Bab Ii
Bab Ii
Bab Ii
PEMBAHASAN
Contoh obat :
a. Difenhindramin HCl
b. Dimenhidrinat
Contoh obat :
b. Famotidin
Efek samping femotidin biasanya ringan dan jarang terjadi,
misalnya sakit kepala, pusing, konstipasi dan diare. Seperti halnya
dengan ranitidin famotidin nampaknya lebih baik dari simetidin
karena tidak menimbulkan efek antiandrogenik.
c. Nizatidin
Efek samping Nizatidin umumnya jarang menimbulkan efek
samping. Efek samping ringan saluran cerna dapat terjadi. Peningkatan
kadar asam urat dan transminase serum ditemukan pada beberapa pasien
yang nampaknya tidak menimbulkan gejala klinik yang bermakna. Seperti
halnya dengan AH2 lainnya, potensi nizatidin untuk menimbulkan
hepatotoksisitas rendah . nizatidin tidak mempunyai efek antiandrogenik.
Nizatidin dapat menghambat alcohol dehidrogenase pada mukosa
lambung dan menyebabkan kadar alcohol yang lebih tinggi dalam kadar
serum. Nizatidin tidak menghambat system P450. Pada sukarelawan sehat
tidak dilaporkan terjadinya interkasi obat bila nizatidin diberikan bersama
teofilin, lidokain, warfarin, klordiazepoksid, diazepam, atau lorazepam.
Penggunanan bersama antacid tidak menurunkan absorbs nizatidin secara
bermakna. Ketokonazol yang membutuhkan pH asam menjadi kurang
efektif bila pH lambung lebih tinggi pada pasien yang mendapat AH2.
Contoh Obat :
2.4. Indikasi
Antihistamin generasi pertama di-approve untuk mengatasi
hipersensitifitas, reaksi tipe I yang mencakup rhinitis alergi musiman atau
tahunan, rhinitis vasomotor, alergi konjunktivitas, dan urtikaria. Agen ini
juga bisa digunakan sebagai terapi anafilaksis adjuvan. Difenhidramin,
hidroksizin, dan prometazin memiliki indikasi lain disamping untuk
reaksi alergi. Difenhidramin digunakan sebagai antitusif, sleep aid, anti-
parkinsonism atau motion sickness. Hidroksizin bisa digunakan sebagai
pre-medikasi atau sesudah anestesi umum, analgesik adjuvan pada pre-
operasi atau prepartum, dan sebagai anti-emetik. Prometazin digunakan
untuk motion sickness, pre- dan postoperative atau obstetric
2.5. Kontraindikasi
Antihistamin generasi pertama: hipersensitif terhadap antihistamin
khusus atau terkait secara struktural, bayi baru lahir atau premature, ibu
menyusui, narrow-angle glaucoma, stenosing peptic ulcer, hipertropi
prostat simptomatik, bladder neck obstruction, penyumbatan
pyloroduodenal, gejala saluran napas atas (termasuk asma), pasien yang
menggunakan monoamine oxidase inhibitor (MAOI), dan pasien tua.
Antihistamin generasi kedua dan ketiga : hipersensitif terhadap
antihistamin khusus atau terkait secara struktural.