Determinan Penyakit Stroke: Determinant of Stroke Disease

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 9

Artikel Penelitian

Determinan Penyakit Stroke

Determinant of Stroke Disease

Woro Riyadina* Ekowati Rahajeng**

*Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementeri


Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemen

Abstrak
Penyakit stroke merupakan penyebab kematiaan
cdaatnakneckronik yang paling tinggi pada kelompok umur
diatas usiau4n5tetarbhanyak di Indonesia. Tujuan penelitian ini
untuk mengidentifikaetseirmd inan utama yang berhubungan
dengan penyakit stroke pada madi skyealurraahkaant Kebon
Kalapa Bogor. Analisis lanjut terhadarepsp1o.9n1d2en subset
baselidnaeta penelitian Studi Kohort Faktor Risiko Pent
yTaidkai k

mographic characteristics, health status and risk


behtaaviaor.nDaaly was performed by multiple logistic regression
test. This studreyvealed tha stroke disease was found in 49
people (2.6%). The main detenramint o stroke included hypertension
(OR = 4.20; 95% CI = 2.20 8.03), croonary
heart disease (OR = 2.74; 95% CI = 1.51 4.99), diabetes
m(eOlliRtus=
2.89; 95% CI = 1.47 5.64), and low economic status (OR = 1.853%;
9CI
" 1.03 3.33). Prevention of stroke should be done by incrienag
esducation
Menular Data dikumpulkan dengan metode wawancaernadupdaukda p (campaign) through the control of major risk fas
cotfohrypertension and pre
tetap di kelurahan Kebon Kalapa, Kecamatan
Stroke disease is the leading cause of death a
BogoogroTretnagahuhn, B 2012. Diagnosis stroke berdasarkan
over the age of 45 years in Indonesia. The aim
anamnesis danapaemnerdikoskter spesialis syaraf. Variabel
major determinants of stroke disease in Kebon
independen melipkutetirkisatikrasosiodemografi, status kesehatan
A deep analyze was conducted in 1.912 respondents bao
dan perilaku berisiko. Data diangnaanliusijsi rdeegresi logistik
of baseline data Risk Factors Cohort Study
ofCNoomnmunicable
ganda. Penyakit stroke ditemukan pada2,64%9) (orang.
Determinan utama stroke meliputi hipertensi (OR = 4,20; IK
95%,2=02 8,03), penyakit jantung koroner (OR = 2,74; IK 95=
%1,51 4,99), diabetes
melitus (OR = 2,89; IK 95% = 1,47 5,64), dan status
ekonomikminis(OR
" 1,83 ; IK 95% = 1,03 3,33). Pencegahan penyakit stroke
udkilaank dengan peningkatan edukasi (kampanye/penyulu
dalian faktor risiko utama yaitu hipertensi dcaegn
penyakit degeneratif lain yaitu penyakit jantruon
melitus.
Kata kun:cHi ipertensi, penyakit jantung koroner, stro
Abstract

vention of other degenerative diseases are coronary heaart


dsieseand di betes mellitus.
Keyword:sHypertension, coronary heart disease, stroke

Pendahuluan
Stroke adalah penyakit gangguan fungsional otak
fokal maupun general secara akut, lebih dari 24 jam
kecuali pada intervensi bedah atau meninggal, berasal
dari gangguan sirkulasi serebral.1 Stroke merupakan
salah satu penyebab kematian dan kecacatan

neurologis yang utama di Indonesia. Sebagian besar


kejadian strok tersebut adalah stroke nonhemoragik.2
Di Indonesi hasil Riskesdas tahun 2007
menunjukkan bah prevalensi stroke adalah delapan
perseribu pendud dan prevalensi di kota Bogor sekitar
1,1% atau 11 duduk per seribu.3,4 Stroke merupakan
penyebab matian terbanyak pada kelompok usia > 5
tahun
kotaan (19,4%) dan di perdesaan (16,1%).3,5
merupakan penyebab kecacatan kronik yang palin
gi pada kelompok umur di atas usia 45 tahun. J

Diseases. Data was collected by interviews on Kebpoan Kcaomlamunity,


Bogor in 2012. Stroke diagnosis was determined by anaismanensd
A
nsi: Woro Riyadina,
B Kesehatan Kementerian Kesehatan RI,
neu- rological examination with specialist. Independent vasrwiaerbe
Jl.
10560,
Hp.
sleociode08

Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional


Vol. 7,

serat digambarkan dengan kebiasaan konsumsi buahbuahan dan sayur-sayuran. Kebiasaan konsumsi serat dihitung dengan frekuensi konsumsi buah dan sayur le
dari 6 kali per minggu. Responden yang mengalami ga
guan emosional (stres) jika mengalami minimal 6 ge
dari 20 gejala dalam instrument Self Report
Questionnaire (SRQ).
Data dianalisis dengan menggunakan software
anali- sis data. Uji kai kuadrat digunakan untuk
membedakan proporsi berdasarkan karakteristik. Uji
logistik ganda di- gunakan untuk menentukan
determinan utama yan berhubungan dengan penyakit
stroke dengan mengontro beberapa konfonder dan
menghitung risiko (adjuste odds ratio). Baseline data
ini sudah mendapatkan izin etik dari Komisi Etik
Badan Penelitian dan Pengem bangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republi Indonesia.
Hasil
Dari 1.912 responden yang diwawancara dan diper
sa oleh dokter spesialis syaraf terdapat 49 orang ya
didiagnosis mengalami penyakit stroke (2,6%). Proporsi
stroke yang berbeda bermakna (p < 0,05) terdapat pada
variabel umur untuk kelompok umur 35 44 tahun dan
status ekonomi miskin. Proporsi responden yang mengalami stroke lebih tinggi kemungkinan terjadi atau
berisiko pada responden yang mempunyai umur 35 44
tahun dan terjadi pada kelompok yang mempunyai kate
gori status ekonomi yang miskin (kuintil 1 dan kuintil 2
(Tabel 1).
Perbedaan proporsi yang bermakna (p < 0,05) riw
Tabel 1. Proporsi Penyakit Stroke Menurut Karakteristik Sosiodoegmrafi

Penyakit Stroke
Karakterist
ik
Sosiodemog
rafi
Jenis kelamin
Usia

Pendidikan

Jenis pekerjaan
Suku ayah

Kepemilikan
askes
Status ekonomi

326

Kategori

Y
a
n

Laki-laki
Perempuan
25 34
tahun
35
44
tahun
45 54
tahun
55
65
tahun SD
Tamat
SMP SMA
D3 PT
Pemikir
Tenaga fisik
Suku lain
Jawa
Sunda
Betawi
Ya
Tidak
Tidak miskin
Miskin

1
6
3
23
1
3
2
4
1
0
2
4
2
32
2
2
57
3
4
10
1
6
3
3
2
4
2
5

Tidak
(
%
2,
0
3,
0
0,
4
2,
3
4,
4
3,
1
3,
2
2,
0
3,
0
2,
5
2,
6
3,
3
1,
0
2,
8
2,
3
2,
3
2,
7
2,
0
3,
5

5
2
3
1

1
3
4
2

95
,6
96
,9

1
0,70

Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional


Vol. 7,
Tabel 4. Proporsi Penyakit Stroke Menurut Perilaku Berisiko

Penyakit Stroke

Perilaku Berisiko

Kategori

Ya
n

Merokok

Aktivitas fisik
Konsumsi
alkohol
Konsumsi serat
Mental
emosional

Tiap hari
Kadang-kadang
Mantan
perokok
Tidak
merokok
Ku
Cu
Ya
Tid
Kurang
Cukup
Terganggu
Tidak

7
5
1
1
2
6

(
%
1,
2
2,
8
4,
3
2,
9

2
0
2
7
2
1
2
8

2,
6
2,
6
2,
4
3,
9
2,
0

Tidak
n

Tabel 5. Determinan Utama Penyakit Stroke Kota Bogor

Penyakit Stroke
Determinan
Utama

Kategori

Ya
n

Hipertensi
Jantung koroner
Diabetes melitus
Status ekonomi

Keterangan :
*A

Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Miskin
Tidak
Miskin

3
5
1
4
2
9
2
0
1
4
3
5
2
4
2
5

(
%
5,
9
1,
1
5,
5
1,
4
8,
0
2,
0
2,
0
3,
5

ntarvariabel

ini menggambarkan risiko mengalami stroke lebih tin


pada responden yang berumur 35 44 tahun dib
dingkan dengan umur yang lebih muda. Serang
penyakit stroke telah bergeser ke umur yang lebih mu
(umur sekitar 40 tahun). Hal ini sesuai dengan hasil re
ta umur responden kohort yang terdiagnosis stroke d
awal studi yaitu 46,9 9,3 tahun.8 Hasil ini berbed
dengan data penelitian epidemiologi di Indonesi
sebelumnya yang menunjukkan usia rerata stroke 58
tahun dengan prevalensi 0,8%.3,6,9 Hal ini menunjukka
bahwa onset terkena stroke lebih muda dengan prevale
si yang lebih banyak. Penelitian di China, pasien men
alami stroke pada usia < 50 tahun karena propor
merokok dan konsumsi minuman beralkohol yang tin
gi.10 Kenaikan risiko serebro infark dan faktor ris
vaskuler pada umur dewasa muda terutama terjad
negara berkembang berhubungan dengan pening
perilaku merokok dan urbanisasi.11

328

n
557
1.292
5
1
1
1
1.176
683

(
%

Berdasarkan status ekonomi, responden yang


(kuintil 1 dan kuintil 2) berisiko lebih tinggi untuk

Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7, No. 7, Februari


2013

Daftar Pustaka
1. Kustiowati, E. Trombosis di bidang neurologi:
stroke
iskemik.
Semarang:
Bagian
Neurologi
Universitas Diponegoro; 2003.
2. Iskandar J. Patofisiologi stroke infark akibat
tromboemboli [online]. Medan: Universitas Sumatera
Utara; 2002 [diakses tanggal 11 Maret
2010].
Diunduh
dari:
http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah- iskandar
%20japardi31.pdf, 2002.
3. Badan
Penelitian
dan
Pengembangan
Kesehatan.
Laporan Riset
Kesehatan Dasar 2007. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2008.
4. Badan
Penelitian
dan
Pengembangan
Kesehatan.
Laporan Riset Kesehatan Dasar Jawa Barat 2007.
Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia;
2008.
5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan
Survei
Kesehatan
Nasional.
Jakarta:
Departemen
Kesehatan Republik Indonesia; 2001.
6. Misbach J, Ali W. Stroke in Indonesia: a first large
prospective hospital- based study of acute stroke in
28 hospitals in Indonesia. Journal of
Clinical
Neuroscience 2001; 8( 3): 245-49.
7. Mansjur A. Kapita selekta kedokteran. 3rd ed.
Jakarta: Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran;
2000.
8. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Laporan
akhir peneli- tian. Studi kohor tumbuh kembang anak
dan faktor risiko penyakit tidak menular tahun 2012.
Jakarta:
Pusat
Teknologi
Intervensi
Kesehatan
Masyarakat, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia;
2012.
9. Kusuma Y, Venketasubramanian N, Kiemas LS, Misbach
J. Burden stroke in Indonesia. International Journal
Stroke. 2009; 4(5): 379-80.
10. Zhou G, Liu. X, Xu G, Liu X, Zhang R, Wusheng. The
effect of so-

330

cioeconomic status on three-year mortality after


first-ever ischemic stroke in Nanjing, China. BMC
Public Health. 2006; 6: 227.
11. Brainin M, Teuschl Y, Kalra L. Acute treatment and longterm management of stroke in developing countries.
Lancet Neurology. 2007; 6 (6): 55361.
12. Cox AM, McKevitt C, Rudd AG, Wolfe CD. Socioeconomic
status and stroke. Lancet Neurology. 2006; 5: 1818.
13. Jakovljevi D, Sivenius SC, Torppa J, Mhnen M,
Immonen-Rih P, Kaarsalo E, et al. Socioeconomic
status and ischemic stroke: The FIN- MONICA Stroke
Register. Stroke. 2001; 32: 1492-8.
14. Addo J, Ayerbe L, Mohan KM, Crichton S, Sheldenkar A,
Chen R, et al. Socioeconomic status and stroke: an
updated review. Stroke. 2012; 43(4): 1186-91.
15. Rossum CT, Mheen H, Breteler MM, Grobbee DE,
Mackenbach JP. Socioeconomic differences in stroke
among Dutch elderly women: the Rotterdam Study.
Stroke. 1999; 30(2): 357-62.
16. Kuper H, Adami HO, Theorell T, Weiderpass E.
Socioeconomic gradi- ent in middle aged women in
Sweden. Stroke. 2007; 38: 27-33.
17. Bonita R, de Counter M, Dwyen T, Jamrozik K,
Winkelmann R. Surveillance of risk factors for noncommunicable diseases: The WHO STEPwise approach.
Geneva: World Health Organization, 2001.
18. Prasetiya Y. Faktor risiko yang berpengaruh terhadap
kejadian strok non hemoragik, studi kasus control
pada pasien RSU Prof. Margono Soekarjo Purwokerto
[tesis].
Semarang:
Universitas
Diponegoro
Semarang; 2002.
19. World Health Organization. Non-communicable disease
surveillance
and prevention in South-East Asia
Region. India: World Health Organization; 2011.

You might also like