0% found this document useful (0 votes)
49 views

Pelatihan Siaga Sehat Jiwa Terhadap Peningkatan Pengetahuan Kader Di RW 06 Dan RW 07 Desa Rowosari Kecamatan Tembalang Kota Semarang

1. The document discusses a training program for mental health cadres in RW 06 and RW 07 villages in Rowosari, Semarang to increase their knowledge and skills. 2. Currently, the mental health posbindu activities in the villages are not optimal due to limited cadre participation and training. 3. The training program aims to improve the quality of life for residents by training cadres in mental health first aid, detecting at-risk families, counseling, and home visits.
Copyright
© © All Rights Reserved
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
49 views

Pelatihan Siaga Sehat Jiwa Terhadap Peningkatan Pengetahuan Kader Di RW 06 Dan RW 07 Desa Rowosari Kecamatan Tembalang Kota Semarang

1. The document discusses a training program for mental health cadres in RW 06 and RW 07 villages in Rowosari, Semarang to increase their knowledge and skills. 2. Currently, the mental health posbindu activities in the villages are not optimal due to limited cadre participation and training. 3. The training program aims to improve the quality of life for residents by training cadres in mental health first aid, detecting at-risk families, counseling, and home visits.
Copyright
© © All Rights Reserved
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 6

The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189

PELATIHAN SIAGA SEHAT JIWA TERHADAP PENINGKATAN


PENGETAHUAN KADER DI RW 06 DAN RW 07 DESA ROWOSARI
KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

Eni Hidayati1), Khoiriyah2), Muhammad Fatkul Mubin3)


1
Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Semarang
Email: [email protected]
2
Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Semarang
Email : [email protected]
3
Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Semarang
Email : [email protected]

ABSTRACT
Mental health programs in the area of Semarang is still less than optimal health centers in
empowerment, mental health problems have the iceberg. Seeing the development of the current era,
it is possible the number of people with mental disorders will increase and more diverse kind.
Mental health problems have iceberg. Seeing the development of the current era, it is possible the
number of people with mental disorders will increase and more diverse kind. Development of
mental health in the Village District Tembalang Rowosari Semarang City has not run optimally.
Health cadres in RW 06 and RW 07, said that only limited Posyandu activities posyandu in infants.
This causes no detection of mental health in terms of mental disorders, psychosocial and mental
health risks, the main objective the establishment of mental health cadres is to improve the quality
of life of every citizen to a healthy soul in RW 06 and RW 07 Rowosari Village District Tembalang
Semarang. Plan includes training activities carried prongram standby RW healthy soul, detection
training healthy family life, families with mental disorders, families with psychosocial risk, families
with mental health, mental health counseling, therapeutic group activities, home visit. The
approach taken is with intensive discussions, simulation / demonstration skills, role play and visit
the house. Evaluation is done by comparing the pre and post test results on any ongoing training.
Knowledge and skills of cadres increased in eight training organized team.

Keywords : Cadre , RW , alert mental health

ABSTRAK

Program kesehatan iiwa di wilayah Puskesmas Semarang masih kurang optimal dalam
pemberdayaannya, Masalah kesehatan jiwa mempunyai fenomena gunung es. Melihat
perkembangan jaman saat ini, dimungkinkan jumlah penderita gangguan jiwa akan meningkatkan
dan jenisnya semakin beragam. Masalah kesehatan jiwa mempunyai fenomena gunung es. Melihat
perkembangan jaman saat ini, dimungkinkan jumlah penderita gangguan jiwa akan meningkat dan
jenisnya semakin beragam. Pembinaan kesehtana jiwa di Desa Rowosari Kecamatan Tembalang
Kota Semarang belum berjalan secara optimal. Kader kesehatan di RW 06 dan RW 07 mengatakan
bahwa kegiatan posyandu hanya sebatas posyandu pada balita. Hal ini menyebabkan tidak
terdeteksinya kesehatan jiwa dilihat dari segi gangguan jiwa, resiko psikososial dan sehat jiwa,
Tujuan utama pembentukan Kader Kesehatan jiwa adalah meningkatkan kualitas hidup setiap
warga untuk sehat jiwa di RW 06 dan RW 07 Desa Rowosari Kecamatan Tembalang Kota
Semarang. Rencana kegiatan yang dilakukan meliputi pelatihan prongram RW siaga sehat jiwa,
pelatihan deteksi keluarga sehat jiwa, keluarga dengan gangguan jiwa, keluarga dengan risiko
psikososial, keluarga dengan sehat jiwa, penyuluhan kesehatan jiwa, terapi aktifitas kelompok,
kunjungan rumah. Metode pendekatan yang dilakukan adalah dengan diskusi intensif,
simulasi/demonstrasi keterampilan, role play dan kunjungan rumah. Evaluasi dilakukan dengan
membandingkan hasil pre dan post test pada setiap pelatihan yang berlangsung. Pengetahuan dan
keterampilan kader mengalami peningkatan di delapan pelatihan yang diselenggarakan Tim.

Kata Kunci : Kader, RW, siaga sehat jiwa

611
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189

1. PENDAHULUAN pengetahuan dan ketrampilan dalam


Analisis Situasi merawat klien.
Kegiatan program CMHN merupakan Pelaksanaan posbindu kesehatan jiwa di
serangkaian kegiatan yang dimulai dari kedua RW tersebut selama ini belum bisa
proses recruitmen perawat CMHN yang berjalan dengan baik dan maksimal, hal ini
akan mengikuti pelatihan, pertemuan disebabkan karena tidak semua kader bisa
persiapan yang melibatkan beberapa sector hadir dalam pelaksanaan posyandu
yang terkait seperti Dinas Kesehatan dan kesehatan jiwa, pada setiap pertemuan rata-
pemerintah daerah setempat dalam rangka rata tingkat kehadiran kader sekitar 3 sampai
memperoleh dukungan pelaksanan CMHN, dengan 4 orang, sehingga pelaksanaan
kegiatan BC-CMHN berupa pemberian
posbindu kesehatan tersebut seringkali
pengetahuan dan keterampilan bagi perawat mengalami kendala yang pada akhirnya
Puskesmas, sehingga memiliki kompetensi berdampak pada pelayanan para kesehatan
melaksanakan asuhan keperawatan kepada
jiwa menjadi kurang memuaskan.
pasien gangguan jiwa, selanjutnya Kurangnya jumlah kader dikarenakan masih
implementasinya di masyarakat dan kegiatan banyak masyarakat kurang percaya diri dan
supervisi.
merasa tidak mempunyai kemampuan dalam
Kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas memberikan pelayanan kesehatan pada
dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan kesehatan jiwa di posbindu. Disamping itu
suatu hal yang dibutuhkan oleh semua pembinaan terhadap kader posbindu lansia
orang. Kesehatan jiwa adalah perasaan oleh pihak puskesmas Rowosari dirasakan
sehat dan bahagia serta mampu juga masih sangat kurang, hal ini disebabkan
mengatasi masalah kehidupan, dapat keterbatasan sumber daya manusia yang ada
menerima orang lain sebagaimana adanya, untuk dapat menangani masalah posbindu
serta mempunyai sikap positif terhadap diri kesehatan jiwa yang ada di wilayah kerja
sendiri dan orang lain (Hawari, 2006). puskesmas tersebut. Permasalah tersebut
apabila tidak segera diatasi akan berdampak
Departemen Kesehatan menyebutkan
pada keberlangsungan posbindu kesehatan
jumlah penderita gangguan jiwa berat
jiwa tersebut, yang secara langsung juga
sebesar 2,5 Juta jiwa, yang diambil dari data
RSJ se-Indonesia. Sementara itu 10% dari berakibat pada kesejahteraan para kesehatan
populasi mengalami masalah kesehatan jiwa jiwa yang berada di wilayah RW 06 dan RW
maka harus mendapatkan perhatian karena 07 Kelurahan Rowosari, khususnya
termasuk rawan kesehatan jiwa. Di Jawa berkaitan dengan masalah kesehatan. Selain
Tengah sendiri terdapat 3 orang perseribu keterbatasan jumlah kader yang aktif, para
penduduk yang mengalami gangguan jiwa kader tidak mempunyai kemampuan untuk
dan 50% adalah akibat memanfaatkan sumber manusia yang berada
disekitarnya.
dari kehilangan pekerjaan. Dengan demikian
dari 32.952.040 penduduk Jawa Tengah Di lihat dari kegiatan yang telah
terdapat sekitar 98.856 orang yang dilakukan oleh kedua posbindu selama ini
mengalami gangguan jiwa. Sejalan dengan telah memberikan dampak positif bagi
paradigma sehat yang dicanangkan kesehatan jiwa khususnya kesehatan jiwa
departemen kesehatan yang lebih keluarga, kesehatan jiwa mulai bisa
menekankan upaya proaktif melakukan mengenal masalah kesehatan yang ada
pencegahan daripada menunggu di rumah disekitarnya dan mungkin berdampak pada
sakit, kini orientas upaya kesehatan jiwa dirinya, mereka telah melakukan upaya
lebih pada pencegahan (preventif) dan pencegahan terhadap penyakit yaitu dengan
promotif. melakukan diskusi kelompok atau bertukar
pengalaman tentang pengelolaan kesehatan
Berdasarkan penelitian Keliat (2006)
dan cara perawatan yang selama ini telah
ditemukan bahwa angka kekambuhan pada
dilakukan dengan bimbingan dari kader
klien tanpa terapi keluarga sebesar 25 - 50%
kesehatan dan petugas kesehatan setiap kali
sedangkan angka kekambuhan pada klien
ada kegiatan posyandu kesehatan jiwa.
yang diberikan terapi keluarga 5-10%.
Keluarga sebagai ”perawat utama” dari klien Bagi kesehatan jiwa yang terkena
memerlukan treatment untuk meningkatkan penyakit degeneratif sudah mulai merasakan

612
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189

manfaatnya karena keluhan-keluhan yang penggambaran pelaksanaan kegiatan sebagai


dirasakan selama ini sudah mulai banyak berikut:
berkurang, kader kesehatan jiwa dapat
memeriksakan kesehatannya di posyandu Metode Pelaksanaan Kegiatan
ljiwa secara gratis, sehingga mengurangi 1. Pelatihan Program RW sehat
beban biaya berobat dan transportasi jiwa Prosedur Kerja
sehingga mereka sudah bisa bekerja seperti (1) Penyusunan modul pelatihan
dahulu lagi, tidak merasa menjadi beban Program RW sehat jiwa
bagi keluarganya serta meningkatkan (2) Persiapan atau pengadaan peralatan
kemampuan untuk hidup mandiri, mampu pendukung yang dibutuhkan dalam
menghimpun dana sehat guna menghidupi pelatihan
kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi jiwa (3) Melakukan seleksi kader kesehatan,
dalam upaya pemeliharaan dan pengendalian dalam hal ini akan dipilih kader
kesehatannya secara mandiri, walaupun yang aktif dalam posyandu dan
masih sangat minim, serta membantu penunjukkan kader yang baru
pemerintah dalam hal ini Puskesmas dalam (4) Melaksanakan pelatihan dengan
upaya peningkatan pelayanan kesehatan para metode pendekatan diskusi, simulasi
kesehatan jiwa di wilayah kerja Puskesmas atau demonstrasi, dan role play
khususnya di RW 06 dan RW 07 Kelurahan 2. Pelatihan deteksi keluarga RW sehat
Rowosari. jiwa
Prosedur Kerja
(1) Penyusunan modul pelatihan deteksi
2. KAJIAN PERMASALAHAN keluarga RW sehat jiwa
Permasalahan yang dialami oleh mitra (2) Persiapan atau pengadaan peralatan
adalah sebagai berikut : pendukung yang dibutuhkan dalam
a. Pelayanan kesehatan jiwa hamper tidak pelatihan
terdektsioleh pelayanan kesehatan. Ada (3) Melakukan seleksi kader kesehatan,
pelayanan posyandu namun hanya dalam hal ini akan dipilih kader
sebatas pemeriksaan pada balita saja. yang aktif dalam posyandu dan
b. Kader kesehatan jiwa belum terbentuk penunjukkan kader baru kesehatan
dan kader kesehatan yang ada belum jiwa.
mampu melakukan deteksi dini dan (4) Melaksanakan pelatihan dengan
intervensi dini pada kesehatan atau metode pendekatan diskusi, simulasi
gangguan jiwa. Hal ini menyebabkan atau demonstrasi, dan role play
risiko psikososial semakin berkembang 3. Pelatihan deteksi dini gangguan jiwa
dan mengarah ke gangguan jiwa. Prosedur Kerja
c. Masyarakat belum mampu melakukan (1) Penyusunan modul pelatihan deteksi
stimulasi secara dini pemeriksaan pada dini gangguan jiwa
kesehatan jiwa (2) Pengadaan dan persiapan yang
d. Kurangnya pengetahuan masyarakat mendukung dalam kegiatan
tentang kesehatan jiwa baik gangguan, pelatihan
risiko spikosoaial dan sehat. (3) Seleksi kader kesehatan
(4) Melaksanakan kegiatan pemeriksaan
3. METODE PENELITIAN dini gangguan jiwa dengan metode
Penelitian ini merupakan rancangan diskusi, stimulasi, demostrasi dan
penelitian yang disusun sedemikian sehingga role play
dapat menuntun peneliti untuk memperoleh 4. Pelatihan deteksi dini risiko
jawaban terhadap pertanyaan psikososial Prosedur Kerja
penelitian. Rangcangan yang digunakan (1) Penyusunan modul deteksi dini
dalam penelitian ini adalah ”Deskriptif” risiko psikososial
dengan pelatihan kader siaga sehat jiwa. (2) Pengadaan dan persiapan yang
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui mendukung dalam kegiatan
perbedaan kemampuan kader pada pelatihan pelatihan
siaga sehat jiwa. Dengan jumlah sampel 30 (3) Melaksanakan kegiatan pemeriksaan
kader siaga sehat jiwa. Dengan metode risiko psikososial dengan metode

613
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189

ceramah, diskusi, simulasi/ Tabel 4.1 : Pengetahuan Kader RW Siaga


demonstrasi, dan role play. Sehat Jiwa, Di Kelurahan Rowosari 2015
5. Pelatihan deteksi dini sehat jiwa untuk (N:30)
kader
Prosedur Kerja Pre-Test Post-Test
(1) Penyusunan modul deteksi dini
sehat jiwa N Min Max N Min Max
(2) Persiapan peralatan pendukung 30 30 80 30 10 90
pelatihan pemeriksaan dini sehat
jiwa
(3) Melaksanakan pelatihan perawatan b. Pembahasan
bayi untuk kader kesehatan Sebelum pelatihan diselenggarakan, tim
6. Pelatihan tentang penyuluhan kesehatan pengabdian masyarakat melakukan beberapa
jiwa kegiatan persiapan, antara lain adalah: rapat
Prosedur Kerja koordinasi tim pengabdian kepada
(1) Penyusunan modul tentang masyarakat untuk menyusun planning of
penyuluhan kesehtan jiwa action (POA), rapat koordinasi antara tim
(2) Persiapan peralatan pendukung pengabdian masyarakat dan tim kader inti
pelatihan penyuluhan kesehatan jiwa Desa Rowosari, penyusunan modul
(3) Melaksanakan pelatihan penyuluhan pembelajaran, diskusi untuk finalisasi
kesehatan jiwa dengan metode modul, pembuatan rancangan media
ceramah, diskusi, dan simulasi atau pembelajaran dan persiapan peralatan
demonstrasi pendukung yang berkaitan dengan kesehatan
7. Pelatihan tentang kegiatan terapi jiwa di masyarakat.
aktifitas kelompok Kegiatan pelatihan diselenggarakan
Prosedur Kerja pada bulan Mei-Juni 2015, dengan empat
(1) Penyusunan modul terapi aktifitas tahapan waktu. Waktu ini disepakati oleh
kelompok bagi kader tim pengabdian masyarakat dan kader
(2) Persiapan peralatan pendukung kesehatan yang akan dilatih. Pertama,
untuk kegiatan terapi aktifitas pelatihan Program RW Siaga Sehat Jiwa,
kelompok untuk kader pada tanggal 22 Mei 2015. Kedua, pelatihan
(3) Pengadaan peralatan yang Gangguan Jiwa dan risiko masalah
dibutuhkan untuk terapi aktifitas psikososial, pada tanggal 29 Mei 2015.
kelompok Ketiga, sehat jiwa dan penyuluhan kesehatan
8. Pelatihan kunjungan rumah jiwa, pada tanggal 6 Juni 2015. Keempat,
Prosedur Kerja Terapi aktifitas kelompok (TAK) dan
(1) Penyusunan modul kegiatan Kunjunan ke klien, pada tanggal 12 Juni
kunjungan rumah 2015. Evaluasi pengetahuan (kognitif)
(2) Persiapan peralatan untuk kegiatan dilakukan setelah peserta mengikuti
kunjungan rumah pelatihan. Evaluasi keterampilan (skill atau
(3) Melaksanakan kegiatan kunjungan psikomotor) dilakukan setelah pelatihan
rumah dengan membentuk kelompok kecil yang
melibatkan peran fasilitator untuk
4. HASIL DAN PEMBAHASAN mengevaluasi keterampilan kader kesehatan
jiwa. Evaluasi ini dilaksanakan untuk
a. Hasil memastikan kader kesehatan jiwa mampu
Dari penelitian yang dilakukan dalam melakukan keterampilan sesuai dengan yang
kegiatan pelatihan kader RW siaga sehat telah ditargetkan. Laporan hasil masing-
jiwa di RW 6 dan RW 7, Kelurahan masing kegiatan akan ditulis secara rinci
Rowosari dengan jumlah Responden sebagai berikut.
sebanyak 30 Kader kesehatan adalah Luaran yang dicapai dalam kegiatan ini
sebagai berikut : adalah sebagai berikut:

614
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189

1. Pelatihan program RW sehat jiwa c. Pengetahuan kader tentang deteksi


a. Tersusunnya modul pembelajaran dini gangguan jiwa berada pada
kader tentang program RW sehat kategori baik (85% kader memiliki
jiwa skor lebih dari rata-rata; rata-rata
b. Tersedianya program-program RW skor pengetahuan kader adalah 9,40)
sehat jiwa d. Kader mampu mendemonstrasikan
c. Pengetahuan kader tentang program kembali cara pemeriksaan dini
Rw sehat jiwa berada pada kategori risiko psikososial
baik (80% kader memiliki skor lebih 5. Pelatihan deteksi dini sehat jiwa
dari rata-rata; rata-rata skor a. Tersusunnya modul pembelajaran
pengetahuan kader tentang program kader tentang deteksi dini sehat jiwa
RW sehat jiwa adalah 8)
d. Kader mampu melakukan b. Pengetahuan kader tentang stimulasi
mnjalankan program-program RW perkembangan anak dengan APE
sehat jiwa : berada pada kategori baik (80%
kader memiliki skor lebih dari rata-
2. Pelatihan deteksi keluarga sehat jiwa rata; rata-rata skor pengetahuan
a. Tersusunnya modul pembelajaran kader tentang deteksi dini sehat jiwa
kader tentang deteksi keluarga sehat adalah 8)
jiwa c. Kader mampu mendemonstrasikan
b. Tersedianya peralatan untuk deteksi kembali cara stimulasi pemeriksan
keluarga sehat jiwa sehat jiwa
c. Pengetahuan kader tentang deteksi
dini keluarga sehat jiwa berada pada 6. Pelatihan penyuluhan kesehatan jiwa
kategori baik (90% kader memiliki a. Tersusunnya modul pembelajaran
skor lebih dari rata-rata; rata-rata kader tentang penyuluhan kesehatan
skor pengetahuan kader adalah 8) jiwa
d. Kader mampu mendemonstrasikan b. Tersedianya set peralatan untuk
dalam pemeriksaan dini pada melakukan penyuluhan kesehatan
keluarga tentang keluarga sehat jiwa
e. Kader mampu menginterpretasikan c. Pengetahuan kader tentang
hasil skrining berdasarkan latihan penyuluhan kesehatan jiwa berada
soal yang diberikan pada saat latihan pada kategori baik (80% kader
memiliki skor lebih dari rata-rata;
3. Pelatihan deteksi dini gangguan jiwa rata-rata skor pengetahuan kader
a. Tersusunnya modul pembelajaran adalah 9,05)
kader tentang gangguan jiwa d. Kader mampu mendemonstrasikan
b. Tersedianya set peralatan kembali penyuluhan kesehatan jiwa
pemeriksan gangguan jiwa
c. Pengetahuan kader tentang 7. Pelatihan kegiatan terapi aktifitas
gangguan jiwa berada pada kategori kelompok
baik (80% kader memiliki skor lebih a. Tersusunnya modul pembelajaran
dari rata-rata; rata-rata skor kegiatan terapi aktifitas kelompok
pengetahuan kader adalah 8,50) b. Tersedianya peralatan untuk
d. Kader mampu mendemonstrasikan melakukan terapi aktifitas kelompok
kembali cara perawatan deteksi dini pemula untuk kader
gangguan jiwa c. Pengetahuan kader tentang kegiatan
terapi aktifitas kelompok berada
4. Pelatihan deteksi dini risiko psikososial pada kategori baik (80% kader
a. Tersusunnya modul pembelajaran memiliki skor lebih dari rata-rata;
kader tentang deteksi dini risiko rata-rata skor pengetahuan kader
psikososial adalah 8.50)
b. Tersedianya media penyuluhan d. Kader mampu mendemonstrasikan
untuk risiko psikososial kembali tentang role play kegiatan
terapi aktifitas kelompok

615
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189

8. Pelatihan kunjungan rumah b. Saran


a. Tersusunnya modul pembelajaran 1. Kader perlu mengaplikasikan
kegiatan kunjungan rumah pengetahuan dan keterampilan yang
b. Tersedianya peralatan untuk telah didapatkan selama pelatihan
melakukan kunjungan rumah kader kesehatan jiwa (KKJ).
c. Pengetahuan kader tentang 2. Tim pengabdian masyarakat perlu
kunjungan rumah berada pada memberikan pendampingan dan
kategori baik (80% kader memiliki evaluasi secara berkala terkait
skor lebih dari rata-rata; rata-rata pemanfaatan adanya kader
skor pengetahuan kader adalah 8.35) kesehatan jiwa (KKJ).
d. Kader mampu mendemonstrasikan
kembali tentang kunjungan rumah.
c. Ucapan terimakasih
Tim pengabdian kepada masyarakat
mengucapkan terima kasih kepada:
5. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Ditjen dikti yang telah memberikan dana
a. Kesimpulan penelitian
1. Pelatihan kader kesehatan Jiwa yang 2. Dr. Dra. Sri Darmawati, M.Si yang telah
telah diselenggarakan mampu memberikan bimbingan dan motivasi
meningkatkan pengetahuan kader selama pelaksanaan kegiatan pengabdian
tentang: masyarakat
a. Program RW siaga sehat jiwa 3. Kepala Desa dan seluruh jajaran tata
b. Deteksi keluarga di RW siaga pamong di Desa Rowosari Kecamatan
sehat jiwa Tembalang Kota Semarang
c. Gangguan jiwa 4. Kader kesehatan di Desa Rowosari
d. Risiko masalah psikososial Kecamatan Tembalang Kota Semarang
e. Sehat jiwa 5. Dinas kesehatan Kota Semarang
f. Penyuluhan kesehatan jiwa 6. Puskesmas Rowosari
g. Terapi aktifitas kelompok 7. Rekan-rekan sejawat yang telah
h. Kunjungan rumah membantu pelaksanaan penelitian ini

2. Pelatihan kader kesehatan jiwa yang


telah diselenggarakan mampu 6. DAFTAR PUSTAKA
meningkatkan keterampilan kader
dalam melakukan: Keliat, Budi Anna., dkk. (2006). Modul
a. Pemriksaan deteksi dini intermediete course – manajemen
kesehatanjiwa pada keluarga kasus gangguan jiwa dalam
b. Deteksi dini kunjungan rumah keperawatan kesehatan jiwa
pada keluarga sehat komunitas. Jakarta: Tim
c. Deteksi dini pada keluarga pengembang CMHN.
risiko Badan Pengembangan dan Pemberdayaan
d. Deteksi dini pada keluarga SDM Kesehatan, 2006, Kebijakan
gangguan Pengembangan Desa Siaga, Dep.Kes RI,
e. Pemeriksaan fisik pada keluarga Jakarta.
f. Terapi aktifitas kelompok / Bengtson, Vern L, 2000, The Social
TAK Psychology on Aging, Bobbs
Merril Co, New York.
3. Tersedianya sarana dan prasarana
untuk mendukung pelaksanaan
kegiatan posyandu kesehatan jiwa

616

You might also like