Presepsi Khalayak Terhadap Program Acara Televise Reality Show "Jika Aku Menjadi" Di Trans TV

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 128

PERSEPSI KHALAYAK TERHADAP PROGRAM ACARA

TELEVISI REALITY SHOW “JIKA AKU MEJADI”


DI TRAS TV
(Kasus : Mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Pengikut Mata Kuliah
Psikologi Sosial Angkatan 2006, 2007, dan 2008)

DEDI MULYAA

DEPARTEME SAIS KOMUIKASI DA PEGEMBAGA MASYARAKAT


FAKULTAS EKOLOGI MAUSIA
ISTITUT PERTAIA BOGOR
2010
ABSTRACT

DEDI MULYAA. The Public Perception of Reality show Program “Jika Aku
Menjadi” on Trans TV. (Case: Undergraduate Students, Department of
Communication and Community Development Science who Learn Social
Psychology Subject, Bogor Agricultural University, Class of 2006, 2007, and
2008). Supervised by: SUTISA RIYATO.

The effectiveness of a television program such as reality show program,


“Jika Aku Menjadi” which is broadcast by Trans TV, can be known from the
public perception about the program. The objectives of this research are: (1) to
determine the exposure level of JAM program; (2) to assess public perception
about JAM program and to identify the packaging criteria that determine public
perception about JAM program; and (3) to analyze the factors associated with the
public perception of JAM program. This research has been conducted by using
quantitative and qualitative method at Trans TV and Bogor Agricultural
University (BAU) campus on May – June 2010. The respondents involved in this
research were about 76 people from the total population who were selected
through stratified random sampling. The data have been analyzed by using Chi
Square test and Spearman Rank Correlation, supported by SPSS Program for
Windows version 17.0. The results of this research show that the exposure level of
JAM Program to its audience is low due to the low frequency of watching among
respondents. In addition to this fact, the public perception of JAM program on
Trans TV, is less well assessed based on this research. The story content revealed
as the most decisive perception criteria of broadcasting program on the
television. The intrinsik and extrinsic factors of audience, have no tangible
connection with the perception formation process of JAM program. In the other
hand, the exposure of JAM program is known to has a significant correlation with
the perception of JAM program.
Keywords: Audience, Exposure, Perception
RIGKASA
DEDI MULYAA. Persepsi Khalayak Terhadap Program Acara Televisi Reality
show “JIKA AKU MENJADI” di TRANS TV (Kasus : Mahasiswa Institut
Pertanian Bogor, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Peserta Mata Kuliah Psikologi Sosial Angkatan 2006, 2007, dan 2008). Di bawah
bimbingan SUTISA RIYATO.

Dewasa ini kehidupan sehari-hari masyarakat modern tidak pernah


terlepas dari media massa. Media massa yang dianggap paling mempengaruhi
khalayaknya dalam hal penyampaian informasi adalah televisi. Berbagai acara
televisi seperti siaran berita, pendidikan, keagamaan, politik, ekonomi, hiburan
(sinetron, kuis, infotainment, reality show), dan sebagainya. Salah satu program
tayangan stasiun televisi yang sedang digemari adalah reality show. Reality show
merupakan suatu jenis program acara televisi yang pendokumentasian rekayasa
realitas berlangsung tanpa skenario dengan menggunakan pemain dari khalayak
umum. Salah satu stasiun televisi swasta yang menayangkan acara reality show
yang berisi tentang fenomena kehidupan sehari-hari adalah Trans TV melalui
program “Jika Aku Menjadi” (JAM). JAM adalah suatu program reality show
yang menyuguhkan informasi langsung seputar kehidupan kalangan kelas bawah
seperti pemulung, nelayan, buruh panggul pasar, dan lain-lain. Informasi dalam
JAM ditujukan untuk memberi pemahaman, empati atau simpati pada masyarakat
bawah.
Keefektifan suatu siaran televisi ditentukan berdasarkan diterima-tidaknya
oleh khalayak. Pendapat atau opini dari khalayak sangat penting untuk
mengevaluasi suatu siaran televisi agar siaran selanjutnya lebih baik.. Jika suatu
acara tersebut berhasil memperoleh tingkat rating yang tinggi, berarti acara
tersebut telah berhasil “mengambil hati” khalayaknya. Dengan demikian, bagus
tidaknya mutu suatu program reality show JAM tergantung pada penilaian dan
persepsi dari khalayak yang telah menonton acara tersebut.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui tingkat keterdedahan
program acara reality show JAM, mengkaji persepsi khalayak terhadap program
acara reality show JAM dan mengidentifikasi kriteria kemasan yang menentukan
persepsi, serta menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi
persepsi khalayak tentang program acara reality show JAM yang tayangkan di
Trans TV.
Penelitian ini dilakukan di dua tempat, untuk melihat secara jelas program
reality show JAM dilakukan di stasiun Trans TV, sedangkan untuk melihat
persepsi khalayak program reality show dilakukan di Kampus IPB. Pelaksanaan
penelitian ini dilakukan selama dua bulan yaitu Mei sampai Juni 2010.
Pendekatan yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif yang didukung
oleh pendekatan kualitatif. Penelitian kuantitatif menggunakan desain survei
yang bersifat deskriptif korelasional sedangkan pendekatan kualitatif melalui
wawancara mendalam. Populasi dalam penelitian ini meliputi mahasiswa SKPM
yang sudah, sedang dan akan mengambil Mata Kuliah Psikologi Sosial pada
angkatan 43, 44, dan 45 dengan jumlah populasi 309. Data yang dikumpulkan
berupa data primer dan sekunder, sebelum digunakan untuk penelitian, kuesioner
diuji validitas dan reliabilitasnya .
Analisis statistik inferensia dilakukan dengan uji Chi Square dan uji
korelasi Rank Spearman yang diolah dengan program SPSS for Windows versi
17,0. Chi Square digunakan untuk menguji hubungan faktor intrinsik (skala
nominal) dengan persepsi program JAM. Uji korelasi Rank Spearman untuk
menguji hubungan faktor intrinsik (skala ordinal) dan faktor ekstrinsik (skala
ordinal) dengan persepsi program JAM.
Keterdedahan program JAM Trans TV (cara menonton, lokasi menonton,
suasana menonton, durasi, dan frekuensi menonton) pada khalayak dinilai rendah,
karena waktu luang responden untuk menonton sedikit, sebagian besar digunakan
untuk kegiatan kampus.Keterdedahan ini bisa dilihat dari persentase durasi
menonton sebesar 18,42 persen (full menonton 31-60 menit), dan frekuensi
menonton sebesar 5,27 persen (5-8 kali menonton dalam sebulan). Persepsi
responden tentang program JAM Trans TV kurang baik (skor ∑ = 2.75) ini berarti
bahwa persepsi responden tidak setuju. Dari ke-enam kriteria persepsi yang paling
menetukan acara adalah isi cerita. Kriteria isi cerita merupakan unsur yang sangat
penting bagi setiap program JAM yang ditayangkan. Hasil Uji Chisquare dan
Rank Spearman menunjukkan bahwa beberapa variabel yang memiliki hubungan
nyata dengan persepsi, yaitu antara frekuensi menonton dengan talent. Faktor
intrinsik khalayak (usia, jenis kelamin, pekerjaan orangtua, dan pendapatan
orangtua) dan faktor ekstrinsik khalayak (ketersediaan TV, interaksi teman, dan
interaksi keluarga) tidak berhubungan nyata dengan proses pembentukan persepsi
terhadap program JAM (isi cerita, talent, narasumber, keadaan lokasi, tema cerita,
dan penayangan). Keterdedahan program JAM berhubungan nyata (p<0,05)
dengan persepsi tentang program JAM.
PERSEPSI KHALAYAK TERHADAP PROGRAM ACARA
TELEVISI REALITY SHOW “JIKA AKU MEJADI”
DI TRAS TV
(Kasus : Mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Pengikut Mata Kuliah
Psikologi Sosial Angkatan 2006, 2007, dan 2008)

Oleh:
DEDI MULYAA
I34062926

Skripsi
Sebagai bagian persyaratan untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Pada
Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

DEPARTEME SAIS KOMUIKASI DA PEGEMBAGA MASYARAKAT


FAKULTAS EKOLOGI MAUSIA
ISTITUT PERTAIA BOGOR
2010
DEPARTEME SAIS KOMUIKASI DA PEGEMBAGA MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MAUSIA
ISTITUT PERTAIA BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh:


Nama : Dedi Mulyana
NRP : I34062926
Departemen : Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Judul Skripsi : Persepsi Khalayak Terhadap Program Acara Televisi
Reality show JIKA AKU MENJADI di TRANS TV
(Kasus : Mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Departemen
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Peserta
Mata Kuliah Psikologi Sosial Angkatan 2006, 2007, dan
2008)
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia,
Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui,
Dosen Pembimbing Skripsi

Ir. Sutisna Riyanto, MS


IP. 19620115 198803 1 004

Mengetahui,
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Ketua

Dr.Ir. Soeryo Adiwibowo, MS


IP. 19550630 198103 1 003

Tanggal Lulus:
PERYATAA

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL


“PERSEPSI KHALAYAK TERHADAP PROGRAM ACARA TELEVISI
REALITY SHOW JIKA AKU MENJADI DI TRANS (KASUS : MAHASISWA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR, DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI
DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT PESERTA MATA KULIAH
PSIKOLOGI SOSIAL, ANGKATAN 2006, 2007, DAN 2008)” BELUM
PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA
LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK
TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI IN BENAR-
BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG
BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH
PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG
DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Agustus 2010

Dedi Mulyana
I3406926
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Dedi Mulyana lahir di Cianjur, 8 November 1987.


Penulis adalah anak keenam dari delapan bersaudara yang terlahir dari pasangan
Bapak Eben dan Almarhumah Ibu Enung. Pendidikan yang sudah ditempuh
adalah SD Negeri 1 Sukawangi-Cianjur (1994-2000), SLTP Negeri 2
Sukanagara-Cianjur (2000-2003), dan SMU Negeri 1 Sukanagara-Cianjur (2003-
2006). Pada tahun 2006 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur
USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Pada tahun kedua penulis memilih
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat FEMA IPB.
Untuk melengkapi kompetensi yang dimiliki, penulis mengambil program minor
Kewirausahaan Agribisnis Departemen Agribisnis FEM IPB.
Semenjak memasuki di bangku kuliah, penulis aktif mengikuti beberapa
organisasi dan ekstrakurikuler serta kegiatan kepanitiaan. Beberapa kepanitiaan
yang pernah diikuti diantaranya PEMIRA 2007, Peringatan Hari Bumi FEMA
2008, COMMNEX 2008, INDEX 2008, MAGIC 2008, Launching kelembagaan
FEMA 2008, Pappy Green Campaign 2008, Pekan Ekologi Manusia 2009, Masa
Perkenalan Fakultas dan Departemen (MPF dan MPD 44), Kemah Riset 2008-
2010, BCL 2009, 2nd E’SPENT 2009, DUTA FEMA 2009, BONJOUR 2009,
LONIAT (Long With Art KPM), Hari Pelepasan Sarjana SKPM dan FEMA 2009,
Expo dan Award Gelar karya PNPM Mandiri 2009, Penyambutan Lawatan
Mahasiswa UPM Malaysia 2010, Launching Majalah Respect 2010, First
International Conference:Moslem Action on Climate Change 2010, Peringatan
Hari Anak Nasional 2010, Eco-Products International Fair 2010, dan lain-lain.
Penulis juga aktif di organisasi seperti diantaranya sebagai PSM AGRIA
SWARA, Pengurus HIMPRO HIMASIERA, serta BEM FEMA.
Selama kuliah penulis pernah magang dibeberapa perusahaan, seperti di
LSM KEHATI, PT. Nielsen, dan AXIS. Penulis memiliki kemampuan dalam
dunia entertainment, seperti teater, nyanyi, MC atau Presenter dan mengisi di
beberapa acara dalam kampus dan luar kampus. Selain itu, Penulis pun selama
kuliah pernah mendapatkan beasiswa yaitu dari Bank Indonesia, The Habibie
Center (Orbit), Pendampingan Posdaya tiga tahun berturut-turut, dan PPA-BBM
selama dua tahun. Penulis pun pernah menjadi Asisten Dosen Dasar-Dasar
Komunikasi.
KATA PEGATAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya, Skripsi berjudul “Persepsi Khalayak Terhadap Program
Acara Televisi Reality show JIKA AKU MENJADI di TRANS TV (Kasus :
Mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat Peserta Mata Kuliah Psikologi Sosial Angkatan 2006,
2007, dan 2008)” dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat
untuk mendapatkan gelar sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat.
Skripsi ini mengupas tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
persepsi khalayak tentang program acara reality show JAM, tingkat keterdedahan
khalayak terhadap program acara reality show JAM, persepsi khalayak terhadap
program acara reality show JAM, dan kriteria yang paling menentukan persepsi
khalayak terhadap program reality show JAM yang ditayangkan di Trans TV.
Penulis menyadari masih terdapat banyak data serta fakta di lapangan yang
masih belum terungkap. Oleh sebab itu, penulis berharap tulisan ini dapat
disempurnakan oleh peneliti-peneliti selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap
skripsi ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh seluruh pihak yang
membutuhkan.

Bogor, Agustus 2010

Penulis
UCAPA TERIMA KASIH

Penyelesaian Skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan
syukur kepada Allah SWT telah memberi rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada pihak-pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam penyelesaian Skripsi ini, antara lain:
1) Ir. Sutisna Riyanto, MS sebagai dosen Pembimbing Skripsi yang telah
sabar dalam membimbing dan memberi masukan serta membagi ilmunya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi.
2) Ir. Yatri Indah Kusumastuti, MS sebagai dosen penguji utama yang telah
bersedia meluangkan waktu pada sidang Skripsi penulis.
3) Ir. Nuraini W. Prasodjo, MS sebagai dosen penguji dari Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat yang telah bersedia
meluangkan waktu pada sidang Skripsi penulis.
4) Dosen Pembimbing Akademik, Dr. Ir. Sarwititi S. Agung, MS yang
selama ini telah memberikan saran dan kritik serta semangat disetiap
langkah penulis.
5) Almarhumah Ibunda tersayang dan tercinta Enung yang telah mengiringi
setiap langkah meskipun jauh di syurga sana, dan Ayahanda tercinta
Ebendi Putra yang selalu mendukung penulis baik moril maupun materil
sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan.
6) Kakak dan adik-adik tersayang (Diny Nurlinda, Dyan Hermansyah, Devi
Wahyuni, Dida Rahayu, Dindin Sopandy, Dadang Raisman, dan Dadan)
yang telah memberikan dukungan serta dorongan positif.
7) Pihak Trans TV yang telah mengizinkan penulis untuk penelitian, terutama
Mba Nana (HRD), Gunawan (Produser Jika Aku Menjadi), Mba Shinta
(Asprod), Mas Helmi, Mas Dicky, Mba Dian, dkk (Crew Jika Aku
Menjadi), serta Digun (Crew Trans TV) yang selalu setia menemani
Penulis dalam berbirokrasi di Trans TV . Thanks a lot for u all.
8) Teman-teman satu bimbingan akademik (Angel Indah Permata dan
Sulastri) yang selalu berbagi suka dukanya, berbagi jarkom disaat
pembimbing ada di kampus untuk konsultasi, dan selalu memotivasi
penulis untuk maju.
9) Teman-teman satu Departemen Sains KPM Angkatan 43 yang tidak bisa
dijelaskan satu persatu (terutama Fenita Ayu dan Om Indra) yang selalu
mendukung dan memotivasi penulis dalam penyelesaian Skripsi ini.
10) Teman-teman Sains KPM Angkatan 44 dan 45 yang telah bersedia
menjadi responden penelitian ini.
11) Bedil dan Tika yang telah berbagi ilmu mengenai olah data penelitian ini.
12) Dias Erfan yang telah bersedia mengantar saya bolak-balik penelitian ke
Trans TV dan membantu segala hal dalam penyelesaian Skripsi ini.
13) Sahabat-sahabat kontrakan Star House (Akbar, Idham, Idmar, Aryo, Deri,
Atak, dan Hendrik) dan kostan Wisma Alma (Handa, Mas Arief, Oli dan
Mukhlis) yang selalu memberikan semangat serta berbagi suka duka
dengan canda tawa dan kenangan yang tidak terlupakan. Thanks for all
guys.
14) Temen-temen GERETONG (Aero Braco, Molenita, Comelita, Dewi, Asri,
Partoghi, Uphe, Arulita dan Irfan) yang kompak banget dan selalu
membuat kegokilan di setiap perform meskipun selalu improve. Berkat
geretong saya bisa mengekspresikan semua gaya.
15) Elmo, Darla Ryan, Nana, Yulianceu, Nova, Dwi, Nir, Wulan, Gina, Dina
atas kebersamaan kita dalam mengerjakan Skripsi dan menyelingi
kepenatan Skripsi dengan jalan-jalan ke berbagai tempat.
16) Segala pihak yang terlewatkan dan tidak dapat disebutkan satu persatu
yang telah banyak membantu, menyemangati, dan mengisi hari-hari
Skripsi ku dengan tawa, semangat, dan doa.
xii

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xvii
DAFTAR LAMPIRA ........................................................................................ xviii
BAB I PEDAHULUA ................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ……………………………………………………. 1
1.2. Perumusan Masalah ………………………………………………. 4
1.3. Tujuan Penulisan …………………………………………………. 4
1.4. Kegunaan Penulisan ……………………………………………… 5
BAB II PEDEKATA TEORITIS ............................................................... 7
2.1. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 7
2.1.1. Televisi Sebagai Media Massa ............................................ 7
2.1.1.1. Komunikasi Massa ................................................ 7
2.1.1.2. Siaran Televisi ....................................................... 8
2.1.1.3. Fungsi Televisi ...................................................... 9
2.1.1.2. Siaran Televisi ....................................................... 11
2.1.2 Program Siaran Televisi ....................................................... 11
2.1.1.3. Pengertian dan Klasifikasi .................................... 11
2.1.2.2. Program Acara Televisi Reality show ................... 12
2.1.2.3. Program Acara Televisi Reality show ................... 14
2.1.3. Khalayak Siaran televisi ...................................................... 15
2.1.3.1. Konsep Khalayak .................................................. 15
2.1.3.2. Tingkatan dan Tipe Khalayak ............................... 16
2.1.4. Persepsi Khalayak ................................................................ 18
2.1.4.1. Konsep Persepsi .................................................... 18
2.1.4.2. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Persepsi ................................................................. 19
2.2. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 20
2.3. Hipotesis Uji ................................................................................... 21
2.4. Definisi Operasional ....................................................................... 22
BAB III METODE PEELITIA ................................................................... 27
3.1. Desain Penelitian ............................................................................ 27
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 27
3.3. Teknik Pemilihan Populasi dan Sampel ......................................... 27
3.4. Data dan Instrumentasi ................................................................... 29
3.5. Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi ......................................... 30
3.6. Analisis Data ................................................................................... 31
BAB IV GAMBARA UMUM ......................................................................... 32
4.1. Deskripsi Umum Trans TV ............................................................ 32
4.1.1 Sejarah Trans TV ................................................................. 32
4.1.2. Visi dan Misi Trans TV ....................................................... 32
4.1.3. Moto dan Logo Trans TV .................................................... 33
4.1.4. Program Siaran Trans TV .................................................... 33
4.1.5. Deskripsi Singkat Program Jika Aku Menjadi .................... 34
4.2. Deskripsi Mata Kuliah Psikologi Sosial ......................................... 35
xiii

4.2.1. Departemen Sains KPM FEMA .......................................... 36


4.2.2. Sejarah Perkembangan Mata Kuliah .................................. 37
BAB V FAKTOR ITRISIK DA EKSTRISIK KHALAYAK ............ 39
5.1. Faktor Intrinsik Khalayak ............................................................... 39
5.1.1. Jenis Kelamin ....................................................................... 40
5.1.2. Usia ...................................................................................... 41
5.1.3. Pekerjaan Orang Tua ........................................................... 42
5.1.4. Pendapatan Orang Tua ......................................................... 43
5.2. Faktor Ekstrinsik Khalayak ............................................................ 44
5.2.1. Ketersediaan Televisi ........................................................... 45
5.2.2. Interaksi Teman ................................................................... 47
5.2.3. Interaksi keluarga ................................................................. 47
BAB VI KETERDEDAHA PROGRAM JIKA AKU MEJADI
TERHADAP KHALAYAK MAHASISWA ...................................... 49
6.1. Cara menonton ................................................................................ 50
6.2. Lokasi menonton ............................................................................ 50
6.3. Suasana menonton ......................................................................... 51
6.4. Durasi menonton ............................................................................ 52
6.5. Frekuensi menonton ....................................................................... 52
BAB VII PERSEPSI KHALAYAK TERHADAP PROGRAM ACARA
REALITY SHOW JIKA AKU MEJADI DI TRAS TV ................ 54
7.1. Isi cerita .......................................................................................... 55
7.2. Talent .............................................................................................. 55
7.3. Narasumber ..................................................................................... 56
7.4. Keadaan Lokasi .............................................................................. 57
7.5. Tema cerita ..................................................................................... 57
7.6. Penayangan ..................................................................................... 57
7.7. Kriteria yang paling menentukan persepsi khalayak tentang 58
program reality show JAM Trans TV .............................................
BAB FAKTOR-FAKTOR YAG BERHUBUGA DEGA
VIII PEMBETUKA PERSEPSI TETAG PROGRAM ACARA
REALITY SHOW JIKA AKU MEJADI DI TRAS TV ................ 59
8.1. Hubungan Faktor Intrinsik Khalayak dengan Persepsi Khalayak
tentang Program Acara Reality show Jika Aku Menjadi di Trans
TV ................................................................................................... 59
8.1.1. Hubungan Jenis Kelamin dengan Persepsi Program JAM ..
60
8.1.2. Hubungan Usia dengan Persepsi Program JAM .................. 61
8.1.3. Hubungan Pekerjaan Orang Tua dengan Persepsi
Program JAM ...................................................................... 61
8.1.4. Hubungan Pendapatan Orang Tua dengan Persepsi
Program JAM ..................................................................... 62
8.2. ................................
Hubungan Faktor Ekstrinsik dengan Persepsi Khalayak tentang
Program Acara Reality show Jika Aku Menjadi di Trans TV ........ 62
8.2.1. Hubungan Ketersediaan Televisi dengan Persepsi
Program JAM ...................................................................... 63
8.2.2. Hubungan antara Interaksi Teman dengan Persepsi
Program JAM Trans TV .................................................... 63
xiv

8.2.3. Hubungan antara Interaksi Keluarga dengan


Persepsi Program JAM Trans TV ...................................... 63
8.3. Hubungan Keterdedahan Program Jika Aku Menjadi dengan
Persepsi khalayak tentang Program Reality show Jika Aku
Menjadi di Trans TV ....................................................................... 64
8.3.1. Hubungan Cara Menonton Responden dengan Persepsi
terhadap Program Reality show JAM ................................... 65
8.3.2 Hubungan Lokasi Menonton Responden dengan Persepsi
terhadap Program Reality show JAM ................................... 67
8.3.3. Hubungan Suasana Menonton Responden dengan
Persepsi terhadap Program Reality show JAM .................... 67
8.3.4. Hubungan Durasi Menonton Responden dengan Persepsi
terhadap Program Reality show JAM ................................... 67
8.3.5. Hubungan Frekuensi Menonton Responden dengan
Persepsi terhadap Program Reality show JAM .................... 68
BAB IX KESIMPULA DA SARA ............................................................ 69
9.1. Kesimpulan ..................................................................................... 69
9.2. Saran .............................................................................................. 69

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 71


\
xv

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
Tabel 1 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................ 29
Jumlah Responden menurut Faktor Intrinsik dan Kategori
Tabel 2 40
Mahasiswa (2010)..........................................................
Jumlah Responden menurut Faktor Ekstrinsik dan Kategori
Tabel 3 45
Mahasiswa (2010) ……....................................................
Jumlah Responden menurut Ketersediaan Televisi dan
Tabel 4 46
Kategori Mahasiswa (2010)..................................................
Jumlah Responden menurut Keterdedahan Program JAM
Tabel 5 49
dan Kategori Mahasiswa (2010)........................................
Jumlah Responden menurut Persepsi Khalayak tentang
Tabel 6 54
Program JAM dan Kategori Mahasiswa (2010)...................
Tabel 7 Nilai Koefisien Korelasi Spearman dan Korelasi Chi
Square Faktor Intrinsik Khalayak dengan Persepsi terhadap 59
Program Jika Aku Menjadi ..............................................
Tabel 8 Hubungan Jenis kelamin dengan Keadaan Lokasi ............... 61
Tabel 9 Nilai Koefisien Korelasi Spearman Faktor Ekstrinsik
Khalayak dengan Persepsi terhadap Program Jika Aku 62
Menjadi .................................................................................
Tabel 10 Nilai Koefisien Korelasi Spearman dan Korelasi Chi
Square Keterdedahan Trogram JAM dengan Persepsi 65
terhadap Program Jika Aku Menjadi .................................
Tabel 11 Hubungan Cara Menonton dengan Tema Cerita .................. 66
xvi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
Gambar 1 Kerangka Pemikiran.............................................................. 22
Gambar 2 Logo Trans TV……………………………...…................... 35
Gambar 3 Persentase Jenis Kelamin Responden ................................... 42
Gambar 4 Persentase Usia Responden …….......................................... 43
Gambar 5 Persentase Pekerjaan Orang TuaResponden.......................... 44
Gambar 6 Persentase Pendapatan Orang TuaResponden....................... 45
Gambar 7 Persentase Ketersediaan Responden...................................... 47
Gambar 8 Persentase Interaksi Teman Responden................................ 48
Gambar 9 Persentase Interaksi Keluarga Responden............................. 49
Gambar 10 Persentase Cara Menonton Responden ................................ 51
Gambar 11 Persentase Lokasi Menonton Responden ............................. 51
Gambar 12 Persentase Suasana Menonton Responden............................ 52
Gambar 13 Persentase Durasi Menonton Responden.............................. 53
Gambar 14 Persentase Frekuensi Menonton Responden......................... 54
xvii

DAFTAR LAMPIRA

Nomor Halaman
Lampiran 1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner..................... 74
Lampiran 2 Hasil Uji Korelasi Rank Spearman untuk Hubungan Faktor
Intrinsik Khalayak dengan Persepsi terhadap Program Jika
Aku Menjadi.......................................................................... 82
Lampiran 3 Hasil Uji Korelasi Rank Spearman untuk Hubungan Faktor
Ekstrinsik Khalayak dengan Persepsi terhadap Program
Jika Aku Menjadi.................................................................. 83
Lampiran 4 Hasil Uji Korelasi Rank Spearman untuk Hubungan
Terpaan Program dengan Persepsi terhadap Program Jika
Aku Menjadi.......................................................................... 84
Lampiran 5 Hasil Uji Crosstab Chi-Square Hubungan Jenis Kelamin
dengan Persepsi Khalayak tentang Program Jika Aku
Menjadi.................................................................................. 85
Lampiran 6 Hasil Uji Crosstab Chi-Square Hubungan Pekerjaan Orang
Tua dengan Persepsi Khalayak tentang Program Jika Aku
Menjadi.................................................................................. 93
Lampiran 7 Hasil Uji Crosstab Chi-Square Hubungan Cara Menonton
dengan Persepsi Khalayak tentang Program Jika Aku
Menjadi.................................................................................. 99
Lampiran 8 Hasil Uji Crosstab Chi-Square Hubungan Lokasi
Menonton dengan Persepsi Khalayak tentang Program
Jika Aku Menjadi.................................................................. 104
Lampiran 9 Hasil Uji Crosstab Chi-Square Hubungan Suasana
Menonton dengan Persepsi Khalayak tentang Program
Jika Aku Menjadi.................................................................. 109
1

BAB I
PEDAHULUA

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini kehidupan sehari-hari masyarakat modern tidak pernah
terlepas dari media massa. Media massa pada awalnya hanya sebagai kebutuhan
sekunder, kini menjadi kebutuhan primer yang selalu dibutuhkan untuk berbagai
kepentingan. Media massa lahir karena kebutuhan manusia terhadap informasi.
Media massa yang dianggap paling mempengaruhi khalayaknya dalam hal
penyampaian informasi adalah televisi. Televisi merupakan media yang paling
cepat mengalami perkembangan teknologi. Menurut Kuswandi (1999) dalam
Syarief (2008), bahwa jika dibandingkan dengan media massa lainnya seperti
radio, buku, internet, dan surat kabar, televisi memiliki kelebihan karena
merupakan gabungan dari media dengar (audio) dan gambar hidup (visual) yang
biasa bersifat informasi, hiburan, pendidikan, atau bahkan gabungan dari ketiga
unsur tersebut.
Televisi membuat orang pada umumnya mengingat 50 persen dari apa
yang mereka lihat dan dengar, walaupun hanya sekali ditayangkan. Secara umum
orang akan mengingat 85 persen dari apa yang mereka lihat di televisi setelah tiga
jam kemudian dan 65 persen setelah tiga hari kemudian (Dwyer, 1998 dalam
Priyowidodo, 2008). Dari pernyataan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa
televisi merupakan media yang paling efektif dalam menyampaikan pesan yang
ditujukan untuk mencapai perubahan bagi masyarakat, tentunya perubahan yang
diharapkan merupakan perubahan yang baik untuk masyarakat.
Kehadiran televisi dalam kehidupan manusia memunculkan suatu
peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan penyebaran informasi yang
bersifat massal dan menghasilkan suatu efek sosial yang berpengaruh terhadap
nilai-nilai sosial dan budaya manusia. Kemampuan televisi dalam menarik
perhatian massa menunjukkan bahwa media tersebut telah menguasai jarak secara
geografis dan sosiologis. Dengan demikian, televisi dapat menguasai ruang dan
jarak, mencapai sasaran yang sangat luas, memiliki nilai aktualitas terhadap suatu
berita dan informasi yang sangat tepat, cepat, dan audiovisual yang dapat
2

meningkatkan pemahaman seseorang akan informasi yang di tayangkan Kuswandi


(1999) dalam Syarief (2008).
Seiring dengan maraknya stasiun televisi swasta yang hadir di Indonesia,
persaingan di antara stasiun televisi tersebut semakin tinggi. Sehingga mereka
berusaha mengikuti selera pasar dengan menyajikan acara yang menarik dan
berlomba-lomba untuk mendapatkan rating paling tinggi. Tingginya rating pada
suatu acara tertentu pada dasarnya dapat meningkatkan laba yang diperoleh.
Kini acara-acara stasiun televisi semakin beragam. Mereka berlomba-
lomba menyajikan berbagai acara semenarik mungkin sesuai dengan selera
khalayak, acara tersebut seperti siaran berita, pendidikan, keagamaan, politik,
ekonomi, hiburan (sinetron, kuis, infotainment, reality show), dan sebagainya.
Stasiun televisi bersaing menyiarkan acara yang beragam untuk menarik perhatian
dan minat khalayak. Dengan semakin banyaknya acara yang disiarkan, maka
khalayak memiliki banyak pilihan dalam menonton sesuai dengan selera mereka.
Pada era 1990-an, acara yang diminati oleh masyarakat adalah sinetron
lokal yang dikemas dengan berbagai cerita yang seakan-akan sebagai kilas balik
kehidupan dan cerminan hidup khalayak. Seluruh stasiun televisi di Indonesia
bersaing dalam membeli sinetron terbaru. Kemudian di era tahun 2000-an
tayangan yang diminati oleh pemirsa semakin beragam, seperti infotainment yang
dinanti-nantikan kehadirannya, sinetron bertema religius, kuis-kuis sebagai ajang
pencari uang, kontes musik sebagai pencarian bakat, serta reality show bertema
cinta dan sosial, berita kriminal, dan bertema remaja yang dikemas dalam
berbagai warna.
Salah satu program tayangan stasiun televisi yang sedang digemari adalah
Reality television yaitu rekayasa realita atau dikenal juga sebagai reality show.
Reality show adalah suatu jenis program acara TV dimana pendokumentasian
rekayasa realitas berlangsung tanpa skenario dengan menggunakan pemain dari
khalayak umum biasa/ tidak menggunakan artis (Isfandiari, 2008). Program
reality show ini mengarah pada program TV yang tidak menggunakan skenario,
dramatis, menampilkan situasi humoris, mendokumentasikan kejadian-kejadian
tertentu, serta mengangkat kehidupan orang biasa. Biasanya mengetengahkan
3

kesedihan, emosi, drama, dan veyeurisme dari kehidupan nyata (Day, 2003 dalam
Isfandiari, 2008).
Acara realitas (reality show) adalah genre acara televisi yang
menggambarkan adegan berlangsung tanpa skenario, dengan pemain yang
umumnya khalayak biasa. Reality show umumnya menampilkan kenyataan yang
dimodifikasi, seperti menaruh partisipan di lokasi-lokasi eksotis atau situasi-
situasi yang tidak lazim, memancing reaksi tertentu dari partisipan, dan melalui
penyuntingan dan teknik-teknik pascaproduksi lainnya. Reality show termasuk
acara yang memiliki rating tinggi dan hadir di tengah masyarakat untuk
memenuhi permintaan masyarakat akan hiburan untuk melihat kilas balik
kehidupan atau cerminan hidup yang seakan-akan pernah dialaminya dan benar-
benar terjadi1.
Hampir seluruh televisi di Indonesia menayangkan program reality show
untuk memberikan variasi siaran agar khalayak tidak bosan dengan program-
program yang biasa ditayangkan. Tayangan program reality show yang makin
menjamur beberapa tahun belakangan ini seperti di TransTV menyuguhkan JAM,
Termehek-mehek, Kado Istimewa, Jhon Pantau, Orang Ketiga, Tangan di Atas,
dan lain-lain. Indosiar pun tidak ingin ketinggalan dengan stasiun televisi lain,
Take Me Out- Take Him Out, Mama Mia, Akademi fantasi Indosiar (AFI) dan
lain-lain. SCTV menampilkan reality show seperti Playboy Cap Kabel, Cinlok,
CLBK, Cinta Monyet, Makcomblang, Kontak Jodoh,dan lain-lain. RCTI pun
tidak mau kalah saing dengan stasiun-stasiun TV lainnya, stasiun ini menampilkan
Rumah Hadiah, Tolooong, Masihkah Kau Mencintaiku, dan lain-lain.
Salah satu stasiun televisi swasta yang menayangkan acara reality show
yang berisi tentang fenomena kehidupan sehari-hari adalah Trans TV melalui
program “Jika Aku Menjadi” (JAM). JAM adalah suatu program reality show
yang menyuguhkan informasi langsung seputar kehidupan kalangan kelas bawah
seperti pemulung, nelayan, buruh panggul pasar, kuli panggul pelabuhan, petani
penggarap, penangkap kalong, buruh pemetik jamur, tukang kayu, tukang ojek

1
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 2010. Acara realitas
http://id.wikipedia.org/wiki/Acara_realitas [Diakses pada 12 januari, pukul 19.30 WIB]
4

sepeda, dan lain-lain. Informasi dalam JAM ditujukan untuk memberi


pemahaman, empati atau simpati pada masyarakat bawah.
Untuk dapat bersaing dengan program-program yang disajikan televisi
lain, berbagai cara yang dilakukan oleh program JAM untuk meningkatkan mutu
atau kualitas terhadap tayangan tersebut, isi cerita, talent yang berperan,
narasumber yang ditolong, tema cerita, keadaan lokasi, dan jadwal penayangan
(durasi dan jam tayang) agar khalayak lebih tertarik untuk menonton program
tersebut.
Keefektifan suatu siaran televisi ditentukan berdasarkan diterima/tidaknya
oleh khalayak. Pendapat atau opini dari khalayak sangat penting untuk
menilai/mengevaluasi suatu siaran televisi agar siaran selanjutnya lebih baik.
Menarik tidaknya suatu acara stasiun televisi dapat diketahui dari tingkat
kepuasan khalayak. Jika suatu acara tersebut berhasil memperoleh tingkat rating
yang tinggi, berarti acara tersebut telah berhasil “mengambil hati” khalayaknya.
Dengan demikian, baik tidaknya mutu suatu program reality show JAM
tergantung pada penilaian dan persepsi dari khalayak yang telah menonton acara
tersebut.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang terkait dengan judul maka perumusan
masalah dari penulisan penelitian ini adalah:
1) Sejauh mana tingkat keterdedahan program acara reality show JAM yang
ditayangkan Trans TV pada khalayak mahasiswa?
2) Bagaimanakah persepsi khalayak terhadap program acara reality show
JAM yang tayangkan di Trans TV? Kriteria apa yang paling menentukan
persepsi khalayak terhadap program reality show JAM yang ditayangkan
di Trans TV?
3) Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan pembentukan persepsi
khalayak program acara reality show JAM yang ditayangkan di Trans TV?
5

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini mengkaji persepsi khalayak terhadap program reality show
JAM. Secara spesifik, penelitian ini bertujuan untuk:
1) Mengetahui tingkat keterdedahan program acara reality show JAM yang
ditayangkan Trans TV pada khalayak mahasiswa.
2) Mengkaji persepsi khalayak terhadap program acara reality show JAM
yang ditayangkan Trans TV, dan mengidentifikasi kriteria yang
menentukan persepsi khalayak terhadap program acara reality show JAM
yang ditayangkan Trans TV.
3) Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi khalayak
terhadap program acara reality show JAM yang tayangkan di Trans TV.

1.4 Kegunaan Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat menimbulkan kegunaan bagi semua pihak,
baik bagi Trans TV, akademis maupun masyarakat, sebagai berikut:
1) Bagi pihak Trans TV
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dengan mengetahui
penilaian mahasiswa Institut Pertanian Bogor terhadap program acara
reality show yang sudah berjalan. Masukan-masukan tersebut diharapkan
dapat membantu Trans TV untuk meningkatkan kinerja dan masukan
dalam menyusun program siaran yang baik dan sebagai masukan
khususnya untuk program reality show JAM.
2) Bagi akademis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian lebih lanjut
mengenai penilaian khalayak terhadap program acara reality show televisi.
Juga sebagai literatur yang dapat memperluas wawasan mengenai persepsi
khlayak terhadap tayangan program reality show JAM Trans TV. Selain
itu, mengembangkan pengetahuan dan lebih memahami berbagai konsep
mengenai siaran televisi, program acara televisi reality show, persepsi
khalayak terhadap siaran televisi, dan faktor-faktor yang berhubungan
dengan persepsi khalayak
3) Bagi Masyarakat
6

Hasil penelitian ini dapat menjadi wahana memperluas pengetahuan serta


wawasannya mengenai persepsi khalayak terhadap tayangan program
reality show JAM Trans TV.
7

BAB II
TIJAUA PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka


2.1.1. Televisi Sebagai Media Massa
Media massa pada awalnya hanya sebagai kebutuhan sekunder, kini
menjadi kebutuhan primer yang selalu dibutuhkan untuk digunakan dalam
berbagai kepentingan. Media massa lahir karena kebutuhan manusia terhadap
informasi. Media massa yang dianggap paling mempengaruhi khalayaknya dalam
hal penyampaian informasi adalah televisi. Televisi merupakan media yang paling
cepat mengalami perkembangan teknologi.

2.1.1.1.Komunikasi Massa
Mulyana (1996) menyatakan bahwa komunikasi insani muncul dalam
beberapa situasi yang berbeda. Ada enam konteks yang banyak digunakan dalam
literatur komunikasi, yaitu: (1) komunikasi dua orang, (2) wawancara, (3)
komunikasi kelompok kecil, (4) komunikasi publik, (5) komunikasi
organisasional, dan (6) komunikasi massa. Meskipun keenam konteks komunikasi
memiliki ciri khusus, semuanya memiliki kesamaan dalam proses menciptakan
makna diantara dua orang atau lebih. Konteks yang keenam adalah komunikasi
yang menggunakan media. Sumber pesan dikomunikasikan melalui media cetak
atau elektronik dan ditujukan untuk sejumlah besar individu, bukan segelintir
kecil individu. Diantara keenam konteks komunikasi diatas, komunikasi massa
merupakan komunikasi yang paling formal dan paling mahal. Komunikasi massa
melibatkan sejumlah besar orang yang heterogen, dan tidak dikenal oleh sumber
pesan. Juga, komunikasi massa bersifat umum, cepat, dan sekilas2.
Menurut De Vito (1996) pengertian komunikasi massa adalah sejumlah
variabel yang terdapat dalam komunikasi massa yaitu: sumber, khalayak, pesan,
proses, konteks, dan sarana-sarana dalam komunikasi massa yang paling banyak
digunakan seperti radio, televisi, surat kabar, majalah, buku, koran, hasil rekaman
audio-kaset dan internet. Menurut McQuail (1987) pengertian komunikasi massa
terutama dipengaruhi oleh kemampuan media massa untuk membuat produksi
2
Deddy Mulyana. 2008. Komunikasi Massa (Kontroversi, Teori, Aplikasi). Jakarta:
Gramedia.
8

massal dan untuk menjangkau khalayak dalam jumlah yang besar. Ciri-ciri utama
komunikasi massa yaitu:
1) Sumber komunikasi massa bukanlah satu orang melainkan suatu
organisasi formal
2) Pesan tidak unik dan beraneka ragam serta dapat diperkirakan. Pesannya
diproses, distandarisasi, dan selalu diperbanyak. Pesan merupakan sebuah
produk yang mempunyai nilai tukar, serta acuan simbolik yang
mengandung nilai kegunaan
3) Hubungan antara pengirim dan penerima pesan bersifat satu arah dan
jarang sekali yang bersifat interaktif.
Dari beberapa definisi yang telah dirumuskan oleh para ahli, Rakhmat
(2004) menyimpulkan bahwa komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang
ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui
media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara
serentak dan sesaat. Menurut Mulyana (1996) penerapan kemajuan teknologi
dapat pula mengintensifkan selektivitas khalayak komunikasi massa. DeFleur dan
Ball-Rokeach (1975) mengemukakan tiga kerangka teoritis yang berkaitan dengan
penggunaan media dan efek terhadap khalayak, sebagai berikut:
1) Perspektif perbedaan individu, yaitu adanya perbedaan individu
(karakteristik kepribadian) di antara khalayak akan menimbulkan efek
yang bervariasi
2) Perpektif kategori sosial, yaitu adanya kelompok-kelompok dengan
kategori sosial tertentu seperti umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
mempunyai kecenderungan untuk menggunakan media massa yang sesuai
dengan tujuan suatu kelompok dengan kategori sosial tertentu dan
umumnya kelompok dengan kategori sosial tertentu tersebut mempunyai
perilaku yang sama terhadap media massa.

2.1.1.2. Siaran Televisi


Televisi merupakan media yang paling cepat mengalami perkembangan
teknologi. Melalui televisi, masyarakat dapat mengetahui kejadian yang terjadi di
luar sana, baik kejadian yang terjadi di Indonesia maupun di luar negeri. Hampir
tidak ada berita yang tidak dapat diketahui oleh masyarakat karena televisi.
9

Masyarakat Indonesia khususnya dapat menikmati suguhan acara-acara yang


ditayangkan baik televisi pemerintah maupun swasta. Untuk acara televisi swasta
saat ini, cukup disenangi dihampir semua lapisan masyarakat.
Setyobudi (2001) dalam Shanti (2007) menyatakan bahwa televisi dapat
diartikan sebagai pemancar televisi yang berfungsi untuk mengubah dan
memancarkan sinyal-sinyal gambar secara bersama-sama dengan sinyal suara
sehingga sinyal tersebut dapat diterima oleh pesawat televisi penerima pada jarak
jauh. Menurut Kuswandi dalam Syarief (2007), televisi dapat menguasai ruang
dan jarak, mencapai sasaran yang sangat luas, memiliki nilai aktualitas terhadap
suatu berita dan informasi yang sangat tepat, cepat, dan audiovisual yang dapat
meningkatkan pemahaman seseorang akan informasi yang di tayangkan. Shanti
(2007) menyatakan bahwa televisi sebagai bagian media massa menunjukkan
bahwa setiap pesan yang disampaikan memiliki tujuan untuk mendapatkan
khalayak penonton serta menghanyarapkan adanya umpan balik baik secara
langsung maupun tidak langsung.

2.1.1.3. Fungsi Televisi


Televisi merupakan alat elektronik yang bisa memberikan pesan kepada
khalayak yang menontonnya. Kini televisi menjadi bagian hidup bagi khalayak
dan merupakan bagian yang terpenting sebagai sarana untuk berinteraksi satu
sama lainnya dalam berbagai hal yang menyangkut perbedaan dan persamaan
persepsi tentang adanya suatu isu yang berkembang dan terjadi diberbagai belahan
bumi ini.
Kehadiran suatu teknologi pasti akan memberikan manfaat yang banyak
bagi penggunanya, begitu pula dengan televisi. Beberapa fungsi televisi yang
diungkapkan oleh Hofman (1999) tentang lima teori fungsi televisi yaitu
diantaranya:
1) Fungsi informasi, dimana fungsi sebenarnya televisi adalah mengamati
kejadian dalam masyarakat dan kemudian melaporkannya sesuai dengan
kenyataan yang ditemukan. Informasi-informasi diberitakan dengan
kebutuhan manusia, seperti informasi cuaca, finansial, ataupun produk
barang.
10

2) Berhubungan, televisi tidak berkesinambungan, tetapi dapat pula


menghubungkan hasil pengawasan satu dengan hasil pengawasan lainnya
secara lebih mudah daripada sebuah dokumen tertulis.
3) Menyalurkan kebudayaan, televisi tidak hanya mencari tetapi ikut juga
mengembangkan kebudayaan. Fugsi ini juga disebut fungsi pendidikan.
4) Hiburan, saat ini hiburan semakin dianggap sebagai kebutuhan manusia,
dimana tanpa hiburan manusia tidak dapat hidup wajar.
5) Pengawas, pengerahan masyarakat untuk bertindak dalam keadaan darurat,
jika terjadi wabah penyakit disuatu daerah, masyarakat dapat mengetahui
berita tentang adanya bahaya suatu penyakit.
Adapun fungsi televisi yang disebutkan oleh Schramm (1976) dalam
Syarief (2007) disederhanakan menjadi tiga fungsi yaitu informasi, pendidikan,
dan hiburan. Fungsi-fungsi tersebut bukan hanya sebatas teori semata yang
ditunjukkan untuk khalayak. Jika dikaitkan dengan media massa khalayak atau
receiver pesan selalu berhubungan dan tidak dapat dipisahkan.
Hofmann (1999) juga mengutarakan teori-teori lain yang menekankan
salah satu aspek yang dianggap penting dalam televisi, antara lain:
1) Teori pengatur agenda.
Teori ini mengutamakan isi siaran atau tema yang ditayangkan. Televisi
menampilkan tema-tema yang bervariasi untuk dibicarakan khalayak
kemudian khalayak bebas untuk menentukan opininya sendiri. Namun
terkadang televisi tidak menampilan tema tertentu sehingga sering luput
dari perhatian khalayak.
2) Teori pengatur jadwal harian.
Teori ini menekankan bahwa menonton televisi sebagai jadwal harian. Hal
ini dipengaruhi oleh suasana yang diciptakan televisi, misalnya
kemewahan. Menurut teori ini televisi dipandang sebagai penyebab
mengapa khalayak mengatur jadwal hariannya. Kegiatan harian orang
yang setiap hari menghabiskan waktu dengan menonton televisi berbeda
dengan kegiatan orang yang tidak pernah menonton televisi.
3) Teori komunikasi antar pribadi yang tidak langsung.
11

Televisi merupakan tayangan atau siaran, bukan komunikasi antarpribadi.


Namun, siaran dalam televisi itu terbentuk dari komunikasi antarpribadi
atau pekerjaan tim. Menurut teori ini, televisi yang baik adalah televisi
yang mengandung banyak unsur komunikasi antarpribadi.
4) Teori kegunaan dan keuntungan.
Televisi mempunyai kegunaan dan menguntungkan khalayak. Kebutuhan
khalayak terpenuhi dangan menonton televisi, atas kehendaknya sendiri.
Berdasarkan teori ini, terdapat dua kegunaan televisi yaitu “ritual” dan
“instrumental.” Kebiasaan khalayak menonton televisi membentuk
struktur sehingga mirip dengan ritual keagamaan yang dibentuk khalayak
sendiri. Atas dasar itu, muncul istilah prime time, yaitu waktu utama yang
digunakan khalayak untuk menonton televisi. Kedua, yaitu “instrumental.”
Khalayak mempunyai tujuan tersendiri dalam menonton televisi, misalnya
untuk menikmati acara tertentu, santai, dan menghibur diri. Jika
dihubungkan, kegiatan instrumental lama-kelamaan menjadi “ritual.”
Menurut teori ini, para pemirsa yang mengatur sendiri jadwal menonton
televisi sesuai kebutuhannya.

2.1.2. Program Siaran Televisi


2.1.2.1. Pengertian dan Klasifikasi
Pengelolaan stasiun penyiaran dituntun untuk memiliki kreativitas seunik
dan semeriah mungkin untuk menghasilkan program yang menarik bagi khalayak.
Morissan (2008), menyatakan bahwa jenis program televisi dapat dikelompokkan
menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya, yaitu: program informasi (berita)
dan program hiburan (entertainment). Program informasi kemudian dibagi
menjadi dua jenis yaitu berita keras (hard news) yang merupakan laporan berita
terkini yang harus segera disiarkan, sedangkan berita lunak (soft news) merupakan
kombinasi dari fakta, gossip, dan opini. Sementara program hiburan terbagi atas
tiga kelompok besar yaitu musik, drama permainan, dan pertunjukkan.
Selain pembagian jenis program televisi di atas, terdapat pula pembagian
program berdasarkan sifat faktual atau fiktif. Program faktual meliputi: program
berita, dokumenter, dan reality show. Program yang bersifak fiktif berupa
12

program drama atau komedi. Televisi sebagai salah satu media massa menyajikan
acara-acara yang dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu:
1) Pendidikan, yaitu program acara yang berisi usaha pengembangan manusia
yang ditandai dengan bertambahnya pengetahuan, keterampilan,
kemampuan, dan perilaku perorangan atau kelompok dimana orang itu
berada,
2) Informasi, yaitu program acara yang berupa pendapat, kritik, atau saran
yang bertujuan untuk memberiakn informasi kepada khalayak, sehingga
khalayak dapat mengambil keputusan atau bertindak selaras dengan acara
kondisi atau situasi tersebut, dan
3) Hiburan, yaitu program acara yang bersifat menghibur kepada khalayak
berupa film, sinetron, kuis, drama, sajian musik.
Jahja dan Irvan (2006) mengemukakan bahwa terdapat empat kategori
tayangan televisi. Keempat kategori tersebut yaitu drama, non-drama, informasi
dan iklan.
1) Jenis drama adalah film dan sinetron.
2) Jenis non-drama meliputi acara-acara variety show, reality show, kuis,
musik dan bentuk hiburan lain selain drama.
3) Kategori informasi dibagi menjadi tiga jenis, yaitu Public Service
Announcement (PSA), infotainment dan pendidikan masyarakat. Jenis PSA
meliputi film dokumenter, berita, siaran olah raga dan tayangan informasi
umum.
4) Kategori yang terakhir, iklan, meliputi dua jenis yaitu iklan layanan
masyarakat dan iklan komersial.

2.1.2.2.Program Acara Televisi Reality show


Reality television adalah rekayasa realita atau dikenal juga sebagai reality
show. Reality show adalah suatu jenis program acara TV dimana
pendokumentasian rekayasa realitas berlangsung tanpa skenario dengan
menggunakan pemain dari khalayak umum biasa/ tidak menggunakan artis
(Isfandiari, 2008). Program reality show ini mengarah pada program TV yang
tidak menggunakan skenario, dramatis, menampilkan situasi humoris,
mendokumentasikan kejadian-kejadian tertentu, serta mengangkat kehidupan
13

orang biasa. Biasanya mengetengahkan kesedihan, emosi, drama, dan veyeurisme


dari kehidupan nyata (Day, 2003 dalam Isfandiari, 2008).
Program acara televisi reality show merupakan genre acara televisi yang
menggambarkan adegan atau acting yang seakan-akan benar-benar berlangsung
tanpa skenario, dengan pemain yang umumnya khalayak umum biasa. Reality
show umumnya menampilkan kenyataan yang dimodifikasi, seperti menaruh
partisipan di lokasi-lokasi eksotis atau situasi-situasi yang tidak lazim, memancing
reaksi tertentu dari partisipan, dan melalui penyuntingan dan teknik-teknik
pascaproduksi lainnya. Reality show termasuk acara yang memiliki rating tinggi
dan hadir di tengah masyarakat untuk memenuhi permintaan masyarakat akan
hiburan untuk melihat kilas balik kehidupan atau cerminan hidup yang seakan-
akan pernah dialaminya dan benar-benar terjadi. Program acara televisi reality
show ini berbeda dengan program acara televisi lainnya. Hal yang
membedakannya adalah tidak adanya naskah atau jalan cerita yang disiapkan
sebelumnya dan yang orang-orang yang terlibatnya di dalamnya pun bukanlah
aktor atau aktris yang biasanya tampil dalam sinetron atau film3.
Hampir di seluruh televisi Indonesia menayangkan program reality show
untuk memberikan variasi siaran agar khalayak tidak bosan dengan program-
program yang biasa ditayangkan, seperti infotainment, sinetron, berita-berita
politik, ekonomi, dan lain-lain. Program reality show di TransTV seperti
Termehek-mehek, JAM, Kado Istimewa, Jhon Pantau, Orang Ketiga, Tangan di
Atas, dan lain-lain. Indosiar pun tidak ingin ketinggalan dengan stasiun televisi
lain, Take Me Out- Take Him Out, Mama Mia, Akademi fantasi Indosiar (AFI)
dan lain-lain. SCTV menampilkan reality show seperti Playboy Cap Kabel,
Cinlok, CLBK, Cinta Monyet, Makcomblang, Kontak Jodoh,dan lain-lain. RCTI
pun tidak mau kalah saing dengan stasiun-stasiun TV lainnya, stasiun ini
menampilkan Rumah Hadiah, Tolooong!!!, Masihkah Kau Mencintaiku, dan lain-
lain.
Secara umum, terdapat tiga tipe program reality show yang banyak beredar
di TV Indonesia, yaitu:

3
Ibid
14

1) Penonton dan kamera adalah pengamat pasif yang mengikuti kegiatan


sehari-hari suatu kelompok dengan sepengetahuan objek yang direkam,
misalnya DIARI AFI. Tipe reality show ini kemudian dikenal sebagai
docusoap karena citra yang ditampilkan mirip dengan opera sabun.
2) Menggunakan kamera tersembunyi untuk melihat reaksi seseorang
terhadap suatu hal, misalnya program spontan. Selain itu, penggunaan
kamera tersembunyi dalam reality show bisa untuk melihat reaksi
seseorang dalam kondisi yang direkayasa, misalnya dalam program
Playboy Cap Kabel.
3) Reality show yang terbentuk kompetisi atau yang dikenal dengan sebutan
reality game show, misalnya AFI, Mama Mia, Indonesian Idol, dan lain-
lain. Program ini dikategorikan sebagai reality show karena biasanya
penonton atau khalayak memegang peranan penting dalam memutuskan
siapa yang akan menjadi juara melalui sistem voting via sms atau telepon.
Menurut Isfandria (2008) salah satu alasan reality show menjamur
dimasyarakat adalah karena biaya produksi yang murah. Menurut Arswenda
Atmowiloto, seperti yang dikutip Tempo, produksi reality show hanya
membutuhkan dana Rp 10-15 juta. “Paling mewah pun hanya Rp 25 juta. Dengan
biaya seperti itu, masuk satu sampai dua iklan sudah balik modal” tegasnya.
Dengan reality show pihak stasiun TV/rumah produksi tidak perlu membayar artis
jutaan rupiah untuk satu episode.

2.1.2.3.Program reality show JAM Trans TV


JAM adalah suatu program reality show yang menyuguhkan informasi
langsung seputar kehidupan kalangan kelas bawah seperti pemulung, nelayan,
buruh panggul pasar, kuli panggul pelabuhan, petani penggarap, penangkap
kalong, buruh pemetik jamur, tukang kayu, tukang ojek sepeda, dan lain-lain.
Acara ini merupakan acara yang mengundang remaja untuk terjun langsung
melihat, mengamati, dan merasakan kehidupan dari orang-orang yang hidup di
bawah garis kemiskinan. Seorang remaja putra atau putri akan diajak untuk
mengikuti kehidupan dari sebuah keluarga miskin selama 5 hari. Acara ini setiap
hari Sabtu dan Minggu pukul 17.30 - 18.15 WIB. Informasi dalam JAM ditujukan
untuk memberi pemahaman, empati atau simpati pada masyarakat bawah. JAM
15

termasuk ke dalam ratting yang tinggi (4,71 persen), program ini pada April
2010 menduduki peringkat ke-empat diantara semua reality show TV yang ada di
Indonesia4.

2.1.3. Khalayak Siaran Televisi


2.1.3.1.Konsep Khalayak
Khalayak merupakan salah satu komponen yang sangat penting dan
memegang peranan yang sangat besar dalam komunikasi massa, karena jika tidak
ada khalayak maka komunikasi massa juga tidak akan ada. Khalayak dapat
diartikan sebagai masyarakat yang menggunakan media masaa sebagai sumber
pemenuhan kebutuhan bermedianya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
terdapat tiga pengertian khalayak, yaitu: 1) segala yang diciptakan oleh Tuhan; 2)
kelompok tertentu dalam masyarakat yang menjadi sasaran komunikasi; 3) orang
banyak, masyarakat. McQuail 1987 mendefinisikan khalayak sebagai pasar,
sekumpulan calon konsumen dengan profil sosial ekonomi yang diketahui dan
merupakan sasaran suatu medium atau pasar.
Selain itu, pengertian persepsi lain menurut Syarief (2007), yaitu khalayak
merupakan pengguna jasa media massa seperti pendengar radio atau penonton
televisi yang memiliki empat karakter, antara lain:
1) Heterogen. Suatu masyarakat sosial yang berasal dari berbagai lapisan
sosial, pendidikan, serta aneka budaya dan agama.
2) Anonim. Tidak kenal satu sama lain, baik antara komunikator dengan
khalayak maupun antara khalayaknya sendiri.
3) Unbound each other. Tidak terikat satu sama lain, baik antar individu
maupun antar komunikator dengan khalayak.
4) Isolated from one another. Tertutup satu sama lain sehingga mereka
seperti atom-atom yang terpisah, namun tetap merupakan suatu kesatuan,
yaitu sama-sama pengguna media massa.

4
Anonim. 2010. Peringkat Realitas Show http://www.indorating.com/.cara_reality_show
[Diakses pada 2 Maret 2010, pukul 20.14 WIB]
16

2.1.3.2.Tingkatan dan Tipe Khalayak


Menurut Caldwell dalam Nadia (2008), menyatakan bahwa khalayak
media memiliki tingkatan tersendiri, antara lainnya yaitu the elite stage, the mass
audience stage, the specialized stage, and the interactive stage.
1) The elite stage merupakan khalayak yang berada pada skala yang relatif
kecil dan merefleksikan segmentasi dalam suatu komunitas
2) The mass audience stage adalah khalayak yang berada pada keseluruhan
populasi dengan berbagai macam segmentasi yang terdapat di masyarakat
3) The specialized audience stage merupakan khalayak yang telah
tersegmentasi, dan merupakan suatu kelompok atau grup dari khalayak
yang memiliki minat yang special atau minat yang sama
4) The interactive audience stage merupakan individu khalayak yang
memilki kontrol yang selektif dari apa yang khalayak dengar maupun yang
dilihat. Pada efeknya anggota khalayak juga terlibat pada proses sebagai
editor, walaupun hanya sebagai penyalur informasi-informasi yanga ada.
McQuail dalam Syarief (2007) membagi khalayak menjadi empat sub
kategori, yaitu:
1) Kelompok atau publik, sejalan denga suatu pengelompokkan sosial yang
ada dan dengan karakteristik sosial bersama dari tempat, kelas sosial,
politik, dan budaya
2) Kelompok kepuasan, terbentuk atas dasar tujuan atau kebutuhan individu
dengan fenomena sosial yang terjadi di masyarakat yang selanjutnya akan
menumbuhkan kepuasan emosional serta respon afeksi tertentu
3) Kelompok pendengar atau budaya citra rasa, terbentuk atas dasar minat
pada jenis isi (atau gaya) atau tarik tertentu akan kepribadian atau citra
rasa budaya intelektual tertentu
4) Khalayak medium, khalayak yang berusaha untuk tetap berada pada salah
satu sumber media televisi.
Menurut Caldwell dalam Novarinda (2009), menyatakan bahwa secara
garis besar terdapat dua tipe khalayak, yaitu general public audience dan
specialized audience. General public audience merupakan khalayak yang sangat
luas, heterogen, dan anonim secara lengkap, contohnya pemirsa televisi dan radio.
17

Sedangkan Specialized audience dibentuk dari bernagai macam kepentingan


bersama antar anggotanya sehingga lebih homogen (paling tidak dalam satu aspek
tertentu).
Menurut Endang (1993) dalam Silitong (2009), pada prinsipnya ada tiga
sub-kelompok dasar khalayak, yaitu the illiterate, the pragmatis, dan the
intellectual.
1) The illiterate merupakan kelompok khalayak yang lebih tertarik pada
media audio visual dengan orientasi pada pesan superficial dan full action
program, mereka kurang berorientasi pada ide.
2) The pragmatis mencakup khalayak yang senang melibatkan diri pada
masyarakat, memiliki mobilitas cukup tinggi, berpendidikan menengah
atas, berpendapatan cukup dan bergaya hidup modern.
3) The intellectual merupakan segmen terkecil dari khalayak massa.
Khalayak massa merupakan suatu fenomena dalam media khususnya pada
abad ke-19. Orang-orang beramai-ramai membaca atau menonton produk yang
sama. Televisi memiliki banyak khalayak untuk program acara yang berbeda-
beda. Orang-orang yang sama tidak akan konsisten menonton program yang sama.
Dilain pihak, terdapat pula tipe-tipe khalayak yang serupa untuk program acara
tertentu.
Menurut Burton (2008) khalayak-khalayak tersebut bersifat spesifik dan
saling melengkapi:
1) Khalayak yang didefinisikan menurut majalah, rekaman, film tertentu yang
akan mereka konsumsi
2) Terdapat khalayak spesifik untuk suatu tipe produk tertentu seperti
majalah komputer, musik jazz modern dan lain sebagainya
3) Khalayak-khalayak yang dispesifikkan menurut profil/karakteristik
mereka, berdasarkan faktor-faktor seperti usia, kelas, jenis kelamin, tingkat
pendapatan, dan gaya hidup.
18

2.1.4. Persepsi Khalayak


2.1.4.1.Konsep Persepsi
Dalam kehidupan sehari-hari memahami perilaku orang lain itu
merupakan hal yang sangat penting karena akan menunjukkan persepsi terhadap
sesuatu atau objek untuk memberikan makna. Begitu pun dengan khalayak, setiap
menonton televisi mempunyai persepsi terhadap acara yang ditontonnya. Acara-
acara yang ditayangkan televisi diterima oleh khalayak yang didasari karena
adanya persepsi mereka akan tayangan televisi tersebut. Menurut DeVito (1997)
persepsi adalah suatu proses dimana kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus
(rangsangan) yang mempengaruhi indera kita. Persepsi mempengaruhi stimulus
atau pesan yang kita serap dan apa makna yang kita berikan pada mereka ketika
mereka mencapai kesadaran.
Adapun pengertian persepsi menurut Baron dan Byrne dalam Syarief
(2007) yaitu persepsi merupakan suatu proses memilih, mengorganisir, dan
menginterpetasi informasi dikumpulkan oleh pengertian seseorang dengan
maksud untuk memahami dunia sekitar. Sementara menurut Sarwono (1999)
menjelaskan pula bahwa persepsi dalam pengertian psikologis adalah proses
pencarian informasi untuk dipahami. Alat yang digunakan untuk memperoleh
informasi tersebut adalah indera dan untuk memahaminya menggunakan
kesadaran atau kognitif seseorang. Pengertian lain, persepsi merupakan suatu
proses yang dilakukan individu dalam mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-
kesan indera agar memberikan makna. Dengan demikian, persepsi adalah kesan
atau pandangan individu terhadap objek untuk memberikan makna.
Proses persepsi dibutuhkan untuk mengetahui sampai sejauh mana minat,
persepsi, opini khalayak terhadap tayangan televisi. Persepsi akan tayangan
televisi disebabkan oleh variabel yang dibentuk oleh individu akan kemasan
tayangan tersebut. Kemasan acara-acara televisi tersebut biasanya berupa isi
cerita, aktor/aktris yang berlakon, dan jam tayang. Persepsi yang dihasilkan oleh
khalayak setelah menonton tayangan televisi terlepas disebabkan karena adanya
faktor-faktor karakteristik yang dimiliki oleh khalayak seperti usia, jenis kelamin,
pendidikan, pendapatan, dan pekerjaan.
19

2.1.4.2.Faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi khalayak


Menurut Rakhmat (2004) faktor-faktor yang menentukan persepsi ada dua
macam, yaitu:
1) Faktor fungsional, berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal-
hal lain yang disebut sebagai faktor-faktor personal. Persepsi bukan
ditentukan oleh jenis atau bentuk stimuli tetapi karakteristik orang yang
memberikan respons stimuli itu
2) Faktor struktural, berasal semata-mata dari stimuli fisik dan efek-efek
syaraf yang ditimbulkannya pada sistem syaraf individu
Menurut DeVito (1997) terdapat enam proses yang mempengaruhi
persepsi seseorang terhadap sesuatu, yaitu: (1) teori kepribadian implicit, (2)
primasi-resensi, (3) aksentuasi perseptual, (4) ramalan yang terpengaruhi dengan
sendirinya, (5) konsistensi, dan (6) stereotipe. Proses-proses ini sangat
mempengaruhi apa yang kita lihat dan apa yang tidak kita lihat, apa yang kita
simpulkan dan apa yang tidak kita simpulkan tentang orang lain. Proses ini
membantu menjelaskan mengapa kita membuat perkiraan tertentui dan tidak
membut perkiraan yang lain tentang orang. Keenam proses ini merupakan pula
penghambat kita dalam menentukan persepsi maupun berinteraksi dengan orang
lain.
Persepsi khalayak dalam menonton program acara reality show ditentukan
oleh tiga faktor utama, yaitu orang yang berpresepsi (khalayak siaran), objek atau
stimulus yang diterima (tayangan program acara reality show), dan faktor
lingkungan (suasana menonton, cara menonton dan keberadaan sinyal televisi
dalam menangkap program acara tersebut). Persepsi tersebut ditentukan oleh
karakteristik khalayak sendiri maupun karakteristik televisi yang menayangkan
siaran televisi. Dalam menonton tayangan siaran televisi seperti reality show pasti
timbul adanya persepsi terhadap kriteria dari tayangan tersebut, baik isi cerita,
variasi cerita, pemain yang berperan dalam acara tersebut, kemasan cerita,
pembawa acaranya, bahkan jam tayangnya. Persepsi yang dihasilkan oleh
khalayak setelah menonton tayangan televisi tidak terlepas dari adanya faktor-
faktor karakteristik yang dimiliki oleh khalayak tersebut, seperti usia, jenis
kelamin, pendidikan, pendapatan, dan pekerjaan.
20

2.2 Kerangka Pemikiran


Keefektifan suatu siaran televisi ditentukan berdasarkan diterima-tidaknya
oleh khalayak. Pendapat atau opini dari khalayak sangat penting untuk
mengevaluasi suatu siaran televisi agar siaran selanjutnya lebih baik. Jika suatu
acara tersebut berhasil memperoleh tingkat rating yang tinggi, berarti acara
tersebut telah berhasil “mengambil hati” khalayaknya. Dengan demikian, baik
tidaknya mutu suatu program reality show JAM tergantung pada penilaian dan
persepsi dari khalayak yang telah menonton acara tersebut.
Persepsi merupakan suatu proses memilih, mengorganisir, dan
menginterpetasi informasi dikumpulkan oleh pengertian seseorang dengan
maksud untuk memahami dunia sekitar. Persepsi khalayak dalam menonton
program acara reality show ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu orang yang
mempresepsi (khalayak siaran), objek atau stimulus yang diterima (tayangan
program acara reality show), dan keterdedahan.
Subjek yang mempresepsi memiliki dua faktor, yaitu faktor intrinsik dan
ekstrinsik khalayak. Faktor intrinsik yang dimiliki oleh khalayak meliputi usia,
jenis kelamin, pekerjaan orang tua, dan pendapatan orangtua. Faktor ekstrinsik
khalayak meliputi ketersediaan TV, interaksi keluarga, dan interaksi teman.
Keterdedahan program acara reality show JAM dapat diungkapkan dari cara
menonton, lokasi menonton, suasana menonton, durasi menonton, dan frekuensi
menonton. Objek menonton yang dipersepsi dari program JAM meliputi enam
aspek dari program yang dapat menjadi indicator persepsi. Keenam aspek tersebut
meliputi isi cerita, talent, narasumber, keadaan lokasi, tema cerita dan
penayangan. Keterkaitan antar variabel tersebut, secara lebih rinci disajikan pada
gambar berikut:
21

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

2.3. Hipotesis Uji


Berdasarkan hasil kerangka pemikiran di atas, dapat disusun hipotesis
penelitian sebagai berikut:
1) Ada hubungan antara faktor intrinsik khalayak dengan persepsi khalayak
tentang program reality show JAM.
2) Ada hubungan antara faktor ekstrinsik khalayak dengan persepsi khalayak
tentang program reality show JAM.
3) Ada hubungan antara keterdedahan media televisi terhadap persepsi
khalayak tentang program reality show JAM.
22

2.4. Definisi Operasional


Dalam mengukur variabel-variabel yang akan digunakana untuk penelitian
ini, maka perumusan dari masing-masing variabel akan dijabarkan dan dibatasi
secara operasional.
1) Faktor intrinsik adalah faktor yang melekat dalam diri responden yang
diduga menimbulkan persepsi dalam menonton JAM di Trans TV.
Variabel ini diukur dengan beberapa indikator, yaitu usia, jenis kelamin,
angkatan, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan etnis.
a) Usia adalah jumlah tahun sejak responden lahir sampai dengan saat
dilaksanakan penelitian. Dikelompokan menjadi tiga kategori, yaitu:
i. 18-19 tahun
ii. 20-21 tahun
iii. 22-23 tahun
Pengelompokkan ketiga kategori ini berdasarkan usia responden
yaitu 18-21 tahun, sehingga dibagi menjadi tiga kategori. Diukur
dengan skala ordinal.
b) Jenis kelamin adalah perbedaan individu berdasarkan kondisi
biologis. Dikategorikan dalam dua kelompok, yaitu laki-laki dan
perempuan. Diukur dengan skala nominal.
c) Pekerjaan orang tua adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang tua
responden sebagai sumber utama yang menghasilkan ekonomi
keluarganya (memilih salat satu, ibu atau ayah). Kategori ini
dibedakan kedalam: bekerja pegawai negeri, swasta, , wiraswasta,
dan tidak bekerja. Diukur dengan skala nominal.
d) Pendapatan orang tua adalah penghasilan (dalam rupiah) yang
dihasilkan oleh orang tua dari bekerja. Indikator ini diukur dengan
skala rasio menjadi ordinal. Untuk penghasilan orangtua karena data
belum diketahui secara pasti, maka indikator masih menggunakan
rasio sampai kuesioner terkumpul maka skala rasio tersebut dapat
diubah menjadi ordinal. Setelah data terkumpul semua, penghasilan
minimum sebesar Rp 500.000 sedangkan penghasilan maksimum
23

sebesar Rp 7.000. 000. Setelah dihitung menggunakan rumus, maka


pengelompokan dibagi menjadi tiga golongan:
i. Golongan rendah Rp 500.000 - 2.660.000
ii. Golongan menengah Rp 2.660.001 - 4.820.000
iii. Golongan tinggi Rp 4.820.001 - 7.000.000

2) Faktor ekstrinsik adalah faktor yang melekat di luar diri responden yang
diduga menimbulkan persepsi responden menonton JAM di Trans TV.
Variabel ini diukur dari dua indikator yaitu teman, keluarga, dan
ketersediaan televisi.
a) Ketersediaan televisi adalah tersedianya televisi dan teraksesnya
channel Siaran Trans TV dalam menonton JAM. Kategori dari
variabel ini adalah jumlah TV yang dimiliki, ada/tidaknya TV di
kamar pribadi, dan lain-lain. Indikator ini diukur dengan skala
nominal.
b) Interaksi Teman adalah orang yang sering berinteraksi dengan
responden dan menghabiskan waktu dengan responden serta
mempengaruhi responden dalam menonton JAM. variabel teman
dapat diukur dalam beberapa kategori, yaitu temen kelas kuliah, teman
satu tempat tinggal selama kuliah di IPB, atau teman di lingkungan
rumah. Indikator ini diukur dengan skala ordinal dan dibedakan
menjadi dua kategori, yaitu:
i. Interaksi rendah : jumlah skor 1-5
ii. Interaksi rendah : jumlah skor 6-10
c) Interaksi Keluarga adalah suatu hubungan yang terdiri dari ayah, ibu
dan anak yang memiliki hubungan darah dan tinggal dalam satu atap
rumah. Indikator ini diukur dengan skala ordinal dan dibedakan
menjadi dua kategori, yaitu:
i. Interaksi rendah : jumlah skor 1-5
ii. Interaksi rendah : jumlah skor 6-10
24

3) Keterdedahan Media Televisi adalah penggunaan media televisi dilihat


dari cara menonton, lokasi menonton, suasana menonton, durasi
menonton, dan frekuensi menonton, dengan indikator-indikator sebagai
berikut:
a) Cara menonton yaitu kebiasaan responden dalam menonton, dengan
siapa menonton JAM, apakah menonton sendirian atau ditemani
dengan orang lain. Cara menonton responden ini diukur dengan skala
nominal dan dapat dikategorikan menjadi:
i. Sendirian
ii. Bersama orang lain (bersama teman, keluarga, bersama orang
lain selain teman dan keluarga)
b) Lokasi Menonton, tempat responden menonton JAM. Lokasi
menonton diukur dengan skala nominal dan dikategorikan menjadi:
i. Tempat tinggal sendiri (rumah/kost/kontrakan)
ii. Tempat umum (kantin/warung/tempat tinggal teman)
c) Suasana menonton, keadaan hati dan sekitar responden dalam
menonton JAM. Suasana menonton diukur dengan skala nominal dan
dikategorikan menjadi:
i. Tenang/kondusif
ii. Berisik/ada gangguan
d) Durasi menonton yaitu lama waktu (dalam hitungan menit) yang
digunakan responden untuk menonton JAM setiap kalinya. Durasi
JAM setiap tayangnya adalah 60 menit. Durasi menonton responden
ini diukur dengan skala ordinal kemudian dibedakan menjadi kategori
tinggi, dan rendah, yaitu:
i. Durasi Rendah : 0 - 30 menit
ii. Durasi Tinggi : 31 - 60 menit
e) Frekuensi Menonton yaitu tingkat keseringan responden (dalam
hitungan kali) menonton JAM. Program JAM ditayangkan delapan
kali per bulan. Frekuensi menonton responden ini dapat diukur dalam
hitungan per bulan. Diukur dengan skala ordinal kemudian dibedakan
menjadi kategori tinggi, dan rendah, yaitu:
25

i. Frekuensi rendah : 1 - 4 kali sebulan


ii. Frekuensi tinggi : 5 - 8 kali sebulan

4) Persepsi khalayak terhadap program reality show JAM adalah pandangan


atau pendapat responden terhadap tayangan program JAM. Persepsi
responden ini dapat diukur berdasarkan skala ordinal, yaitu persepsi buruk
dan baik. Perhitungan skor untuk persepsi adalah sebagai berikut:
responden menjawab 1 = Sangat Tidak Setuju, 2 = Tidak Setuju, 3 =
Setuju, dan 4 = Sangat Setuju. Kemudian skor tersebut dijumlahkan dan
dikalikan dengan jumlah pertanyaan, sehingga akan mendapatkan persepsi
buruk dan baik.
a) Isi cerita adalah substansi yang terkandung dalam tayangan program
JAM. Diukur dengan skala ordinal dengan kategori:
i. Persepsi buruk : 10 – 25
ii. Persepsi baik : 26 – 40
Indikator baik atau buruknya suatu materi cerita dinilai dari faktual
cerita, menarik tidaknya isi ceritan, kekonsistenan isi cerita dengan
tema, ada efek empati tidaknya setelah menonton acara ini, mudah
tidaknya difahami acara ini, dan lain-lain.
b) Talent adalah orang yang berperan sebagai penolong dalam tayangan
program JAM. Talent diukur dengan skala ordinal dengan kategori:
i. Persepsi buruk : 10 – 25
ii. Persepsi baik : 26 - 40
Berkualitas atau tidaknya seorang talent dapat diukur dengan beberapa
kategori, yaitu penampilan fisik, pakaian yang digunakan, jenis
kelamin,usia, pendidikan, dan gaya berkomunikasi
c) Narasumber adalah orang yang menjadi pusat perhatian dalam
program JAM. Objek yang berperan dalam tayangan JAM diukur
dengan skala ordinal dengan kategori:
i. Persepsi buruk : 10 – 25
ii. Persepsi baik : 26 - 40
26

Variabel ini dapat diukur berdasarkan keadaan ekonomi, cara


penampilan, tingkat, pendidikan, keluarga, dan tempat tinggal.
d) Keadaan lokasi adalah suatu keadaan lokasi objek yang akan dibantu.
Keadaan objek yang akan dibantu dalam tayangan JAM diukur
dengan skala ordinal dengan kategori:
i. Persepsi buruk : 5 - 12
ii. Persepsi baik : 13 - 20
Variabel ini dapat diukur berdasarkan: lokasinya di pedesaan atau di
perkotaan, desa pedalaman, terjangkaunya akses, rawan bencana, dan
lain-lain.
e) Tema tayangan adalah jenis atau tema acara yang ditayangkan oleh
program JAM. Setiap satu episode program JAM, biasanya
menayangkan satu tema yang berbeda-beda. Tema-tema tersebut
dikategorikan atas pemulung, nelayan, buruh panggul pasar, kuli
panggul pelabuhan, petani penggarap, penangkap kalong, buruh
pemetik jamur, tukang kayu, tukang ojek sepeda, dan lain-lain.
Indikator satu tema yang baik dapat diukur dari menarik atau
tidaknya tema program JAM tersebut dan menonton atau tidaknya
acara tersebut. Tema tayangan JAM diukur dengan skala ordinal
dengan kategori:
i. Persepsi buruk : 5 - 12
ii. Persepsi baik : 13 - 20
f) Penayangan adalah durasi dan waktu tayang program JAM dapat
dilihat dari kesesuaian penempatan waktu tayang program JAM
dengan program-program lain dari stasiun televisi lain yang dapat
mengakibatkan responden memindahkan saluran televisinya. Variabel
diukur dengan skala ordinal dengan kategori:
i. Persepsi buruk : 5 - 12
ii. Persepsi baik : 13 - 20
Pengukuran variabel penayangan ini dapat dilihat berdasarkan
kesesuaian jam tayang dengan waktu khalayak menonton, kesesuain
hari tayang, dan kecukupan jumlah durasi program JAM.
27

BAB III
METODE PEELITIA

3.1. Desain Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kuantitatif didukung oleh metode kualitatif, karena penelitian ini akan menguji
hubungan dan mengukur persepsi. Penelitian kuantitatif dengan menggunakan
desain survei yang bersifat deskriptif korelasional. Penelitian ini
mengdeskripsikan faktor intrinsik, ekstrinsik khalayak, keterdedahan program
acara reality show JAM, dan persepsi khalayak terhadap program acara reality
show JAM. Selain itu, penelitian ini juga menggambarkan faktor-faktor yang
berhubungan dengan pembentukan persepsi program acara reality show JAM.
Metode kualitatif dilakukan melalui wawancara mendalam kepada responden dan
pihak stasiun televisi Trans TV untuk mengkaji tentang program acara reality
show JAM yang ditayangkan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di dua tempat. Untuk melihat secara jelas program
reality show JAM dilakukan di stasiun Trans TV yang beralamat di PT. Trans
TV Jl. Kapten Tendean Kavling 12-14 A Jakarta Selatan. Untuk melihat persepsi
khalayak program reality show dilakukan di Kampus Institut Pertanian Bogor,
Dramaga, Bogor, Jawa Barat.
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama dua bulan yaitu Mei sampai
Juni 2010. Bulan pertama yaitu Maret 2010 merupakan pra-survai dan
penyusunan proposal penelitian yang kemudian diseminarkan pada akhir bulan
April 2010. Mei-Juni 2010 merupakan masa studi lapang di lokasi yang telah
ditentukan di atas.

3.3. Teknik Pemilihan Responden dan Informan


Populasi dalam penelitian ini meliputi Mahasiswa Institut Pertanian Bogor,
Fakultas Ekologi Manusia, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat yang sudah, sedang dan akan mengambil Mata Kuliah Psikologi
Sosial pada angkatan 43, 44, dan 45 dengan jumlah populasi 309 mahasiswa.
28

Pengambilan sampel ini dengan alasan yaitu ada kaitannya antara program acara
JAM dengan Mata Kuliah Psikologi Sosial. Dalam Mata Kuliah Psikologi Sosial
dipelajari konsep persepsi dan empati, sedangkan tujuan utama program acara
JAM adalah untuk memberikan pemahaman sikap empatik pada khalayak.
Pembagian ketiga klasifikasi ini dengan tujuan untuk membandingkan persepsi
dari masing-masing mahasiswa yang sudah, sedang dan akan mengambil Mata
Kuliah Psikologi Sosial. Berikut rincian jumlah setiap angkatannya.
Tabel 1. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi Total* Sampel
Mahasiswa KPM
(Mahasiswa) (Mahasiswa)
Sudah mengambil Mata kuliah Psikologi Sosial 90 22
Sedang mengambil Mata kuliah Psikologi Sosial 107 26
Akan mengambil Mata kuliah Psikologi Sosial 112 28
Total 309 76
*Sumber: Sekretariat Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat FEMA IPB (2010)

Teknik yang digunakan untuk memilih sampel adalah proportional


stratified random sampling. Nazir (2005) mendefinisikannya sebagai teknik
pengambilan sampel dengan memisahkan elemen-elemen populasi dalam
kelompok-kelompok (strata) kemudian dipilih secara random. Jumlah sampel
yang diambil sebagai responden adalah sepuluh persen dari populasi sasaran, yaitu
76 responden. Distribusi populasi dan sampel penelitian tersaji pada Tabel 1.
Pemilihan responden dalam penelitian ini berdasarkan pertimbangan bahwa
responden merupakan mahasiswa yang sering menonton program reality show
JAM, khalayak yang berpendidikan tinggi sehingga dapat berpikir kritis dan
memiliki persepsi mengenai tayangan program reality show JAM.. Cara
menentukan 76 sampel dari 309 populasi dihitung menggunakan Rumus Slovin
dalam persamaan 1.

n = 75,55
n ≈ 76 orang
29

keterangan : n = besaran sampel


N = besaran populasi
e = nilai kritis atau batas ketilitian yang ditentukan
Jumlah sampel menggunakan rumus Slovin dengan nilai kritis 10% untuk
populasi tersebut adalah 75,55 responden dibulatkan menjadi 76 responden. Oleh
karena itu penentuan jumlah responden sebanyak sepuluh persen dianggap sudah
dapat memenuhi batas minimal responden yang seharusnya diteliti.
Penentuan informan dilakukan dengan menggunakan teknik bola salju
(snowball sampling). Informan dalam penelitian ini adalah pihak manajemen
program reality show JAM serta produser dan tim kreatifnya.

3.4. Data dan Instrumentasi


Data yang dikumpulkan dalam penelitian terdiri dari data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil penggalian informasi langsung dari
responden yang dilakukan melalui pengisian kuesioner dan wawancara. Selain itu,
dilakukan wawancara mendalam dengan pihak stasiun televisi Trans TV untuk
mengkaji tentang program acara reality show JAM yang ditayangkan. Data
sekunder yang diambil adalah data mengenai profil SKPM dan daftar pengikut
Mata Kuliah Psikologi Sosial serta data lain yang menunjang penelitian.
Instrument yang digunakan dalam penelitian berupa kuesioner. Kuesioner
yang disebar dibagi menjadi empat bagian. Bagian pertama berisi pertanyaan
tentang faktor intrinsik khalayak. Bagian dua berisi pertanyaan tentang faktor
ekstrinsik khalayak. Bagian ketiga berisi pertanyaan tentang keterdedahan
program acara reality show JAM di Trans TV. Bagian keempat berisi pertanyaan
tentang persepsi khalayak terhadap program acara reality show JAM yang
ditayangkan di Trans TV.

3.5. Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi


Menurut Singarimbun dan Effendi (2006), validitas menunjukkan sejauh
mana alat pengukur mengukur sesuatu yang ingin diukur. Pengujian ini dapat
dilakukan dengan uji validitas korelasi product moment Pearson dengan program
SPSS for Windows versi 17,0. Pengujian dilakukan kepada 15 responden yang
30

dapat mewakili seluruh sampel. Dari 45 pernyataan mengenai persepsi program


JAM yang diajukan, terdapat 13 pernyataan mempunyai hasil uji validitas lebih
kecil dari rtabel (rα0,05). Ada dua pernyataan yang tidak valid pada bagian persepsi
mengenai isi cerita, yaitu pernyataan nomor 3, dan 6. Ada delapan pernyataan
yang tidak valid pada bagian persepsi mengenai talent, yaitu pernyataan nomor 1,
2, 3, 4, 5, 7, 8, dan 10. Ada satu pernyataan yang tidak valid pada bagian persepsi
mengenai narasumber, yaitu pernyataan nomor 1. Ada dua pernyataan yang tidak
valid pada bagian persepsi mengenai tema cerita, yaitu pernyataan nomor 1 dan 3.
Seluruh pernyataan yang tidak valid tersebut sudah diganti dengan pernyataan
yang lebih mudah dimengerti oleh responden.
Uji Reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan uji koefisien
reliabilitas. Pengujian ini dilakukan dengan program SPSS for Windows versi
17,0. Setelah dilakukan uji kuesioner kepada 15 responden, nilai reliabilitas yang
diperoleh persepsi mengenai isi cerita, talent, narasumber, lokasi, tema cerita, dan
penayangan dengan nilai masing-masing (0.809, 0.484, 0.887, 0.863, 0.339, dan
0.863). Ada dua bagian persepsi yang tidak reliabilitas yaitu persepsi mengenai
talent dan tema cerita.
Nilai koefisien reliabilitas (Cronbach’s Alpha) 0.484 dan 0.339 belum
sesuai dengan kriteria (kurang dari 0,60) artinya tingkat reliabilitasnya yang
kurang baik, data dapat dipercaya. Kondisi tersebut sudah diperbaiki dengan
mengganti pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner. Nilai koefisien reliabilitas
bagian lainnya (0.809, 0.887, 0.863, dan 0.863) sudah sesuai dengan kriteria,
nilai ini sudah lebih besar dari 0,60. Dengan demikian data hasil angket memiliki
tingkat reliabilitas yang baik, atau dengan kata lain data hasil angket dapat
dipercaya. Nilai koefisien reliabilitas ini menunjukkan bahwa kuesioner sudah
reliabel dan dapat digunakan untuk penelitian. Hasil pengolahan uji kuesioner ini
dapat dilihat di Lampiran 1.

3.6. Analisis Data


Data yang diperoleh dianalisis secara statistic deskriptif dan inferensia.
Analisis statistik deskripstif yang digunakan untuk menggambarkan masing-
masing peubah adalah tabel distribusi frekuensi dan persentase. Analisis statistik
inferensia dilakukan dengan uji Chi Square dan Rank Spearman yang diolah
31

menggunakan komputer dengan program SPSS for Windows versi 17,0. Chi
Square digunakan untuk menguji hubungan dua variabel (bivariat) yang salah satu
variabelnya nominal, yaitu menguji hubungan faktor intrinsik (skala nominal) dan
keterdedahan (skala nominal) dengan persepsi program JAM (skala ordinal)
dengan rumus sebagai berikut:

Kaidah pengujian hipotesis uji Chi Square adalah:


1) Ho ditolak atau H1 diterima, berarti ada hubungan antara variabel tak
bebas dengan variabel bebas.
2) Ho diterima atau H1 ditolak, berarti ada hubungan antara variabel tak
bebas dengan variabel bebas.
Uji korelasi Rank Spearman digunakn untuk adalah untuk menentukan
hubungan antara kedua variable yang ada (variabel independen dan variabel
dependen), yaitu menguji hubungan faktor intrinsik (skala ordinal), faktor
ekstrinsik (skala ordinal), dan keterdedahan (skala ordinal) dengan persepsi
program JAM. Untuk menganalisis hubungan tersebut digunakan rumus berikut:

Kaidah pengujian hipotesis uji korelasi Rank Spearman adalah:


Ho : rs ≤ 0, berarti terdapat hubungan negatif atau tidak terdapat hubungan antara
factor intrinsik khalayak, factor ekstrinsik khalayak, keterdedahan
dengan persepsi.
Ho : rs ≥ 0, berarti terdapat hubungan positif atau terdapat hubungan antara
factor intrinsik khalayak, factor ekstrinsik khalayak, keterdedahan
dengan persepsi
32

BAB IV
GAMBARA UMUM LOKASI

4.1. Deskripsi Umum TRAS TV


4.1.1. Sejarah Trans TV
PT. Televisi Transformasi Indonesia (TRANS TV) merupakan perusahaan
yang dimiliki oleh TRANS CORPORATION, yang juga merupakan pemilik dari
TRANS 7. Trans TV adalah sebuah stasiun televisi swasta Indonesia yang
dimiliki oleh konglomerat Chairul Tanjung dengan grup para-nya. Memperoleh
izin siaran pada bulan Oktober 1998 setelah dinyatakan lulus dari ujian kelayakan
yang dilakukan tim antar departemen pemerintah, maka sejak 15 Desember 2001,
TRANS TV memulai siaran secara resmi. Stasiun ini melakukan siaran pertama
kali pada tahun 2001
Trans TV resmi bersiaran pada 10 November 2001 meski baru terhitung
siaran percobaan, Trans TV sudah membangun stasiun relai TV-nya di Jakarta
dan Bandung. Siaran percobaan dimulai dari seorang presenter yang menyapa
pemirsa pukul 19.00 WIB malam. Kantor pusat stasiun Trans TV ini berada di
Studio Trans TV, Jalan Kapten Pierre 12 14 A Tendean, Jakarta Selatan. dengan
direktur Utama Trans TV saat ini adalah Wisnutama.

4.1.2. Visi dan Misi Trans TV

Visi Trans TV adalah:


Menjadi televisi terbaik di Indonesia maupun ASEAN, memberikan hasil
usaha yang positif bagi stakeholders, menyampaikan program-program
berkualitas, berperilaku berdasarkan nilai-nilai moral budaya kerja yang dapat
diterima oleh stakeholders serta mitra kerja, dan memberikan kontribusi dalam
meningkatkan kesejahteraan serta kecerdasan masyarakat.

Misi Trans TV adalah:


Wadah gagasan dan aspirasi masyarakat untuk mencerdaskan serta
mensejahterakan bangsa, memperkuat persatuan dan menumbuhkan nilai-nilai
demokrasi.
33

4.1.3. Moto dan Logo Trans TV


Trans TV memiliki motto "Milik Kita Bersama", biasanya motto ini sering
didengar setiap jeda program berganti. Trans TV memiliki logo yang berbentuk
‘berlian’, yang berati keindahan dan keabadian. Logo kilau berlian ini diharapkan
dapat merefleksikan kehidupan dan adat istiadat dari berbagai pelosok daerah di
Indonesia sebagai simbol pantulan kehidupan serta budaya masyarakat Indonesia.
Huruf dari jenis serif yang digunakan mencerminkan karakter abadi, klasik,
namun akrab dan mudah dikenal.

Gambar 2. Logo Trans TV


Sumber: Website Trans TV (www.transtv.co.id)

4.1.4. Program Siaran Trans TV


Terdapat sejumalah program siaran di Trans TV, mulai dari siaran acara
berita, hiburan seperti komedi, infotainment sampai sinetron. Program siaran
tersebut meliputi:
1) Sinema: dibedakan atas sinema liburan, sinema dini hari, sinema spesial,
bioskop Trans TV
2) Sinetron: dibedakan atas sinetron komedi, (sitkom) dan religi
3) Variety show, meliputi program acara: ceriwis, on-line, komedi betawi,
Indonesia Mencari Bakat, Gong Show
4) Trans TV news, meliputi program acara: Jika Aku Menjadi, Jelajah,
Kejamnya Dunia, Sisi lain, Reportase, John Pantau, Jelang Siang, Harmoni
Alam, Wisata Kuliner, Celebrity on Vacation, Koper dan Ransel, Ala
Chef, Belajar Indonesia, Ngulik, Kenali Anak Indonesia,
5) Light entertainment: Dorce Show, On-line, Kejar Tayang,
6) Infotainment: Insert, Investigasi
7) Program anak: Surat Sahabat, Cerita Anak
34

8) Relegius: Realigi, Haram.


9) Kuis: Rangking 1, Missing Lyrics, Cewek atau Cowok?,

4.1.5. Deskripsi Singkat Program Jika Aku Menjadi


Jika Aku Menjadi adalah suatu program reality show yang menyuguhkan
informasi langsung seputar kehidupan kalangan kelas bawah seperti pemulung,
nelayan, buruh panggul pasar, kuli panggul pelabuhan, petani penggarap,
penangkap kalong, buruh pemetik jamur, tukang kayu, tukang ojek sepeda, dan
lain-lain. Acara ini merupakan acara yang mengundang remaja untuk terjun
langsung melihat, mengamati, dan merasakan kehidupan dari orang-orang yang
hidup di bawah garis kemiskinan. Seorang remaja putra atau putri akan diajak
untuk mengikuti kehidupan dari sebuah keluarga miskin selama 5 hari. Acara ini
setiap hari Sabtu dan Minggu pukul 17.30 - 18.30 WIB. Informasi dalam JAM
ditujukan untuk memberi pemahaman, empati atau simpati pada masyarakat
bawah. JAM termasuk ke dalam ratting yang tinggi (4,71 persen), reality show ini
pada April 2010 menduduki peringkat ke-empat diantara semua reality show TV
yang ada di Indonesia.
Dalam JAM seringkali diperankan oleh sesosok orang muda (kadang
seorang mahasiswa/i) yang disebut sebagai talent. Dalam reality show ini “talent”
yang berperan kebanyakan perempuan muda. Talent yang berperan disini tinggal
bersama dalam suatu keluarga yang sering disebut kurang beruntung, misalnya
seorang perempuan tua yang telah hidup sebatang kara. Perempuan tua itu tinggal
di sebuah desa (kadang pula di kota), dengan pekerjaan yang hasilnya hanya
cukup untuk makan sehari-hari.
Dengan ikut menjalani hidup sehari-hari, talent ini turut serta merasakan
pahit getirnya menjadi orang miskin. Ada yang ikut jual jamu gendong, menjadi
kuli gendong di pasar, ikut membajak sawah, ikut menjadi pemulung barang
bekas, ikut jual es cendol, ngarit rumput untuk kambing dan sebagainya. Intinya,
mereka diajak merasakan hidup yang apa adanya. Demikian pula dengan makan
dengan lauk lapar alias nasi, krupuk dan sambal, kadang dengan sekadar kuluban.
Semua itu demi satu pelajaran, mereka ingin merasakan hidup, lengkap seperti
‘tuan rumah’ yang menjadi ‘guru’ mereka. Titik tekannya, mereka belajar hidup
35

susah. Lebih dari itu, diharapkan pula mereka juga belajar mengucap syukur,
justru ketika hidup di dalam keadaan serba kekurangan. Tidak banyak alasan,
mengapa ‘sang guru’ itu bisa hidup sedemikian rupa. Hal ini hanya cocok bagi
mereka yang ingin menggeluti sebuah persoalan, lengkap dengan segala
argumentasi yang ketat dan alasan rasional yang rigid. Misalnya, tentang akar
masalah sebab-musabab kemiskinan. Tidak banyak alasan yang diungkap dalam
tayangan semacam ini.

4.2. Deskripsi Mata Kuliah Psikologi Sosial


Salah satu mata kuliah yang yang ditawarkan adalah Psikologi Sosial.
Psikologi sosial merupakan perkembangan ilmu pengetahuan yang baru dan
merupakan cabang dari ilmu pengetahuan psikologi pada umumnya. Ilmu tersebut
menguraikan tentang kegiatan-kegiatan manusia dalam hubungannya dengan
situasi-situasi sosial. Dari berbagai pendapat tokoh-tokoh tentang pengertian
psikologi sosial dapat disimpulkan bahwa psikologi sosial adalah suatu studi
ilmiah tentang pengalaman dan tingkah laku individu-individu dalam
hubungannya dengan situasi sosial.
Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa akan dapat melakukan
dengan benar dan tepat konsep-konsep psikologi sosial dalam memahami
permasalahan sosial masyarakat Indonesia. Mata kuliah ini menjelaskan konsep-
konsep dasar psikologi, teori-teori psikologi sosial, prilaku prososial dan
antisosial, interaksi individu dalam kelompok, dampak modernisasi pada prilaku
individu yang akan diterapkan dalam konteks masyarakat petani di Indonesia.5
Mata kuliah psikologi sosial ditawarkan pada Semester Genap (enam),
akan tetapi tahun ajaran 2010-2011 Dept. SKPM membuka untuk Semester
Pendek, karena peminat mata kuliah ini semakin banyak. Mata kuliah ini untuk
mayor SKPM wajib diambil, sehingga semua mahasiswa SKPM bisa mempelajari
mata kuliah ini. Dosen yang mengajar mata kuliah ini adalah Dr. Nurmala K.
Pandjaitan, MS, DEA. Dan Ratri Virianita S.Sos, M.Si.

Bab-bab yang dipelajari dalam mata kuliah Psikologi Sosial diantaranya:

5
Panduan Program Sarjana. Edisi 2006 (revisi). Institut Pertanian Bogor.
36

1) Bidang Psikologi Sosial, mempelajari bagaimana seseorang berfikir


tentang orang lain dan berinteraksi dengan orang lain
2) Persepsi Sosial, mempelajari bagaimana memahami penyebab perilaku
orang lain
3) Kognisi Sosial, mempelajari bagaimana berfikir mengenai dunia sosial
4) Sikap, mempelajari bagaimana mengevaluasi dunia sosial
5) Aspek-aspek Identitas Sosial: Self (komponen identitas unik seseorang)
dan Gender (menjadi seorang laki-laki atau perempuan sebagai aspek
krusial identitas)
Selain itu masih banyak lagi seperti mempelajari ketertarikan Interpersonal
(bertemu, menyukai, dan menjadi kenal), pengaruh sosial, perilaku prososial,
agresi, kelompok dan individu, serta mempelajari penyebab, dampak, dan cara
mengatasinya prasangka.

4.2.1. Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat


FEMA
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
merupakan salah satu departemen di bawah naungan Fakultas Ekologi Manusia.
Lokasinya di Gedung FEMA Wing 1 Lantai 5 Jln. Kamper, Kampus IPB
Darmaga, Bogor 16680. Departemen SKPM ini mampu menerapkan teori dan
metodologi keilmuan bidang komunikasi dan pengembangan masyarakat untuk
menganalisis masalah kemasyarakatan, mengembangkan manajemen komunikasi
dan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang mengutamakan keswadayaan serta
berwawasan pembangunan pertanian. Sejak tahun 2009-2010 Departemen SKPM
dikepalai oleh Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS.
Kompetensi mayor departemen ini mampu merancang dan menerapkan
metode komunikasi pengembangan masyarakay untuk mendorong pemberdayaan
masyarakat secara sosial, ekonomi, dan politik. Ada tiga minor yang ditawarkan
yaitu, (1) Komunikasi, dengan kompetensinya adalah memliki kemampuan
merancang dan menerapkan metode komunikasi untuk mendorong pemberdayaan
masyarakat, (2) Ekologi Politik, dengan kompetensinya adalah memiliki
kemampuan merancang dan menerapkan pengelolaan kolaboratif sumberdaya
alam untuk mendorong pemberdayaan masyarakat, dan (3) Pengembangan
37

Masyarakat, dengan kompetensinya adalah memiliki kemampuan merancang dan


menerapkan metode pengembangan masyarakat untuk mendorong kemajuan
masyarakat.
Mata kuliah yang dipelajari di departemen SKPM antara lain Dasar-dasar
Komunikasi, Komunikasi Kelompok, Komunikasi Bisnis, Komunikasi Massa,
Media Siaran, Pengembangan Masyarakat, Psikologi Sosial, Antropologi Sosial,
Perubahan Sosial, Kajian Agraria, Gender dan Pembangunan, Pendidikan Orang
Dewasa, Ilmu Penyuluhan, Pengantar Ilmu Kependudukan, Sosiologi Pedesaan,
Ekologi Manusia, Kelembagaan Organisasi & Kepemimpinan, Politik
Sumberdaya Alam, Komunikasi Manajemen Lintas Budaya, Teknik-teknik
Partisipatori, Perencanaan & Evaluasi Partisipatif, Berfikir & Menulis Ilmiah,
Metode Penelitian Sosial, Kuliah Kerja Profesi, Studi Pustaka, Kolokium, dan
Skripsi.
Cara dosen mengajar di departemen SKPM sangat baik, dalam
penyampaiannya sangat jelas dan pembawaannya tidak terlalu formal Pelayanan
sekretariat SPKM baik sekali, sehingga dapat memudahkan mahasiswa untuk
melakukan admisnistrasi yang berhubungan dengan departemen SPKM. Fasilitas
yang tersedia adalah ruang kuliah nyaman dilengkapi audio visual, perpustakaan,
radio komunitas dan laboratorium komputer.
Mandat dari Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat adalah pengembangan ilmu sosiologi, antropologi, politik,
komunikasi, ekologi manusia, pendidikan-penyuluhan, dan pengembangan
masyarakat untuk mendorong pemberdayaan masyarakat (pertanian, peternakan,
kehutanan, serta perikanan dan pesisir).

4.2.2. Sejarah Perkembangan Mata Kuliah


Latar belakang timbulnya psikologi sosial, banyak beberapa tokoh
berpendapat, Gabriel Tarde mengatakan bahwa pokok-pokok teori psikologi sosial
berpangkal pada proses imitasi sebagai dasar dari pada interaksi sosial antar
manusia. Berbeda dengan Gustave Le Bon, bahwa pada manusia terdapat dua
macam jiwa yaitu jiwa individu dan jiwa massa yang masing-masing berlaianan
sifatnya. Jiwa massa lebih bersifat primitif (buas, irasional, dan penuh sentimen)
dari pada sifat-sifat jiwa individu. Menurut Le Bon, Sigmund Freud berpendapat
38

bahwa jiwa massa itu sebenarnya sudah terdapat dan tercakup oleh jiwa individu,
hanya saja sering tidak disadari oleh manusia itu sendiri karena memang dalam
keadaan terpendam.
Psikologi sosial telah mendapatkan posisi yang penting dalam psikologi
modern, padahal dahulu psikologi sosial dianggap tidak terllau berperan. Hal ini
disebakan psikologi sosial telah memberikan pencerahan bagaimana pikiran
manusia berfungsi dan memperkaya jiwa dari masyarakat kita. Melalui berbagai
penelitian laboratorium dan lapangan yang dilakukan secara sistemnastis, para
psikolog sosial telah menunjukkan bahwa untuk dapat memahami perilaku
manusia harus mengenali bagaimana peranan situasi, permasalahan, dan budaya.6
Pada tahun 1950 dan 1960 psikologi sosial tumbuh secara aktif dan
program gelar dalam psikologi dimulai disebagaian besar universitas. Dasar
mempelajari psikologi sosial berdasarkan potensi-potensi manusia, dimana
potensi ini mengalami proses perkembangan setelah individu itu hidup dalam
lingkungan masyarakat. Potensi-potensi tersebut antara lain: kemampuan
menggunakan bahasa, adanya sikap etik, dan hidup dalam 3 dimensi (dulu,
sekarang, akan datang). Sebagai ilmu yang obyeknya manusia, maka terdapat
saling hubungan antara psikologi sosial dengan ilmu-ilmu lain yang obyeknya
juga manusia seperti misalnya ilmu hukum, ekonomi, sejarah, dan yang paling
erat hubungannya adalah sosiologi. Letak psikologi sosial dalam sistematik
psikologi termasuk dalam psikologi yang bersifat empirik dan tergolong psikologi
khusus yaitu psikologi yang menyelidiki dan yang mempelajari segi-segi
kekhususan dari hal-hal yang bersifat umum dipelajari dalam lapangan psikologi
khusus. Sedangkan kedudukan psikologi sosial didalam lapangan psikologi
termasuk dalam psikologi teoritis, sedangkan psikologi sosial tergolong dalam
psikologi teoritis

6
Robert A. Baron. 2004. Psikologi Sosial (Jilid 1, Edisi Kesepuluh): Jakarta: Erlangga.
39

BAB V
GAMBARA UMUM RESPODE

Karakteristik individu adalah identitas yang dimiliki individu dan berbeda


satu sama lain. Responden dalam penelitian ini merupakan mahasiswa Institut
Pertanian Bogor Fakultas Ekologi Manuasia Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat. Jumlah mahasiswa tahun ajaran 2009-2010
berjumlah 309 orang. Karaktristik responden dalam penelitian ini dibagi menjadi
dua yaitu faktor intrinsik khalayak dan ekstrinsik khalayak. Faktor intrinsik
khalayak adalah faktor yang melekat dalam diri responden yang diduga
menimbulkan persepsi dalam menonton JAM di Trans TV meliputi usia, jenis
kelamin, pendapatan orang tua, dan pekerjaan orang tua. Faktor ekstrinsik
khalayak adalah faktor yang melekat di luar diri responden yang diduga
menimbulkan persepsi responden menonton JAM di Trans TV meliputi
ketersediaan televisi, interaksi teman, dan keluarga. Semua karakteristik tersebut
diharapkan dapat menjadi acuan untuk mengetahui bagaimana persepsi yang
diberikan oleh responden setelah menonton tayangan program reality show JAM.

5.1. Faktor Intrinsik Khalayak


Faktor intrinsik diukur dengan beberapa indikator, yaitu usia, jenis
kelamin, jenis pekerjaan orang tua, dan penghasilan orang tua. Penjelasan dari
masing-masing variabel intrinsik, yaitu usia merupakan jumlah tahun sejak
responden lahir sampai dengan saat dilaksanakan penelitian. Jenis kelamin adalah
perbedaan individu berdasarkan kondisi biologis, dan dikategorikan dalam dua
kategori yaitu laki-laki dan perempuan. Pekerjaan orang tua adalah kegiatan yang
dilakukan oleh orang tua responden sebagai sumber utama yang menghasilkan
ekonomi keluarganya. Kategori ini dibedakan kedalam: bekerja swasta, pegawai
negeri, pegawai wiraswasta, dan lain-lain. Pendapat orangtua adalah penghasilan
(dalam rupiah) yang dihasilkan oleh orangtua dari bekerja. Ditampilkan dalam
Tabel 2.
40

Tabel 2. Sebaran Responden menurut Faktor Intrinsik dan Kategori


Mahasiswa (2010)
Sebaran Responden
Mahasiswa Mahasiswa Mahasiswa
Faktor yang sudah yang sedang yang akan Total
Kategori
Intrinsik mengambil mengambil mengambil
Khalayak Psikosos Psikosos Psikosos
Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen
(orang) (%) (orang) (%) (orang) (%) (orang) (%)
Jenis Laki-Laki 7 31,81 3 11,54 10 35,71 20 26,30
Kelamin Perempuan 15 68,19 23 88,46 18 64,29 56 73,70
18-19 0 00,00 2 7,69 16 57,14 18 23,69
Usia 20-21 15 68,19 24 92,31 12 42,86 51 67,10
22-23 7 31,81 0 00,00 0 00,00 7 9,21
Rendah 8 36,36 11 42,30 17 60,71 36 47,37
Penghasilan
Sedang 13 59,09 13 50,00 10 35,71 36 47,37
Orangtua
Tinggi 1 4,55 2 7,70 1 3,58 4 5,26
Swasta 1 4,55 7 26,92 4 14,29 12 15,79
Pegawai
Pekerjaan 13 59,09 11 42,31 13 46,29 37 48,68
negeri
Orangtua
Wiraswasta 4 18,18 5 19,23 9 32,14 18 23,68
Lainnya 4 18,18 3 11,54 2 7,14 9 11,85

5.1.1. Jenis Kelamin


Persentase responden yang menonton program JAM Trans TV lebih
banyak perempuan dibandingan dengan laki-laki karena responden perempuan
lebih banyak daripada responden laki-laki, sebagian besar populasi mahasiswa
SKPM IPB adalah perempuan. Selain itu perempuan lebih suka menonton
program JAM dan perempuan lebih peka terhadap orang sekitar, cocok sekali
dengan program JAM yang isinya memberi pesan harus lebih peka terhadap orang
sekitar. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh salah satu responden
perempuan, sebagai berikut:
“Saya sangat tertarik dengan program Jika Aku Menjadi yang ditayangkan di
Trans Tv, soalnya acara baik sehingga menimbulkan sikap empatik bagi orang
yang menonton. Cocok banget dengan anak SKPM yang mendapatkan Mata
Kuliah Psikologi Sosial, soalnya kan di Psikologi Sosial ada tuh Bab yang
membahas mengenai empati. Saya hampir tiap hari Sabtu-Minggu nonton JAM
lho, abis pulang kuliah langsung nonton deh” (DS, 20 tahun).

Gambar 3. Persentase Jenis Kelamin Responden


41

Berbeda dengan pernyataan responden perempuan, laki-laki jarang


menonton program JAM, seperti yang diungkapkan sebagai berikut:
“Saya kadang-kadang nonton program JAM, soalnya acaranya lebih ke-
cewek, tapi lumayan juga bisa cuci mata kalo talent-nya cantik. Pernah lho kak
ada temen saya yang jadi Talent-nya” (MF, 19 tahun)

Dari Gambar 3 terlihat bahwa angkatan 2006 responden berjenis kelamin


laki-laki berjumlah 31,81 persen sedangkan perempuan 68,19 persen. Jumlah
responden laki-laki pada angkatan 2007 sebanyak 11,54 persen dan perempuan
berjumlah 88,46 persen, sedangkan jumlah responden laki-laki pada angkatan
2008 sebanyak 35,71 persen dan perempuan berjumlah 64,29 persen Jumlah
responden perempuan lebih banyak dua kali lipat daripada jumlah responden laki-
laki.

5.1.2. Usia
Responden penelitian ini adalah mahasiswa yang sudah, sedang, dan akan
mengambil Mata Kuliah Psikologi Sosial yang tersebar dari usia 18-23 tahun.
Usia responden dalam penelitian ini dinilai kurang bervariasi, karena responden
adalah mahasiswa pada angkatan 2006, 2007, dan 2008, sehingga tidak terlalu
jauh berbeda dalam usia. Penemuan pada penel;itian ini menunjukka bahwa hasil
penelitian Neilsen Media research terhadap usia penonton berusia di bawah 25
tahun adalah pemirsa potensial televisi berlaku bagi penelitian terhadap program
J|AM.
Persentase responden yang menonton program JAM terbanyak berada
pada usia 20-21 tahun yaitu sebnayak 67,10 persen. Hal ini terjadi karena ada
anak angkatan 2006 yang masuk kuliah lebih muda dibandingkan dengan yang
lainnya, begitupun dengan angkatan 2008 ada yang masuk kuliah lebih tua.

Gambar 4. Persentase Usia Responden


42

Pada Gambar 4 terlihat bahwa angkatan 2006 responden yang berusia 18-19
tidak ada, yang berusia 20-21 berjumlah 15 orang, sedangkan yang berusia 22-23
berjumlah 7 orang. Usia pada angkatan 2007 berusia 18-19 berjumlah 2 orang,
yang berusia 20-21 berjumlah 24 orang, sedangkan yang berusia 22-23 tidak ada.
Usia pada angkatan 2008 berusia 18-19 berjumlah 16 orang, yang berusia 20-21
berjumlah 12 orang, sedangkan yang berusia 22-23 tidak ada. Usia responden
berusia 18-19 tahun terbanyak berada pada angkatan 2008, usia 20-21 tahun
terbanyak pada angkatan 2007, sedangkan usia 22-23 tahun terbanyak pada
angkatan 2006. Dengan demikian sesuai antara angkatan dengan usia responden.

5.1.3. Pekerjaan Orangtua


Pekerjaan orangtua merupakan kegiatan yang dilakukan oleh orang tua
responden sebagai sumber utama yang menghasilkan ekonomi keluarganya. Jenis
pekerjaan dikategorikan kedalam sebagai pekerja swasta, pegawai negeri,
wiraswasta, dan lainnya (pensiun, petani, buruh dan lain-lain).
Persentase pekerjaan orang tua responden yang menonton program JAM
Trans TV lebih banyak bekerja sebagai pegawai negeri dibandingan dengan
pegawai swasta, wiraswasta, ataupun yang lainnyua. Dari 76 responden jumlah
persentase pekerjaan orang tua responden sebanyak 46,29 persen. Hal ini
dipahami bahwa pada zaman ini bekerja sebagai pegawai negeri lebih diminati
dibandingkan menjadi pagawai swasta. Masyarakat awam menilai dengan bekerja
sebagai pegawai negeri dapat memiliki kehidupan layak, hidup terjamin sampai
masa pensiun dengan penghasilan yang lumayan bnayak. Dengan demikian orang
tua yang bekerja sebagai pegawai negeri dapat menyekolahkan anaknya sampai
perguruan tinggi.

Gambar 5. Persentase Pekerjaan Orang Tua Responden


43

Berdasarkan Gambar 5 dapat terlihat bahwa pekerjaan orangtua responden


angkatan 2006, 2007, dan 2008 pekerjaan orangtuanya kebanyakan sebagai
pegawai negeri yaitu masing-masing dengan nilai 5,09 persen, 42,31 persen, dan
46,29 persen. Jika dijumlahkan dari keseluruhan 76 responden, pekerjaan
orangtua responden yang orangtuanya bekerja sebagai swasta sebanyak 15,79
persen, pegawai negeri sebesar 48,68 persen, wiraswasta sebesar 23.68 persen,
dan lainnya (petani,buruh, pensiunan) sebesar 11,35 persen.

5.1.4. Pendapatan Orangtua


Untuk penghasilan orangtua karena data belum diketahui secara pasti,
maka indikator masih menggunakan rasio sampai kuesioner terkumpul maka skala
rasio tersebut dapat diubah menjadi ordinal. Setelah data terkumpul semua,
penghasilan minimum sebesar Rp 500.000 sedangkan penghasilan maksimum
sebesar Rp 7.000. 000. Setelah dihitung menggunakan rumus, dapat dikategorikan
menjadi golongan rendah sebesar Rp 500.000-2.660.000, golongan sedang sebesar
Rp 2.660.001-4.820.000, sedangkan golongan tinggi sebesar Rp 4.820.001-
7.000.000.
Persentrase penghasilan orangtua responden yang termasuk ke dalam
golongan rendah dan sedang sama, yaitu sebesar 47,37 persen, sedangkan jumlah
golongan tinggi sebesar 5,26 persen. Dengan demikian dapat diketahui bahwa
responden rata-rata berasal dari keluarga golongan menengah. Hal ini dapat
dipahami berdasarkan data pekerjaan orang tua responden yang mayoritas bekerja
sebagi pegawai negeri. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2009,
bahwa pendapatan Pegawai Negeri Sipil untuk Golongan III adalah berkisar 1,6
juta sampai 2,7 juta rupiah.

Gambar 6. Persentase Pendapatan Orang Tua Responden


44

Pada Gambar 6 dapat terlihat bahwa pendapatan orangtua responden


angkatan 2006 yang termasuk ke dalam golongan rendah sebesar 36,36 persen,
golongan sedang sebesar 59,09 persen, sedangkan jumlah golongan tinggi sebesar
4,55 persen. Pendapatan orangtua responden angkatan 2007 yang termasuk ke
dalam golongan rendah sebesar 42,30 persen, golongan sedang sebesar 50 persen,
sedangkan jumlah golongan tinggi sebesar 7,70 persen. Untuk pendapatan
orangtua responden angkatan 2008 yang termasuk ke dalam golongan rendah
sebesar 60,71 persen, golongan sedang sebesar 35,71 persen, sedangkan jumlah
golongan tinggi sebesar 3,58 persen.

5.2. Faktor Ekstrinsik Khalayak


Faktor ekstrinsik diukur dari tiga indikator yaitu ketersediaan televisi,
interaksi teman, dan interaksi keluarga. Ketersediaan televisi adalah tersedianya
televisi dan teraksesnya channel Siaran Trans TV dalam menonton JAM. Kategori
dari variabel ini adalah jumlah TV yang dimiliki, ada/tidaknya TV di kamar
pribadi, dan lain-lain. Teman adalah orang yang sering berinteraksi dengan
responden dan menghabiskan waktu dengan responden serta mempengaruhi
responden dalam menonton JAM. variabel teman dapat diukur dalam beberapa
kategori, yaitu temen kelas kuliah, teman satu tempat tinggal selama kuliah di
IPB, atau teman di lingkungan rumah. Keluarga adalah suatu hubungan yang
terdiri dari ayah, ibu dan anak yang memiliki hubungan darah dan tinggal dalam
satu atap rumah. Ditampilkan dalam Tabel 3.
45

Tabel 3. Sebaran Responden menurut Faktor Ekstrinsik dan Kategori


Mahasiswa (2010)
Sebaran Responden
Mahasiswa yang
Mahasiswa yang Mahasiswa yang
Faktor sedang Total
Kategori sudah mengambil akan mengambil
Ekstrinsik mengambil
Psikosos Psikosos
Khalayak Psikosos
Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen
(orang) (%) (orang) (%) (orang) (%) (orang) (%)
Kurang
8 36,36 9 34,62 12 42,86 29 38,16
tersedia
Keterse-
Cukup
diaan 12 54,55 11 42,31 15 53,57 38 50,00
tersedia
Televisi
Sangat
2 09.09 6 23,08 1 03,57 9 11,84
tersedia
Interaksi Rendah 1 04,55 1 03,85 1 03,57 3 03,95
teman Tinggi 21 95,45 25 96,15 27 96,43 73 96,05
Interaksi Rendah 21 95,45 24 92,31 26 92,86 71 93,42
keluarga Tinggi 1 4.55 2 07,79 2 07,14 5 06,58

5.2.1. Ketersediaan Televisi


Ketersediaan televisi merupakan tersedianya televisi dan teraksesnya
channel siaran TV khususnya Trans TV dalam menonton JAM. Hal ini bisa
dilihat dari jumlah TV yang dimiliki, ada atau tidaknya TV di kamar pribadi,
otoritas menonton TV, jumlah stasiun TV yang dapat diterima, jumlah stasiun TV
yang jernih, dan jumlah stasiun TV yang sering ditonton.
Persentase ketersediaan TV responden yang paling tinggi yaitu cukup
tersedia cenderung ke kurang tersedia, yaitu 50 persen. Hal ini jika dikaitkan
dengan penghasilan orang tua, berdasarkan data sebelumnya penghasilan orang
tua mayoritas tergolong menengah, jadi mahasiswa jarang membawa TV ke
tempat kost/kontrakan, sehingga ketersediaan reponden terhadap TV rendah.
Untuk rinciannya dapat dilihat di Tabel 4.
46

Gambar 7. Persentase Ketersediaan Responden


Pada Gambar 7 dapat terlihat bahwa ketersediaan TV responden angkatan
2006 yang termasuk ke dalam kategori kurang tersedia sebesar 36.36 persen,
cukup tersedia sebesar 54,55 persen, sedangkan kategori sangat tersedia sebesar
9,09 persen. Ketersediaan TV responden angkatan 2007 yang termasuk ke dalam
kategori kurang tersedia sebesar 34,62 persen, cukup tersedia sebesar 42.31
persen, sedangkan kategori sangat tersedia sebesar 23,08 persen. Ketersediaan TV
responden angkatan 2008 yang termasuk ke dalam kategori kurang tersedia
sebesar 42,86 persen, cukup tersedia sebesar 5,57 persen, sedangkan kategori
sangat tersedia sebesar 3,57 persen.
Tabel 4. Sebaran Responden menurut Ketersediaan Televisi dan Kategori
Mahasiswa (2010)

Mahasiswa yang Mahasiswa yang


Mahasiswa yang
sudah sedang
Karakteristik akan mengambil Total
mengambil mengambil
Ketersediaan Kategori Psikosos
Psikosos Psikosos
TV Responden
Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen
(orang) (%) (orang) (%) (orang) (%) (orang) (%)
Jumlah TV 1 (skor 5) 16 72,73 18 69,23 24 85,71 58 76,32
yang dimiliki ≥2 (skor 10) 6 27,27 8 30,77 4 14,29 18 23,68
TV yang Tidak ada
16 72,73 18 69,23 24 85,71 58 76,32
tersedia di (skor 5)
kamar pribadi Ada (skor10) 6 27,27 8 30,77 4 14,29 18 23,68
Diri sendiri
17 77,27 18 69,23 18 64,29 53 69,74
Otoritas (skor 10)
menonton TV Orang lain
5 22,73 8 30,77 10 35,71 23 30,26
(skor 5)
Jumlah stasiun 1-10 stasiun
7 31,82 8 30,77 11 39,29 26 34,21
TV yang dapat (skor 5)
diterima >10 (skor10) 15 68,18 18 69,23 17 60,71 50 65,79
1-10 stasiun
Jumlah stasiun 10 45,45 10 38,46 12 42,86 32 42,86
(skor 5)
TV yang jernih
>10 (skor10) 12 54,55 16 61,54 16 57,14 44 57,14
Jumlah stasiun 1-10 stasiun
11 50,00 12 46,15 14 50,00 37 48,68
TV yang sering (skor 5)
ditonton >10 (skor10) 11 50,00 14 53,85 14 50,00 39 51,32
47

5.2.2. Interaksi teman


Interaksi teman adalah suatu aktivitas responden dengan temannya, teman
diisini adalah orang yang sering berinteraksi dengan responden dan menghabiskan
waktu dengan responden serta mempengaruhi responden dalam menonton JAM.
Indikator ini diukur dengan skala ordinal dan dibedakan menjadi dua kategori,
yaitu kategori tinggi berarti sering berinteraksi dengan teman, sebaliknya jika
kategori rendah berarti jarang berinteraksi dengan teman.
Persentase hubungan interaksi teman dengan responden sangat tinggi yaitu
sebesar 96,05 persen. Hal ini terjadi karena mahasiswa banyak menghabiskan
waktu dengan teman, mulai dari bangun tidur sampai mau tidur lagi. Selain itu,
hal ini terjadi karena mahasiswa mayoritas tinggal di kos/kontrakan, sehingga
interaksi dengan teman tinggi dibandingkan dengan keluarga.

Gambar 8. Persentase Interaksi Teman Responden


Pada Gambar 8 dapat terlihat bahwa interaksi teman yang berhubungan
dengan responden angkatan 2006 sebesar 95,45 persen, angkatan 2007 sebesar
96,15 persen, sedangkan angkatan 2008 sebesar 9,43. Jika dijumlahkan dari
keseluruhan 76 responden, interaksi teman yang berhubungan dengan responden
sebesar 96,05 persen. Dengan demikian dapat diketahui bahwa interaksi teman
sangat berhubungan, hal ini terlihat dari jumlah total dari masing-masing
angkatan.

5.2.3. Interaksi keluarga


Interaksi keluarga adalah suatu aktivitas responden dengan keluarganya,
keluarga disini adalah suatu hubungan yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang
memiliki hubungan darah dan tinggal dalam satu atap rumah dengan responden
serta mempengaruhi responden dalam menonton JAM. Indikator ini diukur
dengan skala ordinal dan dibedakan menjadi dua kategori, yaitu: kategori tinggi
48

berarti sering berinteraksi dengan teman, sebaliknya jika kategori renda berarti
jarang berinteraksi dengan teman. Persentase hubungan interaksi keluarga dengan
responden sangat rendah yaitu sebesar 06,58 persen. Hal ini terjadi karena
mahasiswa tidak banyak menghabiskan waktu dengan keluarga, mahasiswa
mayoritas tinggal di tempat kost/kontrakan, sehingga interaksi dengan keluarga
rendah.

Gambar 9. Persentase Interaksi Keluarga Responden


Pada Gambar 9 dapat terlihat bahwa interaksi teman yang berhubungan
dengan responden angkatan 2006 sebesar 95,45 persen, angkatan 2007 sebesar
92,31 persen, sedangkan angkatan 2008 sebesar 92,86 persen. Jika dijumlahkan
dari keseluruhan 76 responden, interaksi teman yang berhubungan dengan
responden sebesar 93,42 persen. Dengan demikian dapat diketahui bahwa
interaksi keluarga sangat berhubungan, hal ini terlihat dari jumlah total dari
masing-masing angkatan.
49

BAB VI
KETERDEDAHA KHALAYAK MAHASISWA TERHADAP PROGRAM
REALITY SHOW JIKA AKU MEJADI

Keterdedahan program JAM adalah sejauh mana program JAM ditonton


oleh khalayak. Keterdedahan ini dilihat dari cara menonton, lokasi menonton,
suasana menonton, durasi menonton, dan frekuensi menonton. Cara menonton
adalah kebiasaan responden dalam menonton, dengan siapa menonton program
JAM, apakah menonton sendirian atau ditemani dengan orang lain. Lokasi
menonton adalah tempat dimana responden menonton program JAM, suasana
menonton adalah keadaan sekitar responden dalam menonton program JAM.
Durasi menonton adalah lama waktu (dalam menit) yang digunakan responden
untuk menonton program JAM setiap kalinya, sedangkan frekuensi menonton
tingkat keseringan responden (dalam hitungan kali per bulan) menonton JAM.
Tabel 5. Sebaran Responden menurut Keterdedahan Program JAM dan
Kategori Mahasiswa (2010)
Sebaran Responden
Keterde- Mahasiswa yang Mahasiswa
Mahasiswa yang Total
dahan sudah yang sedang
Kategori akan mengambil
Program mengambil mengambil
Psikosos
JAM Psikosos Psikosos
Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen
(orang) (%) (orang) (%) (orang) (%) (orang) (%)
Sendiri 16 72,72 16 61,53 15 53,58 47 61,84
Cara
Bersama
menonton 6 27,28 10 38,47 13 46,42 29 38,16
orang lain
Tempat
22 100 26 100 27 96,42 75 98,69
Lokasi sendiri
menonton Tempat
0 0 0 0 1 3,58 1 1,31
umum
Ada
12 54,54 9 34,61 7 25 28 36,84
Suasana gangguan
menonton Tenang/k
10 45,46 17 63,39 21 75 48 63,16
ondusif
Sebagia
(0-30 18 81,81 18 69,23 26 92,86 62 81,58
Durasi
menit)
menonton
Full(31-
4 18,19 8 30,77 2 7,14 14 18,42
60 menit)
Frekuensi Rendah 19 86,37 26 100 27 96,42 72 94,73
menonton Tinggi 3 13,63 0 0 1 3,58 4 5,27
50

6.1. Cara menonton


Kebiasaan responden dalam menonton, tidak hanya dilakukan sendirian
tetapi bisa juga dilakukan dengan orang lain, baik teman, keluarga, maupun pacar
dan lain-lain. Berdasarkan hasil penelitian, responden lebih suka menonton
program JAM sendiri dibandingkan bersama orang lain. Hal ini disebabkan oleh
manusia pada zaman sekarang lebih bersifat individual, dimana hampir setiap
responden memiliki televisi sendiri dan menonton program acara televisi tanpa
harus beramai-ramai dengan orang lain.

Gambar 10. Persentase Cara Menonton Responden


Pada Gambar 10 dapat terlihat bahwa persentase cara menonton responden
dengan orang lain, yaitu responden angkatan 2006 sebesar 72,72 persen, angkatan
2007 sebesar 61,53 persen, dan angkatan 2008 sebesar 53,58 persen. Jika
dijumlahkan dari keseluruhan 76 responden, cara menonton responden dengan
orang lain persentasenya sebesar 61,84 persen.

6.2. Lokasi menonton


Lokasi menonton merupakan tempat dimana responden menonton program
JAM Lokasi. Lokasi menonton dalam penelitian ini dikategorikan menjadi dua,
yaitu di tempat sendiri (kosan/kontrakan, rumah), dan tempat umum (warung atau
tempat umum lainnya). Berdasarkan hasil penelitian bahwa responden lebih sering
menonton program JAM di tempat sendiri dibandingkan di tempat umum, hal ini
dikarenakan sebagian responden mempunyai TV sendiri, menonton di tempat
sendiri lebih nyaman, santai, dan bias menguasi TV sendiri.
51

Gambar 11. Persentase Lokasi Menonton Responden


Pada Gambar 11 terlihat bahwa persentase lokasi menonton responden di
tempat sendiri, yaitu responden angkatan 2006 sebesar 100 persen, angkatan 2007
sebesar 100 persen, dan angkatan 2008 sebesar 96,42 persen. Jika dijumlahkan
dari keseluruhan 76 responden, lokasi menonton responden menonton di tempat
sendiri persentasenya sebesar 98,69 persen.

6.3. Suasana menonton


Suasana menonton adalah keadaan atau kondisi sekitar responden pada saat
menonton program JAM. Suasana menonton bias saja tenang/kondusif, bisa juga
keadaannya berisik/ada gangguan dari sekitar. Dalam penelitian ini, suasana
responden dalam menonton program JAM sebagian besar suasananya
tenang/kondusif. Hal ini dapat dikaitkan dengan lokasi menonton responden,
karena kalau menonton di tempat sendiri akan lebih kondusif dibandingkan
menonton di tempat umum.

Gambar 12. Persentase Suasana Menonton Responden


Pada Gambar 12 terlihat bahwa persentase suasana menonton responden
dalam keadaan kondusif, jika dijumlahkan dari keseluruhan 76 responden, suasana
menonton responden menonton dalam keadaan kondusif persentasenya sebesar
63,16 persen. Tetapi jika dilihat secara rinci responden angkatan 2006 berbeda
52

dengan angkatan lainnya. Responden angkatan 2006 sebesar 45,46 persen,


angkatan 2007 sebesar 63,39 persen, dan angkatan 2008 sebesar 75 persen.

6.4. Durasi menonton


Durasi menonton adalah lama waktu (dalam hitungan menit) yang
digunakan responden untuk menonton program JAM setiap kalinya. Durasi
tayangan program JAM setiap kali tayang adalah 60 menit. Dalam penelitian ini
durasi menonton digolongkan menjadi dua bagian, yaitu sebagian kecil menonton
(0-30 menit), dan full menonton (31-60 menit). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa durasi responden dalam menonton program JAM Trans TV adalah
sebagian menonton (0-30 menit). Hal ini terjadi karena waktu mahasiswa untuk
menonton sedikit, waktu responden sebagian besar digunakan untuk kegiatan
kampus, baik mengerjakan tugas maupun kegiatan lain seperti rapat.

Gambar 13. Persentase Durasi Menonton Responden


Pada Gambar 13 dapat terlihat bahwa dalam penelitian ini responden
memiliki waktu yang kurang banyak untuk menonton program JAM. Hal ini dapat
diketahui bahwa sebagian full menonton (31-60 menit) persentasenya hanya
18,42 persen dari keseluruhan 76 responden. Jika dilihat rinciannya persentase
durasi menonton responden pada kategori full menonton (31-60 menit), yaitu
responden angkatan 2006 sebesar 18,19 persen, angkatan 2007 sebesar 30,77
persen, dan angkatan 2008 sebesar 7,14 persen.

6.5. Frekuensi menonton


Frekuensi menonton tingkat keseringan responden (dalam satuan kali)
menonton program JAM, frekuensi menonton responden ini dapat diukur dalam
53

hitungan per bulan. Program JAM ditayangkan tiap hari sabtu dan minggu, jadi
dalam sebulan 8 kali penayangan. Frekuensi menonton dikategorikan menjadi
dua, yaitu frekuensi rendah (1-4 kali) dan frekuensi tinggi (5-6 kali). Hasil dalam
penelitian ini bahwa frekuensi menonton responden sangat kurang (1-4 kali)
dalam sebulan, hal ini disebabkan oleh waktu luang responden kurang banyak
karena adanya kesibukan kuliah di kampus, sama hal dengan durasi menonton
responden.

Gambar 14. Persentase Frekuensi Menonton Responden


Pada Gambar 14 dapat terlihat bahwa dalam penelitian ini frekuensi
menonton responden kurang tinggi untuk menonton program JAM. Hal ini dapat
diketahui bahwa frekuensi rendah (1-4 kali) persentasenya sebesar 94,73 persen
dari keseluruhan 76 responden. Jika dilihat rinciannya persentase durasi
menonton responden pada kategori frekuensi rendah (1-4 kali) yaitu responden
angkatan 2006 sebesar 86,37 persen, angkatan 2007 sebesar 100 persen, dan
angkatan 2008 sebesar 94,62 persen.
54

BAB VII
PERSEPSI KHALAYAK MAHASISWA TERHADAP PROGRAM ACARA
TELEVISI REALITY SHOW “JIKA AKU MEJADI” DI TRAS TV

Untuk dapat bersaing dengan program-program yang disajikan televisi


lain, berbagai cara yang dilakukan oleh program JAM untuk meningkatkan mutu
atau kualitas terhadap tayangan tersebut, baik isi cerita, talent, narasumber yang
dibantu, keadaan lokasi, tema cerita,dan penayangan (jam dan durasi tayang) agar
khalayak lebih tertarik untuk menonton program tersebut. Keefektifan suatu siaran
televisi ditentukan oleh diterima/tidaknya oleh khalayak. Pendapat atau opini dari
khalayak sangat penting untuk menilai/mengevaluasi suatu siaran televisi agar
siaran selanjutnya lebih baik. Jika suatu acara tersebut berhasil memperoleh
tingkat rating yang tinggi, berarti acara tersebut telah berhasil “mengambil hati”
khalayaknya.
Persepsi dapat menjadi media penghubung antara individu dengan stasiun
televisi. Persepsi responden terhadap program JAM dapat dilihat dari skor
persepsi responden yang diperoleh dari mengintepretasikan informasi yang
pendengar khalayak. Persepsi dikategorikan menjadi dua yaitu kategori buruk dan
baik. Data penjabaran jumlah dan persentase persepsi khalayak tentang program
JAM disajikan dalam Tabel 6.
Tabel 6. Sebaran Responden menurut Persepsi Khalayak tentang Program
JAM dan Kategori Mahasiswa (2010)
Persentase (%)
Kriteria pesepsi Sangat Tidak Sangat
o terhadap Setuju Rataan
Tidak Setuju Setuju
program JAM (S) Skor*
Setuju (TS) (SS)
(STS)
1. Isi cerita 1,31 18,55 71,19 8,94 2,87
2. Talent 3,55 28,29 58,56 9,60 2,74
3. arasumber 3,42 28,29 58,55 9,73 2.67
4. Keadaan lokasi 1,58 28,95 58,68 1,79 2,78
5. Tema cerita 0,79 33,42 60,00 5,79 2,70
6. Penayangan 2,10 24,74 67,63 5,53 2,76
Rataan seluruh unsur 2,75

Keterangan : * Rataan skor: 1 = Sangat Tidak Setuju, 2 = Tidak Setuju,


3 = Setuju, dan 4 = Sangat Setuju
Berdasarkan Tabel 6 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar persepsi
responden kurang baik (tidak setuju cenderung setuju/ ∑ = 2.75) terhadap
55

program JAM. Jika dilihat dari table di atas, rataan skor setiap kriteria persepsi
program JAM semuanya sama dengan total rataan, persepsi isi cerita 2.87, talent
2.74, narasumber 2.67, keadaan lokasi 2.78, tema cerita 2.70, dan penayangan
2.76.

7.1. Isi Cerita


Isi cerita suatu acara program JAM merupakan substansi yang terkandung
dalam tayangan program JAM. Isi cerita ini merupakan unsur yang sangat penting
bagi setiap program yang ditayangkan. Pada Tabel 3 dapat terlihat bahwa persepsi
khalayak terhadap isi cerita program JAM kurang baik/ kurang setuju (2,87),
karena isi cerita program JAM dinilai oleh khalayak kurang menarik dan agak
monoton (kurang bervariasi setiap episodenya). Hal ini senada dengan yang
diungkapkan oleh salah satu responden perempuan, sebagai berikut:

“Kalo menurut saya, isi ceritanya terlalu monoton itu lagi-itu lagi, kalo bisa
jangan selalu mengangkat cerita yang orang miskin, coba sekali-kali
tayangkan yang ceritanya mengangkat tentang perjuangan seseorang yang
tadinya kesusahan banget sekarang uda menjadi orang yang sukses sehingga
membuat orang menjadi tergugah untuk merubah hidupnya/terinspirasi”.
(ASA, 18 tahun).

Berbeda dengan pernyataan responden perempuan, laki-laki jarang


menonton program JAM, seperti yang diungkapkan sebagai berikut:

“Kalo menurut saya, isi ceritanya terlalu dibuat-buat deh, sebaiknya isi
ceritanya yang realistis aja biar kita nya nonton sampe beres, sebenarnya baik
ceritanya cuma aga lebay aja”. (AN, 20 tahun).

7.2. Talent
Talent merupakan orang yang berperan sebagai penolong dalam tayangan
program JAM. Talent ini biasanya sering diperankan oleh perempuan, karena
perempuan memiliki sifat empati yang tinggi. Talent ini mengarahkan alur cerita
setiap tayangannya. Pada Tabel 3 dapat terlihat bahwa persepsi khalayak terhadap
talent program JAM kurang baik/ kurang setuju (2,74), karena talent yang
berperan dalam program JAM dinilai oleh khalayak selalu dari perempuan cantik,
56

mahasiswa, dan orang kota. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh salah
satu responden perempuan, sebagai berikut:

“Kalo menurut gw mah yah, yang jadi talent jangan cewe terus atuh,bosen
deh. Sekali-kali donk cowo yang jadi talennya biar lebih beragam”. perasaan
yang jadi talent mahasiswa terus jarang deh liat pejabat atau pemerintah.
Agar lebih bervariasi coba yang jadi talent pejabat-pejabat suapaya dia juga
merasaka jadi orang tua miskin yang kesusahan”. (DM, 20 tahun).

Berbeda dengan pernyataan responden perempuan, laki-laki jarang


menonton program JAM, seperti yang diungkapkan sebagai berikut:

“Kalo menurut saya, yan g menjadi talent udah baik (perempuan), Saya
kadang-kadang nonton program JAM yang jadi talent itu suka takut-takutan
kalo ngebantuin narasumber yang dibantu, kalo gitu mah mending ga usah
jadi talent deh” (MF, 18 tahun)

7.3. arasumber
Narasumber merupakan objek/orang yang ditolong sebagai pusat perhatian
dalam program JAM. Narasumber disini biasanya masyarakat pedesaan yang
tidak memiliki pekerjaan tetap, berasal kalangan ekonomi menengah ke bawah,
namun dia masih berusaha untuk mencari nafkah bagi istri-anaknya. Pada Tabel 3
dapat terlihat bahwa persepsi khalayak terhadap narasumber program JAM
kurang baik/ kurang setuju (2,67), karena narasumber yang dibantu dalam
program JAM dinilai oleh khalayak terlalu memperlihatkan kemiskinannya, coba
sekali-kali tayangkan kesuksesan seseorang yang awalnya miskin sekali, sehingga
pemirsa yang menonton akan terinspirasi. Hal ini senada dengan yang
diungkapkan oleh salah satu responden, sebagai berikut:

“Sebaiknya narasumber yang dijadikan objek adalah orang yang sangat


membutuhkan bantuan, bukan berarti orang miskin banget, anak yatim juga
butuh bantuan jadi jangan selalu orang tua miskin yang jadi narasumber”.
(RS, 19 tahun).

7.4. Keadaan lokasi


Keadaan lokasi merupakan suatu keadaan lokasi dimana narasumber
tinggal. Biasanya yang menjadi tempat sasaran narasumber adalah di pedesaan
57

yang jauh dari keramaian kota. Pada Tabel 3 dapat terlihat bahwa persepsi
khalayak terhadap keadaan lokasi program JAM kurang baik/ kurang setuju
(2,78), karena keadaan lokasi yang menjadi tempat tinggal narasumber dalam
program JAM dinilai oleh khalayak terlalu memprihatinkan. Hal ini senada
dengan yang diungkapkan oleh salah satu responden, sebagai berikut:

“Sebaiknya keadaan lokasi yang dijadikan objek liputan jangan selalu di


daerah yang jauh dari jangkauan (akses), sekali-kali di daerah perkotaan yang
baru dapat musibah”. (DE, 21 tahun).

7.5. Tema Cerita


Tema ceita merupakan jenis judul atau tema acara yang ditayangkan oleh
program JAM. Setiap satu episode program JAM biasanya menayangkan tema
yang berbeda-beda. Pada Tabel 3 dapat terlihat bahwa persepsi khalayak terhadap
tema cerita program JAM kurang baik/ kurang setuju (2,70), karena tema cerita
dalam program JAM dinilai oleh khalayak monoton, itu-itu terus yang dibahas.
Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh salah satu responden, sebagai
berikut:
“Kalo menurut saya temanya sudah baik, tapi kuranmg bervariasi aja, coba
tampilkan tema cerita tentang pengidap penyakit AIDS, agar anak muda
zaman sekarang takut akan hal yang berhubungan dengan pergaulan bebas.”.
(AW, 23 tahun).

7.6. Penayangan
Penayangan jadwal program JAM setiap hari Sabtu dan Minggu pukul
17.30 WIB, dengan durasi 60 menit setiap tayangnya penayangan ini dapat dilihat
dari kesesuaian penempatan waktu tayang program JAM dengan program-
program dari stasiun televisi lain yang dapat mengakibatkan responden
memindahkan saluran televisinya. Pada Tabel 3 dapat terlihat bahwa persepsi
khalayak terhadap penayangan program JAM kurang baik/ kurang setuju (2,76),
karena penayangan dalam program JAM dinilai oleh khalayak terlalu sore,
berbatasan dengan adzan maghrib. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh
salah satu responden, sebagai berikut:
58

“Kalo menurut saya penanyangannya kurang tepat, jam setengah lima sore
terlalu kesorean apalagi durasinya 1 jam, berbatasan lagi dengan solat
maghrib itu sangat mengganggu bagi umat muslim. Coba kalo acaranya jam
makan siang agar ditonton oleh semua kalangan dan ini bisa menghibur
pemirsa yang habis melakukan aktivitasnya”. (RA, 22 tahun).

7.7. Kriteria yang paling menentukan persepsi khalayak tentang program


reality show JAM yang ditayangkan di Trans TV
Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa kriteria yang paling
menentukan persepsi khalayak terhadap program reality show JAM yang
ditayangkan di Trans TV adalah isi cerita. Isi cerita suatu acara program JAM
merupakan substansi yang sangat penting dalam tayangan program JAM. Isi
cerita yang disajikan oleh program JAM Trans TV bersifat faktual, menarik, isi
ceritanya konsisten dengan tema cerita, ada efek empati yang ditimbulkan setelah
menonton program Trans TV, isi ceritanya pun mudah dipahami. Semua kriteria
persepsi program JAM seperti talent, narasumber, keadaan lokasi, tema cerita, dan
penayangan terkandung dalam isi cerita. Isi cerita merupakan tonggak dari
program JAM, karena jika isi ceitanya baik maka program ini akan menarik
pemirsa untuk menonton lagi di episode selanjutnya. Apabila program ini ditonton
oleh banyak pemirsa maka rating program ini akan tinggi. Rataan skor isi cerita
adalah 2,8 (tidak setuju cenderung setuju) ini menunjukkan bahwa persepsi
responden kurang baik terhadap program JAM.
59

BAB VIII
FAKTOR-FAKTOR YAG BERHUBUGA DEGA PERSEPSI
KHALAYAK TETAG PROGRAM ACARA REALITY SHOW
JIKA AKU MEJADI

8.1. Hubungan Faktor Intrinsik Khalayak dengan Persepsi Khalayak


tentang Program Acara Reality show Jika Aku Menjadi
Hubungan antara faktor intrinsik khalayak (meliputi usia, jenis kelamin,
pekerjaan orangtua, dan pendapatan orangtua) dengan persepsi terhadap program
JAM (meliputi isi cerita, talent, narasumber, keadaan lokasi, tema cerita, dan
penayangan) dianalisis dengan menggunakan Uji Chisquare dan Rank Spearman.
Pada Tabel 7 dapat dilihat dari hasil pengujian bahwa hanya ada satu
variabel yang memiliki hubungan nyata, yaitu hubungan antara variabel faktor
intrinsik responden (jenis kelamin) dengan variabel persepsi (keadaan lokasi. Hal
ini membuktikan bahwa Hipotesis 1 yang menyatakan “ada hubungan antara
faktor intrinsik khalayak dengan persepsi khalayak terhadap program reality show
JAM” dapat diterima. Variabel-variabel yang berhubungan tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut:
Tabel 7. ilai Koefisien Korelasi Spearman dan Korelasi Chi Square antara
Faktor Intrinsik Khalayak dengan Persepsi terhadap Program Jika
Aku Menjadi
Kriteria Persepsi Program JAM Trans TV
Koe-
Faktor
fisien
o. Intrinsik ara Keadaan Tema Pena
Kore Isi cerita Talent
Khalayak sumber lokasi cerita yangan
lasi
1 Jenis X2 8,572** 1,624 3,263 4,787 0,478 0,546
kelamin C 0,318 0,145 0,203 0,243 0,079 0,084
2 Usia rs 0,623 0,374 0,097 0,117 0,103 0,262
3 Pekerjaan X2 5,993 1,969 2,088 3,357 1,002 0,485
orangtua C 0,270 0,159 0,164 0,206 0,114 0,080
4 Pendapatan
rs 0,194 0,242 0,503 0,635 0,453 0,386
orangtua
Keterangan: ** berhubungan sangat nyata pada (p <0,01)
* berhubungan nyata pada (p <0,05)

Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar variabel faktor instrinsik


khalayak tidak terbukti memiliki hubungan yang nyata dengan proses
pembentukan persepsi. Meskipun banyak variabel yang tidak memiliki hubungan
nyata, namun ada beberapa variabel yang mengungkapkan tingkat hubungan yang
cukup berarti (rs atau c > 0,2)
60

8.1.1. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kriteria Persepsi Program JAM


Trans TV

Faktor intrinsik jenis kelamin responden memiliki hubungan nyata dengan


kriteria persepsi program JAM Trans TV yaitu isi cerita tetapi tidak berhubungan
nyata dengan kriteria persepsi lain sepertiisi talent, narasumber, tema cerita,
keadaan lokasi dan penayangan. Hal ini berarti presepsi setelah menonton
program JAM Trans TV antara laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan yang
cukup nyata. Setiap mahasiswa mempunya persepsi yang berbeda mengenai
program JAM Trans TV, ada yang berpresepsi baik dan buruk.
Terdapat hubungan nyata antara faktor intrinsik usia dengan kriteria
persepsi program JAM. Hal ini berarti bahwa mahasiswa yang berbeda jenis
kelamin membuat perbedaan pada saat menilai suatu program JAM. Jenis kelamin
yang berbeda menjadi alasan untuk mahasiswa dalam menilai suatu program yang
telah ditontonnya.
Uji statistik yang dilakukan dengan Uji Chi Square (X2 ) menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang nyata antara variabel jenis kelamin dengan
variabel persepsi responden terhadap program JAM Trans TV Angka korelasi
menunjukkan positif yang berarti arahnya sejajar antara dua variabel, artinya
semakin sering perempuan menonton program JAM Trans TV maka semakin baik
persepsi terhadap program JAM Trans TV kriteria isi cerita dan sebaliknya
semakin jarang responden laki-laki menonton program JAM Trans TV maka
semakin buruk persepsi terhadap kriteria yang ada pada program JAM Trans TV.
Tabel 8. Hubungan Jenis kelamin dengan Isi Cerita
Persepsi terhadap Isi Cerita
Total
Jenis Persepsi buruk Persepsi baik
kelamin
Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen
(orang) (%) (orang) (%) (orang) (%)
Laki-laki 6 18,42 14 10,53 20 26,32
Perempuan 3 69,74 53 50,00 56 73,68
Total 9 39,47 67 60,53 76 100
2
X = 8,572 p=0,003
C=0,318
Hal ini terjadi karena responden perempuan lebih menyukai menonton
program JAM Trans TV, sementara responden laki-laki yang pada dasarnya
61

kurang memiliki ketertarikan dalam menonton program JAM Trans TV, sehingga
cara menilai antara perempuan dan laki-laki berbeda. Persepsi perempuan
terhadap program JAM Trans TV lebih baik dibandingkan laki-laki, karena laki-
laki jarang menonton sehingga persepsinya kurang baik dan ini akan
menimbulkan hasil yang kurang nyata. Responden laki-laki memiliki minat
menonton yang kurang, karena laki-laki lebih suka menghabiskan waktunya untuk
melakukan kegiatan lain, seperti main Playstation (PS), olah raga (main bola
bakset, futsal, dan lain-lain), main band, dan lain-lain.

8.1.2. Hubungan Usia dengan Kriteria Persepsi Program JAM Trans TV

Usia responden dalam penelitian ini cukup beragam yaitu antara usia 18-
19 tahun, 20-21 tahun, dan 22-23 tahun akan tetapi berapapun usia responden dan
kurang beragamnya usia mahasiswa tidak membuat perbedaan dalam berpresepsi
mereka setelah menonton program JAM Trans TV. Berdasarkan uji Korelasi Rank
Spearman bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara faktor intrinsik usia
dengan kriteria persepsi program JAM. Hal ini berarti bahwa mahasiswa yang
berbeda usia tidak membuat perbedaan pada saat menilai suatu program JAM.
Usia yang berbeda tidak menjadi alasan untuk mahasiswa dalam menilai suatu
program yang telah ditontonnya.

8.1.3. Hubungan Pekerjaan Orang Tua dengan Kriteria Persepsi Program


JAM Trans TV

Jenis pekerjaan orang tua responden berbeda-beda, ada yang bekerja


sebagai pegawai negeri, pegawai swasta, pegawai wiraswastya, dan lain-lain.
Akan tetapi, apapun jenis pekerjaan orang tua responden tidak membuat
perbedaan dalam presepsi mereka setelah menonton program JAM Trans TV. Uji
statistik yang dilakukan dengan Uji Chi Square (X2 ) menunjukkan bahwa tidak
terdapat hubungan nyata antara pekerjaan orang tua responden dengan kriteria
persepsi program JAM. Hal ini berarti pekerjaan orang tua responden tidak
menjadi alasan untuk mahasiswa dalam menilai suatu program yang telah
ditontonnya.
62

8.1.4. Hubungan Pendapatan Orang Tua dengan Kriteria Persepsi


Program JAM Trans TV

Pendapatan orang tua responden berbeda-beda, ada yang termasuk ke


dalam golongan rendah, menengah maupun golongan tinggi. Akan tetapi,
berapapun pendapatan orang tua responden tidak membuat perbedaan dalam
presepsi mereka setelah menonton program JAM Trans TV. Berdasarkan uji
Korelasi Rank Spearman bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara pendapatan
orang tua responden dengan kriteria persepsi program JAM. Hal ini berarti
pendapatan orang tua responden tidak menjadi alasan untuk mahasiswa dalam
menilai suatu program yang telah ditontonnya.

8.2. Hubungan Faktor Ekstrinsik dengan Persepsi Khalayak tentang


Program Acara Reality show Jika Aku Menjadi
Hubungan antara faktor ekstrinsik khalayak (ketersediaan TV, interaksi
teman, dan interaksi keluarga) dengan persepsi tentang program JAM (isi cerita,
talent, narasumber, keadaan lokasi, tema cerita, dan penayangan) dianalisis
menggunakan Uji Chisquare dan Rank Spearman. Berdasarkan Tabel 9
diperoleh keterangan bahwa hanya ada satu variabel yang memiliki hubungan
nyata, yaitu intersaksi keluarga dengan tema cerita. Hal ini membuktikan bahwa
Hipotesis 2 yang menyatakan “ada hubungan antara faktor eksrinsik khalayak
dengan persepsi khalayak terhadap program reality show JAM” diterima.
Variabel-variabel yang berhubungan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

Tabel 9. ilai Koefisien Korelasi Spearman antara Faktor Ekstrinsik


Khalayak dengan Persepsi terhadap Program Jika Aku Menjadi
Koe- Kriteria Persepsi Program JAM Trans TV
Faktor
fisien Pena-
o. Ekstrinsik Isi arasu Keadaan Tema
Kore- Talent yangan
Khalayak cerita mber lokasi cerita
lasi
Ketersediaan
1 rs 0,853 0,382 0,212 0,767 0,367 0,468
televisi
Interaksi
2 rs 0,524 0,388 0,853 0,158 0,723 0,899
teman
Interaksi
3 rs 0,565 0,257 0,931 0,338 0,008** 0,273
keluarga
Keterangan: ** berhubungan sangat nyata pada (p<0,01)
* berhubungan nyata pada (p<0,05)
63

8.2.1. Hubungan Ketersediaan Televisi dengan Kriteria Persepsi Program


JAM Trans TV

Ketersediaan televisi dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu kurang


tersedia, cukup tersedia, dan sangat tersedia. Berdasarkan Uji statistik yang
dilakukan dengan Uji Rank Spearman menunjukkan bahwa ketersediaan televisi
tidak memiliki hubungan dengan kriteria persepsi mengenai isi cerita, talent,
narasumber, lokasi, tema cerita dan penayangan. Dengan demikian, ketersediaan
televisi baik kurang, cukup, atau sangat tersedia tidak akan membuat persepsi
mereka berbeda terhadap isi cerita,talent, narasumber, lokasi, tema cerita dan
penayangan. Meskipun banyak variabel yang tidak memiliki hubungan nyata,
namun ada beberapa variabel yang mengungkapkan tingkat hubungan yang cukup
berarti (rs > 0,2).

8.2.2. Hubungan Interaksi Teman dengan Kriteria Persepsi Program JAM


Trans TV

Berdasarkan Uji statistik yang dilakukan dengan Uji Rank Spearman


menunjukkan bahwa interaksi teman tidak memiliki hubungan dengan kriteria
persepsi mengenai isi cerita, talent, narasumber, lokasi, tema cerita dan
penayangan. Dengan demikian, interaksi teman rendah maupun tinggi tidak akan
membuat persepsi mereka berbeda terhadap isi cerita,talent, narasumber, lokasi,
tema cerita dan penayangan. Meskipun banyak variabel yang tidak memiliki
hubungan nyata, namun ada beberapa variabel yang mengungkapkan tingkat
hubungan yang cukup berarti (rs > 0,2).

8.2.3. Hubungan Interaksi Keluarga dengan Kriteria Persepsi Program


JAM Trans TV

Faktor intrinsik interaksi keluarga responden memiliki hubungan nyata


dengan kriteria persepsi program JAM Trans TV yaitu tema cerita. Hal ini berarti
presepsi setelah menonton program JAM Trans TV antara interaksi keluarga yang
tinggi dan rendah memiliki perbedaan yang nyata. Setiap mahasiswa mempunya
persepsi yang berbeda mengenai program JAM Trans TV, ada yang berpresepsi
64

baik dan buruk. Akan tetapi tidak berhubungan dengan isi cerita, talent,
narasumber, keadaan lokasi dan penayangan. Meskipun banyak variabel yang
tidak memiliki hubungan nyata, namun ada beberapa variabel yang
mengungkapkan tingkat hubungan yang cukup berarti (rs > 0,2).

Hubungan Interaksi Keluarga dengan Persepsi Tema Cerita


Faktor intrinsik interaksi keluarga responden memiliki hubungan nyata
dengan kriteria persepsi program JAM Trans TV yaitu tema cerita. Hal ini berarti
presepsi setelah menonton program JAM Trans TV antara interaksi keluarga yang
tinggi dan rendah memiliki perbedaan yang nyata. Berdasarkan uji Korelasi Rank
Spearman, interaksi keluarga responden berhubungan nyata (p= 0,008 <0,01)
dengan persepsi tema cerita. Angka korelasi menunjukkan positif yang berarti
arahnya searah antara dua variabel, artinya semakin tinggi berinteraksi dengan
keluarga, maka semakin baik persepsi terhadap tema cerita yang ada pada
program JAM Trans TV, dan sebaliknya semakin rendah berinteraksi dengan
keluarga maka semakin buruk persepsi terhadap tema cerita yang ada pada
program JAM Trans TV. Hal ini terjadi karena dengan banyaknya interaksi
keluarga maka akan meningkatkan intensitas responden dalam menonton
program JAM, sehingga persepsi yang diberikan oleh responden mengenai tema
cerita baik.

8.3. Hubungan Keterdedahan Program Jika Aku Menjadi dengan


Persepsi khalayak tentang Program Reality show Jika Aku Menjadi
Hubungan antara keterdedahan program reality show JAM (cara
menonton, lokasi menonton, suasana menonton, durasi menonton, dan frekuensi
menonton) dengan persepsi khalayak terhadap program reality show JAM
(meliputi isi cerita, talent, narasumber, keadaan lokasi, tema cerita, dan
penayangan) dianalisis dengan menggunakan Uji Chisquare dan Uji Rank
Spearman.
Hasil uji menunjukkan bahwa ada beberapa variabel yang memiliki
hubungan nyata, yaitu hubungan antara cara menonton dengan persepsi tema
cerita, dan hubungan antara frekuensi menonton dengan persepsi talent. Hal ini
membuktikan bahwa Hipotesis 3 yang menyatakan “ada hubungan antara faktor
65

keterdedahan program JAM dengan kriteria persepsi khalayak program reality


show JAM” dapat diterima. Variabel-variabel yang berhubungan tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut:

Tabel 10. ilai Koefisien Korelasi Rank Spearman dan Korelasi Chi Square
antara Keterdedahan Trogram JAM dengan Persepsi terhadap
Program Jika Aku Menjadi
Keterde- Koe- Kriteria Persepsi Program JAM Trans TV
dahan fisien Pena-
o. arasu Keadaan Tema
program Kore- Isi cerita Talent yangan
mber lokasi cerita
JAM lasi
1 Cara X2 1,918 0,375 2,946 1,913 6,595* 2,895
menonton C 0,157 0,070 0,193 0,157 0,283 0,192
2 Lokasi X2 0,737 0,263 0,791 0,742 1,809 0,613
menonton C 0,098 0,059 0,102 0,098 0,152 0,089
3 Suasana X2 0,207 0,379 2,555 1,434 0,801 0,664
menonton C 0,052 0,070 0,180 0,136 0,102 0,093
4 Durasi
rs 0,553 0,576 0,420 0,362 0,220 0,190
menonton
5 Frekuensi
rs 0,409 0,789 0,622 0,633 0,074 0,620
menonton
Keterangan: ** berhubungan sangat nyata pada (p<0,01)
* berhubungan nyata pada (p<0,05)

Tabel 10 menunjukkan bahwa sebagian kecil variabel keterdedahan


program JAM memiliki hubungan yang nyata dengan persepsi terhadap program
JAM. Meskipun banyak variabel yang tidak memiliki hubungan nyata, namun ada
beberapa variabel yang mengungkapkan tingkat hubungan yang cukup berarti (rs
atau c > 0,2)

8.3.1. Hubungan Cara Menonton Responden dengan Persepsi tentang


Program Reality show JAM
Kebiasaan responden dalam menonton, tidak hanya dilakukan sendirian
tetapi bisa juga dilakukan dengan orang lain, baik teman, keluarga, maupun pacar
dan lain-lain. Cara responden dalam menonton berbeda-beda, maka persepsi
mereka terhadap kriteria program JAM pun berbeda. Uji statistik yang dilakukan
dengan Uji Chi Square (X2 ) menunjukkan bahwa cara menonton memiliki
hubungan dengan kriteria persepsi mengenai tema cerita, akan tetapi kriteria lain
seperti isi cerita, talent, narasumber, lokasi, dan penayangan tidak dipengaruhi
oleh cara menonton sehingga berhubungan. Dengan demikian, cara khalayak
66

menonton baik sendiri maupun bersama orang lain tidak akan membuat persepsi
mereka berbeda terhadap isi cerita, talent, narasumber, lokasi, dan penayangan.

Hubungan Cara Menonton dengan Tema Cerita


Cara menonton khalayak berbeda-beda dalam menonton tayangan program
JAM, perbedaan ini terjadi karena akses kepemilikan televisi khalayak. Menonton
sendiri lebih santai dibandingan nonton bersama-sama, karena otoritas ada pada
seseorang yang menonton. Sehingga khalayak yang menonton sendiri akan
memiliki persepsi yang jauh lebih baik dibandingkan nonton bersama-bersama
yang memiliki keinginan lain dalam memindahkan channel kesukaannya,
sehingga tidak fokus menonton program JAM dan persepsi yang dinilai kurang
begitu baik.
Uji statistik yang dilakukan dengan Uji Chi Square (X2 ) menunjukkan
bahwa cara menonton memiliki hubungan dengan kriteria persepsi mengenai
tema cerita, dengan demikian cara menonton sendiri maupun bersama orang lain
akan membuat persepsi mereka berbeda terhadap tema cerita. Hasil Uji Chi
Square (X2 ) menunjukkan bahwa nilai hitung lebih besar dibandingkan dengan
nilai tabel 6,595>3,841(df=1), dan nilai signifikasi(p=0,037< 0,05), maka
Hipotesis diterima.
Tabel 11. Hubungan antara Cara Menonton dengan Tema Cerita
Tema Cerita
Total
Cara Persepsi buruk Persepsi baik
Menonton
Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen
(orang) (%) (orang) (%) (orang) (%)
Sendiri 15 19,74 14 18,42 29 38,16
Bersama
18 23,68 29 38,16 47 61,84
orang lain
Total 33 43,42 43 56,58 76 100
2
X = 6,595 p=0,037
C=0,283
67

8.3.2. Hubungan Lokasi Menonton Responden dengan Persepsi tentang


Program Reality show JAM

Lokasi menonton dalam penelitian ini dikategorikan menjadi dua, yaitu di


tempat sendiri (kosan/kontrakan, rumah), dan tempat umum (warung atau tempat
umum lainnya). Lokasi responden sewaktu menonton berbeda-beda, maka
persepsi mereka terhadap kriteria program JAM pun berbeda. Uji statistik yang
dilakukan dengan Uji Chi Square (X2 ) menunjukkan bahwa lokasi menonton
tidak memiliki hubungan dengan kriteria persepsi mengenai isi cerita, talent,
narasumber, lokasi, tema cerita dan penayangan. . Dengan demikian, lokasi
menonton khalayak baik ditempat sendiri maupun tempat umum tidak akan
membuat persepsi mereka berbeda terhadap isi cerita,talent, narasumber, lokasi,
tema cerita dan penayangan.

8.3.3. Hubungan Suasana Menonton Responden dengan Persepsi tentang


Program Reality show JAM
Pada saat menonton, suasana/keadaan lingkungan sekitar berbeda-beda.
Ada yang suasananya kondusif sehingga tenang untung menikmati acara, ada juga
yang suasananya banyak gangguan dari lingkungan sekitar. Suasana responden
sewaktu menonton berbeda-beda, maka persepsi mereka terhadap kriteria program
JAM pun berbeda. Uji statistik yang dilakukan dengan Uji Chi Square (X2 )
menunjukkan bahwa suasana menonton tidak memiliki hubungan dengan kriteria
persepsi mengenai isi cerita, talent, narasumber, lokasi, tema cerita dan
penayangan. Dengan demikian, suasana menonton khalayak baik kondusif
maupun berisik/banyak gangguan tidak akan membuat persepsi mereka berbeda
terhadap isi cerita,talent, narasumber, lokasi, tema cerita dan penayangan.

8.3.4. Hubungan Durasi Menonton Responden dengan Persepsi terhadap


Program Reality show JAM
Durasi menonton yang digunakan responden untuk menonton program
JAM setiap kalinya berbeda-beda. Ada yang menonton hanya sebagian kecil
menonton (0-30 menit), ada juga menonton full/secara keseluruhan (31-60 menit).
Durasi responden menonton berbeda-beda, maka persepsi mereka terhadap
kriteria program JAM pun berbeda. Berdasarkan Uji korelasi yang dilakukan
68

dengan uji Rank Spearman menunjukkan bahwa durasi menonton tidak memiliki
hubungan nyata dengan kriteria persepsi mengenai isi cerita, talent, narasumber,
lokasi, tema cerita dan penayangan. Dengan demikian, durasi menonton khalayak
baik lama maupun sebentar dalam menonton tidak akan membuat persepsi
mereka berbeda terhadap isi cerita,talent, narasumber, lokasi, tema cerita dan
penayangan.

8.3.5. Hubungan Frekuensi Menonton Responden dengan Persepsi tentang


Program Reality show JAM

Frekuensi menonton program JAM responden berbeda-beda, ada


sebagian besar hanya menonton 1-4 kali per bulan, ada juga sebagian kecil
menonton program JAM 5-6 kali per bulan. Hasil dalam penelitian ini bahwa
frekuensi menonton responden sangat kurang (1-4 kali) dalam sebulan, hal ini
disebabkan oleh waktu luang responden kurang banyak karena adanya kesibukan
kuliah di kampus, sama hal dengan durasi menonton responden. Frekuensi
responden menonton berbeda-beda, maka persepsi mereka terhadap kriteria
program JAM pun berbeda.
Berdasarkan Uji korelasi yang dilakukan dengan Uji Rank Spearman
menunjukkan bahwa frekuensi menonton tidak memiliki hubungan nyata dengan
kriteria persepsi isi cerita, talent, narasumber, lokasi, tema cerita dan penayangan.
Dengan demikian, frekuensi menonton khalayak baik sering maupun jarang tidak
akan membuat persepsi mereka berbeda terhadap isi cerita, narasumber, lokasi,
tema cerita dan penayangan.
69

BAB IX
KESIMPULA DA SARA

9.1. Kesimpulan
Beberapa kesimpulan penting yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini
adalah:
1) Keterdedahan program JAM Trans TV (cara menonton, lokasi menonton,
suasana menonton, durasi, dan frekuensi menonton) pada khalayak dinilai
rendah karena waktu luang sedikit di sela-sela waktukegiatan kampus,
Responden umumnya hanya menonton 5-8 kali per bulan dengan durasi
31-60 menit (full menonton)
2) Persepsi khalayak terhadap program JAM Trans TV kurang baik (rataan
skor= 2,75). Aspek program yang dipersepsi berturut-turut dari yang
paling baik persepsinya meliputi: isi cerita, keadaan lokasi, penayangan,
talent, tema cerita, dan narasumber. Isi cerita merupakan aspek yang
paling menentukan persepsi responden.
3) Faktor intrinsik dan ekstrinsik khalayak tidak terbukti berhubungan
dengan persepsi terhadap program JAM. Keterdedahan khalayak terhadap
JAM berhubungan dengan persepsi terhadap program JAM yaitu pada cara
menonton dengan tema cerita dan frekuensi menonton dengan talent.

9.2. Saran
Terkait dengan hasil penelitian serta kesimpulan di atas, disarankan agar
dilakukan perbaikan mengenai isi cerita, talent, narasumber, keadaan lokasi,
tema cerita, dan penayangan. Secara lebih rinci, beberapa saran yang dapat
diajukan adalah sebagai berikut:
1) Isi cerita yang ditampilkan sebaiknya jangan terlalu di dramatisir, jangan
monoton, isi cerita harus konsisten dengan tema cerita, dan isi cerita setiap
episode bervariatif.
2) Talent yang berperan sebagai pengarah jalannya cerita sebaiknya memiliki
empati tinggi, komunikatif, pakaian yang digunakan sopan, jangan
takut/malu melakukan pekerjaan narasumber, berasal dari kalangan
70

menengah ke atas agar merasakan kehidupan narasumber yang hidup


kesusahan, jangan selalu perempuan karena laki-laki pun bisa untuk
menjadi talent, lebih baik lagi jika laki-laki dan perempuan berperan
bersamaan agar bervariasi.
3) Narasumber yang dibantu tidak selalu orang tua, agar bervariasi anak
muda yang tidak mempunyai orang tua atau tidak mempunyai tempat
tinggal sebaiknya dibantu.
4) Keadaan lokasi yang jadikan tempat tidak harus di pedesaan yang jauh
akses, di perkotaan pun masih banyak tempat yang kurang layak ditempati
hanya saja tidak terlihat secara jelas.
5) Tema cerita sebaiknya lebih bervariatif, jangan monoton, cari tema lain
yang lebih menyentuh khalayak, tidak harus selalu membantu orang
bekerja. Lebih baik memakai tema yang mengangkat perjuangan
seseorang/keluarga miskin yang berjuang untuk bertahan hidup.
6) Penayangan, sebaiknya ditayangkan seminggu tiga kali, durasinya tidak
terlalu panjang, waktu penayangan siang pada saat jam makan siang agar
semua orang dapat menonton sambil makan.
71

DAFTAR PUSTAKA

DeFleur dan Ball-Rokeach. 1975. The Process and Effects of Mass


Communication. New York: Longman 3rd Edition
DeVito, A. Joseph. 1996. Komunikasi Antar Manusia, Kuliah Dasar. Edisi
Kelima.

Hofmann, Ruedi. 1999. Dasar-Dasar Apresiasi Program Televisi: Menjadikan


Televisi Budaya Rakyat . Jakarta: PT Grasindo.

Isfandiari, Farah Agustia. 2008. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan


Interpretasi Khalayak Remaja tentang Realitas Program Reality show
(Studi pada khalayak penonton program Lemon Tea “Asam Manis Cinta”).
Skripsi. Depok: Universitas Indonesia.

Jahja RS, Irvan M. 2006. Menilai Tanggung Jawab Sosial Televisi. Depok:
Piramedia.

Labib M. 2002. Potret Sinetron Indonesia: Antara Realitas Virtual dan Realitas
Sosial. Jakarta: Tiga Books Division.

McQuail, Dennis.1987. Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Edisi Kedua.


Jakarta: Erlangga.

Morrisan, 2003. Programming TV. Pokok Bahasan: Perilaku Audiens Penyiaran.


www.pksm.mercubuana.ac.id/modul/41037-4-654269399816.doc. [Diakses
pada 5 Maret 2010, pukul 19.24 WIB]

Mulyana, Deddy. 1996. Komunikasi Massa (Kontroversi, Teori, Aplikasi).


Jakarta: Gramedia.

Nazir M. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Novarinda, Metri. 2009. Motivasi, Pola, dan Kepuasan Menonton Televisi Lokal
serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Skripsi. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.

Nordik.Ayu, Wanda Edika Tresna. 2007. Pengaruh Keterdedahan Media


terhadap Sikap Remaja Surabaya Pada Program Acara Reality show
“Katakan Cinta” di RCTI. Skripsi. Surabaya: Universitas Kristen Petra.

Prasetyo B, Jannah LM. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi.
Jakarta: Raja Grafindo.
72

Priyowidodo, Gatut. 2008. Menakar Kekuatan dan Keunggulan Industri Televisi


Lokal Di Era Otonomi. Jurnal Ilmiah SCIPTURA Vol.2 Io.1, Januari
2008:56-62. Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Komunikasi,
Universitas Kristen Petra.

Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Sarwono, Sarlito Wirawan. 1999. Psikologi Sosial (Individu dan Teori-teori


Psikologi Sosial). Jakarta: Balai Pustaka.

Shanti, Nadia Priona Eri. 2007. Segmen dan Penilaian Khalayak terhadap
Program komedi di Televisi. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta:
LP3ES

Silitong, Ruth Elisabeth. 2009. Perilaku Menonton dan Persepsi Mahasiswa


Terhadap Program Jelajah di Trans TV. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.

Syarief, Khairunnisa. 2007. Persepsi Khalayak terhadap Tayangan


“Infotainment”RCTI. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Testiandini, Astri. 2006. Pola Menonton Sinetron dan Perilaku Etis Remaja
(Kasus sinetron bertemakan remaja di televisi). Skripsi. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
73

LAMPIRA
74

Lampiran 1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner


1. Isi Cerita
A. Reliability Statistics
Cronbach's  of
Alpha Items
.809 15
Nilai koefisien reliabilitas (Cronbach’s Alpha) di atas adalah 0, 809. Sesuai kriteria, nilai
ini sudah lebih besar dari 0,60, maka hasil data hasil angket memiliki tingkat reliabilitas
yang baik, atau dengan kata lain data hasil angket dapat dipercaya.
B. Validitas
Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17 for windows.
Kriterianya, instrumen valid apabila nilai korelasi (pearson correlation) adalah positif,
dan nilai probabilitas korelasi [sig. (2-tailed)] < taraf signifikan (α) sebesar 0,05.
T Kesimpulan
v1 Pearson Correlation .778(**) Valid
Sig. (2-tailed) .001
N 15
v2 Pearson Correlation .634(*) Valid
Sig. (2-tailed) .011
N 15
v3 Pearson Correlation .141 Tidak Valid
Sig. (2-tailed) .615
N 15
v4 Pearson Correlation .851(**) Valid
Sig. (2-tailed) .000
N 15
v5 Pearson Correlation .630(*) Valid
Sig. (2-tailed) .012
N 15
v6 Pearson Correlation .028 Tidak Valid
Sig. (2-tailed) .922
N 15
v7 Pearson Correlation .720(**) Valid
Sig. (2-tailed) .002
N 15
v8 Pearson Correlation .770(**) Valid
Sig. (2-tailed) .001
N 15
v9 Pearson Correlation .598(*) Vaid
Sig. (2-tailed) .018
N 15
v10 Pearson Correlation .599(*) Valid
Sig. (2-tailed) .018
N 15
t Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed)
N 15
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
75

2. Talent
A. Reliability Statistics
Cronbach's N of
Alpha Items
.484 10
Nilai koefisien reliabilitas (Cronbach’s Alpha) di atas adalah 0, 484. Sesuai kriteria, nilai
ini kurang dari 0,60, maka hasil data hasil angket memiliki tingkat reliabilitas yang
kurang baik, atau dengan kata lain data hasil angket belum dapat dipercaya.
B. Validitas
Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17 for windows.
Kriterianya, instrumen valid apabila nilai korelasi (pearson correlation) adalah positif,
dan nilai probabilitas korelasi [sig. (2-tailed)] < taraf signifikan (α) sebesar 0,05.
T Kesimpulan
v1 Pearson Correlation .474 Tidak Valid
Sig. (2-tailed) .074
N 15
v2 Pearson Correlation .477 Tidak Valid
Sig. (2-tailed) .073
N 15
v3 Pearson Correlation .030 Tidak Valid
Sig. (2-tailed) .914
N 15
v4 Pearson Correlation .480 Tidak Valid
Sig. (2-tailed) .070
N 15
v5 Pearson Correlation .290 Tidak Valid
Sig. (2-tailed) .295
N 15
v6 Pearson Correlation .804(**) Valid
Sig. (2-tailed) .000
N 15
v7 Pearson Correlation .437 Tidak Valid
Sig. (2-tailed) .103
N 15
v8 Pearson Correlation .296 Tidak Valid
Sig. (2-tailed) .284
N 15
v9 Pearson Correlation .588(*) Valid
Sig. (2-tailed) .021
N 15
v10 Pearson Correlation .420 Tidak Valid
Sig. (2-tailed) .119
N 15
t Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed)
N 15
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
76

3. arasumber
A. Reliability Statistics
Cronbach's N of
Alpha Items
.887 10
Nilai koefisien reliabilitas (Cronbach’s Alpha) di atas adalah 0, 887. Sesuai kriteria, nilai
ini sudah lebih besar dari 0,60, maka hasil data hasil angket memiliki tingkat reliabilitas
yang baik, atau dengan kata lain data hasil angket dapat dipercaya.
B. Validitas
Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17 for windows.
Kriterianya, instrumen valid apabila nilai korelasi (pearson correlation) adalah positif,
dan nilai probabilitas korelasi [sig. (2-tailed)] < taraf signifikan (α) sebesar 0,05.
T Kesimpulan
v1 Pearson Correlation .291 Tidak Valid
Sig. (2-tailed) .293
N 15
v2 Pearson Correlation .801(**) Valid
Sig. (2-tailed) .000
N 15
v3 Pearson Correlation .819(**) Valid
Sig. (2-tailed) .000
N 15
v4 Pearson Correlation .718(**) Valid
Sig. (2-tailed) .003
N 15
v5 Pearson Correlation .833(**) Valid
Sig. (2-tailed) .000
N 15
v6 Pearson Correlation .862(**) Valid
Sig. (2-tailed) .000
N 15
v7 Pearson Correlation .614(*) Valid
Sig. (2-tailed) .015
N 15
v8 Pearson Correlation .745(**) Valid
Sig. (2-tailed) .001
N 15
v9 Pearson Correlation .826(**) Valid
Sig. (2-tailed) .000
N 15
v10 Pearson Correlation .548(*) Valid
Sig. (2-tailed) .034
N 15
t Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed)
N 15
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
77

4. Keadaan Lokasi
A. Reliability Statistics
Cronbach's N of
Alpha Items
.863 5
Nilai koefisien reliabilitas (Cronbach’s Alpha) di atas adalah 0, 863. Sesuai kriteria, nilai
ini sudah lebih besar dari 0,60, maka hasil data hasil angket memiliki tingkat reliabilitas
yang baik, atau dengan kata lain data hasil angket dapat dipercaya.
B. Validitas
Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17 for windows.
Kriterianya, instrumen valid apabila nilai korelasi (pearson correlation) adalah positif,
dan nilai probabilitas korelasi [sig. (2-tailed)] < taraf signifikan (α) sebesar 0,05.
T Kesimpulan
v1 Pearson Correlation .904(**) Valid
Sig. (2-tailed) .000
N 15
v2 Pearson Correlation .904(**) Valid
Sig. (2-tailed) .000
N 15
v3 Pearson Correlation .946(**) Valid
Sig. (2-tailed) .000
N 15
v4 Pearson Correlation .588(*) Valid
Sig. (2-tailed) .021
N 15
v5 Pearson Correlation .657(**) Valid
Sig. (2-tailed) .008
N 15
t Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed)
N 15
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

5. Tema Cerita
A. Reliability Statistics
Cronbach's N of
Alpha Items
.339 5
Nilai koefisien reliabilitas (Cronbach’s Alpha) di atas adalah 0, 339. Sesuai kriteria, nilai
ini kurang dari 0,60, maka hasil data hasil angket memiliki tingkat reliabilitas yang
kurang baik, atau dengan kata lain data hasil angket belum dapat dipercaya.
B. Validitas
Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17 for windows.
Kriterianya, instrumen valid apabila nilai korelasi (pearson correlation) adalah positif,
dan nilai probabilitas korelasi [sig. (2-tailed)] < taraf signifikan (α) sebesar 0,05.
78

t Kesimpulan
v1 Pearson Correlation -.223 Tidak Valid
Sig. (2-tailed) .423
N 15
v2 Pearson Correlation .758(**) Valid
Sig. (2-tailed) .001
N 15
v3 Pearson Correlation .270 Tidak Valid
Sig. (2-tailed) .330
N 15
v4 Pearson Correlation .894(**) Valid
Sig. (2-tailed) .000
N 15
v5 Pearson Correlation .833(**) Valid
Sig. (2-tailed) .000
N 15
t Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed)
 15
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

6. Penayangan
A. Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.850 5
Nilai koefisien reliabilitas (Cronbach’s Alpha) di atas adalah 0, 863. Sesuai
kriteria, nilai ini sudah lebih besar dari 0,60, maka hasil data hasil angket
memiliki tingkat reliabilitas yang baik, atau dengan kata lain data hasil angket
dapat dipercaya.
B. Validitas
Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17 for
windows. Kriterianya, instrumen valid apabila nilai korelasi (pearson correlation)
adalah positif, dan nilai probabilitas korelasi [sig. (2-tailed)] < taraf signifikan (α)
sebesar 0,05.
79

t kesimpulan
v1 Pearson Correlation .715(**) Valid
Sig. (2-tailed) .003
N 15
v2 Pearson Correlation .860(**) Valid
Sig. (2-tailed) .000
N 15
v3 Pearson Correlation .739(**) Valid
Sig. (2-tailed) .002
N 15
v4 Pearson Correlation .919(**) Valid
Sig. (2-tailed) .000
N 15
v5 Pearson Correlation .722(**) Valid
Sig. (2-tailed) .002
N 15
t Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed)
N 15
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
80

Lampiran 2. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman untuk Hubungan Faktor Intrinsik Khalayak dengan Persepsi tentang
Program “Jika Aku Menjadi”jCorrelations
usia pendapatan orangtua isi cerita talent narasumber keadaan lokasi tema penayangan
Spearman's rho usia Correlation Coefficient 1.000 .103 -.057 -.103 -.192 -.181 .189 .130
Sig. (2-tailed) . .376 .623 .374 .097 .117 .103 .262
 76 76 76 76 76 76 76 76

pendapatan orangtua Correlation Coefficient .103 1.000 .151 -.136 .078 .055 .087 .101
Sig. (2-tailed) .376 . .194 .242 .503 .635 .453 .386
 76 76 76 76 76 76 76 76
isi cerita Correlation Coefficient -.057 .151 1.000 .228* .131 .037 .008 .058
Sig. (2-tailed) .623 .194 . .048 .258 .749 .948 .620
 76 76 76 76 76 76 76 76

talent Correlation Coefficient -.103 -.136 .228* 1.000 .087 .005 .032 .101
Sig. (2-tailed) .374 .242 .048 . .456 .963 .781 .385
 76 76 76 76 76 76 76 76
narasumber Correlation Coefficient -.192 .078 .131 .087 1.000 .363** -.032 .186
Sig. (2-tailed) .097 .503 .258 .456 . .001 .781 .107
 76 76 76 76 76 76 76 76
keadaan lokasi Correlation Coefficient -.181 .055 .037 .005 .363** 1.000 .107 -.003

Sig. (2-tailed) .117 .635 .749 .963 .001 . .357 .980


 76 76 76 76 76 76 76 76
tema Correlation Coefficient .189 .087 .008 .032 -.032 .107 1.000 .156
Sig. (2-tailed) .103 .453 .948 .781 .781 .357 . .177
 76 76 76 76 76 76 76 76
penayangan Correlation Coefficient .130 .101 .058 .101 .186 -.003 .156 1.000

Sig. (2-tailed) .262 .386 .620 .385 .107 .980 .177 .


 76 76 76 76 76 76 76 76

Lampiran 3. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman untuk Hubungan Faktor Ekstrinsik Khalayak dengan Persepsi tentang
Program “Jika Aku MenjadiCorrelations
ketersediaan televisi interaksi teman interaksi keluarga isi cerita talent narasumber keadaan lokasi tema penayangan
Spearman's rho ketersediaan televisi Correlation Coefficient 1.000 .012 .225 .022 .102 -.145 -.035 .105 .085
Sig. (2-tailed) . .919 .051 .853 .382 .212 .767 .367 .468
81

 76 76 76 76 76 76 76 76 76
interaksi teman Correlation Coefficient .012 1.000 .219 -.074 -.101 -.020 -.164 -.041 -.015
Sig. (2-tailed) .919 . .058 .524 .388 .863 .158 .723 .899
 76 76 76 76 76 76 76 76 76
interaksi keluarga Correlation Coefficient .225 .219 1.000 .067 -.132 .010 .111 .303** .127
Sig. (2-tailed) .051 .058 . .565 .257 .931 .338 .008 .273
 76 76 76 76 76 76 76 76 76
isi cerita Correlation Coefficient .022 -.074 .067 1.000 .228* .131 .037 .008 .058
Sig. (2-tailed) .853 .524 .565 . .048 .258 .749 .948 .620

 76 76 76 76 76 76 76 76 76
talent Correlation Coefficient .102 -.101 -.132 .228* 1.000 .087 .005 .032 .101
Sig. (2-tailed) .382 .388 .257 .048 . .456 .963 .781 .385
 76 76 76 76 76 76 76 76 76
narasumber Correlation Coefficient -.145 -.020 .010 .131 .087 1.000 .363** -.032 .186
Sig. (2-tailed) .212 .863 .931 .258 .456 . .001 .781 .107

 76 76 76 76 76 76 76 76 76
keadaan lokasi Correlation Coefficient -.035 -.164 .111 .037 .005 .363** 1.000 .107 -.003
Sig. (2-tailed) .767 .158 .338 .749 .963 .001 . .357 .980
 76 76 76 76 76 76 76 76 76
tema Correlation Coefficient .105 -.041 .303** .008 .032 -.032 .107 1.000 .156
Sig. (2-tailed) .367 .723 .008 .948 .781 .781 .357 . .177
 76 76 76 76 76 76 76 76 76

penayangan Correlation Coefficient .085 -.015 .127 .058 .101 .186 -.003 .156 1.000
Sig. (2-tailed) .468 .899 .273 .620 .385 .107 .980 .177 .
 76 76 76 76 76 76 76 76 76
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Lampiran 4. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman untuk Hubungan Keterdedahan Program dengan Persepsi tentang
Program “Jika Aku Menjadi”
Correlations
durasi menonton frekuesi menonton isi cerita talent narasumber keadaan lokasi tema penayangan
82

Spearman's rho durasi menonton Correlation Coefficient 1.000 .040 .069 .065 .094 .106 .142 .152
Sig. (2-tailed) . .732 .553 .576 .420 .362 .220 .190
 76 76 76 76 76 76 76 76
frekuesi menonton Correlation Coefficient .040 1.000 -.096 -.031 -.057 -.051 .206 .058
Sig. (2-tailed) .732 . .409 .789 .622 .663 .074 .620
 76 76 76 76 76 76 76 76
isi cerita Correlation Coefficient .069 -.096 1.000 .228* .131 .037 .008 .058
Sig. (2-tailed) .553 .409 . .048 .258 .749 .948 .620
 76 76 76 76 76 76 76 76

talent Correlation Coefficient .065 -.031 .228* 1.000 .087 .005 .032 .101
Sig. (2-tailed) .576 .789 .048 . .456 .963 .781 .385
 76 76 76 76 76 76 76 76
narasumber Correlation Coefficient .094 -.057 .131 .087 1.000 .363** -.032 .186
Sig. (2-tailed) .420 .622 .258 .456 . .001 .781 .107
 76 76 76 76 76 76 76 76

keadaan lokasi Correlation Coefficient .106 -.051 .037 .005 .363** 1.000 .107 -.003
Sig. (2-tailed) .362 .663 .749 .963 .001 . .357 .980
 76 76 76 76 76 76 76 76
tema Correlation Coefficient .142 .206 .008 .032 -.032 .107 1.000 .156
Sig. (2-tailed) .220 .074 .948 .781 .781 .357 . .177
 76 76 76 76 76 76 76 76
penayangan Correlation Coefficient .152 .058 .058 .101 .186 -.003 .156 1.000

Sig. (2-tailed) .190 .620 .620 .385 .107 .980 .177 .


 76 76 76 76 76 76 76 76
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
83

Lampiran 5. Hasil Uji Crosstab Chi-Square Hubungan Jenis Kelamin dengan Persepsi
Khalayak tentang Program Jika Aku Menjadi

Jenis Kelamin * isi cerita


Crosstab
Count
isi cerita
buruk baik Total
Jenis Kelamin laki-laki 6 14 20
perempuan 3 53 56
Total 9 67 76

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. Exact Sig. (1-
Value df sided) (2-sided) sided)
Pearson Chi-Square 8.572a 1 .003
Continuity Correctionb 6.374 1 .012
Likelihood Ratio 7.461 1 .006
Fisher's Exact Test .008 .008
Linear-by-Linear 8.459 1 .004
Association
 of Valid Cases 76
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.37.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

ominal by ominal Contingency Coefficient .318 .003


 of Valid Cases 76

Jenis Kelamin * talent


Crosstab
Count

talent

buruk baik Total

Jenis Kelamin laki-laki 2 18 20

perempuan 13 43 56
Total 15 61 76
84

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)

Pearson Chi-Square 1.624a 1 .202


Continuity Correctionb .897 1 .343
Likelihood Ratio 1.813 1 .178
Fisher's Exact Test .328 .173
Linear-by-Linear 1.603 1 .205
Association
 of Valid Cases 76
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
3.95.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

ominal by ominal Contingency Coefficient .145 .202


 of Valid Cases 76

Jenis Kelamin * narasumber


Crosstab
Count

narasumber

buruk baik Total

Jenis Kelamin laki-laki 11 9 20

perempuan 18 38 56
Total 29 47 76
85

Chi-Square Tests

Asymp.
Sig. (2- Exact Sig.
Value df sided) (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 3.263a 1 .071


Continuity Correctionb 2.366 1 .124
Likelihood Ratio 3.199 1 .074
Fisher's Exact Test .107 .063
Linear-by-Linear 3.220 1 .073
Association
 of Valid Cases 76
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.63.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

ominal by ominal Contingency Coefficient .203 .071


 of Valid Cases 76

Jenis Kelamin * keadaan lokasi


Crosstab
Count

keadaan lokasi

buruk baik Total

Jenis Kelamin laki-laki 12 8 20

perempuan 18 38 56
Total 30 46 76
86

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)

Pearson Chi-Square 4.787a 1 .029


Continuity Correctionb 3.692 1 .055
Likelihood Ratio 4.715 1 .030
Fisher's Exact Test .036 .028
Linear-by-Linear 4.724 1 .030
Association
 of Valid Cases 76
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.89.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

ominal by ominal Contingency Coefficient .243 .029


 of Valid Cases 76

Jenis Kelamin * tema


Crosstab
Count

tema

buruk baik Total

Jenis Kelamin laki-laki 10 10 20

perempuan 23 33 56
Total 33 43 76
87

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)

Pearson Chi-Square .478a 1 .489


Continuity Correctionb .184 1 .668
Likelihood Ratio .476 1 .490
Fisher's Exact Test .601 .333
Linear-by-Linear .472 1 .492
Association
 of Valid Cases 76
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.68.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

ominal by ominal Contingency Coefficient .079 .489


 of Valid Cases 76

Jenis Kelamin * tema


Crosstab
Count

tema

buruk baik Total

Jenis Kelamin laki-laki 10 10 20

perempuan 23 33 56
Total 33 43 76
88

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)

Pearson Chi-Square .478a 1 .489


Continuity Correctionb .184 1 .668
Likelihood Ratio .476 1 .490
Fisher's Exact Test .601 .333
Linear-by-Linear .472 1 .492
Association
 of Valid Cases 76
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.68.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

ominal by ominal Contingency Coefficient .079 .489


 of Valid Cases 76

Jenis Kelamin * penayangan


Crosstab
Count

penayangan

buruk baik Total

Jenis Kelamin laki-laki 6 14 20

perempuan 22 34 56
Total 28 48 76
89

Chi-Square Tests

Asymp.
Sig. (2- Exact Sig. Exact Sig. (1-
Value df sided) (2-sided) sided)

Pearson Chi-Square .546a 1 .460


Continuity Correctionb .220 1 .639
Likelihood Ratio .557 1 .455
Fisher's Exact Test .592 .323
Linear-by-Linear .539 1 .463
Association
 of Valid Cases 76
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.37.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

ominal by ominal Contingency Coefficient .084 .460


 of Valid Cases 76
90

Lampiran 6. Hasil Uji Crosstab Chi-Square Hubungan Pekerjaan Orang Tua dengan
Persepsi Khalayak tentang Program “Jika Aku Menjadi”
pekerjaan orangtua * isi cerita
Crosstab
Count

isi cerita

buruk baik Total

pekerjaan orangtua swasta 1 11 12

pegawai negeri 2 35 37

wiraswasta 3 15 18

lain-lain 3 6 9
Total 9 67 76

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 5.993a 3 .112


Likelihood Ratio 5.170 3 .160
Linear-by-Linear Association 4.305 1 .038
 of Valid Cases 76
a. 4 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 1.07.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

ominal by ominal Contingency Coefficient .270 .112


 of Valid Cases 76
91

pekerjaan orangtua * talent


Crosstab
Count

talent

buruk baik Total

pekerjaan orangtua swasta 1 11 12

pegawai negeri 9 28 37

wiraswasta 4 14 18

lain-lain 1 8 9
Total 15 61 76

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 1.969a 3 .579


Likelihood Ratio 2.216 3 .529
Linear-by-Linear Association .007 1 .932
 of Valid Cases 76
a. 3 cells (37.5%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 1.78.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

ominal by ominal Contingency Coefficient .159 .579


 of Valid Cases 76
92

pekerjaan orangtua * narasumber


Crosstab
Count

narasumber

buruk baik Total

pekerjaan orangtua swasta 4 8 12

pegawai negeri 12 25 37

wiraswasta 8 10 18

lain-lain 5 4 9
Total 29 47 76

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 2.088a 3 .554


Likelihood Ratio 2.056 3 .561
Linear-by-Linear Association 1.678 1 .195
 of Valid Cases 76
a. 2 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 3.43.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

ominal by ominal Contingency Coefficient .164 .554


 of Valid Cases 76
93

pekerjaan orangtua * keadaan lokasi


Crosstab
Count

keadaan lokasi

buruk baik Total

pekerjaan orangtua swasta 2 10 12

pegawai negeri 17 20 37

wiraswasta 7 11 18

lain-lain 4 5 9
Total 30 46 76

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 3.357a 3 .340


Likelihood Ratio 3.680 3 .298
Linear-by-Linear Association .879 1 .348
 of Valid Cases 76
a. 2 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 3.55.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

ominal by ominal Contingency Coefficient .206 .340


 of Valid Cases 76
94

pekerjaan orangtua * tema


Crosstab
Count

tema

buruk baik Total

pekerjaan orangtua swasta 6 6 12

pegawai negeri 14 23 37

wiraswasta 9 9 18

lain-lain 4 5 9
Total 33 43 76

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 1.002a 3 .801


Likelihood Ratio 1.003 3 .801
Linear-by-Linear Association .023 1 .879
 of Valid Cases 76
a. 1 cells (12.5%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 3.91.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

ominal by ominal Contingency Coefficient .114 .801


 of Valid Cases 76
95

pekerjaan orangtua * penayangan


Crosstab
Count

penayangan

buruk baik Total

pekerjaan orangtua swasta 5 7 12

pegawai negeri 13 24 37

wiraswasta 6 12 18

lain-lain 4 5 9
Total 28 48 76

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square .485a 3 .922


Likelihood Ratio .480 3 .923
Linear-by-Linear Association .002 1 .966
 of Valid Cases 76
a. 2 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 3.32.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

ominal by ominal Contingency Coefficient .080 .922


 of Valid Cases 76
96

Lampiran 7. Hasil Uji Crosstab Chi-Square Hubungan Cara Menonton dengan Persepsi
Khalayak tentang Program “Jika Aku Menjadi”
cara menonton * isi cerita
Crosstab
Count

isi cerita

buruk baik Total

cara menonton sendiri 4 25 29

teman 5 30 35

keluarga 0 12 12
Total 9 67 76

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 1.918a 2 .383


Likelihood Ratio 3.315 2 .191
Linear-by-Linear Association 1.003 1 .317
 of Valid Cases 76
a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 1.42.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

ominal by ominal Contingency Coefficient .157 .383


 of Valid Cases 76
97

cara menonton * talent


Crosstab
Count

talent

buruk baik Total

cara menonton sendiri 6 23 29

teman 6 29 35

keluarga 3 9 12
Total 15 61 76

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square .375a 2 .829


Likelihood Ratio .368 2 .832
Linear-by-Linear Association .021 1 .884
 of Valid Cases 76
a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 2.37.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

ominal by ominal Contingency Coefficient .070 .829


 of Valid Cases 76

cara menonton * narasumber


Crosstab
Count

narasumber

buruk baik Total

cara menonton sendiri 13 16 29

teman 14 21 35

keluarga 2 10 12
Total 29 47 76
98

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 2.946a 2 .229


Likelihood Ratio 3.239 2 .198
Linear-by-Linear Association 2.290 1 .130
 of Valid Cases 76
a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 4.58.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

ominal by ominal Contingency Coefficient .193 .229


 of Valid Cases 76

cara menonton * keadaan lokasi


Crosstab
Count

keadaan lokasi

buruk baik Total

cara menonton sendiri 14 15 29

teman 11 24 35

keluarga 5 7 12
Total 30 46 76
99

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 1.913a 2 .384


Likelihood Ratio 1.922 2 .383
Linear-by-Linear Association .582 1 .446
 of Valid Cases 76
a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 4.74.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

ominal by ominal Contingency Coefficient .157 .384


 of Valid Cases 76

cara menonton * tema


Crosstab
Count

tema

buruk baik Total

cara menonton sendiri 15 14 29

teman 10 25 35

keluarga 8 4 12
Total 33 43 76

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 6.595a 2 .037


Likelihood Ratio 6.716 2 .035
Linear-by-Linear Association .016 1 .900
 of Valid Cases 76
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 5.21.
100

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

ominal by ominal Contingency Coefficient .283 .037


 of Valid Cases 76

cara menonton * penayangan


Crosstab
Count

penayangan

buruk baik Total

cara menonton sendiri 13 16 29

teman 13 22 35

keluarga 2 10 12
Total 28 48 76

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 2.895a 2 .235


Likelihood Ratio 3.148 2 .207
Linear-by-Linear Association 2.558 1 .110
 of Valid Cases 76
a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 4.42.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

ominal by ominal Contingency Coefficient .192 .235


 of Valid Cases 76
101

Lampiran 8. Hasil Uji Crosstab Chi-Square Hubungan Lokasi Menonton dengan Persepsi
Khalayak tentang Program Jika Aku Menjadi
lokasi menonton * isi cerita
Crosstab
Count

isi cerita

buruk baik Total

lokasi menonton tempat sendiri 3 31 34

2 6 35 41

3 0 1 1
Total 9 67 76

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square .737a 2 .692


Likelihood Ratio .862 2 .650
Linear-by-Linear Association .377 1 .539
 of Valid Cases 76
a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is .12.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

ominal by ominal Contingency Coefficient .098 .692


 of Valid Cases 76
102

lokasi menonton * talent


Crosstab
Count

talent

buruk baik Total

lokasi menonton tempat sendiri 7 27 34

2 8 33 41

3 0 1 1
Total 15 61 76

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square .263a 2 .877


Likelihood Ratio .456 2 .796
Linear-by-Linear Association .071 1 .789
 of Valid Cases 76
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is .20.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

ominal by ominal Contingency Coefficient .059 .877


 of Valid Cases 76
103

lokasi menonton * narasumber


Crosstab
Count

narasumber

buruk baik Total

lokasi menonton tempat sendiri 14 20 34

2 15 26 41

3 0 1 1
Total 29 47 76

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square .791a 2 .673


Likelihood Ratio 1.134 2 .567
Linear-by-Linear Association .401 1 .527
 of Valid Cases 76
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is .38.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

ominal by ominal Contingency Coefficient .102 .673


 of Valid Cases 76

lokasi menonton * keadaan lokasi


Crosstab
Count

keadaan lokasi

buruk baik Total

lokasi menonton tempat sendiri 13 21 34

2 17 24 41

3 0 1 1
Total 30 46 76
104

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square .742a 2 .690


Likelihood Ratio 1.094 2 .579
Linear-by-Linear Association .000 1 .991
 of Valid Cases 76
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is .39.
Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

ominal by ominal Contingency Coefficient .098 .690


 of Valid Cases 76

lokasi menonton * tema


Crosstab
Count

tema

buruk baik Total

lokasi menonton tempat sendiri 16 18 34

2 16 25 41

3 1 0 1
Total 33 43 76

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 1.809a 2 .405


Likelihood Ratio 2.176 2 .337
Linear-by-Linear Association .088 1 .767
 of Valid Cases 76
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is .43.
105

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

ominal by ominal Contingency Coefficient .152 .405


 of Valid Cases 76

lokasi menonton * penayangan


Crosstab
Count

penayangan

buruk baik Total

lokasi menonton tempat sendiri 13 21 34

2 15 26 41

3 0 1 1
Total 28 48 76

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square .613a 2 .736


Likelihood Ratio .948 2 .622
Linear-by-Linear Association .145 1 .703
 of Valid Cases 76
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is .37.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

ominal by ominal Contingency Coefficient .089 .736


 of Valid Cases 76
106

Lampiran 9. Hasil Uji Crosstab Chi-Square Hubungan Suasana Menonton dengan Persepsi
Khalayak tentang Program Jika Aku Menjadi

suasana menonton * isi cerita


Crosstab
Count

isi cerita

buruk baik Total

suasana menonton ada gangguan 3 25 28

tenang/kondusif 6 41 47

3 0 1 1
Total 9 67 76

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square .207a 2 .902


Likelihood Ratio .325 2 .850
Linear-by-Linear Association .019 1 .890
 of Valid Cases 76
a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is .12.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

ominal by ominal Contingency Coefficient .052 .902


 of Valid Cases 76
107

suasana menonton * talent


Crosstab
Count

talent

buruk baik Total

suasana menonton ada gangguan 5 23 28

tenang/kondusif 10 37 47

3 0 1 1
Total 15 61 76

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square .379a 2 .827


Likelihood Ratio .573 2 .751
Linear-by-Linear Association .035 1 .852
 of Valid Cases 76
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is .20.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

ominal by ominal Contingency Coefficient .070 .827


 of Valid Cases 76
108

suasana menonton * narasumber


Crosstab
Count

narasumber

buruk baik Total

suasana menonton ada gangguan 8 20 28

tenang/kondusif 21 26 47

3 0 1 1
Total 29 47 76

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 2.555a 2 .279


Likelihood Ratio 2.928 2 .231
Linear-by-Linear Association 1.142 1 .285
 of Valid Cases 76
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is .38.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

ominal by ominal Contingency Coefficient .180 .279


 of Valid Cases 76
109

suasana menonton * keadaan lokasi


Crosstab
Count

keadaan lokasi

buruk baik Total

suasana menonton ada gangguan 13 15 28

tenang/kondusif 17 30 47

3 0 1 1
Total 30 46 76

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 1.434a 2 .488


Likelihood Ratio 1.779 2 .411
Linear-by-Linear Association 1.167 1 .280
 of Valid Cases 76
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is .39.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

ominal by ominal Contingency Coefficient .136 .488


 of Valid Cases 76

suasana menonton * tema


Crosstab
Count

tema

buruk baik Total

suasana menonton ada gangguan 12 16 28

tenang/kondusif 21 26 47

3 0 1 1
Total 33 43 76
110

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square .801a 2 .670


Likelihood Ratio 1.173 2 .556
Linear-by-Linear Association .016 1 .900
 of Valid Cases 76
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is .43.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

ominal by ominal Contingency Coefficient .102 .670


 of Valid Cases 76

suasana menonton * penayangan


Crosstab
Count

penayangan

buruk baik Total

suasana menonton ada gangguan 11 17 28

tenang/kondusif 17 30 47

3 0 1 1
Total 28 48 76

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square .664a 2 .717


Likelihood Ratio .999 2 .607
Linear-by-Linear Association .242 1 .623
 of Valid Cases 76
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is .37.
111

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

ominal by ominal Contingency Coefficient .093 .717


 of Valid Cases 76

You might also like