ID Sistem Kontrak Pengolahan Limbah Padat Rumah Sakit Pemerintah
ID Sistem Kontrak Pengolahan Limbah Padat Rumah Sakit Pemerintah
ID Sistem Kontrak Pengolahan Limbah Padat Rumah Sakit Pemerintah
69 – 76
ISSN: 1978 - 0575
69
1 2 3
Muchsin Maulana , Hari Kusnanto , Agus Suwarni
1
Postgraduate of Public Health, Gadjah Mada University, Yogyakarta
2
Field Epidemiology Training Program, Gadjah Mada University, Yogyakarta
3
Health Polytechnic, Health Ministries
Email: [email protected]
Abstract
Background: Jogja Hospital is a Government-owned Hospital run by the Government of city of
Jogyakarta. In its daily activities, the hospital produces waste which, if not properly discharged
or burned, may cause adverse effect on workers as well as the surrounding area. Jogja hospital
has Incinerator, thus simplifying the management such waste. The waste management
including the rules, procedures and policymaking need to be explored to investigate the process
of waste management of Jogja hospital.
Methods: This study used a qualitative descriptive case study in order to get a clear picture or
description about certain situation objectively. The unit analysis was the solid waste
management in the Jogja Hospital. In-depth interviews were conducted with the Head of
Environmental Health Installation and Waste Management Officer. Data were obtained through
observation, in-depth interviews and document studies, as well as data in the form photos and
recordings.
Results: The process of solid waste management at the Jogja hospital was carried out by the
hospital waste management officer under the direction of the Hospital Environmental Health
Installation. Waste Management Officer was a by-contract employee financed by the Hospital.
The Incinerator Facility helped the hospital in processing the medical waste and it was also a
source income for the hospital since many other parties (private hospitals, general practitioners,
private maternity clinic, and midwives) process their waste in the hospital’s incinerator. The
monitoring of the air quality, toxic gas and ashes emissions was carried out by the Board of
Environmental Health and Contagious Disease Control (BBTKL-PPM) in Yogyakarta. Disposal
of ash from burning in place in WWTP Hospital Yogyakarta.
Conclusion: Hospital Policies Jogja by performing the contract system to facilitate the
supervision of officers. The contract system makes the process of solid waste management to
be more effective, because if the officer did a fatal mistake it can be terminated at any time by
agreement is a contract.
1. Pendahuluan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia1, Rumah Sakit sebagai sarana
pelayanan kesehatan tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, dapat
menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran
lingkungan dan gangguan kesehatan. Menurut Adisasmito2, pengelolaan lingkungan
Rumah Sakit sekarang ini bukan lagi satu bagian parsial yang konsumtif, tetapi
merupakan satu rangkaian siklus dan strategi manajemen Rumah Sakit untuk
mengembangkan kapasitas pengelolaan lingkungan Rumah Sakit sehingga
memberikan manfaat langsung maupun tidak langsung terhadap peningkatan kualitas
pelayanan Rumah Sakit secara menyeluruh. Pengelolaan lingkungan Rumah Sakit
memiliki permasalahan yang kompleks. Salah satunya adalah permasalahan limbah
Rumah Sakit yang sangat sensitif dengan peraturan Pemerintah. Rumah Sakit sebagai
salah satu penghasil limbah terbesar, potensial menimbulkan pencemaran bagi
lingkungan sekitarnya yang akan merugikan masyarakat bahkan Rumah Sakit itu
sendiri.
Pajanan pada limbah layanan kesehatan yang berbahaya dapat mengakibatkan
penyakit atau cidera. Sifat bahaya dari limbah layanan kesehatan tersebut mungkin
muncul akibat satu atau beberapa karakteristik berikut: limbah mengandung agens
infeksius, limbah bersifat genotoksik, limbah mengandung zat kimia atau obat-obatan
berbahaya atau beracun, limbah bersifat radioaktif, limbah mengandung benda tajam.
Semua orang yang terpajan limbah berbahaya dari fasilitas kesehatan kemungkinan
besar menjadi orang yang berisiko, termasuk yang berada dalam fasilitas penghasil
limbah berbahaya, dan mereka yang berada di luar fasilitas serta memiliki pekerjaan
mengelola limbah semacam itu, atau yang berisiko akibat kecerobohan dalam sistem
manajemen limbahnya3.
Limbah medis merupakan porsi yang lebih besar dari infeksi limbah, yang
berpotensi berbahaya karena mereka mungkin berisi agen patogen. Produksi limbah ini
akan terus menjadi fenomena yang terus berlangsung sepanjang ada kegiatan
manusia. Pengelolaan limbah medis adalah isu baru yang diperbesar oleh kurangnya
pelatihan, kesadaran, dan sumber daya keuangan untuk mendukung solusi.
Pengumpulan dan pembuangan limbah sangat penting karena memiliki dampak
langsung terhadap risiko kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan4.
Ada beberapa kelompok masyarakat yang mempunyai risiko untuk mendapat
gangguan karena buangan Rumah Sakit. Pertama, pasien yang datang ke Rumah
Sakit untuk memperoleh pertolongan pengobatan dan perawatan Rumah Sakit.
Kelompok ini merupakan kelompok yang paling rentan. Kedua, karyawan Rumah Sakit
dalam melaksanakan tugas sehari-harinya selalu kontak dengan orang sakit yang
merupakan sumber agen penyakit. Ketiga, pengunjung / pengantar orang sakit yang
berkunjung ke Rumah Sakit, risiko terkena gangguan kesehatan akan semakin besar.
Keempat, masyarakat yang bermukim di sekitar Rumah Sakit, lebih-lebih lagi bila
Rumah Sakit membuang hasil buangan Rumah Sakit tidak sebagaimana mestinya ke
lingkungan sekitarnya. Akibatnya adalah mutu lingkungan menjadi turun kualitasnya,
dengan akibat lanjutannya adalah menurunnya derajat kesehatan masyarakat di
lingkungan tersebut. Oleh karena itu, Rumah Sakit wajib melaksanakan pengelolaan
buangan Rumah Sakit yang baik dan benar dengan melaksanakan kegiatan sanitasi
Rumah Sakit3.
Penggunaan bahan berbahaya dan beracun (B3) yang terus meningkat dan
tersebar luas di semua sektor apabila pengelolaannya tidak dilakukan dengan baik,
maka akan dapat menimbulkan kerugian terhadap kesehatan manusia, makhluk hidup
lainnya dan lingkungan hidup, seperti pencemaran udara, pencemaran air, dan
pencemaran laut. Pengelolaan B3 agar tidak mencemari lingkungan hidup dan untuk
mencapai derajat keamanan yang tinggi, dengan berpijak pada prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan dan peningkatan kualitas hidup manusia, maka diperlukan
peningkatan upaya pengelolaannya dengan baik dan terpadu5.
Pengolahan limbah layanan kesehatan baik di dalam maupun di luar fasilitas
layanan kesehatan, vektor seperti tikus, lalat dan kecoak yang makan maupun bertelur
pada sampah organik, disebut sebagai carrier pasif mikroba patogen, jumlahnya akan
meningkat tajam jika terjadi kekeliruan dalam pengolahan limbah. Sangat sedikit data
yang ada mengenai dampak pajanan limbah layanan kesehatan, terutama di negara-
negara berkembang. Sistem pengkajian yang lebih baik untuk risiko maupun dampak
pajanan akan memberikan suatu perbaikan di dalam sistem pengolahan limbah
layanan kesehatan dan dalam perencanaan tindakan perlindungan yang adekuat3.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wirosaban Kota Yogyakarta adalah
Rumah Sakit Umum kelas C yang dibentuk berdasarkan Surat Keterangan (SK)
Menteri Kesehatan RI No. 496/Menkes/SK/V/1994, dan dikukuhkan dengan Peraturan
daerah No. 1 Tahun 1996. Berdasarkan Perda No. 47 Tahun 2000, kegiatan
2. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan metode penelitian deskriptif dengan
tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara
objektif8. Dengan rancangan studi kasus, merupakan strategi yang lebih cocok bila
pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan how atau why, bila peneliti hanya
memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki, dan
bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) di
dalam konteks kehidupan nyata9.
Gambar 2. pembuangan limbah padat menggunakan mobil angkut yang dilakukan oleh
Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta
Hasil pengujian fisika kimia gas didapat kesimpulan bahwa udara emisi
cerobong Insinerator di Rumah Sakit Jogja secara keseluruhan masih berada di bawah
baku mutu yang dipersyaratkan, sesuai SK Gub. DIY No. 169 Tahun 200317.
B. Saran
Sebaiknya dilakukan proses evaluasi terhadap Petugas Pengelolaan
Limbah yang berkelanjutan dan pemantauan asap sisa hasil pembakaran.
Daftar Pustaka
1. Departemen Kesehatan, Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004, Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit, Dirjen PPM&PL Depkes RI, Jakarta, 2004.
2. Adisasmito, Audit Lingkungan Rumah Sakit, Raja Grapindo Persada, Jakarta, 2008.
3. WHO, Pengelolaan Limbah Aman Layanan Kesehatan, Cetakan Pertama, EGC, Jakarta,
2005.
4. Birpınar, ME., Bilgili, MS., Erdogan, T., Medical waste management in Turkey: A case
study of Istanbul, Waste Management, vol. 29, pp. 445–448, 2009.