Stabilisasi Tanah Gambut Menggunakan Geopolimer Hybrid Erwin, Gunawan Wibisono, Monita Olivia

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 10

STABILISASI TANAH GAMBUT MENGGUNAKAN GEOPOLIMER HYBRID

Erwin1), Gunawan Wibisono2), Monita Olivia2)


1)
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau
2)
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau
Kampus Bina Widya J. HR Soebrantas KM 12,5 Pekanbaru, Kode Pos 28293
Email: [email protected]

Abstract

Peat soil has high moisture content and organic content. Peat soil is stabilized to improve soil
properties and increase strength. This study examines stabilization mixtures on peat soil with
geopolymers hybrid. Geopolymers are alternative substitutes for cement, made from remnants
of industrial waste rich in silica and alumina, such as fly ash, husk ash, slag and palm ash. The
geopolymer bond can be activated with an activator solution. Geopolymers are added by OPC
to accelerate hardening and optimize strength on the ground. The purpose of this study to
compare the compressive strength of peat soil mixed with the soil geopolymer hybrid using an
Unconfined Compressive Test (UCS). This study uses a different variation of the treatment that
is the age of 7 days and 28 days. Binder for the mixed set of 200 kg/m3 with geopolymer
materials used by 50% of the binder and the OPC which is used by 50% and 100% of the
binder. The results showed that the compressive strength with hybrid geopolymer mixture tends
to increase from 7 days to 28 days and the compressive strength of geopolymer hybrid is higher
than peat. Based on the results of this test it was concluded that peat soil using a mixture of
hybrid geopolymer could increase the value of compressive strength.

Keywords: peat soil, OPC, fly ash, geopolymer hybrid, UCS

1. PENDAHULUAN mempunyai lahan gambut kurang dari 5%


Luas lahan gambut di Riau adalah (Wahyunto, 2005).
4.043.602 hektar dan terdapat hampir di Tanah gambut adalah tanah yang
semua wilayah kabupaten. Paling dominan memiliki kadar organik di atas 75% (ASTM
terdapat di wilayah kabupaten yang berada D 4427-92 2002). Tanah gambut juga
di pantai timur. Enam kabupaten yang memiliki angka pori dan kadar air yang
memiliki lahan gambut paling luas berturut- sangat tinggi. Hal ini mengakibatkan daya
turut adalah Kabupaten Indragiri Hilir (983 dukung menjadi sangat rendah dan tingkat
ribu hektar atau 24,3% dari lahan di kemampumampatan (compressibility)
provinsi), Bengkalis (856 ribu hektar atau tinggi.
21,2%), Pelalawan (680 ribu hektar atau Agar tanah gambut dapat memenuhi
16,8%), Siak (504 ribu hektar atau 12,5%), kriteria teknis konstruksi, perlu diusahakan
Rokan Hilir (454 ribu hektar atau 11,2%), perbaikan sifat-sifatnya. Salah satu usaha
dan Indragiri Hulu (222 ribu hektar atau perbaikan adalah dengan cari memberi
5,5%). Kabupaten lain seperti Kampar, bahan stabilisasi. Metode stabilisasi
Karimun, dan Pekanbaru hanya berdasarkan dari buku panduan ALLU
Mass Stabilisation tahun 2015, metode ini

JOM FTEKNIK 1
bertujuan memperbaiki daya dukung dari ditambahkan dengan OPC atau disebut
lapisan tanah lunak. Di lapangan, mass hybrid dapat meningkatkan reaksi
stabilisation ini berdampak kecil pozzolanic. Pada penelitian ini dilakukan
dilingkungan dikarenakan tingkat getaran pencampuran geopolimer dalam tanah
dan kebisingan yang rendah selama gambut untuk menstabilkan tanah dan
stabilisasi. Bahan campuran dalam Unconfined Compressive Strength (UCS)
stabilisasi berupa semen, lime, abu terbang, pada umur 7 dan 28 hari diuji.
slag, dan lain-lain. semen sebagai bahan
aditif (mass stabilization) pada tanah 2. TINJAUAN PUSTAKA
gambut banyak digunakan dalam beberapa 2.1 Stabilisasi Tanah Gambut
penelitian di Indonesia (Damoerin & Tanah gambut atau yang lebih
Soepandji, 2011). Semen telah digunakan dikenal dengan nama Peat Soil adalah tanah
secara luas untuk meningkatkan sifat yang mempunyai kandungan organik cukup
rekayasa tanah gambut. Wong et al. (2008), tinggi dan pada umumnya terbentuk dari
Huat et al. (2005), dan Debouchi et al. campuran fragmen-fragmen material
(2009) melakukan pengujian UCS organik yang berasal dari tumbuh-
(Unconfined Compressive Strength) untuk tumbuhan yang telah berubah sifatnya
mendapatkan nilai kuat tekan tertinggi dari menjadi fosil. Menurut Van de Manne
menstabilkan tanah dengan beberapa (1982) menyatakan tanah gambut terbentuk
campuran dengan tanah asli. sebagai hasil proses penumpukan sisa
Geopolimer pertama kali tumbuhan rawa lainnya.
diperkenalkan oleh Davitdovits pada tahun Tanah gambut memiliki daya dukung
1970. Geopolimer dapat diartikan reaksi yang rendah yang perlu distabilkan agar
antara bahan alumina silikat dengan larutan memenuhi kriteria sifat-sifat tanah yang
alkaline untuk memperkuat ikatan kimia baik. Menurut Bowles (1991) menyatakan
(Duxson et al, 2006). Ada beberapa bahan beberapa tindakan yang dilakukan untuk
material yang digunakan pada geopolimer menstabilkan tanah adalah meningkatkan
yaitu metakaolin seperti abu terbang, kerapatan tanah, menambah material yang
bottom ash, slag, abu vulkanik, dan abu tidak aktif sehingga meningkatkan kohesi
sekam (Bakri & Lemougna, 2011 dan Papa, dan tahanan gesek yang timbul, menambah
2014). Abu terbang merupakan abu sisa bahan untuk menyebabkan perubahan–
pembakaran dari batu bara pada suatu perubahan kimiawi dan fisis pada tanah,
pabrik industri maupun pusat pembangkit menurunkan muka air tanah, mengganti
listrik tenaga uap. Dari beberapa penelitian tanah yang buruk.
abu terbang mulai banyak digunakan
sebagai stabilisasi tanah, bahan tambah atau 2.2 Bahan Stabilisasi Tanah Gambut
filler pada beton, pembuatan beton ringan,
dan grouting (Wardani, 2008). 2.2.1 Abu Terbang
Selama curing, geopolimer abu Abu terbang adalah abu hasil sisa
terbang tidak dapat mengeras dengan cepat pembakaran batu bara yang berupa butiran
tanpa suhu tinggi, maka perlu ada tambahan halus ringan, dan bersifat pozzolanik. Abu
yaitu dengan semen OPC (Askarian et al, terbang adalah abu yang dihasilkan dari
2018). Geopolimer abu terbang yang transformasi, pelelehan atau gasifikasi dari

JOM FTEKNIK 2
material anorganik yang terkandung dalam terutama dengan peningkatan kekuatan
batu bara (Molina dan Poole, 2004). pada tanah (Gunarso, 2017). Konsentrasi
Kandungan senyawa kimia dari abu terbang NaOH berpengaruh pada peningkatan
didapat dari ASTM C 618-05, untuk molaritas NaOH (Kamarudin et al, 2011
menentukan klasifikasi tipe abu terbang. dan Cattaneschu, 2012).

2.2.2 Ordinary Portland Cement (OPC) 2. Natrium Silikat (Na2SiO3)


Semen Portland adalah semen Sodium silikat adalah penamaan
hidrolis yang dihasilkan dengan cara umum dari senyawa dengan formula
menggiling terak semen portland terutama Na2O.nSiO3. Sodium silikat merupakan
yang berupa kalsium silikat yang bersifat sejumlah rasio yang memungkinkan untuk
hidrolis dan digiling bersama-sama dengan dapat digunakan pada berbagai jenis
bahan tambahan berupa satu atau lebih aplikasi dalam industri. Secara komersil
bentuk Kristal senyawa kalsium sulfat dan larutan sodium silikat memiliki rasio dari
boleh ditambah dengan bahan tambahan 1,60 sampai 2,85 (Shi et al, 2005). Dari
lain (SNI 15-2049-2004). Senyawa beberapa penelitian sodium silikat dan
Portland Tipe I digunakan untuk keperluan natrium hidroksida sebagai larutan alkali
kontruksi umum yang tidak memerlukan menghasilkan kekuatan yang optimum
persyaratan khusus yaitu tidak memerlukan dalam membentuk ikatan geopolimer
ketahanan sulfat, tidak memerlukan (Provis dan Deventer, 2014).
persyaratan panas hidrasi, dan tidak
memerlukan kekuatan awal yang tinggi.
3. METODOLOGI PENELITIAN
2.2.3 Larutan Alkali 3.1 Bahan Penelitian
Secara umum, larutan alkali yang 3.1.1 Tanah Gambut
digunakan dalam geopolimer adalah Tanah yang digunakan adalah tanah
kombinasi antara natrium hidroksida gambut yang berasal dari Kabupaten
(NaOH) dan sodium silikat (Na2SiO3). Kampar, dan merupakan contoh tanah
Beberapa penelitian geopolimer, terganggu (disturbeded sample). Tanah
menunjukkan bahwa penggunaan dikeringkan/dipanaskan di bawah terik
campuran NaOH dan sodium silikat sebagai matahari sampai mencapai kering udara,
larutan alkali aktivator menghasilkan setelah itu disaring menggunakan saringan
kekuatan yang terbaik dalam membentuk No. 4 (4,75 mm) dan diambil tanah yang
ikatan geopolimer (Provis & Deventer, lolos.
2014). Berikut penjelasan larutan alkali:
3.1.2 Abu Terbang
1. Natrium Hidroksida (NaOH) Abu terbang yang digunakan berasal
NaOH merupakan aktivator yang dari PT PLTU Ombilin, Padang. Sebelum
paling sering digunakan pada sintesis menggunakannya, abu terbang terlebih
geopolimer, selain harganya yang murah, dahulu dikeringkan dalam oven pada suhu
NaOH juga tersedia banyak dan memiliki 100oC sampai mencapai berat tetap,
kekentalan yang rendah (Provis, 2009). kemudian didinginkan dan diayak dengan
NaOH berpengaruh pada kuat tekan saringan No. 200 dalam kondisi kering.

JOM FTEKNIK 3
Variasi komposisi abu terbang yang Standar
No. Pengujian
digunakan adalah 50% dari berat Pengujian
keseluruhan bahan pengikat. Kandungan 6. Kadar organik ASTM D 2974
senyawa kimia abu terbang berdasarkan
ASTM C 618-05 dan diuji oleh PT. 3.3 Perencanaan Komposisi
Sucofindo, Pekanbaru. Campuran
Perencanaan campuran dilakukan
3.1.3 Ordinary Portland Cement (OPC) untuk menyiapkan sampel untuk menguji
OPC (tipe I) yang dipakai berasal dari Unconfined Compressive Strength (UCS)
PT Semen Padang. Seperti abu terbang, dengan umur 7 hari dan 28 hari.
komposisi semen yang dipakai bervariasi Perencanaan ini dibuat dari cetakan silinder
sebesar 50% dan 100% dari berat pipa PVC dengan diameter 5 cm dan tinggi
keseluruhan bahan pengikat yang 15 cm. Adapun variasi yang digunakan
digunakan. Pada penelitian ini, tidak dalam perencanaan ini sebagai berikut:
dilakukan pengujian khusus untuk
mengetahui karakteristik kimia maupun Tabel 2 Variabel Komposisi Campuran
fisik bahan semen. Karakteristik diambil Pengikat
dari data spesifikasi yang diberikan pabrik, Pengikat OPC Geopo
Nama Sampel
yang mengacu pada ASTM C 150-94. (kg/m3) (%) limer
(%)
3.1.4 Larutan Alkali Gambut 0 0 0
Larutan alkali aktivator yang
B200 200 50 50
digunakan terdiri dari larutan Sodium
(50OPC_50GP)
hidroksida (NaOH) dan larutan Sodium
silika (Na2SiO3). Konsentrasi NaOH yang B200 (100OPC) 200 100 0
digunakan adalah 10 M. Na2SiO3 yang
digunakan setengah dari NaOH
berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Dari Tabel 2 menunjukkan bahwa
Hamzah et al. (1978). variabel-variabel ini dari OPC dan
geopolimer. Bahan pengikat yaitu bahan
3.2 Pengujian Fisik Tanah Gambut dalam satuan berat volume, bahan pengikat
Pengujian fisik ini bertujuan ini berupa geopolimer dan OPC. Komposisi
menentukan karakteristik fisik suatu tanah. natrium hidroksida ditetapkan yaitu 8% dari
Berikut Tabel pengujian: berat volume. tanah gambut dan natrium
silikat setengah dari natrium hidroksida.
Tabel 1 Pengujian Fisik Tanah Gambut
Standar 3.4 Persiapan Sampel
No. Pengujian
Pengujian Pencampuran pada persiapan sampel
1. Kadar air ASTM D 2216 ini dilakukan seperti pada penelitian
2. Berat volume ASTM D 2167 sebelumnnya. Metode pemadatan sampel
3. Berat jenis ASTM D 854 ini berdasarkan panduan ALLU (2015)
4. Kadar serat ASTM D 1997 yang dikembangkan dari Finlandia, metode
5. Kadar abu ASTM D 2974 mass stabilization dimaksudkan untuk

JOM FTEKNIK 4
menyerupai kondisi lapangan. Persiapan 5. Setelah mencapai waktu pemeraman
sampel menggunakan cetakan silinder yang diinginkan, sampel tersebut
tabung dan beban pemberat seperti dikeluarkan, dipotong sesuai ukuran,
diperlihatkan pada Gambar 1. Prosedur ditimbang, dan dilakukan pengujian
pembuatan sampel dapat dijelaskan sebagai UCS.
berikut. 6. Kadar air sampel diperiksa setelah
1. Persiapan tabung silinder; bagian selesai uji UCS, pada bagian atas,
bawah pipa silinder diberi alas kain tengah dan bawah sampel.
yang dijepitkan pada tabung agar air
tetap dapat meresap demi menjaga
kadar air selama pemeraman.
2. Pencampuran tanah gambut dan
bahan pengikat; tanah gambut
disiapkan dalam kondisi kering
dengan takaran tertentu sesuai variasi
campuran. Variasi campuran yang
digunakan terdiri dari OPC dan
geopolimer dan menghasilkan pasta Gambar 1 Penyiapan Sampel
yang kemudian dicampurkan ke
tanah gambut. 3.5 Unconfined Compressive Strength
3. Campuran gambut dan bahan Alat UCS digunakan untuk
pengikat yang teraduk dengan merata mengetahui kuat tekan tanah, baik tanpa
dimasukan dalam sampel sampai atau setelah ditambah bahan stabilisasi.
ketinggian tertentu (sesuai kerapatan Hasil yang didapat adalah kuat tekan (qu).
yang diinginkan). Selama Pengujian UCS berdasarkan ASTM D 2166
memasukkan sampel, dilakukan dapat dilihat pada Gambar 2.
sejumlah tusukan menggunakan
spatula, 5 di tengah dan 10 di sisi
dinding silinder untuk meratakan dan
mengurangi rongga udara. Setelah itu
bagian atas sampel dalam silinder
diberi beban tetap. Beban tetap
silinder dengan ukuran diameter 5cm
dan tinggi 15 cm, menghasilkan
tekanan sebesar 9 kPa. Jika tanah
gambut memiliki berat isi 7,8 kN/m3,
hal ini mensimulasikan sampel
berada pada kedalaman sekitar 1,2 m.
4. Sampel yang distabilkan kemudian
ditempatkan dalam rak sampel. Gambar 2 Pengujian UCS
Bagian bawah wadah kemudian diisi
dengan air yang dijaga ketinggian
selama waktu pemeraman.

JOM FTEKNIK 5
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 4 Karakteristik Kimia Gambut
4.1 Hasil Pemeriksaan Karakteristik Parameter Hasil
Tanah Gambut H2O 3,50
Hasil pemeriksaan karakteristik tanah KCl 2,97
gambut terdiri dari fisk dan kimia. Berikut C-Organik (%) 44,41
hasil pemeriksaan tanah gambut: N-Total (%) 0,64
P2O5 (mg/100g) 40,44
4.1.1 Hasil Pemeriksaan Karakteristik K2O (mg/100g) 58,06
Fisik Tanah Gambut Ca (me/100g) 0,298
Hasil pemeriksaan karakteristik fisik K (me/100g) 0,018
pada gambut dapat dilihat pada Tabel Mg (me/100g) 0,095
berikut: Na (me/100g) 0,058
KTK (me/100g) 65,10
Tabel 3 Hasil Karakteristik Fisik Gambut Cu (Ppm) 5,13
Pengujian Nilai Fe (Ppm) 2340
Kadar air tanah asli (𝑤), % 308,8 Mn (Ppm) 7,30
Berat volume tanah (𝛾), kN/m 3
7,78 Zn (Ppm) 10,88
Berat volume kering (𝛾 max), H (me/100g) 6,00
1,94 Al (me/100g) 0,80
kN/m3
Berat jenis (Specific gravity) 1,21
Kadar Serat, % 4,54 Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan
Kadar Organik, % 95,4 pH gambut yang asam terkandung H2O
Kadar Abu, % 4,6 sebesar 3,50 dan KCl sebesar 2,97. Kadar
C-Organik pada gambut sebesar 44,41%,
hal ini menujukkan terjadinya mineralisasi
Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan
(oksidasi) bahan organik yang cukup lama
tanah gambut memiliki kadar air yang
tinggi yaitu 308,8%. Berat volume tanah akibat pengelolaan tanah di lapisan
gambut sebesar 7,78 kN/m3. Sedangkan tersebut, sehingga fraksi inorganik
meningkat (Johan, 2003). N-Total didapat
berat volume kering sebesar 1,94 kN/m3.
hasil yang rendah, yaitu 0,64%. Rendahnya
Nilai berat jenis dari tanah gambut sebesar
1,21. Secara kimia, tanah gambut tersebut nilai N-Total menunjukkan turunnya
memiliki kadar serat sebesar 4,54% (Sapric korelasi tingkat dekomposisi pada tanah
gambut (Andriesse, 1988). Menurut Johan
<33%) dan kadar organik gambut yang
(2003) menyatakan Nilai Fe yang besar
tinggi sebesar 95,4% serta kadar abu 4,6%
(Low Ash <5%). pada tanah gambut banyak mengandung
unsur mikro. Hal ini ditunjukkan oleh
Stevenson (1982) mengemukakan bahwa
4.1.2 Hasil Pemeriksaan Karakteristik
masing-masing kation memiliki konstanta
Kimia Tanah Gambut
Hasil pemeriksaan karakteristik kestabilan yang berbeda-beda.
kimia pada gambut dapat dilihat pada Tabel
berikut:

JOM FTEKNIK 6
4.2 Hasil Pemeriksaan Karakteristik
Abu Terbang 150 Gambut
Hasil pemeriksaan abu terbang B200 (50OPC_50GP)
terdapat pada Tabel berikut:

TEGANGAN (KPA)
B200 (100OPC)
100

Tabel 5 Karakteristik Abu Terbang


Parameter Hasil 50
Moisture Content, % 0,25
Loss On Ignition (Lol), % 18,89 0
Silicone Dioxide (SiO3), % 59,25 0 0.025 0.05 0.075 0.1
REGANGAN
Aluminium Trioxide (Al2O3), % 29,25
Gambar 3 Hasil Rata-rata Kuat Tekan
Iron Trioxide (Fe2O3), % 5,45
Umur 7 Hari
Titanium Dioxide (TiO2), % 0,83
Calcium Oxide (CaO), % 1,54
Berdasarkan Gambar 3 menunjukkan
Magnesium Oxide (MgO), % 0,31
stabilisasi tanah gambut menggunakan
Potassium Oxide (K2O), % 2,23
geopolimer hybrid dan OPC dengan bahan
Sodium Oxide (Na2O), % 0,68
pengikat 200 kg/m3 berumur 7 hari dapat
Phosphorus Pentoxide (P2O5), % 0,04
meningkatkan nilai kuat tekan dari tanah
Sulphur Trioxide (SO3), % 0,29
gambut. Akan tetapi, B200 (100OPC)
Manganese Dioxide (MnO2), % 0,01
mendapatkan nilai kuat tekan tertinggi
sebesar 116,0 kPa. OPC lebih tinggi
Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan
daripada geopolimer, hal ini dikarenakan
bahwa abu terbang terkandung kadar SiO2
reaksi pozzolan yang terkandung didalam
(silika) + Al2O3 (alumina) + Fe2O lebih dari
abu terbang dengan Ca(OH)2 dalam proses
70%. Sedangkan, kadar SO3 yaitu kurang
pembentukan kalsium silikat hidrat (C-S-
dari 5%. Hal ini menyatakan bahwa abu
H) berlangsung lama sehingga
terbang yang berasal dari PT PLTU
menyebabkan kuat tekan pada geopolimer
Ombilin Padang adalah kelas F berdasarkan
hybrid rendah dibandingkan dengan 100%
ASTM C 618-05. Abu terbang tipe F tidak
OPC. Tingginya kuat tekan 100% OPC
kuat dalam mengikat campuran, hal ini
dibandingkan oleh campuran geopolimer
dikarenakan kalsium oksida kecil dari 10%.
hybrid disebabkan oleh jenis butiran dan
kandungan karbon pada abu terbang.
4.3 Hasil Pengujian Kuat Tekan
Semakin halus butiran dan semakin rendah
4.3.1 Hasil Umur 7 Hari
kandungan karbon pada abu terbang maka
Pengujian kuat tekan tanah untuk
semakin besar reaksi pozzolan dan dapat
membandingkan campuran dari geopolimer
meningkatkan kekuatan (Wesche, 1991).
hybrid dengan pengikat 200 Kg/m3 dan
Perbedaan nilai kuat tekan tertinggi, yaitu
tanah gambut murni dengan perawatan 7
OPC dengan gambut sebesar 740,6%, hal
hari dapat dilihat pada Gambar 3.
ini diungkapkan oleh Adhi dan Suhardjo
(1976) mengemukakan bahwa ciri-ciri
tanah gambut mudah dihancurkan
dikarenakan bahan organik yang

JOM FTEKNIK 7
terdekomposisi sebagian bersifat koloidal
dan mempunyai kohesi rendah, tanah 5 Kesimpulan dan Saran
gambut memiliki daya tahan yang rendah 5.1 Kesimpulan
sehingga bangunan cendrung mudah Kesimpulan yang didapat dari
menurun. penelitian ini yaitu:
1. Tanah gambut mudah runtuh
4.3.2 Hasil Umur 28 Hari menghasilkan nilai kuat tekan yang
Pengujian kuat tekan tanah untuk rendah. Nilai kuat tekan pada gambut
membandingkan campuran dari geopolimer dengan perawatan 28 hari lebih tinggi
hybrid dengan pengikat 200 Kg/m3 dan dari pada perawatan 7 hari,
tanah gambut murni dengan perawatan 28 peningkataan nilai kuat tekan gambut
hari dapat dilihat pada Gambar 4. 7 hari ke 28 hari sebesar 18%.
2. Nilai kuat tekan dari campuran
Gambut
B200 (50OPC_50GP) geopolimer hybrid lebih tinggi dari
100 B200 (100OPC) pada gambut dikarenakan reaksi
pozzolan yang tinggi.
TEGANGAN (KPA)

75 3. Stabilisasi geopolimer hybrid


cendrung mengalami peningkatan
50
dari nilai kuat tekan umur 7 hari ke 28
25 hari. Hal ini dikarenakan pengaruh
bahan geopolimer yang memiliki
0 silika yang tinggi dapat menahan sifat
0 0.025 0.05 0.075 0.1
REGANGAN organik yang tinggi dari gambut dan
Gambar 4 Hasil Rata-rata Kuat Tekan OPC dapat mempercepat pengerasan
Umur 28 Hari dari silika yang tinggi.

Berdasarkan Gambar 4 menunjukkan 5.2 Saran


stabilisasi tanah gambut menggunakan Berdasarkan penelitian yang saya
geopolimer hybrid dan OPC dengan bahan lakukan dapat dikemukakan saran sebagai
pengikat 200 kg/m3 berumur 28 hari. Nilai berikut.
kuat tekan yang tertinggi adalah dengan 1. Mengkaji lebih hati-hati dalam
B200 (50OPC_50GP) sebesar 91,5 kPa. penyiapan sampel menggunakan
Kenaikan dari nilai kuat tekan geopolimer metode mass stabilisation
hybrid cendrung stabil. Penelitian 2. Meninjau lebih lanjut mengenai
Kazemian et al. (2011) menunjukkan Geopolimer Hybrid sehingga
Kekuatan tekan dari tanah stabil secara diketahui reaksi kimia yang terjadi.
bertahap meningkat seiring waktu terutama 3. Mengkaji penelitian selanjutnya
karena reaksi pozzolan. Perbedaan nilai dengan menggunakan variasi kadar
kuat tekan tertinggi, yaitu geopolimer semen, kadar abu terbang, NaOH, dan
hybrid dengan gambut sebesar 464,8%. Na2SiO3 dalam meningkatkan
Kenaikan juga terjadi pada gambut dari 7 kekuatan tanah dengan komposisi
hari sebesar 18%, hal ini pengaruh dari campuran yang lebih optimal
pengurangan kadar air dari sampel.

JOM FTEKNIK 8
4. Meneliti lebih lanjut untuk pengaruh Alkaline Cements and Concretes.
dari perawatan dan pembebanan. pp.131-149.
Deboucha S., Hashim R., & Alwi A.
(2008). Engineering Properties of
6. DAFTAR PUSTAKA
Stabilized Tropical Peat Soils.
Askarian, M., Tao, Z., Adam, G., &
University of Malaya, Malaysia and
Samali, B. (2008). Mechanic
Universitas Tanjungpura, Indonesia.
Properties of Ambient Cured One-
Gunarso, Andreas et. al. (2017). Stabilisasi
part Hybrid OPC-geopolimer
Tanah Lempung Ekspansif Dengan
Concrete. Construction and Building
Campuran Larutan NaOH 7,5%.
Materials. 186 : 330-337
Universitas Diponegoro, Indonesia
ASTM C 618 – 05. (2000). Standard
Hamzah et al.. (1978). Study on Solid to
Specification for Coal Fly Ash and
Liquid Ratios on Geopolymerization
Raw or Calcined Natural Pozzolan
Method for Soil Stabilization
for Use as a Mineral Admixture in
Technique-annotated. Center of
Concrete 1 (Vol. 04).
Excellence Geopolymer and Sing
ASTM D 1997-91. (1996). Standard Test
Wong Leong et al. 2009. A Review on
Methods for Laboratory
Experimental Investigations of Peat
Determination of the Fiber Content of
Stabilization. Department of Civil
Peat Samples by Dry Mas. Annual
Engineering, Faculty of Engineering,
Book of ASTM Standards
University of Malaya, Kuala Lumpur,
ASTM D 2167-94. (1994). Standard Test
Malaysia
Methods for Density and Unit Weight
Huat, B.B.K., Kazemian, S., Kuang, W.L.
of Soil in Place by the Rubber Ballon
(2011). Effect of Cement Sodium
Method. Annual Book of ASTM
Silicate Grout and Kaolinite On
Standards
Undrained Shear Strength Of
ASTM D 2216-10. (1999). Standard Test
Reinforced Peat. EJGE : 16 : 1221-
Methods for Laboratory
1228
Determination of Water (Moisture)
Kazemian, S. (2015). Effect of Different
Content of Soil and Rock by Mass.
Binder On Settlement of Fibrous
Annual Book of ASTM Standards
Peat. Soil Mechanics and Foundation
ASTM D 2947-87. (1993). Standard Test
Engineering. 52 : 9-14
Methods for Moisture, Ash, and
Kalantari B., Huat B.B. K. (2008). Peat Soil
Organic Matter of Peat and Other
Stabilization, using Ordinary
Organic Soils. Annual Book of ASTM
Portland Cement, Polypropylene
Standards
Fibers, and Air Curing Technique.,
ASTM D 854-14. (2002). Standard Test
University of Putra Malaysia.
Methods for Specific Gravity of Soil
Muhardi, Syawal S. Karakteristik Kimia,
Solids by Water Pycnometer. Annual
Fisik dan Mekanik Abu Batu Bara
Book of ASTM Standards
(Abu Terbang dan Abu
Davidovits, Joseph. (1994). Properties of
Dasar).Universitas Riau
geopolimer cements. Procceedings
Sing, W.L., Hashim, R., Ali, F.H. (2009). A
First International Conference on
Review on Experimental

JOM FTEKNIK 9
Investigations of Peat Stabilization.
Australia Journal of Basic and
Applied Sciences. 3 : 3537
Toni, Afriwan. (2017). Stabilisasi Tanah
Gambut Dengan Kapur Dan Abu
Terbang Untuk Mengurangi
Kebakaran Lahan, Tugas Akhir,
Jurusan Teknik Sipil, Universitas
Riau, Pekanbaru.
Wahyunto. (2005). Pemanfaatan Lahan
Gambut Secara Bijaksana Untuk
Manfaat Berkelanjutan. Prosiding
Lokakarya. Indonesia Programe.
Bogor
Zhang, M., Guo, H., El-Korchi, T., Zhang,
G., Tao, M. (2013). Experimental
Feasibility Study of Geopolimer as
The Next Generation Soil Stabilizer
Construction and Building Materials.
47 : 1468-14.

JOM FTEKNIK 10

You might also like