Motivasi Berhenti Merokok Pada Perokok Dewasa Muda Berdasarkan Transtheoretical Model (TTM)

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia Vol. 5 No.

2 Desember 2018 85

Motivasi Berhenti Merokok pada Perokok Dewasa Muda Berdasarkan Transtheoretical Model (TTM)

Esti Rossa Larasati, Wita Saraswati, Henny Utami Setiawan, Silda Sabila Rahma, Agustina Gianina, Cindy Alicia
Estherline, Fitri Nurmalasari, Nauri Nabiela Annisa, Indah Septiani, Gesnita Nugraheni*

Program Studi Pendidikan Apoteker, Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga, Surabaya

*Corresponding author: [email protected]

Abstract
Background: Smoking is known as one of risk factors contributes to many diseases and mortality. Nevertheless,
there is increase of the prevalence of young age smokers. Intervention to quit smoking is important to be
conducted effectively. The intervention design of smoking cessation could be interfered by the intensity of
motivation to quit smoking. Objectives: The study aimed to to identify the motivation to quit smoking based on
the Transtheoretical Models (TTM), to determine the relationship of demography factors and knowledge related
to motivation to quit smoking, and to see factors that distinguished motivation to quit smoking. Methods: This
research was conducted around Universitas Airlangga Campus B on September 2018 using a survey method, a
cross-sectional study design with an accidental sampling. Results: Participants in this study were smokers aged
17 - 25 years (n = 162). The result shows that the most motivation stage found was contemplation (38% or 62
respondents). Contemplation is the stage where smokers already have the desire to quit smoking in the next 6
months, so still has a tendency to not quit smoking. The demographics profiles as student income, number of
smoker friends who smoke, the existence of smokers around their housing area, did not significantly influence the
motivation stage to quit smoking. Knowledge and smoking intensity had a significant effect on the motivation to
quit smoking. There was a correlation between the amount of budgeting on smoking and the number of cigarettes
per day with the motivation to quit smoking (p = 0.000). Conclusion: Health promotion focusing on quit
smoking on young adults is urgent to be conducted. Intervention that can be done for smokers at the
contemplation stage is giving information about the dangers of smoking and information about NRT (Nicotine
Replacement Therapy).

Keywords: smoker, motivation, TTM, quit smoking

Abstrak
Pendahuluan: Merokok telah diketahui menjadi faktor resiko banyak penyakit dan kematian. Meskipun
demikian, terdapat peningkatan prevalensi perokok berusia muda. Intervensi untuk meningkatkan angka berhenti
merokok diharapkan efektif dilakukan. Desain intervensi tersebut dapat dipengaruhi oleh seberapa tinggi
motivasi berhenti merokok. Tujuan: Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi motivasi
seseorang untuk berhenti merokok berdasarkan Transtheoretical Model (TTM), untuk menentukan hubungan
faktor demografi dan pengetahuan rokok terhadap motivasi berhenti merokok, dan menemukan faktor-faktor
yang membedakan motivasi untuk berhenti merokok. Metode: Penelitian ini dilakukan di sekitar kampus B
Universitas Airlangga pada September 2018 menggunakan metode survei, rancangan studi cross-sectional
dengan teknik accidental sampling. Responden dalam penelitian ini merupakan perokok berusia 17 - 25 tahun (n
= 162). Hasil: Dari hasil analisis data diperoleh bahwa tingkat motivasi tertinggi terdapat pada tahap kontemplasi
yaitu sebanyak 38,9% (62 responden). Tahap kontemplasi adalah tahap dimana seseorang masih berstatus
sebagai perokok aktif, tetapi sudah berkeinginan untuk berhenti merokok dalam 6 bulan ke depan, sehingga
masih memiliki kecenderungan untuk membatalkan keinginan berhenti merokok. Profil demografi, seperti uang
saku, jumlah teman merokok dan keberadaan perokok di rumah responden tidak berpengaruh signifikan terhadap
tingkat motivasi berhenti merokok. Pengetahuan dan intensitas merokok berpengaruh signifikan terhadap
motivasi berhenti merokok. Terdapat korelasi antara pengeluaran untuk merokok dan jumlah batang rokok per
hari dengan motivasi berhenti merokok (p = 0,000). Kesimpulan: Promosi kesehatan terkait berhenti merokok

P-ISSN: 2406-9388
E-ISSN: 2580-8303
Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia Vol. 5 No. 2 Desember 2018 86

yang berfokus di kalangan remaja sangat perlu dilakukan. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perokok pada
tahap kontemplasi adalah mengadakan penyuluhan tentang bahaya merokok dan pemberian informasi adanya
NRT (Nicotine Replacement Therapy).

Kata kunci: perokok, motivasi, transtheoretical model (TTM), berhenti merokok

PENDAHULUAN Indonesia adalah perlu dilakukan promosi kesehatan


Rokok mengandung lebih dari 7000 zat kimia mengenai perilaku dan metode berhenti merokok.
toksik dan mengiritasi (CDC, 2018). Terdapat Perilaku berhenti merokok dapat dipengaruhi oleh
setidaknya 250 senyawa berbahaya termasuk senyawa beberapa faktor. Dari penelitian Ardita (2016),
hidrogen sianida, karbon monoksida, dan amonia. dinyatakan bahwa beberapa faktor yang menyebabkan
Rokok juga mengandung nikotin yang dapat perokok berhenti merokok, yaitu adanya dorongan atau
menimbulkan adiksi pada perokok, serta zat dukungan sosial dari orang terdekat (orang tua, teman
karsinogenik seperti tar (Hatsukami dkk., 2008). Data sebaya, kepribadian, dan media informasi yang
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), ada mengiklankan tentang rokok); kontrol diri; tingkat
peningkatan prevalensi perokok usia lebih dari 15 ekonomi/pekerjaan yang dimiliki dan; kesadaran
tahun, yaitu 27% (Kementerian Kesehatan RI, 2015). terhadap pentingnya kesehatan dan bahaya merokok
Pada tahun 2015, sekitar 72 juta dari 184 juta populasi terhadap diri sendiri serta lingkungannya.
dengan usia lebih dari 15 tahun merupakan perokok Salah satu metode yang dapat memudahkan
(WHO, 2015). Usia rata-rata mulai merokok setiap hari seseorang berhenti merokok adalah menjalani terapi
adalah 17,6 tahun (WHO, 2018). farmakologi, yaitu dengan terapi pengganti nikotin atau
Rokok membunuh sekitar 225.720 orang per tahun Nicotine Replacement Therapy (NRT). Prinsip dasar
atau sekitar 14,7% dari angka kematian total. Sebagian NRT adalah dengan menggantikan nikotin dalam tubuh
besar kasus kematian perokok disebabkan oleh dengan selain rokok, sehingga dapat mengurangi
beberapa penyakit akibat rokok, seperti penyakit gejala–gejala berhenti merokok, seperti depresi, mudah
kardiovaskular sebesar 65%, penyakit menular pada marah, cemas, sakit kepala dan perubahan nafsu makan
ibu dan bayi baru lahir serta penyakit nutrisi atau (WHO, 2016). NRT tersedia dalam beberapa bentuk
Communicable, Maternal, Neonatal, and Nutritional sediaan, yaitu nikotin transdermal, permen karet, tablet
Diseases (CMNND) sebesar 11%, dan penyakit saluran hisap, tablet sublingual, inhaler, dan obat semprot
pernafasan kronis atau Chronic Respiratory Diseases nasal (Rau, 2002).
(CRD) sebesar 9%, kanker 5%, dan lainnya 10% Sebelumnya, terdapat penelitian Sieminska dkk.
(WHO, 2018). (2008) terkait motivasi dan metode untuk berhenti
Perokok berisiko terkena kanker paru sepuluh kali merokok. Dari penelitian tersebut, diperoleh bahwa
lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak motivasi terbesar untuk berhenti merokok adalah dari
merokok karena terlalu banyak terpapar senyawa adanya kesadaran tentang kesehatan yaitu sebesar 57%.
karsinogenik (Jacob dkk., 2014; Helen dkk., 2015). Penelitian mengenai motivasi dan metode untuk
Sekitar 80% sampai 90% penderita kanker paru di berhenti merokok tersebut didasari oleh konsep
Amerika Serikat disebabkan oleh merokok. Perokok Transtheoretical Model (TTM) yang dikembangkan
juga memiliki 30 - 40% risiko lebih tinggi terkena oleh Prochaska & Diclemente (1984). Terdapat 5
diabetes. Prevalensi katarak di kalangan perokok tahapan TTM, yaitu pre-contemplation (tidak berpikir
ditemukan sebesar 52,60%. Pengguna tembakau dalam untuk berhenti merokok), contemplation (berpikir
bentuk apapun ditemukan memiliki prevalensi katarak untuk berhenti merokok dalam 6 bulan kedepan),
lebih tinggi sebesar 67,57% (Raju dkk., 2006). preparation (berpikir untuk berhenti merokok dalam
Menurut World Health Organization (WHO), di 30 hari kedepan), action (sudah berhenti merokok
Indonesia prevalensi perokok berusia 15 - 24 tahun dalam 6 bulan), dan maintenance (sudah berhenti
memiliki tren yang meningkat. Pada tahun 2000 merokok lebih dari 6 bulan) (Diclemente dkk., 1991).
prevalensi perokok pada usia tersebut sebesar 23,5%, Pada penelitian Etter & Sutton (2002) juga digunakan
pada tahun 2010 meningkat menjadi 28% dan proyeksi konsep TTM dan hasilnya banyak responden yang
pada tahun 2025 akan menjadi 38,8% (WHO, 2015). berada pada tahap contemplation.
Salah satu upaya untuk menekan angka perokok di

P-ISSN: 2406-9388
E-ISSN: 2580-8303
Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia Vol. 5 No. 2 Desember 2018 87

Selain penelitian-penelitian tersebut, terdapat terkait merokok, meliputi jumlah teman yang merokok
beberapa jurnal dari berbagai negara yang juga (sedikit/beberapa/banyak), keberadaan perokok di
menggunakan TTM. Sarbandi dkk. (2013) melakukan tempat tinggal responden (ada/tidak), frekuensi
penelitian menggunakan kuesioner transtheoretical merokok (setiap hari/beberapa hari dalam seminggu/
model (TTM) untuk meneliti keinginan berhenti pada saat tertentu), rata-rata jumlah rokok per hari dan
merokok berdasarkan sifat psikometrik di Iran. pengeluaran untuk merokok dalam sehari (total uang
Robinson & Vail (2012) juga melakukan tinjauan yang dikeluarkan untuk membeli rokok). Bagian B
integratif terhadap penghentian merokok pada remaja berisi tentang pengetahuan perokok, untuk menguji
menggunakan Transtheoretical Model, serta di Turkey, pemahaman responden mengenai bahaya yang
Güngörmüs & Erci (2012) mengevaluasi efek dari ditimbulkan dari merokok. Tingkat pengetahuan
pengajaran berbasis TTM kepada anak SMA untuk responden dinilai dengan rentang total skor 1 - 10.
berhenti merokok. Diperoleh hasil bahwa pelatihan Bagian C berisi pertanyaan yang mengacu pada kondisi
pada program berhenti merokok efektif dalam motivasi berhenti merokok responden.
mengubah perilaku merokok. Analisis data
Penelitian ini menggunakan konsep TTM Analisis data deskriptif dengan menyajikan
(Transtheoretical Model) dengan tujuan mengetahui frekuensi dan persentase setiap tingkatan motivasi
hubungan antara profil demografi dan tingkat berdasarkan TTM, dilakukan menggunakan software
pengetahuan tentang bahaya merokok pada perokok IBM Statistical Product and Services Solution (SPSS)
aktif di kalangan mahasiswa Kampus B Universitas versi 21.
Airlangga terhadap tahapan motivasi berhenti merokok
yang nantinya dapat dijadikan pertimbangan dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
menentukan strategi promosi kesehatan untuk berhenti Response rate (RR) sebesar 97% dari total 167
merokok. calon responden. Karakteristik populasi sasaran
ditunjukkan pada Tabel 1. Sejumlah 88,9% responden
METODE masih berstatus sebagai perokok aktif. Sebagian besar
Desain penelitian dan teknik sampling dari responden memiliki banyak teman perokok
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan (92,6%) dan persentase keberadaan perokok di tempat
studi cross sectional. Pengambilan data dilakukan tinggal responden sebesar 77,2%, serta motivasi
dengan survei dan instrumen berupa kuesioner. Survei berhenti merokok dengan persentase tertinggi yaitu
dilaksanakan di Kampus B Universitas Airlangga pada pada tahap kontemplasi sebanyak 62 responden
tanggal September 2018. Teknik sampling yang (38,9%).
digunakan adalah accidental sampling yaitu responden Profil pengetahuan responden tentang bahaya
terpilih adalah responden yang ditemui dan memenuhi merokok ditunjukkan pada Tabel 2. Dari data tersebut,
kriteria inklusi. Berdasarkan tingkatan motivasi untuk diperoleh rata-rata skor responden sebesar 5,95.
berhenti merokok, responden digolongkan menjadi 5, Diantara seluruh pertanyaan yang diajukan, sebagian
yaitu (1) Pre-contemplation, (2) Contemplation, (3) besar responden mengetahui bahwa merokok dapat
Preparation, (4) Action, dan (5) Maintenance. menyebabkan penyakit jantung dan kanker. Selain itu,
Kriteria inklusi mereka juga mengetahui bahwa rokok mengandung zat
Kriteria inklusi yang ditetapkan adalah yang berbahaya yaitu nikotin dan tar. Sekitar 50%
mahasiswa di Kampus B Universitas Airlangga usia 17 responden telah menyadari bahwa perokok pasif
- 25 tahun, perokok dan bersedia menjadi responden memiliki risiko yang lebih besar daripada perokok
dengan mengisi lembar penjelasan dan persetujuan. aktif.
Instrumen dan skoring Pengaruh antara profil demografi dan pengetahuan
Instrumen penelitian berupa kuesioner yang responden terkait bahaya merokok terhadap motivasi
merupakan modifikasi kuesioner mengenai penilaian berhenti merokok ditunjukkan pada Tabel 3. Dari hasil
tahapan perubahan untuk berhenti merokok oleh analisa data demografi responden, variabel uang saku
Velicer dkk. (1999). Kuesioner terdiri dari 3 bagian bulanan (p = 0,416) yang dianalisis dengan uji beda
pertanyaan. Bagian A berisi tentang kondisi yang Kruskal-Wallis, serta variabel jumlah teman yang
menyebabkan responden menjadi perokok yaitu: (1) merokok (p = 0,734) dan keberadaan perokok di
Demografi, meliputi usia, jenis kelamin, asal fakultas, tempat tinggal responden (p = 0,506) yang dianalisis
asal daerah, jumlah uang saku dalam sebulan; (2) Profil dengan uji beda Chi Square menunjukkan bahwa

P-ISSN: 2406-9388
E-ISSN: 2580-8303
Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia Vol. 5 No. 2 Desember 2018 88

jumlah responden pada ketiga variabel tersebut tidak umum yang tinggal di Wilayah Ontario Timur berikut:
jauh berbeda di antara tiap tingkatan motivasi berhenti Prince Edward, Hastings, Lennox and Addington, and
merokok, sehingga variabel tersebut tidak berpengaruh Frontenac. Diperoleh hasil motivasi berhenti merokok
signifikan terhadap tingkat motivasi berhenti merokok. tertinggi pada tahap kontemplasi, yaitu sebesar 68%
Pada penelitian ini diperoleh bahwa semakin (Pickett & Bains, 1998). Serupa dengan penelitian
rendah pengeluaran seseorang untuk merokok dan tersebut, dari hasil survei ini diperoleh persentase
semakin sedikit jumlah pemakaian rokok per hari, tertinggi motivasi berhenti merokok pada tahap
maka semakin tinggi motivasi berhenti merokok. Hal kontemplasi, yaitu sebesar 38,9%. Responden yang
ini dapat dilihat dari hasil analisis dengan uji korelasi berada di tahap ini masih berstatus sebagai perokok
Spearman yang menunjukkan adanya korelasi rendah aktif, tetapi sudah ingin berhenti merokok dalam 6
dan bermakna antara pengeluaran untuk merokok bulan ke depan, sehingga masih memiliki
dengan motivasi berhenti merokok r (162) = -0,339, kecenderungan untuk membatalkan keinginan mereka
p = 0,000, serta korelasi sedang dan bermakna antara berhenti merokok. Padahal mereka masih berpeluang
jumlah batang rokok per hari dengan motivasi berhenti untuk menderita penyakit akibat merokok (Pickett &
merokok r (162) = -0,477, p = 0,000. Bains, 1998).
Berdasarkan hasil analisis dengan uji beda Chi Terdapat beberapa strategi yang dapat dilakukan
Square, pada variabel intensitas merokok, terdapat dalam promosi kesehatan, yaitu strategi stages based
perbedaan jumlah responden yang bermakna pada tiap intervention dan strategi non stages based intervention.
tingkat motivasi berhenti merokok dan dari hasil uji Strategi stages based intervention lebih berpengaruh
korelasi Spearman menunjukkan bahwa intensitas daripada menggunakan strategi non stages based
merokok berpengaruh secara signifikan terhadap intervention (Cahil dkk., 2010). Strategi promosi
motivasi berhenti merokok (p = 0,000), artinya kesehatan yang dapat digunakan untuk perokok pada
semakin rendah intensitas merokok maka semakin tahap pra-kontemplasi dan kontemplasi adalah dengan
tinggi motivasi untuk berhenti merokok, sedangkan mengedukasi bahaya merokok, pertimbangan biaya
pengetahuan terkait bahaya merokok tidak berpengaruh yang dikeluarkan untuk rokok, dan manfaat dari
secara signifikan (p = 0,085) terhadap motivasi berhenti merokok. Perokok yang berada pada tahap
berhenti merokok dengan 5 kategori. Hal ini persiapan dapat difasilitasi dengan cara meningkatkan
dimungkinkan karena jumlah kategori terlalu banyak pemahaman mengenai keuntungan dari berhenti
dan jumlah sampel tidak mencukupi, sehingga merokok, mengedukasi tentang adanya NRT, petunjuk
dilakukan penyederhanaan pada kategori motivasi untuk berhenti (booklet, aplikasi HP), menetapkan
berhenti merokok menjadi 3 kategori sebagai berikut: jadwal untuk berhenti merokok. Bagi perokok pada
(1) Pre-contemplation, (2) Contemplation dan tahap aksi, maka sebaiknya menghindari perokok lain,
preparation, (3) Action dan maintenance. Diperoleh meminta dukungan dari orang sekitar, mengetahui efek
hasil skor pengetahuan berpengaruh secara signifikan yang terjadi saat berhenti merokok dan cara
terhadap motivasi berhenti merokok (p = 0,021). Hal mengatasinya, serta menyibukkan diri. Untuk tahap
ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi pengetahuan pemeliharaan, maka harus mengontrol diri agar tidak
perokok terkait bahaya merokok maka semakin tinggi merokok dan hidup bebas rokok (Canadian Cancer
pula motivasi nya untuk berhenti merokok. Oleh Society, 2013).
karena itu, salah satu upaya meningkatkan motivasi Peran yang dapat dilakukan oleh apoteker adalah
berhenti merokok dapat dilakukan dengan mengadakan program promosi kesehatan. Program
meningkatkan pengetahuan perokok tentang bahaya promosi kesehatan yang sesuai dengan responden pada
merokok serta cara berhenti merokok melalui kegiatan tahap kontemplasi adalah mengadakan penyuluhan
promosi kesehatan. tentang bahaya merokok dan pemberian informasi
Promosi kesehatan ini memerlukan strategi yang mengenai adanya NRT. Diharapkan setelah mengikuti
sesuai dengan kondisi populasi sasaran yang penyuluhan, perokok pada tahap ini semakin bertekad
didasarkan pada motivasi berhenti merokok. Terdapat untuk berhenti merokok. Selain itu, untuk membantu
penelitian serupa di Ontario bagian Timur, Kanada, para perokok berhenti merokok, apoteker dapat
yang menggunakan studi cohort dengan jumlah 760 menjelaskan cara-cara berhenti merokok dan memberi
responden. Kriteria inklusi dalam studi tersebut adalah solusi jika perokok mengalami kesulitan berhenti
perokok dewasa (minimal 18 tahun) dari masyarakat merokok.

P-ISSN: 2406-9388
E-ISSN: 2580-8303
Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia Vol. 5 No. 2 Desember 2018 89

Tabel 1. Profil demografi responden


Variabel n (%) Variabel n (%)
Jenis Kelamin Keberadaan Perokok di Tempat Tinggal
Laki-laki 158 (97,5%) Ya 125 (77,2%)
Usia Intensitas Merokok
Rata-rata = 21 ± 1,95 Setiap hari 96 (59,3%)
Beberapa hari dalam seminggu 24 (14,8%)
Pada saat tertentu 42 (25,9%)
Uang saku Status Merokok
< 1 juta/bulan 62 (38,3%) Ya 144 (88,9%)
1 juta - 2 juta/bulan 81 (50,0%) Pernah ( stop ≤ 6 bulan) 11 (6,8%)
2 juta - 5 juta/bulan 19 (17,7%) Pernah (stop > 6 bulan) 7 (4,3%)
Pengeluaran untuk merokok Pengetahuan (nilai maksimal = 10)
≤ Rp10.000 60 (37,0%) Rata-rata 6 ± 1,45
Rp. 11.000 - Rp20.000 66 (40,7%)
Rp. 21.000 - Rp30.000 17 (10,5%) Jumlah Teman Perokok
Rp. 31.000 - Rp40.000 5 (3,1%) 150(92,6%)
Banyak
Rp. 41.000 - Rp50.000 10 (6,2%) 11(6,8%)
Beberapa
> Rp. 50.000 4 (2,5%) 1(2,6%)
Sedikit
Jumlah rokok per hari Motivasi Berhenti Merokok*
≤ 10 101 (62,3%) Pre-Contemplation 46 (28,4%)
11 - 20 48 (29,6%) Contemplation 63 (38,9%)
21 - 30 9 (5,6%) Preparation 41 (25,3%)
31 - 40 3 (1,8%) Action 6 (3,2%)
> 40 1 (0,6%) Maintenance 6 (3,2%)
* Pengelompokkan berdasarkan jawaban responden terkait rencana berhenti merokok
Pre-Contemplation : Tidak berencana untuk berhenti merokok
Contemplation : Berencana untuk berhenti merokok dalam 6 bulan ke depan
Preparation : Berencana untuk berhenti merokok dalam 30 hari ke depan
Action : Sudah berhenti merokok dalam kurun waktu 6 bulan
Maintenance : Sudah berhenti merokok lebih dari 6 bulan

P-ISSN: 2406-9388
E-ISSN: 2580-8303
Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia Vol. 5 No. 2 Desember 2018 90

Tabel 2. Profil pengetahuan tentang bahaya merokok dan smoking cessation


Jawaban
Pernyataan
Salah
Rokok dapat menyebabkan penyakit jantung 26 (16,04%)
Rokok dapat menyebabkan penyakit Diabetes Melitus 102 (62,96%)
Rokok dapat menyebabkan penyakit kanker 20 (12,35%)
Kebiasaan merokok mempunyai faktor risiko terhadap
96 (59,25%)
penyakit katarak
Perokok pasif adalah orang yang tidak merokok, tetapi
menghirup asap rokok dari orang yang merokok di 13 (8,02%)
sekitarnya.
Jawaban
Pernyataan
Salah
Perokok aktif memiliki risiko penyakit lebih besar
80 (49,38%)
daripada perokok pasif
Zat yang terkandung dalam rokok salah satunya adalah
6 (3,71%)
nikotin dan tar
Nikotin adalah zat yang menyebabkan kanker
119 (73,46%)
(karsinogenik)
Tar adalah zat bersifat adiktif yang dapat menyebabkan
116 (71,61%)
ketergantungan
Terdapat terapi pengganti nikotin dalam bentuk patch
78 (48,15%)
(koyo)
Keterangan: Benar = sesuai kunci jawaban; salah = tidak sesuai kunci jawaban

Tabel 3. Analisis hubungan variabel dengan motivasi berhenti merokok


Motivasi Berhenti Merokok
Variabel
PC C+P A+M P r
PC C P A M
Uang Saku 1-2 1-2 1-2 1-2 <1
0,416(1) -
juta/bln juta/bln juta/bln juta/bln juta/bln
Pengeluaran
20.000 16.500 15.000 7.500 0 0,000*(1) -0,339
untuk Merokok
Jumlah Batang
12 8 5 1,5 1 0,000*(1) -0,477
Rokok per hari
Jumlah Teman
-
Merokok 46 (28,40) 63 (38,59) 39 (24,07) 8 (4,92) 6 (3,71) 0,734(2)
Keberadaan
Perokok di -
Tempat Tinggal 65 (28,4) 63 (38,8) 39 (14,1) 8 (4,0) 6 (3,7) 0,506(2)
Intensitas
0,000*(2)
Merokok 46 (28,39) 63 (38,88) 39 (24,06) 8 (4,92) 6 (3,71)
Rata-rata skor 0,085(2)
5,5 6,1 6,0 6,8 6,5
Pengetahuan (0,021#)(2)
(1) = Uji beda dilakukan menggunakan Kruskal-Wallis Test
(2) = Uji beda dilakukan menggunakan Chi Square Test
uji korelasi dilakukan menggunakan Spearman Correlation, Uji; P = nilai signifikansi, r: nilai koefisien korelasi
*Berpengaruh signifikan (p < 0,05) ; #analisis hubungan skor pengetahuan dengan motivasi 3 kategori yaitu Pre-
contemplation (PC); Contemplation (C) + Preparation (P); Action (A) + Maintenance (M).

P-ISSN: 2406-9388
E-ISSN: 2580-8303
Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia Vol. 5 No. 2 Desember 2018 91

KESIMPULAN Helen, G. St., Neal, L. B., Katherine, M. D.,


Motivasi untuk berhenti merokok dapat Christopher, H., Margaret, P. & Peyton, J.
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Berdasarkan (2015). Nicotine and Carcinogen Exposure After
hasil penelitian ini, didapatkan bahwa uang saku Water Pipe Smoking in Hookah Bars. Cancer
bulanan, jumlah teman yang merokok, dan keberadaan Epidemiology, Biomarkers & Prevention; 23;
perokok di tempat tinggal responden merupakan faktor 1055-1066.
yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Jacob, P., Abu, R. A. H., Dempsey, D., Havel, C.,
motivasi untuk berhenti merokok. Faktor lain, seperti Peng, M., Yu, L. & Benowitz, N. L. (2014).
pengeluaran untuk merokok, jumlah batang rokok yang Comparison of Nicotine and Carcinogen
dikonsumsi per hari, intensitas merokok, dan Exposure with Waterpipe and Cigarette
pengetahuan terkait bahaya merokok berpengaruh Smoking. Cancer Epidemiology, Biomarkers &
secara signifikan terhadap motivasi berhenti merokok. Prevention; 22; 765-772.
Kementerian Kesehatan RI. (2015). Perilaku Merokok
DAFTAR PUSTAKA Masyarakat Indonesia. Jakarta: Pusat Data dan
Ardita, H. (2016). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Motivasi Berhenti Merokok pada Mahasiswa Pickett, W. & Bains, N. (1998). Staging of Adult
Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Smokers According to the Transtheoretical
Yogyakarta Angkatan 2015. Skripsi; Fakultas Model of Behavioural Change: Analysis of an
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Eastern Ontario Cohort. Canadian Journal of
Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta. Public Health; 89; 37-42.
Cahil, K., Lancaster, T. & Green, N. (2010). Stage- Prochaska, J. O. & Diclemente, C. (1984). The
Based Interventions for Smoking Cessation Transtheoretical Approach: Crossing Traditional
(Review). Chichester: Cochrane Database of Boundaries of Therapy. Florida: Krieger
Systematic Reviews. Publishing.
Canadian Cancer Society. (2013). For Smokers Who Raju, P., George, R., Ve, R. S., Arvind, H., Baskaran,
Want to Quit-One Step at a Time. Kanada: M. & Vijaya, L. (2006). Influence of Tobacco
Canadian Cancer Society. Use on Cataract Development. British Journal
CDC. (2018). What Are the Risk Factors for Lung of Ophthalmology; 90; 1374–1377.
Cancer by CDC. Rau, J. (2002). Respiratory Care Pharmacology (6th
https://www.cdc.gov/cancer/lung/basic_info/risk edition). New York: Mosby Inc.
_factors.htm. Accessed: 7 Maret 2018. Robinson, L. M. & Vail, S. R. (2012). An Integrative
Diclemente, C., Prochaska, J. O. & Marden, V. M. Review of Adolescent Smoking Cessation Using
(1991). The Process of Smoking Cessation: An the Transtheoretical Model of Change. Journal
Analysis of Precontemplation, Contemplation, of Pediatric Health Care; 26; 336-345.
and Preparation Stages of Change NIAAA Sarbandi, F., Niknami, S., Hidarnia, A., Hajizadeh, E.
Career Development Award: Within-and Post- & Montazeri, A. (2013). The Transtheoretical
Session Change Mechanisms in Treatment for Model (TTM) Questionnaire for Smoking
Alcohol Use Disorders View project. Journal of Cessation: Psychometric Properties of the
Consulting and Clinical Psychology; 59; 295- Iranian Version. BMC Public Health; 13; 1186.
304. Sieminska, A., Krzysztof, B., Ewa, J., Katarzyna L.,
Etter, J. F. & Sutton, S. (2002). Assessing “Stage of Romana, U. & Marta, C. (2008). Patterns of
Change” in Current and Former Smokers. Motivations and Ways of Quitting Smoking
Addiction; 97; 1171-82. Among Polish Smokers: A Questionnaire Study.
Güngörmüs, Z. & Erci, B. (2012). Transtheorethical BMC Public Health; 8; 1-9.
Model-Based Education Given for Smoking Velicer, W. F, Gregory, J. N., Joseph, L. F. & James,
Cessation in Higher School Students. The O. P. (1999). Testing 40 Predictions From the
Southeast Asian Journal of Tropical Medicine Transtheoretical Model. Addictive Behaviors;
and Public Health; 43; 1548-1559. 24; 455-469.
Hatsukami, D. K., Lindsay, F. S. & Prakash, C. G. WHO. (2015). WHO Global Report On Trends In
(2008). Tobacco Addiction. Lancet; 371; 2027- Prevalence Of Tobacco Smoking 2015. Geneva:
2038. WHO.

P-ISSN: 2406-9388
E-ISSN: 2580-8303
Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia Vol. 5 No. 2 Desember 2018 92

WHO. (2016). Diabetes Country Profile Indonesia. People.


WHO; 48; 18882A–18882B. http://www.searo.who.int/tobacco/data/ino_rtc_r
WHO. (2018). Heart Disease and Stroke are the eports. Accessed: 27 Maret 2018.
Commonest Ways by Which Tobacco Kills

P-ISSN: 2406-9388
E-ISSN: 2580-8303

You might also like