Jurnal Proses Produksi Dan Pengujian Mesin Irat Bambu
Jurnal Proses Produksi Dan Pengujian Mesin Irat Bambu
Jurnal Proses Produksi Dan Pengujian Mesin Irat Bambu
ABSTRACT
Bamboo slicing machine is a machine used to make bamboo strips they can be used as a woven
material crafts as traditional rope. Bamboo slicing machine uses AC electric motor as the drive and
wooden chisel as the blade. They make it easy to use and can produce bamboo strips with 1 mm
thichness.This machine is expected to help people who produce woven crafts or tempe to maximize
the benefits of bamboo. The method used in the calculation of the production time process is by
using the machining process calculation method. The purpose of this production process calculation
is to estimate time needed in the process of making bamboo slicing machines, as well as calculating
the Bill of Materials (BoM) needed in the process of making bamboo slicing machines. The results
of the calculation of the production process cauld be seen in the details of each process. Some
production processes that were calculated were as follows the cutting process took 348.4 minutes,
the turning process took 281.7 minutes, the milling process took 112.5 minutes, the drilling process
took 159.8 minutes and the welding process took 440,2 minutes. All these calculations cauld be
realized if all processes were carried out continuously without stopping and any constraints, the Bill
of Materials of this machine was Rp.3,125,000, -
Keywords : Bamboo Slicing Machine, calculation of the production process, bill of material
ABSTRAK
Mesin irat bambu adalah mesin yang digunakan untuk membuat iratan bambu yang dapat di
manfaatkan sebagai bahan dasar anyaman atau pun sebagai tali tradisional. Menggunakan penggerak
motor listrik AC serta pisau serut kayu sebagai pisaunya membuat mesin irat bambu mudah
digunakan serta dapat menghasilkan iratan bambu setebal 1 mm. Dengan adanya mesin irat bambu
ini di harapkan dapat membantu masyarakat para pengrajin anyaman atau pun para pengrajin tempe
mendoan untuk memaksimalkan manfaat dari bambu. Metode yang digunakan dalam perhitungan
proses waktu produksi adalah mengguanakan metode perhitungan proses pemesinan. Tujuan dari
perhitungan proses produksi ini adalah untuk mengetahui estimasi waktu yang di perlukan dalam
proses pembuatan mesin irat bambu, serta mengetahui Bill of Material (BoM) yang diperlukan
dalam proses pembuatan mesin irat bambu. Hasil perhitungan proses produksi pada pembuatan
mesin irat bambu dapat di lihat pada rincian tiap prosesnya. Beberapa proses produksi yang di hitung
adalah proses pemotongan memakan waktu sebesar 348,4 menit, proses pembubutan memakan
waktu sebesar 281,7 menit, proses pengefraisan memakan waktu sebesar 112,5 menit, proses
penggurdian memakan waktu sebesar 159,8 dan proses pengelasan sebasar 440,2 menit. Semua
estimasi perhitungan tersebut dapat terealisaikan jika semua proses dilakukan secara terus menerus
tanpa henti dan kendala.. Kemudian di dapati Bill of Material untuk pembuatan mesin ini sebesar
Rp.3.125,000,-
Kata kunci: Mesin Irat Bambu, perhitungan proses produksi, bill of material.
PENDAHULUAN mempercepat pembelahan bambu tersebut.
Latar belakang Penggunaan tali pengikat berbahan dasar bambu juga
Orang Indonesia sudah lama memanfaatkan termasuk pelestarian budaya karena sudah di gunakan
bambu untuk bangunan rumah, perabotan, alat sejak jaman dahulu.
pertanian, kerajinan, alat musik, dan makanan.
Namun, bambu belum menjadi prioritas Rumusan Masalah
pengembangan dan masih dilihat sebagai "bahan milik Berdasarkan latar belakang yang telah
kaum miskin yang cepat rusak". Karenanya, diuraikan diatas, dalam laporan tugas akhir dapat
pemanfaatan bambu harus diintegrasikan dengan ditarik beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
upaya pelestarian agar bambu tetap tersedia dalam 1. Proses pembelahan bambu menjadi bagian-
jumlah yang cukup dan kualitas yang baik. Dengan bagian tipis masih menggunakan cara manual.
pengelolaan bambu yang meliputi pembudidayaan, 2. Perlunya mesin irat bambu untuk mendukung
pengelolaan rumpun, dan pengembangan produk yang produktivitas pengolahan bambu sebagai
berkelanjutan dan ramah lingkungan (Grace Hartanti, bentuk dari pemanfaatan bambu.
2010) 3. Peralatan yang digunakan masih bersifat
Bambu di Indonesia potensinya sangat tradisional sehingga menghasilkan olahan
menjanjikan untuk dimanfaatkan dengan baik, bahan baku yang tidak bersifat standar.
bambu merupakan tumbuhan mudah dikembangkan
dan mempunyai daur hidup yang relatif cepat, dengan Tujuan
waktu panen hanya 3 – 4 tahun. Bambu merupakan Pembahasan mengenai proses produksi
tumbuhan yang diharapkan dapat dijadikan dan uji fungsi mesin irat bambu memiliki
sebagai substitusi bahan tujuan sebagai berikut :
baku kayu komersial, karena kayu komersial 1. Membuat flow of process mesin irat bambu.
semakin tahun produksinya makin menurun dan 2. Menghitung proses produksi pembuatan
harganya yang relatif mahal. Sedangkan bambu mesin irat bambu. Meliputi :
memiliki keunggulan tersendiri dibanding kayu, a) Proses
karena bambu mudah dikembangkan dibanding kayu, pemotongan.
ulet, elastisitas yang tinggi, mudah dibentuk dan b) Proses
harganya relatif murah dibanding kayu. (Arsad Efendi, pembubutan.
2015) c) Proses
Di Desa Kroya Kecamatan Kroya tepatnya di pengefraisan alur
Jalan Kendeng RT 04 RW 07 terdapat sebuah usaha pasak.
kecil rumahan yaitu pembuatan tempe mendoan. d) Proses
Dalam pembuatan tempe mendoan diperlukan tali penggurdian.
pengikat yang terbuat dari bambu. Tali pengikat dari e) Proses
bambu dipilih karena harganya yang murah serta pengelasan.
keberadaanya di alam masih melimpah. Para 3. Menghitung biaya pembuatan mesin irat
pengusaha tempe mendoan cukup menebang pohon bambu.
bambu yang masih muda di sekitar pekarangan rumah 4. Uji fungsi keterulangan mesin irat bambu.
mereka untuk kemudian dijadikan tali pengikat tempe 5. Membuat bahan dasar anyaman sampai
mendoan. dengan ketebalan 1 mm
Selain dapat digunakan sebagai tali ikat
tempe mendoan, bambu juga dapat digunakan untuk
bahan kerajinan anyaman bambu. Seperti di Desa TINJAUAN PUSTAKA
Banjarwaru, Kecamatan Nusawungu terdapat sekitar Seiring perkembangan waktu, Jamboel Kipas
250 lebih perajin anyaman bambu. Para perajin masih tidak dapat memenuhi pesanan karena keterbatasan
menggunakan peralatan tradisional dalam proses kapasitas produksi souvenir kipas. Hal ini disebabkan
pembuatan anyaman bambu. Produk yang dihasilkan karena waktu proses yang lama terjadi pada bagian
para perajin bermacam-macam seperti kukusan, penyayatan bambu, yaitu sebesar 22 detik/iratan.
nampan, tampah, rinjing, pithi, dan lain sebagainya. Penelitian ini ditujukan untuk meningkatkan
Bahkan produk yang mereka hasilkan kini telah produktivitas penyayatan bambu serta memperbaiki
menembus pasar ekspor. posisi operator saat bekerja, dengan perancangan
Namun produktivitas dari anyaman ataupun mesin penyayat bambu berdasar anthropometri ukuran
tali pengikat mendoan tersebut masih terkendala oleh tubuh operator, keluhan selama bekerja, dan waktu
satu proses yang membutuhkan waktu yang lama yaitu proses penyayatan bambu. Hasil penelitian setelah
proses pembelahan bambu menjadi bentuk yang tipis perancangan menunjukan posisi operator saat bekerja
untuk proses mengayam, karena cara yang digunakan cukup ergonomis karena ukuran tempat kerja
masih dengan cara tradisional tanpa adanya bantuan disesuaikan dengan dimensi antropometri operator.
dari mesin yang bisa mempercepat proses produksi Waktu baku pada kondisi sebelum perancangan
tersebut. Untuk menanggapi permasalahan tersebut sebesar 21,16 detik/iratan dan output standar sebesar
penulis berinisiatif untuk membantu proses 170,09 iratan/jam. Sedangkan setelah perancangan
pembelahan bambu mejadi bagian yang tipis untuk sebesar 4,42 detik/iratan dan output standarnya
proses membuat anyaman yaitu dengan membuat sebesar 815,22 iratan/jam dengan peningkatan output
“Mesin Irat Bambu” untuk mempermudah dan standar 479,46%, terjadi penurunan waktu baku
xxx
PENDAHULUAN proses membuat anyaman yaitu dengan membuat
Latar belakang “Mesin Irat Bambu” untuk mempermudah dan
Orang Indonesia sudah lama memanfaatkan mempercepat pembelahan bambu tersebut.
bambu untuk bangunan rumah, perabotan, alat Penggunaan tali pengikat berbahan dasar bambu juga
pertanian, kerajinan, alat musik, dan makanan. termasuk pelestarian budaya karena sudah di gunakan
Namun, bambu belum menjadi prioritas sejak jaman dahulu.
pengembangan dan masih dilihat sebagai "bahan milik
kaum miskin yang cepat rusak". Karenanya, Rumusan Masalah
pemanfaatan bambu harus diintegrasikan dengan Berdasarkan latar belakang yang telah
upaya pelestarian agar bambu tetap tersedia dalam diuraikan diatas, dalam laporan tugas akhir dapat
jumlah yang cukup dan kualitas yang baik. Dengan ditarik beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
pengelolaan bambu yang meliputi pembudidayaan, 4. Proses pembelahan bambu menjadi bagian-
pengelolaan rumpun, dan pengembangan produk yang bagian tipis masih menggunakan cara manual.
berkelanjutan dan ramah lingkungan (Grace Hartanti, 5. Perlunya mesin irat bambu untuk mendukung
2010) produktivitas pengolahan bambu sebagai
Bambu di Indonesia potensinya sangat bentuk dari pemanfaatan bambu.
menjanjikan untuk dimanfaatkan dengan baik, 6. Peralatan yang digunakan masih bersifat
bambu merupakan tumbuhan mudah dikembangkan tradisional sehingga menghasilkan olahan
dan mempunyai daur hidup yang relatif cepat, dengan bahan baku yang tidak bersifat standar.
waktu panen hanya 3 – 4 tahun. Bambu merupakan
tumbuhan yang diharapkan dapat dijadikan Tujuan
sebagai substitusi bahan Pembahasan mengenai proses produksi
baku kayu komersial, karena kayu komersial dan uji fungsi mesin irat bambu memiliki
semakin tahun produksinya makin menurun dan tujuan sebagai berikut :
harganya yang relatif mahal. Sedangkan bambu 6. Membuat flow of process mesin irat bambu.
memiliki keunggulan tersendiri dibanding kayu, 7. Menghitung proses produksi pembuatan
karena bambu mudah dikembangkan dibanding kayu, mesin irat bambu. Meliputi :
ulet, elastisitas yang tinggi, mudah dibentuk dan f) Proses
harganya relatif murah dibanding kayu. (Arsad Efendi, pemotongan.
2015) g) Proses
Di Desa Kroya Kecamatan Kroya tepatnya di pembubutan.
Jalan Kendeng RT 04 RW 07 terdapat sebuah usaha h) Proses
kecil rumahan yaitu pembuatan tempe mendoan. pengefraisan alur
Dalam pembuatan tempe mendoan diperlukan tali pasak.
pengikat yang terbuat dari bambu. Tali pengikat dari i) Proses
bambu dipilih karena harganya yang murah serta penggurdian.
keberadaanya di alam masih melimpah. Para j) Proses
pengusaha tempe mendoan cukup menebang pohon pengelasan.
bambu yang masih muda di sekitar pekarangan rumah 8. Menghitung biaya pembuatan mesin irat
mereka untuk kemudian dijadikan tali pengikat tempe bambu.
mendoan. 9. Uji fungsi keterulangan mesin irat bambu.
Selain dapat digunakan sebagai tali ikat 10. Membuat bahan dasar anyaman sampai
tempe mendoan, bambu juga dapat digunakan untuk dengan ketebalan 1 mm
bahan kerajinan anyaman bambu. Seperti di Desa
Banjarwaru, Kecamatan Nusawungu terdapat sekitar
250 lebih perajin anyaman bambu. Para perajin masih TINJAUAN PUSTAKA
menggunakan peralatan tradisional dalam proses Seiring perkembangan waktu, Jamboel Kipas
pembuatan anyaman bambu. Produk yang dihasilkan tidak dapat memenuhi pesanan karena keterbatasan
para perajin bermacam-macam seperti kukusan, kapasitas produksi souvenir kipas. Hal ini disebabkan
nampan, tampah, rinjing, pithi, dan lain sebagainya. karena waktu proses yang lama terjadi pada bagian
Bahkan produk yang mereka hasilkan kini telah penyayatan bambu, yaitu sebesar 22 detik/iratan.
menembus pasar ekspor. Penelitian ini ditujukan untuk meningkatkan
Namun produktivitas dari anyaman ataupun produktivitas penyayatan bambu serta memperbaiki
tali pengikat mendoan tersebut masih terkendala oleh posisi operator saat bekerja, dengan perancangan
satu proses yang membutuhkan waktu yang lama yaitu mesin penyayat bambu berdasar anthropometri ukuran
proses pembelahan bambu menjadi bentuk yang tipis tubuh operator, keluhan selama bekerja, dan waktu
untuk proses mengayam, karena cara yang digunakan proses penyayatan bambu. Hasil penelitian setelah
masih dengan cara tradisional tanpa adanya bantuan perancangan menunjukan posisi operator saat bekerja
dari mesin yang bisa mempercepat proses produksi cukup ergonomis karena ukuran tempat kerja
tersebut. Untuk menanggapi permasalahan tersebut disesuaikan dengan dimensi antropometri operator.
penulis berinisiatif untuk membantu proses Waktu baku pada kondisi sebelum perancangan
pembelahan bambu mejadi bagian yang tipis untuk sebesar 21,16 detik/iratan dan output standar sebesar
170,09 iratan/jam. Sedangkan setelah perancangan pemotongan dibantu menggunakan stopwatch.
sebesar 4,42 detik/iratan dan output standarnya Berikut adalah contoh dari hasil pemotongan besi L
sebesar 815,22 iratan/jam dengan peningkatan output untuk rangka mesin irat bambu.
standar 479,46%, terjadi penurunan waktu baku
sebesar 378,73%. (Agung Kristanto dan
Yusuf Arifin, 2012).