Cara Nulis PTS

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 19

72

MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM MENGELOLAH


ADMINISTRASI KELAS MELALUI SUPERVISI KLINIS PADA GURU
DI SDN TANJUNGSARI I TAMAN-SIDOARJO
Oleh:
Endah Imawati1
Abstrak: The purpose of this research is to know utuk teacher competence
in managing the administration of clinical supervision in the classroom
through teacher at SDN Taman-Sidoarjo Tanjungsari first academic year
2010/2011. To achieve these objectives the efforts made to improve the
quality of education SDN Tanjungsari I, In an effort to improve the quality
of education, teacher competence is one very important factor. Teacher
competencies include pedagogical competence, personal competence, social
competence and professional competence. Efforts to improve teacher
competence can be done by optimizing the role of head stsekolah, as:
educators, managers, administrators, supervisors, leaders, creators and
entrepreneurs working climate. The research method is the module cycle
digunakanan Kemmis and Taggart on top of action planning, implementation
of action, observation, and reflection. The results obtained are in the first
cycle has not been able to finish well. The results obtained in the first cycle
if categorized both 47% and 53% less category. and therefore in order to
enhance the ability of teachers to manage classes conducted on the second
cycle is 100% is quite good. While on the second cycle in a teacher's ability
to manage class administration through clinical supervision has increased.
Kata Kunci: Kompetensi guru; peran kepala sekolah; supervisi klinis.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beraklaq mulia sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara demokratis serta bertanggung
jawab (UU No. 20 Tahun 2003:7. dalam Depdiknas, 2007).
Sehubungan dengan keluarnya UU No.20 Tahun 2003 Tentang sistem Pendidikan Nasional
Kemudian disusul Peraturan pemerintah No.19 Tahun 2005 Tentang Standart Nasional
Pendidikan (SNP) khususnya pasal 57, supervisi manajerial dan akademik dilakukan secara
teratur dan berkesinambungan oleh Kepala Sekolah dan Kepala Satuan Pendidikan.
Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, untuk mengetahui daya serap seorang guru dalam
mengelolah administrasi kelas. Administrasi kelas sebagai cermin dalam pendidikan atau
1

Dosen Fakultas Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Widyadarma Jl. Ketintang 147-151, Surabaya
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 2 |Edisi 27|Januari 2013

72

73
proses belajar mengajar. Oleh sebab itu guru harus di supervisi manejerial dalam
pengelolaan administrasi kelas.
Merujuk pada hal-hal di atas kepala sekolah di harap menilai kompetensi guru dalam
mengelolah kelas. Binaan kepala sekolah SDN Tanjungsari I terdapat 17 guru, 80 % guru
masih kebingungan untuk mengelolah administrasi kelas, apalagi administrasi kelas siswa
kelas I, kelas II, dan kelas III yakni pembelajaran yang berdasarkan tematik. Pembelajaran
tematik guru masih kebingungan untuk cara membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) dan persiapan harian 20 % guru sudah menguasai dalam mengelolah kelas.
Berdasarkan studi awal guru ada beberapa administrasi kelas yang masih belum
terselesaian dengan sempurna. Oleh sebab itu alternatif tindakan yang dilakukan oleh
kepala sekolah membina guru itu mampu untuk mengelolah kelas dengan baik melalui
pembinaan kepala sekolah dan setiap bulan ada supervisi menejerial.
Tujuan pembinaan kepala sekolah dan supervisi klinis menjadi harapan sekolah menjadi
lebih baik. Pendekatan supervisi klinis (Clinical approach) diharapkan menjadi acuan
kegiatan fungsi pembinaan, pemantauan, dan penilaian terhadap guru dalam melaksanakan
tugas di kelas.
KAJIAN PUSTAKA
1. Kompetensi Guru
Di dalam PP RI No. 19 tahun 2005 tentang SNP pada apasal 28 ayat 3 disebutkan
ada 4 dimensi kompetensi guru, yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial dan kompetensi profesional (BSNP, 2005). Kompetensi pedagogik
adalah tuntutan agar guru memahami metodik didaktik, memiliki perangkat pembelajaran
termasuk menyusun melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Kompetensi kepribadian
guru memiliki akhlakul kharimah, dapat diteladani. Kompetensi profesional adalah
menguasai mata pelajaran yang akan disampaiakan kepada siswa dan menguasai
administrasi untuk mengajar. kopetensi soisal adalah tuntutan berkomunikasi dengan baik.
Hal terlihat pada tabel berikut.
Kometensi pedagogik

Kompetensi sosial

Kompetensi profesional
Kompetensi
Guru
Kompetensi kepribadian

Gambar 1: Kompetensi guru (BSNP,2005)


JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 2 |Edisi 27|Januari 2013

74
2. Supervisi Klinis
Klinis dalam supervisi dapat diartikan sebagai kolegial, kolaboratif memiliki
keterampilan pelayanan dan perilaku etis, telah menjadi imperative dalam melaksanakan
supervisi klinis (Sahertia, 1990:58). Siklus supervisi yang secara klasikal ada 8 macam
tahapan klinis yaitu (1) meletakkan hubungan yang baik; (2) merencanakan bersama guru;
(3) merencanakan kegiatan supervisi; (3) megobservasi; (4) menganalisis; (5) menganalisis
data hasil observasi; (6) merencanakan percakapan; (7) mengadakan percakapan; dan (8)
memperbaiki rencana (Cogan dalam Sahertia, 1990:59).
Dari 8 macam tahapan supervisi klinis tersebut dapat dideskripsikan sebagai
berikut.
(1)

Meletakkan hubungan yang baik. Bahwa antara kepala sekolah dan guru terjalin

hubungan harmonis, saling menyatu dengan yang lain dan berkomunikasi secara lancar.
(2)

Merencanakan bersama guru. Bahwa sebelum pelaksanaan observasi atau penilaian

administrasi kelas diadakan pertemuan untuk menyepakati untuk mengidentifikasi


permasalahan. Lalu membuat perencanaan observasi (tindakan) bersama-sama tentang alat
penilaian administrasi kelas.
(3)

Merencanakan kegiatan observasi. Supervisi klinis membuat perencanaan tindakan

yang akan diperbaiki tentang penilaian.


(4)

mengobservasi. Supervisi klinis menindaklanjuti rencana menjadi tindakan kegiatan

berupa pengamatan dalam hal ini masalah penilaian.


(5)

Menganalisis data dari observasi. Dapat diartikan menyusun refleksi dan lapoaran

hasil observasi tentang penilaian.


(6)

Merencanakan percakapan. Merencanakan diskusi, tanya jawab tentang penyunan

adminstrasi kelas yang terdapat RPP, silabus, persiapan mengajar, Bank Data Siswa (BDS),
program semester, buku perkembangan anak didik, buku keuangan, buku tamu, buku BP,
buku kecakapan hidup untuk siswa, dan hasil penilaian untuk siswa.
(7)

Mengadakan percakapan. Tindakan percakapan antara kepala sekolah dan guru

tentang penyusunan administrasi kelas.


(8)

Memperbaiki Rencana. Perbaikan rencana tindak tentang permasalahan penyusunan

administrasi kelas, pensekoran, dan perbaiakan nilai bagi guru.


Berdasarkan penjelasan di atas, pendekatan supervisi klinis tersebut bersifat imperatif.
Artinya ada unsur-unsur yang bersifat memerintah, memberikan komando, mempunyai
memberikan komando, mempunyai hak memberi komando, bersifat menguatkan.
3. Kompetensi Guru dalam Supervisi
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 2 |Edisi 27|Januari 2013

75
Menurut Sudjana (2008:8) kompetensi supervisi manajerial dan kompetensi
penelitian pengembangan adalah (1) kompetensi supervisi manajerial adalah kemampuan
kepala sekolah dalam melaksanakan pengawasan manajerial yakni menilai dan membina
guru atau tenaga kependidikan sekolah dalam mempertinggi kualitas pengeloalaan dan
administrasi kelas; (2) kompetensi penelitian dan pengembangan adalah kemampuan
kepala sekolah dalam merencanakan dan melaksanakan penilaian serta menggunakan hasilhasilnya untuk kepentingan peningkatan mutu pendidikan.
4. Efektivitas Supervisi Klinis Terhadap Peningkatan Kemampuan Guru dalam
pengelolaan Administrasi Kelas.
Supervisi klinis terhadap kemampuan guru antara lain (1) supervisi kinis kepala
sekolah telah menentukan pokok permasalahan yang akan diobservasi

di sekolah.

Observasi terfokus pada penyusunan administrasi kelas; (2) fokus supervisi klinis pada
pengolahan kelas, mereka bisa termotivasi mengikuti pembinaan guna meningkatkan
wawasan tentang tentang penyusunan administrasi kelas dan melaksanakannya; (3) guru
diminta mengisi angket pemahaman pengalaman menyusun administrasi kelas, guru akan
memiliki kesan seberapa keadaan mereka dibanding tuntutan isi angket; (4) posisi guruguru pada tindakan observasi supervisi klinis sesungguhnya sambil belajar untuk
memperbaiki kekurangan dalam meyusun administrasi kelas.
5. Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Guru
Agar proses pendidikan dapat berjalan efektif dan efisien, guru dituntut memiliki
kompetensi yang memadai, baik dari segi jenis maupun isinya. Namun, jika kita selami
lebih dalam lagi tentang isi yang terkandung dari setiap jenis kompetensi, sebagaimana
disampaikan oleh para ahli maupun dalam perspektif kebijakan pemerintah-, kiranya untuk
menjadi guru yang kompeten bukan sesuatu yang sederhana, untuk mewujudkan dan
meningkatkan

kompetensi

guru

diperlukan

upaya

yang

sungguh-sungguh

dan

komprehensif.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui optimalisasi peran kepala sekolah.
Idochi Anwar dan Yayat Hidayat Amir (2000) menyatakankan bahwa kepala sekolah
sebagai

pengelola

memiliki

tugas

mengembangkan

kinerja

personel,

terutama

meningkatkan kompetensi profesional guru. Perlu digarisbawahi bahwa yang dimaksud


dengan kompetensi profesional di sini, tidak hanya berkaitan dengan penguasaan materi
semata, tetapi mencakup seluruh jenis dan isi kandungan kompetensi sebagaimana telah
dipaparkan di atas.
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 2 |Edisi 27|Januari 2013

76
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas, 2006), terdapat tujuh peran
utama kepala sekolah yaitu, sebagai : (1) educator (pendidik); (2) manajer; (3)
administrator; (4) supervisor (penyelia); (5) leader (pemimpin); (6) pencipta iklim kerja;
dan (7) wirausahawan;
Merujuk kepada tujuh peran kepala sekolah sebagaimana disampaikan oleh Depdiknas di
atas, di bawah ini akan diuraikan secara ringkas hubungan antara peran kepala sekolah
dengan peningkatan kompetensi guru.
a. Kepala sekolah sebagai educator (pendidik)
Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan dan guru merupakan
pelaksana dan pengembang utama kurikulum di sekolah. Kepala sekolah yang
menunjukkan komitmen tinggi dan fokus terhadap pengembangan kurikulum dan kegiatan
belajar mengajar di sekolahnya tentu saja akan sangat memperhatikan tingkat kompetensi
yang dimiliki gurunya, sekaligus juga akan senantiasa berusaha memfasilitasi dan
mendorong agar para guru dapat secara terus menerus meningkatkan kompetensinya,
sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan efektif dan efisien.
b. Kepala sekolah sebagai manajer
Dalam mengelola tenaga kependidikan, salah satu tugas yang harus dilakukan kepala
sekolah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan pengembangan profesi para guru.
Dalam hal ini, kepala sekolah seyogyanya dapat memfasiltasi dan memberikan kesempatan
yang luas kepada para guru untuk dapat melaksanakan kegiatan pengembangan profesi
melalui berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan, baik yang dilaksanakan di sekolah,
seperti : MGMP/MGP tingkat sekolah, in house training, diskusi profesional dan
sebagainya, atau melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan di luar sekolah, seperti :
kesempatan melanjutkan pendidikan atau mengikuti berbagai kegiatan pelatihan yang
diselenggarakan pihak lain.
c. Kepala sekolah sebagai administrator
Khususnya berkenaan dengan pengelolaan keuangan, bahwa untuk tercapainya peningkatan
kompetensi guru tidak lepas dari faktor biaya. Seberapa besar sekolah dapat
mengalokasikan anggaran peningkatan kompetensi guru tentunya akan mempengaruhi
terhadap tingkat kompetensi para gurunya. Oleh karena itu kepala sekolah seyogyanya
dapat mengalokasikan anggaran yang memadai bagi upaya peningkatan kompetensi guru.
d. Kepala sekolah sebagai supervisor
Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara berkala
kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi, yang dapat dilakukan melalui
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 2 |Edisi 27|Januari 2013

77
kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama
dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa
dalam proses pembelajaran (E. Mulyasa, 2004). Dari hasil supervisi ini, dapat diketahui
kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran, tingkat
penguasaan kompetensi guru yang bersangkutan, selanjutnya diupayakan solusi,
pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang
ada sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran.
Jones dkk. sebagaimana disampaikan oleh Sudarwan Danim (2002) menyatakan bahwa
menghadapi kurikulum yang berisi perubahan-perubahan yang cukup besar dalam tujuan,
isi, metode dan evaluasi pengajarannya, sudah sewajarnya kalau para guru mengharapkan
saran dan bimbingan dari kepala sekolah mereka. Dari ungkapan ini, mengandung makna
bahwa kepala sekolah harus betul-betul menguasai tentang kurikulum sekolah. Mustahil
seorang kepala sekolah dapat memberikan saran dan bimbingan kepada guru, sementara dia
sendiri tidak menguasainya dengan baik
e. Kepala sekolah sebagai leader (pemimpin)
Gaya kepemimpinan kepala sekolah seperti apakah yang dapat menumbuh-suburkan
kreativitas sekaligus dapat mendorong terhadap peningkatan kompetensi guru ? Dalam
teori

kepemimpinan

setidaknya

kita

mengenal

dua

gaya

kepemimpinan

yaitu

kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan kepemimpinan yang berorientasi pada
manusia. Dalam rangka meningkatkan kompetensi guru, seorang kepala sekolah dapat
menerapkan kedua gaya kepemimpinan tersebut secara tepat dan fleksibel, disesuaikan
dengan kondisi dan kebutuhan yang ada. Kendati demikian menarik untuk dipertimbangkan
dari hasil studi yang dilakukan Bambang Budi Wiyono (2000) terhadap 64 kepala sekolah
dan 256 guru Sekolah Dasar di Bantul terungkap bahwa ethos kerja guru lebih tinggi ketika
dipimpin oleh kepala sekolah dengan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada manusia.
Kepemimpinan seseorang sangat berkaitan dengan kepribadian dan kepribadian kepala
sekolah sebagai pemimpin akan tercermin dalam sifat-sifat sebagai barikut : (1) jujur; (2)
percaya diri; (3) tanggung jawab; (4) berani mengambil resiko dan keputusan; (5) berjiwa
besar; (6) emosi yang stabil, dan (7) teladan (E. Mulyasa, 2003).
f. Kepala sekolah sebagai pencipta iklim kerja
Budaya dan iklim kerja yang kondusif akan memungkinkan setiap guru lebih termotivasi
untuk menunjukkan kinerjanya secara unggul, yang disertai usaha untuk meningkatkan
kompetensinya. Oleh karena itu, dalam upaya menciptakan budaya dan iklim kerja yang
kondusif, kepala sekolah hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut : (1)
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 2 |Edisi 27|Januari 2013

78
para guru akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilakukannya menarik dan
menyenangkan, (2) tujuan kegiatan perlu disusun dengan dengan jelas dan diinformasikan
kepada para guru sehingga mereka mengetahui tujuan dia bekerja, para guru juga dapat
dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut, (3) para guru harus selalu diberitahu tentang
dari setiap pekerjaannya, (4) pemberian hadiah lebih baik dari hukuman, namun sewaktuwaktu hukuman juga diperlukan, (5) usahakan untuk memenuhi kebutuhan sosio-psikofisik guru, sehingga memperoleh kepuasan (modifikasi dari pemikiran E. Mulayasa tentang
Kepala Sekolah sebagai Motivator, E. Mulyasa, 2003).
g. Kepala sekolah sebagai wirausahawan
Dalam menerapkan prinsip-prinsip kewirausaan dihubungkan dengan peningkatan
kompetensi guru, maka kepala sekolah seyogyanya dapat menciptakan pembaharuan,
keunggulan komparatif, serta memanfaatkan berbagai peluang. Kepala sekolah dengan
sikap kewirauhasaan yang kuat akan berani melakukan perubahan-perubahan yang inovatif
di sekolahnya, termasuk perubahan dalam hal-hal yang berhubungan dengan proses
pembelajaran siswa beserta kompetensi gurunya.
Sejauh mana kepala sekolah dapat mewujudkan peran-peran di atas, secara langsung
maupun tidak langsung dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kompetensi
guru, yang pada gilirannya dapat membawa efek terhadap peningkatan mutu pendidikan di
sekolah.
METODE PENELITIAN
1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancanganpenelitian tindakan sekolah yang dilakukan
oleh kepala sekolah. Penelitian ini dilakukan karena ada guru yang belum menyusun
administrasi kelas dengan baik. Hal tersebut dampak pada pencapaian hasil pbelajar siswa
pada di kelas. permasalahan ini ditindak lanjuti dengan pertemuan sebagai fungsi supervisi
klinis pada guru. Hasil ini diterapkan pada administrasi di kelas dengan cara mengajar pada
masing-masing guru.
1). Tempat Penelitian
Lokasi tempat penulis melaksanakan penelitian adalah SD Negeri Tanjungsari I, dengan
alamat Jl. K.H. mas Mansyur Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo.
2). Subjek Penelitian

JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 2 |Edisi 27|Januari 2013

79
Subjek dalam penelitian ini adalah guru SD Negeri Tanjungsari I Taman Tahun pelajaran
2010/2011 yang berjumlah 17 guru. Data guru SDN Tanjungsari I Taman sebagai berikut,
Tabel 3.1 Daftr Nama Guru SDN Tanjungsari I
No
1
2
3
4
5
6
7
8
10

Nama/NIP
RIBUT RUDIATIN, S.Pd
NIP. 19581224 197803 2 009
PRIJANI, S.Pd
NIP. 19580513 197803 2 007
Hj. SITI MUALIMAH, S.Pd.,MM
NIP. 19590424 197907 2 001
TUTIK SURYANINGSIH, S.Pd
NIP. 19570104 198010 2 002
Hj. SULASTRI, S.Pd
NIP. 19610710 198201 2 020
DARMIATI, S.Pd
NIP. 19590202 198201 2 007
SRI MULYANI, S.Pd
NIP. 19621117 198303 2 009
IMAM, A.Ma
NIP. 19550615 197912 1 003
SUGITO, S.Pd
NIP. 19620606 198201 1 010

No
12
13
14
15
16
17
18

Nama/NIP
SRI WALUYANI, S.Pd
NIP. 19630401 198504 2 004
SRI KATIN, S.Pd
NIP. 19630705 199102 2 002
SUPRIYANI SA'ADAH
NIP. 19710403 200501 2 013
ROKHIM
NUPTK. 3460 7636 6420 0012
SETIYOAJI AGUS SALIM, S.Pd
NUPTK. 6163 7636 6520 0003
HANIFAH NURITA SARI
NUPTK. 9040 7626 6330 0103
SITI AFIFATUZ ZAHROH, S.Pd
NUPTK. 4638 7606 6130 0142

19

3). Waktu Penelitian


Penelitian tindakan sekolah ini diperkirakan akan dilaksanakan dalam waktu 1 bulan mulai
bulan Oktober 2009.
2. Prosedur Penilaian
Putar
Prosedur yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan sekolah ini berbentuk
siklus yang
an 1
akan berlangsung lebih dari satu siklus bergantung dari tingkat keberhasilan dari target
yang akan dicapai, dimana setiap siklus bisa terdiri dari satu atau lebih pertemuan. Adapun
Refleksi
Rencana model spiral dari Kemmis dan
prosedur penelitian yang dipilih
yaitu dengan menggunakan
Rencana
awal/rancangan
Mc Taggart (1998). Siklus model Kemmis danawal/rancangan
Mc Taggart ini dilakukan Putar
secara berulang
an 2
dan berkelanjutan, seperti siklus di bawah ini:
Tindakan/
Observasi
Refleksi
Tindakan/
Observasi

Rencanayang
yang
Rencana
direvisi
direvisi

Putar
an 3

Rencanayang
yang
Rencana
direvisi
direvisi
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 2 |Edisi 27|Januari 2013
Refleksi

Tindakan/
Observasi

80

Gambar 3.1
Model Penelitian Tindakan Sekolah Kemmis & Mc Taggart
(Kemmis dan Taggert, 2006:97)
Langkah-langkah pada modul siklus Kemmis dan Taggart di atas yaitu sebagai berikut:
a. Perencanaan tindakan
b. Pelaksanaan tindakan
c. Observasi
d. refleksi.
a. Perencanaan tindakan
Tahap ini mencakup semua perencanaan tindakan seperti pembuatan administrasi kelas
seperti RPP, silabus, persiapan mengajar, Bank Data Siswa (BDS), program semester, buku
perkembangan anak didik, buku keuangan, buku tamu, buku BP, buku kecakapan hidup
untuk siswa, dan hasil penilaian untuk siswa.
Dalam tahap ini penulis menetapkan seluruh rencana tindakan yang akan dilakukan untuk
memperbaiki praktik penyusunan administrasi kelas yaitu:
1) Memberikan pembinaan pada guru.
2) Memberikan contoh cara mengisi administrasi.
3) Menjelaskan administrasi kelas yang akan dikerjakan.
4) Memilih prosedur evaluasi penelitian.
5) Melaksanakan tindakan.
6) Menyiapkan administrasi kelas.
b. Pelaksanaan Tindakan

JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 2 |Edisi 27|Januari 2013

81
Dalam tahap ini langkah-langkah pembelajaran dan tindakan mengacu pada perencanaan
yang telah dibuat yaitu: Menyusun administrasi kelas yang terdiri atas RPP, silabus,
persiapan mengajar, Bank Data Siswa (BDS), program semester, buku perkembangan anak
didik, buku keuangan, buku tamu, buku Bimbingan Penyuluhan (BP), buku kecakapan
hidup untuk siswa, dan hasil penilaian untuk siswa.
c. Observasi
Pada tahap ini terdiri dari pengumpulan data serta mencatat kinerja guru pada saat
pelaksanaan tindakan berlangsung. Observer bertugas mengamati kinerja guru dalam
penyusunan administrasi kelas dengan mengacu pada lembar observasi.
Observasi ini dilakukan oleh peneliti yaitu dengan mengamati kinerja guru dalam
penyusunan administrasi kelas. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah kinerja guru
sudah sesuai dengan apa yang tercantum dalam lembar observasi atau tidak. Sehingga hasil
observasi dapat diperbaiki pada siklus berikutnya.
d. Refleksi
Refleksi merupakan pengkajian hasil data yang telah diperoleh saat observasi oleh peneliti,
praktikan dan pembimbing. Refleksi berguna untuk memberikan makna terhadap proses
dan hasil (perubahan) yang telah dilakukan. Hasil refleksi yang ada dijadikan bahan
pertimbangan untuk membuat perencanaan tindakan dalam siklus selanjutnya yang
berkelanjutan sampai administrasi kelas dinyatakan baik dan berhasil.
Peneliti akan melakukan refleksi diakhir penilaian kinerja guru dengan merenungkan
kembali secara intensif kejadian atau peristiwa yang menyebabkan sesuatu yang
diharapkan atau tidak diharapkan. Refleksi merupakan bagian yang sangat penting untuk
memahami dan memberikan makna terhadap penyusunan administrasi kelas yang terjadi
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Mengecek kelengkapan data pengumpulan data yang terjaring selama proses tindakan.
2) Mendiskusikan dan pengumpulan data antara kinerja guru dalam penyusunan
adinistrasi kelas, peneliti atau kepala sekolah (pembimbing) berupa hasil nilai kinerja guru
dalam pembuatan/penyusunan administrasi kelas, hasil pengamatan, catatan lapangan, dan
lain-lain.
3) Penyusunan

rencana

tindakan

berikutnya

yang

dirumuskan

dalam

skenario

pembelajaran dengan berdasarkan pada analisis data dari proses dalam tindakan
sebelumnya untuk memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I
untuk menyusun tindakan yang akan dilakukan pada siklus II.

JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 2 |Edisi 27|Januari 2013

82
3. Instrumen Penelitian
a. Pedoman Observasi
Pedoman observasi yang dilakukan peneliti, untuk mengamati seluruh kinerja guru. Tujuan
tindakan observasi adalah untuk memperoleh data kinerja guru dalam penyusunan
administrasi kelas sehingga didapatkan hasil perubahan kinerja guru dalam penyusunan
administrasi kelas.
b. Pedoman Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh
informasi dari terwawancara. Yang diwawancarai oleh peneliti adalah guru. Pedoman
wawancara ini bisa mengenai kinerja guru yang telah dilaksanakan. Tujuan diadakannya
wawancara adalah untuk memperoleh data verbal atau konfirmasi dari kinerja guru
mengenai penyebab kesulitan dalam penyusunan administrasi kelas di SD Negeri
Tanjungsari I Taman.
D. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data melihat dari kinerja guru dalam menyusun administrasi kelas. Adapun
kisi-kisi yang diambil data dalam penelitian ini adalah,
Format Penilaian Administrasi Kelas
Nama Guru : ...........................

Tugas Mengajar

: ..................................

NIP

Tanggal Penilaian

: ..................................

: ..........................

Jabatan/Gol : ..........................
No

Nama Administrasi

1
2
3
4
5
6

RPP
Silabus
Persiapan mengajar
Bank Data siswa
Program semester/prota
Buku perkembangangan

7
8
9

anak didik
Buku intentaris sekolah
Buku Keuangan
Buku
Bimbingan

10

Penyuluhan (BP)
Buku kecakapan hidup

11

untuk siswa
Buku Penilaian/Evaluasi

Penilaian
Baik

Kurang

JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 2 |Edisi 27|Januari 2013

Keterangan

83
siswa
Tabel 3.4 Kisi-kisi Format Penilaian
E. Metode Analisis Data
Data yang sudah terkumpul disusun dalam tabel dan dan dinyatakan dalam presentase
antara lain jumlah yang baik dan yang kurang baik. Adapun kriteria presentase jika
tergolong baik di atas 70 %. Jika tergolong kurang di bawah 70 %.
HASIL PENELITIAN
Implementasi Supervisi Manajemen Sekolah pada Administrasi Kelas di SDN
Tanjungsari I
A. Siklus I
Siklus I yang dilaksanakan pada hari Senin 12 Juli 2010. Pada awal ajaran baru sebelum
proses pembelajaran dimulai. Sebelum awal penelitian diadakan rapat dan pembinaan
dalam penyusunan administrasi kelas. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian
penyusunan administrasi kelas. Dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap
sebagai berikut:
1. Perencanaan
Dalam tahap perencanaan ini, peneliti harus mempersiapkan semua pendukung maupun
komponen pelaksanaan penelitian seperti:
a. menetapkan hal yang dikerjakan oleh guru.
b. menyiapkan hal yang akan disusun seperti perencanaan program tahunan, program
semester, program RPP, dan silabus.
c. mencermati administrasi yang di selesaikan
d. memahami isi SK dan KD untuk menyusun program tahunan, program semester,
program RPP, dan silabus.
e. kepala sekolah melakukan pembinaan pada guru pada forum kemajuan kompetensi guru
SDN Tanjungsari I Taman.
f. kepala sekolah melakukan pelatihan tentang penyusunan administrasi kelas.
g. guru mengaji hasil forum pembinaan dan mengaji SK dan KD untuk menyusun RPP
serta mengaji visi dan misi sekolah SDN Tanjungsari I Taman.
2. Implementasi
Kegiatan yang dilakukan dalam implementasi yaitu sebagai berikut:
a). Mendata nama-nama guru yang mengumpulakan hasil kinerjanya.
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 2 |Edisi 27|Januari 2013

84
b). Tiap guru menyerahkan hasil kinerja kepada kepala sekolah.
c). Hasil pekerjaan guru tentang administrasi kelas, dikumpulkan di kepala sekolah. Kepala
sekolah menyeleksi, menilai, dan mengevaluasi hasil kinerja guru.
d). Kepala sekolah mendata administrasi yang dikerjakan guru. Setelah mendata kepala
sekolah mengevaluasi hasil kinerja guru.
e). Setelah mengevaluasi kinerja guru, kepala sekolah memasukan penilaian ke lembar
instrumen yang sudah ditetapkan di bab III.
f). Kepala sekolah menganalisis hasil kinerja guru apakah guru tersebut tergolong baik atau
masih kurang.
g) kepala sekolah memperesentasi hasil kinerja guru tentang penyusunan administrasi
kelas.
3. Observasi
Kegiatan observasi berlangsung pada saat yang hampir bersamaan dengan kegiatan
implementasi. Pada saat peneliti mengadakan pengamatan terhadap kinerja guru. Hasil
pengamatan peneliti terhadap kinerja guru tentang penyusunan administrasi kelas pada
siklus I yaitu sebagai berikut: pada ajaran baru penelitian ini berlangsung melukukan
penelitian dan merencanakan administrasi kelas yang akan di ajarkan kepada anak didiknya
pada tahun pelajaran 2010/2011. Penyusunan administrasi kelas disusun sebelum
pelaksanaan pembelajaran. Penyusunan program sekolah diikuti oleh kepala sekolah,
komite, dan guru melalui forum.
4. Refleksi
Hasil penelitian/observasi kinerja guru pada siklus I dapat digolongkan dalam kategori
kurang. Oleh karena itu peneliti menyimpulkan bahwa ketidak berhasilan penyusunan
administrasi kelas dengan waktu yang singkat pada siklus I disebabkan beberapa hal di
bawah ini:
a.

Guru masih kurang berfikir kritis tentang keadaan siswa dan masih juga kurang

mengaitkan kondisi siswa yang dialaminya serta lingkungan siswa.


b. Waktu yang disediakan terlalu pendek.
c. Guru masih kesusahan tentang menghitung jam efektif
d. Kendala dialami guru adalah tentang penyusunan program semester, program tahunan,
dan RPP
e. Guru masih kurang memahami tentang SK dan KD dalam penyusunan RPP
Berdasarkan asumsi di atas, peneliti merancang pada tindakan padaa siklus II dengan
tindak lanjut sebagai berikut:
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 2 |Edisi 27|Januari 2013

85
a. Melakukan pembinaan kepada guru.
b. Guru mengaji tentang SK dan KD.
c. Guru menafsir pengalaman yang dilakukan pembelajaran yang dilakukan sebelumnya.
C. Siklus II
1. Perencanaan
Siklus II dilaksanakan pada hari Senin, 19 Juli 2010. perbaikan pada sikulus I. Penelitian
ini dilakukan awal masuk tahun ajaran baru 2010/2011. Pada tahap perencanaan ini, yaitu,
1. mempersiapkan kinerja guru perbaikan dalam perbaikan siklus I
2. menyiapkan instrumen penelitian yang dilakukan oleh kepala sekolah
3. guru menyiapkan hal yang akan di evaluasi
4. menyusun administrasi yang sudah ditetapkan pada awal forum yakni hal-hal yang
dinilai dan dijelaskan pada bab III, dan
5. mempersiapkan daftar nilai.
2. Implementasi
Kegiatan yang dilakukan dalam implementasi sebagai berikut:
a. Peneliti melakukan pembinaan pada guru.
b. Guru mgerjakan administrasi kelas.
b. Guru mengumpulkan hasil kinerja.
c. Kepala sekolah menganalisis hasil kinerja guru
d. kepala sekolah memberikan penilaian kepada guru.
e. Kepala sekolah menganalisis hasil penilaian
f. Kepala sekolah memberikan hasil kinerja guru apakah guru tersebut tergolong baik atau
masih kurang
3. Observasi
Kegiatan observasi pada siklus II yaitu mengadakan pengamatan kinerja guru selama
menyelesaikan administrasi kelas.
Hasil pengamatan selama menyelesaikan administrasi kelas pada tahun pelajaran
2010/2011 pada siklus kedua, banyak guru dapat menyelesaikan dengan sungguh-sungguh
di banding pada siklus II.
5. Refleksi
Hasil observasi tes pada siklus II dapat digolongkan dalam kategori baik. Oleh karena itu,
peneliti menyimpulkan:
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 2 |Edisi 27|Januari 2013

86
a. Administrasi kelas sudah terkonsep oleh guru, guru bisa membayangkan atau membuat
rancangan yang akan dikerjakan pada pengajaran di tahun pelajaran 2010/2011.
a. Ada sebagian guru yang masih kurang memahami kondisi sekolah karena masih kurang
percaya kepada anak didiknya apakah mampu atu tidak jika guru menyusun rancangan
yang dibuat.
B. Data Analisis Siklus I
Selanjutnya, peneliti menganalisis hasil penelitian dengan cara menyusun distribusi
frekuensi dan mencari nilai rata-ratanya.

JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 2 |Edisi 27|Januari 2013

87
Tabel 4.1
Hasil Penilaian Kinerja Guru dalam Menyelesaikan Administrasi Kelas pada
Siklus I
No

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Penilaian
1
2
3
4
5
6
7
B K B K B K B K B K B K B

Nama

Ribut R.
Prijani
Siti M.
Tutik
Sulastri
Darmiati
Sri Mulyani
Imam
Sugito
Sri

Waluyani
Sri Katin
Supriyani
S.
Rokhim
Setyoaji

5
5

6
6

45%
45%

55%
55%

6
4

5
7

55%
36%

45%
64%

6
5

5
6

55%
45%

45%
55%

4
5

7
6

36%
45%

64%
55%

72%

27%

45%

55%

36%

64%

55%

45%

5
5

6
6

45%
45%

55%
55%

5
5

6
6

45%
45%

55%
55%

47%

53%

Presentase

Hanifah
S. Afifah Z.

Kritria
8
9
10
11
K B K B K B K B K

Jumlah

Hasil analisis kinerja guru dalam mengelolah kelas pada siklus I dikatogori baik adalah 47
%. Jika dikategorikan kurang adalah 53 %. Dari hasil analisis penelitian ini kepala sekolah
melakukan tindakan pembinaan dan melakukan penilaian lagi pada siklus II.
E. Data Analisis Siklus II
Selanjutnya, peneliti menganalisis hasil penelitian dengan cara menyusun distribusi
frekuensi dan mencari nilai rata-ratanya.

No

Nama

Ribut R.

Prijani

Siti M.

Penilaian
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
B K B K B K B K B K B K B K B K B K B K B K

JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 2 |Edisi 27|Januari 2013

Kritria
B
11

Presentase
B

100

0%

11

%
100

0%

11

%
100

0%

88
4

Tutik

Sulastri

Darmiati

Sri Mulyani

Imam

9
10
11
12
13

Sugito
Sri
Waluyani
Sri Katin
Supriyani S.
Rokhim

14

Setyoaji

15

Hanifah

16

S. Afifah Z.

11

100

0%

11

%
100

0%

11

%
100

0%

11

%
100

0%

11

%
100

0%

11

%
100

0%

11

%
100

0%

%
11

100

0%

11

%
100

0%

11

%
100

0%

11

%
100

0%

11

%
100

0%

11

%
100

0%

Jumlah

Hasil analisis kinerja guru dalam mengelolah administrasi kelas pada siklus I dikatogori
baik adalah 100 %. Jika dikategorikan kurang adalah 0 %. Hasil penelitian kemampuan
guru tentang penyusunan administrasi kelas dikategorikan baik.

JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 2 |Edisi 27|Januari 2013

89
E. Interpretasi
Berdasarkan analisis data tersebut, maka interpretasi yang dapat ditulis dari penelitian ini
terhadap objek penelitian yaitu kemampuan guru tentang penyusunan administrasi kelas
dikategorikan baik..
Kemampuan guru tentang mengelolah administrasi kelas pada siklus I dikatogorikan baik
menghasilkan presentase 47 % dan dikategorikan kurang presentasenya adalah 53 % lalu
diujicobakan pada siklus II. Adapun perubahan pada siklus II. Perubahan ini diperoleh
melalui pembinaan guru kepada kepala sekolah dan pengawas TK/SD. Pada kelemahan
siklus II perlu diperhatikan kelemahan yang ada pada siklus I. Kelemahan-kelemahan pada
siklus I itu banyak kebingungan pada guru-guru di SDN Tanjungsari I Taman. Alternatif
yang dilakukukan oleh kepala sekolah dan pengawas adalah pembinaan individu pada guru.
Hasil kemampuan guru dalam mengelolah administrasi kelas pada siklus II adalah dapat
dilihat dari hasil analisis dan mengunakan rumus presentase diperoleh 100% baik.
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan, kepala sekolah melakukan penelitian ini
demi meningkatkan mutu pendidikan. Yang dinilai adalah administrasi kelas. Administrasi
kelas yang disusun pada tahun pelajaran 2010/2011. Pada siklus I belum mampu
menyelesaikan dengan baik. Hasil yang diperoleh pada siklus I jika dikategorikan baik 47
% dan kategori kurang 53 %.oleh sebab itu demi meningkatkan kemampuan guru dalam
mengelolah kelas dilakukan pada siklus II adalah 100 % dikatakan baik. Sedangkan pada
siklus II kemampuan guru dalam mengelolah administrasi kelas dengan melalui supervisi
klinis mengalami peningkatan.
B. Saran
Beberapa kesimpulan di atas yang menunjukkan bahwa guru SDN Tanjungsari I Taman
tahun ajaran 2010/2011 lebih meningkat dari tahun sebelumnya. Mengelolah administrasi
kelas tidak hanya di awal pembelajaran, tapi juga bisa ada pembaharuan di tengah-tengah
kegiatan. Apabila ada pembaharuan maka guru membuat hasil revisi yang dibuat pada awal
ajaran baru. Secara keseluruhan guru sudah mampu menyusun administrasi kelasdengan
baik. Berdasarkan hal tersebut maka saran yang dapat penulis sampaikan adalah hendaknya
para pengajar lebih meningkatakan kompetensi sebagai guru.

JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 2 |Edisi 27|Januari 2013

90

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka
Cipta.
Depdiknas. 2007. Pedoman Penilaian Hasil Belajar di Sekolah Dasar. Jakarta: Dirjen
Manajemen SD dan Menengah
Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Victoria Dearcin
University Press.
.2007. Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian
Pendidikan. Jakarta.
Suhertian dkk. 1990. Supervisi Pendidikan dalam Rangka Program In-service Education.
Jakarta: Rineka Cipta RC.020.90
Sudjana. 1991. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Rineka Cipta.

JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 2 |Edisi 27|Januari 2013

You might also like