Formulasi Dan Optimasi Basis Krim Tipe A/M Dan Aktivitas Antioksidan Daun Cempedak (Artocarpus Champeden Spreng)
Formulasi Dan Optimasi Basis Krim Tipe A/M Dan Aktivitas Antioksidan Daun Cempedak (Artocarpus Champeden Spreng)
Formulasi Dan Optimasi Basis Krim Tipe A/M Dan Aktivitas Antioksidan Daun Cempedak (Artocarpus Champeden Spreng)
1
Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Kefarmasian “Farmaka Tropis”,
Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda
*Email : [email protected]
ABSTRACT
ABSTRAK
Krim adalah sediaan semipadat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang
terlarut atau terdispersikan baik dalam emulsi tipe minyak dalam air (M/A) atau air
dalam minyak (A/M). Daun cempedak (Artocarpus champeden Spreng) memiliki
aktivitas antioksidan karena mengandung senyawa flavonoid sebesar 75 % dari
senyawa yang terisolasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan formula
terbaik dari basis krim dengan memvariasikan konsentrasi Trietanolamin yaitu
0,5%, 1%, 1,5% dan 2% serta untuk mengetahui aktivitas antioksidan daun
cempedak terhadap radikal bebas. Optimasi dilakukan dengan menguji stabilitas
fisik basis krim meliputi organoleptis, pH, daya sebar, viskositas, tipe emulsi, dan
PENDAHULUAN
Krim adalah sediaan semipadat yang mengandung satu atau lebih bahan
obat yang terlarut atau terdispersikan baik dalam emulsi tipe minyak dalam air
(M/A) atau air dalam minyak (A/M) [1]. Krim umumnya lembut, berupa massa
emulsi dari partikel yang dipadatkan dalam media cair, tidak membentuk lapisan
film yang oklusif pada kulit. Krim mengandung lipid dan pelembab lain yang dapat
menggantikan zat yang hilang dari kulit [2].
Cempedak merupakan salah satu jenis tanaman asli Indonesia. Produksinya
tidak diketahui dengan pasti dan relatif terbatas karena penyebarannya juga
terbatas. Tanaman ini hanya tumbuh di daerah yang bercurah hujan cukup besar.
Tanaman cempedak umumnya hanya diusahakan sebagai tanaman pekarangan [3].
Daun cempedak memiliki kandungan senyawa triterpenoid, steroid, tanin, senyawa
fenolik, dan flavonoid [4].
Metode 1,1- Difenil- 2 - Pikrilhidrazi (DPPH) adalah pengujian dekolorisasi
yang mengukur kapasitas antioksidan yang bereaksi langsung dengan radikal DPPH
dengan memantau penurunan absorbansi pada panjang gelombang 517 nm yang
dihasilkan dari reduksi oleh antioksidan atau reaksi dengan radikal spesies.
Kelebihan metode DPPH adalah sederhana, mudah, cepat, peka, serta memerlukan
sampel yang sedikit [5].
METODE PENELITIAN
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun cempedak,
metanol, DPPH, n-heksan, etil asetat, asam stearat, trietanolamin, vaselin,
propilenglikol, metil paraben, propil paraben, BHT, dan aquades.
Peralatan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat gelas, alat kaca, batang
pengaduk, cawan porselin, hot plate, timbangan analitik, mikropipet 100 - 1000
μL, pipet tetes, vortex, labu takar gelap, tabung reaksi bertutup, rak tabung, rotary
evaporator, spatel logam, corong pisah, statif dan klem, mixer, oven, kulkas,
Spektrofotometer UV-Vis, pH meter dan Viskometer.
c. Pengukuran λ maks
Dimasukkan 2 mL larutan DPPH 40 ppm ke dalam tabung reaksi gelap
bertutup. Ditambahkan 2 mL metanol. Dihomogenkan dengan vortex. Kemudian
diukur λ maks dengan panjang gelombang 400-600 nm. Didapatkan λ maks dan
absorbansi blanko.
Pembuatan sediaan krim dilakukan dengan melebur fase minyak yaitu asam
stearat, vaselin, propil paraben dan BHT di atas penangas air dengan suhu 70 ºC.
Dilarutkan metil paraben dalam propilenglikol kemudian ditambahkan air dan
dipanaskan hingga suhu 80 ºC kemudian ditunggu hingga suhu turun ditambahkan
trietanolamin. Dimasukkan fase minyak ke dalam lumpang panas kemudian
ditambahkan fase air dan dimixer hingga terbentuk massa krim.
Optimasi Basis
Uji Homogenitas
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan mikroskop, kaca preparat dan
kaca objek. Pengujian dilakukan dengan cara menimbang sejumlah krim. Krim
tersebut dioleskan pada kaca objek dan ditutup dengan kaca preparat kemudian
diamati jika terjadi penggumpalan atau pemisahan.
Uji pH
Pengukuran pH basis krim menggunakan pH meter. pH meter dikalibrasi
menggunakan larutan pH 4 dan pH 7. Kemudian diukur pH basis.
Uji Viskositas
Pengujian viskositas basis krim menggunakan viskometer Rheosys Cone
and Plate dengan kecepatan 5 rpm.
A. Optimasi Basis
Pengujian stabilitas basis krim bertujuan untuk mengamati kestabilan basis
krim terhadap suhu penyimpanan. Metode yang digunakan adalah metode Freez
and Thaw, metode ini terdiri dari satu rentang waktu penyimpanan pada suhu 4°C
dan satu rentang waktu penyimpanan pada suhu 40°C, dilanjutkan selama sediaan
masih baik secara fisik. Sediaan dikatakan stabil jika setelah melewati 6 siklus tidak
terjadi perubahan [6].
Hasil yang didapatkan berdasarkan pengamatan organoleptis adalah basis
berwarna putih, berbentuk semi padat, dan berbau khas bahan, serta basis krim tidak
mengalami penggumpalan setelah penyimpanan selama 6 siklus. Kesimpulannya
basis krim stabil berdasarkan uji organoleptis dan homogenitas terhadap
penyimpanan pada suhu 4˚C dan 40˚C.
Pengujian daya sebar bertujuan untuk mengetahui kemampuan krim untuk
menyebar di kulit. Daya sebar basis krim diukur menggunakan beban 10 g, 20 g,
50 g, 100 g dan 200 g. Standar daya sebar sediaan krim berkisar 5-7 cm.
Berdasarkan hasil yang didapatkan daya sebar yang terbaik adalah daya sebar
formula IV yaitu 8,73 cm (Lihat Tabel 2). Semakin besar daya sebar basis krim
maka konsistensinya semakin encer.
KESIMPULAN
1. Hasil uji optimasi basis diperoleh formula yang memenuhi standar optimal
untuk berbagai parameter uji adalah formula IV.
2. Ekstrak etil asetat daun cempedak (Artocarpus champeden Spreng) memiliki
aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 sebesar 4,282 ppm.