37 104 1 PB
37 104 1 PB
Warmanti Mildaryani
Program Studi Agroteknologi Fakultas Agroindustri
Universitas Mercu Buana Yogyakarta
ABSTRACT
Indonesia has about 49 species of plants that can be used as an alternative energy
source, one of them is the elephant grass (Pennisetum purpureum Schumach). Elephant grass
is known have a biggest biomass weight and high heat value so that it can be used as fuel for
various industrial purposes including the generation of electricity. Elephant grass biomass
production depends on culture technique aspects such as fertilizing and environmental
conditions. Research in order to determine the effect of fertilizer N, P, K on elephant grass
(Pennisetum purpureum.cv.king grass) against the weight of biomass and that heat value has
been done on sandy coastal land of Bugel , Panjatan, Kulonprogo, May through September
2011. Five-level dose of fertilizer N, P, K, which consists of a mixture of urea, SP-36 and KCl
were attempted in the elephant grass using RAKL experimental design with 3 blocks as
replicates. Five-level dose of fertilizer has tried were 1). 0 kg / ha; 2) 115 kg urea, 90 kg SP-36,
115 kg KCl / ha; 3). 230 kg of urea, 180 kg SP-36, 230 kg KCl / ha; 4) 345 kg urea, 270 kg SP-
36, 345 KCl / ha and 5). 460 kg of urea, 360 kg SP-36, 460 kg KCl / ha. The results showed that
vegetative growth increased significantly with increasing doses of N, P, K fertilizer, but the
harvest of fresh and dry biomass weight, did not differ between dose of fertilizers, as well as its
heat value. Fresh weight obtained in this study ranged from 96.79 tons to 146.66 tons per
hectare, while the weight of dry biomass ranged 36, 54 tons to 48.45 tons per hectare. Heat or
caloric values obtained ranged from 221. 867 .226 kilo calories to 328 .943. 039 kilo calories.
Keywords : elephant grass; biomass weight; heat value; N,P,K fertilizer; sandy coastal land
53
Jurnal AgriSains Vol.3 No.4, Mei 2012 ISSN : 2086-7719
kondisi energi di Indonesia, jika tidak ada atau lahan–lahan marjinal untuk
eksplorasi baru, cadangan minyak bumi pengusahaan biomasa rumput gajah
sekitar 9,7 barel dan diperkirakan akan dengan perlakuan budidaya tertentu.
habis 15 tahun lagi, apalagi penggunaan Diantara lahan marjinal yang ada di
bioenergi saat ini baru sekitar 5% dari Indonesia adalah lahan pasir pantai yang
kebutuhan total energi. luasannya cukup besar. Kesuburan fisika
Bioenergi adalah energi yang maupun kimiawi lahan pasir pantai memang
bersumber dari biomasa – materi organik sangat rendah ditambah angin kencang
berusia relatif muda yang berasal dari berkadar garam tinggi, namun ketersediaan
makhluk hidup atau produk dan limbah air dan sinar matahari yang melimpah
industri budidaya (pertanian, perkebunan, membuat kendala fisik dan kimiawi tanah
kehutanan, peternakan, perikanan). Bahan menjadi relatif dan dapat diatasi dengan
bakar nabati (BBN) adalah sumber energi usaha perbaikan dan tambahan materi dari
terbarukan, yaitu sumber energi yang dapat luar seperti pupuk, mulsa, pemecah angin
tersedia kembali dalam jangka waktu dan tambahan bahan pembenah tanah
tahunan, tidak seperti BBM yang bersumber diantaranya bahan organik dan bahan-
dari minyak bumi atau batu bara yang bahan sintetik, (Indradewa, 1999; Rajiman,
membutuhkan waktu jutaan tahun 2010)
(Widyasari, 2010). Biomasa merupakan salah satu
Di Indonesia ada 49 jenis tanaman energi terbarukan yang mempunyai potensi
yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber besar di Indonesia. Dalam kebijakan
energi. Salah satu komoditas yang dapat pengembangan energi terbarukan dan
dikembangkan menjadi bioenergi adalah konservasi energi (energi hijau)
rumput gajah (Pennisetum purpureum). Departemen Energi dan Sumber Daya
Rumput gajah mempunyai potensi tinggi Mineral, yang dimaksud energi biomassa
dalam menghasilkan biomasa yang tinggi meliputi kayu, limbah
dengan nilai panas yang tinggi pula (Gan pertanian/perkebunan/hutan, komponen
Thay Kong, 2002; Mildaryani, 2010; Yeyen, organik dari industri dan rumah tangga.
2010). Sebagai negara agraris Indonesia
Selama ini di Indonesia rumput mempunyai potensi energi biomassa yang
gajah lebih banyak dipakai sebagai pakan besar.
ternak (Skerman dan Riveros,1990) , belum Pemanfaatan energi biomasa sudah
banyak dibudidayakan secara luas sebagai sejak lama dilakukan dan termasuk energi
bahan bakar. Pemanfaatan rumput gajah tertua yang peranannya sangat besar
agar tidak bertentangan dengan khususnya di pedesaan. Energi biomasa
pemenuhan kebutuhan pakan, perlu dicari banyak digunakan untuk berbagai
alternatif lahan yang relatif kurang subur kepentingan, antara lain untuk kebutuhan
54
Jurnal AgriSains Vol.3 No.4, Mei 2012 ISSN : 2086-7719
rumah tangga, pengeringan hasil pertanian nilai panas. Oleh sebab itu penelitian ini
dan industri kayu, pembangkit listrik pada akan melihat pengaruh tingkatan dosis
industri kayu dan gula (Seminar Nasional tersebut dan akan dipilih dosis yang
Teknik Kimia Indonesia-SNTKI, 2009), menghasilkan biomasa dengan nilai panas
maupun pembangkit listrik untuk keperluan tertinggi
masyarakat. Informasi yang diperoleh tentang
Produksi biomasa dan nilai panas biomasa rumput gajah pada berbagai dosis
rumput gajah tidak terlepas dari perlakuan pupuk N,P,K dan nilai panas yang
dalam budidaya seperti pemupukan (Osava, dihasilkan, maka akan dapat dipakai untuk
2000). Keseimbangan dosis pupuk akan perencanaan pengusahaan penanaman
berpengaruh pada mutu biomasa dan pada rumput gajah sebagai bahan bakar non
akhirnya akan berpengaruh pada nilai minyak.
panasnya saat dibakar sebagai bioenergi
(Mengel dan Kirkby,1987). Pupuk yang MATERI DAN METODE
digunakan pada budidaya tanaman rumput
Penelitian ini dilaksanakan di lahan
gajah yaitu pupuk N,P,K. Pupuk N,P,K
pasir pantai Bugel, Kecamatan Panjatan,
merupakan pupuk campuran pupuk tunggal
Kabupaten Kulon Progo, dan di
Urea, SP-36 dan KCl yang banyak
Laboratorium Energi Biomasa Fakultas
digunakan oleh petani dalam berbagai
Kehutanan, Universitas Gadjah Mada
tanaman. Nitrogen dan fosfor merupakan
Yogyakarta. Lahan berada pada jarak 1000
unsur yang banyak mendapatkan perhatian.
meter dari garis pantai. Penelitian
Unsur N, P dan K mutlak diperlukan oleh
dilaksanakan pada bulan Mei sampai
tanaman untuk pertumbuhannya (Buckman
dengan September 2011.
dan Braddy, 1982). Pemupukan dengan
Bahan- bahan yang digunakan
dosis optimal diperlukan untuk
dalam penelitian ini meliputi : bibit stek 1
mendapatkan biomasa yang maksimal,
ruas rumput gajah kultivar king-grass,
maka perlu dicoba variasi dosis sehingga
pupuk N,P,K ( campuran Urea, SP-36,KCl)
akan ditemukan dosis yang paling optimal.
dan pupuk kandang sapi. Alat yang
Penelitian ini dilakukan untuk
digunakan dalam penelitian ini antara lain :
melihat pengaruh dosis pupuk N,P,K pada
cangkul, mistar, jangka sorong, kalorimeter-
berbagai tingkatan dosis. Menurut beberapa
bom, timbangan, dan oven
pustaka, rumput gajah tidak terlalu boros
Penelitian ini merupakan percobaan
dalam hal penggunaan unsur hara. Dalam
lapangan satu faktor yaitu dosis pupuk
hubungannya dengan penggunaan rumput
N,P,K, terdiri atas 5 tingkatan dosis yaitu
gajah sebagai bioenergi, banyak temuan
P0 = Tanpa menggunakan pupuk buatan;
menyebutkan bahwa kelebihan hara
P1 = campuran urea :115 kg/ha, SP-36 90
terutama nitrogen justru akan menurunkan
kg/ha, KCl 115 kg/ha; P2 = campuran Urea
55
Jurnal AgriSains Vol.3 No.4, Mei 2012 ISSN : 2086-7719
230 kg/ha, SP-36 180 kg/ha, KCl 230 Pemanenan rumput gajah dilakukan
Kg/ha; P3 = campuran Urea 345 kg/ha, SP- pada saat tanaman berumur 4 bulan,
36 270 kg/ha, KCl 345 kg/ha dan P4 = dengan cara menebang batangnya pada
campuran Urea 460 kg/ha, sp-36 360 kg/ha, pangkal batang.
KCl 460 kg/ha. Kelima macam dosis Parameter yang diamati dalam
dicobakan pada rumput gajah penelitian ini meliputi tinggi tanaman,
menggunakan rancangan acak kelompok diameter batang, jumlah tunas anakan,
lengkap ( RAKL ) dengan 3 kali ulangan panjang batang beruas, jumlah ruas, bobot
(Gomez dan Gomez, 1995). segar biomasa per hektar, bobot kering
Tahapan penelitian dilakukan biomasa per hektar dan nilai panas
sebagai berikut : Persiapan lahan, tanah biomasa. Tinggi tanaman diukur dari
dibersihkan dari gulma kemudian permukaan tanah sampai ujung daun
dicangkul/dibajak sedalam 30 cm. kemudian tertinggi. Diameter batang diukur
dibuat bedengan/petak dengan panjang 5m menggunakan jangka sorong pada bagian
dan lebar 3 m dengan jarak antar petak 50 batang yang telah ditandai berapa cm dari
cm, jarak antar blok 75 cm. Bersamaan pangkal batang. Tunas anakan dihitung
dengan pengolahan tanah dilakukan pada setiap rumpun tanaman, panjang
pemberian pupuk dasar pupuk kandang batang beruas diukur dengan mistar dari
sapi, dengan takaran yang sama untuk permukaan tanah sampai batas ruas yang
semua petak yaitu 30 kg/petak. tidak tertutup daun, jumlah ruas dihitung
sepanjang batang yang tidak tertutup daun.
Rumput gajah ditanam dengan jarak
Bobot segar biomassa per hektar diperoleh
tanam 50 x 50 cm. Setek satu ruas, 2 buku,
dengan menimbang tanaman pada harvest
sepanjang 25 cm ditanam miring 45o, per
area seluas 2 m2 kemudian dikonversikan
lubang ditanami satu setek. Setelah
ke luasan 1 hektar (10.000 m2 ). Bobot
penanaman dilakukan penyiraman.
kering biomasa diperoleh dengan
Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman
mengeringkan biomasa segar dalam oven
sehari sekali, penyiangan, pembumbunan
pada temperatur 135o C , lalu ditimbang
dan pemupukan. Pemupukan dilakukan 2
sampai diperoleh bobot kering konstan.
minggu setelah tanam. Pemberian pupuk
Pengukuran nilai panas (heat value)
per petak sebagai berikut : untuk perlakuan
menggunakan alat kalorimeter-bom
P0 tanpa pupuk buatan, P1 yaitu 172,5 g
(Paumen et.al., 2004), dilakukan di
Urea + 135 g SP-36 dan 172,5 g KCl, P2
laboratorium Energi Biomassa Fakultas
345 g Urea + 270 g SP-36 + 345 g KCl. P3
Kehutanan Universitas Gadjah Mada.
517,5 g Urea + 405 g SP-36 + 517,5 g KCl.
Caranya, sampel biomasa yang telah diukur
P4 690 g urea + 540 g SP-36 + 690 g KCl
bobot kering konstannya diambil sebanyak
per petak.
1 gram untuk tiap perlakuan kemudian
56
Jurnal AgriSains Vol.3 No.4, Mei 2012 ISSN : 2086-7719
57
Jurnal AgriSains Vol.3 No.4, Mei 2012 ISSN : 2086-7719
terlihat nilai panas yang dicapai cenderung panas. Gambar 2 menggambarkan nilai
lebih rendah. Nilai panas cenderung panas biomassa rumput gajah pada 5 taraf
meningkat sejalan dengan meningkatnya dosis pemupukan.
dosis pupuk namun pada pemupukan dosis
tertinggi malah terjadi penurunan nilai
Tabel 1. Purata tinggi tanaman, diameter batang , jumlah anakan, jumlah ruas dan
panjang bagian batang beruas rumput gajah pada berbagai dosis
pemupukan N, P, K
Tabel 2. Purata bobot segar biomasa per hektar, bobot kering biomasa per hektar dan
nilai panas biomasa rumput gajah pada berbagai dosis pemupukan
N, P, K
Gambar 1. Bobot kering biomassa rumput gajah pada lima taraf dosis pemupukan
N, P, K
Gambar 2 . Nilai panas biomassa rumput gajah pada lima taraf dosis pemupukan
N, P, K
sangat remah, lepas-lepas butiran ini bisa dilihat, pupuk banyak mengumpul di
tanahnya, sehingga sangat mudah petak yang lebih miring sehingga petak
meloloskan air atau dengan kata lain tidak petak perlakuan yang diberi dosis rendah
dapat menyimpan air (Hardjowigeno, 2003). menjadi tercampur pupuk dari petak lain
Demikian pula halnya dengan daya simpan yang menyebabkan efeknya menjadi tidak
hara atau pupuk yang diberikan pada tanah berbeda. Dalam hal ini terjadi bias oleh
jenis ini, sangat rendah. Pupuk mudah karena kesalahan penyiraman oleh tenaga
tercuci atau terlindi ke lapisan yang lebih bantu di lapangan.
dalam, maka pemupukan pada lahan pasir Pengaruh pupuk nampak jelas pada
pantai ini harus dalam dosis tinggi dibantu pertumbuhan anakan rumput. . Edward,
dengan pemakaian pupuk kandang yang (2008), mengatakan rumput gajah
berperan sebagai pembenah tanah yang merupakan tanaman rumput-rumputan yang
dapat mengikat partikel tanah sehingga agresif membentuk anakan, terlebih lagi
tidak lepas – lepas. Sering terjadi karena apabila mendapatkan pemupukan yang
pengaruh penyiraman maka pupuk tidak sesuai. Pada penelitian ini, peningkatan
meresap melainkan ikut terbuang atau dosis pupuk ternyata juga meningkatkan
mengalir mengikuti aliran air siraman. Maka jumlah tunas anakan.
teknik penyiraman di lahan pasir pantai juga Panjang bagian batang yang beruas
harus diperhatikan. juga nampak dipengaruhi oleh dosis
Hasil penelitian pemupukan ini pemupukan. Batang beruas adalah bagian
menunjukkan, sebagian besar parameter batang yang ruasnya kelihatan, tidak
pertumbuhan seperti tinggi tanaman, tertutup oleh daun. Bagian ini merupakan
diameter batang, jumlah ruas, tidak bagian penting dari rumput gajah dalam
menunjukkan perbedaan yang nyata hubungannya dengan pembakaran
diantara dosis pupuk yang dicoba. Bahkan nantinya. Pada penelitian ini peningkatan
pada perlakuan tanpa pemupukan pun dosis pupuk N,P,K pada taraf ke 4 (460
hasilnya relatif sama dengan yang Urea, 360 SP-36, 460 KCl kg/ha) justru
diperlakukan dengan pupuk N,P,K berbagai menurunkan panjang bagian beruas ini. Hal
taraf dosis. Dugaan penyebab yang dapat ini kemungkinan disebabkan oleh
diutarakan untuk menerangkan fenomena terpakainya nutrisi dari pupuk untuk
ini adalah, pupuk tidak dapat seluruhnya pembentukan tunas dan daun, yang dalam
diserap oleh tanaman. Hal ini disebabkan penelitian ini juga nampak ada pengaruh
hilangnya pupuk ke luar petak karena nyata pupuk. Jadi hara tidak digunakan
pengaruh penyiraman menggunakan untuk pemanjangan bagian yang beruas.
pompa dan selang yang besar sehingga Pertumbuhan bagian–bagian atau
sentoran air terlalu besar dan organ tanaman mestinya menyumbang
memuncratkan butiran pupuk. Di lokasi hal bobot biomasa secara keseluruhan. Namun
60
Jurnal AgriSains Vol.3 No.4, Mei 2012 ISSN : 2086-7719
dalam penelitian ini, perbedaan terbatas pada kondisi penelitian ini dapat
pertumbuhan di parameter-parameter disimpulkan:
sebelumnya ternyata tidak menyebabkan 1. Pertumbuhan vegetatif rumput
perbedaan pada bobot segar biomasa, gajah (Pennisetum
bobot kering biomasa maupun nilai purpureum.cv. king grass) yaitu
panasnya. Apabila dilihat dari presentase tinggi tanaman, jumlah tunas
selisih antara bobot kering dengan bobot anakan, panjang bagian batang
segar, terlihat bahwa hampir 36 % - 46 % beruas meningkat sejalan
terjadi penyusutan bobot setelah biomasa dengan peningkatan dosis
dikeringkan. Pada pemupukan dosis tinggi pupuk sampai taraf ke 3 (345
penyusutan ini lebih tinggi, artinya kg Urea/ha, 270 kg SP-36/ha,
kandungan air biomassa lebih tinggi pada 345 kg KCl /ha) dan menurun
tanaman yang dipupuk dosis tinggi. Ini dengan peningkatan dosis lebih
berarti bahwa pembentukan bahan kering lanjut.
kurang optimal, tanaman hanya 2. Bobot segar biomasa, bobot
meningkatkan simpanan air. Mungkin hal ini kering biomasa dan nilai panas
ada hubungannya dengan sifat tanaman atau kalor rumput gajah tidak
yang ditanam di lahan kering pasir pantai terdapat perbedaan yang nyata
yang cenderung menyimpan air (Indradewa, diantara kelima dosis
1999). pemupukan N,P,K
Nilai panas atau nilai kalor biomasa 3. Bobot segar yang diperoleh
yang dinyatakan dalam kal/g, diperoleh dalam penelitian ini berkisar
dengan membakar biomasa kering hasil antara 96.79 ton sampai
pengovenan sampai diperoleh bobot kering 146.66 ton per hektar,
konstan. Dalam penelitian ini dihasilkan sedangkan bobot biomasa
biomasa kering konstan sebesar antara kering berkisar antara36,54 ton
36,54 ton – 48, 45 ton per hektar, dengan sampai 48,45 ton per hektar.
nilai panas berkisar antara 6071,9 kal/g – Nilai panas atau kalori yang
6789,33 kal/g. Berdasarkan nilai panas ini diperoleh berkisar antara
maka dalam 1 hektar pertanaman diperoleh 221.867.226 kilo kalori sampai
kalori sebesar 221.867.226 kkal – 328.943.039 kilo kalori.
328.943.039 kkal.
62