Proses Pembentukan Minyak Bumi
Proses Pembentukan Minyak Bumi
Proses Pembentukan Minyak Bumi
Nah kan kita sudah tahu mengenai teori pembentukan minyak bumi, sekarang kita tinggal
mengetahui gimana sih proses terbentuknya. Selain itu penjelasanya dilengkapi dengan gambar yang
sudah disediakan oleh sumber terpercaya kami.
1. Fotosintesa Ganggang
4. Proses Akhir
Karbon terkena panas dan bereaksi dengan hidrogen membentuk hidrokarbon. Minyak yang
dihasilkan oleh batuan induk yang telah matang ini berupa minyak mentah. Walaupun berupa cairan,
ciri fisik minyak bumi mentah berbeda dengan air. Salah satunya yang terpenting adalah berat jenis dan
kekentalan. Kekentalan minyak bumi mentah lebih tinggi dari air, namun berat jenis minyak bumi
mentah lebih kecil dari air. Minyak bumi yang memiliki berat jenis lebih rendah dari air cenderung
akan pergi ke atas. Ketika minyak tertahan oleh sebuah bentuk batuan yang menyerupai mangkok
terbalik, maka minyak ini akan tertangkap dan siap ditambang.
Gas alam merupakan bahan bakar fosil yang tidak dapat diperbaharui, seperti minyak dan
batubara. Gas alam terbentuk dari proses pelapukan jasad renik (mikroorganime) yang terkubur di
bawah tanah berjuta-juta tahun lalu. Jasad renik yang mati lalu membusuk, makin lama makin
menumpuk kemudian tertutup oleh endapan dari
sungai atau bebatuan yang berasal dari pergerakan
bumi. Akibat adanya tekanan-tekanan tinggi selama
berjuta-buja tahun maka terbentuklah gas alam.
Pada proses biokimia, sisa-sisa tumbuhan atau pohon-pohonan kuno yang tumbang itu
terakumulasi dan tersimpan dalam lingkungan bebas oksigen (anaerobik) di daerah rawa dengan sistem
drainase (drainage system) yang jelek, dimana material tersebut selalu terendam beberapa inchi di
bawah muka air rawa. Pada proses ini material tumbuhan akan mengalami pembusukan, tetapi tidak
terlapukan. Material yang terbusukkan akan melepaskan unsur-unsur hidrogen (H), Nitrogen (N),
Oksigen (O), dan Karbon (C) dalam bentuk senyawa-senyawa: CO2, H2O, dan NH3 untuk menjadi
humus. Selanjutnya bakteri-bakteri anaerobik serta fungi merubah material tadi menjadi gambut (peat).
(Susilawati, 1992 dalam Sunarijanto, 2008: 5).
Sedangkan pada proses pembatubaraan (coalification), terjadi proses diagenesis dari komponen-
komponen organik yang terdapat pada gambut. Peristiwa diagenesis ini menyebabkan naiknya
temperatur dalam gambut itu. Dengan semakin tebalnya timbunan tanah yang terbawa air, yang
menimbun material gambut tersebut, terjadi pula peningkatan tekanan. Kombinasi dari adanya proses
biokimia, proses kimia, dan proses fisika, yakni berupa tekanan oleh material penutup gambut itu,
dalam jangka waktu geologi yang panjang, gambut akan berubah menjadi batubara. Akibat dari proses
ini terjadi peningkatan persentase kandungan Karbon (C), sedangkan kandungan Hidrogen (H) dan
Oksigen (O) akan menjadi menurun, sehingga dihasilkan batubara dalam berbagai tingkat mutu
(Susilawati, 1992 dalam Sunarijanto, 2008: 5).
Secara berurutan, proses yang dilalui oleh endapan sisa-sisa tumbuhan sampai menjadi batubara
yang tertinggi kualitasnya adalah sebagai berikut:
1. Sisa-sisa tumbuhan mengalami proses biokimia berubah menjadi gambut (peat);
2. Gambut mengalami proses diagenesis berubah menjadi batubara muda (lignite) atau disebut juga
batubara coklat (brown coal);
3. Batubara muda (lignite atau brown coal) menerima tekanan dari tanah yang menutupinya dan
mengalami peningkatan suhu secara terus menerus dalam waktu jutaan tahun, akan berubah
menjadi batubara subbituminus (sub-bituminous coal);
4. Batubara subbituminus tetap mengalami peristiwa kimia dan fisika sebagai akibat dari semakin
tingginya tekanan dan temperatur dan dalam waktu yang semakin panjang, berubah menjadi
batubara bituminus (bitumninous coal);
5. Batubara bitumninus ini juga mengalami proses kimia dan fisika, sehingga batubara itu semakin
padat, kandungan karbon semakin tinggi, menyebabkan warna semakin hitam mengkilat. Dalam
fase ini terbentuk antrasit (anthracite);
6. Antrasit, juga mengalami peningkatan tekanan dan temperatur, berubah menjadi meta antrasit
(meta anthrasite);
7. Meta antrasit selanjutnya akan berubah menjadi grafit (graphite). Peristiwa perubahan atrasit
menjadi grafit disebut dengan penggrafitan (graphitization).
PROSES TERBENTUKNYA MINERAL
Mineral merupakan hasil akhir dari proses alam yang kompleks, dimana Karakteristik,
Lingkungan Geologi serta Mineral Asosiasinya merupakan tanda yang dapat menerangkan kondisi
sebenarnya dimana ia terbentuk dan kemungkinan terbentuknya pada masa yang akan dating.
Mineral didefinisikan sebagai bahan padat anorganik yang terdapat secara alamiah, terdiri dari
unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu, dimana atom-atom didalamnya tersusun mengikuti
suatu pola yang sistematis. Beberapa jenis mineral memiliki sifat dan bentuk tertentu dalam keadaan
padatnya, sebagai perwujudan dari susunan yang teratur didalamnya.
Adapun proses pembentukan mineral antara lain sebagai berikut:
a) Proses Magmatik
Proses ini merupakan proses pembentukan mineral dengan cara pemisahan magma, yang
diakibatkan oleh pendinginan dan penurunan temperature dan membentuk satu atau lebih jenis batuan
beku. Contoh: Platina, Timah, Intan, Tembaga.
b) Proses Pengendapan dan Pelapukan
Proses ini terjadi akibat perubahan sifat fisik dan kimia pada batuan penyusun kerak bumi
yang di akibatkan oleh proses atmosfer dan hidrosfer. Contoh: Kaolin.
c) Proses Hidrotermal
Merupakan proses pengendapan larutan sisa magma yang keluar melalui rekahan pada
temperatur yang cukup rendah. Contoh: Kuarsa, Klorit, Kalkosit.
d) Proses Pegmatit
Proses ini merupakan kelanjutan dari proses magmatik dimana larutan sisa magma akan
mengalami pendinginan atau penurunan temperatur. Contoh: Grapit, Kuarsa, Pirit.
e) Proses Karbonatit
Merupakan proses pembentukan batuan sedimen terutama yang disusun oleh mineral-mineral
karbonat. Contoh: Dolomit.
f) Skarn
Merupakan proses pembentukan mineral pada batuan samping dengan terjadinya kontak
antara batuan sumber dan batuan karbonat.
g) Sublimasi
Merupakan proses pembentukan mineral dan batuan yang terjadi akibat proses pemadatan
dari uap/gas yang berasal dari magma. Contoh: Sulfur.
PROSES TERBENTUKNYA EMAS
Jadi emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa
endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal, sedangkan
pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan endapan letakan (placer). Genesa emas dikatagorikan
menjadi dua yaitu:
– Endapan primer
– Endapan plaser.
– Proses ekstraksi emas
Amalgamasi adalah proses penyelaputan partikel emas oleh air raksa dan membentuk amalgam
(au – hg). Amalgam masih merupakan proses ekstraksi emas yang paling sederhana dan murah, akan
tetapi proses efektif untuk bijih emas yang berkadar tinggi dan mempunyai ukuran butir kasar (> 74
mikron) dan dalam membentuk emas murni yang bebas (free native gold).
Proses amalgamasi merupakan proses kimia fisika, apabila amalgamnya dipanaskan, maka akan
terurai menjadi elemen-elemen yaitu air raksa dan bullion emas. Amalgam dapat terurai dengan
pemanasan di dalam sebuah retort, air raksanya akan menguap dan dapat diperoleh kembali dari
kondensasi uap air raksa tersebut. Sementara au-ag tetap tertinggal di dalam retort sebagai logam.
Proses sianidasi terdiri dari dua tahap penting, yaitu proses pelarutan dan proses pemisahan
emas dari larutannya. Pelarut yang biasa digunakan dalam proses cyanidasi adalah nacn, kcn, ca(cn)2,
atau campuran ketiganya. Pelarut yang paling sering digunakan adalah nacn, karena mampu melarutkan
emas lebih baik dari pelarut lainnya. Secara umum reaksi pelarutan au dan ag adalah sebagai berikut: