Jurnal Aji
Jurnal Aji
Jurnal Aji
ABSTRACT
ABSTRAK
Latar Belakang : Periodontitis merupakan penyakit keradangan jaringan periodontal yang biasa disebabkan oleh
bakteri A. actinomycetemcomitans. Tanaman brotowali (Tinospora crispa) memiliki kandungan flavonoid yang
dapat mempercepat penyembuhan periodontitis. Metode : Ekstrak brotowali diambil dari batang tanaman
brotowali yang dikeringkan. Spesimen kering diolah menjadi serbuk dan dimaserasi dengan etanol 80%. Hasil
ekstraksi dibuat tiga macam konsentrasi yaitu 25%, 50%, dan 100%, kemudian diberi penambahan CMC 5%.
Tikus wistar dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu: kelompok kontrol= tikus wistar periodontitis; kelompok
perlakuan 1 = tikus wistar periodontitis dengan ekstrak brotowali konsentrasi 25% yang diberi dosis 100 mg;
kelompok perlakuan 2 = tikus wistar periodontitis dengan ekstrak brotowali konsentrasi 50% yang diberi dosis
100 mg; ; kelompok perlakuan 3 = tikus wistar periodontitis dengan ekstrak brotowali konsentrasi 100% yang
diberi dosis 100 mg. Semua sampel dibuat preparat histologi untuk menghitung jumlah sel limfosit. Hasil: Hasil
uji komparatif antar kelompok perlakuan-Dunn Test menunjukkan antara kelompok kontrol terhadap kelompok
konsentrasi 50% serta kelompok konsentrasi 100% memiliki perbedaan yang bermakna sedangkan kelompok
kontrol terhadap kolompok konsentrasi 25% tidak menunjukkan adanya perbedaan bermakna. Kesimpulan :
Pemberian ekstrak brotowali 50% dan 100% dapat menurunkan jumlah sel limfosit pada tikus wistar yang
diinduksi bakteri A. actinomycetemcomitans.
2
sebanyak 200 μl 3 kali dengan interval 2 hari;
kelompok perlakuan 1 (P1): Tikus wistar
diinduksi bakteri A. actinomycetemcomitans 1 B
X 109 CFU sebanyak 200 μl 3 kali dengan
interval 2 hari, kemudian diberi ekstrak
brotowali (Tinospora crispa) konsentrasi 25%
sebanyak 0,1 ml 2x1 hari selama 2 hari;
kelompok perlakuan 2 (P2): Tikus wistar
diinduksi bakteri A. actinomycetemcomitans 1
X 109 CFU sebanyak 200 μl 3 kali dengan
interval 2 hari, kemudian diberi ekstrak
brotowali (Tinospora crispa) konsentrasi 50%
dosis 0,1 ml 2x1 hari selama 2 hari; kelompok C
perlakuan 3 (P3): Tikus wistar diinduksi bakteri
A. actinomycetemcomitans 1 X 109 CFU
sebanyak 200 μl 3 kali dengan interval 2 hari,
kemudian diberi ekstrak brotowali (Tinospora
crispa) konsentrasi 100% sebanyak 0,1 ml 2x1
hari selama 2 hari. Masing-masing kelompok
dilakukan pengamatan pada hari ke 17 dengan
cara dilakukan biopsi dan dibuat preparat
histologi. Pengamatan sel makrofag
menggunakan mikroskop cahaya dengan
perbesaran 400 kali 3 sehingga terlihat D
makrofag yang berdiameter antara 10 sampai
30 μm dan memiliki inti berbentuk lonjong atau
bentuk ginjal yang terletak eksentris.
HASIL
Gambaran mikroskopis sel limfosit dengan
perbesaran 400x pada preparat gingiva regio
molar kiri rahang atas tikus wistar yang
mengalami periodontitis dengan pengecatan
HE ditunjukkan pada gambar 1. Sel limfosit
ditunjukkan oleh tanda panah, memiliki bentuk Gambar 1. Gambaran Histologi sel limfosit
bulat. gingiva tikus wistar dengan pengecatan HE dan
perbesaran mikroskop 400x pada hari ke 7
setelah terbentuk periodontitis A.
Kelompok kontrol, B. Kelompok perlakuan 1 ,
A C. Kelompok perlakuan 2, D. Kelompok
perlakuan 3. Pada gambar 2 ditampilkan
gambaran jumlah sel limfosit hari ke 7. Pada
kelompok kontrol dapat dilihat jumlah sel
limfosit paling banyak dibanding kelompok
perlakuan 1,2, dan 3. Pada kelompok perlakuan
1 yaitu kelompok perlakuan ekstrak brotowali
dengan konsentrasi 25% menunjukkan jumlah
sel limfosit paling tinggi dibandingkan dengan
kelompok perlakuan lainnya. Sedangkan,
kelompok perlakuan 3 dengan konsentrasi
100% menunjukkan jumlah sel limfosit yang
paling rendah.
3
Ekstrak brotowali mengandung flavonoid
yang diduga berkhasiat sebagai anti inflamasi.
Flavonoid merupakan salah satu senyawa
golongan fenol alam yang terbesar. Pada
umumnya flavonoid larut dalam pelarut polar
seperti, metanol, aseton, air dan etanol.
Senyawa flavonoid mampu menghentikan
peradangan11. Ekstrak brotowali diambil dari
batang tanaman brotowali yang memiliki
Gambar 2. Grafik rata-rata hasil penelitian kandungan flavonoid. Flavonoid bekerja
menurunkan mediator inflamasi dengan
Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat menghambat jalur NF-kB yang berakibat pada
bahwa rata - rata jumlah sel limfosit kelompok turunnya produksi sitokin pro-inflamasi12.
kontrol menunjukkan jumlah limfosit yang Guyton & Hall mengatakan bahwa jumlah sel
paling banyak dibandingkan dengan jumlah sel limfosit pada kelompok perlakuan lebih sedikit
limfosit dari kelompok perlakuan. Jumlah sel jika dibandingkan dengan kelompok kontrol.
limfosit tikus wistar yang diinduksi A. Jumlah sel limfosit kelompok perlakuan hari
actinomycetemcomitans setelah diberi ekstrak ke-7 mengalami penurunan jika dibandingkan
brotowali (Tinospora crispa) dengan dengan kelompok perlakuan hari ke-3 dan ke-5.
konsentrasi 25%, 50%, serta 100% mengalami Hari ke 7 jumlah limfosit semakin menurun
penurunan jumlah sel limfosit secara yang menandakan antigen sudah tidak ada lagi,
berturut-turut. fase inflamasi sudah berakhir,dan luka mulai
memasuki fase proliferasi. Penurunan jumlah
PEMBAHASAN sel limfosit menandakan bahwa penyembuhan
masuk ke tahap berikutnya, sehingga dapat
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui mempercepat proses penyembuhan13.
pengaruh pemberian ekstrak brotowali Uji perbandingan rata-rata jumlah sel
(Tinospora crispa) terhadap jumlah sel limfosit limfosit antar kelompok menunjukkan
pada tikus Wistar yang diinduksi A. kelompok perlakuan 1 dan kelompok perlakuan
actinomycetemcomitans. Kelompok kontrol, di 2 tidak memiliki perbedaan yang bermakna.
induksi bakteri A. actinomycetemcomitans 200 Perbedaan yang tidak bermakna pada hasil
μl selama 3kali dengan interval 2 hari. penelitian dapat disebabkan oleh faktor lokal
Berdasarkan dari penelitian tentang ekstrak dan sistemik dari individu tikus wistar. Faktor
brotowali, kelompok perlakuan diinduksi lokal yang dapat mempengaruhi hasil terapi
bakteri A. actinomycetemcomitans 200 μl penyembuhan jaringan periodontal adalah
selama 3kali dengan interval 2 hari, kemudian terkontaminasinya daerah luka oleh
diberi ekstrak brotowali (Tinospora crispa) mikroorganisme plak, adanya benda asing pada
dengan konsentrasi ekstrak 25%, 50%,dan daerah luka, dan terganggunya aliran darah ke
100% sebanyak 2kali dalam satu hari selama daerah luka. Agar aktivitas seluler meningkat
2hari9. selama penyembuhan dibutuhkan darah yang
Hasil penelitian menunjukkan adanya efek adekuat. Bila aliran darah terganggu atau
pemberian ekstrak brotowali terhadap jumlah berkurang, akan terjadi daerah-daerah nekrosis
sel limfosit gingiva tikus wistar jantan yang dan penyembuhan akan terhambat. Faktor
telah diinduksi bakteri A. sistemik yang dapat mempengaruhi
actinomycetemcomitans. Pada pemberian penyembuhan jaringan periodontal adalah
brotowali 25% belum memberikan efek untuk penyakit infeksi, diabetes melitus, gangguan
menurunkan jumlah sel limfosit. Berdasarkan nutrisi, stress, dan hormon14.
penelitian yang telah dilakukan bahwa Data hasil penelitian telah menunjukkan
penurunan jumlah sel limfosit sebanding bahwa pemberian ekstrak brotowali yang
dengan peningkatan konsentrasi pemberian diambil dari batang tanaman brotowali dapat
ekstrak brotowali. Semakin tinggi konsentrasi digunakan sebagai anti inflamasi untuk terapi
ekstrak brotowali, maka semakin rendah penyembuhan periodontitis dengan
jumlah sel limfosit karena migrasi dari menurunkan jumlah limfosit.
mediator pro inflamatori dapat ditekan10.
4
14. Klokkevold, P.R., Carranza, F.A., Newman, M.,
Takei, H.H. 2015. Clinical Periodontology. 11th.
DAFTAR PUSTAKA Missouri: Elsevier Saunders. 28(3):242.