Jurnal Hipertensi

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 5

PERBANDINGAN FREKUENSI POLA MAKAN BERISIKO PENDERITA HIPERTENSI DAN BUKAN PENDERITA HIPERTENSI YANG BERKUNJUNG KE PUSKESMAS KOMBOS

KECAMATAN SINGKIL KOTA MANADO Synthia W. Tanumang* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRACT Hypertension as reported by the WHO - SEARO (2011) led to 8 million people die each year among the world's population and nearly 1.5 million hypertension-related deaths occur Southeast Asia region. The prevalence of hypertension in Indonesia based Basic Health Research (Riskesdas) in 2007 amounted to 31.7% of the total adult population in the city of Manado, while the prevalence of hypertension reached 9.5%. The research was conducted at the health center Kombos Singkil Manado District in April until the month of May 2012. The design of this study is a survey descriptive study with cross sectional design. Sampling was done by purposive sampling. Risky food consumption frequency data obtained through the Food Frequency Questionare. Respondents blood pressure was measured using mercury spygmomanometer brand Riechter - Nova, the data characteristics of the respondents obtained through interviews using questionnaires, the data analyzed by percentage. The results showed that the frequency of consumption of pork in the majority of patients with hypertension in the rare category (86.67%) non-hypertensive group rarely (96.67%). Frequency of consumption of salted fish in the majority of hypertensive patients categorized rarely (66.67%) non-hypertensive group (66.675), and the frequency of coffee consumption in a group of hypertensive patients most often categorized (50%) non-hypertensive group (50%). In conclusion hypertensive patients who frequently consume coffee as much as 50%, 10% rarely, and that does not consume 40%, while for non-hypertensive patients who frequently consume coffee as much as 50%, less 10% and 40% who do not consume. In patients with hypertension who frequently consume salted fish as much as 6.67%, 66.67% seldom, and that does not consume 26.67% while for non-hypertensive patients who frequently consume salted fish as much as 3.33%, 66.67% seldom and who did not consume 30%. In patients with hypertension who frequently consume pork as much as 6.67%, 86.67% seldom, and that does not consume 6.67% while for non-hypertensive patients who often consume pork as much as 0%, 96.67% seldom and are not consumes 3.33% Keywords: Frequency of Food Risk, Hypertension, food frequency and risk of hypertension in women. ABSTRAK Hipertensi seperti yang dilaporkan oleh WHO SEARO (2011) menyebabkan 8 juta orang meninggal setiap tahun diantara penduduk dunia dan hampir 1,5 juta kematian terkait hipertensi terjadi dikawasan Asia Tenggara. Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 sebesar 31,7% dari total penduduk dewasa sedangkan di kota Manado prevalensi hipertensi mencapai 9,5%. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Kombos Kecamatan Singkil Kota Manado pada bulan april sampai bulan mei 2012. Desain penelitian ini adalah survei deskriptif dengan rancangan cross sectional study. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Data frekuensi konsumsi makanan berisiko diperoleh melalui Food Frequency Questionare. Tekanan darah responden diukur dengan menggunakan spygmomanometer air raksa merek Riechter Nova, data karakteristik responden diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner, data dianalisis berdasarkan persentase. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada frekuensi konsumsi daging babi pada kelompok penderita hipertensi sebagian besar pada kategori jarang (86,67%) kelompok non hipertensi jarang (96,67%). Frekuensi konsumsi ikan asin pada kelompok penderita hipertensi sebagian besar dikategorikan jarang (66,67%) kelompok non hipertensi (66,675), dan frekuensi konsumsi kopi pada kelompok penderita hipertensi sebagian besar dikategorikan sering (50%) kelompok non hipertensi (50%). Kesimpulannya penderita hipertensi yang sering mengkonsumsi kopi sebanyak 50%, jarang 10%, dan yang tidak mengkonsumsi 40% sedangkan untuk bukan penderita hipertensi yang sering mengkonsumsi kopi sebanyak 50%, jarang 10% dan yang tidak mengkonsumsi 40%. Pada penderita hipertensi yang sering mengkonsumsi ikan asin sebanyak 6,67%, jarang 66,67%, dan yang tidak mengkonsumsi 26,67% sedangkan untuk bukan penderita hipertensi yang sering mengkonsumsi ikan asin sebanyak 3,33%, jarang 66,67% dan yang tidak mengkonsumsi 30%. Pada penderita hipertensi yang sering mengkonsumsi daging babi sebanyak 6,67%, jarang 86,67%, dan yang tidak mengkonsumsi 6,67% sedangkan untuk bukan penderita hipertensi yang sering mengkonsumsi daging babi sebanyak 0%, jarang 96,67% dan yang tidak mengkonsumsi 3,33%. Kata Kunci : Frekuensi Makanan Berisiko, Hipertensi, Frekuensi makanan berisiko dan Hipertensi Pada Wanita.

PENDAHULUAN Penyakit hipertensi atau lebih dikenal dengan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah 140mmHg (tekanan sistolik) dan atau 90mmHg (tekanan diastolik) (Depkes,2006). Pada saat ini hipertensi adalah faktor risiko terbesar ketiga yang menyebabkan kematian dini, penyakit ini dipengaruhi oleh cara dan kebiasaan hidup seseorang, sering disebut sebagai the killer disease karena penderita tidak mengetahui kalau dirinya menderita hipertensi. Hipertensi juga dikenal sebagai heterogeneouse group of disease karena dapat menyerang siapa saja dari berbagai kelompok umur, sosial, dan ekonomi. Kecenderungan berubahnya gaya hidup memunculkan sejumlah faktor risiko yang dapat meningkatkan angka kesakitan hipertensi (Depkes,2006). Hipertensi seperti yang dilaporkan oleh World Health Organization South East Asia Region 2011 (WHO SEARO) menyebabkan 8 juta orang meninggal setiap tahun diantara penduduk dunia dan hampir 1,5 juta kematian terkait hipertensi terjadi dikawasan Asia Tenggara. Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 sebesar 31,7% dari total penduduk dewasa (Depkes, 2008a), sedangkan di kota Manado prevalensi hipertensi mencapai 9,5% (Depkes, 2008b). Peningkatan jumlah penyakit degeneratif terkait dengan perubahan pola hidup yang dijalani seseorang misalnya pola makan yang cenderung tidak sehat dengan kurangnya makan sayuran dan makanan berserat, kurang berolahraga, dan tingkat stress yang tinggi (KepMenkes, 2010). Para pakar juga menemukan faktor makanan modern sebagai penyumbang utama terjadinya hipertensi. Makanan yang diawetkan dan garam dapur serta bumbu penyedap dalam jumlah yang tinggi, misalnya monosodium glutamate (MSG), dapat menaikan tekanan darah karena mengandung natrium dalam jumlah yang berlebih. (Khomsan, 2004) Banyak ahli yang telah melakukan penelitian mengenai mekanisme terjadinya hipertensi dan kaitannya dengan konsumsi gizi. Salah satu teori menyebutkan bahwa meningkatnya konsumsi kalori dalam bentuk

karbohidrat dan lemak akan meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatik yang akhirnya akan menyebabkan hipertensi. Teori lainnya menyebutkan bahwa bila ginjal mengalami gangguan sehingga tidak dapat mengekspresikan natrium (Na) dalam jumlah normal akibatnya natrium didalam tubuh meningkat sehingga terjadilah hipertensi (Khomsan, 2004) Berdasarkan survei awal dari data 10 penyakit menonjol tahun 2011 di Puskesmas Kombos hipertensi merupakan penyakit terbanyak kedua yaitu 1645 kasus, dimana jumlah kasus baru sebanyak 210 kasus pada tahun 2011. Oleh sebab itu peneliti ingin melakukan penelitian tentang Perbandingan frekuensi konsumsi makanan berisiko penderita hipertensi dan bukan penderita hipertensi yang berkunjung ke puskesmas kombos. TUJUAN PENELITIAN Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi konsumsi makanan berisiko pada penderita hipertensi dan bukan penderita hipertensi yang berkunjung ke Puskesmas kombos. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui frekuensi konsumsi kopi pada penderita hipertensi dan bukan penderita hipertensi yang berkunjung ke Puskesmas kombos. 2. Untuk mengetahui frekuensi konsumsi

3.

Ikan asin pada penderita hipertensi dan bukan penderita hipertensi yang berkunjung ke Puskesmas kombos. Untuk mengetahui frekuensi konsumsi daging babi pada penderita hipertensi dan bukan penderita hipertensi yang berkunjung ke Puskesmas kombos.

MANFAAT PENELITIAN Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan dan informasi serta pertimbangan dalam rangka meningkatkan wawasan masyarakat tentang pengaruh mengkonsumsi makanan berisiko tehadap hipertensi. 2. Sebagai referensi untuk penelitian lanjutan

METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Kombos Kecamatan Singkil Kota Manado mulai April 2012 sampai dengan Mei 2012. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan Cross sectional study yang diambil secara purposive sampling. Populasi dan Sampel 1. Populasi : Populasi dalam hal ini penderita perempuan yang berkunjung ke Puskesmas Kombos Timur pada bulan April sampai bulan Mei 2012. 2. Sampel : Sampel dalam penelitian ini diperoleh secara Purposive sampling yaitu 60 wanita yang terdiri dari 30 penderita hipertensi dan 30 bukan penderita hipertensi. Definisi Operasional 1. Hipertensi adalah tekanan darah sistolik 140 mmHg dan tekanan darah diastolik 90 mmHg atau bila pasien memakai obat antihipertensi. 2. Kasus adalah wanita yang menderita hipertensi dan memiliki tekanan darah sistol 140mmHg dan atau diastol 90mmHg 3. Kontrol adalah wanita yang tidak menderita hipertensi dan memiliki tekanan darah sistol <140mmHg dan atau diastol <90mmHg 4. Pola makan berisiko dapat diartikan informasi yang memberikan gambaran mengenai frekuensi konsumsi makanan yang jika jumlah konsumsinya tidak tepat dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi 5. Frekuensi konsumsi makanan berisiko adalah jumlah makanan yang jika dikonsumsi dalam jumlah yang tidak tepat akan menimbulkan risiko hipertensi diukur dengan menggunakan food frequency questionare Instrumen Penelitian 1. Kuesioner Identitas responden 2. Formulir food frequency questionare (FFQ) 3. Alat Ukur Tekanan Darah (Sphyngomanometer) Prosedur Penelitian Persiapan Penelitian a. Pengurusan Surat Izin Penelitian Sebelum melaksanakan penelitian harus dilakukan pengurusan surat izin penelitian. Surat izin penelitian ini dibuat di Puskesmas Kombos Manado.

b. Tenaga Pengumpul data Perawat yang mengukur tekanan darah, Mahasiswa FKM Pelaksanaan Penelitian a. Pengukuran Tekanan Darah b. Wawancara dengan menggunakan Frequency Questionare HASIL PENELITIAN Karakteristik responden penelitian distribusi umur responden umumnya berada pada kelompok umur 35 44 tahun masing masing sebanyak 11 orang, distribusi pekerjaan responden yang paling banyak untuk kelompok hipertensi adalah IRT yaitu 29 orang (96,6%), paling sedikit adalah Swasta 1 orang (3,33%). Sedangkan untuk kelompok non hipertensi yang paling banyak adalah IRT 23 orang (76,6%), paling sedikit adalah PNS 1 orang (3,33%), distribusi tingkat pendidikan responden yang paling banyak untuk kelompok hipertensi

Food

adalah SD yaitu 12 orang (49,3%), paling sedikit adalah SMP dan SMA masing masing 9 orang (30%). Sedangkan kelompok non hipertensi yang paling banyak adalah SMA yaitu 14 orang (46,7%), paling sedikit adalah SD yaitu 7 orang (23,3%).
distribusi tingkat pendidikan responden yang paling banyak untuk kelompok hipertensi adalah SD yaitu 12 orang (49,3%), paling sedikit adalah SMP dan SMA masing masing 9 orang (30%). Sedangkan kelompok non hipertensi yang paling banyak adalah SMA yaitu 14 orang (46,7%), paling sedikit adalah SD yaitu 7 orang (23,3%). tekanan darah pada kelompok hipertensi yang tertinggi yaitu 220mmHg sistol dan 110mmHg diastol untuk tekanan darah yang paling rendah yaitu 140mmHg sistol dan 80mmHg diastol, rata rata tekanan darah 153mmHg sistol dengan Standar Deviasi 20,197 dan rata rata tekanan darah 98mmHg diastol dengan Standar Deviasi 11,861. Sedangkan pada kelompok non hipertensi tekanan darah yang tertinggi yaitu 130mmHg sistol dan 90mmHg diastol, untuk tekanan darah yang paling rendah yaitu 100mmHg sistol dan 90mmHg diastol rata rata tekanan darah 114,67mmHg sistol dengan

Standar Deviasi 6,288 dan rata rata tekanan darah 88,33mmHg diastol dengan Standar Deviasi 6,477. Perbandingan frekuensi konsumsi daging babi, kopi, dan ikan asin pada penderita hipertensi dan bukan penderita hipertensi, frekuensi konsumsi kopi pada kelompok penderita hipertensi sebagian besar dikategorikan sering (50%) keadaan ini sama dengan yang pada kelompok penderita non hipertensi yaitu sering (50%). frekuensi konsumsi ikan asin pada kelompok penderita hipertensi sebagian besar dikategorikan jarang (66,67%) keadaan ini sama dengan yang terjadi pada kelompok penderita non hipertensi, frekuensi konsumsi daging babi pada kelompok penderita hipertensi sebagian besar pada kategori jarang (86,67%), keadaan ini mirip dengan kelompok penderita non hipertensi yaitu sebagian besar pada kategori jarang (96,67%). Perbandingan Frekuensi Konsumsi Makanan Berisiko Penderita hipertensi dan bukan penderita hipertensi
Frekuensi Hipertensi Non Hipertensi n %

50%, jarang 10% dan yang tidak mengkonsumsi 40%. 2. Pada penderita hipertensi yang sering mengkonsumsi ikan asin sebanyak 6,67%, jarang 66,67%, dan yang tidak mengkonsumsi 26,67% sedangkan untuk bukan penderita hipertensi yang sering mengkonsumsi ikan asin sebanyak 3,33%, jarang 66,67% dan yang tidak mengkonsumsi 30%. 3. Pada penderita hipertensi yang sering mengkonsumsi daging babi sebanyak 6,67%, jarang 86,67%, dan yang tidak mengkonsumsi 6,67% sedangkan untuk bukan penderita hipertensi yang sering mengkonsumsi daging babi sebanyak 0%, jarang 96,67% dan yang tidak mengkonsumsi 3,33%. SARAN

1. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pola makan yang sehat agar terhindar dari berbagai penyakit seperti hipertensi 2. Membiasakan pola gizi seimbang untuk mengurangi resiko terjadinya hipertensi
DAFTAR PUSTAKA Afrianto E, & Liviawaty E. 2007. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius Aisyiyah F. 2009. Faktor Risiko Hipertensi Pada Empat Kabupaten/Kota Dengan Prevalensi Hipertensi Tertinggi di Jawa dan Sumatera. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Anonimous. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke-3 Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius, FAKED UI Bustan M.N, 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta Budiarto E. 2002. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Budiarto E, & Aggraeni D. 2001. Pengantar Epidemiologi Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Depkes RI, 2006. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Hipertensi.

n % Frekuensi Konsumsi Kopi Sering 15 50 15 50 Jarang 3 10 3 10 Tidak 12 40 12 40 Frekuensi Konsumsi Ikan Asin Sering 2 6,67 1 3,33 Jarang 20 66,67 20 66,67 Tidak 8 26,67 9 30 Frekuensi Konsumsi Daging Babi Sering 2 6,67 0 0 Jarang 25 86,67 29 96,67 Tidak 2 6,67 1 3,33 Ket: sering 1 6 kali per minggu, jarang 3 kali per bulan, dan tidak yaitu yang tidak pernah mengkonsumsi.

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pada penderita hipertensi yang sering mengkonsumsi kopi sebanyak 50%, jarang 10%, dan yang tidak mengkonsumsi 40% sedangkan untuk bukan penderita hipertensi yang sering mengkonsumsi kopi sebanyak

Ditjen PPM & PL, Departemen Kesehatan RI. Jakarta Depkes RI. 2008a. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia Depkes RI, 2008b. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara. Balai Data Surveilans dan Sistem Informasi Kesehatan. Depkes, 2011. Profil Kesehatan Puskesmas Kombos Manado : PKM Kombos Depkes, 2011. 10 Penyakit Menonjol Kota Manado. Manado Dalimartha S, Purnama B, Sutarina N, & Mahendra B. 2008. Hipertensi. Jakarta: Penerbit Penebar Plus Gibney J.M, Margetts M.B, & Kerney M.J. 2005. Gizi kesehatan Masyarakat. Terjemahan oleh Hartono Andry. 2009. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Gunawan L. 2001. Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta: Penerbit Kasinius. Harrison.1994. Prinsip prinsip Ilmu Penyakit Dalam Vol 1 Edisi 13. Terjemahan Oleh Asdie HA. 1999. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Ingtyas F. 2009. Pengaruh Gizi Terhadap Hipertensi dan Program Penanggulangannya: 9-15 Irza S.2009. Analisis faktor risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung Sumatera Barat, (Online) (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123 456789/14464/1/09E02696.pdf), di akses 29 april 2012) Iskandar M. 2010. Health Triad. Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo Kandou. D.G. 2009. Kebiasaan Makan Makanan Etnik Minahasa di Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Kesehatan Masyarakat, vol. 3. No. 2 Khomsan A, 2004. Pangan dan gizi untuk kesehatan. PT RajaGrafindo Persada.Jakarta Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 264 Tahun 2010. Pedoman Penanggulangan Masalah Kesehatan Intelegensia Akibat Gangguan Degeneratif. Jakarta Morton GP. 1995. Panduan Pemeriksaan kesehatan Edisi ke 2. Terjemahan Oleh

Kurnianingsih Sari. 2005. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Noor, N. 2008. Epidemiologi. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta Rahmawati Y.L. 2010. Food Frequency Questionare (FFQ). Malang: Fakultas Kedokteran Brawijaya. Rebecca. 2010. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dan Hipertensi Pada Wanita Di Kabupaten Sukoharjo Semiun Y. 2006. Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Penerbit Kanisius Sihombing M. 2010. Hubungan Perilaku Merokok Konsumsi Makanan/Minuman dan aktifitas Fisik dengan Penyakit Hipertensi Pada Responden Obes Usia Dewasa di Indonesia. Manajemen Kedokteran Indonesia, Vol. 60. No. 9 Togatorov, A. 2012. Bahaya Daging Babi untuk Kesehatan Menurut Riset Kedokteran dan Gizi (Online) diakses dari http://www.armhando.com/2012/03/bah aya-daging-babi-untuk kesehatan.html. Diakses 10 agustus 2012 WHO SEARO 2011. Hypertention And Factsheet (Online) diakses dari http://www.who.int/mediacentre/factshe et/fs339/en/index.html. Diakses 10 Juli 2012

You might also like