Laporan Pendahuluan Asuahan Keperawatan Pada Klien Dengan Pneumonia
Laporan Pendahuluan Asuahan Keperawatan Pada Klien Dengan Pneumonia
Laporan Pendahuluan Asuahan Keperawatan Pada Klien Dengan Pneumonia
Disusun oleh:
Nama : Ika Ulya Cahyani Putri
NIM : PO.62.20.1.16.145
Prodi : DIV Keperawatan
Ruang Praktik : Gardenia
1
BAB I
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh
agen infeksisus (Brunner&Suddarth, 2001). Pneumonia adalah proses inflamasi
pasrenkim paru yang terdapat konsolidasi dan terjadi pengisian alveoli oleh eksudat
yang disebabkan bakteri, virus, dan benda-benda asing.
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Pneumonia adalah
infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Kantong-kantong udara dalam paru
yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan sehingga kemampuan menyerap
oksigen menjadi kurang (Muttaqin, 2008).
B. Patofisiologi
Pneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh bakteri yang
masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan paru. Bakteri pneumokok
ini dapat masuk melalui infeksi pada daerah mulut dan tenggorokkan, menembus
jaringan mukosa lalu masuk ke pembuluh darah mengikuti aliran darah sampai ke
paru-paru dan selaput otak. Akibatnya timbul peradangan pada paru dan daerah
selaput otak. Inflamasi bronkus ditandai adanya penumpukan sekret sehingga terjadi
demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman sudah
mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis,
emfisema dan atelektasis.Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan
napas, sesak napas, dan napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi
paru dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berfungsi untuk
melembabkan rongga pleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga
paru) adalah tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasis mengakibatkan peningkatan
frekuensi nafas, hipoksemia, asidosis respiratorik, sianosis, dispnea dan kelelahan
yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas.
2
Pathway Pneumonia
Micoplasma
virus Bakteri (mirip bakteri) jamur
Masuk sasaluran
pernafasan
Paru-paru
Mengganggu krj
makrofag hipothalamus
Hipertermi
Resiko penyebaran infeksi infeksi
Kringat
berlebih
3
Padasebagian penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu
makan, dan sakit kepala (Misnadiarly, 2008).
2. Tanda
Menurut Misnadiarly (2008), tanda-tanda penyakit pneumonia pada balita antara
lain :
a. Batuk nonproduktif
b. Ingus (nasal discharge)
c. Suara napas lemah
d. Penggunaan otot bantu napas
e. Demam
f. Cyanosis (kebiru-biruan)
g. Thorax photo menujukkan infiltrasi melebar
h. Sakit kepala
i. Kekakuan dan nyeri otot
j. Sesak napas
k. Menggigil
l. Berkeringat
m. Lelah
n. Terkadang kulit menjadi lembab
o. Mual dan muntah
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X
Mengidentifikasikan distribusi strukstural (misal: Lobar, bronchial); dapat juga
menyatakan abses luas/infiltrat, empiema (stapilococcus); infiltrasi menyebar
atau terlokalisasi (bacterial); atau penyebaran/perluasan infiltrat nodul (lebih
sering virus). Pada pneumonia mikroplasma, sinar x dada mungkin bersih.
2. GDA (Gas Darah Arteri)
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan
penyakit paru yang ada
3. Pemeriksaan darah.
Pada kasus pneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis (meningkatnya
jumlah netrofil)
4
Secara laboratorik ditemukan leukositosis biasa 15.000-40.000/m dengan
pergeseran LED meninggi.
4. LED meningkat.
Fungsi paru hipoksemia, volume menurun, tekanan jalan nafas meningkat dan
komplain menurun, elektrolit Na dan Cl mungkin rendah, bilirubin meningkat,
aspirasi biopsi jaringan paru
5. Rontegen dada
Ketidak normalan mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan
penyakit paru yang ada. Foto thorax bronkopeumonia terdapat bercak-bercak
infiltrat pada satu atau beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat
adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.
6. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah
Dapat diambil dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal,bronskoskopi
fiberoptik, atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab,
seperti bakteri dan virus. Pengambilan sekret secara broncoscopy dan fungsi
paru untuk preparasi langsung, biakan dan test resistensi dapat menemukan atau
mencari etiologinya, tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena sulit.
7. Tes fungsi paru
Volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar), tekanan jalan nafas
mungkin meningkat dan complain menurun. Mungkin terjadi perembesan
(hipokemia).
8. Elektrolit
Natrium dan klorida mungkin rendah.
E. Penatalaksanaan Medis
1. Pemberian oksigen dan cairan intravena biasanya diperlukan campuran glukosa
5% dan NaCl 0,9% dengan perbandingan 3 : 1 ditambah larutan KCl 10 mEq/
500 ml/ batas infus.
2. Kemotherapi untuk mycoplasma pneumonia, dapat diberikan Eritromicin 4 X
500 mg sehari atau Tetrasiklin 3 – 4 mg sehari. Obat-obatan ini meringankan
dan mempercepat penyembuhan terutama pada kasus yang berat.
3. Obat-obat penghambat sintesis SNA (Sintosin Antapinosin dan Indoksi Urudin)
dan interperon inducer seperti polinosimle,poliudikocid pengobatan simtomatik.
5
4. Cairan, kalori dan elektrolit glukosa 10 % : NaCl 0,9 % = 3 : 1 ditambah
larutan KCl 10 mEq/500 ml cairan infuse.
5. Kemotherapi untuk mycoplasma pneumonia, dapat diberikan Eritromicin 4 X
500 mg sehari atau Tetrasiklin 3-4 hari mg sehari. Obat-obatan ini meringankan
dan mempercepat penyembuhan terutama pada kasus yang berat. Obat-obat
penghambat sintesis SNA (Sintosin Antapinosin dan Indoksi Urudin) dan
interperon inducer seperti polinosimle, poliudikocid
6
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
1) Nama :
2) Umur :
3) Jenis Kelamin :
4) Agama :
5) Suku / bangsa :
6) Bahasa :
7) Pendidikan :
8) Pekerjaan :
9) Status :
10) Alamat :
Penanggung jawab :
1) Nama :
2) Umur :
3) Pekerjaan :
4) Alamat :
5) Hubungan dgn klien :
2. Biodata Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya pasien mengeluh dengan keluhan demam beserta batuk dan flu,
sakit kepala, klien tanpak gelisah, sesaknafas dan nyeri dada, tidak nafsu
makan.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah pasien sebelumnya pernah menderita penyakit yang sama dan
sebelumnya juga pernah dirawat.
c. Riwayat Kesehatan
7
Apakah ada anggota keluarga lainnya menderita penyakit yang sama ataupun
mempunyai penyakit keturunan/penyakit menular lainnya.
3. Data Dasar Pengkajian Pasien
a. Aktivitas dan Istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : Letargi
Penurunan toleransi terhadap aktivitas
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat adanya / GJKkronis
Tanda : Takikardia
Penampilan kemerahan atau pucat
c. Integritas Ego
Gejala : Banyaknya stressor, masalah finansial
d. Makanan dan cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah
e. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala daerah frontus (influenza)
Tanda : Perubahan meneal (bingung, somnolen)
f. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Sakit kepala
Nyeri dada (pleuritik) meningkat oleh batuk : nyeri dada
Substernal (influenza) malgiaarialgia
Tanda : Melindungi area yang sakit (pasien umumnya tidak pada sisi yang
sakit untuk membatasi gerakan)
g. Pernapasan
Gejala : Riwayat adanya / ISK kronik, PPOM, merokok
sigarettakipneadispnea, progresif, pernapasan dangkal, penggunaan otot
aksesori, pelebaran nasal.
Tanda :
Sputum : Merah muda, berkarat atau purulen
Perkusi : Pekakdiatas area yang konsolidasi
Fremitus : Taktis dan vokal bertahap meningkat dengan konsolidasi
gesekan fraksi pleural.
8
Bunyi napas : menurun atau tidak ada diatas area yang terlibat, atau nafas
bronchial.
Warna pucat atau sianosis bibir/kaku.
B. Analisa Data
ganggu
DS:
↓
Klien mengeluh
kesulitan
Bersihan jalan nafas tidak
mengeluarkan sekret.
efektif.
2 DO: Gangguan
pertukaran gas
Dispnea saat Kontraksi spastis otot
melakukan aktivitas. polos bronkheolus.
Kulit kien terlihat
9
kemerahan atau ↓
sianosis.
Sukar bernafas.
Klien terlihat
bingung dan gelisah.
↓
DS:
Sesak nafas/dispnea,
nafas cepat dan dangkal.
Klien mengeluh
sesak nafas saat
↓
melakukan aktivitas.
Asupan O2 tidak adekuat.
Hipoksemia
CO2 me↑
Asidosis respiratorik.
Kerusakan pertukaran
gas.
3 DO: Ansietas
Kesukaran bernafas.
meningkat.
Ansietas
Klien terlihat
10
berkeringat.
Klien terlihat pucat
atau kemerahan.
Klien terlihat tremor.
DS:
Klien merasa
berdebar-debar.
Klien mengeluh
malas makan.
C. Diagnosa Keperawatan
(Berdasarkan SDKI)
1. Bersihan jalan nafas tak efektif b.d inflamasi trachea bronchial, pembentukan
edema, ditandai dengan dipsnea dan adanya secret.
2. Gangguan pertukaran gas b.d gangguan kapasitas pembawa oksigen darah
ditandai dengan sianosis.
3. Gangguan pola napas b.d peradangan ditandai dengan dispnea
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan Jalan nafas
efektif dengan kriteria:
11
1. Batuk efektif
2. Nafas normal
3. Bunyi nafas bersis
4. Sianosis
2 Auskultasi area paru, catat area penurunan aliran darah terjadi pada
penurunan 1 kali ada aliran udara area konsolidasi dengan cairan.
dan bunyi nafas
3 Biarkan teknik batuk efektif batuk adalah mekanisme pembersihan
jalan nafas alami untuk
mempertahankan jalan nafas paten.
12
Dx 2 :Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pembawa oksigen
darah, gangguan pengiriman oksigen ditandai dengan:
Dispnea, sianosis, takikardia, gelisah/perubahan mental, hipoksia, sianosis, sesak,
gelisah.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan pertukaran gas
kembali normal dengan kriteria hasil
1. pH arteri normal
2. Tidak terjadi sianosis
3. Akumulasi sputum tidak ada
4. RR normal
13
Dx3: Ketidakefektifan pola nafas b.d peradangan ditandai dengan dispnea
Intervensi Rasional
Management 1. Untuk memaksimalkan potensial
1. Posisikan pasien semi fowler ventilasi
2. Auskultasi suara nafas, catat hasil 2. Memonitor kepatenan jalan napas
penurunan daerah ventilasi atau 3. Memonitor respirasi dan
tidak adanya suara adventif keadekuatan oksigen
3. Monitor pernapasan dan status 4. Menjaga keadekuatan ventilasi
oksigen yang sesuai 5. Meningkatkan ventilasi dan asupan
4. Mempertahankan jalan napas paten oksigen
5. Kolaborasi dalam pemberian 6. Menjaga aliran oksigen mencukupi
oksigen terapi kebutuhan pasien
6. Monitor aliran oksigen 7. Monitor keadekuatan pernapasan
7. Monitor kecepatan, ritme, 8. Melihat apakah ada obstruksi di
kedalaman dan usaha pasien saat salah satu bronkus atau adanya
bernafas gangguan pada ventilasi
8. Catat pergerakan dada, simetris atau 9. Mengetahui adanya sumbatan pada
tidak, menggunakan otot bantu jalan napas
pernafasan 10. Memonitor keadaan pernapasan
9. Monitor suara nafas seperti snoring klien
10. Monitor pola nafas: bradypnea,
tachypnea, hiperventilasi, respirasi
kussmaul, respirasi cheyne-stokes
dll
14
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth ,(2001) Keperawatan Medikal Bedah . Ed 8. Jakarta : EGC
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jilid
I. Jakarta: Salemba Medika.
Tim PPNI. 2017. Stanadar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan
Pengurus Pusat
15