Filsafat Islam Dalam Ilmu Ushul Fiqih: Riza Zahriyal Falah
Filsafat Islam Dalam Ilmu Ushul Fiqih: Riza Zahriyal Falah
Abstract
Building law (jurisprudence) Islam is composed of a lot of knowledge from the
Quran Ulumul, Ulumul hadith, logic, language, fiqh usul, fiqh, and others.
Usul Fiqh as ijtihad or express legal guidelines on a proposition and vice
versa, has a very important position that must be mastered by the mujtahid
scholars. Historically, Muslims introduction to the philosophy (outside
Islam) has added science and knowledge. Philosophy is essentially thought.
Systematic thinking. Same with philosophy, usul fiqh in practice is a deep
thinking activities undertaken mujtahid to remove or excavate a particular law
of a proposition, and vice versa. This leads to systematic thinking similarities
there are some philosophical concepts adopted by usul fiqh such as the concept
of analogy that compares a law with other laws, also the necessary linguistic
analysis in text analysis. Formation reason Arab Abid al-Jabri which divides
logical rational thinking Arab Islam into three, namely reason bayani, Burhani,
and Irfani, also confirmed that the reason bayani developed by Muslims have
made progress sciences dealing with religion. The concept of rational thought,
but not independent of religiosity, could eventually develop ushul fiqh proven
and relevant even today.
A. Pendahuluan
Dalam perkembangan kebudayaan Islam, Harun Nasution
membagi tipologi perkembangan Islam ke dalam tiga masa,
yaitu masa klasik (610-1250 M), masa pertengahan (1250-1800
M) dan masa modern (1800 M-sekarang) (Nasution, 2011:
4-7). Masa klasik dimulai sejak zaman Rasulullah menerima
wahyu pertama berupa surat al-‘Alaq 1-5 di gua Hira, Makkah
pada tahun 610 masehi. Masa ini berakhir dengan runtuhnya
kekhalifahan dinasti Bani Abbasiyyah di Baghdad, Irak karena
Filsafat Islam Dalam Ilmu Ushul Fiqih
produk istinbath-nya.
Kedua, ide, gagasan, pemikiran, seperti yang dinyatakan
Karl A. Steenbrink, adalah ekspresi dan hasil proses komunikasi
sang tokoh dengan kondisi sosial lingkungannya. (Steenbrink,
1985: 4) Artinya, ide, gagasan, pemikiran filsafat Yunani dan
Islam, lahir dan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan sosial
sekitarnya. Mempersamakan dua hal yang bersala dari budaya
dan kondisi sosial yang berbeda adalah sesuatu yang tidak tepat.
Ketiga, kenyataan sejarah yang membuktikan bahwa pemikiran
rasional dikalangan umat Islam telah lebih dahulu mapan
sebelum perkenalan umat Islam dengan filsafat Yunani. Meski
karya-karya Yunani telah diterjemahkan pada masa kekuasaan
Bani Umayyah, oleh orang-orang seperti Ja’far bin Yahya
Al-Barmaki, namun buku-buku filsafatnya yang kemudian
melahirkan filsuf pertama muslim (dibidang Burhani), yaitu
Ibnu Sina, baru digarap pada masa dinasti Bani Abbasiyyah,
khususnya pada masa khalifah Al-Makmun oleh tokoh-tokoh
seperti Yuhana bin Musyawaih dan Hunanin bin Ishaq. (Hitti,
2014: 466-467) Pada masa ini, sistem berpikir rasional telah
berkembang pesat dalam masyarakat intelektual Arab-Islam,
yaitu dalam bidang Hukum (yurisprudensi) dan Kalam (teologi).
Dalam teologi muncul aliran-aliran seperti Mu’tazilah, Syi’ah,
Khawarij, Murji’ah dan lain-lain. Begitu pula dalam Hukum,
penggunaan nalar rasional dalam penggalian hukum (istinbath/
ijtihad) dengan istilah-istilah seperti istihsan, istishab, istislah,
qiyas dan lain-lain telah lazim digunakan. Tokoh-tokoh yang
terkenal meletakkan dasar-dasar istinbath menggunakan rasio
seperti Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i, Imam hanbali,
hidup sebelum umat Islam berkenalan dengan filsafat Yunani.
Kemunculan sistem berpikir rasional dalam Islam, salah
satunya didorong oleh munculnya madzhab-madzhab bahasa
(nahw) lantaran adanya keperluan utnuk memahami isi Al-
Qur’an dan Hadist secara baik dan benar. (Sholeh, 2014: 29)
Walaupun Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab, namun
tidak semua lafadznya bisa dengan mudah dipahami oleh orang-
orang Arab sendiri. Sehubungan dengan itu muncullah tiga
madzhab bahasa, yaitu madzhab Basrah yang dibangun oleh
Abu Aswad Ad-Duwali, madzhab Kuffah yang didirikan oleh
Abdullah bin Abdullah Al-Kisai dan terakhir madzhab Baghdad
B. Pembahasan
1. Filsafat dan Filsafat Islam
Filsafat secara umum merupakan kegiatan berpikir
sistematis, radikal dan universal. Secara bahasa, filsafat berasal
dari bahasa Yunani, Philos yang berarti cinta dan Sophia atau
Sophos yang berarti kebijaksanaan atau kebenaran. Secara bahasa
filsafat berari cinta kebijaksanaan atau kebenaran. Jadi seorang
filosof bukanlah orang yang benar atau bijaksana, tapi filosof
adalah orang yang selalu mencintai atau mencari kebenaran
yang hakiki. Secara terminologi, pengertian filsafat bisa jadi
berbeda antara filsuf yang satu dengan yang lainnya. Namun
substansi yang diajukan sama, yaitu kegiatan berpikir. Berpikir
yang dimaksud dalam filsafat bukanlah sekedar berpikir, namun
berpikir yang logis, sistematis, radikal, universal, bebas dan
bertanggung jawab. Seorang ilmuwan, akan melakukan kegiatan
berpikir, namun pemikirannya hanya sebatas pada ruang
lingkup ilmu yang dia dalami. Sedangkan seorang filsuf berpikir
secara luas tanpa terikat apapun. Maka dari itu, bisa dikatakan
bahwa filsafat adalah induk segala ilmu. Karena dari kegiatan
berpikirlah (yang logis, sistematis, radikal, universal, bebas dan
bertanggung jawab) muncul beragam ilmu pengetahuan baik
yang murni maupun yang praktis.
Filsafat merupakan kontemplasi atau mempelajari
pertanyaan-pertanyaan yang penting.mengenai eksistensi
kehidupan yang berakhir dengan pencerahan dan pemahaman
(illmunination and understanding), sebuah visi mengenai
keseluruhan, (Zaprulkhan, 2014: 3) filsafat menggunakan
nalar, persepsi, intuisi, dan imajinasi dalam aktifitasnya
untuk mengklarifikasi konsep-konsep, menganalisis sekaligus
membangun beragam argumen dan teori sebagai jawaban-
jawaban yang mungkin terhadap pertanyaan-pertanyaan yang
perenial tersebut. (Pojman dalam Zaprulkhan, 2014: 4) Dengan
mudhaf sedang kata fiqh adalah mudhaf ilahi. Gabungan dari dua
kata itu mempunyai pengertian ushul bagi fiqh. Pengertian ashlu
yang dimaksud, bila dihubungkan dengan kata fiqh adalah
bermakna dalil, dasar atau kaidah. Dalam pengertian ini, maka
kata ushul fiqh berarti dalil-dalil atau dasar-dasar, atau kaidah-
kaidah bagi fiqh, seperti Al-Qur’an, Hadist Rasulullah, ijma’,
qiyas, dan lain-lain. Jika fiqh diartikan sebagai pengetahuan
tentang norma hukum syara’ tentang perbuatan manusia yang
ditemukan dari dalil-dalilnya yang rinci, maka makna ushul
fiqh yang sesungguhnya adalah kaidah-kaidah yang digunakan
untuk menggali dan menemukan norma-norma hukum suatu
perbuatan manusia yang diambil dari dalilnya yang rinci. Sesuai
dengan yang diungkapkan Abdul Wahhab Khalaf: (Khalaf, 1392:
12)
العمل اب لقواعد والبحوث اليت يتوصل هبا ايل ا�ستفادة اآلحاكم الرشعية العملية من
أدلهتا التفصيلية
Ushul fiqh adalah pengetahuan tentang kaidah-kaidah dan
pembahasan yang dapat digunakan untuk memperoleh norma-norma
syar’i suatu perbuatan dari dalil-dalil atau dasar dasar yang terperinci
Ada juga ulama yang membuat definisi ushul fiqh secara
ringkas: (Djalil, 2010: 16)
Segala jenis ilmu dari berbagai sumber referensi ilmu, baik Hadist,
pengalaman, akal, atau intuisi disesuaikan dengan standar
al-Qur’an. Oleh karena al-Qur’an tidak ada persinggungan
sedikit pun di dalamnya, baik isi lafadz atau pun maknanya,
berdasarkan firman Allah Ta’ala:
٨٢ ٱلل ل َ َو َج ُدو ْا ِفي ِه ٱ ۡخ ِت ٰلَ ٗفا َك ِث ٗريا َ أَفَ َل يَتَ َدبَّ ُر
ِ َّ ون ٱلۡ ُق ۡر َء َۚان َول َ ۡو َك َن ِم ۡن ِعن ِد غ َ ۡ ِي
Artinya: Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran?
Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka
mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya (QS. An-Nisa:
82). Maka dalam menyeleksi tafsir ataupun istinbath (derivasi)
hukum pun disesuaikan dengan al-Qur’an.
C. Penutup
Perkenalan umat Islam dengan Filsafat (khususnya Yunani)
dalam kenyataan sejarah berkontribusi dalam mendorong
kemajuan ilmu pengetahuan di kalangan umat Islam. Sebelum
berkenalan dengan filsafat, umat Islam telah terlebih dahulu
mapan dalam pemikiran rasional dengan metode bayani.
Metode yang menggabungkan antara analisa teks dan analisa
akal. Walaupun tidak bisa dipungkiri, ada beberapa teori dalam
ushul fiqh yang menggunakan teori logika filsafat.
Filsafat Islam yang menjadi salah satu unsur pembentuk
ushul fiqh (disamping unsur-unsur ilmu yang lain), berkontribusi
cukup besar dalam mendorong perkembangan ushul fiqh.
Sebagai landasan teori yurisprudensi Islam, kaidah-kaidah ushul
fiqh akan selalu relevan diberbagai zaman bila dikembangkan
dengan pemikiran filosofis. Sudah tentu hasil atau output yang
dihasilkan ushul fiqh diharapkan bisa melunakkan dominasi
fiqh yang terkadang terkesan kaku dan anti perubahan.
Daftar Pustaka
Yogyakarta: Lesfi.
Khalaf, Abdul Wahab, 1392. Ilmu Ushul Fiqh. Jakarta: Majlis al-
A’la al-Indonesy li al-Dakwah al-Islamiyah.
Zahrah, Imam Abu, t.t. Ushul Fiqh. Kairo: Dar al-Fikr al-Araby.