Proposal Penelitian Pungli Di Daerah
Proposal Penelitian Pungli Di Daerah
Proposal Penelitian Pungli Di Daerah
UNIVERSITAS RIAU
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PEKANBARU
/op
PROPOSAL
OLEH:
YOGA OKTARIANDA
NIM : 1501116331
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan proposal dengan judul “ Kebijakan
Pemerintah Daerah Mengenai Masalah Pelayanan Publik Terhadap Pengurusan KTP di Dinas
Kependudukan Kota Pekanbaru “. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Dr. Khairul
Anwar, M.Si selaku Dosen mata kuliah Metode Penelitian Sosial yang telah memberikan tugas
ini kepada kami.
Proposal ini di buat guna menambah wawasan serta pengetahuan kita terhadap Masalah
Pelayanan Publik di kepengurusan KTP Dinas Kependudukan di Kota Pekanbaru. Penulis juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penulisan ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh
dari apa yang di harapkan. Untuk itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana
yang membangun.
Semoga laporan ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun orang yang membacanya.
Sekian dan terimakasih.
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
Dewasa ini, sering dijumpai kasus penyalahgunaan wewenang oleh oknum pejabat, baik
ditingkat daerah maupun pusat, hal ini dikarenakan sistem penegakan hukum yang masih lemah
serta faktor dalam diri seorang pejabat itu sendiri. Praktik pungutan liar di lingkungan birokrat
menjadi hal biasa dan seakan hal itu menjadi budaya yang lazim di lakukan tanpa ada rasa
canggung dari oknum yang bersangkutan. Fenomena ini terus menghantui dan menjadi momok
masyarakat awam contohnya pembuatan KTP. Berkaitan dengan hal tersebut oknum yang terkait
dengan tanpa canggung memanfaatkan ketidak tahuan masyarakat awam dengan memberi tarif
tidak wajar.
Sistem pengadaministrasian yang sebagian besar masyarakat awam belum mengetahui
secara detail menjadi faktor yang paling dominan terjadinya penyalahgunaan wewenang.
Masyarakat lebih condong kepada hasil akhir daripada proses terjadinya hasil akhir tersebut
dikarenakan masyarakat itu sendiri menganggap dengan membayar lebih kepada calo atau jasa
pengurusan pengadministrasian prosesnya akan lebih cepat daripada mengurus sendiri sesuai
prosedur yang sudah ditetapkan berdasar pada Kepmen PAN Nomor 63 tahun 2003,1 yang
sebagaimana peraturan tersebut menjelaskan tentang prosedur pelayanan, waktu pelayananm
biaya pelayanan, produk pelayanan, sarana dan prasarana, serta kompetensi petugas dalam
memberi.pelayanan.
Khusunya masyarakat Pekanbaru yang masih saja di hantui dengan pelayana dari
pemerintah yang tak kunjung baik, padahal semestinya sebagai ibu kota propinsi Pekanbaru
tentunya memiliki tanggung jawab dan contoh untuk kabupaten lain khususnya dari segi
pelayanan. Saat ini untuk pengurusan baik perpanjangan, maupun pembutan Kartu Keluarga
(KK) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP) masih saja lamban. Selaian itu pengurusan Akte
kelahiran tak jauh berbeda. Ada lima cara perbaikan di sektor pelayanan publik yang patut
dipertimbangkan :
Pertama,mempercepat terbentuknya UU Pelayanan Publik. Salah satu faktor yang berperan
dalam kebobrokan pelayanan publik di Indonesia adalah belum adanya undang-undang yang mengatur
pelayanan publik selama ini. Akibatnya, aparat pemerintah cenderung berlaku permisif terhadap
buruknya pelayanan publik, hal ini diperburuk dengan lemahnya posisi masyarakat sebagai pengguna
jasa untuk komplain atau menggugat pemerintah jika mendapatkan pelayanan publik yang buruk.
Oleh karena itu, rencana pemerintah untuk memasukkan kemungkinan masyarakat untuk
menggugat penyelenggara negara melalui Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) dalam RUUPelayanan
Publik dan hukuman bagi aparat pemerintah yang memberikan pelayan publik yang burukmerupakan
suatu kemajuan (Kompas, 22 Mei 2007).
Kedua, pembentukan pelayanan publik satu atap (one stop services). Pemerintah daerah
sebaiknyamemusatkan semua pelayan publik dalam satu lokasi. Hal ini diperlukan untuk memudahkan
masyarakat yang memiliki kepentingan untuk mengurus beberapa izin, sehingga dari segi waktu, dan
ekonomi bisa lebih baik.
Ketiga, transparansi biaya pengurusan pelayanan publik. Selama ini biaya pengurusan
pelayanan publik di beberapa instansi pemerintah baik pusat dan daerah tidak transparan,
sehinggamasyarakat tidak mengetahui berapa tarif resmi setiap pengurusan pelayanan publik.
Ketidaktahuan masyarakat ini merupakan salah satu faktor pendorong timbulnya pungutan liar yang
dilakukan oleh aparat pelayanan publik. Selain itu, diperlukan pemisahan antara petugas yang mengurus
perijinan dengan petugas yang menerima pembayaran, dan pemerintah mulai menjajagi kemungkinan
setiap pembayaran pengurusan pelayanan publik bisa melalui instrumen perbankkan. Hal ini akan
memudahkan masyarakat untuk mengetahui besaran tarif yang resmi dan mendorong mereka untuk
membayar sesuai ketentuan. Di sisi lain peluang aparat pemerintah untuk melakukan pungutan liar
kepada masyarakat bisa dikurangi.
Keempat, Membuat Standar Operasional Prosedur (SOP). Pemerintah pusat dan daerah harus
mulai membuat SOP untuk pelayanan publik. Sehingga setiap pelayanan publik yang diterapkan di pusat
maupun di daerah memiliki standar pelayanan minimal yang bisa diukur ,salah satu contohnya adalah
penetapan batas waktu pengurusan pelayanan publik sehingga akan memudahkan pemerintah untuk
mengukur kinerja pelayanan publik dan melakukan evaluasi secara periodik maupun insidentil. Dalam
pembentukan SOP ini, pemerintah bisa mengadopsi sistem pelayanan yang dilakukan perbankkan
terhadap kepuasan nasabah karena telah lama diakui bahwa tingkat pelayanan industri perbankkan
terhadap konsumen relatif lebih unggul dibandingkan industri lain.
Selain itu, pemerintah pusat dan daerah bisa meminta lembaga independen untuk mengukur
tingkatkepuasan pelayanan publik di masing-masing tempat pelayanan, yang hasil pengukuran ini diberi
peringkat sesuai tingkat keberhasilannya. Hasil perhitungan ini bisa dijadikan bahan evaluasi
untukperbaikan pelayanan publik di masa datang dengan memfokuskan pembenahan kepadadaerah-
daerah atau instansi-instansi yang memiliki pelayanan publik jauh dari standar minimal. Untuk
mendorong instansi pemerintah baik pusat dan daerah untuk meningkatkan pelayanan
publik,pemerintah dapat memberikan apresiasi berupa Public Satisfaction Award terhadap instansi
dipusat atau daerah yang memiliki pelayanan publik prima.
Kelima, reformasi pegawai yang berkecimpung di pelayanan publik. Dalam reformasi ini,
pemerintah harus memilih pegawai-pegawai yang berkualitas baik dari lingkungan internal, maupun dari
lingkungan eksternal dan berkomitmen untuk bekerja dengan profesional di sektor pelayanan publik
dengan memperhatikan tingkat kompetensi dengan jabatannya. Kemudian, diperlukan adanya standar
ukuran seperti Key Performance Indicator (KPI) untuk mengukur kinerja setiap pegawai sehingga kinerja
pegawai dapat dipantau dan dievaluasi secara periodik . Selain itu, diperlukan pemberian sistem gaji yang
layak yang dilakukan secara bertahap bagi setiap aparat pelayanan publik.
Jika pemerintah baik pusat maupun daerah sungguh-sungguh berusaha mereformasi pelayanan
publik, sehingga kualitas pelayanan menjadi jauh lebih memuaskan yang kemudian disusul dengan
reformasi di bagian birokrasi lainnya secara keseluruhan, maka perilaku koruptif yang menjangkiti sektor
birokrasi dapat dibenahi dan diharapkan bisa menjadi pemicu bagi pengurangan budaya koruptif dalam
kehidupan masyarakat. Jika ini terjadi, kebangkitan Indonesia bukan lagi menjadi jargon, melainkan
sebuah keniscayaan.
Untuk mencapai level sistem administrasi kependudukan yang ideal, dari sisi pelaksana diperlukan
penataan seluruh komponen sub-sistem yang menyokong administrasi kependudukan, antara lain:
peraturan daerah/pemerintah, prosedur tetap pelaksanaan, sumber daya manusia, investasi/anggaran,
teknologi.
Selain itu, hal yang tidak kalah pentingnya dan perlu mendapat perhatian adalah upaya meningkatkan
kesadaran warga/penduduk Kota Malang terhadap pentingnya peran aktif warga/penduduk sebagai objek
pelaku utama administrasi kependudukan.
Dengan adanya penelitian ini diharapakan menjadi tolok ukur kinerja aparatur supaya ada
peningkatan kualitas kerja.
Dari uraian latar belakang penulisan proposal penelitian diatas, dapat dikemukakan beberapa
rumusan masalah, sebagai berikut:
1. Bagaimanakah mekanisme pelayanan kependudukan di Kota Pekanbaru ?
2. Bagaimanakah usaha Kantor kependudukan dan catatan sipil Kota Pekanbaru untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kependudukan di Kota Pekanbaru ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
--- Kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul Dalam Memberikan Pelayanan Publik.
Oleh : Murhayati dan Suharno ( 2014 )
Hasil penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai: (1). Pelaksanaan pelayanan umum
di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul sesuai dengan Standar pelayanan publik Undang-undang Nomor 25
tahun 2009 (2). Hambatan yang dihadapi perangkat desa di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul dalam
memberikan pelayanan umum (3).Upaya untuk menghadapi hambatan-hambatan dalam memberikan
pelayanan umum di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja
perangkat desa di Desa Canden maupun Desa Patalan dalam memberikan pelayanan umum kepada
masyarakat masih tergolong rendah dengan pelayanan yang dilakukan oleh Perangkat Desa belum
sepenuhnya sesuai dengan Undang-undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, masih
minimnya pengetahuan dan keahlian perangkat desa dalam sistem administrasi pedesaaan dan
kemampuan mengunakan media elektronik seperti komputer.. Fakta lain yang peneliti temukan di
lapangan adalah kurang disiplinnya perangkat desa dalam melaksanakan tugasnya sebagai abdi
masyarakat, sehingga berdampak pada kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. 4
--- Kinerja Aparatur Desa Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa di Desa Sepala
Dalung Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung
Oleh: Jaitun ( 2013 )
Peneletian ini betujuan untuk mrengetahui tentang kinerja aparatur dalam penyelenggaraan
pemerintahan desa di desa Sepala Dalung Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung terutama
kedisiplinan, kreatifitas, tanggungjawab serta mengidentifisi penduung dan penghambat kinerja aparatur,
hasil dari penelitian ini menemukan beberapa fakta yaitu kerjasama aparatur desa dalam
menyelenggarakan pemerintahan desa cukup baik dan selalu mengedepankan musyawarah.
Kedisiplinan aparatur dalam penyelenggaraan pemerintahan desa hanya dapat dilihat dari keseragaman
dalam menggunakan pakaian dinas pada saat jam kerja. Kreatifitas aparatur desa dalam penyelenggaraan
pemerintahan yaitu dengan cara menampilkan iklan berupa informasi-informasi menarik baru mengenai
desa serta tanggung jawab aparatur desa sepala dalung tidak berhenti pada saat kantor desa tutup akan
tetapi aparatur desa mempersilahkan masyarakat yang ingin berurusan ke rumah karena aparatur
menyadari jam pulang kerja lebih cepat dari yang telah ditentukan.5
Salah satu pelayanan yang sangat diharapkan masyarakat adalah pelayanan pada bidang
administrasi KTP di Disdukcapil setempat. Pelayanan yang melibatkan hubungan antara pemberi
--- Kinerja Aparatur Dalam Pelayanan KTP di Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo
untuk berusaha mengetahui arti peristiwa yang ada kaitannya dengan orang biasa
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta dari suatu peristiwa serta
tibawa dapat di lihat pada pelayanan KTP yang di berikan oleh aparatur kantor
akuntabilitas belum memadai, teori yang di pakai adalah :Alfian (2009) tentang
--- Kinerja Aparatur Dalam Pelayanan KTP di Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo
untuk berusaha mengetahui arti peristiwa yang ada kaitannya dengan orang biasa
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta dari suatu peristiwa serta
tibawa dapat di lihat pada pelayanan KTP yang di berikan oleh aparatur kantor
akuntabilitas belum memadai, teori yang di pakai adalah :Alfian (2009) tentang
A.Pelayanan Publik
1. Definisi Pelayanan publik
Pelayanan publik atau pelayanan umum dapat didefinisikan sebagai segala bentuk jasa
pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung
jawab dan dilaksanakan oleh Instansi pemerintah di Pusat, di Daerah, dan di lingkungan Badan Usaha
Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat
maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Penelitian Kualitatif, sebagaimana
dikemukakan oleh Sugiyono 9(2009 ) adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah
sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball,
teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.
Dari definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk mencari fakta dari subyek penelitian berdasarkan kualaitas sumber dari fakta tersebut
mengenai fenomena yang terjadi dalam masyarakat dengan menitik beratkan pada persepsi, analisis,
motivasi, tindakan dan lain-lain sesuai kajian ilmiah.
Alasan mengapa peneliti menggunakan metode penelitian kualititatif sesuai apa yang dikemukakan
oleh sugiyono 10( 2013 ) bahwa penggunaan metode penelitian kualitatif karena permasalahan belum
jelas, holistik, dinamis , dan penuh makna. Alasan ini berkaitan dengan judul penelitian, dimana perlu ada
penekakanan terhadap subyek penelitian supaya data yang didapatkan valid dan dapat dipertanggung
jawabkan.
Penelitian ini dilakukan di Kota Pekanbaru. Ada beberapa alasan dipilihnya lokasi tersebut adalah
berdasarkan pengamatan sementara peneliti bahwa di daerah tersebut telah terjadi kasus-kasus
penyelewengan wewenang telah menuai kontroversi sehingga tidak sedikit warga yang memprotesnya
serta banyaknya kasus pungutan liar yang dilakukan oleh sejumlah oknum.
Teknik pemilihan informan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik purposive dari
pertimbangan tertentu, orang yang dianggap paling tahu tentang permasalahan yang diteliti atau
orang yang berkedudukan sebagai penguasa sehingga memudahkan peneliti untuk memahami
obyek serta situasi sosial yang diteliti dan diperoleh dari informan penelitian. Informan adalah
orang yang menjadi sumber data dalam penelitian atau orang yang memberikan keterangan
dalam penelitian dengan mengambil informan secara cermat hingga relevan dengan desain
penelitian serta orang yang dianggap paling tahu tentang permasalahan yang diteliti.
3.5 TEKNIK ANALISIS DATA
Sugiyono 13( 2013 ) menjelaskan bahwa analisis data pada penelitian kualitatif dilakukan
pada saat wawancara berlangsung, tetapi jika jawaban yang diwawancarai dirasa belum
memuaskan maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lanjutan sampai tahap tertentu. Miles
dan Hubermen 14 ( 1984 ) dalam Sugiono ( 2013 ), mengemukakan bahwa aktivitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai
tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Berangkat dari kedua pernyataan dari para ahli tersebut
maka dapat disimpulakn bahwa untuk menganalisis sebuah data pada penelitian kualitataif tidak
hanya dibutuhkan hanya sekali duakali wawancara melainkan dibutuhkan wawancara berkali-
kali sampai data yang dikumpulkan dirasa sudah memuaskan dan dianggap kredibel. Bisa
diartikan juga bahwa ketika peneliti mencoba untuk menganalisis temuanya dilapangan, data
yang dianalsis belum mencapai titik jenuh atau belum mampu mencapai tingkat kepuasan
peneliti, maka peneliti akan melakukan kajian ulang tentang data temuanya tersebut dengan
melakukan wawancara mendalam sampai benar-benar valid.
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
Jaitun. 2013. Kinerja Aparatur Desa Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Di Desa Sepala Dalung
Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung. Ejourmal Pemerintahan Integratif. Vol 105: Hal 91-
105
Murhayati, Suharno.2014. Kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul Dalam
Memberikan Pelayanan Publik. Ejournal Universitas Negeri Yogyakarta
Purnamasari juni. 2014. Sudi Tentang Kinerja Pegawai di Kelurahan Pantai Lango Kabupaten Penajam
Paser. eJournal Administrasi Negara. Vol 396 : Hal 382-396
Pemerintah. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa. Jakarta: Dukumen
Negara.
Pemerintah. 2003. Kepmen PAN Nomor : 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum
Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Jakarta: Dukumen Negara.
Sugiyono, 2009, Metodologi Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
Bandung: Alfabeta
Sugiyono, 2013, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D, Alfabeta,
Bandung: Alfabeta
Suroso. 2014. Kinerja Pelayanan Pemerintahan Desa di Kabupaten Pati.
http://litbang.patikab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=110:kinerja-pelayanan-
pemerintahan-desa-di-kabupaten-pati&catid=123:kinerja-pelayanan-pemerintahan-desa-di-kabupaten-
pati&Itemid=58> . 18 April 2015
Murdiyatmoko,Janu.2007.Sosiologi: Memahami Dan Mengkaji Masyarakat. GRAFINDO MEDIA
PRATAMA.