelapisan masing-masing bahan tersebut
dengan bahan pelapis yang tahan terhadap asam lambung.
Kelebihan kemasan semacam ini adalah jumlah bakteri
hidup yang sampai ke usus tetap terjamin dalam jumlah
besar, tidak memerlukan penyimpanan khusus, bebas kalori, tanpa rasa dan praktis. Sedangkan makanan probiotik
umumnya tidak stabil, membutuhkan penyimpanan khusus,
dibatasi masa kadaluarsa, dosis rendah vitamin dan
mineral, mengandung kalori dan memiliki rasa khas (29).
Kondisi yang membutuhkan konsumsi probiotik
1. Chronic bowel problems atau adanya infeksi
berkepanjangan seperti candidiasis
2. Sebagai prevensi terhadap keracunan makanan ketika
sedang berwisata (bifidobacteria dan acidophillus
mampu membunuh sebagian besar food poisoning
bacteria)
3. Wanita dalam status premenopause dan menopause
untuk mereduksi osteoporosis, individu dengan
4. Temuan penelitian klinis menunjukkan bahwa keberhasilan (efek positif) pemberian suatu galur probiotik pada
situasi tertentu tidak dapat digeneralisasi pada galur
lain ataupun pada populasi yang berbeda
5. Preparat probiotik yang beredar di pasaran terdiri dari
berbagai kombinasi bakteri terutama kombinasi lactobacilli dan bifidobacteria dengan berbagai jenis vitamin
dan mineral
6. Kemasan yang menjamin ketercapaian manfaat
maksimal (tujuan) kombinasi probiotik-vitamin-mineral
adalah kemasan yang menggunakan konsep inovatif 3
lapis dari bahan selaput salut enterik
7. Masih diperlukan usaha besar dan waktu yang panjang
untuk meneliti spesies (galur) probiotik yang memiliki
tingkat keamanan tinggi dan bermanfaat terhadap
kesehatan manusia pada umumnya.
Probiotik dianjurkan diberikan kepada mereka yang
mengalami penyakit kronis dan/atau berulang, sedang memperoleh pengobatan radiasi, kondisi premenopause dan
menopause, sedang bepergian (melakukan perjalanan).
DAFTAR KEPUSTAKAAN
1. Farnworth E. Food to Stimulate The Immune System. www.medicinalfoodnews.com/vol08/issue3/immunity. diakses
tanggal 20 Agustus 2004
2. Chin J, Turner B, Barchia I, Mullbacher A. Immune response to orally consumed antigens and probiotic bacteria.
Immunol Cell Biol. 2000;78(1): 55-66
3. Rolfe RD. The Role of Probiotic Cultures In The Control Of Gastrointestinal Health. J of Nutr 2000; 130:S396-402
4. Brown AC, Valiere A. Probiotics and medical nutrition therapy. Nutrition in Clinical Care 2004; 7(2):56-68
5. Broussard EK, Surawicz CM. Probiotics and Prebiotics in Clinical Practice. Nutrition in Clinical Care 2004; 7(3):104-113
6. Goossens DJ, Jonker D, Stobberingh E, et.al. Probiotics in Gastroenterology: Indications and Future Perspectives.
Scandinavian Journal of Gastroenterology Supplement 2003; 239:15-23
7. Gotz V, Romankiewicz JA, Moss J, et.al. Prophylaxis against Ampicillin-Associated Diarrhea with a Lactobacillus
Preparation. American Journal of Hospital Pharmacy 1979; 36:754-756
8. Marignani M, Angeletti S, Fave GD. Acute Infectious Diarrhea. N Engl J Med 2004;350(15):1576-1577
9. Meier R, Burri E, Steuerwald M. The Role of Nutrition in Diarrhoea Syndromes. Current Opinion in Clinical Nutrition &
Metabolic Care 2003; 6(5):563-567
10. Sullivan A, Nord CE. Probiotics and Gastrointestinal Diseases. Journal of Internal Medicine 2005; 257(1):78-92
11. Katelaris PH. Probiotic Control of Diarrhoeal Disease. Asia Pacific J Clin Nutr 1996; 5:39-43
12. Fedorack RN, Madsen KL. Probiotics as Modulators of the Gut Flora. Br J Nutr 2004; 88-Suppl 1:S39-49
13. Matsuguchi T, Takagi A, Matsuzaki T, et.al. Lipoteichoic Acids from Lactobacillus Strains Elicit Strong Tumor Necrosis
Factor Alpha-Inducing Activities in Macrophages through Toll-Like Receptor 2. Clinical & Diagnostic Laboratory
Immunology 2003; 10(2):259-266
14. Coconnier MH, Bernet MF, Chauviere G. Adhering Heat-Killed Human Lactobacillus Acidophilus, Strain LB, Inhibits the
Process of Pathogenicity of Diarrhoeagenic Bacteria in Cultured Human Intestinal Cells. J Diarrhoeal Dis Res 1993;
11(4):235-242
15. Fooks LJ, Gibson GR. Probiotics as Modulators of the Gut Flora. Br J Nutr 2002; 88-Suppl 1:S39-49
16. Chauviere G, Conconier MH, Kerners S, et.al. Competitive Exclusion of Diarrheagenic Escherichia coli (ETEC) from
Human Enterocyte-Like Caco-2 Cells by Heat-Killed Lactobacillus. FEMS Microbiology Letters. 1992; 91:213-218
17. Fourniat J. Heat-killed Lactobacillus acidophilus inhibits adhesion of Escherichia coli B41 to HeLa cells. Ann Rech Vet.
1992; 23:361-370
27
18. Wagner RD, Pierson C, Warner T, et.al. Probiotic effects of feeding heat-killed Lactobacillus acidophilus and
Lactobacillus casei to Candida albicans-colonized immunodeficient mice. Journal of Food Protection 2000; 63(5):638644
19. Xiao SD, Zhang Z, Lu H, et.al. Multicenter, randomized, controlled trial of heat-killed Lactobacillus acidophilus LB in
patients with chronic diarrhea. Advances in Therapy 2003;20(5):253-260
20. Simakachorn N. Clinical evaluation of the addition of lyophilized, heat-killed lactobcillus acidophilus LB to oral
rehydration therapy in the treatment of acute diarrhea in children. J Pediatr Gastroenterol Nutr 2000;30(1):68-72
21. Fuller R. Probiotics in Human Medicine. Gut. 1991; 32:439-442
22. Herich R, Levkut M. Lactic acid bacteria, prbiotics and immune system. Vet.Med 2002; 47(6):169-180
23. Bertini R, Bianci M, Ghezzi P. Adrenalectomy sensitizes mice to lethal effects of interleukin-1 and tumor-necrosis factor.
J Exp Med 1988; 167:1702-1712
24. Bengmark S, Lorenzo G, Culebras JM. Use of pro-, pre- and synbiotics in the ICU: future options. Nutr Hosp 2001;
16(6):239-256
25. Olff M. Stress, depression and immunity: the role of defense and copying styles. Psychiatry Res 1999; 85:7-15
26. Hooper LV, Wong MH, Thelin A, et.al. Molecular analysis of commensal host-microbial relationships in the intestine.
Science 2001; 291:881-884
27. Boyle RJ, Robins-Browne RM, Tang MLK. Probiotic use in clinical practice: what are the risk? Am J Clin Nutr 2006;
83:1256-1264
28. deRoos NM, Katan MB. Effects of probiotic bacteria on diarrhea, lipid metabolism, and carcinogenesis: a review of
papers published between 1988 and 1998. Am J Clin Nutr 2000;71:405-411
29. Parvez S, Malik KA, Kang SA, Kim HY. Probiotics and their fermented food products are beneficial for health. Journal of
Applied Microbiology 2006; 100:1171-1185
30. Haghighi HR, Gong J, Gyles CL, et.al. Modulation of antibody-mediated immune response by probiotics in chickens.
Clinical and Diagnostic Laboratory Immunology 2005; 12(12):1387-1392
31. Mohamadzadeh M, Olson S, Kalina WV, Ruthel G, Demmin GL, Warfield KL, Bavari S, Klaenhammer TR. Lactobacilli
antivate human dendritic cells that skew T cells toward T helper 1 polarization. Proceedings of the National Academy of
Sciences of the USA 2005;102(8):2880-2885
32. Trihadi D, Harjalukita R. The effect of synbiotic treatment with interferon-gamma, interleukin-12 in acute hepatitis B. FK
UNDIP. 2004
33. Cunningham-Ryndles S, Ahrne S, Bengmark S, et.al. Probiotics and immune response. Am J Gastroenterol 2000;
95:S22-S25
34. Anonynmous. Antibiotics, probiotics and the gut flora. http://www.liferesearchuniversal.com/probiotics. diakses tanggal
20 Agustus 2004.