Ugro

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 35

KAJIAN MODEL ESTIMASI VOLUME LIMPASAN PERMUKAAN,

DEBIT PUNCAK ALIRAN, DAN EROSI TANAH DENGAN


MODEL SOIL CONSERVATION SERVICE (SCS), RASIONAL
DAN MODIFIED UNIVERSAL SOIL LOSS EQUATION (MUSLE)
(Studi Kasus di DAS Keduang, Wonogiri)

Ugro Hari Murtiono


Kelompok Peneliti Konservai Tanah dan Air (KTA) Balai
Penelitian Kehutanan Solo
Jl. Jend. A. Yani - Pabelan, Kartasura
Po Box 295 Surakarta 57102
E-mail: [email protected]

ABSTRACT

H ydrologic modelling has been developing and it is usefull for basic


data in managing water resources. The aim of the reseach is to estimate
volume runoff, maximum discharge, and soil erosion with SCS, Rational,
and MUSLE models on Keduang Watershed. Explain the data analysis, and
flow to get the data. SCS parameters model use are : runoff, rainfall,
deferent between rainfall runoff. The deferent rainfall between runoff
relationship kurva Runoff Coefisient (Curve Nunmber/CN). This Coefisient
connected with Soil Hydrology Group (antecedent moisture content/AMC),
landuse, and cultivation method. Rational parameters model use are :
runoff coefisient, soil type, slope, land cover, rainfall intensity, and
watershed areas. MUSLE parameters model use are: rainfall erosifity
(RM), soil erodibility (K), slope length (L), slope (S), land cover (C), and soil
conservation practice (P). The result shows that the conservation service
models be applied Keduang Watershed, Wonogiri is over estimed abaut
29.54 %, Rational model is over estimed abaut 49,96 %, and MUSLE model
is over estimed abaut 48,47 %.

Keywords: hydrologycal models, estimate volume runoff, maximum


discharge, and soil erosion, Soil Conservation Model (SCS),
Rational models, and MUSLE models.
diperlukan suatu pendekatan
melalui pemo-delan hidrologi
yang sesuai dengan kondisi
PENDAHULUAN biofisik sub DAS/DAS tersebut,
hasil pe-modelan tersebut
Salah satu program diharapkan dapat dite-rapkan
perencanaan pengelolaan DAS pada sub DAS/DAS yang mempu-
adalah perlu diketahuinya lebih
dahulu kondisi hidrologi
setempat. Namun demikian
sebagian besar DAS yang akan
direncanakan pengelolaan
DASnya belum tersedia data
hidrologi yang cukup memadai,
untuk mengatasi masalah ini
debit maksimum (metode rasional)
yang berdasarkan pada curah
hujan, luas DAS, dan karakteristik
nyai kemiripan kondisi biofisik. daerah aliran sungai telah
Dengan adanya model hidrologi diperkenalkan pada tahun 1850
yang sesuai maka karakterisasi oleh Mulvaney (Fleming. 1979).
dan evaluasi sub DAS/DAS Crawford dan Linsley (1966) mem-
tersebut dapat dengan mudah perkenalkan model Stanford untuk
dilakukan. mem-prediksi “ streamflow “ dan
sedimen dari DAS.
Pemodelan hidrologi sudah
diterap-kan sejak lama. Prediksi

Kajian Model Estimasi Volume Limpasan Permukaan ... (Ugro Hari Murtiono) 169
digunakan untuk membuat suatu
Model-model hidrologi model hidrologi. Model hidrologi
sebagian besar dikembangkan diusahakan sesederhana
di daerah temperate, hanya mungkin dalam arti model
sedikit yang dikembangkan di tersebut mudah digunakan,
daerah tropis, padahal daerah tanpa menga-baikan aspek
tropis juga sangat memerlukan ketelitian, dan model yang
adanya model hidrologi. Model dihasilkan bersifat prediktif.
hidrologi yang dikembangkan di
daerah temperate belum tentu Suatu model hidrologi
sesuai bila diterapkan di daerah umumnya menggunakan satuan
tropis karena selain perbedaan DAS sebagai satu kesatuan
iklim juga perbedaan tanah dan daerah penelitian. Dalam analisis
vegetasi penutupnya. respons DAS, DAS merupakan
satu sistem
Struktur model hidrologi
didasarkan pada proses-proses
yang ada dalam siklus hidrologi.
Proses-proses tersebut mulai dari
hujan, intersepsi,
evapotranspirasi, infiltrasi,
overlandflow, sub surface flow,
perkolation, groundwater
storage, ground water flow,
sampai hasil air. Untuk itu perlu
dikaji model-model hidrologi
khususnya pada kawasan hutan
dan non hutan yang dapat
diterapkan dan dikembangkan di
Indonesia.

Manfaat hasil analisis data


hidrologi dewasa ini semakin
dirasakan , bahkan selalu
diperlukan sebagai data dasar
bagi kegiatan yang menyangkut
pengelolaan sumberdaya air
DAS. Pada umumnya ada 3 (tiga)
tahap dalam analisis hidrologi
yaitu diawali dengan dengan
mengadakan pengu-kuran
terhadap fenomena hidrologi,
mem-buat korelasi diantara
peubah yang diteliti, dan
melakukan prediksi (Sharp dan
Sawden, 1984). Analisis regresi
dan korelasi sering kali
hidrologinya baik karena
hidrologi dimana terdapat keterbatasan dana maupun
hubungan yang sangat erat sumberdaya manusianya, maka
antara setiap masukan yang diperlukan suatu model korelasi
berupa hujan, proses hidrologi diantara peubah, sehingga
DAS, dan keluaran yang berupa dengan adanya suatu model
debit sungai dan sedimen yang maka dapat dikurangi
terangkut. pengukuran fenomena hidrologi
tersebut secara langsung.
Setelah memperhatikan
proses-proses hidrologi dalam Dalam pembuatan model
suatu DAS, maka dapat diperlu-kan data yang lengkap
disimpulkan bahwa distribusi dan akurat, sehingga hasil model
curah hujan menjadi aliran dapat diterapkan pada daerah
langsung selain di-pengaruhi oleh yang mempunyai kemiripan
sifat fisik permukaan DAS, juga kondisi biofisik maupun sosial
dipengaruhi oleh sifat-sifat ekonominya. Dalam kajian ini
hujannya. Mengingat bahwa hanya akan diuji pada model
hujan yang terjadi di daerah empiris yang merupakan salah
beriklim tropika basah satu bagian dari mo-del
mempunyai variasi yang cukup deterministik. Model ini pada
besar menurut ruang dan waktu, umumnya mempresentasikan
maka kajian tentang hubungan hubungan dua atau lebih faktor-
hujan dan limpasan serta faktor hidrologi berdasarkan
bagaimana penga-ruhnya hasil pengamatan di
terhadap respons suatu DAS laboratorium maupun lapangan.
sangat diperlukan, mengingat Model empiris biasanya ber-
pengukuran feno-mena hidrologi bentuk persamaan matematika
terutama daerah-daerah yang berdasarkan informasi yang
tidak ada pencatatan data diperoleh dari hasil pene-litian.

170 Forum Geografi, Vol. 22, No. 2, Desember 2008: 169-185


pengelolaan DAS, sedangkan
Tujuan kajian ini adalah pengelolaan DAS yang ada
memprediksi volume limpasan sekarang adalah pengembangan
permukaan, debit aliran puncak, rencana DAS dengan tekanan
dan erosi tanah dengan model kepada Sub-sistem airnya saja,
SCS, Rational, dan MUSLE pada padahal sebenarnya yang diper-
DAS Keduang. lukan adalah konsep makro
yang menyang-kut total sistem
Terjadinya erosi, banjir, (air, tanah, vegetasi dan
kekeringan, pendangkalan masyarakat), yang tersusun
sungai, waduk serta jaringan dalam suatu pre-planning,
irigasi merupakan kenyataan bukannya sebagai post-planning
bahwa sede-mikian merosotnya (Sudariyono, 1984).
kondisi hidroorologis dan makin
buruknya mutu sumber daya
alam di hampir semua wilayah
Daerah Aliran Sungai (DAS) di
Indonesia. Dengan kondisi yang
demikian usaha -usaha penge-
lolaan wilayah DAS pada saat ini
dirasakan kurang efektif dan
kurang efisien, keadaan ini
tercermin dengan masih belum
terken-dalinya banjir di musim
hujan, terjadinya kekeringan
dimusim kemarau dan menu-
runnya kualitas air. Banjir dan
kekeringan disebabkan oleh
tataguna sumberdaya tanah dan
air belum sesuai dengan pengelo-
laan DAS yang baik, sedangkan
makin menurunnya kualitas air
merupakan akibat dari alokasi
pembangunan di lingkungan
pemukiman , industri, produksi.

Sampai saat ini


pengelolaan DAS masih belum
mencapai taraf yang dapat
menjamin keseimbangan yang
diperlukan dalam tiap-tiap DAS,
yaitu: belum terwu-judnya
sinkronisasi program/rencana
induk dari masing-masing
kegiatan dalam satuan waktu
dan tempat dari berbagai
instansi yang terkait dalam
diberikan. Contoh model ini
Secara garis besar model adalah model Fiering (1971).
hidrologi dapat dibagi menjadi 3
(tiga) bagian yaitu model Lebih jauh model
deterministik, statistik, dan deterministik dapat dibagi
optimali-sasi. Model menjadi dua yaitu model
deterministik dapat didefinisi-kan empiris yang menekankan pada
sebagai sebuah model baik proses-proses komponen dan
empiris maupun konsepsual yang model konsepsual yang
memperlakukan proses-proses menekankan pada proses-
hidrologi sebagai bagian dari proses terintegrasi. Model kon-
sistem determinasi dengan tanpa sepsual ini masih dapat dibagi
membuat perwakilan dari proses- lagi menjadi 3 (tiga) bagian
proses random yang mungkin yaitu linear atau non linear,
muncul dalam sistem. Contoh lumped atau distributed, dan
dari model deterministik ini sesaat atau kontinyu.
adalah Stanford Watershed
Model. Model statistik memper- Model statistik dapat
hatikan hubungan antara proses- dibagi menjadi dua bagian yaitu
proses yang diarahkan ke teori model korelasi dan model
statistik. Contoh dari model stokastik. Model optimum dapat
statistik ini adalah Co-axiial cor- dibagi menjadi dua bagian yaitu
relation model. Model optimum analisis sistem dan “teori
adalah model yang telah keputusan”.
diberikan beberapa tujuan disatu
sisi dan sisi lain telah diberikan Pemodelan dapat
beberapa hambatan. Kemudian memberikan bebe-rapa
model ini akan mem-berikan kontribusi dalam pemahanan
rencana yang paling bagus untuk ilmiah (de coursey,1991 dalam de
kepuasan tujuan dengan Roo, 1993). Model matematik
hambatan-ham-batan yang yang lengkap dapat me-

Kajian Model Estimasi Volume Limpasan Permukaan ... (Ugro Hari Murtiono) 171
kalibrasi untuk kondisi-kondisi
nyediakan garis besar konsep spesifik DAS.
yang mungkin membantu tempat-
tempat dimana pengeta-huan
tentang suatu hal masih kurang, Limpasan permukaan
dan mensimulasi ide-ide yang adalah bagian dari curah hujan
baru. yang mengalir diatas per-
mukaan tanah menuju sungai,
Pemodelan dapat membantu danau dan lautan. Nilai
membe-rikan strategi dan limpasan permukaan yang
dukungan taktis untuk sebuah penting untuk keperluan
program penelitian, memotivasi evaluasi DAS adalah kondisi
peneliti, dan mendorong volume limpasan permu-kaan
kerjasama. yang terjadi sebelum selama
dan sete-lah adanya suatu
a. Model-model yang divalidasi kegiatan/proyek. Bebe-rapa
dengan data dari DAS faktor yang mempengaruhi
penelitian menyediakan kondisi
sebuah mekanisme untuk
transfer data dari daerah
penelitian ke daerah dimana
data akan dipakai.

b. Model hidrologi konsepsual


adalah model hidrologi yang
didasarkan pada proses-proses
yang mempengaruhi re-sponse
DAS. Model hidrologi konsep-
tual diantaranya adalah model
STAN-FORD. Model ini adalah
salah satu mo-del simulasi
hidrologi dengan komputer
yang paling awal. Model
tersebut telah dikembangkan
oleh Crawford dan Linsley
pada tahun 1962. Model ini
didasarkan pada
penyederhanaan konsepsual
dari proses-proses fisik
overland flow, interflow, soil
water storage, deep
percolation, ground water
storage, dan evapotranspirasi
untuk memperkirakan
streamflow dari data curah
hujan. Model ini mensyaratkan
pengelolaan lahan)
tersebut adalah yang berkaitan (Sukresno.1999).
dengan : (1). Curah hujan
meliputi; lama waktu hujan, Dalam menentukan
intensitas dan penyebarannya; besarnya debit sungai
dan (2). Karakteristik daerah berdasarkan hujan perlu
aliran sungai (DAS) meliputi: ditinjau hubungan antara hujan
bentuk dan ukuran DAS, topo- dan aliran sungai. Besarnya
grafi, tanah, geologi dan aliran di dalam sungai
penggunaan lahan. ditentukan terutama oleh
besarnya hujan, intensitas
Melalui ujicoba terhadap hujan, luas daerah hujan, lama
perilaku infiltrasi air hujan yang waktu hujan, luas daerah aliran
jatuh pada berbagai jenis tanah sungai dan ciri-ciri daerah
yang berbeda. Dinas Konservasi aliran itu.
Tanah Amerika Serikat (US
SCS,1972) me-ngembangkan Dengan kemungkinan yang
metode estimasi total volume sama untuk timbul, intensitas
limpasan dengan menggunakan hujan berkurang kalau
data hujan yang tersedia, yaitu intervalnya meningkat. Kalau
dikenal sebagai metode SCS. hujan berlangsung lebih lama
Adapun faktor-faktor yang daripada lama waktu konsentrasi
mempe-ngaruhi perilaku infiltrasi alirannya, intensitas rata-ratanya
tanah tersebut untuk mendukung akan lebih kecil daripada kalau
metode ini, a.l. : grup hidrologi lama waktu hujan itu sama
tanah (hydrolic soil group), type dengan lama waktu konsentrasi.
penutupan lahan (land cover), Lama waktu konsentrasi ialah
kondisi hidrologis dan selang waktu antara permulaan
kelembaban tanah awal (an- hujan dan saat yang seluruh
tecedent moisture content/AMC), areal daerah alirannya ikut
dan cara bercocok tanam (cara berperanan pada pengaliran
sungai. Apabila

172 Forum Geografi, Vol. 22, No. 2, Desember 2008: 169-185


menerapkan faktor erosivitas
lama hujan melebihi lama waktu hujan
konsentrasi, maka laju pengaliran (R) sebagai rainfall-runoff basis
didalam sungai akan kurang
sebagai persamaan MUSLE
daripada kalau lama waktu
(modified USLE).
hujannya sama dengan lama waktu
konsentrasi. Sebaliknya, apabila
METODE PENELITIAN
lama waktu hujan lebih pendek
daripada lama waktu konsentrasi,
Letak dan Luas
intensitas hujannya meningkat Letak daerah penelitian
menjadi lebih tinggi, akan tetapi berdasarkan unit DAS termasuk
hanya sebagian dari areal daerah
DAS Keduang, Solo Hulu,
aliran ikut berperanan pada
wilayah DAS Bengawan Solo,
pengaliran sungai. Dengan
berdasarkan peta rupa bumi
demikian maka laju pengaliran
digital Indo-
maksimum terjadi kalau lama
waktru hujan sama dengan lama
waktu konsentrasi daerah
alirannya.

Model Erosi MUSLE


merupakan pengembangan dari
persamaan Universal Soil Loss
Equation (USLE) yang pertama
kali diterbitkan dalam
Agricultural Handbook No. 282
(1965) dan dipublikasikan lagi
pada Agricultural Handbook No.
587 (1978).

Metode USLE sebagai


suatu persa-maan hanya dapat
menduga besar erosi ta-nah
tahunan yang berasal erosi
permukaan yang terjadi pada
bagian profil bentang lahan
(landscape) dan tidak dapat
menghitung deposisi yang
terjadi. USLE juga tidak
diperuntukkan untuk meng-
hitung hasil sedimen yang
berada pada hilirnya maupun
bentuk erosi gully.

Selanjutnya persamaan
pendugaan erosi dikembangkan
oleh Williams (1975) yaitu
500.000, peta ta-nah skala 1 :
nesia, yang diterbitkan 100.000, dan peta rupa bumi
Bakosurtanal (Badan Koordinasi Indonesia (Peta RBI) skala 1 :
Survey dan Pemetaan Nasio- 50.000
nal), terletak pada : 70 42 ' (2). Citra landsat
27,16 ” - 70 55' 35,51”” LS Alat yang digunakan untuk
110059' 29,29 ”” - 1110 13' 30,00 penelitian meliputi :
“” BT. Berdasarkan letak 1) Stasiun Pengamatan Arus
administrasi meli-puti wilayah Sungai (SPAS)
Kecamatan: Girimarto, Jati- 2) Stasiun Pengamatan Hujan
purno, Sidoharjo, Jatisrono, (SPH)
Slogohimo dan Jatiroto yang 3) Komputer
semuanya termasuk Kabu-paten 4) Sofware SPSS
Wonogiri.
Pengumpulan Data
Luas Sub DAS Keduang Data yang dikumpulkan
berdasarkan wilayah hidrologis meliputi : (1). parameter
adalah 35.993 ha (luas Sub DAS hidrologi untuk mendukung
yang diukur sampai outlet estimasi volume limpasan
pengukuran (Stasiun (runoff) dengan metode SCS
Pengamatan Arus Sungai/SPAS), yaitu : grup hidrologi tanah
sedangkan luas Sub DAS secara (hydrologic soil grup), tipe
alamis adalah : 42.644 ha. penutupan lahan ( land cover),
kondisi hidrologi dan kelem-
Bahan dan Alat baban tanah awal ( antecedent
Bahan yang diperlukan moisture conten/ AMC ), dan
untuk mendukung penelitian ini cara bercocok tanam (cara pe-
meliputi : ngelolaan lahan); (2). parameter
(1).Peta penggunaan lahan skala hidrologi untuk mendukung
1 :50.000, peta geologi skala 1 : estimasi debit maksi-

Kajian Model Estimasi Volume Limpasan Permukaan ... (Ugro Hari Murtiono) 173
Gambar 1. Peta Lokasi dan Penutupan Lahan DAS Keduang
Pengolahan dan Analisa Data
a. Estimasi volume limpasan
permukaan dengan metode
mum dengan metode rational
yaitu : koefi-sien run off yang SCS yaitu :
didasarkan pada faktor-faktor
daerah pengalirannya seperti:
jenis tanah, kemiringan lereng,
keadaan hutan penutupnya dan
besar kecilnya banjir, intensitas
hujan selama time of
concentration dan luas daerah
pengaliran; dan (3). param-eter
hidrologi untuk estimasi erosi
dan sedimentasi dengan metode
MUSLE yaitu
: erosivitas hujan sebagai
runoff-rainfall ba-sis (Rm),
erodibilitas tanah (K), panjang
lereng (L), kemiringan lereng
(S), penu-tupan tanaman (C),
dan praktek konservasi tanah
(P).
Q = limpasan
permukaan (mm) P =
curah hujan (mm)
Metode prakiraan total
s = perbedaan antara curah
volume lim-pasan permukaan
hujan dan runoff (mm)
dari SCS ini, persama-annya
adalah : Besarnya perbedaan antara
curah hujan dan limpasan
(P-0.2 s) 2
permukaan ,s adalah
Q = ———— P ³ 0.2 s ……….
(1) berhubungan dengan angka
P + 0.8 s kurva limpasan (CN) dimana
dimana : persamaannya adalah :

174 Forum Geografi, Vol. 22, No. 2, Desember 2008: 169-185


1000 tanah, nilainya disajikan pada
25,4
S = ( ———— - 10 ) Tabel 2. Kondisi AMC
………… (2) (antecedent moisture content) I
CN (kering) dan III (jenuh air)
angka CN langsung diperoleh
Angka CN (curve number) dari Tabel 3, didasarkan pada
adalah bervariasi dari 0 sampai angka CN kondisi II.
100 yang di-pengaruhi oleh
kondisi grup hidrologi tanah b. Estimasi debit maksimum
AMC (antecedent moisture dengan metode rasional yaitu
content), penggunaan lahan dan :
cara bercocok ta-nam. Kondisi Rumus rasional adalah rumus
AMC rata-rata (II) angka CN yang ter-
tersebut ditunjukkan pada Tabel tua dan yang terkenal diantara
1. rumus-rumus empiris. Untuk
pertama-tama digunakan di
Adapun grup hidrologi Irlandia oleh Mulvaney pada
tanah (dibe-dakan atas A, B, C tahun 1847.
dan D dan untuk kondisi AMC II
( rata-trata), dikategorikan Pemikiran secara rasional
menurut besarnya laju infiltrasi ini dapat dinyatakan secara
dan tekstur aljabar dengan rumus rasional
berikut :

Tabel 1. Angka CN (curve number) untuk kondisi AMC


(antecedent moisture content) II (kondisi rata-rata)

Penggunaan Tipe Cara Kondisi Grup Hidrologi


Penutupan Tanah
lahan Pengelolaan Hidrolo A B C D
gi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Pertanian Bera Tanah 77 86 91 94
terbuka
Tanaman berjajar Larikan Buruk 72 81 88 91
lurus
Larikan Baik 67 78 85 89
lurus
Kontur Buruk 70 79 84 88
Kontur Baik 65 75 82 86
Kontur & Buruk 66 74 80 82
teras
Kontur & Baik 62 71 78 81
teras
Padi, gandum Larikan Buruk 65 76 84 88
lurus
Larikan Baik 63 75 83 87
lurus
Kontur Buruk 63 74 82 85
Kontur Baik 61 73 81 84
Kontur & Buruk 61 72 79 82
teras
Kontur & Baik 59 70 78 81
teras
Tanaman legum Larikan Buruk 66 77 85 89
lurus
Larikan Baik 58 72 81 84
lurus
Kontur Buruk 64 75 83 85
Kontur Baik 55 69 78 83
Kontur & Buruk 63 73 80 83
teras
Kontur & Baik 51 67 76 80
teras
Lapangan rumput Buruk 68 79 86 89
Sedang 49 69 79 84
Baik 39 61 74 80
Padang rumput 30 58 71 78
Tegakan hutan Buruk 45 66 77 83
Sedang 36 60 73 79 175
Kajian Model Estimasi Volume Limpasan PermukaanBaik ... (Ugro30 77
Hari55Murtiono)70
Pekarangan rumah - 59 74 82 86
Padang Tanaman perdu Buruk 80 87 93
rumput (rumput-
(iklim an & tanaman (< 30%)
kering) bawah)
Sedang 71 81 89
Baik 62 74 79
(70%)
Perdu daerah pegunungan Buruk 66 74 79
Penggunaan Tipe Cara Kondis Grup Hidrologi
Penutupan i Tanah
lahan Pengelolaan Hidrolo A B C D
gi
(1) (2 (3) (4) (5) (6) (7) (8)
)
Pekarangan rumah - 59 74 82 86
Padang Tanaman perdu Buruk 80 87 93
rumput (rumput-
(iklim an & tanaman (< 30%)
kering) bawah)
Sedang 71 81 89
Baik 62 74 79
(70%)
Perdu daerah Buruk 66 74 79
pegunungan
Sedang 48 57 63
Baik 30 41 48
Perdu padang Buruk 63 77 85 88
pasir
Sedang 55 72 81 86
Baik 49 68 79 84
Perkotaan Telah berkembang
:
-Taman berump Buruk 68 79 86 89
kota ut (2%)
Sedang 49 69 79 84
Baik (75 39 61 74 80
%)
- Kawasan 98 98 98 98
beraspal dan
berbeto
n
- Jalan 72 82 87 89
tanah
- Jalan aspal/beton 98 98 98 98
- Jalan 76 85 89 91
berbatu
- Jalan aspal/beton
Bersaluran 83 89 92 93
Terbuka
Wilayah :
- Pertokoan (85 % 89 92 94 95
kedap
air (ka)
- Industri 81 88 91 93
(72 %
ka)
- 77 85 90 92
Perumaha
n
( halaman (h) 500
m2, 65 % ka)
- Perumah 61 75 83 87
an
( h + 1000 m2,
38% ka)
- Perumah 57 72 81 86
an
( h + 1350 m2,
30% ka)
- Perumah 54 70 80 85
an
( h + 2000
m2,25% ka)
- Perumah 51 68 79 84
an
( h + 4000 m2,
20% ka)
- Perumah 46 65 77 82
an
( h + 8000 m2,
12% ka)
- Pengembangan 77 86 91 94
Kota ( tanpa
vegetasi)

Sumber : McCuen (1989) dan US


SCS (1972)

176 Forum Geografi, Vol. 22, No. 2, Desember 2008: 169-185


Tabel 2. Grup Hidrologi Tanah (hydrolic soil group)

Grup Laju infiltrasi Tekstur


Tanah (mm/jam)
A 8- 12 Pasir, pasir berlempung dan
lempung berpasir
B 4–8 Lempung berdebu, lempung
C 1–4 Lempung pasir berliat
D 0–1 Lempung berliat, lempung debu
berliat, liat
berpasir, liat berdebu, liat

Sumber : McCuen (1989) dan US SCS (1972)

Tabel 3. Angka CN untuk kondisi AMC I (kering) dan III


(jenuh air dengan hujan terjadi pada 5 hari terakhir).

Angka CN (II) untuk kondisi AMC I (kering) dan


AMC III (jenuh air dengan hujan terjadi pada 5 hari terakhir)
Angka CN Kondisi AMC I Kondisi AMC III (jenuh air
(II) dengan
(kering) hujan terjadi pada 5 hari
terakhir)
100 100 100
95 87 99
90 78 98
85 70 97
80 63 94
75 57 91
65 45 83
60 40 79
55 35 75
50 31 70
45 27 65
40 23 60
35 19 55
30 15 50
25 12 45
20 9 39
15 7 33
10 4 26
5 2 17
0 0 0
Sumber : McCuen (1989) dan US
SCS (1972)
Kajian Model Estimasi Volume Limpasan Permukaan ... (Ugro Hari Murtiono) 177
Q = C.I.A. cfs (cubic feet per R 24
2/3
second I = ——— . ( ——— ) ………..
atau second feet) (5)
…………........... 24 Tc
(3)
A = luas daerah aliran sungai I = intensitas hujan hujan
dalam acres I = intensitas hujan selama time of
maksimum selama wak-tu yang concentration (mm/jam)
sama dengan lama waktu kon- R = hujan sehari
sentrasi, dinyatakan dalam inchi (mm)
tiap jam C = angka pengaliran T = time of (jam)
(koefisien runoff), tak c concentration
berdimensi. ( 0,869 x L 3 )
0,385

Apabila digunakan satuan Tc = ———————— ……..


metrik, maka rumus rasional (6)
H
menjadi :
T = time of (jam)
c concentration
Q = 0,278 C.I.A. (4
m3/dt. ............. ) L = panjang sungai utama
( km)
H = beda tinggi antara titik
I : dalam mm
tertinggi dengan titik
tiap jam A : dalam
terendah pada catchment
km2.
area (m)
a. Koefisien run off yang
c. Luas DAS (A) dalam km2
didasarkan pada faktor-
faktor daerah pengalirannya
seperti : jenis tanah,
3) Estimasi perhitungan erosi
kemiringan, ke-adaan hutan
tanah dengan metode
penutupnya dan besar
MUSLE
kecilnya banjir, intensitas
Metode USLE sebagai suatu
hujan selama time of persa-
concentration dan luas maan hanya dapat menduga
daerah pengaliran. besar erosi tanah tahunan yang
Besarnya koefisien runoff berasal erosi permu-kaan yang
( C ) didasar-kan pada terjadi pada bagian profil ben-
keadaan daerah pengaliran tang lahan (landscape) dan
seperti terlihat pada Tabel 4. tidak dapat
b. Intensitas hujan (I) didapat
dari per-samaan :
Tabel 4. Perhitungan Koefisien Runoff

No. Keadaan daerah pengaliran Koefisien


runof
1. Bergunung dan curam 0,75 - 0,90
2. Pegunungan tersier 0,70 – 0,80
3. Sungai dengan tanah dan hutan 0,50 – 0,75
dibagian atas dan
bawahnya
4. Tanah dasar yang diairi 0,45 – 0,60
5. Sawah waktu diairi 0,70 – 0,80
6. Sungai bergunung 0,75 – 0,85
7. Sungai dataran 0,45 – 0,75
Sumber : Sosrodarsono, 1993

178 Forum Geografi, Vol. 22, No. 2, Desember 2008: 169-185


tinggi muka air dengan
menghitung deposisi yang debit aliran (discharge
terjadi. USLE juga tidak rating curve)
diperuntukkan untuk menghi-
tung hasil sedimen yang berada b). K: erodibilitas tanah yang
pada hilir-nya maupun bentuk dihitung dengan
erosi gully. nomograph USLE, dari
Wischmeier dan Smith ,
Selanjutnya persamaan dimana pa-rameter-
pendugaan erosi juga parameternya adalah fraksi
dikembangkan oleh Williams pasir sangat halus + debu
(1975) yaitu menerapkan faktor (%), fraksi pasir (%), bahan
erosivitas hujan (R) sebagai organik (%) dengan 5 (lima)
rainfall-runoff basis sebagai kelas, struktur tanah 4
persamaan MUSLE (modified
USLE), sehingga persamaannya
menjadi :

A = Rm x K x L x S x C x (7
P ............ )

dimana :
Rm = 11,8 (Q qp) 0,56
Q = total volume runoff (m3)
qp = adalah puncak banjir
(m3/dt)

a) . Rm : erosivitas hujan
merupakan faktor R pada
MUSLE, yang dicari dengan
menggunakan nilai total
volume runoff dan debit
puncak, dimana Rm (Williams
dan Berndt,1977) :
0,56
Rm = 11,8 (Q qp)

Q = total volume runoff (m3)


qp = adalah puncak banjir
(m3/dt) yang dihitung
dengan melalui pengama-
tan tinggi muka air
otomatis (AWLR), pada
tinggi muka air yang
tertinggi, kemudian
disubstitusikan kedalam
persamaan hubungan
dihitung berdasarkan nilai-
(empat) kelas dan nilai yang telah diadopsi
permeabilitas tanah 6 untuk kondisi Indonesia.
(enam kelas). Nilai K ini ju-
ga dapat dihitung dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
persamaan:
Estimasi Volume Limpasan
–4
100 K = 2,1 M 1,14 (10 ) Permukaan dengan Model
EU

(12 – a) + 3,25 (b-2) + 2,5 (c SCS


– 3 )... (8) dimana untuk Perhitungan masing-masing
memperoleh nilai satuan faktor untuk Model SCS adalah
metrik, maka nilai K adalah : sebagai berikut :

K = 1,292 x nilai K 1. Faktor angka Curve Number


EU
(CN) disajikan pada Tabel 5.
c). LS : faktor panjang dan
kemiringan lereng yang 2. Perbedaan antara curah
dihitung dengan persamaan hujan dan limpasan
permukaan (s)
L = ( l/22,1) (9) Besarnya perbedaan antara
½
................................ curah hu-
S = 65,41 sin 2 a + 4,56 a jan dan limpasan permukaan (s)
+ 0,065...................... (1 adalah berhubungan dengan
0) angka kurva limpasan
permukaan (CN) dimana
d) . C dan P : berupa faktor persamaannya adalah :
penutupan tanah oleh 1000
tanaman (C) dan praktek S = ( ——— - 10 ) 25,4 atau
konser-vasi tanah (P) yang CN

Kajian Model Estimasi Volume Limpasan Permukaan ... (Ugro Hari Murtiono) 179
Tabel 5. Perhitungan angka Curve Number (CN) DAS Keduang
No. Luas (ha) Kelompo Tipe landuse, Angka CN
k Perlakuan, CN
tanah Kondisi tanah Tertimbang
1 2 3 4 5 6=2x5
1 7.971,191 D Pekarangan rumah 86 685.522,43
2 255,671 D Lapangan rumput,baik 80 20.453,664
3 2.528,760 D Tegakan hutan, baik 77 194.714,52
4 1.288,148 A Tegakan hutan, sedang 36 46.373,328
5 3.446,809 A Tegakan hutan, buruk 45 155.106,39
6 12.948,285 D Padi, larikan lurus,baik 87 11.265,008
7 8.341,739 D Legum, kontur dan teras 80 667.339,12
baik
36.780,603 2.896.010.2
Angka CN tertimbang = 2.896.010,2445/
36.780,603 = 78,74
Sumber : hasil perhitungan
Q = { 108 – (0,2 x
25400 68,58) }2 / ( 108 +
S = ( ———— - 254 ) (0,8 x 68,58) }
CN = 8889.4726/162.864 =
54,58 mm
sehingga (s) = ( 25400/CN ) –
254
(s) = (25.400/ 78,74
) - 254
= 68,58

3. Volume Limpasan Permukaan


Volume limpasan permukaan
(runoff) dengan persamaan :

(P-0.2 s) 2
Q = ———————
P + 0.8 s

dimana :
Q = limpasan permukaan (mm)
P = curah hujan sesaat (mm)
= 108 mm, (hujan
maksimum terjadi pada
tang-gal 20–Desember-
2005)
s = perbedaan antara curah
hujan dan runoff (mm)
Keduang pada kejadian hujan
4. Total volume limpasan mak-simum sebesar 108 mm
permukaan (run-off) pada pada tanggal 20 Desember
2005 nilainya sebesar 20.056.
kejadian hujan maksimum
462,82 m3 dibandingkan
sebesar 108 mm ( 20-
dengan nilai aktual yang
Desember-2005)
diperoleh dari hasil
pengamatan hidrologi (SPAS)
Total volume limpasan
permukaan pada tanggal 20 De-sember
(Q)untuk DAS Keduang pada 2005 nilainya sebesar 15.482.
tanggal 20 Desember 2005 = 534,40 m3, sehingga terdapat
54,58 x 1/1000 m x 36.780,603 selisih + 4.573.928,40 m3
x 10.000 m 2 = 20.056.462,82 (29,54 %). Hal ini me-nunjukkan
bahwa metode SCS yang
m3
diterapkan pada DAS Keduang
Perhitungan hasil total terjadi over estimate dalam
volume lim-pasan permukaan memprediksi total volume
terprediksi (Q-SCS) di DAS limpasan permukaan.

180 Forum Geografi, Vol. 22, No. 2, Desember 2008: 169-185


Model Estimasi Debit I = intensitas hujan hujan
Puncak Aliran Dengan Model selama time of
Rasional concentration (mm/jam)
Dalam mengestimasi debit R = hujan sehari (mm)
maksi-mum (qp) dengan metode Tc = time of concentration (jam)
rasional digunakan persamaan
3 0,385
berikut :
( 0,869 x L )
qp = 0,278 C.I.A. m3/dt.
H
dimana
A = luas daerah aliran sungai Tc = time of concentration (jam)
dalam km2 I = intensitas L = panjang sungai utama
hujan maksimum selama waktu ( km) = 37,82 km.
yang sama dengan lama waktu H = beda tinggi antara titik
konsentrasi, dinyatakan tertinggi dengan titik
dalam mm tiap jam terendah pada catchment
C = Koefisien run off yang area (m)
didasarkan pada faktor- 925 - 150 = 1725 m.
faktor daerah penga-
lirannya seperti : jenis
tanah, kemi-ringan, 0,867 X L 3
0,385
keadaan hutan Tc = (——————)
penutupnya dan besar H
kecilnya banjir, intensitas 3
hujan selama time of 0,867 X (37,82)
0,385

concentration dan luas Tc =


daerah pengaliran. (————————)

1. Besarnya koefisien runoff (C)


didasarkan pada keadaan 46.901,1694
Tc = ( ———————)
daerah pengaliran seperti
0,385
terlihat pada Tabel 6. 1725

Tc = 3,57 jam
2. Intensitas hujan (I) didapat
dari per-samaan :

R 24
2/3
I = ——— . . ( ——— )
25 Tc

Tabel 6. Perhitungan di sub DAS


Koefisien Runoff Keduang

No. Kondisi Sungai Luas Nilai C Nilai C


(ha) (%) Tertimbang
1. Sungai dataran 5.33 14,49 0,60 0,087
1
2. Sungai bergunung 26.9 73.23 0,80 0.586
35
3. Sungai bergunung 4.51 12,28 0,825 0,101
dan 5
curam
Koefisien Runoff ( rata-rata tertimbang 0,774
C)
Kajian Model Estimasi Volume Limpasan Permukaan ... (Ugro Hari Murtiono) 181
memprediksi debit puncak
R 24 aliran.
2/3
I = ——— . ( ——— )
24 Tc Model Estimasi Erosi
Dengan Model MUSLE
108 24 Parameter yang dihitung
2/3
I = ——— . ( ——— ) dalam memprediksi erosi tanah
24 3.57 dengan metode MUSLE adalah
sebagai berikut
I = 4,50 . 3,585 = 16,13 1) . Rm : erosivitas hujan
mm/jam
merupakan faktor R pada
MUSLE, yang dicari dengan
3. Luas DAS (A) dalam km2
Luas DAS (A) Keduang =
367,81 km2

4. Estimasi debit aliran puncak


(qp) DAS Keduang
berdasarkan model rasional
qp = 0,278 C.I.A. m3/dt.
qp = 0,278 x 0,774 x 16,13 x
367,81 m3/dt. qp =
1.276,57m3/dt.

Perhitungan hasil debit


puncak aliran terprediksi (qp-
rasional) di DAS Keduang pada
kejadian hujan maksimum = 108
mm dan tinggi muka air
maksimum = 3,30 m pada
tanggal 20 Desember 2005
nilainya sebesar 1.276,5671m3/dt
dibandingkan dengan nilai
aktualnya yang diperoleh dari
hasil pengamatan hidrologi
(SPAS) yang terjadi pada tanggal
20 Desember 2005 dengan tinggi
muka air maksimum = 3,30 m,
nilainya sebesar 638,819 m3/dt ,
sehingga terjadi penyimpangan
serbesar +
637. 7481 m3/dt (49,96 %). Hal
ini menunjukkan bahwa untuk
metode rasional yang
diterapkan di DAS Keduang
terjadi over estimate dalam
kelas, struktur tanah 4
menggunakan nilai total (empat) kelas dan
volume runoff dan debit permeabilitas tanah 6 (enam
puncak aliran, dimana Rm kelas). Nilai K ini juga dapat
(Williams dan Berndt,1977) : dihitung dengan persamaan :
0,56
Rm = 11,8 (Q qp) 100 K = 2,1 M 1,14 (10 –4
) (12 –
a) +
EU
Q = total volume runoff (m3) 3,25 (b-2) + 2,5 (c – 3 )
yang dihitung dengan
metode bilangan kurva dimana untuk memperoleh
(SCS) nilai satuan metrik, maka
qp = adalah puncak banjir (m3/dt) nilai K adalah :
yang
dihitung dengan rumus K = 1,292 x nilai K
rasional. 0,56
EU

Rm = 11,8 (Q qp) Nilai K ( erodibilitas tanah )


Rm = 11,8 ( 20.056.462 x
DAS Keduang disajikan
1.276,57 ) 0,56 Rm =
dalam Tabel 11.
5481,1241
3) . LS : faktor panjang dan
2) . K : erodibilitas tanah yang
kemiringan lereng yang
dihitung dengan nomograph
dihitung dengan persamaan
USLE, dari Wischmeier dan
Smith , dimana param-eter- L = ( l/22,1) 1/2
parameternya adalah fraksi
pasir sangat halus + debu S = 65,41 sin 2 a + 4,56 a +
(%), fraksi pasir (%), bahan 0,065
organik (%) dengan 5 (lima)

182 Forum Geografi, Vol. 22, No. 2, Desember 2008: 169-185


Tabel 7. Nilai K (erodibilitas Keduan
tanah) DAS g

No. Jenis tanah Batuan K Luas K tertimbang


induk (ha) (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) = (4) x (6)
1. Lithosol Breksi 0,015 3.593 9,77 0,0015
2. Lithosol Vulkanik/lav 0,03 5.392 14,66 0,0044
a
3. Gromusol Napel 0,24 353 0,96 0,0023
4. Mediteran Tuff Vulkan 0,18 15..57 42,35 0,0762
7
5. Latosol Tuff vulkan 0,16 11.86 32,26 0,0516
6
Nilai K (erodibilitas tanah) 0,1360
tertimbang

Faktor panjang dan 5). Hasil prediksi tingkat erosi


kemiringan le-reng (faktor LS ) tanah (A) dari MUSLE
DAS Keduang dihitung dengan dihitung berdasarkan
bantuan peta topografi dengan persamaan umum kehilangan
persamaan McCool dkk. (1987). tanah (USLE) sebagai berikut
Hasil nilai panjang dan :
kemiringan lereng (faktor LS )
sub DAS Keduang adalah = A = 70.687.029,01 x 0,1360 x
17,3 (BTP DAS, 2001) 17,30
x 0,035
4) . C dan P : berupa faktor = 5.820.935,465 ton =
penutupan tanah oleh 158,2610 ton/ha/th
tanaman (C) dan praktek
konservasi tanah (P) yang Perhitungan hasil erosi
dihitung berdasarkan nilai- tanah (A) dari MUSLE
nilai yang telah diadopsi terprediksi (A-MUSLE) di DAS
untuk kondisi Indonesia. Keduang tahun 2005 sebesar
Nilai C dan P di DAS 158,2610 ton/ha/th
Keduang hasilnya disajikan dibandingkan dengan nilai
pada Tabel 8. aktualnya yang diperoleh dari
hasil

Tabel 8. Nilai C dan P rata-rata tertimbang DAS Keduang

No. Landuse Nilai C Nilai P Lua Nilai CP


s
(ha) (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) = (3) x(4) x
(6)
1. Hutan 0,01 1,00 4.083 11,1 0,001
2. Hutan dan 0,15 1.00 2.244 6,1 0,009
semak
3. Sawah 0,10 0,04 15..521 42,2 0,001
4. Kampung 0,40 0,15 5.076 13,8 0,008
5. Tegal 0,50 0,15 7.209 19,6 0,015
6. Tegal/hutan 0,10 0,15 2.648 7,2 0,001
rakyat
Nilai CP rata-rata 0,035
tertimbang =

Kajian Model Estimasi Volume Limpasan Permukaan ... (Ugro Hari Murtiono) 183
pengamatan hidrologi (SPAS)
tahun 2005 nilainya sebesar DAFTAR PUSTAKA
106,5931 ton/ha/th , se-hingga
terjadi penyimpangan sebesar +
51,6679 ton/ha/th (48,47 %). Hal
ini menunjukkan bahwa metode
perhitungan erosi tanah dari
MUSLE (A-MUSLE) yang
diterapkan pada DAS Keduang
terjadi over estimate dalam
memprediksi erosi tanah.

KESIMPULAN

1. Metode Soil Conservation


Service (SCS) terjadi over
estimate sebesar 29,54 %
dalam memprediksi volume
aliran per-mukaan pada DAS
Keduang, diban-dingkan
dengan nilai aktualnya yang
diperoleh dari hasil
pengamatan hi-drologi
(SPAS), hal ini didasarkan
pada hasil perhitungan total
volume runoff terprediksi (Q-
SCS) pada kejadian hujan
sebasar maksimum = 108
mm pada tanggal 20
Desember 2005.

2. Metode Rasional (qp-rasional)


terjadi over estimate sebesar
49,96 % dalam memprediksi
debit aliran puncak pada DAS
Keduang dibandingkan dengan
nilai aktualnya yang diperoleh
dari hasil pengamatan
hidrologi (SPAS), hal ini
didasarkan pada hasil
perhitungan debit maksimum
terprediksi (qp-rasional) pada
kejadian hujan maksimum =
108 mm dan tinggi muka air
maksimum =
terjadi penyim-pangan
3,30 m pada tanggal 20 sebesar + 51,6679 ton/ha/th
Desember 2005
(48,47 %).

3. Metode MUSLE (A-MUSLE) 4. Estimasi volume limpasan


terjadi over estimate sebesar permukaan dengan model
48,47 % dalam memprediksi SCS, estimasi debit puncak
erosi tanah pada DAS aliran dengan model Rasional
Keduang, dibandingkan (qp-rasional) dan metode
dengan nilai aktualnya yang
perhitungan erosi tanah
diperoleh dari hasil
dengan model MUSLE (A-
pengamatan hidrologi (SPAS)
MUSLE) pada DAS Keduang
tahun 2005. Perhitungan
dengan luas yang relatif besar
hasil erosi tanah (A) dari
(42.644 ha) ter-jadi over
MUSLE terprediksi (A-
estimate apabila dibandingkan
MUSLE) di DAS Keduang
dengan hasil pengukuran
tahun 2005 sebesar 158,2610
aktual.
ton/ha/th dibandingkan
dengan nilai aktualnya yang 5. Disarankan perlu untuk
diperoleh dari hasil
dilaksanakan lagi penelitian
pengamatan hidrologi (SPAS)
pada lokasi lain yang
tahun 2005 nilainya sebesar
mempunyai variasi luasan
106,5931 ton/ha/th, sehingga
DAS yang berbeda-beda.

Abdulrachman, A.,S. Abujamin, and U.Kurnia. 1984. Soil and


Management Practices For Erosion Control. In Lal, R.1990, Soil
Erosion in The Tropics Principles and Management, Mc Graw –
Hill, Inc., New York.
Arsyad, S. 1989. Soil and Water Conservation (translated). IPB Press,
Bogor, Indonesia.
Bols, P.L. 1978. The Iso-Erodent Map of Java and Madura. SRI, Bogor.

184 Forum Geografi, Vol. 22, No. 2, Desember 2008: 169-185


Coursey, D.G., J.C. Shaake, and E.H. Seely. 1982. Stochastic Models
in Hydrology. In Haan, Johnson, Brakensiek (Ed): Hydrologic
Modelling of Small Watersheds. ASAE Monograph : 19 -73.
De Roo, A.P.J. 1993. Modelling Surface Run Off and Soil Erosion in
Catchments Using Geographical Information System.
Nederlands Geografishche Studies 157. Utrecht.
Fleming, 1979. Deterministic Models in Hydrology. FAO. Rome. Italy.
Junun Sartohadi dan Ratih Fitria Putri. 2008. “Evaluasi Potensi
Degradasi Lahan dengan Menggunakan Analisa Kemampuan
Lahan dan Tekanan Penduduk terhadap Lahan Pertanian di
Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo” dalam Forum
Geografi, Vol. 22, No. 1, Juli 2008. Hlm. 1-12.
Kurnia, U. and H.Suwardjo. 1985. Effect of Mechanical Conservation
Methods on Soil in Tropoudulf and Tropothent in Yogyakarta.
In Lal, R. (1990), Soil Erosion In The Tropics : Principles and
management, Mc.Graw-Hill, Inc., New York.
Mc.Cool, D.K., L.C. Brown, G.R. Foster, C.K. Mutchler, and L.D.
Meyer. 1987. Resived Slope Steepness Factor for The USLE.
Trans ASAE., 30 (5): 1397-1396.
Mc.Cuen,R.H. 1989. Hydrologic Analysis and Design. Prince Hall, New
York.
Seyhan, E. 1977. Mathematical Simulation of Watershed Hydrologic
Processes. Geografisch Instituut der Rijksununiversiteit te
Utrecht, Utrecht.
Sharp, J.J. and P.G. Sawden. 1984. Basic Hydrology. Butterworth & Co.,
London.
Sosrodarsono, S. 1978. Hidrologi Untuk Pengairan. PT Pradnya
Paramita. Jakarta.
Sudariyono, 1984. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Seminar
Hidrologi Dalam Rangka Peringatan Dies Natalis XXXV,
Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta 14-15
Desember 1984
Suprapto Dibyosaputro. 2005. “Muatan Suspensi Total dan Laju
Sedimentasi Sungai Kayan di Kabupaten Bulungan, Kalimantan
Timur”. Forum Geografi, Vol. 19, No. 2, Desember 2005. Hlm.
115-126.
Sukresno. 1999. Laporan Kajian Penerapan RUSLE, MUSLE Untuk
Pendugaan Erosi dan Sedimentasi. BTPDAS, Badan Litbang
Kehutanan dan Perkebunan, Dephutbun, Surakarta.
Wischmeier,W.H. dan D.D. Smith. 1978. Predicting Rainfall Erosion
Losses – A Guide To Conservation Planning. USDA. Ag.
Handbook No.537, 58 p.
Kajian Model Estimasi Volume Limpasan Permukaan ... (Ugro Hari Murtiono) 185

You might also like