Kalimat Efektif

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 27

I PENDAHULAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa Indonesia adalah bahasa yang indah dan teratur baik secara lisan
maupun tulisan. Dalam penggunaan bahasa Indonesia secara lisan, jarang
sekali ditemukan permasalahan berarti. Bahkan, beberapa orang asing
menganggap bahasa Indonesia adalah bahasa yang menyenangkan dan mudah
dimengerti. Namun, dalam penggunaan bahasa Indonesia secara tulisan, kerap
kali ditemukan kesalahan-kesalahan. Kesalahan-kesalahan tersebut biasa
ditemui pada penggunaan kalimat yang baik dan benar. Lazimnya penggunaan
kalimat tidak baku tanpa kaidah semakin menghambat penerapan penggunaan
kalimat yang baik dan benar dalam masyarakat.

Setiap karya tulis, baik yang ilmiah (makalah, skripsi, laporan penelitian)
maupun nonilmiah (novel, artikel majalah, prosa) menggunakan susunan
kalimat yang akan dinikmati oleh khalayak umun. Kalimat inilah yang
menjadikan suatu karya padu dan mudah dimengerti oleh masyarakat awam
karena kalimat yang baik dan benar akan mudah dipahami. Namun,
permasalahan muncul ketika sebagian besar masyarakat tidak mengindahkan
penggunaan kalimat baik dan benar sehingga kesalahan menjadi lazim dan
dianggap sebagai suatu hal yang benar. Tentu saja ini bermasalah, selain
mengganggu estetika penulisan itu sendiri, keslaahan tata kalimat
menyebabkan masalah baru dalam pemahaman pembacanya.

Bahasa tulisan sebagai sebagai salah satu bentuk wacana yang menggunakan
bahasa sebagai mediumnya mensyaratkan seorang penulis untuk menguasaiai

1
kaidah-kaidah bahasa, khususnya penggunaan kalimat baik dan benar. Karena
dengan hal tersebt, dapat dipastikan pesan informasi yang disampaikan dalam
tulisannya dapat dengan mudah dipahami oleh pembacanya (Syarif Yunus,
2017).

Dengan mempertimbangkan kajian tersebut, makalah ini akan mengkaji


pengunaan tanda baca titik dan kata sandang tersebut.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memahami tata cara
penulisan kalimat yang baik dan benar.

2
II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kalimat

Kalimat secara umum adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan
maupun tulisan yang mengungkapkan pikiran secara utuh. Dalam wujud lisan
kalimat diungkapkan dengan suara yang naik dan turun, lemah dan lembut,
disela dengan jeda, dan diakhiri dengan intonasi.

Kalimat adalah gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan
suatu pengertian dan pola intonasi akhir. Kalimat dapat dibagi-bagi lagi
berdasarkan jenis dan fungsinya yang akan dijelaskan pada bagian lain. Pada
dasarnya, sebuah kalimat dapat dibentuk oleh klausa yang terdiri atas subjek
dan predikat dengan penambahan objek, pelengkap, maupun keterangan yang
diakhiri dengan tanda baca titik (.), tanya (?), atau seru (!). Jika tidak tepat,
penambahan-penambahan tersebut dapat membuat kalimat yang dibuat
menjadi tidak efektif. (Puebi, 2005)

Contoh kalimat secara umum seperti kalimat lengkap, kalimat tidak lengkap,
kalimat pasif, kalimat perintah, kalimat majemuk, dan lain sebagainya yaitu:

1. Joy Tobing adalah pemenang lomba Indonesian Idol yang pertama.


2. Pergi!
3. Bang Napi dihadiahi timah panas oleh polisi yang mabok minuman
keras itu.

3
4. The Samsons sedang konser tunggal di pinggir pantai ancol yang sejuk
dan indah.

2.2 Pengertian Kalimat yang Baik dan Benar

Kalimat baik dan benar (efektif) dapat diartikan sebagai susunan kata yang
mengikuti kaidah kebahasaan secara baik dan benar. Tentu saja karena kita
berbicara tentang bahasa Indonesia, kaidah yang menjadi patokan kalimat
efektif dalam bahasan ini adalah kaidah bahasa Indonesia menurut ejaan yang
disempurnakan (EYD). Kalimat baik dan benar (efektif) adalah kalimat yang
dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami
secara tepat pula (BPBI, 2003:91).

Definisi kalimat baik dan benar juga diungkapkan oleh Badudu (1995) kalimat
efektif ialah kalimat yang baik karena apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh
pembaca (penulis dalam bahasa tulis) dapat diterima dan dipahami oleh
pendengar (pembaca dalam bahasa tulis) sama benar dengan apa yang
dipikirkan atau dirasakan oleh penutur atau penulis. Selain itu, Badudu
(1989:36) juga berpendapat, “sebuah kalimat dapat efektif apabila mencapai
sasaran dengan baik sebagai alat komunikasi.” Parera (1984:42)
mendefinisikan kalimat baik dan benar adalah bentuk atau kalimat-kalimat
sadar dan disengaja disusun untuk mencapai intonasi yang tepat dan baik
seperti yang ada dalam pikiran pembaca atau penulis.

2.3 Syarat Kalimat Baik dan Benar

Selain pengertian-pengertian di atas ada beberapa ahli bahasa berpendapat


bahwa kalimat efektif memiliki syarat dan pola-pola untuk membentuknya,
seperti yang dikemukakan oleh Putrayasa (2007: 66) bahwa Kalimat yang
benar dan benar adalah kalimat yang mampu menyampaikan informasi secara
sempurna karena memenuhi syarat-syarat pembentuk kalimat efektif tersebut.

4
Kalimat dibuat untuk menyampaikan pesan/informasi yang tepat. Agar pesan
yang ingin disampaikan ini mudah dimengerti sehingga tidak menimbulkan
kesalahpahaman, maka kalimat tersebut haruslah kalimat yang baik dan benar.
Beberapa syarat yang harus dimiliki sebuah kalimat yang baik dan benar antara
lain adalah sebagai berikut :

1. Tidak menyimpang dari kaidah bahasa (Sesuai PUEBI)


Sebuah kalimat yang baik dan benar haruslah menggunakan ejaan maupun
tanda baca yang tepat. Kata baku pun mesti menjadi perhatian agar tidak
sampai kata yang kamu tulis ternyata tidak tepat ejaannya. Kalimat yang
tidak menyimpang dari kaidah bahasa maksudnya adalah kalimat yang
cermat baik dari segi pemilihan kata dan bentukan kata maupun susunan
kalimatnya memenuhi aturan sintaksis yang benar. Sebaliknya, kalimat
yang menyimpang dari kaidah bahasa, susunan kalimatnya tidak sesuai
dengan aturan sintaksis yang benar. Contoh:

Jadwal di atas menunjukkan kereta api eksekutif Argo Lawu berangkat


pada pukul 17.00 dari Gambir.

Keraf (1984: 36) berpendapat, kalimat efektif tidak hanya sanggup


memenuhi kaidah-kaidah atau pola-pola sintaksis, tetapi juga harus
mencakup beberapa aspek lainnya yang meliputi, sebagai berikut:

a. Penulisan secara aktif sejumlah perbendaharaan kata (kosakata) bahasa


tersebut,
b. Penguasaan kaidah-kaidah sintaksis bahasa itu secara aktif ,
c. Kemampuan mencantumkan gaya yang paling cocok untuk
menyampaikan gagasan-gagasan,
d. Tingkat penalaran (logika) yang dimiliki seseorang.

2. Logis atau dapat diterima nalar


Kalimat juga harus logis atau dapat dinalar oleh akal. Meskipun secara
gramatikal sesuai dengan kaidah namun jika tidak logis, kalimat tersebut
tak akan dapat dipahami dengan baik bila disampaikan kepada orang lain.

5
Contoh:
Anak-anak itu sedang asyik mengumpulkan pohonan.

3. Sistematis
Sebuah kalimat paling sederhana adalah yang memiliki susunan subjek
dan predikat, kemudian ditambahkan dengan objek, pelengkap, hingga
keterangan. Sebisa mungkin guna mengefektifkan kalimat, buatlah kalimat
yang urutannya tidak memusingkan. Jika memang tidak ada penegasan,
subjek dan predikat diharapkan selalu berada di awal kalimat.

4. Tidak Boros dan Bertele-tele


Jangan sampai kalimat yang kalian buat terlalu banyak menghambur-
hamburkan kata dan terkesan bertele-tele. Pastikan susunan kalimat yang
kalian rumuskan pasti dan ringkas agar orang yang membacanya mudah
menangkah gagasan yang kalian tuangkan.

5. Tidak Ambigu
Syarat kalimat efektif yang terakhir, kalimat efektif menjadi sangat
penting untuk menghindari pembaca dari multiftafsir. Dengan susunan
kata yang ringkas, sistemastis, dan sesuai kaidah kebahasaan; pembaca
tidak akan kesulitan mengartikan ide dari kalimat kalian sehingga tidak
ada kesan ambigu (jelas dan dapat menyampaikan maksud atau pesan
dengan tepat).

Kalimat yang baik juga harus mengandung pengertian yang jelas, tidak
membingungkan serta tidak menimbulkan penafsiran ganda atau ambigu.
Tidak sedikit pula kita temui kalimat-kalimat yang diucapkan oleh penutur
bahasa mengandung pengertian ganda. Kalimat ini selain dapat
membingungkan juga menimbulkan respons atau tanggapan yang tak
sesuai karena tidak tersampaikannya pesan secara benar.

6
2.4 Ciri Kalimat Baik dan Benar

Untuk membuat kalimat efektif tidaklah sulit asalkan sudah memahami ciri-
ciri suatu kalimat dikatakan efektif. Menurut Teodora (2005), berikut ini adalah
ciri-ciri sehingga suatu kalimat dapat kita katakan kalimat baik dan benar.

2.4.1 Kesepadanan Struktur


Kesepadanan adalah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur
bahasa yang dipakai. Menurut Putrayasa (2007: 54) kesepadanan bisa dibentuk
jika ada keselarasan antara subjek-predikat, predikat-objek, dan predikat-
keterangan. Sehingga kesatuan gagasan yang akan disampaikan dapat
ditangkap dengan baik oleh pembaca atau pendengar. Hal pertama yang harus
diperhatikan adalah kelengkapan struktur dan penggunaannya. Inilah yang
dimaksud dengan kesepadanan struktur. Ada beberapa hal yang menyangkut
ciri-ciri yang satu ini. Kesepadanan sebuah kalimat ditandai oleh beberapa hal,
yaitu:

1. Pastikan kalimat yang dibuat mengandung unsur klausa minimal yang lengkap,
yakni subjek dan predikat.
a. Memiliki subjek yang jelas (kata depan di, dari, dalam, kepada daripada,
sebagai, mengenai, dan menurut tidak boleh mengawali subjek, kecuali
seluruh kata depan tersebut berfungsi sebagai keterangan. Contoh:
a) Menurut presiden mengatakan bahwa subsidi pendidikan akan
diprioritaskan.
b) Kepada para mahasiswa diharapkan mendaftarkan diri di sekretariat.

Kalimat-kalimat di atas subjeknya kurang jelas karena diantar oleh kata


depan. Oleh karena itu, kata depan harus dihilangkan sehingga menjadi:

a) Presiden mengatakan bahwa subsidi pendidikan akan diprioritaskan.


b) Para mahasiswa diharapkan mendaftarkan diri di sekretariat.

7
b. Jangan taruh kata depan (preposisi) di depan subjek karena akan
mengaburkan pelaku di dalam kalimat tersebut. Contoh kalimat baik dan
benar:
a) Bagi semua peserta diharapkan hadir tepat waktu. (tidak efektif)
b) Semua peserta diharapkan hadir tepat waktu. (efektif)

2. Memiliki predikat yang jelas (Predikat kalimat tidak didahului kata yang).
Contoh :
Rumah kami yang terletak di kampung Neglasari RT 01/01. (salah)
Rumah kami terletak di kampung Neglasari RT 01/01. (benar)

3. Kata penghubung intrakalimat tidak boleh digunakan dalam awal kalimat


tunggal.
Hati-hati pada penggunaan konjungsi yang di depan predikat karena
membuatnya menjadi perluasan dari subjek.Contoh:
a) Dia yang pergi meninggalkan saya. (salah)
Dia pergi meninggalkan saya. (benar)
b) Tidak semua data ditampilkan. Karena lokasi penelitian sangat sulit
dijangkau. (salah)
Tidak semua data ditampilkan, karena lokasi penelitian sangat sulit
dijangkau. (benar)

4. Tidak bersubjek ganda, bukan berarti subjek tidak boleh lebih dari satu, namun
lebih ke arah menggabungkan subjek yang sama. Contoh:
Adik demam sehingga adik tidak dapat masuk sekolah. (salah)

Adik demam sehingga tidak dapat masuk sekolah. (benar)

2.4.2 Kehematan Kata


Karena salah satu syarat kalimat baik dan benar adalah ringkas dan tidak
bertele-tele, kalian tidak boleh menyusun kata-kata yang bermakna sama di
dalam sebuah kalimat. Ada dua hal yang memungkinkan kalimat membuat
kalimat yang boros sehingga tidak efektif. Yang pertama menyangkut kata

8
jamak dan yang kedua mengenai kata-kata bersinonim. Untuk menghindari hal
tersebut, berikut ini contoh mengenai kesalahan dalam kata jamak dan sinonim
yang menghasilkan kalimat tidak baik dan benar.

Kehematan dalam kalimat baik dan benar adalah hemat mempergunakan kata,
frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu(Arifin dan Tasai 2006:106).
Akan tetapi, bukan berarti menghilangkan kata atau frasa yang dapat
memperjelas kalimat. Menurut Arifin dan Tasai (2006:106) kalimat hemat
memiliki beberapa kriteria, yaitu:

1. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan


subjek.
Contoh
a) Karena ia tidak diundang ia tidak datang ke tempat itu.
b) Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui presiden datang.
Perbaikannya
a) Karena tidak diundang, ia tidak datang ke tempat itu.
b) Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.

2. Penggunaan Kata Jamak


Contoh Kata Jamak:

Para siswa-siswi sedang mengerjakan soal ujian masuk perguruan tinggi.


Siswa-siswi sedang mengerjakan soal ujian masuk perguruan tinggi.

Ketidakefektifan terjadi karena kata para merujuk pada jumlah jamak,


sementara siswa-siswi juga mengarah pada jumlah siswa yang lebih dari satu.
Jadi, hilangkan salah satu kata yang merujuk pada hal jamak tersebut.

3. Penghematan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.


Contoh:

a) Dia hanya membawa badannya saja.


b) Sejak dari pagi dia bermenung.

9
Perbaikannya:

a) Dia hanya membawa badannya.


b) Sejak pagi dia bermenung.

4. Penggunaan Kata Sinonim


Contoh Kata Sinonim:

Ia masuk ke dalam ruang kelas. (salah)

Ia masuk ruang kelas. (benar)

Ketidakefektifan terjadi karena kata masuk dan frasa ke dalam sama-sama


menunjukkan arti yang sama. Namun, kata masuk lebih tepat membentuk
kalimat efektif karena sifatnya yang merupakan kata kerja dan dapat menjadi
predikat. Sementara itu, jika menggunakan ke dalam dan menghilangkan
kata masuk—sehingga menjadi ia ke dalam ruang kelas—kalimat tersebut
akan kehilangan predikatnya dan tidak dapat dikatakan kalimat efektif menurut
prinsip kesepadanan struktur.

2.4.3 Kesejajaran Bentuk


Ciri-ciri yang satu ini menyangkut soal imbuhan dalam kata-kata yang ada di
kalimat, sesuai kedudukannya pada kalimat itu. Pada intinya, kalimat efektif
haruslah berimbuhan pararel dan konsisten. Jika pada sebuah fungsi digunakan
imbuhan me-, selanjutnya imbuhan yang sama digunakan pada fungsi yang
sama. Contoh:
a) Hal yang mesti diperhatikan soal sampah adalah cara membuang,
memilah, dan pengolahannya. (salah)
b) Hal yang mesti diperhatikan soal sampah adalah cara membuang,
memilah, dan mengolahnya. (benar)

2.4.4 Ketegasan Makna


Tidak selamanya subjek harus diletakkan di awal kalimat, namun memang
peletakan subjek seharusnya selalu mendahului predikat. Akan tetapi, dalam

10
beberapa kasus tertentu, kalian bisa saja meletakkan keterangan di awal kalimat
untuk memberi efek penegasan. Ini agar pembaca dapat langsung mengerti
gagasan utama dari kalimat tersebut. Penegasan kalimat seperti ini biasanya
dijumpai pada jenis kalimat perintah, larangan, ataupun anjuran yang
umumnya diikuti partikel lah atau pun.

Contoh:
a) Kamu sapulah lantai rumah agar bersih! (salah)
b) Sapulah lantai rumahmu agar bersih! (benar)

2.4.5. Kelogisan Kalimat


Menurut Arifin dan Tasai, ( 2006:106) yang dimaksud dengan kelogisan ialah
bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan
ejaan yang berlaku. Ciri-ciri kalimat efektif terakhir yang amat krusial
menyangkut kelogisan kalimat yang kalian buat. Kelogisan berperan penting
untuk menghindari kesan ambigu pada kalimat. Karena itu, buatlah kalimat
dengan ide yang mudah dimengerti dan masuk akal agar pembaca dapat dengan
mudah pula mengerti maksud dari kalimat tersebut.

Perhatikan kalimat di bawah ini.


a) Waktu dan tempat kami persilakan.
b) Untuk mempersingkat waktu, kita teruskan acara ini.

Perbaikannya :
a) Bapak kepala sekolah kami persilakan.
b) Untuk menghemat waktu, kita teruskan acara ini.

2.4.6 Keparalelan
Menurut Arifin dan Tasai ( 2006:106) keparalelan adalah kesamaan bentuk
kata yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, bila dalam suatu kalimat
menggunakan bentuk nomina berarti seterusnya menggunakan nomina.

11
Apabila bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan
verba.

Contoh:

harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes

Kalimat di atas tidak memiliki kesejajaran karena terbentuk dari bentuk kata
yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Oleh karena itu, kalimat ini harus
disejajarkan bentuknya, menjadi:

harga minyak dibekukan atau dinaikan secara luwes

2.4.7 Penghematan dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian


superordinat pada hiponim kata.
Contoh:
a) Ia memakai baju warna merah.
b) Di mana engkau menangkap burung pipit itu?
Perubahannya
a) Ia memakai baju merah
b) Di mana engkau menangkap pipit itu?

2.4.8 Kecermatan
Kecermatan adalah kalimat yang tidak menimbulkan penafsiran ganda dan
tepat dalam pilihan kata (Arifin dan Tasai, 2006:105).

Contoh :

a) Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.


b) Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.

Kalimat a) memiliki makna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau
perguruan tinggi.

Kalimat b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu
rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.

12
2.4.9 Kepaduan

Kepaduan adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga maksud


atau informasi yang disampaikan tidak terpecah-pecah (sistematis) (Arifin dan
Tasai, 2006:106). Kepaduan dalam kalimat ditandai dengan hal sebagai
berikut.

1. Kalimat padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib


dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.

a) Surat itu saya sudah baca.

b) Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.

Perbaikannya

a) Surat itu sudah saya baca.

b) Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan

2. Tidak menyisipkan kata diantara predikat dan objek

a) Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.

b) Pemerintah menaikkan bagi harga BBM sebesar 20%.

Perbaikannya

a) Mereka membicarakan kehendak rakyat.


b) Pemerintah menaikkan harga BBM sebesar 20%.

2.5 Unsur-Unsur Kalimat Baik dan Benar

Berdasarkan kaidah panduan bahasa indonesia setiap kalimat memiliki unsur


penyusun kalimat. Gabungan dari unsur-unsur kalimat akan membentuk
kalimat yang mengandung arti. Dalam Puebi, (2005) unsur – unsur yang bisa
dimiliki sebuah kalimat terdiri dari beberapa hal. Unsur-unsur inti kalimat
antara lain SPOK :

13
1. Subjek (S)
Subjek (S) merupakan pelaku yang terlibat dalam kegiatan tertentu dalam
sebuah kalimat. Subjek merupakan unsur pokok kalimat yang mendampingi
predikat. Subjek dapat berupa makhluk hidup, benda mati, tempat, waktu, dll.
Contoh Subjek kalimat : Saya, Andi, Dia, Rumah, dll.

2. Predikat
Predikat merupakan unsur kalimat yang menyatakan pekerjaan atau kegiatan
yang dilakukan oleh subjek(s). Predikat secara khusus menjelaskan atau
menggambarkan keterangan dari subjek. Sebuah kalimat setidaknya harus
mempunyai Subjek (S) dan Predikat (P). Predikat biasanya merupakan kata
kerja (Verba) atau Kata Sifat (Adjektiva). Contoh Predikat antara lain berupa
pekerjaan, kegiatan, sifat, situasi, ciri, jati diri dari subjek seperti : Menolong,
Melihat, Marah, Sedih, Besar, dll

3. Objek
Objek merupakan unsur yang terletak dibelakang atau setelah predikat.
Fungsi utamanya adalah sebagai korban dari tindakan yang dilakukan subjek
atau melengkapi fungsi predikat. Dalam kalimat pasif, sebuah objek dapat
berubah posisinya menjadi subjek. Seringkali pembentuk objek dalam sebuah
kalimat adalah kata benda. Contohnya, ibu, buku, baju, Binatang, Apel, dll.

4. Keterangan
Keterangan merupakan unsur yang menjelaskan tentang latar kejadian
dalam sebuah kalimat. Keterangan berfungsi sebagai pelengkap, bisa
ditemukan di awal kalimat (sebelum subjek) atau di akhir kalimat (setelah
objek) atau setelah pelengkap. Keterangan dalam kalimat dapat berupa :

a) Keterangan waktu : siang, malam, pagi, bulan, tahun, jam, dll.


b) Keterangan Tempat : di rumah, di taman, di kelas, di kamar, dll.
c) Keterangan alat : dengan mobil, menggunakan sepeda, pisau, sapu, dll.

14
d) Keterangan cara : dengan lembut, dengan serius, diam-diam, lambat,
dll.
e) Keterangan tujuan : supaya sehat, agar pintar, bisa selesai, dll.
f) Keterangan penyerta : bersama keluarga, dengan kakaknya, ditemani
ayahnya, dll.

5. Pelengkap
Pelengkap merupakan unsur kalimat yang melengkapi unsur lainnya untuk
menambahkan atau memperjelas arti sebuah kalimat. Fungsi dari pelengkap
ini sama seperti fungsi objek, bedanya Pelengkap tidak dapat dijadikan
Subjek (S) dalam sebuah kalimat pasif. Pelengkap (Pel) biasanya terletak
setelah objek.

2.6 Struktur Pola Kalimat Baik dan Benar

1. Kalimat dengan Pola S – P


Saya sedang sedih.
S = Saya
P = sedang sedih

2. Kalimat dengan Pola S – P – O


Ani membaca buku.
S = Ani
P = membaca
O = Buku

3. Kalimat dengan Pola S – P – Pel


Keluarganya pergi berlibur.
S = Keluarganya
P = pergi
Pel = berlibur

15
4. Kalimat dengan Pola S – P – O – Pel
Ibu membersihkan lantai yang kotor.
S = Ibu
P = membersihkan
O = Lantai
Pel = yang kotor

5. Kalimat dengan Pola S – P – K


Ani sedang bermain di taman.
S = Ani
P = sedang bermain
K = di taman

6. Kalimat dengan Pola S – P – O – K


Saya sedang makan nasi di rumah.
S = Saya
P = sedang makan
O = Nasi
K = di rumah

2.7 Klasifikasi Kalimat Baik dan Benar

2.7.1. Berdasarkan Pengucapannya

1. Kalimat Langsung

Kalimat langsung adalah kalimat yang merupakan hasil kutipan langsung


dari pembicaraan seseorang. Isi dari kalimat ini sama persis dengan yang
dikatakan orang tersebut. Isi dari kalimat langsung diiringi oleh tanda
petik. Sedangkan pengiringnya tidak diiringi oleh tanda petik, isi kalimat
dengan pengiring dipisahkan oleh tanda koma. Tanda baca pengakhir
kalimat ditulis sebelum penulisan tanda petik.

Contohnya : “Tolong ambilkan sepatu saya,” pinta Andi.

16
Struktur dari kalimat langsung beserta pengiringnya dapat ditulis sebagai
berikut :

Pengiring, “Kutipan.”

“Kutipan,” pengiring.

“Kutipan,” Pengiring, “kutipan.”

2. Kalimat Tak Langsung

Kalimat tak langsung merupakan kalimat yang dibentuk dengan cara


melaporkan atau memberitahukan perkataan orang lain dalam bentuk
berita. Kalimat tidak langsung tidak perlu menggunakan tanda petik dalam
penulisannya. Contoh:

Ibu saya berkata bahwa kita harus lebih banyak belajar agar bisa lulus
ujian nasional.

4.7.2. Berdasarkan Jumlah Frasa (Struktur)

1. Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal merupakan kalimat yang hanya memiliki satu subjek, satu
predikat dan dilengkapi dengan satu objek dan keterangan. Contohnya Ibu
memasak di dapur.

2. Kalimat Majemuk

Kalimat majemuk merupakan sebuah kalimat yang memiliki lebih dari


satu subjek, dan lebih dari satu predikat sehingga bisa dipisahkan menjadi
kalimat yang berbeda-beda. Masing-masing penyusun kalimat majemuk
dapat berdiri sendiri karena mempunyai Subjek (S) dan Objek (O)nya
tersendiri. Kalimat majemuk dapat dibagi lagi menjadi beberapa jenis,
antara lain :

17
a. Kalimat Majemuk Setara

Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang hubungan antar


unsurnya setara atau sederajat. Nah berdasarkan kata penghubungnya,
kalimat majemuk setara dibagi lagi menjadi:

- Kalimat majemuk penjumlahan, menggunakan kata penghubung “dan”,


“lalu”, dan “lagi”.
- Kalimat majemuk pemilihan, menggunakan kata penghubung “atau”.
- Kalimat majemuk pertentangan, menggunakan kata penghubung
“tetapi” atau “melainkan”.

b. Kalimat Majemuk Bertingkat

Kalimat majemuk bertingkat merupakan kalimat yang hubungan antar


unsur – unsur penyusun kalimatnya tidak setara. Berdasarkan kata
penghubungnya, kalimat majemuk bertingkat dapat dibagi lagi
menjadi:

- Kalimat majemuk pengandaian, menggunakan kata penghubung “jika”,


“apabila”, “seandainya” dan “andaikan”.
- Kalimat majemuk hubungan perbandingan, kata penghubung yang
digunakan adalah “ibarat”, “seperti”, “bagaikan”, “laksana”.
- Kalimat Majemuk Penyebab, kata penghubung yang digunakan adalah
“sebab, “karena”, “oleh karena”.
- Kalimat Majemuk Akibat, kata penghubung yang digunakan adalah
“sehingga”, “sampai”, “maka”, “akibat”.
- Kalimat Majemuk Cara, kata penghubungan yang digunakan adalah
“dengan”.
- Kalimat Majemuk pencelasan, kata penghubung yang digunakan adalah
“bahwa” dan “yaitu”.
- Kalimat majemuk waktu, kata penghubung yang digunakan adalah
“ketika”, “semasa”, “sewaktu”.

18
3. Kalimat Majemuk Campuran

Kalimat majemuk campuran merupakan kalimat gabungan antara kalimat


majemuk setara dengan kalimat majemuk bertingkat. Kalimat majemuk
campuran baru dapat terbentuk dengan minimal tiga kalimat tunggal.
Contohnya, Hujan turun dengan sangat deras sehingga kami tidak bisa
pulang dan harus menunggu di sekolah.

4.7.3. Berdasarkan Subjeknya


1. Kalimat Aktif
Kalimat aktif merupakan kalimat yang subjeknya secara aktif melakukan
sesuatu melalui predikat terhadap objeknya. Biasanya kata kerja pada
kalimat aktif memiliki awalan me-. Contoh kalimat aktif : Ani memasak
nasi di dapur.

2. Kalimat Pasif
Kalimat pasif merupakan kalimat yang subjeknya dikenai suatu tindakan
melalui predikat, oleh objeknya. Biasanya kata kerja pada kalimat pasif
memiliki awal di- atau ter-. Contoh kalimat pasif : Nasi dimasak Ani di
dapur.

4.7.4 Berdasarkan Isinya


1. Kalimat Berita
Kalimat berita merupakan kalimat yang bertujuan untuk
menginformasikan sesuatu. Kalimat berita dimulai dengan huruf kapital
dan diakhiri dengan tanda titik (.). Contoh kalimat berita : Kelas kita
sangat bersih hari ini.

2. Kalimat Tanya
Kalimat tanya merupakan kalimat yang bertujuan untuk menanyakan
tentang suatu hal. Kalimat tanya dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri

19
oleh tanda tanya (?). Contoh Kalimat tanya : Apakah kamu sudah
menyelesaikan tugasmu ?

3. Kalimat Perintah
Kalimat perintah merupakan kalimat yang bertujuan untuk memerintahkan
tentang suatu hal. Kalimat perintah dimulai dengan huruf kapital dan
diakhiri oleh tanda seru (!). Contoh kalimat perintah : Ambilkan sepatu
saya!

4. Kalimat Ajakan
Kalimat ajakan merupakan kalimat yang bertujuan untuk mengajak atau
memancing minat lawan bicara atau pembaca. Kalimat ajakan biasanya
diawalai dengan kata ajakan seperti “ayo” atau “mari”.
Contoh kalimat ajakan : ayo pergi ke bioskop bersama.

5. Kalimat Pengandaian
Kalimat pengandaian merupakan kalimat yang menggambarkan tujuan
atau keinginan dari penulis atau pembicara yang belum menjadi kenyataan.
Kalimat pengandaian biasanya dimulai dengan kata “seandainya” atau
“andaikan”.
Contoh kalimat pengandaian : Andaikan saya bisa jadi seorang dokter,
pasti ibu saya akan sangat senang.

2.8 Contoh – Contoh Kalimat Baik dan Benar

1. Penggunaan kata-kata yang maknanya sama

Perhatikan kalimat-kalimat berikut!

1. Bunga ini merupakan adalah bunga favoritnya.


2. Mereka bekerja demi untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
3. Petani harus rajin agar supaya hasil panennya berlimpah.
4. Suasana di rumahnya sangat sepi sekali.
5. Sekolahnya banyak terdapat berbagai jenis tanaman obat.

Kalimat-kalimat di atas seharusnya dirubah menjadi kalimat-kalimat berikut.

20
1. Bunga ini merupakan bunga favoritnya.
2. Bunga ini adalah bunga favoritnya.
3. Mereka bekerja demi mencukupi kebutuhan hidupnya.
4. Mereka bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
5. Petani harus rajin supaya hasil panennya berlimpah.
6. Petani harus rajin agar hasil panennya berlimpah.
7. Suasana di rumahnya sangat sepi.
8. Suasana di rumahnya sepi sekali.
9. Sekolahnya terdapat banyak jenis tanaman obat.
10. Sekolahnya terdapat berbagai jenis tanaman obat.

2. Penggunaan kata bentukan beserta maknanya

Perhatikan kalimat-kalimat berikut!

1. Kakaknya anak paling tercantik di keluarganya.


2. Rapat dihadiri para pejabat-pejabat.
3. Seminar itu diikuti semua mahasiswa-mahasiswa.
4. Keduanya saling bantu-membantu dalam kesulitan.

Kalimat-kalimat di atas seharusnya dirubah menjadi kalimat-kalimat berikut.

1. Kakaknya anak paling cantik di keluarganya.


2. Kakaknya anak tercantik di keluarganya.
3. Rapat dihadiri pejabat-pejabat.
4. Rapat dihadiri para pejabat.
5. Seminar itu diikuti mahasiswa-mahasiswa.
6. Seminar itu diikuti semua mahasiswa.
7. Keduanya saling membantu dalam kesulitan.
8. Keduanya bantu-membantu dalam kesulitan.

3. Penggunaan dua konjungsi yang semakna

Perhatikan kalimat-kalimat berikut!

1. Meskipun demam, namun Anas tetap pergi kuliah.


2. Walaupun lelah sekali, tetapi Ana tetap ikut bakti sosial.
3. Jika bekerja dengan keras, maka kamu pasti berhasil.
4. Karena kakaknya sakit, maka ia pergi ke rumah sakit.
5. Setelah memasak, kemudian ibu mencuci baju.

Kalimat-kalimat di atas seharusnya dirubah menjadi kalimat-kalimat berikut.

1. Meskipun demam, Anas tetap pergi kuliah.


2. Anas demam, namun tetap pergi kuliah.
3. Walaupun lelah sekali, Ana tetap ikut bakti sosial.
4. Ana lelah sekali, tetapi tetap ikut bakti sosial.
5. Jika bekerja dengan keras, kamu pasti berhasil.

21
6. Kamu bekerja dengan keras, maka kamu pasti berhasil.
7. Karena kakaknya sakit, ia pergi ke rumah sakit.
8. Kakaknya sakit, maka ia pergi ke rumah sakit.
9. Setelah memasak, ibu mencuci baju.
10. Ibu memasak, kemudian mencuci baju.

4. Penggunaan subjek yang berlebihan

Perhatikan kalimat-kalimat berikut!

1. Ana menulis cerpen setelah Ani membaca cerpen Hasan.


2. Saya berdoa sebelum saya makan.

Kalimat-kalimat di atas seharusnya dirubah menjadi kalimat-kalimat berikut.

1. Ana menulis cerpen setelah membaca cerpen Hasan.


2. Saya berdoa sebelum makan.

Contoh Kalimat Tidak Efektif dan Pembenarannya

1. Andi membelikan pulsa adiknya. (kalimat tidak efektif)


Andi membeli pulsa untuk adiknya. (kalimat efektif)
2. Setiap kali bertemu mereka saling pandang memandang. (kalimat tidak
efektif)
Setiap kali bertemu, mereka saling berpandangan. (kalimat efektif)
3. Ia sedang menginventarisir perabot-perabot kantor. (kalimat tidak efektif)
Ia sedang menginventarisasi perabotan kantor. (kalimat efektif)
4. Para wanita perlu hati-hati jika melewati lorong. (kalimat tidak efektif) Para
wanita perlu berhati-hati jika melewati lorong. (kalimat efektif)
5. Baik mahasiswa baru atau mahasiswa lama dikenakan peraturan yang sama.
(kalimat tidak efektif)
Seluruh mahasiswa dikenakan peraturan yang sama. (kalimat efektif)
6. Karena harga terus melambung tinggi maka rakyat menderita kelaparan.
(kalimat tidak efektif)
Karena harga terus melambung tinggi, rakyat menderita kelaparan. (kalimat
efektif)
7. Dengan penelitian ini akan memberikan banyak manfaat bagi warga.
(kalimat tidak efektif)
Penelitian ini akan memberi banyak manfaat bagi warga. (kalimat efektif)
8. Adalah merupakan tugas peneliti untuk menganalisis dan menyajikan hasil
analisis data. (kalimat tidak efektif)
Tugas peneliti adalah menganalisis dan menyajikan hasil analisis data.
(kalimat efektif)
9. Berbagai kendala penelitian harus dapat diselesaikan oleh kita. (kalimat
tidak efektif)
Kita harus menyelesaikan berbagai kendala penelitian. (kalimat efektif)

22
Berikut diberikan contoh-contoh lain.
1. Beberapa orang-orang melarikan diri.

Kalimat di atas tidak efektif karena menjamakkan kata-kata yang


berbentuk jamak, yaitu pada kata orang-orang, seharusnya:

– Beberapa orang melarikan diri.

2. Dia datang dengan hanya membawa belaskasihan nya saja.

Kata dengan dalam kalimat di atas tidak efektif digunakan karena kata
dengan bermakna menerangkan bahwa seakan-akan diri dari subjek adalah
mempunyai dua diri. Seharusnya;

– Dia datang hanya membawa belaskasihannya saja

3. Sejak dari kemarin dia hanya diam saja.

Kesalahan memasukkan kata dari sehingga membuat kalimat di atas


menjadi tidak efektif, karena kata dari menunjukkan arah terjadinya suatu
pristiwa.

– Sejak kemarin dia hanya diam saja.

4. Sejak dari pagi dia bermenung.

Tidak efektifnya kalimat di atas karena terjadi kesinoniman dalam satu


kalimat yaitu pada kata sejak dan dari, yang seharusnya dilakukan
penghematan menjadi:

– Sejak pagi dia bermenung.

5. Karena ia tidak diundang ia tidak datang ke tempat itu.

Kalimat di atas tidak memiliki kehematan yaitu terjadi pengulangan subjek


dalam satu kalimat, yaitu pada kata ia. menjadi:

– Karena tidak diundang, ia tidak datang ke tempat itu.

6. Ia memakai baju warna merah.

Kalimat di atas tidak efektif karena tidak menghindarkan pemakaian

23
superordinat pada hiponim kata sehingga terjadi pemborosan kata.

– Ia memakai baju merah

7. Mereka membicarakan dari pada kehendak rakyat.

Kata dari pada pada kalimat di atas jika dihilangkan justru lebih
menjadikan kalimat tersebut menjadi tidak rancu atau lebih mudah untuk
dipahami makna yang terkandung di dalamnya.

– Mereka membicarakan kehendak rakyat.

8. Toko saya yang terletak di depan indomaret Palapa.

Dalam penggunakaan kata yang sepenggal kalimat di atas menjadi tidak


efektif, karena kata yang juga dapat digunakan untuk menghubungan
sesuatu jika tidak ada kata penghubung lainnya seperti kata di.
Seharusnya:

– Toko saya terletak di depan indomaret Palapa.

9. Para tamu-tamu dimohon berdiri.

Kalimat di atas tidak efektif karena menjamakkan kata-kata yang


berbentuk jamak, yaitu pada kata tamu-tamu, seharusnya:

– Para tamu dimohon berdiri.

10. Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara
pertama.

Kalimat di atas tidak efektif karena kata sehingga tidak dapat digunakan
sebelum subjek, seharusnya:

– Kami datang agak terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat
mengikuti acara pertama.

11. Saya yang berasal dari Bukit Kemuning.

Dalam penggunakaan kata yang sepenggal kalimat di atas menjadi tidak


efektif, karena kata yang juga dapat digunakan untuk menghubungan
sesuatu jika tidak ada kata penghubung lainnya seperti kata dari.

24
Seharusnya:

– Saya berasal dari Bukit Kemuning.

12. Bapak Budino meninggal karena tergilas mobil.

Tidak efektifnya kalimat di atas disebabkan oleh ketidak tepatan dalam


pemilihan kata yaitu pada kata tergilas yang sebaiknya menggunakan kata
tertabrak.

– Bapak Budino meninggal karena tertabarak mobil.

25
III KESIMPULAN

Kesimpulan dari pembahasan ini adalah, setiap penggunaan kalimat baik dan benar,
perlu diperhatikan syarat dan ketentuannya serta pola kalimat yang sesuai dengan
PUEBI agar kalimat menjadi padu dan mudah dimengerti. Kalimat yang baik dan
benar haruslah sesuai kaidah, tidak boros dan bertele-tele, logis, hemat kata,
memiliki makna yang tegas, dan tidak ambigu.

26
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E. Zaenal dan Tasai, S. Amran. 2006. Cermat Berbahasa Indonesia.


Akademika Pressindo. Jakarta.

Badudu, J.S. 1989. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar III. Gramedia. Jakarta.

Badudu, J. S, dkk. 1995. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Pustaka Sinar


Harapan. Jakarta.

Bank Indonesia. 2003. Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 Tentang


Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum. Perundang-undangan Bank
Indonesia. Jakarta.

Fau, Teodora Nirmala. 2008. Bahasa Indonesia. UI press. Jakarta.

Keraf, Gorys. 1984. Diksi dan Gaya Bahasa. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.

Parera, Jos Daniel.1984. Belajar Mengemukakan Pendapat. Erlangga. Jakarta.

Puebi. 2005. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Badan Pengembangan


Pendidikan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Budaya. Jakarta.

Putrayasa, Ida Bagus. 2007. Analisis Kalimat: Fungsi, Kategori, dan Peran.
Bandung. PT Refika Aditama.

Putrayasa, Ide Bagus. 2007. Kalimat Efektif. PT Refika Aditama. Bandung.

27

You might also like