Adsorpsi Logam Timbal (PB) Dari Larutannya Dengan Menggunakan Adsorben Dari Tongkol Jagung
Adsorpsi Logam Timbal (PB) Dari Larutannya Dengan Menggunakan Adsorben Dari Tongkol Jagung
Adsorpsi Logam Timbal (PB) Dari Larutannya Dengan Menggunakan Adsorben Dari Tongkol Jagung
net/publication/315349490
CITATIONS READS
6 403
3 authors, including:
Purnama Ningsih
Universitas Tadulako
35 PUBLICATIONS 20 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Purnama Ningsih on 05 July 2019.
Abstract
Heavy metals will cause environmental problems. One of the efforts that can minimize level of
heavy metal from their solutions is to reduce heavy metals content, so that safely discarded at sea/river.
One such way to reduce level of heavy metals is by adsorption. Some agricultural waste are potential as
an adsorbent, namely a corncob. Therefore, the aim of this study is to determine the optimum weight
of adsorben from corncob to absorb Pb(II) from its solution. In this study, the corncob is used as an
adsorbent to adsorb Pb(II) by using three methods, namely powder, charcoal and activated charcoal
with a solution of HCl. The parameters tested are amount of adsorbent or weight of the powder, charcoal
and activated charcoal by the weight variation of 20, 40, 60, 80 and 120 mg to determine the optimum
conditions in absorbing Pb(II). The optimum conditions are obtained for the powder is 80 mg with the
absorption of 96.92%, the charcoal is 80 mg with absorption of 97.29%, and the activated charcoal is
40 mg with the absorption of 94.70%.
Keywords: Corncob, activated charcoal, lead, adsorption
Pendahuluan
Indonesia sebagai negara agraria banyak sebagai sampah atau sebagai pakan ternak yang
memproduksi hasil pertanian. Kegiatan ini tidak memiliki nilai tambah. Tongkol jagung
akan menghasilkan banyak limbah yang belum mengandung 41% selulosa, 36% hemiselulosa,
dimanfaatkan secara maksimal. Bahan limbah 16% lignin dan 8% zat-zat lain (Subekti, 2006).
yang jumlahnya besar adalah limbah lingo Tongkol jagung dapat digunakan sebagai
selulosik seperti tongkol jagung, sekam, jerami adsorben logam Pb (Alfiany, dkk., 2013).
dan sebagainya. Namun kegiatan pascapanen Keberadaan logam berat yang tinggi
dan pengolahan hasil pertanian, termasuk disuatau perairan dapat menurunkan mutu
pemanfaatan produk samping dan sisa air serta membahayakan lingkungan dan
pengolahannya masih kurang. Sisa pengolahan organisme perairan. Beberapa metode
industri pertanian pada jagung akan yang dapat digunakan untuk menurunkan
menghasilkan limbah yang jumlahnya akan konsentrasi ion logam dalam limbah cair
terus bertambah seiring dengan peningkatan diantaranya adalah pengendapan, penukar
kegiatan pascapanen yang akan mengakibatkan ion dengan menggunakan resin, filtrasi dan
pencemaran lingkungan. Seiring dengan adsorpsi. Adsorpsi merupakan metode yang
semakin meningkatnya produksi jagung, maka paling umum dipakai karena memiliki konsep
tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan yang lebih sederhana dan juga ekonomis. Proses
limbah hasil pengolahan jagung juga akan adsorpsi yang paling berperan adalah adsorben.
semakin meningkat. Limbah yang dihasilkan Dewasa ini telah dikembangkan metode
diantaranya adalah tongkol jagung. Tongkol adsorpsi dengan menggunakan biomassa
jagung yaitu bagian dari buah jagung yang tumbuhan yang dikenal dengan fitofiltrasi.
sudah tidak mengandung biji. Sebagian besar Dasar pemikiran dari fitofiltrasi adalah dengan
masyarakat hanya menganggap tongkol jagung mengunakan biomassa tumbuhan yang telah
*Correspondence: mati sebagai pengikat ion logam (Tangio,
Dwi Arista Ningsih 2013). Selain itu telah dikembangkan pula
Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako
beberapa jenis adsorben untuk mengadsorpsi
email: [email protected] logam berat, salah satunya adalah dengan
Published by Universitas Tadulako 2016 memanfaatkan selulosa. Selulosa memiIiki
55
Volume 5, No. 2, 2016: 55-60 Jurnal Akademika Kimia
gugus fungsi yang dapat meIakukan pengikatan menjemur potongan tongkol jagung di bawah
dengan ion Iogam. Gugus fungsi tersebut sinar matahari selama 7-8 hari. Kemudian
adaIah gugus karboksil dan hidroksil (Ibbet, menghaluskan potongan tongkol jagung
dkk., 2006). menggunakan blender, lalu untuk memperoleh
Arang aktif telah banyak dimanfaatkan hasil yang lebih halus lagi pada penelitian ini
sebagai adsorben logam berat, diantaranya menggunakan ultra centrifugal mill. Setelah
oleh Apriani, dkk., (2013) yang memanfaatkan kering, tongkol jagung tersebut di keringkan
arang aktif dari kulit durian dengan aktivator kembali menggunakan oven pada suhu 60oC
KOH 25% sebagai adsorben logam Fe selama 24 jam. Langkah selanjutnya yaitu
pada air gambut dengan kapasitas adsorpsi menyaring serbuk tongkol jagung tersebut
mencapai 85.38%. Adsorpsi menggunakan menggunakan ayakan 70 mesh. Ukuran 70
adsorben adalah proses yang paling populer mesh dipilih berdasarkan hasil penelitian
dan efektif untuk menghilangkan logam berat Sunarya dalam Sulistyawati (2008), karena
dari limbah cair. Proses adsorpsi menawarkan memberikan kapasitas adsorpsi yang tinggi.
fleksibilitas dalam desain dan operasi pada Ukuran partikel adsorben adalah salah satu
banyak kasus. Perlakuan yang dilakukan cocok faktor yang memengaruhi adsorpsi. Pada
untuk menghilangkan warna dan bau serta metode tumpak, ukuran butir adsorben
adsorbennya dapat digunakan kembali. Proses yang semakin kecil akan meningkatkan luas
adsorpsi kadang-kadang bersifat reversible permukaan (Demirbas, dkk., 2004).
sehingga regenerasi adsorben dimungkinkan Pembuatan arang tongkol jagung yaitu
(O’Connell, dkk., 2008). dengan memasukkan serbuk tongkol jagung
Beberapa biomassa yang dijadikan sebagai yang diperoleh sebelumnya ke dalam tanur
arang aktif misalnya penelitian dari Adinata pada suhu 300oC selama 1,5 jam sampai
(2013) mengenai pemanfaatan limbah kulit menjadi arang tongkol jagung. Setelah itu
pisang sebagai karbon. Kemudian penelitian menghaluskan arang dengan ayakan 70 mesh.
Sukarta (2014) mengenai pemanfaatan arang Tahap selanjutnya dari proses pembuatan
aktif tempurung kelapa sawit dan tongkol jagung arang kimia dengan menggunakan larutan
sebagai adsorben logam berat pada limbah HCl 0,1 N. 25 gram arang aktif yang
batik. Berdasarkan uraian di atas sehingga terbentuk kemudian mengaktifkannya dengan
muncul pemikiran untuk memanfaatkan menambahkan larutan HCl 0,1 N sebanyak
limbah hasil jagung untuk diaplikasikan 250 mL. Kemudian mengaduknya dengan
menjadi adsorben pada penyerapan logam Pb menggunakan magnetic stirer selama 10 menit
dari larutannya. Tujuan dari penelitian ini yaitu lalu mendiamkannya selama 24 jam. Setelah itu
untuk menentukan berat optimum adsorben memisahkan arang aktif yang sudah diaktivasi
dari tongkol jagung dalam mengadsorpsi dengan larutan HCl 0,1 N menggunakan kertas
larutan Pb. saring whaltman, kemudian mencuci arang aktif
sampai pH arang aktif tersebut netral dengan
Metode menggunakan aquades. Langkah selanjutnya
Alat dan Bahan yaitu mengeringkan arang aktif yang berada
Alat yang digunakan pada penelitian ini diwadah pada suhu 105oC menggunakan
yaitu blender, ultra centrifugal mill, oven, oven selama 3 jam untuk melakukan proses
tanur, ayakan 70 mesh, magnetic stirer, neraca pengeringan dan penghilangan kadar air yang
ohaus, pH meter, corong, shaker, spatula, labu masih terdapat di dalam arang.
ukur 500 mL, gelas kimia 100 mL, erlenmeyer
250 dan 50 mL, gelas ukur 500, 25 dan 5 mL, Hasil dan Pembahasan
batang pengaduk, aluminium foil, pH meter Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
dan spektrofotometer direct (Lovibond). berat optimum adsorben dari tongkol jagung
Bahan yang digunakan pada penelitian ini dalam mengadsorpsi larutan Pb. Metode
yaitu serbuk dan arang tongkol jagung, larutan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
HCl 0,1 N, Pb(NO3)2 (Aldrich), aquades dan melakukan adsorpsi larutan Pb dari adsorben
kertas saring waltman. tongkol jagung berupa serbuk, arang dan arang
aktif.
Cara Kerja
Bahan baku serbuk pada penelitian Variasi Berat Serbuk Tongkol Jagung Terhadap
ini yaitu limbah tongkol jagung. Proses Adsorpsi Logam Timbal
pembuatan serbuk tongkol jagung, langkah Pengaruh jumlah adsorben merupakan
pertama yang dilakukan yaitu mencuci dan parameter penting karena dapat menentukan
56
Dwi Arista N. Adsorpsi Logam Timbal (Pb) Dari Larutannya ................
kapasitas adsorben selama penambahan adsorben, sehingga melekul adsorbat yang telah
konsentrasi adsorbat. Variasi berat serbuk terserap kembali kedalam larutan.
tongkol jagung yaitu 20, 40, 60, 80 dan 120 Sukarta (2014) menyatakan jumlah zat
mg, larutan yang digunakan adalah larutan yang diadsorpsi pada permukaan adsorben
Pb(II) dengan kosentrasi 58,86 ppm. Data merupakan proses berkesetimbangan, sebab
hasil pengukuran konsentrasi Pb pada variasi laju peristiwa adsorpsi disertai dengan
berat serbuk terhadap adsorpsi logam timbal
terjadinya desorpsi. Pada awal reaksi, peristiwa
diperlihatkan pada Tabel 1 berikut.
adsorpsi lebih dominan dibandingkan
Tabel 1. Hasil Pengukuran Konsentrasi Pb dengan peristiwa desorpsi, sehingga adsorpsi
yang Teradsorpsi pada Variasi berat Serbuk berlangsung cepat. Pada waktu tertentu
Tongkol Jagung. peristiwa adsorpsi cendung berlangsung
lambat, dan sebaliknya laju desorpsi cendrung
meningkat. Waktu ketika laju adsorpsi adalah
sama dengan laju desorpsi sering disebut sebagai
keadaan berkesetimbangan. Pada keadaan
berkesetimbangan tidak teramati perubahan
secara makroskopis. Waktu tercapainya keadaan
setimbang pada proses adsorpsi berbeda-beda,
Hal ini dipengaruhi oleh jenis interaksi yang
terjadi antara adsorben dengan adsorbat.
Berdasarkan data hasil tersebut dapat dilihat Kemudian pada berat 120 mg
kurva pengukuran variasi berat serbuk tongkol penyerapannya pun menurun. Hal tersebut
jagung terhadap logam Pb dapat pada Gambar disebabkan oleh adsorben yang sudah jenuh.
1. Anjani (2014) menyatakan bahwa pada saat
tersebut proses adsorpsi dinyatakan berhenti
karena berdasarkan nilai %Pb teradsorpsi
telah mendekati kesetimbangan karena jumlah
molekul adsorbat yang berikatan dengan
adsorben semakin sedikit. Hal tersebut
dikarenakan jumlah adsorben mempengaruhi
proses adsorpsi dimana semakin bertambahnya
berat menyebabkan adsorben telah mencapai
titik jenuh jika permukaannya telah terisi oleh
adsorbat.
Gambar 1. Kurva Hubungan antara Berat Ser- Kondisi optimum ditentukan berdasarkan
buk Tongkol Jagung terhadap % Pb terserap kapasitas adsorpsi (Q) tertinggi dari masing-
masing parameter. Barros menyatakan
Dari data berat adsorben semakin meningkat bahwa peningkatan bobot adsorben akan
pada berat 20, 60 dan 80 mg sehingga menyediakan tapak aktif yang lebih besar,
menyebabkan naiknya persentase logam timbal
yang terserap. Hal tersebut menunjukkan sehingga meningkatkan persentase penyerapan.
bahwa berat adsorben berpengaruh terhadap Menurunnya kapasitas adsorpsi setelah
proses adsorpsi karena semakin bertambahnya mencapai nilai maksimum dimungkinkan
berat adsorben, maka nilai %Pb teradsorpsi karena proses desorpsi atau pelepasan adsorbat
terhadap ion juga semakin meningkat dan kembali selama pengocokan. Desorpsi terjadi
mencapai kesetimbangan. Akan tetapi pada akibat permukaan adsorben yang telah jenuh.
berat adsorben 40 mg mengalami penurunan. Pada keadaan jenuh, laju adsorpsi menjadi
Kecilnya daya serap timbal ini disebabkan waktu berkurang (Barros, 2003).
kontak antara adsorbat dan adsorben yang
melebihi waktu optimum dapat menyebabkan Pada penelitian ini adsorpsi dari serbuk
desorpsi. Atkins 1990 dalam Amir, dkk., (2013) tongkol jagung lebih besar dibandingkan
mendefinisikan desorpsi sebagai pelepasan dengan adsorpsi dari arang dan arang aktif.
adsorbat dari permukaan adsorben. Fenomena Selain dikarenakan adanya desorpsi pada arang
ini terjadi akibat jenuhnya permukaan dan arang aktif, Irawadi dalam Subekti (2006)
57
Volume 5, No. 2, 2016: 55-60 Jurnal Akademika Kimia
58
Dwi Arista N. Adsorpsi Logam Timbal (Pb) Dari Larutannya ................
Anjani, R. P. (2014). Penentuan massa dan logam Mn2+ dengan selulosa dari serbuk
waktu kontak optimum adsorpsi karbon kayu. Jurnal Kimia, 8(1), 1-8.
granular sebagai adsorben logam berat
Pb(II) dengan pesaing ion Na+. Journal of O’Connell, D.W, Brikinshaw, C. & O’Dwyer,
Chemistry, 3(3), 159-163. T. F. (2008). Heavy metal adsorbents
prepared from the modification of cellulose.
Apriani, R., Faryuni, I. D. & Wahyuni, D. Journal Bioresource Technology, 99(6711),
(2013). Pengaruh konsentrasi aktivator 6709-6724.
kalium hidroksida (KOH) terhadap kualitas
karbon aktif kulit durian sebagai adsorben Radyawati. (2011). Pembuatan biocharcoal
logam Fe pada air gambut. Prisma Fisika, dari kulit pisang kepok untuk penyerapan
2(1), 82-86. logam timbal (Pb) dan logam seng (Zn).
Palu: UNTAD – Press.
Barros, J. (2003). Biosorption of cadmium
using the fungus aspergillus niger. Brazilian Subekti, H. (2006). Produksi etanol dari
Journal Of Chemical Engineering, 20, 1-17. hidrolisa fraksi selulosa tongkol jagung oleh
saceharomyces cerevisiae. (Skripsi), Institute
Demirbas, E., Kobya, M., Senturk, E. &
Ozkan, T. (2004). Adsorption kinetics Pertanian Bogor.
for the adsorbent of chromium(VI) from
aqueous solutions on the activated carbons Sukarta, F. (2014). Pemanfaatan arang aktif
prepared from agricultural wastes. Water tempurung kelapa sawit dan tongkol jagung
SA, 30, 533-540. sebagai adsorben logam berat pada limbah
batik. (Skripsi), Institute Pertanian Bogor.
Ibbet, R. N., Kaenthong, S., Philips, D. A. S.
& Wilding, M. A. (2006). Charaterisatim Sulistyawati. (2008). Modifikasi tongkol
of porosity of regenerated cellulosil fibres jagung sebagai adsorben logam berat Pb(II).
using classical dye adsorbtion techniques. (Skripsi), Institut Pertanian Bogor.
Lenzinger Berichte, 88, 77-86.
Tangio. (2013). Adsorpsi logam timbal (Pb)
Lestari, S. (2010). Pengaruh berat dan waktu menggunakan biomassa eceng gondok.
kontak untuk adsorpsi timbal(II) oleh Jurnal Entropi, 8(1), 500-506.
adsorben kulit batang jambu biji (psidium
guajava L.). Jurnal Kimia Mulawarman, Valentina, Miswadi & Latifah. (2013).
8(1), 6-9. Pemanfaatan arang eceng gondok dalam
menurunkan kekeruhan, COD, BOD pada
Mohadi, R., Saputra, A., Hidayati, N. & air sumur. Indonesian Journal of Chemical
Lesbani, A. (2013). Studi interaksi ion Science, 2(2), 84-89.
60