Faktor-Faktor Yang Berkaitan Dengan Asupan Energi Dan Zat Gizi Pasien Kanker Di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta
Faktor-Faktor Yang Berkaitan Dengan Asupan Energi Dan Zat Gizi Pasien Kanker Di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta
Faktor-Faktor Yang Berkaitan Dengan Asupan Energi Dan Zat Gizi Pasien Kanker Di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta
WHO (2003) reported that more than 10 million people suffering from
cancer which rate of development was about 20% annually. In Indonesia,
prevalence of cancer was 4.3 out of 1000 and it’s predicted that 12 million people
are suffering from cancer each year (Riskesdas 2008). Shike (1996) stated that
the result of cancer treatment (operation, chemotherapy, and/or radiation) was
malnourished which about more than 40% patients of cancer. The objectiveof this
studywas toanalyze factorsassociated withenergy and nutrients intake of cancer
patients at Cancer Hospital of DharmaisJakarta. The study was conductedusinga
cross-sectional design.The number of samplesin this studywere 63who were
hospitalizedat least threedays and can consump which were served by hospital
.Based on thesurvey showed that the most prevalent of cancer was breast
cancer(19%) and there are 19 kind of tumors and cancers. More than half(60%)
of samples had anormal nutritional status, 41% ofsamplescome tohospitalaims
tocarry outthe chemotherapy, and 56% of samples were hospitalize during5-10
days. The averageadequacy level ofenergy andprotein were 50.1% and 44.9%,
respectively.Furthermore, the adequacy level ofvitamin A, C, and E were 19.3%,
82%, and 8.2%, respectively. Based onlinearregressionanalysis showed
thatperiod of hospitalizationand medication/treatment significantly influenced
theenergy and protein intake by21.6% and 21.7%, respectively.
SAUMI LIL HAIRI. Faktor-Faktor yang Berkaitan dengan Asupan Energi dan Zat
Gizi Pasien Kanker di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta. Dibimbing oleh
LILIK KUSTIYAH DAN RIRIN HARIANI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat
Menyetujui :
Dr. Ir. Lilik Kustiyah, M. Si. dr. Ririn Hariani, Sp. GK NIP. 19620507
198703 2 001 NIP. 19660128199102 2 001
Mengetahui :
Ketua
Tanggal Lulus:
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Faktor-faktor yang Berkaitan dengan Asupan Energi dan Zat GiziPasien Kanker
di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta” sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Gizi di Mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat,
Fakultas ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan masukan dari
banyak pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Lilik Kustiyah, M. Si selaku dosen pembimbing dan dr. Ririn
HarianiSp.GK selaku pembimbing di RSKD yang senantiasa membimbing,
menyemangati, memberikan saran, masukan, dan arahannya kepada
penulis dalam penyusunan skripsi ini.
2. Prof. Dr. Ir Evy Damayanthi, MS selaku dosen pemandu seminar dan dosen
penguji atas semua saran dan masukannya demi kesempurnaan skripsi ini.
3. Dr. Rimbawan selaku dosen pembimbing akademik yang senantiasa
membimbing, menyemangati, memberikan saran, masukan, dan arahannya
kepada penulis sejak awal kuliah hingga terselainya skripsi ini.
4. Kedua orang tua dan kakak-kakakuserta keluarga yang senantiasa
mendoakan dan memberi dukungan serta semangat moral, spiritual, dan
material.
5. Seluruh staf, karyawan dan pegawai Rumah Sakit Kanker Dharmais yang
telah memberi ijin dan bantuannya dalam membimbing dan membantu
penulis dalam melakukan penelitian.
6. Seluruh pasien rawat inap kelas III, II, dan jamkesmas yang telah bersedia
dijadikan contoh dalam penelitian.
7. Teman-teman enumerator proyek FIS INA di Jakarta khususnya kak arce.
Kakakku di DPM kak devi, kak enum, kak risma, dan kak hadi yang selalu
memberi motivasi dan dukungan kepada penulis.
8. Civitas Departement Gizi masyarakat: Tim dosen, tata usaha, karyawan,
fotokopian, perpustakaan, GM 44, GM 45, GM 46, dan GM 47.
9. Teman-teman terbaik dan tersayang: Fachruddin, Triko, Tika, Egun, Asep,
Agus, Rohadi, Yasmin, Laely, Azny, Nazhif, Besti, Taufik, Hafiz, Devi dan
Sonia atas berbagi ilmu, motivasi, dukungan, bantuan, kebersamaan,
keceriaan, semangat, serta kerja sama sejak awal masuk kuliah hingga saat
ini.
10. Sahabat-sahabat serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari
kesalahan dan kekurangan, maka dengan segala kerendahan hati, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca
demi perbaikan. Akhir kata, besar harapan penulis semoga skripsi ini
bermanfaat, baik bagi penulis sendiri maupun bagi para pembaca. Amin.
RIWAYAT HIDUP
meliputi penyakit (Tumor maksila), penyakit bedah (Kss pedis dengan riwayat
DM), dan penyakit anak (Leukemia Myeloid akut). Pada tahun yang sama penulis
juga menjadi enumerator pada riset FIS INA (Comparison of Fluid Intake From
Foods and Drinks by Using Three Different Instruments In Jakarta) yang didanai
oleh DANONE. pada bulan April-Juni 2012. Penulis juga tercatat sebagai
penerima beasiswa BBM dan Penulis juga tercatat menjadi asisten praktikum
mata kuliah Konsultasi Gizi dan Analisis Zat Gizi Mikro pada tahun 2012.
xi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu sasaran pembangunan nasional yang
selalu diupayakan dalam kemajuannya (Ahaditomo dalam Kosen 1997). Menurut
UU Kesehatan No 23 tahun 2002,tujuan pembangunan kesehatan adalah
terciptanya harapan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk untuk mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu kesejahteraan
penduduk. Perwujudan derajat kesehatan yang optimal, diharapkan dapat
mencapai kehidupan penduduk yang produktif baik aspek sosial maupun aspek
ekonomi. Salah satu permasalahan di bidang kesehatan dan merupakan
ancaman di seluruh negara terutama di negara berkembang adalah peningkatan
prevalensi penyakit kanker.
Kanker merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah
penyakit kardiovaskular. Menurut laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun
2003, setiap tahun timbul lebih dari 10 juta kasus penderita baru kanker dengan
prediksi peningkatan setiap tahun kurang lebih 20%. Diperkirakan pada tahun
2020 jumlah penderita baru penyakit kanker meningkat hampir 20 juta penderita,
84 juta orang diantaranya akan meninggal pada sepuluh tahun ke depan bila
tidak dilakukan intervensi yang memadai (Depkes 2009). Berdasarkan Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 penyakit kanker merupakan
penyebab kematian nomor lima di Indonesia setelah penyakit kardiovaskular,
infeksi, pernafasan, dan pencernaan (Depkes 2010).
Kanker merupakan penyakit yang diawali dengan adanya tumor yaitu
pembengkakan pada tubuh akibat berkembangbiaknya sel-sel yang bersifat
abnormal. Tumor yang bersifat ganas disebut kanker yang tumbuh menyebar
secara tidak terkendali. Menurut Mangan (2003), kanker merupakan penyakit
tidak menular. Penyakit ini timbul akibat kondisi fisik yang tidak normal dan pola
hidup yang tidak sehat. Kanker dapat menyebabkan malnutrisi pada
penderitanya.Prevalensi malnutrisi pada penderita kanker tergantung pada jenis
tumor, stadium,organ yang terlibat, terapi antikanker, kondisi non malignan yang
menyertainya seperti diabetes melitus, penyakit saluran cerna dan lain-lain
(Lutz1994). Pada penelitian multisenter terhadap dua belas jenis kanker,
prevalensi penurunan berat badan sebesar 31%-40% pada penderita kanker
payudara, kanker hematologik dan sarcoma; 54%-64% pada penderita kanker
kolon, prostat dan paru lebih dari 80% pada penderita dengan kanker pankreas
2
dan lambung dan didapatkan penurunan berat badan paling berat. Terapi kanker
juga berpengaruh terhadap status nutrisi penderita. Menurut Shike (1996), lebih
dari 40% penderita yang mendapat terapi kanker (bedah, kemoterapi dan radiasi)
mengalami malnutrisi. Penyebab malnutrisi pada penderita kanker adalah
multifaktorial. Secara umum penyebabnya dikelompokkan menjadi dua kategori
yaitu pertama, berkurangnya asupan makanan dan malabsorbsi dan yang kedua
adanya gangguan proses metabolisme.
Tingkat kecukupan energi dan zat gizi menjadi hal yang penting untuk
diperhatikan oleh pihak rumah sakit bagi pasien rawat inap maupun rawat jalan
yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan paripurna di rumah
sakit sebagai upaya mempercepat kesembuhan pasien(Subandriyo & Santoso
1995). Salah satu cara meningkatkan tingkat kecukupan energi dan zat gizi
adalah dengan melakukan terapi gizi. Menurut Trujiilo (2005), Ketika seseorang
didiagnosis menderita kanker, maka gizi merupakan bagian dari terapi. Tujuan
utama terapi gizi pada penderita kanker adalah mempertahankan atau
meningkatkan status gizi sehingga dapat memperkecil terjadinya komplikasi
meningkatkan efektivitas terapi kanker (operasi, kemoterapi, radiasi) kualitas
hidup dan survival penderita. Rumah Sakit Kanker Dharmais (RSKD) adalah RS
rujukan pusat yang berfungsi memberikan pelayanan yang merata bagi
masyarakat, khususnya bagi penderita kanker. Salah satu masalah yang
dihadapi oleh RSKD adalah rendahnya asupan energi dan zat gizi pasien
penderita kanker. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang faktor-faktor yang berkaitan dengan asupan energi dan zat gizi pasien
kanker di RSKD Jakarta.
Tujuan
Tujuan umum
Secara umum tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis
faktor-faktor yang berkaitan dengan asupan energi dan zat gizi pasien kanker di
Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta.
Tujuan Khusus
1. Mengkaji karakteristik contoh (jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan,
jenis pekerjaan, pengetahuan gizi dan status gizi contoh).
2. Mengkaji jenis kanker; jenis pengobatan, lama perawatan, keluhan-
keluhan, terapi diet terkait dengan jenis kanker, dan kebiasaan makan
contoh.
3
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran dan informasi tentang
tingkat kecukupan energi dan zat gzi dan faktor yang berkaitan dengan asupan
energi dan zat gizi pasien kanker rawat inap terhadap makanan yang disajikan di
Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta serta menambah wawasan dan
pengetahuan peneliti di bidang gizi klinik. Selain itu dapat juga menjadi bahan
masukan bagi pihak rumah sakit dalam penyempurnaan kegiatan pelayanan
makanan untuk pasien kanker khususnya, serta sebagai bahan acuan penelitian
selanjutnya.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Kanker
Kanker adalah penyakit yang tidak menular yang berawal dari kerusakan
materi genetik atau DNA sel. Satu sel saja di dalam tubuh yang mengalami
kerusakan genetik sudah cukup untuk menghasilkan jaringan kanker atau
neoplasma sehingga kanker disebut penyakit selular (Zakaria 2001).
Kanker adalah suatu pertumbuhan maligan yang selnya memiliki sifat
beriplikasi terus menerus, hilangnya kontak penghambatan, bersifat invasif dan
memiliki kemampuan untuk menyebar (metastasis). Apabila penyakit ini tidak
ditangani sejak dini maka dapat bersifat fatal hingga menyebabkan kematian
(Damayanthi 2008). Sementara itu Dalimartha (1999), menyebutkan bahwa sel
kanker memiliki sifat umum diantaranya adalah pertumbuhan yang tidak
terkontrol dan berlebihan, diferensiasi dari sel jaringan yang bersifat invasif,
penyebaran atau metastatik, memiliki hereditas bawaan (gen spesifik),
pergeseran metabolisme kearah pembentukan makromolekul dari nukleotida dan
asam amino, serta peningkatan katabolisme karbohidrat untuk energi sel. Kanker
menjadi berbahaya karena menyebabkan desakan akibat pertumbuhan tumor,
penghancuran jaringan tempat tumor berkembang atau bermetastasis dan
menimbulkan gangguan sistematik lain sebagai akibat dari pertumbuhan sel
kanker.
Kebanyakan kanker bermula dari sel-sel epitel. Kanker-kanker Ini disebut
karsinoma, selain itu, jauh lebih jarang terjadi adalah sarcoma yang bermula dari
jaringan otot, jaringan lunak lain dan tulang. Karena jaringan-jaringan ini tidak
memiliki sistem limfe, seperi organ sel-sel epitel, sarcoma ini tidak menyebabkan
penyebaran ke kelenjer limfe. Namun, karena penyebarannya lewat darah,
metastasis sarcoma dapat terjadi dimana-mana di dalam tubuh, khususnya
pertama-tama di paru (Jong 2005).
Menurut Corwin (2000), faktor risiko kanker dibagi menjadi tiga bagian
yaitu faktor risiko perilaku, faktor risiko hormonal, dan faktor risiko yang
diwariskan. Faktor risiko perilaku antara lain merokok, terpajan ke berbagai
karsinogen misalnya asbestos atau tar batubara dan makanan yang banyak
mengandung lemak serta daging yang diawetkan. Faktor risiko hormonal adalah
esterogen. Esterogen dapat berfungsi sebagai promotor bagi kanker tertentu,
misalnya kanker payudara dan endometrium. Kadar esterogen yang tinggi
menyebabkan terjadinya menstruasi dini dan menopause lambat pada seorang
5
tumor), N (metastasis ke kelenjer getah benng regional), dan M ( ada atau tidak
adanya metastasis jauh). Sistem TNM dikembangakan oleh gabungan The
international Agency for Research on Cancer (IARC) dan The American Joint
Committee on Cancer (AJCC) (Nasca 2008).
Berbagai Macam Kanker
Beberapa kategori kanker yaitu karsinoma adalah kanker jaringan epitel,
termasuk sel-sel kulit, testis, ovarium, kelenjer penghasil mucus, sel penghasil
melamin, payudara, serviks, kolon, rektum, lambung, pankreas dan esophagus.
Limfoma adalah kanker jaringan limfe yang mencakup kapiler limfe, lacteal,
limpa, berbagai kelenjer limfe dan pembuluh limfe. Timus dan sum-sum tulang
juga dapat dipengaruhi. Limfoma spesifik antara lain adalah penyakit Hodkin
(kanker kelenjer limfa dan limpa) dan limfoma malignum. Leukimia adalah kanker
dalam darah dimana sum-sum tulang belakang memperoduksi sel darah putih
secara abnormal yang mendesak keluar sel darah putih normal, sel darah merah
dan platelet. Sarkoma adalah kanker jarigan ikat, termasuk sel-sel yang
ditemukan di otot dan tulang (Escott 2008). Glioma adalah kanker sel-sel glia
(penunjang) di susunan saraf pusat. Karsinoma in situ adalah istilah yang
digunakan untuk menjelaskan sel epitel abnormal yang masih terbatas di daerah
tertentu sehingga dianggap lesi prainvasif (Corwin 2001).
Terapi Kanker
Secara umum tujuan terapi kanker adalah memperbesar angka harapan
hidup dan mengatasi gejala yang berati memperbaiki kualitas hidup.
Kemoterapi adalah penggunaan obat untuk penyembuhan atau
pengendalian kanker. Kemoterapi merupakan terapi sistematik yang dapat
mempengaruhi seluruh tubuh. Obat ini akan bekerja dengan menghambat atau
mematikan sel-sel tumor, dan juga berpengaruh pada sel normal seperti ketika
sel-sel pada saluran pencernaan terkena dan dapat menyababkan diare,
konstipasi, ataupun mengambat penyerapan zat gizi. Efek samping ini bersifat
sementara karena sel-sel saluran cerna mengganti dirinya sendiri setiap tiga hari.
Namun karena kemoterapi digunakan dalam waktu yang lama sehinggga dapat
menyebabkan status gizi buruk. Tingkat keparahan efek samping tergantung
pada agen tertentu, dosis, lamanya pengobatan obat yang digunakan, respon
individu, dan status kesehatan saat ini. Penggunaan waktu dan terapi yang tepat
seperti antiemetic, antidiarrhe, agen hematopoetik, dan antibiotic, serta
8
yang khas berbeda dengan sel-sel non kanker, contoh terapi biologis untuk tumor
yaitu menggunakan obat-obat secar spesifik menghambat faktor angiogenesis
dan enzim-enzim tumor tertentu misalnya kolagenase tipe IV (Corwin 2001).
Penyelenggaraan Makanan
Menurut Mukrie et al. (1990), penyelengaraan makanan adalah suatu
proses kegiatan manusia, alat dan dana untuk menghasilkan makanan yang
layak dan bermutu. Dengan demikian konsep dari manajemen makanan meliputi
pemecahan masalah dalam menyediakan makanan bagi konsumen. Makanan
dipersiapkan dengan baik, bergizi, serta harga yang layak sehingga memuaskan
konsumen merupakan hal yang pokok dalam setiap pelayanan makanan.
Penyelenggaraan makanan adalah serangkaian kegiatan mulai dari
perencanaan macam dan jumlah bahan makanan hingga proses penyediaan
makanan matang bagi pasien dan karyawan di rumah sakit. Proses kegiatan
meliputi 1) perencanaan anggaran belanja; 2) perencanaan menu; 3) perhitungan
kebutuhan bahan makanan; 4) prosedur pembelian bahan makanan; 5) prosedur
penerimaan bahan makanan; 6) prosedur penyimpanan bahan makanan; 7)
teknik persiapan bahan makanan; 8) pengaturan pemasakan makanan; 9) cara
pelayanan dan distribusi; 10) pencatatan, pelaporan dan evaluasi (Depkes 2003).
Langkah-langkah penyelenggaran makanan yaitu:1) perencanaan menu; 2)
perencanaan kebutuhan bahan makanan;3) pembelian dan penerimaan bahan
makanan;4) penyimpanan dan pengeluaran bahan makanan; 5) pengolahan
makanan; 6) persiapan dan penilaian mutu makanan; 7) pengawasan dan
pengendalian penyelenggaraan makanaan (Depkes 2003).
Perencanaan Menu
Menu adalah kumpulan beberapa macam hidangan atau makanan yang
disajikan untuk seseorang atau kelompok orang untuk setiap kali makan berupa
hidangan pagi, hidangan siang, dan hidangan malam. Perencanaan menu adalah
serangkaian kegiatan menyusun hidangan dalam variasi dan kombinasi yang
serasi bagi konsumen (Depkes 1990). Fungsi perencanaan menu yang baik
menurut Subandriyo dan Santoso (1995) adalah : a) untuk memudahkan
pelaksanaan dalam menjalankan tugas sehari-hari; b) secara garis besar dapat
disusun hidangan yang mengandung zat zat gizi essensial yang dibutuhkan oleh
tubuh; c) variasi dan kombinasi hidangan dapat diatur, sehingga dapat
menghindari kebosanan yang disebabkan pemakaian jenis bahan makanan dan
jenis makanan yang sering terulang; d) menu dapat disusun sesuai dengan biaya
10
yang tersedia sehingga kekurangan uang belanja dapat dihindari atau harga
makanan dapat dikendalikan; e) waktu dan tenaga yang tersedia dapat
digunakan sehemat mungkin; f) dengan perencanaan menu yang matang, bahan
makanan kering dapat dibeli sekaligus untuk beberapa minggu, sehingga tenaga
dan waktu dapat dihemat, tidak perlu mondar-mandir ke pasar. Faktor yang perlu
diperhatikan dalam perencanaan menu antara lain kebutuhan gizi bagi setiap
penderita (pasien) tidak sama. Hal ini tergantung pada umur, jenis kelamin, berat
badan, tinggi badan, kadar hemoglobin dan hematokrit, serta jenis penyakit
penderita. Disamping itu perlu diperhatikan variasi, kebiasaan makan dan sosial
budaya penderita, iklim, musim keadaan pasar, tenaga, peralatan, dana yang
tersedia, teknik dan cara pemasakan serat modifikasi menu (Subandriyo &
Santoso 1995).
Menurut Mukrie et al. (1990), dalam mengelola makanan institusi perlu
diikuti prinsip-prinsip yang mendasar seperti tanggung jawab berkesinambungan
yang harus dipertimbangkan, antara lain : a) menyediakan makanan sesuai
dengan jumlah dan macam zat gizi yang diperlukan konsumen secara
menyeluruh; b) memperhitungkan keinginan dan kepuasan konsumen secara
menyeluruh; c) dipersiapkan dengan citra rasa yang tinggi, dilaksanakan dengan
cara kerja yang memenuhi syarat kesehatan dan sanitasi yang layak serta
menjamin harga makanan yang dijangkau konsumen segala tingkat.
Pengetahuan Gizi
Pengetahuan gizi adalah pemahaman seseorang tentang ilmu gizi, zat
gizi serta interaksi antara zat gizi terhadap status gizi dan kesehatan.
Pengetahuan gizi yang baik dapat menghindarkan seseorang dari konsumsi
pangan yang salah atau buruk (Suhardjo 1996). Pengetahuan diperoleh
seseorang melalui pendidikan formal, informal dan nonformal. Tingkat
pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam
memilih makanan, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizinya
(Khomsan et al. 2007). Pengetahuan adalah informasi yang disimpan dalam
ingatan dan menjadi penentu utama perilaku seseorang. Tingkat pengetahuan
seseorang dapat dipengaruhi oleh kemampuan intelektualnya (Khomsan et al.
2009). Pengetahuan termasuk di dalamnya pengetahuan gizi dapat diperoleh
melalui pendidikan formal dan pendidikan informal (Suhardjo 1989). Tingkat
pengetahuan akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku seseorang karena
berhubungan dengan daya nalar, pengalaman, dan kejelasan konsep mengenai
11
aktivitas fisik. Angka metabolisme basal dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin,
berat badan dan tinggi badan. Kebutuhan gizi dalam keadaan sakit, selain
tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhi dalam keadaan sehat juga
dipengaruhi oleh jenis, berat ringanya penyakit dan faktor stress. salah satu cara
mentukan AMB antara lain menggunakan rumus Harris Bennedict yaitu(AMB
Laki-laki= 66 + (13,7 x Berat Badan ) + (5 x Tinggi Badan) – ( 6,8 x Umur), dan
AMB Perempuan = 655 +(9,6 x Berat Badan ) + (1,8 x Tinggi Badan) - (4,7 x
umur).
Angka kebutuhan gizi adalah banyaknya zat-zat gizi yang dibutuhkan
seseorang (individu) untuk mencapai dan mempertahankan status gizi adekuat.
Selain kebutuhan gizi menurut umur, gender, aktivitas fisik, dan kondisi khusus,
dalam keadaan sakit, penetapan kebutuhan gizi harus memperhatikan
perubahan kebutuhan gizi karena infeksi, gangguan metabolik, penyakit kronik,
dan kondisi abnormal lainnya (Almatsier, 2004).
Diet pada Pasien Kanker
Jenis diet untuk pasien kanker sangat tergantung pada keadaan pasien,
perkembangan penyakit, dan kemampuan untuk menerima makanannya. Oleh
sebab itu, diet disusun secara individual. Jenis makanan atau diet yang diberikan
hendaknya memperhatikan nafsu makan, perubahan indera pengecap, rasa
cepat kenyang, mual penurunan berat badan akibat pengobatan. Sesuai
keadaan pasien makanan diberikan secara oral, enteral maupun parenteral.
Makanan dapat diberikan dalam bentuk makanan padat, makanan cair atau
kombinasi. Makanan padat dapat berbentuk makanan biasa, makanan lunak atau
makanan lumat (Almatsier 2004).
Kebutuhan gizi pasien kanker sangat individual dan berubah-ubah dari
waktu ke waktu selama perjalanan penyakit serta tergantung dari terapi yang
dijalankan.
a. Energi
Kanker menyebabkan terjadinya hipermetabolik, untuk itu kebutuhan energi
sangat tinggi pada pasien. Pada pasien dewasa dengan status gizi baik
memerlukan energi 2000 kkal. Atau 25 sampai 30 kkal/ kg berat badan.
Untuk keperluan pemeliharaan, energi lebih mungkin diperlukan sesuai
dengan kebutuhan dan tingkat stress individual atau luasnya kerusakan
jaringan (Babcock 2005).
14
b. Protein
Sebagian besar pasien kanker mempunyai imbangan nitrogen yang
negatif. Oleh karena itu dukungan gizi harus dapat memenuhi kebutuhan
sintesa protein dan menurunkan degradasi protein. Kebutuhan protein
pada pasien kanker dengan adanya peningkatan kebutuhan atau pasien
dengan hipermetabolisme atau wasting yang berat dianjurkan protein 1,5-2
g/kg berat badan (Sutandyio dan Hariani 2006).
c. vitamin dan mineral
Vitamin dan mineral sebagai Kontrol protein dan metabolisme energi
melalui peranannya sebagai koenzim spesifik dalam cell enzyme pathway
dan juga berperan penting dalam membangun dan memelihara jaringan
yang kuat. Oleh karena itu perlu asupan vitamin dan mineral yang optimal,
sesuai rekomendasi standar kecukupan gizi (Babcok 2005).
d. Cairan
Asupan cairan harus dipastikan cukup dengan alasan yaitu mengganti
cairan akibat gangguan gastrointestinal dari muntah, demam, infeksi
ataupun diare, dan untuk membantu ginjal membuang produk uraian
metabolisme dan kerusakan sel-sel kanker dan obat racun yang digunakan
dalam kemoterapi (Babcok 2005).
Pelayanan Gizi di Rumah Sakit
Rumah sakit merupakan instansi penting dalam menyelenggarakan
makanan kelompok. Rumah sakit sebagai salah satu komponen kegiatan dalam
upaya penyembuhan penyakit, makanan yang disajikan di rumah sakit tidak
jarang disajikan sebagai acuan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGS) adalah bagian integral dari pelayanan
kesehatan paripurna rumah sakit dengan beberapa kegiatan antara lain
pelayanan gizi rawat inap dan rawat jalan. Pelayanan gizi rawat inap dan rawat
jalan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
gizi pasien melalui makanan sesuai penyakit yang diderita (Almasier 2004).
Proses pelayanan gizi rawat inap dan rawat jalan terdiri atas empat yaitu sesmen
atau pengkajian gizi, perencanaan pelayanan gizi dengan menetapkan tujuan
dan strategi, implementasi pelayanan gizi sesuai rencana, monitoring dan
evaluasi pelayanan gizi (Almatsier 2004). Pelayanan gizi di rumah sakit adalah
pelayanan yang diberikan di rumah sakit bagi pasien rawat inap dan rawat jalan
untuk memperoleh makanan yang sesuai guna mencapai syarat gizi yang
15
2. acuh tak acuh terhadap makanan, yang ditemui pada banyak keadaan fisik
dan dalam beberapa keadaan emosional seperti takut, dendam, dan putus
asa
3. rasa sakit, mengakibatkan kesukaran menelan seperti pada tonsilitis,
radang tenggorokan, sesudah tonsilektomi, pada fraktur tulang wajah dan
rahang
4. sukar bernafas, seperti pada asma dan bronkhitis. Hal ini disebabkan
karena kemungkinan tidak dapat mengunyah, karena bila bernafas sulit
maka menelan pun terhalang
5. kelemahan otot kunyah, yang dapat timbul pada paralisa (kelumpuhan)
wajah dan juga pada beberapa keadaan gangguan saraf
6. pernah mengalami stroke, maka akan sulit mengunyah dan menelan
Penyebab Malnutrisi pada Kanker
Penyebab malnutrisi pada penderita kanker adalah multifaktorial. Secara
umum penyebabnya dikelompokkan menjadi dua kategori, yaituberkurangnya
asupan makanan dan malabsorbsi serta adanya gangguan proses metabolisme
(Shike, 1996). Bruera mengelompokkan penyebab cachexia pada penderita
kanker sebagai berikut: 1. faktor psikologis dan susunan saraf pusat
(keengganan makan, gangguan persepsi rasa kecap, stress psikologis); 2. efek
tumor (obstruksi mekanis, pemakaian substrate/ nutrisi oleh tumor, produksi
sitokin oleh sel tumor, lipid mobilizing factors); 3. efek yang berhubungan dengan
terapi (kemoterapi, radiasi, bedah, nausea, stomatitis, xerostomia, nyeri, ileus); 4.
efek yang berhubungan dengan penderita (peningkatan resting energy
expenditure, gangguan proses metabolisme, produksi sitokin oleh makrofag,
disfungsi autonomic, penurunan pengosongan lambung (Lutz et al 1999).
Gangguan nutrisi akibat tindakan bedah tergantung pada letak tumor,
luasnya reseksi saluran cerna dan ada tidaknya tindakan vagotomi. Operasi pada
bagian saluran cerna seperti lidah, mandibula, faring, esophagus, lambung dapat
menurunkan kemampuan menelan dan pencernaan makanan. Reseksi usus
halus yang luas menyebabkan gangguan penyerapan nutrient, cairan dan
elektrolit, reseksi pancreas dapat menyebabkan malabsorbsi dari lemak dan
protein (Shike, 1996). Kemoterapi dapat menyebabkan nausea, vomiting, nyeri
abdomen, mukositis, ileus diare dan malabsorbsi. Beberapa preparat
antineopalstik yang sering menyebabkan simtom gastrointestinal (40%)
antaralain cisplatin, doxorubicin, fluorouracil. Penggunaan obat analgesik opioid
18
dapat menyebabkan nausea, konstipasi dan gas distension pada usus halus dan
usus besar sehingga menyebabkan malabsorbsi (narcotic bowel syndrome),
penggunaan diuretik sering menyebabkan penurunan kadar zinc yang
mengakibatkan penurunan rasa kecap (Walsh 1989). Radioterapi dapat
memberikan reaksi akut dan delayed reaction (komplikasi ronis). Reaksi akut
dapat terjadi dalam 3 hari sampai 1 minggu terapi, dapat berupa kesulitan
menelan akibat edema dan mukositis orofaring menyebabkan disfagia dan
odinofagia, penurunan produksi saliva dengan konsekuensi penurunan enzim
(radiasi kepala leher), nausea vomiting, enteritis atau diare (radiasi daerah
abdominal). Komplikasi akhir berupa keradangan mucosal persisten, fibrosis
intestinal dan striktur (Shike 1996 ).
Metode Penimbangan Makanan Food Weighingdan Recall 24 jam
Pada metode penimbangan makanan, responden atau petugas
menimbang dan mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi selama satu hari.
Penimbangan makanan ini biasanya berlangsung beberapa hari tergantung dari
tujuan, dana penelitian dan tenaga yang tersedia.
• Kelebihan metode penimbangan
Data yang diperoleh lebih akurat dan teliti.
• Kekurangan metode penimbangan
a. Memerlukan waktu dan cukup mahal karena perlu peralatan
b. Bila penimbangan dilakukan dalam periode yang cukup lama,
maka responden dapat merubah kebiasan makan mereka.
c. Tenaga pengumpul data harus terlatih dan trampil
d. Memerlukan kerjasama yang baik dengan responden.
Prinsip dari metode recall 24 jam yaitu dilakukan dengan mencatat jenis
dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu.
Dalam metode ini, responden disuruh menceritakan semua yang dimakan dan
diminum selama 24 jam lalu. Biasanya dimulai sejak bangun pagi kemarin
sampai responden istirahat tidur malam harinya, atau dapat juga dimulai dari
waktu saat mulai wawancara mundur kebelakang sampai 24 jam penuh. Hal
penting yang perlu diketahui adalah bahwa dengan recall data yang diperoleh
cenderung bersifat kualitatif. Oleh karena itu untuk dapat data kuantitatif, maka
jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan dalam secara teliti dengan
mengunakan alat URT (sendok, gelas, piring). atau ukuran lainnya yang biasa
digunakan sehari-hari (Supariasa 2002).
19
KERANGKA PEMIKIRAN
Asupan energi dan zat gizi contoh yang terdiagnosa kanker dipengaruhi
oleh banyak faktor. Faktor yang secara langsung berpengaruh terhadap asupan
energi dan zat gizi contoh adalah: ketersediaan energi dan zat gizi, jenis diet,
serta kebiasaan makan dan tingkat pengetahuan gizi contoh. Ketersediaan
energi dan zat gizi ditentukan berdasarkan kebutuhan energi dan zat gizi contoh.
Adapun kebutuhan energi dan zat gizi dipengaruhi oleh karakteristik contoh.
Karakteristik contoh tersebut antara lain: usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
jenis pekerjaan, berat badan, dan tinggi badan. Asupan energi dan zat gizi serta
jenis kanker; keluhan, jenis pengobatan dan lama perawatan akan menentukan
status gizi contoh.Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi
makanan dan penggunaan zat gizi.
Gizi merupakan bagian yang penting pada penatalaksanaan terapi
kanker, baik pada pasien yang sedang menjalankan terapi kanker, pemulihan
dari terapi, dan pada keadaan remisi maupun mencegah kekambuhan. Adapun
tujuan dari terapi gizi yaitu untuk mempertahankan atau memperbaiki status gizi,
mengurangi gejala sindrom kakesia, mencegah komplikasi lebih lanjut serta
memenuhi kecukupan mikronutrient (Sutandyo dan Hariani 2006).
Salah satu bentuk pelayanan gizi rumah sakit bagi penderita penyakit
kanker rawat inap yaitu pemberian makanan dalam bentuk diet dengan
memperhatikan kebutuhan energi dan zat gizi contoh. Kebutuhan tubuh akan zat
gizi ditentukan oleh banyak faktor, antara lain tingkat metabolisme basal, tingkat
pertumbuhan, aktivitas fisik dan faktor yang bersifat relatif yaitu gangguan
pencernaan (ingestion), perbedaan daya serap (absorption), tingkat penggunaan
(utilization), perbedaan pengeluaran dan penghancuran (excrestion and
destruction) dari zat gizi tersebut dalam tubuh (Supariasaet al 2002). Menurut
Almatsier (2003), kebutuhan energi dalam keadaan sehat dipengaruhi oleh umur,
jenis kelamin, aktivitas fisik serta kondisi khusus seperti ibu hamil dan
menyusui..Bagan kerangka pemikiran tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
21
Karakteristik contoh:
- Usia
- Jenis kelamin
-Tingkat pendidikan
- Jenis pekerjaan
- Berat badan
- Tinggi badan
- Jenis kanker
Ketersediaan energi dan Asupan energi
- Keluhan
zat gizi di rumah akit dan zat gizi - Jenis
pengobatan
- Lama
- Ketersediaan enteral perawatan
dan parenteral
- Ketersediaan luar rumah
sakit
Status gizi
- Kebiasaan makan
- Tingkat pengetahuan gizi
Keterangan:
= Variabel yang diteliti
= Variabel yang tidak diteliti
= Hubungan yang diteliti
= Hubungan yang tidak diteliti
Gambar 1Kerangka pemikiran faktor-faktor yang berkaitan dengan asupan energi dan zat
gizi pasien kanker di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta
22
METODE
keterangan :
n = jumlah contoh 74 (diperoleh di perhitungan)
N = jumlah populasi 284 orang (periode bulan Maret)
d= tingkat kepercayaan (0.1)
(Notoatmodjo 2005)
23
timbangan
Berat badan dan Pengukuran
2 sekunder injak dan
tinggi badan
rekam medis
Jenis diet dan
3 kebutuhan energi Primer Wawancara/pengukuran Kuesioner
dan zat gizi
Keluhan dan
4 Primer/sekunder Wawancara Kuesioner
lama perawatan
Pengetahuan gizi
5 dan kebiasaan Primer Wawancara Kuesioner
makan
Jenis kanker dan
Wawancara/ melihat dari Buku rekam
6 jenis pengobatan Sekunder
buku rekam medis medis
kanker
Timbangan
Konsumsi energi Food weighing danrecall 2
7 Primer digital dan
dan zat gizi x24 jam
kuesioner
Ketersediaan Standar Porsi dan
Primer dan
8 energi dan zat Perhitungan Kandungan --
Skunder
gizi. Bahan Makan
Gambaran umum
9 rumah sakit dan Sekunder Wawancara _
instalasi gizi
Sumber/
No Variabel Kategori/Kelompok
Acuan
1. Dewasa awal (20-40 tahun)
(Papalia & Olds
1. Usia 2. Dewasa menengah ( 41-65 tahun)
2001).
3. Dewasa akhir (> 65 tahun)
1. Laki-laki
2. Jenis Kelamin 2. Perempuan Sebaran contoh
1. Wiraswasta
2. PNS
3. Pekerjaan 3. Karyawan Sebaran contoh
4. IRT/tidak bekerja
5. Lainnya
1. Perguruan Tinggi
2. SMA/sederajat
4. Tingkat Pendidikan 3. SMP/sederajat Sebaran contoh
4. SD/sederajat
5. Tidak sekolah
1. Kurang (<60%)
5. Pengetahuan gizi 2. Sedang (60%-80%) Khomsan (2000)
3. Baik (>80%)
1. Kanker payudara
2. Kanker servix
Data
6. Jenis kanker 3. Kanker nasofaring
RSK.Dharmais
4. Kanker Ovarium
5. dll
1. Kemoterapi
2. Radiasi
7. Jenis pengobatan 3. Operasi Rekam medis
4. Kombinasi
5. PKU
1.<5 hari
8. Lama perawatan 3.5 -10 hari Sebaran contoh
3.>10 hari
1. mual
2. muntah
3. Diare
9. Keluhan contoh 4. Anorexia SGA
5. Mual, anorexia
6. Keluhan lainnya
7. Tidak ada keluhan
1. Bubur
2. Nasi tim
10. Jenis Diet Almatsier (2004)
3. Nasi biasa
4. Lainnya
1. Makanan yang disukai
11. Kebiasaan makan Almatsier (2004
2. Jumlah porsi
26
1996) dapat dilihat pada Tabel 4.Tabel 4 merupakan tabel peubah dan
kategoritingkat kecukupan, tingkat ketersediaan, serta tingkat konsumsi terhadap
ketersedian menurut Direktorat Bina Gizi Masyarakat(1996).
Tabel 4 KategoriTingkat Kecukupan, Tingkat Ketersediaan, Tingkat Konsumsi
terhadap Ketersediaan
Sumber/
.No Variabel Kategori/Kelompok
Acuan
a. Defisit tingkat berat (<70% angka
kebutuhan)
b. Defisit tingkat sedang (70-79%
angka kebutuhan)
Tingkat kecukupan
1 c. Defisit tingkat ringan (80-89% Direktorat Bina Gizi
energi dan
angka kebutuhan) Masyarakat 1996
zat gizi
d.Normal (90-119% angka
kebutuhan)
e. Di atas angka kebutuhan (≥120%
angka kebutuhan).
a.Defisit (<90% angka kebutuhan)
Tingkat ketersediaan
b.Normal(90-119%angka
2 energi dan zat gizi Direktorat Bina Gizi
kebutuhan)
terhadap kebutuhan Masyarakat 1996
c.Lebih (≥120% angka kebutuhan)
energi dan zat gizi
a. Defisit Tingkat Berat (< 70% ngka
ketersediaan)
Tingkat konsumsi
b. Defisit Tingkat Sedang (70-79%
energi dan zat gizi
3 angka ketersediaan) Direktorat Bina Gizi
terhadap
c Defisit Tingkat Ringan (80-89% Masyaraka 1996
ketersediaan energi
angka ketersediaan)
dan zat gizi
d.Normal(90-100%angka
ketersediaan)
4 Tingkat kecukupan a.(defisit)<77%AKG
Gibson 2005
vitamin b. (cukup)≥77% AKG
Analisis Data
Pengolahan data dilakukan berupa editing, coding cleaning, entry dan
analisis menggunakan microsoft excel 2007. Data deskriptif (persentase dan
rata-rata) antara lain karakteristik contoh (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
jenis pekerjaan, status gizi dan tingkat pengetahuan gizi),jeniskanker, keluhan,
jenis pengobatan, kebiasaan makan, jenis diet, kebutuhan energi dan zat gizi
pasien, konsumsi energi dan zat gizi pasien, tingkat kecukupan energi dan dan
zat gizi, ketersediaan energi dan zat gizi terhadap kebutuhan energi dan zat
gizi, tingkat konsumsi energi dan gizi terhadap kebutuhan energi dan protein,
tingkat konsumsi energi dan zat gizi terhadap ketersediaan energi dan zat
gizi.Data-data yang telah dikumpulkan selanjutnya akan dianalisis secara statistik
deskriptif dan inferensia dengan menggunakan program SPSS versi 16.0 for
Windows.
28
Contoh adalah pasien kanker rawat inap yang bersedia menjadi contoh yang
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan baik laki-laki maupun
perempuan di Rumah Sakit Kanker Dharmais.
Rawat inap adalah pelayanan terhadap pasien masuk rumah sakit yang
menempati tempat tidur perawatan untuk keperluan observasi, diagnosa,
terapi, rehabilitas medik dan atau pelayanan medik lainnya.
Usia adalah umur contoh pada saat diwawancarai atau pada saat penelitian
berlangsung.
Tingkat pendidikan adalah tingkat pendidikan formal terakhir yang yang telah
ditamatkan contoh.
Pengetahuan gizi adalah pengetahuan tentang gizi yang diketahui contoh
dengan cara menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan gizi
seimbang, dan fungsi zat gizi.
Status gizi adalah keadaan kesehatan gizi contoh yang diperoleh berdasarkan
rumus indeks massa tubuh (IMT)
Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak normal dari suatu sel.
Jenis penyakit kanker adalah spesifikasi penyakit kanker contoh yang telah
diidentifikasi dan didiagnosis oleh dokter di Rumah Sakit Kanker
Dharmais, Jakarta.
Lama perawatan adalah lamanya contoh dirawat di rumah sakit pada saat
masuk rumah sakit sampai akhir pengamatan.
Jenis pengobatanadalah berbagai macam tindakan pengobatan seperti
kemoterapi, radioterapi maupun kombinasi pengobatan yang sedang
dijalani oleh contoh.
Keluhan adalah merupakan gejala dan tanda yang dirasakan oleh contoh seperti
mual, muntah, diare, anoreksia.
Menu adalah susunan hidangan makanan yang disajikan dalam suatu acara
makan.
29
Jenis dietadalah macam pengaturan jumlah dan jenis makanan yang dimakan
setiap hari untuk meningkatkan status gizi dan/atau membantu
kesembuhan pasien.
Kebiasaan makan adalah frekuensi makan yang paling sering dan paling disukai
oleh contoh sebelum terdiagnosa kanker.
Kebutuhan energi dan zat gizi adalah jumlah energi dan zat gizi yang
diperlukan oleh seseorang agar hidup sehat.
Ketersediaan energi dan zat gizi adalah jumlah energi dan zat gizi dari
makanan yang disajikan untuk contoh dalam satu hari rawat yang terdiri
dari makan pagi, snack, makan siang, dan makan malam.
Asupanenergi dan zat gizi adalah jumlah energi dan zat gizi yang diperoleh dari
makanan.
Tingkat Kecukupan energi,protein, karbohidrat, dan lemakadalah
perbandingan jumlah asupan energy, protein, karbohidrat, dan lemakdari
diet rumah sakit terhadap kebutuhan energi dan zat gizi.
Tingkat Kecukupan vitamin A, C, dan Eadalah perbandingan jumlah yang
dikonsumsi asupan vitamin A, C, dan E dari diet rumah sakit terhadap
Angka Kecukupan Gizi (AKG).
Tingkat ketersediaan energi dan zat gizi terhadap kebutuhan adalah
perbandingan jumlah energi dan zat gizi yang disediakan darimenu
makanan yang disajikan oleh rumah sakit terhadap kebutuhanenergi dan
zat gizi contoh.
Tingkat konsumsi energi dan zat gizi terhadap ketersediaan adalah
perbandingan jumlah asupan energi dan zat gizi dari rumah sakit
terhadap ketersediaan jumlah energi dan zat gizi dari menu makanan
yang disajikan.
30
bidang penunjang medik, dan bidang penunjang medik lainnya. RS. Kanker
Dharmais memberikan pelayanan berupa:
1. Pengobatan segala jenis kanker dengan berbagai cara dan tujuan
pengobatan.
2. Deteksi dini kanker dengan tes screening kanker disamping
melakukan medical chek up.
3. Pencegahan kanker dengan melakukan penyuluhan mengenai
berbagai kanker
Rumah sakit Kanker Dharmais dituntut untuk selalu memantau
perkembangan kanker baik secara nasional maupun internasional. Dengan
demikian rumah sakit ini diharapkan dapat menciptakan peningkatan mutu
pelayanan terhadap pasien kanker, penyelenggara pendidikan, penelitian, dan
pengembangan masalah kanker.
Penyelenggaraan kegiatan Pelayanan Gizi di Rumah Sakit Kanker
Dharmais sesuai dengan SK Menkes No. 134 Tahun 1978, yang dibagi menjadi
4 kegiatan pokok, yaitu kegiatan pengadaan makanan, kegiatan pelayanan gizi di
ruang rawat inap, kegiatan penyuluhan/konsultasi, dan kegiatan penelitian
pengembangan gizi terapan.
Adapun tujuan pelayanan gizi di rumah sakit kanker dharmais adalah
sebagai berikut:
1. Memberikan Pelayanan gizi dan tata boga secara profesional kepada pasien
sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizinya secara optimal.
2. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanan gizi dan tata boga
di rumah sakit.
3. Meningkatkan hubungan kerja sama dengan dokter, perawat, dan tenaga
kesehatan lain yang terkait dalam pelayanan gizi rumah sakit.
4. Mengembangkan ilmu dan profesi gizi untuk menunjang pengobatan
khususnya di bidang kanker.
Pengadaan makanan adalah serangkaian kegiatan dimulai dari
perencanaan macam dan jumlah bahan makanan, pengadaan bahan makanan
hingga proses penyediaan makanan bagi pasien dan karyawan di Rumah Sakit
Kanker Dharmais. Proses kegiatan ini meliputi: Standarisasi Makanan di Rumah
Sakit standarisasi Kebutuhan Makanan Diit Khusus Pasien Rawat Inap, dan
standarisasi Makanan Formula, Menu, dan Perencanaan Kebutuhan Makanan.
32
Karakteristik Contoh
Karakteristik contoh dalam penelitian ini meliputi: jenis kelamin, usia,
tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, pengetahuan gizi, dan status gizi contoh.
Karakteristik contoh tersebut secara rinci disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Karakteristik contoh
Perempuan Laki-laki Total
Karakteristik contoh
n % n % n %
Total 39 62 24 38 63 100
Kelompok Usia
Dewasa Awal 14 35.8 9 37.5 23 37
Dewasa Menengah 25 64.1 13 54.2 38 60
Dewasa akhir 0 0 2 8.2 2 3.2
Total 39 100 24 100 63 100
Tingkat pendidikan
Tidak sekolah 2 5.1 1 4.2 3 4.8
SD 6 15.3 3 12.5 9 14
SMP 7 17.9 2 8.3 9 14
SMA 16 41.0 9 37.5 25 40
PT 8 20.5 9 37.5 17 27
Total 39 100 24 100 63 100
Jenis pekerjaan
Tidak Bekerja/IRT 25 64.1 4 16.7 29 46
PNS 6 15.4 8 33.3 14 22
Swasta 1 2.6 5 20.8 6 9.5
Karyawan 7 17.9 4 16.7 11 17
Lainnya 0 0 3 12.5 3 4.7
Total 39 100 24 100 63 100
Pengetahuan Gizi
Kurang (<60) 26 66.7 11 45.8 37 59
Sedang (60-80) 8 20.5 10 41.6 18 29
Baik (>80) 5 12.8 3 12.5 8 13
Total 39 100 24 100 63 100
Kategori status gizi (IMT)
Kurus tingkat berat (<17.0) 2 5.1 6 25 8 13
Kurus tingkat ringan (17-18.49) 4 10.2 1 4.2 5 7.9
Normal (18.5-24.9) 25 64.1 13 54.2 38 60
Gemuk tingkat ringan (25-27) 2 5.1 3 12.5 5 7.9
Gemuk tingkat berat (> 27.0) 6 15.3 1 4.2 7 11
Total 39 100 24 100 63 100
gizinya juga berada dalam kategori normal.Banyaknya status gizi contoh yang
berkategori normal, diduga pengukuran tinggi badan berat badan dilakukan pada
awal masuk rumah sakit, sedangkan pada waktu pengamatan tidak dilakukan
penimbangan ulang berat badan dan tinggi badan contoh. Berdasakan catatan
rekam medis SGA (Subjective Global Assement) Rumah Sakit Kanker Dharmais,
kebanyakan pasien mengalami penurunan berat badan setelah terdiagnosa
kanker. Penimbangan berat badan pasien kanker perlu dilakukan sekurang-
kurangnya seminggu sekali. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi gizi
serta agar intervensi gizi dapat dilakukan dengan adekuat (Subandrio 2002).
Jenis Kanker Contoh
Kanker adalah suatu pertumbuhan maligan yang selnya memiliki sifat
beriplikasi terus menerus, hilangnya kontak penghambatan, bersifat invasif dan
memiliki kemampuan untuk menyebar (metastasis). Apabila penyakit ini tidak
ditangani sejak dini maka dapat bersifat fatal hingga menyebabkan kematian
(Damayanthi 2008). Pada penelitain ini kategori kanker dan tumor dibedakan
menjadi empat jenis berdasarkan asal jaringan kanker, yaitu karsinoma, leukimia,
limfoma, dan glioma. Menurut Corwin (2001), terdapat beberapa gejala kanker
yang secara khusus berdasarkan jenis kanker yang dialami seperti:kanker
payudara dimana terdapat benjolan, penebalan kulit, perubahan bentuk, kulit
menjadi merah, panas dan nyeri. Kanker servik mempunyai gejala adanya
gangguan haid, keputihan berlebihan dan bau busuk, dan sering menderita sakit
perut mendadak. Pada kanker nasofaring, gejala pertama baru muncul setelah
pertumbuhan masuk dan meluas yang mengakibatkan mata juling, tuli dan
bengkak di leher. Leukimia mempunyai gejala seperti pucat, kelelahan kronis,
penurunan berat badan, anemia, mual, muntah, dan demam.Berdasarkan hasil
penelitian terdapat 19 jenis tumor dan kanker. Sebaran jenis kanker dan jenis
kelamin disajikan pada Tabel 6.
38
kanker bisa menyebar pada bagian-bagian tubuh lain dan nantinya dapat
mengakibatkan kematian (Tapan 2005).Kanker serviks adalah suatu jenis kanker
yang menyerang serviks uterus, yakni daerah pada organ reproduksi perempuan
yang merupakan pintu masuk ke arah rahim (uterus), dan terletak di antara
uterus dan vagina. Diseluruh dunia, kanker leher rahim dan kanker payudara
termasuk keganasan pada wanita yang paling sering muncul. Kanker servik
terutama ditemukan pada di golongan ekonomi lemah (Jong 2004).
Kanker ketiga terbanyak yang ditemukan adalah karsinoma nasofaring
(KNF) sebanyak 8 orang (13%). Banyak faktor penyebab kanker ini, selain infeksi
virus, juga berperan faktor genetik dan kebiasaan makan. Penderita kanker ini
umumnya berusia dewasa muda. Selain kanker payudara, servik, dan KNF,
pada penelitian ini juga masih banyak ditemukan jenis kanker yang terdapat
disaluran pencernaan seperti KSS lidah (4.8%), kanker kolon (9.5%), kanker
rektum (3.2%), maupun disaluran pernapasan seperti kanker paru sebesar 6.3%.
Lama Perawatan Contoh
Perubahan lingkungan pada orang yang dirawat dalam waktu lama di
rumah sakit dapat menyebabkan tekanan psikologis pada orang yang
bersangkutan. Hal ini menyebabkan hilangnya nafsu makan dan rasa mual
terhadap makanan yang disajikan (Subandriyo 2000). Lama dirawat di rumah
sakit dihitung sejak contoh masuk rumah sakit hingga saat dilakukan
pengamatan. Lama perawatan contoh dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu <5
hari, 5-10 hari dan >10 hari. Sebaran pasien berdasarkan lama dirawat disajikan
pada Tabel 7.
Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan lama dirawat di RSKD
Lama dirawat n %
< 5 hari 5 7.9
5-10 hari 35 56
>10 hari 23 36
Total 63 100
mudah dirusak oleh penyinaran. Penyinaran tumor pada kepala dan leher sering
menyebabkan peradangan selaput mukosa di hidung dan mulut, menyebabkan
sakit dan luka terbuka (ulserasi). Penyinaran pada lambung atau perut sering
menyebabkan peradangan lambung (gastritis) dan usus bagian bawah (enteritis),
sehingga mengakibatkan terjadinya diare. Untuk beberapa kanker, pengobatan
terbaik merupakan kombinasi dari pembedahan, penyinaran dan kemoterapi.
Pembedahan atau penyinaran mengobati kanker yang daerahnya terbatas,
sedangkan kemoterapi membunuh sel-sel kanker yang berada diluar jangkauan
pembedahan maupun penyinaran. Kadang penyinaran atau kemoterapi
dilakukan sebelum pembedahan, untuk memperkecil ukuran tumor; atau setelah
pembedahan untuk menghancurkan sisa-sisa sel kanker. Kemoterapi yang
dikombinasikan dengan pembedahan, akan memperbaiki kesempatan harapan
hidup pada penderita kanker usus besar, payudara atau kendung kemih yang
telah menyebar ke kelenjar getah bening regional. Selanjutnya sebaran contoh
berdasarkan jenis kanker dan jenis pengobatan disajikan pada tabel 9.
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 9, diketahui bahwa contoh
yang mengalami penyakit kanker sebagian besar menjalani pengobatan dengan
cara kemoterapi. Pengobatan kemoterapi paling banyak dilakukan untuk
mengobati jenis kanker payudara seperti terlihat pada Tabel 9 yaitu sebesar
19.2%, kanker servik sebesar 15.4%, dan karsinoma nasofaring sebesar 15.4%.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian bahwa tiga jenis kanker yang paling
banyak diderita contoh adalah kanker payudara, servik, dan KNF. Hampir
separuh (40%) Pengobatan dengan cara radiasi dilakukan untuk mengobati
penyakit kanker payudara. Sebagian besar (31.2%) pengobatan operasi
dilakukan untuk mengobati penyakit kanker kanker servik, namun pada contoh
kanker payudara juga banyak melakukan pengobatan dengan operasi, yaitu
sebesar 25%. Selanjutnya untuk pengobatan dengan cara kombinasi sebagian
besar dilakukan untuk mengobati penyakit KNF dan kanker kolon masing-masing
sebesar 22.2%, sedangkan untuk Perbaikan Keadaan Umum (PKU) sebagian
besar (28.6%) dilakukan untuk mengobati penyakit kanker paru.Sebaran contoh
berdasarkan jenis kanker dan jenis pengobatan secara rinci dapat dilihat pada
tabel 9.
42
Jenis pengobatan
Jenis kanker Total
Kemoterapi Radiasi Operasi Kombinasi PKU
n % n % n % n % n % n %
a. Karsinoma
-Kanker payudara 5 19.2 2 40 4 25 1 11.1 0 0 12 19.0
-Kanker serviks 4 15.4 1 20 5 31.2 1 11.1 0 0 11 17.5
-KNF 4 15.4 0 0 1 6.2 2 22.2 1 14.2 8 12.7
-Kanker paru 1 3.8 0 0 0 0 1 11.1 2 28.6 4 6.3
-KSS lidah 2 7.7 0 0 0 0 0 0 1 14.2 3 4.8
-Kanker kolon 2 7.7 1 20 1 6.2 2 22.2 0 0 6 9.5
-Kanker rectum 1 3.8 0 0 1 6.2 0 0 0 0 2 3.2
-KSS maksila 0 0 0 0 0 0 0 0 1 14.2 1 1.6
-KSS rongga mulut 1 3.8 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1.6
-Kanker prostat 0 0 0 0 0 0 1 11.1 0 0 1 1.6
-Kanker sigmoid 1 3.8 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1.6
-Kanker parotis 0 0 0 0 0 0 0 0 1 14.2 1 1.6
-Tumor abdomen 0 0 0 0 3 18.7 0 0 0 0 3 4.8
-Tumor buli 0 0 1 20 0 0 0 0 0 0 1 1.6
-Tumor esophagus 1 3.8 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1.6
b.Leukimia
-AML 0 0 0 0 0 0 0 0 1 14.2 1 1.6
-LGK 1 3.8 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1.6
c. Limfoma
-LNH 3 11.5 0 0 0 0 1 11.1 0 0 4 6.3
d.Glioma
-Kanker parletar prost crenotomy 0 0 0 0 1 6.2 0 0 0 0 1 6.3
Total 26 100 5 100 16 100 9 100 7 100 63 100
*Keterangan: KNF:karsinoma nasofaring, KSS: karsinoma sel skuamos, AML: Leukimia myeloid akut,
LGK: Leukimia Granulositik, LNH; limfoma nonhodkin, PKU (perbaikan keadaan umum)
43
Jenis diet adalah macam pengaturan jumlah dan jenis makanan yang
dimakan setiap hari untuk meningkatkan status gizi dan/atau membantu
kesembuhan pasien (Anggraeni 2012). Berdasarkan data yang disajikan pada
Tabel 11di atas, lebih dari separuh contoh (68%) contoh mendapatkan diet
dengan makananan Nasi Biasa (NB), dan diet kedua terbanyak yaitu sebanyak 6
orang (9.5%) mendapatkan diet Tim Biasa (TB). Menurut Almatsier (2005), Jenis
diet untuk pasien penyakit kanker sangat tergantung pada keadaan pasien,
perkembangan penyakit, dan kemampuan untuk menerima makanan. Oleh
sebab itu, diet hendaknya disusun secara individual. Jenis makanan atau diet
yang diberikan hendaknya memperhatikan nafsu makan, perubahan indra kecap,
rasa cepat kenyang, mual, penurunan berat badan, dan akibat pengobatan.
Sesuai dengan keadaan pasien, makanan dapat diberikan secara oral, enteral,
maupun parenteral.Selanjutnya sebaran contoh berdasarkan jenis kanker
dengan jenis diet disajikan pada Tabel 12.
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 12, diketahui bahwa hampir
semua contoh mendapatkan diet Nasi Biasa (NB), namun ada contoh yang tidak
mendapatkan diet Nasi Biasa (NB) yaitu pada contoh KSS lidah yang
mendapatkan diet bubur saring, kanker prostat diet Nasi Rendah Protein (NRP),
dan AML yang mendapatkan diet Tim Biasa (TB). Untuk diet berupa Tim Biasa
(TB), kebanyakan diberikan kepada contoh kanker servik (50%). Selanjutnya
untuk diet Lunak Biasa (LB), kebanyakan diberikan kepada contoh yang
mengalami KNF (60%). Nasi Rendah Protein (NRP) untuk kanker kolon (50%)
dan prostat (50%), bubur saring untuk KSS lidah (100%), tim rendah serat untuk
kanker kolon (100%), tim rendah purin untuk tumor buli (100%), sum-sum untuk
KSS lidah (50%) dan tumor abdomen. Selanjutnya untuk diet Nasi Diet Hati
(NDH) diberikan kepada contoh yang mengalami KNF. Adanya perbedaan diet
yang diberikan kepada contoh disesuaikan dengan kondisi penyakit, keluhan
serta riwayat penyakit atau adanya komplikasi penyakit, sehingga akan
berdampak pada asupan makanan dan kesembuhan penyakit yang diderita oleh
contoh.
46
Jenis diet
NB TB LB NRP BS T.rendah T.rendah Sum-sum NDH Total
Jenis kanker
serat purin
n % n % n % n % n % n % n % n % n % n %
a. Karsinoma
-Kanker payudara 12 27.9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 12 19.0
-Kanker serviks 7 16.3 3 50 1 20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 11 17.5
-KNF 3 6.7 1 16.6 3 60 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 100 8 12.7
-Kanker paru 3 6.7 1 16.6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 6.3
-KSS lidah 0 0 0 0 0 0 0 0 2 100 0 0 0 0 1 50 0 0 3 4.8
-Kanker kolon 4 9.3 0 0 0 0 1 50 0 0 1 100 0 0 0 0 0 0 6 9.5
-Kanker rectum 1 2.3 0 0 1 20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 3.2
-KSS maksila 1 2.3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1.6
-KSS rongga mulut 1 2.3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1.6
-Kanker prostat 0 0 0 0 0 0 1 50 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1.6
-Kanker sigmoid 1 2.3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1.6
-Kanker parotis 1 2.3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1.6
-Tumor abdomen 2 4.6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 50 0 0 3 4.8
-Tumor buli 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 100 0 0 0 0 1 1.6
-Tumor esophagus 1 2.3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1.6
b.Leukimia
-AML 0 0 1 16.6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1.6
-LGK 1 2.3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1.6
c. Limfoma 0 0
-LNH 4 9.3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 6.3
d.Glioma
-Kanker parletar prost crenotomy 1 2.3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 6.3
Total 43 100 6 100 5 100 2 100 2 100 1 100 1 100 2 100 1 100 63 100
*KeteranganNB=Nasi biasa NRP= Nasi rendah protein T=Tim TB=Tim biasa BS=Bubur saring LB=Lunak biasa NDH= Nasi diet hati
46
47
Tabel 14Sebaran contoh berdasarkan jenis kanker dengan menu yang sering di konsumsi
49
50
untuk orang dewasa adalah sebanyak 100 gram atau dua potong
ikan/daging/ayam sehari, sedangkan porsi lauk nabati sebanyak 100-150 gram
atau 4-6 potong tempe sehari. Tempe dapat diganti dengan tahu atau kacang-
kacangan kering.
Kebiasaan konsumsi sayur dan buah contoh
Pada penelitian kali ini kebiasaan konsumsi sayur dan buah contoh
sangat bervariasi, sedangkan konsumsi setiap kali makan untuk sayur dan buah
sama yaitu dikelompokkan menjadi tiga yaitu < 1 porsi, 1 porsi, dan >1 porsi.
Berikut sebaran contoh berdasarkan kebiasaan konsumsi laun hewani dan
nabati disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan konsumsi sayur dan buah serta
jumlah porsi setiap kali makan
Konsumsi sayuran n % Konsumsi buah n %
Wortel 13 21 Apel 8 12
Bayam 22 35 Jeruk 16 25
Kangkung 9 14 Pisang 11 17
Daun singkong 4 6.3 Pepaya 14 22
Jagung 4 6.3 Mangga 7 11
Sawi 4 6.3 Melon 5 7.9
Lainnya 7 11 Lainnya 2 3.2
Total 63 100 Total 63 100
Porsi n % Porsi n %
< 1 porsi 28 44 < 1 porsi 16 25
1 porsi 34 54 1 porsi 32 50
>1 porsi 1 1.6 >1 porsi 15 24
Total 63 100 Total 63 100
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 17 di atas, dapat dilihat jenis
minuman yang paling sering dikonsumsi contoh adalah air putih sebanyak 51%,
dan konsumsi teh sebanyak 38%. Lamanya penyakit kanker yang diderita
contoh, mengakibatkan contoh mulai menerapkan pola hidup sehat yang
didapatkan dari rumah sakit maupun dari luar rumah sakit. Selanjutnya untuk
kebiasan konsumsi selingan/cemilan, dari data yang disajikan dapat dilihat,
hampir separuh (48%) contoh menyukai gorengan, sedangkan cemilan yang
jarang dikonsumsi contoh adalah bakso sebesar 4.8%. dari hasil wawancara
banyaknya contoh yang menyukai cemilan berupa gorengan dikarenakan dari
segi harga sangat terjangkau dan rasanya yang gurih.
53
Kebutuhan energi dan protein orang sakit umumnya lebih rendah dari
pada kebutuhan energi dan protein dalam kondisi sehat hal ini dikarenakan
kondisi fisik dan penyakit yang di derita. Berdasarkan data yang disajikan pada
Tabel 18 di atas, kebutuhan energi, protein, lemak, dan karbohidrat contoh laki-
laki lebih besar dibandingkan dengan contoh perempuan. Kebutuhan energi
contoh berkisar antara 1415 hingga 2263 kkal/hari dengan rata-rata kebutuhan
energi contoh adalah 1779±181 kkal/hari. Kebutuhan energi contoh laki-laki
sebesar 1866±241 kkal/hari, lebih besar dari kebutuhan energi contoh
perempuan, yaitu 1726±102.9 kkal/hari. Rata-rata kebutuhan protein contoh yaitu
81±17 g/hari, kebutuhan protein contoh laki-laki sebesar 84±22 g/hari dan contoh
perempuan 78±13.2 g/hari. Selanjutnya untuk rata-rata kebutuhan lemak contoh
yaitu 35±3.5 g/hari, kebutuhan lemak contoh laki-laki sebesar 36±4.6 g/hari dan
contoh perempuan 33±2.0 g/hari. Sedangkan untuk rata-rata kebutuhan
54
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 19di atas, dapat dilihat
bahwa berdasarkan AKG 2004, kecukupan vitamin pada contoh laki-laki lebih
besar dibandingkan dengan contoh perempuan. Kecukupan vitamin A contoh
laki-laki sebesar 600 RE/hari dan contoh perempuan 500 Re/hari. Kecukupan
vitamin C contoh laki-laki sebesar 90 mg/hari dan contoh perempuan 75 mg/hari.
Kecukupan vitamin E contoh laki-laki dan perempuan sama yaitu sebesar 15
mg/hari.Vitamin A merupakan zat gizi yang penting dalam kesehatan dan
kelangsungan hidup. Vitamin A berperan dalam berbagai fungsi faali tubuh,
antara lain berfungsi dalam penglihatan normal pada cahaya terang, diferesiasi
sel, pertumbuhan dan perkembangan reproduksi, serta pencegahan kanker dan
penyakit jantung. Vitamin C dikatakan dapat mencegah dan menyembuhkan
kanker,. Hal ini kemungkinan dikarenakan vitamin C dapat mencegah
pembentukan nitrosamin yang bersifat karsinogenik, sedangkan vitamin E
mempunyai fungsi utama sebagai antioksidan (Almatsier 2004).
55
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 22di atas, dapat dilihat
bahwa secara umum asupan contoh laki-laki lebih besar dibandingkan dengan
contoh perempuan. Asupan energi contoh berkisar antara 70 kkal hingga 1596
kkal dengan rata-rata sebesar 882±488. Asupan protein contoh berkisar antara
0.9 g hingga 75 g dengan rata-rata sebesar 35±20. Asupan lemak contoh
berkisar antara 0.1 g hingga 65 g dengan rata-rata sebesar 25±17. Asupan
karbohidrat contoh berkisar antara 14 g hingga 230 g dengan rata-rata sebesar
132±73.Asupan vitamin A contoh berkisar antara 0 hingga 379 RE dengan
rata-rata sebesar 102±84. Asupanvitamin C contoh berkisar antara 0 mg hingga
195 mg dengan rata-rata sebesar 66±50. Asupan vitamin E contoh berkisar
antara 0 mg hingga 6.02 mg dengan rata-rata sebesar 1.2±1.0. Pada penelitian
ini terdapat beberapa contoh yang asupan energi dan zat gizinya sangat rendah
sekali. Rendahnya asupan tersebut dikarenakan sewaktu dilakukan pengamatan
ada beberapa contoh yang kondisi penyakitnya mengalami penurunan, sehingga
berdampak pada asupan makan contoh serta ada juga contoh yang kebanyakan
mengonsumsi makanan dari luar rumah sakit dibandingkan mengonsumsi
makanan dari rumah sakit. Asupan energi dan protein yang rendah selain dapat
menghambat proses penyembuhan juga dapat menurunkan status gizi contoh.
Seseorang yang tidak makan cukup pangan secara teratur dapat mengakibatkan
tubuh kehilangan zat gizi yang diperlukan. Selanjutnya untuk melihat pengaruh
pengobatan dengan asupan energi dan zat gizi disajikan pada Tabel 23.
Tabel23Sebaran contoh berdasarkan rata-rata asupan energi dan zat gizi serta
jenis pengobatan
58
Energi
Defisit tingkat berat 25 64.1 16 66.7 41 65.1
Defisit tingkat sedang 4 10.2 5 20.8 9 14.3
Defisit tingkat ringan 7 17.9 2 8.3 9 14.3
Normal 3 7.7 1 4.1 4 6.3
Total 39 100 24 100 63 100
Protein
Defisit tingkat berat 34 87.1 19 79.2 53 84
Defisit tingkat sedang 1 2.6 1 4.2 2 3.2
Defisit tingkat ringan 1 2.6 2 8.3 3 4.7
Normal 3 7.7 2 8.3 5 7.9
Total 39 100 24 100 63 100
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 28di atas. Asupan vitamin A
dan E contoh dibandingkan dengan kebutuhan semua tergolong defisit. Tingkat
konsumsi vitamin C contoh (51%) tergolong cukup, sisanya sebanyak 49%
tergolong defisit. Banyak faktor yang menyebabkan contoh tidak mau makan
antara lain karena tidak berselera, efek pengobatan, menu yang tidak menarik,
lingkungan sekitar yang membuat tidak berselera, atau karena pasien itu sendiri
mengalami gangguan pencernaan.
Tingkat konsumsi terhadap ketersediaan makanan rumah sakit
Menurut Almatsier (2004) zat gizi yang dapat memberikan energi adalah
karbohidrat, lemak dan protein. Kekurangan satu atau lebih lebih zat-zat gizi
yang esensial akan mengakibatkan timbulnya status gizi kurang. Bila keadaan ini
terjadi pada pasien yang dirawat di rumah sakit akan memperlambat proses
penyembuhan, memperpanjang hari perawatan bahkan pada tahap lanjut dapat
mengakibatkan kematian.Sebaran contoh berdasarkan kategori asupanenergi
dan zat gizi terhadap ketersediaan RS (%), disajikan pada Tabel 29.
Tabel 29 Sebaran contoh berdasarkan asupan energi dan zat gizi terhadap
ketersediaan makanan dari rumah sakit (%).
Energi dan Zat Rata-rata asupan energi dan zat giziterhadap ketersediaan(%)
Gizi Perempuan Laki-laki Rata-rata
Energi 54.8 ±30.0 56.6±31.8 55.5 ±30.0
Protein 55.1±33.4 60.5±33.6 57.2±33.3
Lemak 63.1±45.4 59.2±37.5 61.5±42.3
Karbohidrat 52.6±27.4 56.7±33.8 54.2 ±29.8
mual dan anoreksia yang dikarenakan efek dari pengobatan kanker sehingga
akan berdampak pada rendahnya asupan energi dan zat gizi contoh.
Tingkat konsumsi terhadap ketersediaan zat gizi pada penelitian ini,
dikelompokkan menjadi empat kategori yaitu defisit tingkat berat, defisit tingkat
sedang, defisit tingkat ringan dan normal. Kategori asupan energi dan zat gizi
terhadap ketersediaan makananrumah sakit disajikan pada Tabel 30.
Tabel 30 Sebaran contoh berdasarkan kategoriasupan energi dan protein
terhadap ketersedian makanan rumah sakitserta jenis kelamin.
Tingkat konsumsi Perempuan Laki-laki Total
energi n % n % n %
Energi
Defisit tingkat berat 26 66.7 13 54.1 39 62
Defisit tingkat sedang 1 2.6 1 4.2 2 3.2
Defisit tingkat ringan 7 17.8 5 20.8 12 19
Normal 5 12.8 5 20.8 10 16
Total 39 100 24 100 63 100
Protein
Defisit tingkat berat 24 61.5 12 50 36 57
Defisit tingkat sedang 5 12.8 2 8.3 7 11
Defisit tingkat ringan 2 5.1 3 12.5 5 7.9
Normal 8 20.5 7 29.1 15 24
Total 39 100 24 100 63 100
tingkat pendidikan dengan asupan energi (r=-0.14, p>0.05) asupan protein (r=-
0.01 p>0.05), asupan vitamin A (r=-0.02 p>0.05), asupan vitamin C (r=0.09
p>0.05), dan asupan vitamin E (r=0.04 p>0.05), Hal ini mengindikasikan bahwa
tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan asupan energi dan zat gizi.
Hubungan antara pengetahuan gizi denganasupan energi dan zat gizi
contoh
Hasil uji korelasi rank Spearman (Tabel 31) menunjukkan bahwa tidak
terdapat korelasi yang bermakna antara pengetahuan gizi dengan asupan energi
(r=0.048, p>0.05) asupan protein (r=-0.00 p>0.05), asupan vitamin A (r=0.09
p>0.05), asupan vitamin C (r=0.05 p>0.05), dan asupan vitamin E (r=0.05
p>0.05), Hal ini mengindikasikan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan
gizi dengan asupan energi dan zat gizi. Tidak adanya hubungan antara variabel
tersebut dikarenakan pengetahuan gizi merupakan faktor yang secara tidak
langsung mempengaruhi konsumsi, Tingkat pengetahuan gizi yang tinggi belum
tentu diikuti dengan semakin baiknya konsumsi. Hal ini terjadi karena ada
beberapa faktor lain yang berpengaruh terhadap konsumsi, diantaranya adalah
kesukaan, ketersediaan, dan daya beli.
Seseorang dengan tingkat pengetahuan yang baik belum tentu
mengubah kebiasan makannya (Khomsan, 2000). Menurut Riyadi (1996),
menyatakan faktor lain yang mempengaruhi konsumsi selain pengetahuan
adalah kemampuan seseorang untuk menerapkan pengetahuan gizi ke dalam
pemilihan pangan dan cara pemanfaatan pangan yang sesuai dengan
kesehatan. Terkadang seseorang mengabaikan pengetahuan gizi yang dimiliki
dalam memilih makanan yang dikonsumsi.
Hubungan antara lama perawatan dengan asupan energi dan zat gizi
contoh
Hasil uji korelasi rank Spearman (Tabel 31) menunjukkan bahwa terdapat
korelasi negatif antara lama perawatan dengan asupan energi (r=-0.379, p<0.05),
asupan protein (r=-0.337) p<0.05), asupan vitamin C (r=-0.03 p<0.05), dan
asupan vitamin E (r=0.03 p<0.05). Hal ini mengindikasikan bahwa semakin lama
perawatan, maka akan semakin rendah asupan energi dan protein contoh. Hal ini
terjadi karena pasien yang dirawat lebih lama dirawat di suatu rumah sakitmudah
menghafal menu yang disajikan rumah sakit. Akibatnya nafsu makan pasien
hilang sebelum makanan disajikan (Moehyi 1997).
66
vitamin E (r=0.06 p>0.05), dengan status gizi. Hal ini mengindikasikan bahwa
tidak ada hubungan antara asupan protein dengan status gizi. Seseorang
dengan konsumsi yang cukup, belum tentu mempunyai status gizi yang baik.
Staus gizi seseorang dipengaruhi oleh konsumsi dalam jangka waktu yang
panjang. Pada penelitian kali ini contoh hanya diamati selama dua hari
pengamatan, sehingga belum bisa melihat pengaruh konsumsi terhadap status
gizi. Dalam kondisi sakit kanker, jenis terapi, pengobatan, jenis kanker, stadium
kanker, serta makanan dari luar mungkin dapat mempengaruhi status gizi
seseorang dalam keadaaan sakit.
Faktor-faktor yang Diduga Berpengaruh terhadap Asupan Energi dan
Protein Contoh
Walaupun data penelitian ini dikumpulkan hanya dalam satu waktu
dengan desain cross sectional, namun dicoba untuk melakukan uji lebih lanjut
(regresi linear) terhadap variabel yang berhubungan bermakna dengan asupan
energi dan protein. Adapun tujuan dari uji regresi linear ini adalah untuk
melakukan pendugaan terhadap variabel yang berpengaruh terhadap asupan
energi dan protein. Selain itu, melalui uji regresi linear juga dapat ditentukan
seberapa besar variabel-variabel yang diuji tersebut berpengaruh terhadap
asupan energi dan protein.
Berdasarkan hasil uji korelasi spearman terdapat dua variabel yang
berhubungan bermakna dengan asupan energi dan protein contoh, yaitu variabel
lama perawatan dan jenis pengobatan. Berdasarkan hasil uji regresi linear faktor
yang berpengaruh terhadap asupan energi adalah lama perawatan dan jenis
pengobatan. Adapun hasil uji regresi linear tersebut dapat formulasikansebagai
berikut:
Y (asupan energi)=1326,4-297.5(lama perawatan)+75.8(jenis pengobatan)
Nilai R square (R2) yang diperoleh adalah 0.216. Hal ini menunjukkan
bahwa pengaruh variabel lama perawatan dan jenis pengobatan terhadap
asupan energi adalah sebesar 21.6% (R2 X100%), sedangkan sisanya sebesar
78.4% mungkin dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan kedalam uji
regresi linear yang didapat dan yang tidak diteliti dalam penelitian
ini.Berdasarkan hasil uji regresi linear faktor yang berpengaruh terhadap asupan
proteinadalah lama perawatan dan jenis pengobatan. Adapun hasil uji regresi
linear tersebut dapat formulasikan sebagai berikut:
Y (asupan protein) =52.7-10.2(lama perwatan)+4.5(jenis pengobatan)
68
Nilai R square (R2) yang diperoleh adalah (0.217). Hal ini menunjukkan
bahwa pengaruh variabel lama perawatan dan jenis pengobatan terhadap
asupan protein sebesar 21.7% (R2 X100%), sedangkan sisanya sebesar 78.3%
mungkin dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan kedalam uji regresi
linear yang didapat dan yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Kesimpulan
69
dan sebagian besar tingkat ketersediaan dalam kategori defisit (75%). Lebih dari
separuh asupan energi dan protein dibandingkan dengan ketersediaan contoh
tergolong kategori defisit (>70%).
Berdasarkan uji korelasi Spearman, ada korelasi positif antara tingkat
pendidikan dengan pengetahuan gizi(r=0.48, p<0.05). Ada korelasi negatif antara
lama perawatan dengan asupan energi (r=-0.379, p<0.05)dan protein(r=-0.337,
p<0.05). Ada korelasi positif antara jenis pengobatan dengan asupan energi
(r=0.274, p<0.05)dan protein(r=0.351, p<0.05). Berdasarkan hasil uji regresi
linear terdapat dua variabel yang diduga berpengaruh terhadap asupan energi
dan protein contoh, yaitu variabel lama perawatan dan jenis pengobatan.
Pengaruh variabel lama perawatan dan jenis pengobatan terhadap asupan
energi dan protein masing-masing adalah sebesar 21.6% dan 21.7%.
Saran
1. Perlunya upaya peningkatan konsumsimakan contoh antara lain dengan cara
meningkatkan kualitas atribut makanan yang disajikan.
2. Perlunya konsultasi gizi baik kepada pasien dan/atau keluarga guna
meningkatkan motivasi pasien dalam mengonsumsi makanan. Hal ini lebih
lanjut diharapkan dapat mempercepat proses penyembuhan pasien.
3. Perlunya pengkajian tentang keberadaan hubungan antara stadium kanker
dengan konsumsi contoh.
DAFTAR PUSTAKA
71
Anggraeni AC. 2012. Asuhan Gizi (Nutritional Care Process). Yogyakarta: Dian
Rakyat.
Debra Awet et al.2001. Diet, nutrition and cancer prevention: Where are we going
from here. Journal of nutrition. (45):3121-3126.
[Depkes] Departemen Kesehatan RI. 2009. Obesitas dan kurang aktivitas fisik
menyumbang 30% kanker. http://www.depkes.go.id/index. [3 maret
2012].
[Depkes] Departemen Kesehatan RI. 2010. Jika tidak dikendalikan 26 juta orang
di dunia menderita kanker. http://www.depkes.go.id/ [6 Maret 2012].
Lutz CA, Przytulski KR. 1994: Diet in Cancer. In: Nutrition and Diet Therapy.
Editors: Lutz CA, Przytulski KR, FA. Davis. Co,. Philadelphia, pp 616 -
633.
Millner JA. 2003. Incorporating basic nutritional science into health terventions for
cancer prevention. Jounal of Nutrition. (133): 3820-3826.
Papalia DE & Olds SW. 2001.Human Development, Second Edition. New York:
McGraw-Hill, Inc.
Shike M 1996. Nutrition therapy for the Cancer Patient. In: Hematology /
Oncology Clinic of North America 10:221 – 334.
Silviani F. 2012. Konsumsi Zat Gizi dan Daya Terima Pasien Rawat Inap
Penyakit Ginjal Kronik Terhadap Makanan yang Disajikan RSUP
Fatmawati. (Skripsi).Jakarta: Institut Pertanian Bogor.
Sediaoetama AD. 2008. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi.Jakarta : Dian
Rakyat.
Subandriyo, V.U. 1993. Pengelolaan Makanan di Rumah Sakit. Diktat yang tidak
dipublikasikan, Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya
Keluarga.Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor
Tannock IF, Hill RP. 1998.The Basic Science of Oncology. Ed ke-3. Singapore:
McGraw-Hill.
Trujillo EB, Bergerson ASL, Graf JC, Mechael M (2005): Cancer. In: The
American Society for Parenteral and Enteral Nutrition Support Practice
Manual.
Van de Velve. CHJ, Bosman FT, Wagener DJTh. 1999. Onkologi. Arjono,
penerjemah. Yogyakarta: Panitia Kanker RSUP DR. Sardjito. Terjemahan
dari: Onkologie.
Vogel VG. 2000. Breast cancer prevention: A review of current evidence. Cancer
Journal for Clinicians 50(3):156-170.
Zakaria FR. 2001. Pangan dan Pencegahan kanker. Jurnal Teknologi Pangan
dan gizi. FATETA. Institut Pertanian Bogor.
75
76
LAMPIRAN
Peng_gizi Asupan_E
77
N 63 63
N 63 63
asupan_P Peng_gizi
N 63 63
N 63 63
Lama_peraw
asupan_E atan
N 63 63
N 63 63
asupan_P Lama_perawatan
**
asupan_P Pearson Correlation 1 -.337
N 63 63
N 63 63
asupan_E status_gizi
N 63 63
status_gizi Correlation
.014 1.000
Coefficient
N 63 63
Hubungan antara asupan protein dengan status gizi
status_gizi asupan_P
N 63 63
N 63 63
79
Asupan_E Pengolahan_mak
Sig. (2-
. .291
tailed)
N 63 63
Pengolahan_mak Correlation
.135 1.000
Coefficient
Sig. (2-
.291 .
tailed)
N 63 63
Pengolahan_mak konsumsi_P
Sig. (2-
. .364
tailed)
N 63 63
konsumsi_P Correlatio
n .116 1.000
Coefficient
Sig. (2-
.364 .
tailed)
N 63 63
80
asupan_E Treatment
*
Spearman's rho Asupan_E Correlation Coefficient 1.000 .274
N 63 63
N 63 63
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Treatment asupan_P
N 63 63
N 63 63
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Hubungan antara jenis pengobatan dengan asupan protein
kode_tpdkan Peng_gizi
N 63 63
**
Peng_gizi Correlation Coefficient .481 1.000
N 63 63
kode_tpdkan asupan_E
N 63 63
N 63 63
kode_tpdkan asupan_P
N 63 63
N 63 63
status_gizi kode_tpdkan
N 63 63
N 63 63
82
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Std.
Model B Error Beta t Sig.
Lama_pera
-297.525 97.921 -.370 -3.038 .004
watan
Pengolahan
23.312 71.676 .040 .325 .746
_mak
a. Dependent Variable: Asupan_E
83
Change Statistics
Standardize
Unstandardized d
Coefficients Coefficients
Lama_perawat
-10.270 4.104 -.305 -2.502 .015
an
Pengolahan_m
-.690 3.004 -.028 -.230 .819
ak
a. Dependent Variable:
Asupani_P