Proposal Penelitian Pungli Di Daerah

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 14

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS RIAU
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PEKANBARU

/op

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGARUH KEBERADAAN PT.


PMKS(PABRIK MINYAK KELAPA SAWIT) TALIKUMAIN
TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN
ROKAN HULU

(Studi Kasus : DESA TALIKUMAIN KECAMATAN TAMBUSAI)

PROPOSAL

OLEH:

YOGA OKTARIANDA
NIM : 1501116331

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan proposal dengan judul “ Kebijakan
Pemerintah Daerah Mengenai Masalah Pelayanan Publik Terhadap Pengurusan KTP di Dinas
Kependudukan Kota Pekanbaru “. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Dr. Khairul
Anwar, M.Si selaku Dosen mata kuliah Metode Penelitian Sosial yang telah memberikan tugas
ini kepada kami.

Proposal ini di buat guna menambah wawasan serta pengetahuan kita terhadap Masalah
Pelayanan Publik di kepengurusan KTP Dinas Kependudukan di Kota Pekanbaru. Penulis juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penulisan ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh
dari apa yang di harapkan. Untuk itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana
yang membangun.

Semoga laporan ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun orang yang membacanya.
Sekian dan terimakasih.

Pekanbaru, November 2016

Penyusun
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dewasa ini, sering dijumpai kasus penyalahgunaan wewenang oleh oknum pejabat, baik
ditingkat daerah maupun pusat, hal ini dikarenakan sistem penegakan hukum yang masih lemah
serta faktor dalam diri seorang pejabat itu sendiri. Praktik pungutan liar di lingkungan birokrat
menjadi hal biasa dan seakan hal itu menjadi budaya yang lazim di lakukan tanpa ada rasa
canggung dari oknum yang bersangkutan. Fenomena ini terus menghantui dan menjadi momok
masyarakat awam contohnya pembuatan KTP. Berkaitan dengan hal tersebut oknum yang terkait
dengan tanpa canggung memanfaatkan ketidak tahuan masyarakat awam dengan memberi tarif
tidak wajar.
Sistem pengadaministrasian yang sebagian besar masyarakat awam belum mengetahui
secara detail menjadi faktor yang paling dominan terjadinya penyalahgunaan wewenang.
Masyarakat lebih condong kepada hasil akhir daripada proses terjadinya hasil akhir tersebut
dikarenakan masyarakat itu sendiri menganggap dengan membayar lebih kepada calo atau jasa
pengurusan pengadministrasian prosesnya akan lebih cepat daripada mengurus sendiri sesuai
prosedur yang sudah ditetapkan berdasar pada Kepmen PAN Nomor 63 tahun 2003,1 yang
sebagaimana peraturan tersebut menjelaskan tentang prosedur pelayanan, waktu pelayananm
biaya pelayanan, produk pelayanan, sarana dan prasarana, serta kompetensi petugas dalam
memberi.pelayanan.
Khusunya masyarakat Pekanbaru yang masih saja di hantui dengan pelayana dari
pemerintah yang tak kunjung baik, padahal semestinya sebagai ibu kota propinsi Pekanbaru
tentunya memiliki tanggung jawab dan contoh untuk kabupaten lain khususnya dari segi
pelayanan. Saat ini untuk pengurusan baik perpanjangan, maupun pembutan Kartu Keluarga
(KK) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP) masih saja lamban. Selaian itu pengurusan Akte
kelahiran tak jauh berbeda. Ada lima cara perbaikan di sektor pelayanan publik yang patut
dipertimbangkan :
Pertama,mempercepat terbentuknya UU Pelayanan Publik. Salah satu faktor yang berperan
dalam kebobrokan pelayanan publik di Indonesia adalah belum adanya undang-undang yang mengatur
pelayanan publik selama ini. Akibatnya, aparat pemerintah cenderung berlaku permisif terhadap
buruknya pelayanan publik, hal ini diperburuk dengan lemahnya posisi masyarakat sebagai pengguna
jasa untuk komplain atau menggugat pemerintah jika mendapatkan pelayanan publik yang buruk.

Oleh karena itu, rencana pemerintah untuk memasukkan kemungkinan masyarakat untuk
menggugat penyelenggara negara melalui Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) dalam RUUPelayanan
Publik dan hukuman bagi aparat pemerintah yang memberikan pelayan publik yang burukmerupakan
suatu kemajuan (Kompas, 22 Mei 2007).

Kedua, pembentukan pelayanan publik satu atap (one stop services). Pemerintah daerah
sebaiknyamemusatkan semua pelayan publik dalam satu lokasi. Hal ini diperlukan untuk memudahkan
masyarakat yang memiliki kepentingan untuk mengurus beberapa izin, sehingga dari segi waktu, dan
ekonomi bisa lebih baik.

Ketiga, transparansi biaya pengurusan pelayanan publik. Selama ini biaya pengurusan
pelayanan publik di beberapa instansi pemerintah baik pusat dan daerah tidak transparan,
sehinggamasyarakat tidak mengetahui berapa tarif resmi setiap pengurusan pelayanan publik.
Ketidaktahuan masyarakat ini merupakan salah satu faktor pendorong timbulnya pungutan liar yang
dilakukan oleh aparat pelayanan publik. Selain itu, diperlukan pemisahan antara petugas yang mengurus
perijinan dengan petugas yang menerima pembayaran, dan pemerintah mulai menjajagi kemungkinan
setiap pembayaran pengurusan pelayanan publik bisa melalui instrumen perbankkan. Hal ini akan
memudahkan masyarakat untuk mengetahui besaran tarif yang resmi dan mendorong mereka untuk
membayar sesuai ketentuan. Di sisi lain peluang aparat pemerintah untuk melakukan pungutan liar
kepada masyarakat bisa dikurangi.

Keempat, Membuat Standar Operasional Prosedur (SOP). Pemerintah pusat dan daerah harus
mulai membuat SOP untuk pelayanan publik. Sehingga setiap pelayanan publik yang diterapkan di pusat
maupun di daerah memiliki standar pelayanan minimal yang bisa diukur ,salah satu contohnya adalah
penetapan batas waktu pengurusan pelayanan publik sehingga akan memudahkan pemerintah untuk
mengukur kinerja pelayanan publik dan melakukan evaluasi secara periodik maupun insidentil. Dalam
pembentukan SOP ini, pemerintah bisa mengadopsi sistem pelayanan yang dilakukan perbankkan
terhadap kepuasan nasabah karena telah lama diakui bahwa tingkat pelayanan industri perbankkan
terhadap konsumen relatif lebih unggul dibandingkan industri lain.

Selain itu, pemerintah pusat dan daerah bisa meminta lembaga independen untuk mengukur
tingkatkepuasan pelayanan publik di masing-masing tempat pelayanan, yang hasil pengukuran ini diberi
peringkat sesuai tingkat keberhasilannya. Hasil perhitungan ini bisa dijadikan bahan evaluasi
untukperbaikan pelayanan publik di masa datang dengan memfokuskan pembenahan kepadadaerah-
daerah atau instansi-instansi yang memiliki pelayanan publik jauh dari standar minimal. Untuk
mendorong instansi pemerintah baik pusat dan daerah untuk meningkatkan pelayanan
publik,pemerintah dapat memberikan apresiasi berupa Public Satisfaction Award terhadap instansi
dipusat atau daerah yang memiliki pelayanan publik prima.

Kelima, reformasi pegawai yang berkecimpung di pelayanan publik. Dalam reformasi ini,
pemerintah harus memilih pegawai-pegawai yang berkualitas baik dari lingkungan internal, maupun dari
lingkungan eksternal dan berkomitmen untuk bekerja dengan profesional di sektor pelayanan publik
dengan memperhatikan tingkat kompetensi dengan jabatannya. Kemudian, diperlukan adanya standar
ukuran seperti Key Performance Indicator (KPI) untuk mengukur kinerja setiap pegawai sehingga kinerja
pegawai dapat dipantau dan dievaluasi secara periodik . Selain itu, diperlukan pemberian sistem gaji yang
layak yang dilakukan secara bertahap bagi setiap aparat pelayanan publik.
Jika pemerintah baik pusat maupun daerah sungguh-sungguh berusaha mereformasi pelayanan
publik, sehingga kualitas pelayanan menjadi jauh lebih memuaskan yang kemudian disusul dengan
reformasi di bagian birokrasi lainnya secara keseluruhan, maka perilaku koruptif yang menjangkiti sektor
birokrasi dapat dibenahi dan diharapkan bisa menjadi pemicu bagi pengurangan budaya koruptif dalam
kehidupan masyarakat. Jika ini terjadi, kebangkitan Indonesia bukan lagi menjadi jargon, melainkan
sebuah keniscayaan.
Untuk mencapai level sistem administrasi kependudukan yang ideal, dari sisi pelaksana diperlukan
penataan seluruh komponen sub-sistem yang menyokong administrasi kependudukan, antara lain:
peraturan daerah/pemerintah, prosedur tetap pelaksanaan, sumber daya manusia, investasi/anggaran,
teknologi.
Selain itu, hal yang tidak kalah pentingnya dan perlu mendapat perhatian adalah upaya meningkatkan
kesadaran warga/penduduk Kota Malang terhadap pentingnya peran aktif warga/penduduk sebagai objek
pelaku utama administrasi kependudukan.
Dengan adanya penelitian ini diharapakan menjadi tolok ukur kinerja aparatur supaya ada
peningkatan kualitas kerja.

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Dari uraian latar belakang penulisan proposal penelitian diatas, dapat dikemukakan beberapa
rumusan masalah, sebagai berikut:
1. Bagaimanakah mekanisme pelayanan kependudukan di Kota Pekanbaru ?
2. Bagaimanakah usaha Kantor kependudukan dan catatan sipil Kota Pekanbaru untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kependudukan di Kota Pekanbaru ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENELITIAN TERDAHULU

--- Kepuasan Masyarakat dalam Pelayanan Pembuatan e-KTP


pada Kantor Kecamatan Samarinda Kota di
Kota Samarinda
Oleh : Nurjihan ( 2016 )

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang kepuasan


masyarakat dalam pelayanan pembuatan e-KTP dan untuk mengidentifikasikan
faktor-faktor yang mendukung dan menghambat dalam memberikan pelayanan di
Kantor Kecamatan Samarinda Kota.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif, Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan data
sekunder yang berkaitan dengan situasi dan kondisi empiris Kepuasan Masyarakat
dalam Pelayanan Pembuatan e-KTP di Kecamatan. Dalam penelitian ini, penulis
juga menggunakan penelitian survey, wawancara dan dokumentasi guna
memperoleh data primer mengenai Kepuasan Masyarakat dalam Pelayanan
Pembuatan e-KTP pada Kantor Kecamatan Samarinda Kota di Kota Samarinda.
Dengan berdasarkan data yang ada, penulis berupaya menggambarkan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
antar fenomena yang ada.

--- Kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul Dalam Memberikan Pelayanan Publik.
Oleh : Murhayati dan Suharno ( 2014 )

Hasil penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai: (1). Pelaksanaan pelayanan umum
di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul sesuai dengan Standar pelayanan publik Undang-undang Nomor 25
tahun 2009 (2). Hambatan yang dihadapi perangkat desa di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul dalam
memberikan pelayanan umum (3).Upaya untuk menghadapi hambatan-hambatan dalam memberikan
pelayanan umum di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja
perangkat desa di Desa Canden maupun Desa Patalan dalam memberikan pelayanan umum kepada
masyarakat masih tergolong rendah dengan pelayanan yang dilakukan oleh Perangkat Desa belum
sepenuhnya sesuai dengan Undang-undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, masih
minimnya pengetahuan dan keahlian perangkat desa dalam sistem administrasi pedesaaan dan
kemampuan mengunakan media elektronik seperti komputer.. Fakta lain yang peneliti temukan di
lapangan adalah kurang disiplinnya perangkat desa dalam melaksanakan tugasnya sebagai abdi
masyarakat, sehingga berdampak pada kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. 4

--- Kinerja Aparatur Desa Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa di Desa Sepala
Dalung Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung
Oleh: Jaitun ( 2013 )

Peneletian ini betujuan untuk mrengetahui tentang kinerja aparatur dalam penyelenggaraan
pemerintahan desa di desa Sepala Dalung Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung terutama
kedisiplinan, kreatifitas, tanggungjawab serta mengidentifisi penduung dan penghambat kinerja aparatur,
hasil dari penelitian ini menemukan beberapa fakta yaitu kerjasama aparatur desa dalam
menyelenggarakan pemerintahan desa cukup baik dan selalu mengedepankan musyawarah.
Kedisiplinan aparatur dalam penyelenggaraan pemerintahan desa hanya dapat dilihat dari keseragaman
dalam menggunakan pakaian dinas pada saat jam kerja. Kreatifitas aparatur desa dalam penyelenggaraan
pemerintahan yaitu dengan cara menampilkan iklan berupa informasi-informasi menarik baru mengenai
desa serta tanggung jawab aparatur desa sepala dalung tidak berhenti pada saat kantor desa tutup akan
tetapi aparatur desa mempersilahkan masyarakat yang ingin berurusan ke rumah karena aparatur
menyadari jam pulang kerja lebih cepat dari yang telah ditentukan.5

--- Pelayanan Publik Terhadap Pengurusan KTP di Dinas Kependudukan Siak


Oleh : Firdaus

Salah satu pelayanan yang sangat diharapkan masyarakat adalah pelayanan pada bidang
administrasi KTP di Disdukcapil setempat. Pelayanan yang melibatkan hubungan antara pemberi

Service dan penerima pelayanan seringkali mengalami hambatan-hambatan. Hal tersebut


disebabkan rendahnya kualitas pelayanan yang diberikan oleh petugas Disdukcapil. Begitu
lamanya waktu yang dibutuhkan dalam pengurusan KTP dan ditambah lagi dengan buruknya
pelayanan pegawai diinstansi tersebut memperparah makin rumitnya permasalahan yang ada
dalam tubuh organisasi pelayan masyarakat ini.

--- Kinerja Aparatur Dalam Pelayanan KTP di Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo

Oleh : Abdulkarim Mantali

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja aparatur kecamatan

dalam pelayanan KTP, untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat

pelayanan KTP di kecamatan tibawa dan untuk mengetahui upaya-upaya yang di

lakukan oleh aparatur kecamatan tibawa dalam meningkatkan pelayanan KTP

kepada masyarakat kecamatan tibawa.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dan kuantitatif

dengan pendekatan fenomologis dimana di dasarkan pandangan bahwa penulis

untuk berusaha mengetahui arti peristiwa yang ada kaitannya dengan orang biasa

dalam situasi tertentu dan di harapkan mampu memberikan sebuah gambaran

secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta dari suatu peristiwa serta

sifat-sifat tertentu tentang kinerja aparatur kecamatan dalam pelayanan KTP di

kantor kecamatan tibawa. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat di


simpulkan bahwa kinerja aparatur kecamatandalam pelayanan KTP di kecamatan

tibawa dapat di lihat pada pelayanan KTP yang di berikan oleh aparatur kantor

kecamatan tibawa pada umumnya berdasarkan pada kesederhanaan pelayanan,

kejelasan dan kepastian pelayanan dan keamanan dalam pelayanan belum

maksimal. Adapun faktor-faktor yang menghambat terhadap pelayanan KTP di

kecamatan tibawa yaitu tidak efisiensi dalam pelayanan, ekonomis dalam

pelayanan, sarana dan prasarana yang masih minim,SDM aparatur dan

akuntabilitas belum memadai, teori yang di pakai adalah :Alfian (2009) tentang

kinerja, Irawan (2000), Mangkunegara (2000), dan Moenir (2001) tentang

pelayanan, Dwiyanto (2005),Widodo (2001)

--- Kinerja Aparatur Dalam Pelayanan KTP di Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo

Oleh : Abdulkarim Mantali

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja aparatur kecamatan

dalam pelayanan KTP, untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat

pelayanan KTP di kecamatan tibawa dan untuk mengetahui upaya-upaya yang di

lakukan oleh aparatur kecamatan tibawa dalam meningkatkan pelayanan KTP

kepada masyarakat kecamatan tibawa.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dan kuantitatif

dengan pendekatan fenomologis dimana di dasarkan pandangan bahwa penulis

untuk berusaha mengetahui arti peristiwa yang ada kaitannya dengan orang biasa

dalam situasi tertentu dan di harapkan mampu memberikan sebuah gambaran

secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta dari suatu peristiwa serta

sifat-sifat tertentu tentang kinerja aparatur kecamatan dalam pelayanan KTP di


kantor kecamatan tibawa. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat di

simpulkan bahwa kinerja aparatur kecamatandalam pelayanan KTP di kecamatan

tibawa dapat di lihat pada pelayanan KTP yang di berikan oleh aparatur kantor

kecamatan tibawa pada umumnya berdasarkan pada kesederhanaan pelayanan,

kejelasan dan kepastian pelayanan dan keamanan dalam pelayanan belum

maksimal. Adapun faktor-faktor yang menghambat terhadap pelayanan KTP di

kecamatan tibawa yaitu tidak efisiensi dalam pelayanan, ekonomis dalam

pelayanan, sarana dan prasarana yang masih minim,SDM aparatur dan

akuntabilitas belum memadai, teori yang di pakai adalah :Alfian (2009) tentang

kinerja, Irawan (2000), Mangkunegara (2000), dan


Moenir (2001) tentang

pelayanan, Dwiyanto (2005),Widodo (2001)

2.2 LANDASAN TEORI

A.Pelayanan Publik
1. Definisi Pelayanan publik
Pelayanan publik atau pelayanan umum dapat didefinisikan sebagai segala bentuk jasa
pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung
jawab dan dilaksanakan oleh Instansi pemerintah di Pusat, di Daerah, dan di lingkungan Badan Usaha
Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat
maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Penyelenggara Pelayanan Publik


Berdasarkan organisasi yang menyelenggarakannya, pelayanan publik atau pelayanan umum dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Pelayanan publik atau pelayanan umum yang diselenggarakan oleh organisasi privat, adalah semua
penyediaan barang atau jasa publik yang diselenggarakan oleh swasta, seperti misalnya Rumah sakit
swasta, PTS, perusahaan pengangkutan milik swasta.
2. Pelayanan publik atau pelayanan umum yang diselenggarakan oleh organisasi publik. Yang dapat
dibedakan lagi menjadi :
a. Yang bersifat primer dan,adalah semua penyediaan barang/jasa publik yang diselenggarakan oleh
pemerintah yang di dalamnya pemerintah merupakan satu-satunya penyelenggara dan pengguna/klien
mau tidak mau harus memanfaatkannya. Misalnya adalah pelayanan di kantor Imigrasi,
pelayanan Penjara dan pelayanan perizinan.
b. Yang bersifat sekunder, adalah segala bentuk penyediaan barang/jasa publik yang diselenggarakan
oleh pemerintah, tetapi yang di dalamnya pengguna/klien tidak harus mempergunakannya karena
adanya beberapa penyelenggara pelayanan.

3. Karakteristik Pelayanan Publik


Ada lima karakteristik yang dapat dipakai untuk membedakan ketiga jenis penyelenggaraan
pelayanan publik tersebut, yaitu:
1. Adaptibilitas layanan. Ini berarti derajat perubahan layanan sesuai dengan tuntutan
perubahan yang diminta oleh pengguna.
2. Posisi tawar pengguna/klien. Semakin tinggi posisi tawar pengguna/klien, maka akan
semakin tinggi pula peluang pengguna untuk meminta pelayanan yang lebih baik.
3. Type pasar. Karakteristik ini menggambarkan jumlah penyelenggara pelayanan yang ada,
dan hubungannya dengan pengguna/klien.
4. Locus kontrol. Karakteristik ini menjelaskan siapa yang memegang kontrol atas
transaksi, apakah pengguna ataukah penyelenggara pelayanan.
5. Sifat pelayanan. Hal ini menunjukkan kepentingan pengguna atau penyelenggara
pelayanan yang lebih dominan.

4. Reformasi Pelayanan Publik

DPR telah memutuskan untuk meratifikasi Konvensi Persatuan Bangsa-Bangsa Melawan


Korupsi,2003/United Nation Convention Against Corruption,2003 (UNCAC) Oleh karena itu terdapat
hal-hal penting yang harus di adopsi ke dalam sistem hukum Indonesia. Diantaranya behubungan dengan
masalah Pelayanan Publik seperti: Pelayanan Kependudukan; Pengadaan Barang dan Jasa; Penerimaan
PNS; Kode etik Aparat Pemerintahan; Pencegahan dan pemberantasan Korupsi; dan sebagainya.
Kesimpulan utama ialah sistem administrasi nasional dan pelayanan publik tidak kondusif untuk
pemerintahan yang baik dan performa yang lebih baik. Kedua sistem butuh reformasi dasar dan
memasukan praktek yang dikenal baik secara internasional ke dalamnya. Organisasi seharusnya
dirancang untuk mengimbangi keperluan institusi dan dijalankan oleh staff dengan keahlian yang tepat.
Insentif harus diubah untuk meningkatkan kinerja dan mengurangi korupsi. Pelatihan perlu
dimodernisasi dan berorientasi kepada kinerja dengan memfokuskan kepada peningkatan keahlian teknis
dan manajemen. Seluruh bagian harus tetap berpegang kepada rencana nasional untuk Peningkatan
Kapasitas yang meliputi seluruh institusi negara di semua tingkatan dimana pesan utamanya ialah
seluruh pelatihan harus berpengaruh secara terus menerus dan tidak diimplementasi sebagai aktifitas
yang berdiri sendiri. Hal ini memerlukan perbaikan dalam sumber daya manusia, sistem pelatihan dan
sistem keuangan yang telah direformasi. Perencanaan operasi, rancangan struktur organisasi, sumber
daya manusia dan keuangan perlu dilihat sebagai suatu keseluruhan sistem manajemen, bukan sebagai
empat sistem perencanaan yang terpisah.
Manajemen sumber daya manusia yang efektif tergantung kepada taksiran klasifikasi pekerjaan
secara profesional bersama-sama dengan kemampuan dan kualifikasi sebagaimana dalam penerimaan,
pengangkatan, transfer/perpindahan dan promosi jabatan harus berdasarkan kepada sistem merit dan
keperluan institusi. Prosedur pengangkatan yang tertutup harus diubah dengan sistem kompetisi terbuka
untuk pengangkatan dan promosi. Sistem penggajian harus menghargai tanggung jawab, tingkat
kesulitan dan kinerja serta pengalaman. Insentif dalam penggajian harus mendukung kinerja yang baik.
Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan keahlian/kemampuan dalam pemerintahan harus
dilihat sebagai aset nasional. Perancangan mekanisme penerimaan yang terbuka dan kompetitif dapat
diawali dengan program untuk penempatan ulang PNS ini ke posisi dimana keahlian/kemampuan
mereka dapat dihargai. Bagian lain yang memerlukan mekanisme yang terbuka dan kompetitif ialah
dalam relokasi guru dan petugas kesehatan untuk memperbaiki distribusi yang tidak merata ke seluruh
penjuru negara. Asosiasi profesional dan persatuan lainnya memerankan peran penting dalam
manajemen sumber daya manusia. Dari awal kebijakan pemerintah harus mendukung asosiasi dan
perkumpulan untuk terlibat.
Sistem nasional untuk administrasi dan pelayanan public perlu reformasi yang radikal. Struktur
organisasi harus dirancang sesuai dengan keperluan, bukan untuk menyediakan jumlah posisi yang ada
dalam setiap eselon. Terdapat keperluan untuk memeriksa/mengaudit hasil dari perpindahan pegawai ke
bagian bagian lain mengikuti desentralisasi dan untuk memperkenalkan mekanisme relokasi pegawai.
Manajemen sumber daya manusia perlu diperbaiki dan dimodernisasi jika korupsi ingin dikurangi.
Klasifikasi kerja yang professional harus diperkenalkan dan seleksi dalam penerimaan dan promosi harus
didasarkan kepada merit dan dibuat dalam suatu kompetisi terbuka. Pelatihan harus bersifat teknis, tidak
umum seperti pelatihan yang ada sekarang.
Sistem penggajian harus direformasi sehingga dapat merefleksikan tingkat tanggung jawab dan
tingkat kesulitan dari pekerjaan dan dapat mempromosikan kinerja serta menyediakan transparansi”
(Country Governance Assessment Report Republic of Indonesia, (Asian’s Development Bank) Chapter V).
Dua paragraph terakhir dari laporan ADB menunjukan apa saja yang direkomendasikan kepada
Indonesia:
 Sistem administrasi nasional dan sistem pelayanan publik memerlukan reformasi yang radikal.
 Struktur organisasi harus disusun sesuai dengan keperluan operasional, bukan untuk memenuhi
jumlah posisi yang ada pada setiap eselon.
 Perlu untuk mengaudit hasil pemindahan staf atau pegawai ke daerah-daerah dan bagian-bagian
lain.
 Manajemen sumber daya manusia perlu ditingkatkan dan dimodernisasikan
 Klasifikasi pekerjaan harus profesional.
 Seleksi dalam penerimaan dan promosi harus berdasarkan pada sistem merit dan kompetisi
terbuka.
 Pelatihan harus bersifat teknis dan kepemimpinan daripada bersifat umum
 Reformasi sistem penggajian.
Adalah tugas dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara (MenPAN) untuk melaksanakan
perbaikan Pelayanan Publik dan Reformasi Birokrasi, sesuai dengan Inpres 5 Tahun 2004 dan RAN-PK
(Rencana Aksi Nasional-Pemberantasan Korupsi). Proyek GTZ-SfGG mendukung MenPAN dalam
menjalankan tugasnya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 JENIS PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Penelitian Kualitatif, sebagaimana
dikemukakan oleh Sugiyono 9(2009 ) adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah
sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball,
teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.
Dari definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk mencari fakta dari subyek penelitian berdasarkan kualaitas sumber dari fakta tersebut
mengenai fenomena yang terjadi dalam masyarakat dengan menitik beratkan pada persepsi, analisis,
motivasi, tindakan dan lain-lain sesuai kajian ilmiah.
Alasan mengapa peneliti menggunakan metode penelitian kualititatif sesuai apa yang dikemukakan
oleh sugiyono 10( 2013 ) bahwa penggunaan metode penelitian kualitatif karena permasalahan belum
jelas, holistik, dinamis , dan penuh makna. Alasan ini berkaitan dengan judul penelitian, dimana perlu ada
penekakanan terhadap subyek penelitian supaya data yang didapatkan valid dan dapat dipertanggung
jawabkan.

3.3 LATAR PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Kota Pekanbaru. Ada beberapa alasan dipilihnya lokasi tersebut adalah
berdasarkan pengamatan sementara peneliti bahwa di daerah tersebut telah terjadi kasus-kasus
penyelewengan wewenang telah menuai kontroversi sehingga tidak sedikit warga yang memprotesnya
serta banyaknya kasus pungutan liar yang dilakukan oleh sejumlah oknum.

3.4 TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pemilihan informan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik purposive dari
pertimbangan tertentu, orang yang dianggap paling tahu tentang permasalahan yang diteliti atau
orang yang berkedudukan sebagai penguasa sehingga memudahkan peneliti untuk memahami
obyek serta situasi sosial yang diteliti dan diperoleh dari informan penelitian. Informan adalah
orang yang menjadi sumber data dalam penelitian atau orang yang memberikan keterangan
dalam penelitian dengan mengambil informan secara cermat hingga relevan dengan desain
penelitian serta orang yang dianggap paling tahu tentang permasalahan yang diteliti.
3.5 TEKNIK ANALISIS DATA

Sugiyono 13( 2013 ) menjelaskan bahwa analisis data pada penelitian kualitatif dilakukan
pada saat wawancara berlangsung, tetapi jika jawaban yang diwawancarai dirasa belum
memuaskan maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lanjutan sampai tahap tertentu. Miles
dan Hubermen 14 ( 1984 ) dalam Sugiono ( 2013 ), mengemukakan bahwa aktivitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai
tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Berangkat dari kedua pernyataan dari para ahli tersebut
maka dapat disimpulakn bahwa untuk menganalisis sebuah data pada penelitian kualitataif tidak
hanya dibutuhkan hanya sekali duakali wawancara melainkan dibutuhkan wawancara berkali-
kali sampai data yang dikumpulkan dirasa sudah memuaskan dan dianggap kredibel. Bisa
diartikan juga bahwa ketika peneliti mencoba untuk menganalisis temuanya dilapangan, data
yang dianalsis belum mencapai titik jenuh atau belum mampu mencapai tingkat kepuasan
peneliti, maka peneliti akan melakukan kajian ulang tentang data temuanya tersebut dengan
melakukan wawancara mendalam sampai benar-benar valid.
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
Jaitun. 2013. Kinerja Aparatur Desa Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Di Desa Sepala Dalung
Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung. Ejourmal Pemerintahan Integratif. Vol 105: Hal 91-
105
Murhayati, Suharno.2014. Kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul Dalam
Memberikan Pelayanan Publik. Ejournal Universitas Negeri Yogyakarta
Purnamasari juni. 2014. Sudi Tentang Kinerja Pegawai di Kelurahan Pantai Lango Kabupaten Penajam
Paser. eJournal Administrasi Negara. Vol 396 : Hal 382-396
Pemerintah. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa. Jakarta: Dukumen
Negara.
Pemerintah. 2003. Kepmen PAN Nomor : 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum
Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Jakarta: Dukumen Negara.
Sugiyono, 2009, Metodologi Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
Bandung: Alfabeta
Sugiyono, 2013, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D, Alfabeta,
Bandung: Alfabeta
Suroso. 2014. Kinerja Pelayanan Pemerintahan Desa di Kabupaten Pati.
http://litbang.patikab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=110:kinerja-pelayanan-
pemerintahan-desa-di-kabupaten-pati&catid=123:kinerja-pelayanan-pemerintahan-desa-di-kabupaten-
pati&Itemid=58> . 18 April 2015
Murdiyatmoko,Janu.2007.Sosiologi: Memahami Dan Mengkaji Masyarakat. GRAFINDO MEDIA
PRATAMA.

You might also like