Odncan Cosr: Methid
Odncan Cosr: Methid
M. Yuwana Marluka
Dosen Fakultas Ekonpmi Unpar
Abstract
The phenomenal growth of global tourism has immediate and far
reaching consequences for the natural and cultural herltage, as it directly
llnks tourism activitias with low impact use of the natural resources,
anvironmental conseruation and sustainable economic activitles. One
among many terms given to this form of tourism is ecotourism sectors.
The rapidly growing ecotourism movement for coastal zone of tourism
attraction, in this case Just like the ecotourism in the Kepulauan Seqibu,
Jakarta Utara area natural green sea turtle conseruation, eoral reef and
sandy coastal scenery, fishing community, and others various natural
potentials, can be beneficial to aftract domestic lourists as well as
international tourists. The travel cost method can use to estimate
economic use values associated with ecosystems or sifes tftat are used
for recreation such Kepulauan Seribu Area. The method can 8e used to
estimate the economic benefits or costs resulting from: 1) chqnges in
access cosfs for a recreational site, 2) elimtination of an exisfrng
recreational site, 3) addition of a new recreational site, and 4) changeq in
environmental quality at a recreational site. The basic premise of the travel
cost inethod is that the time and travel cost expenses that people incur to
visit a site represent the "price" of access to the site. Thus, peoples'
willingness to pay to visit the site can be estimated based on the number
of trips that they make at different travel costs, This is analogous to
estimating peoples'willingness to pay for a marketed good based on the
quantiu demanded at different prices. This section continues with
example applications of the travel cost method to analyze the ecotourlsm
in the Kepulauan Seribu area, lollowed by a more complete technical
description of the method and its advantages and limitations.
Tuluan Studi
Tujuan dari studi ini adalah untuk mempelajari fenomena yang berkaitan
dengan berbagai profil dan aktifitas wisata di kawasan Kepulauan Seribu,
Kabupaten Kepulauan Seribu, dengan harapan hasilnya dapat dijadikan
masukan dan arah bagi pengembangan kawasan wisata Kepulauan
Seribu, dan untuk menemukan indikasi-indikasi program kegiatan yang
mungking bisa dikembangkan, serta rekomendasi mengenai langkah
strategis dalam upaya pengembangan kawasan wisata Kepulauan Seribu
baik dari segi pemanfaatan potensi industri pariwisata maupun aspek
keberlanjutan ekologisnya secara lebih terpadu.
Untuk mengelola sumber daya alam Kawasan Ekowisata Kepulauan
Seribu yang dapat ditinjau sebagai barang publik, yang mempunyai
berbagai daya tarik (attractions) alami.
ProfilWlsatawan
Wisatawan Nusantara (Wisnus) yang datang ke kawasan Kepulauan
Seribu umumnya sebagian besar berasal dari daerah dekat kawasan
wisata tersebut, yang berasal dari .luar terbanyak berasal dari Jakarta dan
ekspatriat yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya. Kunjungan semakin
menipgkat, terutama perjalanan remaja dan keluarga. Wisatawan
Mancanegara (Wisman) berasal dari beberapa negara tetangga di benua
Asia dan Australia, golongan terbesar Wisman ini adalah berasal dari
negara Australia dan Selandia Baru, serta beberapa dari Perancis, Jerman,
Brasilia, dan Belanda, hingga ada kecenderungan meningkatnya Wisman
dari Asia Timur yaitu Jepang dan Korea.
Bina Ekonomi Majalah llmiah Fakultas Ekonomi Unpar 85
Penyu- Hijau
Penyu yang sedang bertelur merupakan obyek wisata yang pdting
menarik di kawasan Kepulauan Seribu, permasalahannya adalah waktu
, keluarnya penyu dari laut sampai dengan bertelur (di pasir pantai) sampai
saat ini tidak dapat dikendalikan oleh manusia terutama pengelola
kawasan. Penyu-penyu tersebut.hanya mau naik ke pantai apabila pantai
dalam keadaan gelap dan sunyi, dan biasanya hal ini terjadi pada sekitar
tengah malam. Kondisi ini membuat pengelola kawasan tempat penyu
bertelur seiing-sering menghalangi orang/pengunjung akan menganggu
penyu yang mau bertelur. Tampaknya pihak pengelola maupun Pemda
sendiri masih belum memberikan ketegasan, apakah penyu di desa
Pangumbahan ini siap atau tidak untuk dijadikan obyek wisata.
Penyu merupakan jenis reptilia yang hidup di perairan laut.
Selanjutnya dari 7 (tujuh) jenis penyu di dunia 6 (enam) diantaranya
terdapat di lndonesia (Halim dan Dermawan, 1999). Keenam jenis penyu
tersebut adalah : (1) penyu sisik (Eretmochelys imbricata), (21 penyu
fekang (Lepidochelys olivacea), (3) penyu belimbing (Dermocelys
coriacea), (4) penyu hijau (Chelonia mydasl, (5) penyu tempayan (Caretta
caretta) dan (6) penyu pipih (Natator depresus). Dalam pandangan
internasional, semua jenis penyu dianggap langka (endengereo) dalam
Red Data Book-lUCN. Binatang penyu ini memiliki sebaran yang sangat
luas. dan bermigrasi hingga ratusan bahkan ribuan kilometer dari tempat
berbiaknya. Pantai Pulau Sepa, Pulau Kotok dan Pulau Pramuka
merupakan salah satu tempat peneluran yang paling penting. Menurut
Hirth, H.F (1971) sebagian besar kehidupan penyu dihabiskan di laut untuk
mencari makan, beruaya dan kawin. Setelah tiba saatnya bertelur penyu
betina akan mencari pantai berpasir untuk bertelur. Halliday et.al. (1986)
menyatakan bahwa daerah peneluran penyu ini biasanya tidak jauh dari
perairan laut yang menyediakan rumput laut. Rata-rata penyu hijau bertelur
sebanyak 106 butir setiap kali mendarat ke pantai (Sub Balai KSDA Jatim
ll. 1990). Secara alami telur yang ditinggalkan induk penyu dalam
gundukan pasir pantai akan menetas. Oleh Nuitja, N.S (1981) dilaporkan
bahwa prosentase penetasan telur penyu x,90 %. Setelah menjadi anakan
(tukik) maka secara naluriah akan pergi ke arah laut. Mula-mula sesaat
tukik akan berada di perairan laut dekat pantai kemudian berkelana ke laut
lepas. Perjalanan tukik di laut tidak diketahui lagi. Para ahli menyebut
sebagai "tahun yang hilang" (Carr, A. 1967; Frick. 1976 dalam Carr,A.
1980). Ancaman terhadap telur penyu adalah pemungutan telur di lokasi
peneluran dan pemangsaan predator seperti biawak, babi hutan, macan
tutul, elang, ikan besar pada tingkat telur hingga anakan (tukik)
(Triwibowo. 1990). Hanya 1 s/d 3 % anakan yang mampu mencapaitingkat
dewasa (Enrenfeld, D.W. 1974). Tingkat kematian anakan penyu menuju
dewasa sangat tinggi, diasumsikan hanya sebutir sampai dengan tiga butir
telur yang bertahan hidup dari 100 butir yang dihasilkan seekor induk
penyu.
Ekosistem lainnya
Yang terdapat di lokasi adalah:(1) Ekosistem Estuaria = perairan
yang semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut, sehingga air laut
dengan salinitas yang tinggi dapat bercampur dengan air tawar (Saptarini
et. al, 1995), (2) Ekosistem MangroVe = disebut sebagai hutan bakau,
hutan payau atau hutan pasang surut, merupakan suatu ekosistem
peralihan antara darat dan laut (Anonim, 1997), (3) Ekosistem Padang
Lamun (seagrass beds) = ffi€fupdkan galah satu ekosistem yang terletak di
daerah pesisir atau perairan laut dangkal (Supriharyono, 2000), (4)
Bina Ekonomi Majalah llmiah Fakultas Ekonomi Unpar 87
t
J,
Transportasi
Kepualaun Seribu dapat dicapai dari Marina Ancol atau Pelabuhan
Sunda Kelapa Jakarta Utara dengan kapal cepat atau kapal nelayan. Bila
menggunakan kapal cepat maka perlu waktu satu setengah jam.
Sedangkan bila menggunakan kapal nelayanan membutuhkan waktu 3-
4jam. Fasilitas di Pulau-pulau resrot seperti P. Matahari, Pulau Sepa, Pulau
Kotok sudah sangat lengkap dan teratur. Dengan kata lain, fasilitas sampai
dengan Kepulauan Seribu dapat dikatakan layak; Yang rnasih banyak
dipersoalkan oleh pengunjung, terutama pengunjung yang menginap,
adalah sarana transport lokalnya ada di Pulau Panjang dan Pulau Pram0ka
dengan menggunakan becak. Kondisijalan dari pusat penginapan menuiu
pusat keramaian Kepulauan Seribu (pelabuhan) serta menuju pantai
hampir tidak ada jarak yang jauh. Karena semua akses jalan ada di
sepanjang pantai.
Willingness To Pay
Menurut Munasinghe (1993) konsep dasar dalam penilaian ekonomi
yang mendasari semua teknik adalah kesediaan membayar dari individu
untuk jasa-jasa lingkungan atau sumberdaya. Sehingga teknik penilaian
manfaat tersebut, didasarkan pada kesediaan konsumen membayar
perbaikan atau kesediaan menerima kompensasi dengan adanya
kemunduran kualitas lingkungan dalam sistem alami serta kualitas
lingkungan sekitar (Hufschmidt et a1.,1987). Lebih lanjut Pearce dan Moran
(1994) menyebutkan tentang kesediaan membayar atau kesediaan
menerima merefleksikan preferensi individu, kesediaan membayar dan
kesediaan menerima adalah 'bahan mentah'dalam penilaian ekonomi.
Sehingga Willingness To Pay menjadi salah satu dari berbagai
macam teknik penilaian dapat digunakan untuk mengkuantifikasikan
konsep dari nilai. Secara ringkas, dapat digambarkan kesediaan membayar
dari rumah tangga ke i untuk perubahan dari kondisi lingkungan awal (Qo)
menjadi kondisi lingkungan yang lebih baik (Q1) dapat disajikan dalam
bentuk fungsi, yaitu : WTP|= f(Ql - Qo, Pown,i, Psub,i, Si, )
Keterangan :
Surplus Konsumen
Kesediaan membayar berada di area di bawah kurva permintaan
(Munangsihe, 1993). Yaitu dengan mengurangkan biaya suatu barang bagi
konsumen (O Pz E Qz) dari total kurva permintaan, nilai surplus konsumen
ditunjukan sebagai bidang segitiga P1 E P2 (Samuelson dan Nordhaus,
1990) dan merupakan ukuran kemauan membayar di atas pengeluaran kas
untuk konsumsi (Hufschmidt et al., 1987). Surplus konsumen merupakan
perbedaan antara jumlah yang dibayarkan oleh pembeli untuk suatu produk
dan kesediaan untuk membayar (Samuelson dan Nordhaus, 1990;
Pomeroy, 1992).
Price
Producer
Surplus
70.00%
60.009t
50.00%
40.00t6
30.00t6
20.00%
| 0.00%
'.'ri:ili
0.00%
Klb.
Lokal (!€kltrr JiEtt (Bogor, Lurr JsBrr (Jrt!rlr, Lusr Nrg€rl
Sul.bumi) t: . Brndung, dll) dlll
- Dra?.h Aa.l Pangunlung
K%
94 Volume 11, Nomor 2, Aguslus 2007
Karakteristik responden berikutnya yang perlu diketahui adalah
tentang jenis pekerjaan pengunjung, adapun gambaran ringkas tentang
karakteristik jenis pekerjaan pengunjung tersebut dapat dilihat dari diagram
yang disajikan berikut :
I KrD. I antenng av Lr.0aa {tt6tJa. t55,5q J.@,W l.aJu,w t,ofu,w ITLOOO tz ttrw
66 83.686 0,7887 2.n8,N 6,794t@ 1.789,.00 1.36{r,00 ,60.526 13 ,l{),m 1,62
7 Kod,Tanierani 1
Jkt Utars (1 )
t Jakarta Utara 71 1 5.1.51,1 0,4789 5.@O,(x) ,1.000,@ 750,00 9.750,00 262.500 t2 22,50 13,20
E Jkt Tlmur (2) 38 228.888 0,1660 5.996,,o 6.208,00 5.210,00 17.111,@ 454.736 1a &,4 3,30
9 Lrln.bln 20 152.156 0,1 312 6.571,4 1.176,@ t.7@,00 11.71/,,@ 17E.572 16 37,70 6,93
Kesimpulan
Dengan Metode Traveil Gosf 'diharapkan dapat diketahui keinginan
individu uptuk membayar bagi kepentingan lingkungan, pelestarian dan
perbaikan saja, dan kompensasi dari kerugian. Kemudian perhitungan
moneter ini dapat menjadi pendukung kualitas lingkungan. Dan selanjutnya
dapat membandingkan dalam berbagai alternatif lainnya terutama dalam
pemanfaatan dana.
Dari contoh hasil perhitungan diperoleh rata-rata kesediaan
berkorban adalah Rp. 50.641 ,12 per 1000 penduduk atau sebesar Rp.
23.034 per kunjungan, nilai yang dikorbankan adalah Rp. 32.108,69 per
1000 penduduk atau sebesar Rp. 14.605 per kunjungan, dan surplus
konsumen adalah Rp 18.550,43 per 1000 penduduk atau sebesar Rp.
8.429 per kunjungan, pada obyek ekowisata pesisir Kawasan Kepulauan
Seribu Kabupaten Kepulauan Seribu.
Rekomendasidan Saran
Dalam strategi pengelolaan ekowisata Pulau-Pulau Kecil di
Indonesia (khususnya obyek studi kawasan Kepulauan Seribu) yang
memiliki potensi besar namun sekaligus sensitif (fragile/vulnerablel
terhadap dampak-dampak negatif yang akan ditimbulkan oleh kegiatan
pariwisata, maka dari studi itu, setelah mempertimbangkan perangkat
analisa Cost-Benefit Analysis, Economic Valuation, Travel Cost Method
dan penghitungan Willingness to Pay. Studi ini merekomendasikan
langkah-langkah mengembangkan manfaat dari sumberdaya ekowisata
secara berkelanjutan dan terintegrasi dengan menggunakan Susfainable
Coastal Ecotourism Land Resources Management, diharapkan dengan
menggunakan metode tersebut dapat mengembangkan ekowisata Pulau-
Pulau Kecil Indonesia secara internasional dengan mengutamakan
kelestarian dan keberkelanjutan pembangunan, sehingga daya tarik alami
ekowisata pesisir khususnya pada obyek ekowisata pesisir Kawasan
Kepulauan Seribu Kabupaten Kepulauan Seribu akan selalu terjaga yang
merupakan modal utama obyek wisata yang unggul.
Daftar Pustaka
Albertson M.L. 1999. The Village Earth Modet for Sustainabte Vittage
Developmenf. Colorado State University. Colorado
Anonimous, 1997. Ensiklopedi Kehutanan Indonesia. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan Rl. Jakarta
Baldwin P. and Brodess D. 1993. Asia's New Age Travelers. Asia Travel
. Trade.
Bengen D.G., 2001. Sinopsis Ekosistem Sumberdaya Alam Pesisir dan
Laut. Pusat Kajian Sumber daya Pesisir dan Lautan. lPB. Bogor. 62
p.
Kategori Naskah:
1. Naskah harus merupakan tulisan ilmiah, baik berupa opini, ulasan,
atau hasil penelitian.
2. Naskah harus dituliskan dalam bahasa Indonesia atau bahasa
lnggris.
3. ttiJ<an hendaknya berhubungan dengan keilmuan dari Ekonomi,
Manajemen dan Akuntansi.