Proses Pembentukan Minyak Bumi

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 6

Proses Pembentukan Minyak Bumi

Nah kan kita sudah tahu mengenai teori pembentukan minyak bumi, sekarang kita tinggal
mengetahui gimana sih proses terbentuknya. Selain itu penjelasanya dilengkapi dengan gambar yang
sudah disediakan oleh sumber terpercaya kami.

1. Fotosintesa Ganggang

Gambar Proses Pembentukan Minyak Bumi Pertama Kali


Minyak bumi dibuat secara alami, pertama tama dihasilkan oleh ganggang yang berfotosintesa, kenapa
ganggang? Karena ganggang merupakan biota terpenting dalam menghasilkan minyak bumi,
sebenarnya tumbuhan tingkat tinggi bisa saja namun tumbuhan tersebut cenderung lebih menghasilkan
gas ketimbang minyak bumi.

2. Pembentukan Batuan Induk (Source Rock)

Gambar Proses Pembentukan Batuan Induk


Proses terjadinya minyak bumi selanjutnya ialah pembentukan batuan induk. Batuan induk ini
terbentuk karena ganggang yang sudah mati terendapkan di cekungan sedimen lalu membentuk Batuan
Induk, batuan induk merupakan batuan yang memiliki kandungan Carbon yang tinggi (High Total
Organic Carbon). Namun tidak sembarang cekungan bisa menjadi Batuan Induk, makanya proses ini
sangat spesifik.

3. Pengendapan Batuan Induk

Gambar Proses Pembentukan Hidrokarbon


Kemudian batuan induk tertimbun oleh batuan lain selama jutaan tahun, salah satu batuan yang
menimbun Batuan Induk ini adalah batuan sarang. Batu Sarang merupakan batu sarang ini umumnya
terbentuk dari batu gamping, pasir maupun batu vulkanik yang tertimbun bersama dan terdapat ruang
berpori.
Semakin lama, batuan lain akan menumpuk dan dasarnya akan semakin tertekan kedalam
sehingga suhunya akan semakin bertambah. Minyak terbentuk pada suhu antara 50 sampai 180
derajat Celsius. Tetapi puncak atau kematangan terbagus akan tercapai bila suhunya mencapat 100
derajat Celsius. Ketika suhu terus bertambah karena cekungan itu semakin turun dalam yang juga
diikuti penambahan batuan penimbun, maka suhu tinggi ini akan memasak karbon yang ada menjadi
gas.

4. Proses Akhir

Gambar Hydrocarbon Membentuk Minyak Bumi

Karbon terkena panas dan bereaksi dengan hidrogen membentuk hidrokarbon. Minyak yang
dihasilkan oleh batuan induk yang telah matang ini berupa minyak mentah. Walaupun berupa cairan,
ciri fisik minyak bumi mentah berbeda dengan air. Salah satunya yang terpenting adalah berat jenis dan
kekentalan. Kekentalan minyak bumi mentah lebih tinggi dari air, namun berat jenis minyak bumi
mentah lebih kecil dari air. Minyak bumi yang memiliki berat jenis lebih rendah dari air cenderung
akan pergi ke atas. Ketika minyak tertahan oleh sebuah bentuk batuan yang menyerupai mangkok
terbalik, maka minyak ini akan tertangkap dan siap ditambang.

PROSES PEMBENTUKAN GAS ALAM

Gas alam merupakan bahan bakar fosil yang tidak dapat diperbaharui, seperti minyak dan
batubara. Gas alam terbentuk dari proses pelapukan jasad renik (mikroorganime) yang terkubur di
bawah tanah berjuta-juta tahun lalu. Jasad renik yang mati lalu membusuk, makin lama makin
menumpuk kemudian tertutup oleh endapan dari
sungai atau bebatuan yang berasal dari pergerakan
bumi. Akibat adanya tekanan-tekanan tinggi selama
berjuta-buja tahun maka terbentuklah gas alam.

Gas alam terdapat pada pori-pori batuan


sedimen laut. Daerah bernaungnya gas alam
disebut antiklinal (cekungan). Pada cekungan bagian
atas terdapat gas bumi, bagian tengah berupa minyak
bumi, dan lapisan paling bawah cekungan berisi air.
PROSES PEMBENTUKAN BATU BARA
Terdapat dua tahapan proses pembentukan batubara, yakni proses penggambutan (peatification)
dan proses pembatubaraan (coalification). Pada proses penggambutan terjadi perubahan yang
disebabkan oleh makhluk hidup, atau disebut dengan proses biokimia, sedangkan pada proses
pembatubaraan prosesnya adalah bersifat geokimia.

Pada proses biokimia, sisa-sisa tumbuhan atau pohon-pohonan kuno yang tumbang itu
terakumulasi dan tersimpan dalam lingkungan bebas oksigen (anaerobik) di daerah rawa dengan sistem
drainase (drainage system) yang jelek, dimana material tersebut selalu terendam beberapa inchi di
bawah muka air rawa. Pada proses ini material tumbuhan akan mengalami pembusukan, tetapi tidak
terlapukan. Material yang terbusukkan akan melepaskan unsur-unsur hidrogen (H), Nitrogen (N),
Oksigen (O), dan Karbon (C) dalam bentuk senyawa-senyawa: CO2, H2O, dan NH3 untuk menjadi
humus. Selanjutnya bakteri-bakteri anaerobik serta fungi merubah material tadi menjadi gambut (peat).
(Susilawati, 1992 dalam Sunarijanto, 2008: 5).

Sedangkan pada proses pembatubaraan (coalification), terjadi proses diagenesis dari komponen-
komponen organik yang terdapat pada gambut. Peristiwa diagenesis ini menyebabkan naiknya
temperatur dalam gambut itu. Dengan semakin tebalnya timbunan tanah yang terbawa air, yang
menimbun material gambut tersebut, terjadi pula peningkatan tekanan. Kombinasi dari adanya proses
biokimia, proses kimia, dan proses fisika, yakni berupa tekanan oleh material penutup gambut itu,
dalam jangka waktu geologi yang panjang, gambut akan berubah menjadi batubara. Akibat dari proses
ini terjadi peningkatan persentase kandungan Karbon (C), sedangkan kandungan Hidrogen (H) dan
Oksigen (O) akan menjadi menurun, sehingga dihasilkan batubara dalam berbagai tingkat mutu
(Susilawati, 1992 dalam Sunarijanto, 2008: 5).

Secara berurutan, proses yang dilalui oleh endapan sisa-sisa tumbuhan sampai menjadi batubara
yang tertinggi kualitasnya adalah sebagai berikut:
1. Sisa-sisa tumbuhan mengalami proses biokimia berubah menjadi gambut (peat);
2. Gambut mengalami proses diagenesis berubah menjadi batubara muda (lignite) atau disebut juga
batubara coklat (brown coal);
3. Batubara muda (lignite atau brown coal) menerima tekanan dari tanah yang menutupinya dan
mengalami peningkatan suhu secara terus menerus dalam waktu jutaan tahun, akan berubah
menjadi batubara subbituminus (sub-bituminous coal);
4. Batubara subbituminus tetap mengalami peristiwa kimia dan fisika sebagai akibat dari semakin
tingginya tekanan dan temperatur dan dalam waktu yang semakin panjang, berubah menjadi
batubara bituminus (bitumninous coal);
5. Batubara bitumninus ini juga mengalami proses kimia dan fisika, sehingga batubara itu semakin
padat, kandungan karbon semakin tinggi, menyebabkan warna semakin hitam mengkilat. Dalam
fase ini terbentuk antrasit (anthracite);
6. Antrasit, juga mengalami peningkatan tekanan dan temperatur, berubah menjadi meta antrasit
(meta anthrasite);
7. Meta antrasit selanjutnya akan berubah menjadi grafit (graphite). Peristiwa perubahan atrasit
menjadi grafit disebut dengan penggrafitan (graphitization).
PROSES TERBENTUKNYA MINERAL
Mineral merupakan hasil akhir dari proses alam yang kompleks, dimana Karakteristik,
Lingkungan Geologi serta Mineral Asosiasinya merupakan tanda yang dapat menerangkan kondisi
sebenarnya dimana ia terbentuk dan kemungkinan terbentuknya pada masa yang akan dating.

Mineral didefinisikan sebagai bahan padat anorganik yang terdapat secara alamiah, terdiri dari
unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu, dimana atom-atom didalamnya tersusun mengikuti
suatu pola yang sistematis. Beberapa jenis mineral memiliki sifat dan bentuk tertentu dalam keadaan
padatnya, sebagai perwujudan dari susunan yang teratur didalamnya.
Adapun proses pembentukan mineral antara lain sebagai berikut:
a) Proses Magmatik
Proses ini merupakan proses pembentukan mineral dengan cara pemisahan magma, yang
diakibatkan oleh pendinginan dan penurunan temperature dan membentuk satu atau lebih jenis batuan
beku. Contoh: Platina, Timah, Intan, Tembaga.
b) Proses Pengendapan dan Pelapukan
Proses ini terjadi akibat perubahan sifat fisik dan kimia pada batuan penyusun kerak bumi
yang di akibatkan oleh proses atmosfer dan hidrosfer. Contoh: Kaolin.
c) Proses Hidrotermal
Merupakan proses pengendapan larutan sisa magma yang keluar melalui rekahan pada
temperatur yang cukup rendah. Contoh: Kuarsa, Klorit, Kalkosit.
d) Proses Pegmatit
Proses ini merupakan kelanjutan dari proses magmatik dimana larutan sisa magma akan
mengalami pendinginan atau penurunan temperatur. Contoh: Grapit, Kuarsa, Pirit.
e) Proses Karbonatit
Merupakan proses pembentukan batuan sedimen terutama yang disusun oleh mineral-mineral
karbonat. Contoh: Dolomit.
f) Skarn
Merupakan proses pembentukan mineral pada batuan samping dengan terjadinya kontak
antara batuan sumber dan batuan karbonat.
g) Sublimasi
Merupakan proses pembentukan mineral dan batuan yang terjadi akibat proses pemadatan
dari uap/gas yang berasal dari magma. Contoh: Sulfur.
PROSES TERBENTUKNYA EMAS
Jadi emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa
endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal, sedangkan
pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan endapan letakan (placer). Genesa emas dikatagorikan
menjadi dua yaitu:

– Endapan primer
– Endapan plaser.
– Proses ekstraksi emas
Amalgamasi adalah proses penyelaputan partikel emas oleh air raksa dan membentuk amalgam
(au – hg). Amalgam masih merupakan proses ekstraksi emas yang paling sederhana dan murah, akan
tetapi proses efektif untuk bijih emas yang berkadar tinggi dan mempunyai ukuran butir kasar (> 74
mikron) dan dalam membentuk emas murni yang bebas (free native gold).
Proses amalgamasi merupakan proses kimia fisika, apabila amalgamnya dipanaskan, maka akan
terurai menjadi elemen-elemen yaitu air raksa dan bullion emas. Amalgam dapat terurai dengan
pemanasan di dalam sebuah retort, air raksanya akan menguap dan dapat diperoleh kembali dari
kondensasi uap air raksa tersebut. Sementara au-ag tetap tertinggal di dalam retort sebagai logam.
Proses sianidasi terdiri dari dua tahap penting, yaitu proses pelarutan dan proses pemisahan
emas dari larutannya. Pelarut yang biasa digunakan dalam proses cyanidasi adalah nacn, kcn, ca(cn)2,
atau campuran ketiganya. Pelarut yang paling sering digunakan adalah nacn, karena mampu melarutkan
emas lebih baik dari pelarut lainnya. Secara umum reaksi pelarutan au dan ag adalah sebagai berikut:

4au + 8cn- + o2 + 2 h2o = 4au(cn)2- + 4oh-


4ag + 8cn- + o2 + 2 h2o = 4ag(cn)2- + 4oh-
Pada tahap kedua yakni pemisahan logam emas dari larutannya dilakukan dengan pengendapan
dengan menggunakan serbuk zn (zinc precipitation). Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
2 zn + 2 naau(cn)2 + 4 nacn +2 h2o = 2 au + 2 naoh + 2 na2zn(cn)4 + h2
2 zn + 2 naag(cn)2 + 4 nacn +2 h2o = 2 ag + 2 naoh + 2 na2zn(cn)4 + h2
Penggunaan serbuk zn merupakan salah satu cara yang efektif untuk larutan yang mengandung
konsentrasi emas kecil. Serbuk zn yang ditambahkan kedalam larutan akan mengendapkan logam emas
dan perak. Prinsip pengendapan ini mendasarkan deret clenel, yang disusun berdasarkan perbedaan
urutan aktivitas elektro kimia dari logam-logam dalam larutan cyanide, yaitu mg, al, zn, cu, au, ag, hg,
pb, fe, pt.
Setiap logam yang berada disebelah kiri dari ikatan kompleks sianidanya dapat mengendapkan
logam yang digantikannya. Jadi sebenarnya tidak hanya zn yang dapat mendesak au dan ag, tetapi cu
maupun al dapat juga dipakai, tetapi karena harganya lebih mahal maka lebih baik menggunakan zn.
Proses pengambilan emas-perak dari larutan kaya dengan menggunakan serbuk zn ini disebut “proses
merill crowe”.
PROSES TERBENTUKNYA INTAN
Intan termasuk dalam kelompok bahan galian yang terbentuk secara alami di kedalaman tertentu
dari permukaan bumi, termasuk dalam kelompok mineral Carbon sebagai mineral utama penyusun
intan (diamond).
Mineral Carbon terdapat di alam dengan 3 bentuk dasar, yaitu sebagai :
1. Diamond (Intan)- Sangat Keras, dengan kristal (berwarna) jernih
2. Graphite- Lunak, berwarna hitam, tersusun dari (unsur) carbon murni, struktur molekulernya tidak
padat sekuat diamond (intan), hal tersebutlah yang menjadikan graphite lebih lunak
dibandingkan diamond.
3. Fullerite, merupakan mineral yang terbuat dari molekul yang berbentuk bulat sempurna yang
tersusun dari 60 atom Carbon
Intan terbentuk pada kedalaman 100 mil (161 Km) di bawah permukaan bumi, pada batuan yang
cair pada bagian mantel bumi yang memiliki temperature dan tekanan tertentu yang memungkinkan
untuk merubah (mineral) carbon menjadi intan

Kebanyakan intan yang kita temukan sekarang merupakan hasil


pembentukan proses jutaan-milyar tahun yang lalu, erupsi magma
yang sangat kuat membawa intan-intan tersebut ke permukaan,
membentuk pipa kimberlite, penamaan kimberlite berasal dari
penemuan pertama pipa tempat intan berada tersebut di daerah
Kimberley, Afrika Selatan.

Intan juga dapat ditemukan di dasar sungai sebagai endapan


yang kita sebut sebagai endapan intan alluvial, pada dasarnya
intan type alluvial juga berasal dari pipa Kimberlite purba
yang kemudian mengalami proses geologi lanjutan berupa
pengangkutan oleh air atau glacier yang berlangsung pada
jutaan-milyar tahun yang lalu, sehingga intan-intan yang
berasal dari pipa kimberlite tersebut terbawa bermil-mil
jauhnya dari tempat asalnya dan kemudian terendapkan di
dasar sungai.

Intan ditemukan di alam dalam bentuk batu yang masih kasar,


sehingga harus melalui beberapa proses terlebih dahulu agar
tercipta sebagai perhiasan yang berkilau untuk kemudian
menjadi barang yang komersil.

You might also like