Hubungan Panjang - Berat Dan Morfometrik Ikan Julung-JULUNG (Zenarchopterus Dispar) DARI PERAIRAN PANTAI UTARA ACEH Rahmad Fadhil, Zainal A. Muchlisin, Widya Sari

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah

Volume 1, Nomor 1: 146-159


Januari – April 2016

HUBUNGAN PANJANG - BERAT DAN MORFOMETRIK IKAN JULUNG-


JULUNG (Zenarchopterus dispar) DARI PERAIRAN PANTAI UTARA ACEH

Rahmad Fadhil, Zainal A. Muchlisin, Widya Sari


Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh; Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Email
korespondensi: [email protected]

ABSTRACT
The objectives of the present study were to evaluate the growth pattern and
morphological variation of halfbeak (Zenarchopterus dispar) in Northern Coast of Aceh.
This research was conducted from August 2014 to November 2015. The sampling was
conducted from October to December 2014 in three sampling locations i.e. Kuala
Peukan Baro Kabupaten Pidie, Kuala Gampong Keudee Kabupaten Pidie Jaya, and
Kuala Mamplam Kota Lhokseumawe. The fish sample were analyzed at Laboratorium
of Faculty of Marine and Fisheries Syiah Kuala University. The traditional
morphometric was used in this study. The result showed that there were 110 fish were
sampled from three sampling locations; 37 fish, 36 fish and 37 fish from Pidie, Pidie
Jaya and Lhokseumawe respectively. The coeficient b value of Julung-Julung fish
population in Pidie and Lhokseumawe showed allometric negative growth pattern (b<3).
In other hand, the b value of the population in Pidie Jaya was showed allometric positive
growth pattern (b>3). One-way ANOVA test revealed that distinction among three
locations did not showed a significant different on observed morphometric characteristic
(P<0,05). Univariate analysis implied that fish from all three locations had adequately
high similarity of morphological characteristics (66,67%). Although the multivariate
analysis showed that group of Zenarchopterus dispar fish in Pidie and Lhokseumawe
have higher similarity than in Pidie Jaya, but there were no morphological characteristic
difference among three sampling locations.

Keywords: Julung-julung (Zenarchopterus dispar), length-weight relationships,


traditional morphometric, northern coastal of Aceh

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan panjang-berat dan variasi


morfometrik ikan julung-julung Zenarchopterus dispar yang tertangkap di perairan
pantai utara Aceh. Penelitian ini dilaksanakan pada Agustus 2014 hingga November
2015. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Oktober sampai Desember 2014 dan
meliputi tiga lokasi pengambilan sampel, yaitu Kuala Peukan Baro Kabupaten Pidie,
Kuala Gampong Keudee Kabupaten Pidie Jaya, dan Kuala Mamplam Kota
Lhokseumawe. Sampel yang tertangkap dianalisis di Laboratorium Terpadu, Fakultas
Kelautan dan Perikanan, Universitas Syiah Kuala. Metode yang digunakan adalah
tradisional morfometrik. Jumlah ikan yang tertangkap sebanyak 110 ekor, yaitu 37 ekor

146
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah
Volume 1, Nomor 1: 146-159
Januari – April 2016

tertangkap di Pidie, 36 ekor tertangkap Pidie Jaya, dan 37 ekor yang tertangkap di
Lhokseumawe. Populasi ikan julung-julung Zenarchopterus dispar di Pidie dan
Lhokseumawe menunjukkan pola pertumbuhan alometrik negatif (b<3). Sedangkan
sebaliknya untuk daerah Pidie Jaya yang menunjukkan pola pertumbuhan alometrik
positif (b>3). Hasil uji one-way ANOVA menunjukkan bahwa perbedaan lokasi
tangkapan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap karakter morfometrik ikan
julung-julung (P<0,05). Berdasarkan analisis univariat ikan julung-julung yang
tertangkap di perairan Pidie, Pidie Jaya, dan Lhokseumawe memiliki kesamaan karakter-
karakter morfologi yang cukup tinggi, yaitu sebesar 66,67%. Hasil analisis multivariat
menunjukkan meskipun kelompok ikan julung-julung di Pidie dan Lhokseumawe
memiliki kemiripan yang lebih tinggi berbanding dengan di Pidie Jaya, tetapi secara
umum ikan yang tertangkap di ketiga lokasi tersebut memiliki karakter morfologi yang
tidak berbeda.

Kata kunci: Julung-julung (Zenarchopterus dispar), hubungan panjang-berat,


tradisional morfometrik, perairan utara Aceh

PENDAHULUAN

Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan biodiversitas tertinggi di


dunia setelah Brazil, diperkirakan terdapat 4000 jenis ikan di perairan Indonesia dan 800
jenis diantaranya merupakan ikan tawar dan payau (Djajadireja et al., 1977). Salah satu
kelompok ikan yang dijumpai di perairan Indonesia adalah ikan julung-julung. Ikan ini
mampu hidup di perairan laut dan air payau, bahkan ada beberapa spesies yang
menyebar sampai ke perairan air tawar. Ikan tersebut hidup secara berkelompok dan
tersebar di Pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Bangka-Belitung dan
Kepulauan Indonesia lainnya serta di sungai-sungai di Semenanjung Malaysia dan
sungai-sungai di Siam (Samuel, 2010). Ikan julung-julung terdiri dari beberapa genus,
salah satunya adalah Zenarchopterus. Genus Zenarchopterus hidup di perairan payau
dan laut. Beberapa spesies ikan Zenarchopterus ditemukan di perairan Aceh antara lain
adalah Zenarchopterus rasori, Zenarchopterus beauforti, Zenarchopterus gilli dan
Zenarchopterus dispar (Muchlisin dan Siti-Azizah, 2009).
Kajian tentang bio-ekologi ikan Zenarchopterus masih sangat minim, laporan
terbaru tentang ikan ini adalah tentang variasi morfometriknya dari beberapa lokasi di
Sumatra Barat (Syaifullah et al., 2015). Namun kajian tentang bio-ekologi ikan
Zenarchopterus dispar khususnya tentang hubungan panjang-berat dan morfometrik
dari perairan Aceh belum pernah dilakukan.
Hubungan panjang-berat ikan adalah suatu hal yang penting dalam pengelolaan
sumberdaya perikanan. Sebagaimana dinyatakan oleh Okgermen (2005) bahwa kajian
hubungan panjang berat adalah hal yang penting untuk diketahui, karena dengan adanya
informasi ini dapat diketahui pola pertumbuhan ikan, informasi mengenai lingkungan
dimana spesies tersebut hidup, produktivitas, kondisi fisiologis ikan, dan tingkat
kesehatan ikan secara umum. Merta (1993) juga menjelaskan bahwa yang dimaksudkan
dengan hubungan panjang berat adalah variasi berat harapan untuk panjang tertentu dari

147
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah
Volume 1, Nomor 1: 146-159
Januari – April 2016

ikan secara individual atau kelompok–kelompok individu sebagai suatu petunjuk tentang
kegemukan, kesehatan, perkembangan gonad dan sebagainya. Morfometrik merupakan
salah satu cara untuk mengetahui keanekaragaman suatu spesies dengan melakukan
pengujian terhadap karakter morfologi secara umum. Informasi morfometrik sangat
berguna untuk mengkaji variasi bentuk akibat adanya perbedaan geografis (Baur dan
Leuenberger, 2011). Selain itu, informasi morfometrik sering juga digunakan dalam
taksonomi dan mendeskripsikan ikan (Barriga-Sosa et al., 2004).
Penelitian tentang morfometrik dan hubungan panjang berat ikan di perairan
Aceh telah dilakukan, namun hanya pada beberapa spesies saja, antara lain morfometrik
ikan belanak (Mugil cephalus) yang ditangkap di perairan Estuaria Banda Aceh dan
Aceh Besar (Muchlisin et al., 2013), hubungan panjang berat dan faktor kondisi tiga
jenis ikan yang tertangkap di perairan Kuala Gigieng, Aceh Besar, Provinsi Aceh
(Mulfizar et al., 2012) dan hubungan panjang-berat dan faktor kondisi dua jenis ikan
yang terancam, Rasbora tawarensis dan Poropuntius tawarensis di Danau Laut Tawar,
Provinsi Aceh (Muchlisin et al., 2010). Akan tetapi sejauh ini penelitian tentang bio-
ekologi ikan Zenarchopterus dispar khususnya aspek morfometrik dan hubungan
panjang-berat belum pernah dilakukan, terutama ditinjau dari perbedaan geografis. Oleh
karena itu penelitian ini penting untuk dilakukan sebagai upaya penyedia data awal
tentang kondisi biologi jenis ikan julung-julung dalam upaya menyusun strategi
pengelolaan dan konservasi sumberdaya ikan, khususnya ikan julung-julung, di masa
mendatang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang hubungan panjang-berat
dan variasi morfometrik dari ikan julung-julung genus Zenarchopterus dispar yang
tertangkap di perairan pantai utara Aceh.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilaksanakan dari Agustus 2014 hingga Desember 2015. Lokasi
pengambilan sampel ikan julung-julung adalah di 3 lokasi pantai utara Aceh yaitu di
Kuala Pekan Baro Kabupaten Pidie, Kuala Gampong Keudee Kabupaten Pidie Jaya, dan
Kuala Mamplam Kota Lhokseumawe dari Oktober sampai Desember 2014, analisis
sampel dilaksanakan di Laboratorium Terpadu, Fakultas Kelautan dan Perikanan,
Universitas Syiah Kuala. Sampling pendahuluan telah dilakukan pada November 2013.
Lokasi
pengambilan sampel dapat dilihat pada Gambar 1.
Penentuan Lokasi, Teknik Sampling dan Preservasi
Penelitian ini menggunakan metode survey dan lokasi sampling ditentukan
secara purposive. Sedangkan untuk titik sampling ditentukan secara acak (random) pada
areal yang telah ditentukan. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan, maka penelitian
ini difokuskan pada Pantai Utara Aceh yang meliputi Kabupaten Pidie, Kabupaten Pidie
Jaya, dan Kota Lhokseumawe. Pada masing-masing kabupaten ditetapkan 1 lokasi
sampling, sehingga total ada 3 lokasi sampling, yaitu:
1. Kuala Peukan Baro yang terletak di Gampong Pasi Kecamatan Kota Sigli
Kabupaten Pidie (5⁰ 24' 25.115" LU, 95⁰ 56' 13.575" BT)

148
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah
Volume 1, Nomor 1: 146-159
Januari – April 2016

2. Kuala Gampong Keude yang terletak di Gampong Keude Kecamatan Pante


Raja Kabupaten Pidie Jaya (5⁰ 16' 35.300" LU, 96⁰ 8' 29.800" BT)
3. Kuala Mamplam yang terletak di Gampong Ujong Blang Kecamatan Banda
Sakti Kota Lhokseumawe (5⁰ 12' 21.701" LU, 97⁰ 6' 50.184" BT)
Pada masing-masing lokasi dilakukan sampling secara acak dengan
menggunakan jala dan serok. Sampling dilakukan pada malam hari antara pukul 20.00-
24.00 WIB. Sampel ikan yang tertangkap dimasukkan ke dalam kantong plastik yang
telah diisi dengan formalin 10% untuk pengawetan.

Gambar 1. Peta Pantai Utara Aceh (bulatan merah adalah lokasi sampling)

Pengukuran Panjang-Berat Ikan


Panjang total ialah panjang ikan yang diukur mulai dari ujung terdepan bagian
moncong sampai ujung terakhir sirip ekor. Sedangkan panjang standar adalah panjang
ikan yang diukur mulai dari ujung terdepan moncong sampai ke ujung terakhir dari
tulang punggungnya. Pengukuran panjang ikan menggunakan jangka sorong digital
dalam satuan mm dengan tingkat ketelitian 0,01 mm. Berat total adalah pengukuran
berat ikan secara utuh. Pengukuran berat total ikan menggunakan timbangan digital
dalam satuan gram dengan ketelitian 0,1 gram. Teknik pengukuran dapat dilihat pada
Gambar 2.

Pengukuran Karakter Morfometrik


Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah tradisional morfometrik.
Sebanyak 36-37 ekor ikan sampel dari masing-masing lokasi diukur 12 karakter

149
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah
Volume 1, Nomor 1: 146-159
Januari – April 2016

morfometriknya menggunakan jangka sorong dengan tingkat ketelitian 0,01 mm.


Karakter morfometrik yang diukur dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3. dan
Tabel 1.

Analisis Data
Hubungan panjang dan berat
Data panjang dan berat ikan dianalisis dengan analisis regresi linear, dengan
variabel berat sebagai peubah tak bebas (dependent variable) dan variabel panjang
sebagai peubah bebas (independent variable). Linear Allometric Model (LAM) di
gunakan untuk menghitung parameter a dan b melalui pengukuran perubahan berat dan
panjang. Koreksi bias pada perubahan berat rata-rata dari unit logaritma digunakan
untuk memprediksi berat pada parameter panjang sesuai dengan persamaan alometrik
berikut, berdasarkan De-Robertis & William (2008) dan Muchlisin et al. (2010): W =
e0.56 aLb
Dimana, W= bobot ikan (g), L= panjang total ikan (mm), a= intercept regreasi, b=
koefisien regresi, e=variance of the residuals dari model regresi LAM, 0.56 adalah
factor koreksi

Gambar 2. Pengukuran panjang ikan julung-julung

Ga
mbar 3. Karakter morfometrik ikan julung-julung yang diukur.

150
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah
Volume 1, Nomor 1: 146-159
Januari – April 2016

Tabel 1. Deskripsi karakter morfometrik ikan julung-julung yang diukur


No. Karakter Morfometrik Notasi Deskripsi
1. Panjang total TL Jarak antara ujung bagian kepala terdepan dengan
(Total length) ujung sirip caudal yang paling belakang
2. Panjang standar SL Jarak antara ujung bagian kepala terdepan dengan
(Standard length) pelipatan pangkal sirip caudal
3. Panjang kepala HL Jarak antara ujung bagian kepala terdepan dari hidung
(Head length) hingga ujung terbelakang dari keping tutup insang
Panjang garis tengah rongga mata
4. Diameter mata ED
(Eye diameter) Jarak antara pangkal jari-jari pertama dengan tempat
5. Panjang dasar sirip dorsal DBL selaput sirip di belakang jari-jari terakhir bertemu
(Dorsal base length) dengan badan
Jarak dasar dari jari-jari sampai ujung jari-jari
6. Tinggi sirip dorsal (Dorsal DD terpanjang sirip dorsal
depth) Diukur pada bagian ventral tertinggi antara bagian
7. Tinggi badan BD dorsal dengan ventral
(Body depth) Jarak antara pangkal sirip hingga ujung terpanjang
8. Panjang sirip dada (Pectoral PFL dari sirip pectoral
fin length) Jarak antara pangkal sirip hingga ujung terpanjang
9. Panjang sirip perut (Ventral fin VFL dari sirip ventral
length) Jarak antara pangkal sirip hingga ujung terpanjang
10. Panjang sirip anal AFL dari sirip anal
(Anal fin length) Jarak miring antara ujung dasar sirip anal dan pangkal
11. Panjang batang ekor CPL jari-jari tengah sirip caudal
(Caudal pundacle length) Diukur pada bagian batang ekor pada tempat yang
12. Tinggi batang ekor CPD terendah
(Caudal pundacle depth)

Morfometrik
Data hasil pengukuran terlebih dahulu distandarisasi dengan cara
ditransformasikan dengan rumus Schindler dan Schmidt (2006) sebagai berikut:
Mtrans =
Dimana Mtrans = ukuran karakter hasil transformasi, M = data pengukuran awal
karakter, TL = panjang total
Selanjutnya untuk melihat penyebaran karakter morfologi ikan dilakukan dengan
analisis diskriminan. Sedangkan untuk mengetahui variasi morfologi dari setiap spesies
dan lokasi dilakukan uji sidik ragam satu arah (one-way ANOVA). Lalu selanjutnya
dilakukan uji Duncan untuk mengetahui tingkat perbedaannya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hubungan Panjang-Berat
Berdasarkan hasil penelitian, jumlah ikan yang tertangkap selama penelitian
adalah sebanyak 110 ekor, yaitu: 37 ekor tertangkap di Pidie, 36 ekor tertangkap di Pidie
Jaya, dan 37 ekor yang tertangkap di Kota Lhokseumawe. Ikan julung-julung

151
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah
Volume 1, Nomor 1: 146-159
Januari – April 2016

Zenarchopterus dispar yang tertangkap di Peukan Baro Kabupaten Pidie memiliki


kisaran panjang 112 mm – 136 mm dan kisaran berat 3,6 g – 8,39 g dengan rerata
panjang 124,48 mm dan berat rerata 5,67 g. Untuk kisaran ukuran ikan julung-julung
yang tertangkap di Gampong Keude Kabupaten Pidie Jaya memiliki kisaran panjang 103
mm – 137 mm dan kisaran berat 2,2 g – 7,45 g dengan rerata panjang 122,05 mm dan
rerata berat 4,99 g. Sedangkan untuk kisaran panjang ikan julung-julung yang tertangkap
di Kuala Mamplam Kota Lhokseumawe memiliki kisaran panjang 100 mm – 142 mm
dan kisaran berat 3,95 g – 9,55 g dengan rerata panjang 125,10 mm dan rerata berat 6,29
g (Tabel 2). Secara umum terlihat bahwa panjang dan berat rerata ikan sampel dari
ketiga lokasi relatif seragam.
Hasil analisis regresi dan grafik hubungan panjang berat sampel ikan dari Peukan
Baro Kabupaten Pidie menghasilkan persamaan regresi y = 1,5325x - 5,6741 dengan
nilai b= 1,53 dan koefisiean determinasi 0,2416 (Gambar 2a), artinya pola pertumbuhan
bersifat alometrik negatif dan 24,16% perubahan bobot ikan terjadi karena pertambahan
panjang ikan, sedangkan 75,84% perubahan bobot ikan disebabkan oleh faktor lain
selain berat badan ikan yang belum diketahui dari penelitian ini. Nilai ini
mengindikasikan bahwa perubahan panjang ikan tidak terlalu signifikan pengaruhnya
terhadap perubahan bobot.
Hasil analisis regresi linear dan grafik hubungan panjang berat sampel ikan dari
Gampong Keude Kabupaten Pidie Jaya menghasilkan persamaan regresi y = 3,4937x -
15,211 dengan nilai b=3.49 dan koefisien determinasi 0,8052 (Gambar 2b), bermakna
pola pertumbuhannya bersifat alometrik positif dan 80,52% perubahan bobot ikan terjadi
karena pertambahan panjang ikan, sedangkan 19,48% disebabkan oleh faktor lain yang
belum diketahui. Sedangkan hasil analisis regresi sampel ikan dari Kuala Mamplam
Kota Lhokseumawe menghasilkan persamaan regresi yaitu y = 2,2279x - 8,9336 dengan
nilai b= 2.23 dan koefisien determinasi 0,7291 (Gambar 2c). Hal ini bermakna bahwa
pola pertumbuhan ikan julung-julung di lokasi ini bersifat alometrik negatif dan 72,91%
perubahan berat ikan terjadi karena pertambahan panjangnya, sedangkan 27,09%
disebabkan oleh faktor lain.

Tabel 2. Hasil Pengukuran Parameter Ikan Julung-Julung (Zenarchopterus dispar)


Kisaran Bobot Nilai
Jumlah Panjang Koefisien
Lokasi Panjang Rerata Koefisiean
Sampel Rerata (mm) R2
(mm) (g) b
Pidie 37 112-136 124,48 5,67 0,2416 1,5325
Pidie Jaya 36 103-137 122,05 4,99 0,8052 3,4937
Lhokseumawe 37 100-142 125,10 6,29 0,7291 2,2279

152
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah
Volume 1, Nomor 1: 146-159
Januari – April 2016

Gambar 2. (a) Hubungan panjang-berat ikan julung-julung (Zenarchopterus dispar) yang


tertangkap di Peukan Baro Kabupaten Pidie, (b) Hubungan panjang-berat ikan julung-julung
(Zenarchopterus dispar) yang tertangkap di Gampong Keudee Kabupaten Pidie Jaya, (c) Hubungan
panjang-berat ikan julung-julung (Zenarchopterus dispar) yang tertangkap di Kuala Mamplam Kota
Lhokseumawe

Muchlisin (2010) menyatakan bahwa faktor lingkungan seperti arus dan


gelombang menjadi faktor utama yang mempengaruhi nilai b dari pertumbuhan hewan
air. Pada umumnya hewan air yang hidup pada perairan tenang lebih dominan memiliki
nilai b yang besar, sedangkan hewan yang hidup pada perairan deras cenderung
memiliki nilai b yang rendah. Ikan perenang aktif juga akan menunjukkan nilai b yang
relatif rendah dibandingkan dengan ikan perenang pasif. Hal tersebut terkait dengan
tingkat keaktifan perilaku pergerakan ikan yang sangat berhubungan dengan tipe
perairan dimana spesies ikan ini tinggal. Selain itu, faktor lainnya yang mempengaruhi
nilai b dari ikan tersebut adalah kondisi biologis. Froese and Torres (1999) menyatakan
bahwa kondisi biologis seperti perkembangan gonad dan ketersediaan makanan juga
dapat mempengaruhi nilai b tersebut.

153
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah
Volume 1, Nomor 1: 146-159
Januari – April 2016

Berdasarkan perbandingan pola pertumbuhan prediksi dan observasi ikan julung-


julung yang tertangkap di Peukan Baro Kabupaten Pidie (Gambar 3a), dapat dijelaskan
bahwa pola pertumbuhan sampel yang telah dianalisis menunjukkan kemiripan antara
pola pertumbuhan yang diprediksi dengan pola pertumbuhan observasi (diukur).
Walaupun dari gambar tersebut diketahui beberapa data ikan julung-julung tersebar jauh
dari garis pola pertumbuhan prediksi, tetapi tidak terlalu berpengaruh terhadap pola
kemiripannya. Hal ini dikarenakan sebagian besar data masih tersebar mengikuti pola
pertumbuhan prediksi. Perbandingan pola pertumbuhan prediksi dan observasi ikan
julung-julung yang tertangkap di Gampong Keude Kabupaten Pidie Jaya (Gambar 3b)
menunjukkan bahwa pola pertumbuhan ikan julung-julung tersebut memiliki kemiripan
yang tinggi. Hal ini dikarenakan sebaran data observasi berada dekat dan mengikuti pola
pertumbuhan prediksi. Sedangkan perbandingan pola pertumbuhan prediksi dan
observasi ikan julung-julung yang tertangkap di Kuala Mamplam Kota Lhokseumawe
(Gambar 3c) menunjukkan pola pertumbuhan yang mirip antara pola pertumbuhan yang
diprediksi dengan pola pertumbuhan yang diobservasi (diukur). Hal ini dikarenakan
sebaran data observasi berada dekat dan mengikuti pola pertumbuhan prediksi.
Morfometrik
Analisis Univariat
Hasil uji one-way ANOVA menunjukkan bahwa perbedaan lokasi tangkapan
menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap beberapa karakter morfometrik yang
diteliti (P>0,05) (Tabel 3). Karakter morfometrik tersebut meliputi panjang total (TL),
panjang standar (SL), panjang kepala (HL), diameter mata (ED), panjang dasar sirip
dorsal (DBL), tinggi sirip dorsal (DD), tinggi badan (BD), panjang sirip dada (PFL),
panjang sirip perut (VFL), panjang sirip anal (AFL), panjang batang ekor (CPL), dan
tinggi batang ekor (CPD).
Hasil pengukuran morfometrik yang dilakukan menujukkan bahwa ikan julung-
julung yang tertangkap di perairan Pidie memiliki 4 karakter dengan nilai tertinggi yaitu
panjang dasar sirip dorsal (DBL), tinggi sirip dorsal (DD), panjang sirip anal (AFL), dan
panjang batang ekor (CPL). Hasil Uji Duncan menunjukkan hanya panjang batang ekor
(CPL) di daerah ini yang berbeda nyata dengan dua daerah lainnya, sementara karakter-
karakter lain tidak berbeda.
Berbeda dengan ikan julung-julung di Pidie, hasil pengukuran morfometri ikan
yang tertangkap di perairan Pidie Jaya memiliki 3 karakter dengan nilai tertinggi yaitu
panjang kepala (HL), panjang sirip dada (PFL), dan tinggi batang ekor (CPD). Uji
Duncan menunjukkan bahwa ukuran panjang kepala (HL) pada ikan di lokasi ini
berbeda nyata dengan dua lokasi lainnya, tetapi panjang sirip dada dan tinggi batang
ekor tidak memiliki perbedaan.

154
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah
Volume 1, Nomor 1: 146-159
Januari – April 2016

Gambar 3. (a) Perbandingan pola pertumbuhan prediksi dan observasi ikan julung-julung (Zenarchopterus
dispar) yang tertangkap di Peukan Baro Kabupaten Pidie, (b) Perbandingan pola pertumbuhan prediksi
dan observasi ikan julung-julung (Zenarchopterus dispar) yang tertangkap di Gampong Keudee
Kabupaten Pidie Jaya, (c) Perbandingan pola pertumbuhan prediksi dan observasi ikan julung-julung
(Zenarchopterus dispar) yang tertangkap di Kuala Mamplam Lhokseumawe

Ikan-ikan di perairan Aceh Utara memiliki 5 karakter morfometrik dengan nilai


tertinggi yaitu panjang total (TL), panjang standar (SL), diameter mata (ED), tinggi
badan (BD), dan panjang sirip perut (VFL). Berdasarkan Uji Lanjut Duncan, karakter-
karakter tersebut ada yang tidak berbeda dengan karakter yang terdapat pada ikan di
Pidie dan Pidie Jaya, tetapi ada juga yang berbeda. Karakter-karakter yang sama adalah
panjang total, diameter mata, dan panjang sirip perut. Sedangkan panjang standar dan
tinggi badan pada ikan julung-julung Lhokseumawe memiliki nilai yang tidak berbeda
dengan Pidie, tetapi berbeda dengan ikan yang tertangkap di Pidie Jaya.
Berdasarkan analisis univariat ini, ikan julung-julung yang tertangkap di perairan
Pidie, Pidie Jaya, dan Lhokseumawe memiliki kesamaan karakter-karakter morfologi
yang cukup tinggi, yaitu sebesar 66,67%. Sebanyak 8 dari 12 karakter yang diukur tidak
berbeda secara statistik, yaitu panjang total (TL), diameter mata (ED), panjang dasar

155
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah
Volume 1, Nomor 1: 146-159
Januari – April 2016

sirip dorsal (DBL), tinggi sirip dorsal (DD), panjang sirip dada (PFL), panjang sirip
perut (VFL), panjang sirip anal (AFL), dan tinggi batang ekor (CPD).

Tabel 3. Analisis univariat ikan julung-julung dari ketiga lokasi.


Lokasi Penangkapan / Populasi
No. Karakter
Pidie (n = 37) Pidie Jaya (n = 36) Lhokseumawe (n = 37)
a
1. TL 124,49±8,16 122,06±9,56a 125,11±9,90a
2. SL 110,73±7,10ab 107,81±8,37a 112,05±9,08b
3. HL 47,46±4,49a 50,17±3,44b 48,00±5,38a
4. ED 3,05±0,47a 3,00±0,86a 3,14±0,48a
5. DBL 12,22±2,16a 12,17±2,24a 11,43±1,48a
6. DD 8,22±2,11a 7,44±2,27a 7,92±2,25a
7. BD 9,05±1,20ab 8,44±1,76a 9,38±1,11b
8. PFL 9,78±1,11a 10,08±2,16a 9,95±1,29a
9. VFL 3,03±0,55a 3,19±0,82a 3,30±0,62a
10. AFL 15,59±1,96a 14,64±3,79a 15,49±2,26a
11. CPL 8,27±1,10b 7,28±1,34a 7,70±0,97a
12. CPD 3,32±0,58a 3,42±0,69a 3,38±0,59a
Keterangan: Superscript yang berbeda pada setiap baris menunjukkan nilai yang berbeda nyata (P<0,05).

Analisis Multivariat
Analisis Discriminant Function Analysis (DFA) menghasilkan dua fungsi yaitu
fungsi 1 dan 2 (Tabel 4). Fungsi 1 dengan Eigenvalue 0,983 menerangkan 84,1% dari
total variance dan sisanya sebesar 15,9% dijelaskan oleh Fungsi 2 dengan Eigenvalue
sebesar 0,186. Karakter-karakter yang memberikan kontribusi terhadap fungsi 1 adalah
panjang kepala, tinggi badan, panjang standar, dan diameter mata. Sedangkan karakter-
karakter yang memberikan kontribusi terhadap fungsi 2 adalah panjang batang ekor,
panjang dasar sirip dorsal, panjang sirip anal, panjang sirip dada, tinggi batang ekor,
tinggi sirip dorsal, dan panjang sirip perut.
Gambar 4 menunjukkan bahwa Fungsi 1 dan Fungsi 2 membedakan lokasi
tangkapan ikan julung-julung Zenarchopterus dispar menjadi dua kelompok terpisah.
Fungsi 1 mengelompokkan lokasi tangkapan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok ikan
julung-julung di lokasi tangkapan Pidie Jaya yang terdapat di bagian sebelah kanan
scatter plot (korelasi positif) dan kelompok ikan di Pidie dan Lhokseumawe yang
terdapat di bagian sebelah kiri scatter plot (korelasi negatif). Sedangkan fungsi 2
membedakan lokasi tangkapan menjadi dua kelompok, yaitu 1 kelompok di atas (positif)
yaitu ikan julung-julung Pidie dan 1 kelompok di bawah (negatif) yaitu Pidie Jaya dan
Lhokseumawe. Berdasarkan kedua fungsi tersebut menunjukkan kemiripan morfometrik
ikan julung-julung yang lebih tinggi antara Kabupaten Pidie dan Kota Lhokseumawe
daripada antara Kabupaten Pidie dan Kabupaten Pidie Jaya maupun antara Kota
Lhokseumawe dan Pidie Jaya.

156
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah
Volume 1, Nomor 1: 146-159
Januari – April 2016

Tabel 4. Nilai eigenvalues, persentase varian, dan pemuatan karakter DFA.


Function 1 2
Eigenvalue ,983 ,186
% of Variance 84,1 15,9
Canonical correlation ,704 ,396
HL (panjang kepala) ,585 -,387
BD (tinggi badan) -,323 -,091
SL (panjang standar) -,250 -,182
ED (diameter mata) -,071 -,029
CPL (panjang batang ekor) -,224 ,687
DBL (panjang dasar sirip dorsal) ,212 ,379
AFL (panjang sirip anal) -,037 ,188
PFL (panjang sirip dada) ,132 -,159
CPD (tinggi batang ekor) -,072 ,113
DD (tinggi sirip dorsal) -,041 ,093
VFL (panjang sirip perut) -,035 ,052
Keterangan : Karakter yang memiliki pengaruh yang besar ditunjukkan dalam tipe tebal

Gambar 4. Scatter plot fungsi 1 terhadap fungsi 2 karakter tradisional morfometrik

157
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah
Volume 1, Nomor 1: 146-159
Januari – April 2016

Variasi karakter morfologi ikan julung-julung yang terdapat di tiga lokasi


perairan utara Aceh ini dapat terjadi karena beberapa sebab. Matthews (1998)
menjelaskan bahwa variasi morfologi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor
genetik yang diturunkan oleh induknya yang membatasi atau membedakannya dengan
spesies yang lain; adaptasi bentuk tubuh, warna dan sirip pada kondisi lingkungan
perairan dimana mahkluk tersebut hidup; dan adaptasi bentuk kepala dalam memproses
makanan. Haryono (2001) juga menyatakan bahwa ikan bertulang sejati (Osteichthyes)
menunjukkan adanya variasi karakter morfologis pada letak geografis yang berbeda.
Secara geografis, lokasi penangkapan Pidie dan Pidie Jaya berdekatan (±35 km),
sementara Pidie dan Lhokseumawe berjarak lebih dari 4 kali lipatnya (±163 km). Hal ini
menjadikan kondisi lingkungan di tiga lokasi tersebut menarik untuk diteliti lebih lanjut
karena ikan julung-julung yang ditangkap di Kabupaten Pidie dan Kota Lhokseumawe
memiliki kemiripan morfometrik yang lebih tinggi daripada ikan yang ditangkap di
Kabupaten Pidie Jaya.
Kondisi lingkungan hidup ikan seperti kelimpahan makanan, predator, serta
kualitas air sangat mempengaruhi kondisi pertumbuhan dan perkembangan ikan.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 Tahun 1990 tentang
Pengendalian Pencemaran Air, kualitas air adalah sifat air dan kandungan makhluk
hidup, zat, energi, atau komponen lain di dalam air. Kualitas air dinyatakan dengan
beberapa parameter, yaitu parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut, dan
sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen terlarut, kebutuhan oksigen biologis, kadar
logam, dan sebagainya), dan parameter biologi (keberadaan plankton, bakteri, dan
sebagainya) (Effendi, 2003). Hasil penelitian mengindikasikan bahwa kemiripan
morfometrik yang dimiliki ikan pada lokasi yang berbeda kemungkinan disebabkan oleh
kondisi lingkungan yang mirip pada lokasi-lokasi tersebut.

KESIMPULAN

Pola pertumbuhan ikan julung-julung (Zenarchopterus dispar) yang tertangkap


di daerah Pidie dan Lhokseumawe bersifat alometrik negatif (b < 3) sedangkan ikan
yang tertangkap di daerah Pidie Jaya bersifat alometrik positif (b > 3). Lingkungan
Kuala Gampong Keude Pidie Jaya lebih mendukung pertumbuhan julung-julung
(Zenarchopterus dispar) karena menunjukkan hasil Alometrik positif. Kemiripan
karakter morfometrik ikan julung-julung (Zenarchopterus dispar) yang tertangkap di
Pidie dan Lhokseumawe lebih tinggi dibandingkan dengan ikan julung-julung
(Zenarchopterus dispar) yang tertangkap di Pidie Jaya.

DAFTAR PUSTAKA

Barriga–Sosa, I.D.L.A., M.L. Badillo–Jiménez, A.L. Ibáñez–Aguirre, J.L. Arredondo–Figueroa.


2004. Variability of tilapias introduced in Mexico: morphometric, meristic and genetic
characters. Journal of Applied Ichthyology, 20: 7–14.
Baur, H., C. Leuenberger. 2011. Analysis of ratios in multivariate morphometric. Systematic
Biology, 60(6): 813-825.

158
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah
Volume 1, Nomor 1: 146-159
Januari – April 2016

De Robert, A. K., William. 2008. Weight-legth relationship in fisheries studies: the standard
allometric model should be applied with caution. Transaction of the American Fisheries
Society, 137(1): 707 – 719.
Djajadireja, R.S., Fatimah, Z. Arifin. 1977. Jenis-jenis ikan ekonomis penting. Ditjen Perikanan
Departemen Pertanian, Jakarta.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan.
Kanisius, Yogyakarta.
Froese, R., A. Torres. 1999. Fishes under threat: an analysis of the fishes in the 1996 IUCN Red
List. In R.S.V. Pullin, D.M. Bartley dan J. Kooiman, eds. Towards policies for
conservation and sustainable use of aquatic genetic resources. ICLARM Conference
Proceeding 59. pp.131-144.
Haryono. 2001. Variasi Morfologi dan Morfometri Ikan Dokun (Puntius lateristriga) di
Sumatera. Jurnal Biota, 6(3): 109-116.
Matthews, W.J. 1998. Patterns in freshwater fish ecology. Champman and Hall, USA.
Merta, I.G.S. 1993. Hubungan panjang – berat dan faktor kondisi ikan lemuru, (Sardinella
lemuru) Bleeker, 1853 dari perairan Selat Bali. Jurnal Penelitian Perikanan Laut, 73: 35-
44.
Muchlisin, Z.A., M.N. Siti-Azizah. 2009. Diversity and distribution of freshwaters fish in Aceh
waters Northern Sumatera Indonesia. International Journal of Zoological Research, 5(2):
62-79.
Muchlisin, Z.A., M. Musman, M.N., Siti Azizah. 2010. Length-weight relationships and
condition factors of two threatened fishes, Rasbora tawarensis and Poropuntius
tawarensis, endemic to Lake Laut Tawar, Aceh Province, Indonesia. Journal of Applied
Ichthyology, 26: 949-953.
Muchlisin, Z.A., M.A. Aziz, C.N. Defira. 2013. Morfometrik ikan belanak (Mugil cephulusy) di
perairan estuaria Aanda Aceh dan Aceh Besar, Provinsi Aceh. Prosiding Seminar
Nasional Biologi Medan, p. 179-185.
Mulfizar, Z.A. Muchlisin, I. Dewiyanti. 2012. Hubungan panjang berat dan faktor kondisi tiga
jenis ikan yang tertangkap di perairan Kuala Gigieng, Aceh Besar, Provinsi Aceh.
Depik, 1(1): 1-9.
Okgermen, H. 2005. Seasonal variation of the length weight and condition factor of rudd
(Scardinius erythrophthalmus) in Spanca Lake. International Journal of Zoological
Research, 1(1): 6-10.
Samuel. 2010. Riset Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia di Palembang.
Ikan hias julung-julung genus Dermogenys edisi mei no.2, 2010.
http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/5540/SUDAHKAH-ANDA-TAHU-IKAN-
HIAS-JULUNG-JULUNG-GENUS-DERMOGENYS/?category_id=104, Tanggal akses
23 Maret 2014.
Schindler, I., J. Schmidt. 2006. Review of the mouthbrooding Betta (Teleostei, Osphronemidae)
from Thailand, with descriptions of two new species. Zeitschrift fur Fischkunde, 8: 47-
69.
Simbolon, D. 2011. Bioekologi dan dinamika daerah penangkapan ikan. Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Syaifullah S., H. Fajri, D.I. Roesma, Z.A. Muchlisin Z. A., 2015 Morphometric variations of
halfbeak fish (Zenarchopterus buffonis) from estuary of West Sumatra, Indonesia.
AACL Bioflux 8(2):168-176.

159

You might also like