SAK - Green Accounting
SAK - Green Accounting
SAK - Green Accounting
TERKAIT
MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Akhir Pada Mata Kuliah Seminar Akuntansi Keuangan
Dosen Pengampu:
Oleh:
KELOMPOK 11
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Isu mengenai pencemaran lingkungan oleh dunia industri menjadi perhatian khusus
Kementerian Lingkungan Hidup. Dalam laporannya Kementerian Lingkungan Hidup
mengumumkan bahwa setidaknya ada 21 perusahaan yang masuk dalam “Daftar Hitam”
pencemaraan lingkungan selama tahun 2014-2015 (CNN Indonesia, 21 Desember 2015).
Pelanggaran yang dilakukan oleh ke-21 perusahaan tersebut mencakup tidak lolosnya
dokumen lingkungan, pencemaran air, pencemaran udara, dan perusakan lahan sekitar.
Salah satu kasus pencemaran lingkungan terbesar pada tahun 2014 adalah pencemaran
air di sepanjang kawasan tanah laut hingga kota baru di Kalimantan Selatan, akibat
pembukaan kolam limbah tambang batu bara milik perusahaan-perusahaan swasta. Dampak
pencemaran yang ditimbulkan berupa pepohonan mati mengering, kolam berwarna-warni,
serta lubang-lubang tambang yang menimbulkan kebocoran dan akhirnya mengalir
mencemari sungai.
Demikian pula dengan praktik akuntansi lingkungan di Indonesia sampai saat ini juga
belum efektif. Cepatnya tingkat pembangunan di masing-masing daerah dengan adanya
otonomi ini terkadang mengesampingkan aspek lingkungan yang disadari atau tidak pada
akhirnya akan menjadi penyebab utama terjadinya permasalahan lingkungan. Para aktivis
lingkungan di Indonesia menilai kerusakan lingkungan yang terjadi selama ini disebabkan
oleh ketidakkonsistenan pemerintah dalam menerapkan regulasi. Ketidakkonsistenan
pemerintah misalnya mengabaikan regulasi mengenai tata ruang. Kawasan yang seharusnya
menjadi kawasan lindung dijadikan kawasan industri, pertambangan dan kawasan komersial
lain.
Dari latar belakang masalah diatas, kami merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.3. Tujuan
a. Mengetahui pengertian dari green business dan green accounting
b. Mengetahui karakteristik dari green business dan green accounting
c. Mengetahui implementasi dari green business dan green accounting
d. Mengetahui peraturan-peraturan yang terkait dengan green business dan green
accounting
e. Mengetahui kasus-kasus yang terkait dengan green business dan green accounting
BAB II
PEMBAHASAN
Green business adalah usaha yang mengadopsi prinsip, kebijakan, dan praktek
meningkatkan kualitas hidup para pelanggan, pegawai, komunitas dan lingkungan hidup,
dalam operasionalnya. Green business memberikan solusi atas masalah lingkungan dan
masyarakat. Green business memiliki makna sebagai sebuah proses untuk mengkonfigurasi
ulang proses bisnis dan infrastruktur guna menghasilkan manfaat yang lebih baik bagi
lingkungan, manusia, dan nilai infestasi ekonomis, dan pada saat yang bersamaan
meningkatkan kualitas perilaku manusia, mengurangi emisi gas, mengurangi eksploitasi
atau penyalahgunaan sumber daya alam, menurangi sampah lingkungan, dan menurunkan
kesenjangan sosial. Di dalam green business, ditekankan bagaimana cara untuk menerapkan
atau menciptakan suatu sistem yang tujuannya mengurangi dampak negatif dari aktivitas
suatu perusahaan.
Seterusnya, definisi dari green bisnis secara sistematis berikut ini, di dalam hal
sustainability/ reproducibility dan perbandingan dengan bisnis sebagai manajemen
umumnya.
Business As Usual Green Business
Short-term Management (Some inputs Long-term Management (All inputs are
are fixed) variables)
Analysis tools Analysis tools
- Mathematical Optimization - System Dynamics
- (Neoclassical Rational Man) - Simulation-Guided Management
- Econometrics - Scenario Analysis
- Statistical Analysis
Shareholders-oriented Employees/Communities-centered
Labor forces as Costs Labor forces as Innovative Resources
Worker Capability Switch Off Worker Capability Switch On
MBA: Subordinate of Business MBA: Green Management Leaders
Aristocrats
Green Business adalah bisnis yang dijalankan dengan visi memenuhi kebutuhan
masyarakat namun lebih menjaga kelestarian lingkungan hidup. Bisnis ini mempertahankan
triple bottom line, yakni Economic sustainability (profit), Ecological sustainability (planet),
dan Socio-cultural sustainability people (including human rights).
People
Manusia. Sebuah perusahaan didirikan oleh seorang manusia dengan memekerjakan
manusia & untuk memberikan dampak positif bagi manusia pada perusahaan itu &
manusia disekitarnya. Artinya, fokus utama dari pendirian sebuah perusahaan adalah
manusianya, bukan gedung perusahaannya, bukan keuntungan semata, ataupun yang
lainnya. Dalam arti lain, bisnis berkelanjutan adalah bisnis yang memanusiakan
manusia atau sebuah bisnis yang berorientasi sosial. Biasanya perusahaan
menerapkan konsep “People” pada program CSR pendidikan seperti beasiswa,
pelatihan UKM, & pembinaan ibu rumah tangga.
Planet
Global warming, perubahan iklim, penebangan liar, overfishing, semakin sering kita
dengar isu lingkungan yang terjadi di sekitar kita. Kita tidak bisa serta merta
menyalahkan alam. Ya, semua isu lingkungan yang terjadi tidak lain adalah kelalaian
kita sendiri dalam menjaga alam. Dalam hal ini, bisnis berkelanjutan adalah bisnis
yang ikut berkontribusi menjaga & memerbaiki lingkungan alam, tidak hanya
eksploitasi sumber daya alam demi profit semata, namun tidak bertanggung jawab.
Profit
People & Planet tidak akan dapat dilakukan jika sebuah bisnis tidak memiliki profit.
Profit adalah unsur kunci yang dapat menjembatani antara sebuah bisnis dengan
people & planet. Bagi sebuah perusahaan, profit merupakan tujuan wajib yang harus
dicapai. Tidak ada yang salah, namun tinggal bagaimana pengelolaan profit itu.
Bukan hanya untuk kepentingan perusahaan semata, namun juga untuk lingkungan
alam & sosial.
Melalui jurnal “Comparative Advantage & Green Business”, Ernst & Young
(2008:11) mengemukakan bahwa green business adalah suatu hal yang relatif baru, dan
sebuah istilah yang tidak terdefinisi dengan baik sehingga dapat diinterpretasi dengan
berbagai cara yang berbeda oleh orang atau organisasi yang berbeda. Apa yang dianggap
sebagai ‘green’ oleh sebuah organisasi bias jadi tidak sama oleh organiasasi lainnya.
Walaupun begitu, inti dasar dari sebuah green business adalah fokusnya pada keberlanjutan,
dalam segi lingkungan dan sumber daya (Ernst & Young’s Comparative Advantage & Green
Business Report, 2012:12).
Green innovation bisa dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari inovasi dalam
produk, proses, kemasan, iklan, bahkan hingga business model.
a. Green Products/Service
Green innovation dapat dilakukan dengan menciptakan produk/layanan yang green.
Definisi dari green products/service sendiri adalah produk dan layanan yang
menggunakan bahan-bahan aman bagi manusia, ramah lingkungan, dan/atau efisien
dalam konsumsi energi.
Contohnya adalah brand Eyes Lips Face (ELF) yang menyediakan mineral makeup,
terbuat dari 100% mineral alami yang dihancurkan dalam bentuk bubuk halus. Selain
produknya, kemasannya juga menggunakan bahan yang bisa didaur ulang. Sony
Ericsson juga mengeluarkan ponsel model GreenHeart yang emisi karbonnya lebih
rendah 15% dari model lainnya, serta menggunakan kemasan yang lebih kecil,
plastik daur ulang dan mengurangi pemakaian pelarut dalam cat.
b. Green Process
Inovasi juga dapat dilakukan dalam proses, yakni melakukan proses manufaktur
yang sustainable. Green process dapat dilakukan dengan menggunakan bahan baku
yang ramah lingkungan atau melakukan konservasi energi dan sumber daya.
Penerapannya dapat menimbulkan sejumlah dampak positif, diantaranya
mengurangi limbah, meminimalisir penggunaan bahan kimia, serta konservasi
energi.
Contoh green process adalah seperti yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan
yang berusaha untuk menekan penggunaan karbon dalam produksinya, hingga
melakukan daur ulang limbah. IBM misalnya, telah menemukan metode untuk
mendaur ulang lapisan silikon yang sering menjadi limbah dalam produksi chip
menjadi bahan yang digunakan untuk menciptakan panel surya.
c. Green Packaging
Jika belum bisa menerapkan green product/service, perusahaan dapat memulai dari
yang sederhana seperti green packaging. Green packaging punya karakteristik
berikut ini:
Sustainable: meyakinkan bahwa kemasan ini menggunakan bahan baku yang
sustainable. Misalnya, supermarket kini berusaha untuk mengurangi sampah
plastic dengan menawarkan tas belanja khusus yang bisa didaur ulang.
Daur Ulang: kemasan dapat didaur ulang, seperti Recycled Polyethylene
Terephthalate (rPET) yang digunakan oleh Coca Cola.
Kemasan Lebih Kecil dan Ringan: mengurangi besar kemasan, yang mungkin
tadinya banyak space kosong, menjadi pas. Contohnya adalah sejumlah cereal
yang tadinya menggunakan box besar bahkan kaleng kini kemasannya hanya
menggunakan kemasan kantong saja. Di Indonesia, Anda penggemar snack
tentunya menyadari bahwa kemasan Taro yang dulunya sangat besar, kini
menjadi lebih kecil dan pas dengan isinya. Coca Cola juga telah memperringan
kemasan botol dan kalengnya. Selain penggunaan bahan baku lebih sedikit,
berat yang lebih ringan juga menekan emisi CO2 karena berat transportasi yang
lebih ringan.
2.1.5 Tantangan Green Business
Dalam mewujudkan green and clean terdapat tantangan yang dapat dikatakan tidak
mudah untuk diselesaikan, mulai dari masalah yang bersifat teknis hingga konsep ekonomi
dan politik yang disebutkan sebelumnya. Dari segi ekonomi misalnya, solusi ekonomi
Kapitalisme dalam menjaga lingkungan selama ini hanya tertuju kepada bagaimana
pembangunan yang ada bersifat ramah lingkungan (friendly environment). Selain itu, juga
mengatur bagaimana investasi-investasi yang ada tidaklah pada kegiatan yang dapat
membahayakan lingkungan.
Namun, dua solusi (pembangunan dan investasi yang ramah lingkungan) di atas terasa
dilematis. Karena dalam paradigma ekonomi kapitalis-liberalis adalah bagaimana mencapai
pertumbuhan ekonomi setinggi mungkin. Hal tersebut dilakukan atas asumsi, semakin tinggi
pertumbuhan ekonomi maka akan semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan masyarakat.
Padahal, pertumbuhan ekonomi setinggi mungkin tidaklah sejalan dengan pembangunan dan
investasi yang ramah lingkungan yang menimbulkan kehati-hatian dalam melaksanakan
aktivitas ekonomi. Begitupula halnya dengan investasi. Lihat saja bagaimana perkembangan
investasi selama ini yang lebih cenderung mengejar profit oriented semata. Sebagai contoh
investasi di bidang energi terbarukan yang ramah lingkungan, masih terbilang sangat kecil .
Green business akan menghasilkan green product. Menurut Octavia (2012) ada
beberapa tantangan yang perlu diperhatikan dalam green business, yaitu :
a. Harga
Ternyata meski pada umumnya kesadaran konsumen terhadap lingkungan terus
meningkat tetapi harga penawaran produk hijau yang masih tinggi menjadi pengaruh
yang paling tinggi untuk memutuskan membeli green product.
b. Kepercayaan
Selain harga ada juga masalah ketidakpercayaan konsumen pada label “green” atau
ecolabel, konsumen Indonesia sebagian berpendapat bahwa informasi itu tidak akurat.
c. Edukasi
Informasi mengenai fungsi, manfaat, serta keunggulan dari green product atau produk
yang ramah lingkungan masih rendah, sehingga sebagian konsumen masih enggan
membeli green product dengan harga premium.
d. Target Pasar
Target pasar untuk green product adalah ceruk pasar, karena targetnya adalah untuk
konsumen yang peduli dengan lingkungan dan rela membayar sejumlah uang untuk
membeli green product.
Green accounting adalah jenis akuntansi yang mencoba untuk menghubungkan faktor
biaya lingkungan ke dalam hasil kegiatan usaha perusahaan. Seperti diketahui bahwa produk
domestik bruto mengabaikan lingkungan dalam pembuatan keputusan. Dalam Environmental
Accounting Guidelines yang dikeluarkan oleh menteri lingkungan Jepang (2005:3)
dinyatakan bahwa akuntansi lingkungan mencakup tentang pengidentifikasian biaya dan
manfaat dari aktivitas konservasi lingkungan, penyediaan sarana atau cara terbaik melalui
pengukuran kuantitatif, serta untuk mendukung proses komunikasi yang bertujuan untuk
mencapai pembangunan yang berkelanjutan, memelihara hubungan yang menguntungkan
dengan komunitas dan meraih efektivitas dan efisiensi dari aktivitas konservasi lingkungan.
Ditambahkan pengertian dari US EPA (1995) akuntansi lingkungan sebagai aspek dari sisi
akuntansi manajemen, mendukung keputusan manajer bisnis dengan mencakup penentuan
biaya, keputusan desain produk atau proses, evaluasi kinerja serta keputusan bisnis lainnya.
Dalam bidang Akuntansi pada tahun 1994, Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) lalu
menyusun suatu standar pengungkapan akuntansi lingkungan dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 32 tentang akuntansi kehutanan dan PSAK No. 33 tentang
akuntansi pertambangan umum, dalam perkembangannya kedua PSAK tersebut sudah
ditarik, dan akuntansi dampak lingkungan dari aktivitas perusahaan dapat dilihat pada PSAK
No.1 dan PSAK No.57. Penjelasan mengenai penyajian dampak lingkungan pada PSAK
No.1 revisi 2009 paragraf 12 adalah sebagai berikut:
Entitas dapat pula menyajikan, terpisah dari laporan keuangan, laporan mengenai
lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi
industry dimana faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang
menganggap karyawan sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan
penting. Laporan tambahan tersebut di luar ruang lingkup Standar Akuntansi Keuangan.
Pada PSAK No.57 revisi 2009 sebagian faragraf 19 berbunyi sebagai berikut:
Kewajiban diestimasi diakui hanya bagi kewajiban yang timbul dari peristiwa masa lalu,
yang terpisah dari tindakan entitas pada masa datang (yaitu penyelenggaraan entitas pada
masa datang). Contoh Kewajiban ini adalah denda atau biaya pemulihan pencemaran
lingkungan, yang mengakibatkan arus keluar sumber daya untuk menyelesaikan kewajiban
itu tanpa memandang tindakan entitas pada masa datang.
Demikian juga, entitas mengakui kewajiban diestimasi bagi biaya kegiatan purna-
operasi (decommissioning) instalasi minyak atau instalasi nuklir sebatas jumlah yang harus
ditanggung entitas untuk memperbaiki kerusakan yang telah ditimbulkan.
PSAK memang belum mengatur secara tegas dan rinci hal-hal apa saja yang wajib
diungkapkan dalam pelaporan suatu entitas bisnis. Dan jika ditelaah dari isi PSAK tersebut
pengungkapan pelaporan atas dampak lingkungan tersebut masih bersipat sukarela. Sehinga
praktik akuntansi lingkungan di Indonesia sampai saat ini belumlah berjalan cukup baik,
halini bisa dilihat dari beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh para peneliti untuk
mengetahui sejauh mana industri dalam melakukan pelaporan pengungkapan akuntansi
lingkungannya. Dalam hal ini para peneliti menggunakan Global Reporting Initiative (GRI)
sebagai alat indikator pengungkapan akuntansi lingkungan oleh suatu perusahaan atau
industri.
1. Biaya lingkungan secara signifikan dapat dikurangi atau dihilangkan sebagai hasil
dari keputusan bisnis, mulai dari perubahan dalam operasional dan pemeliharaan
untuk diinvestasikan dalam proses yang berteknologi hijau serta untuk perancangan
kembali produk yang dihasilkan.
2. Biaya lingkungan jika tidak mendapatkan perhatian khusus akan menjadi tidak jelas
dan masuk dalam akun overhead atau bahkan akan diabaikan.
3. Banyak perusahaan telah menemukan bahwa biaya lingkungan dapat diimbangi
dengan menghasilkan pendapatan melalui penjualan limbah sebagai suatu produk.
4. Pengelolaan biaya lingkungan yang lebih baik dapat menghasilkan perbaikan kinerja
lingkungan dan memberikan manfaat yang signifikan bagi kesehatan manusia serta
keberhasilan perusahaan.
5. Memahami biaya lingkungan dan kinerja proses dan produk dapat mendorong
penetapan biaya dan harga produk lebih akurat dan dapat membantu perusahaan
dalam mendesain proses produksi, barang dan jasa yang lebih ramah lingkungan
untuk masa depan.
6. Perusahaan mempunyai keunggulan kompetitif yang didapat dari proses, barang, dan
jasa yang bersifat ramah lingkungan. Brand image yang positif akan diberikan oleh
masyarakat karena keberhasilan perusahaan dalam memproduksi barang dan jasa
dengan konsep ramah lingkungan (Schaltegger dan Burritt, 2000 dalam Arisandi dan
Frisko, 2011). Hal ini berdampak pada segi pendapatan produk, yaitu memungkinkan
perusahaan tersebut untuk menikmati diferensiasi pasar, konsumen memiliki
kecenderungan untuk bersedia membayar harga yang mahal untuk produk yang
berorientasi lingkungan dengan harga premium (Aniela, 2012).
7. Akuntansi untuk biaya lingkungan dan kinerja lingkungan dapat mendukung
perkembangan perusahaan dan operasi dari sistem manajemen lingkungan secara
keseluruhan. Sistem seperti ini akan segera menjadi keharusan bagi perusahaan yang
bergerak dalam perdagangan internasional karena adanya persetujuan berlakunya
standar internasional ISO 14001.
8. Pengungkapan biaya lingkungan akan meningkatkan nilai dari pemegang saham
karena kepedulian perusahaan terhadap pelestarian lingkungan. Pemegang saham
perusahaan dapat lebih mudah dan cepat mendapatkan informasi dari pengungkapan
tersebut sehingga dapat mempermudah pengambilan keputusan (Arisandi dan Frisko,
2011).
Selain itu, Alexopoulus et al. (2011) menunjukkan bahwa perbaikan kinerja
lingkungan adalah potensi sumber keunggulan kompetitif yang mengarah ke proses yang
lebih efisien, peningkatan produktivitas, biaya kepatuhan lebih rendah dan peluang pasar
baru. Dengan demikian, mengintegrasikan akuntansi lingkungan ke dalam sistem informasi
akuntansi perusahaan sangat penting. Memiliki sistem akuntansi lingkungan yang tepat akan
memungkinkan manajemen untuk membuat keputusan yang lebih tepat mengenai hal-hal
tersebut. Sistem ini memberikan analisis yang lebih baik atas biaya lingkungan dan dapat
mengungkapkan peluang yang mungkin bisa meningkatkan pendapatan antara lain seperti
daur ulang dari bahan baku, desain produk dan proses manufaktur yang lebih baik. Tujuan
dari tulisan ini adalah untuk menekankan pentingnya akuntansi lingkungan dalam suatu
organisasi dan untuk bangsa - sebaiknya bersikap 'green' - bahwa minimisasi limbah dan
skema efisiensi energi dapat dan akan menghasilkan manfaat ekonomi yang besar bagi
organisasi.
a. Green Architecture
Green architecture mengandung arti bahwa semua produk Bakrieland, baik perumahan,
hotel maupun perkantoran, dirancang secara ramah lingkungan. Penerapan hal ini
meliputi:
Green Area Design
Green area design diharapkan dapat tercapai dengan mentargetkan minimal 20%
pengembangan kawasan sebagai ruang terbuka hijau dan menanam jenis tanaman
yang menghasilkan O2 dan menyerap CO2, serta berbagai polutan seperti logam
berat, debu, belerang. Sehubungan dengan hal ini, Bakrieland melakukan studi
karakteristik dan bekerjasama dengan badan terkait mengenai jenis tanaman yang
merupakan karakter wilayah proyek, menerapkan konsep global, dan melakukan
supervisi terhadap implementasinya.
Contoh pelaksanaan:
a) Bogor Nirwana Residence (BNR) memiliki 60% ruang terbuka hijau dari
lahan proyek seluas 1.200 hektar. BNR juga mengembangkan program
penangkaran satwa (rusa dan unggas) dan program peduli lingkungan
berupa penanaman pohon yang melibatkan masyarakat setempat.
b) Nirwana Bali Resort yang berlokasi di daerah Tabanan, Bali, memiliki
luasan hijau hingga 70%. Sekitar 15 ha dari total lahan dipertahankan
sebagai lahan sawah.
c) Pullman Legian Nirwana Suites & Residence memiliki 45% area hijau.
d) Rasuna Epicentrum melakukan penghijauan kawasannya antara lain
dengan menghijaukan lahan tidur, membangun pembiakan tanaman, dan
membuat roof top garden.
Green Building and Construction
Gedung dan konstruksi yang ramah terhadap lingkungan dibangun dengan
memperhatikan aspek pencahayaan, suhu, dan akustik dalam suatu disain yang
terintegrasi. Penerapan program ini selain mendorong penghematan energi juga
ditujukan untuk mempertahankan keselarasan dengan nilai-nilai budaya
masyarakat melalui disain arsitekturnya.
Contoh pelaksanaan:
a) Pembangunan Apartemen The Wave mengadaptasi konsep green
architecture dan green living.
b) Nirwana Bali Resort dirancang sesuai karakteristik bentuk bangunan
lokal.
c) Penggunaan façade di Bakrie Tower dapat mereduksi panas hingga 80%
sehingga mengurangi konsumsi energi untuk pendingin ruangan.
d) Pengolahan air kotor di Bakrie Tower memungkinkan penggunaan
kembali air seluruhnya (100%) untuk water chilled chiller.
e) Pengolahan lansekap di seluruh kawasan Rasuna Epicentrum
mengutamakan keselamatan dan kenyamanan pemakai, baik pejalan kaki
maupun yang berkendaraan, karena dilengkapi dengan street furniture
yang memadai.
b. Green Operation
Green operation mengandung implikasi bahwa setiap manajemen kawasan dan gedung
Bakrieland akan mengoperasikan unit-unitnya dengan ramah lingkungan, dengan
menerapkan konsep 3 R (reduce, reuse, recycle). Green operation mencakup program-
program berikut:
Waste Water Treatment and Reuse Program
Program ini menjadi salah satu alternatif untuk mengatasi masalah pencemaran
oleh air limbah domestik sebagai penyumbang terbesar terhadap pencemaran kota
di Indonesia. Melalui program ini, air limbah diolah secara individual (on site
treatment) sebelum dibuang ke saluran umum, sehingga melestarikan sumber
daya air. Penerapan program Waste Water Treatment and Reuse diwujudkan
dalam 3 (tiga) bentuk kegiatan, yaitu pengolahan air limbah domestic
menggunakan sistem bio-filter anaerob-aerob (gray waste water treatment),
pengolahan air limbah hitam (black waste water treatment) dengan menggunakan
septic tank biologi, serta konservasi air dengan membuat lubang biopori, kolam
resapan, dan revitalisasi kanal untuk mengelola dan melestarikan sumber air dan
mencegah banjir.
Contoh pelaksanaan:
a) Rasuna Epicentrum membangun kolam resapan air, sewage treatment dan
water treatment plant, membuat biopori, serta melakukan revitalisasi sungai
Cideng.
b) Nirwana Bali Resort melakukan pengolahan sisa limbah air dan pemanfaatan
air hujan dengan menggunakan sistem water treatment untuk digunakan
kembali sebagai pengairan lapangan golf. Dari kebutuhan air sebesar 3.000
m3 per hari, hanya 500 m3 berasal dari tanah. Resor ini juga dikembangkan
dengan tingkat kepadatan bangunan yang rendah, sehingga kondisi asli alam
tetap terjaga untuk penyerapan air hujan.
Waste Domestic Program
Program ini mengelola permasalahan sampah kawasan secara komprehensif
dengan focus menyelesaikan masalah sampah dan memberikan nilai ekonomis
bagi pengelolanya. Ke depan, direncanakan bahwa pengelolaan sampah akan
dilakukan dengan menggunakan teknologi yang mengacu kepada komposisi
sampah dan pengelolaan limbah B3 (bahan beracun dan berbahaya). Pengelola
dapat memperoleh pendapatan dari retribusi sampah serta hasil olahan sampah
yang bernilai ekonomis.
Contoh pelaksanaan:
Saat ini Rasuna Epicentrum telah membuat Tempat Penampungan Sampah
Sementara (TPS) di setiap blok dan di dekat WTP Kali Cideng, dengan
memisahkan sampah organic dan non organik.
Energy Efficiency Program
Program ini bertujuan mengurangi penggunaan energi berbahan bakar fosil,
menghasilkan energy yang ramah lingkungan dan membantu program pemerintah
dalam penghematan energi.
Contoh pelaksanaan:
a) Rasuna Epicentrum membangun sarana publik dalam bentuk (1) fasilitas
transportasi shuttle bus berbahan bakar bio solar, dan (2) area pejalan kaki
selebar 10 meter yang diisi pepohonan penyerap CO2 tinggi dan fitur air
untuk menurunkan suhu udara.
b) Nirwana Bali Resort menerapkan sistem cogeneration yang mengoptimalkan
tenaga gas buang dari generator untuk keperluan cuci pakaian.
2.3.2 PT Semen Padang
PENUTUP
KESIMPULAN
Green accounting masih relatif baru di bidang akuntansi keuangan dan terus
berkembang. Namun, keberadaannya dianggap semakin penting untuk menghadapi tantangan
bisnis saat ini dan masa depan. Memang di beberapa penelitian tidak ada hubungan yang
signifikan antara kinerja keuangan dan kinerja lingkungan. Tetapi, menurut penulis, paradigma
kapitalisme akuntansi yang memandang kinerja keuangan adalah segalanya harus dialihkan.
Sudah saatnya inisiatif pelestarian lingkungan menjadi tanggung jawab setiap pihak (terutama
perusahaan) yang mendapatkan manfaat yang disediakan lingkungan itu sendiri.
Cohen, N., dan P. Robbins. 2011. Green Business: An A-to-Z Guide. Thousand Oaks.
California: SAGE Publications Inc
De Beer, P., dan F. Friend. 2005. Environmental Accounting: A Management Tool for
Enhancing Corporate Environmental and Economic Performance, Ecological Economics
58 (2006) 548– 560.
Susilo, Joko. 2008. Green Accounting Di Daerah Istimewa Yogyakarta: Studi Kasus Antara
Kabupaten Sleman Dan Kabupaten Bantul. JAAI Volume 12 No. 2, Desember 2008: 149-
165.