7-Article Text-5-1-10-20190703 PDF
7-Article Text-5-1-10-20190703 PDF
7-Article Text-5-1-10-20190703 PDF
Eko W Purwanto, Candra Samekto, Nur Aisyah, Ardhiantie, Frida Hazet, Amos
Gracianto, and Kariza Wiryanti2
Ministry of National Development Planning/BAPPENAS
Abstract
In the RPJMN 2015-2019 the domestic water mix is mentioned as an effort to optimize
the various alternative domestic water sources available for the purpose of water
utilization, including secondary water uses and water reclaiming. The domestic
water mix in the RPJMN is part of the policy direction and strategy to build water
security, complementing water-saving, water-saving and water-keeping strategies.
This concept is quite close to the term Integrated Urban Water Management (IUWM)
and Water Sensitive Urban Design (WSUD) that some countries have developed. If
the domestic water mix attempts to optimize the various alternatives of domestic
water sources available then IUWM is a holistic approach to competition of water use
within a region.The domestic water mix is a new paradigm of water supply system by
utilizing closed loop system, integrating existing practice of conventional drinking
water supply system by optimizing the potential of water source which has not
been utilized yet. This paradigm first appeared in government planning documents,
but the application has been done by stakeholders although still partially. This study
aims to determine the condition of existing water treatment, best practices, and
technological innovations that have been developed in support of the water mix
system. The methods include the determination of hypotheses, secondary data
collection, field survey and evaluation, and look for alternativesolutions. Lessons
learned from the locations visited show the potential for utilizing the domestic
water mix that can be done on an environmental, household, and area scales. All
initiatives found in the field require support from the government, in the form of
advocacy, facilitation, and policy interventions. Technical, socio-economic, financial
and environmental and health aspects challenge the implementation of this
new paradigm. A more in-depth study needs to be done to see the water mix
optimization options at each coverage scale and analyze the aspects to consider
before new paradigm applications are implemented. The follow-up study needs to
be done with longer time and better funding to conduct a comprehensive pilot,
deep analysis and assessment on a more grounded ground-level implementation.
1
This manuscript is a result of the study conducted by Pusat Analisis Kebijakan (PAK) Bappenas in 2016, where the authors
were the researchers in that study.
2
Eko Wiji Purwanto is a Senior Planner at Ministry of National Development Planning/BAPPENS - Indonesia. Email Address:
[email protected]. Candra Samekto, Nur Aisyah, Ardhiantie, Frieda Hazet, Amos Gracianto, Kariza Wiryanti are
Planner Staff at Ministry of National Development Planning/BAPPENAS - Indonesia.
32
Jurnal Perencanaan Pembangunan Vol. 1 No. 1
The Indonesian Journal of Dev. Planning Apr 2017
Studi Bauran Air Domestik
Eko W Purwanto, Candra Samekto, Nur Aisyah, Ardhiantie, Frida Hazet, Amos Gracianto, dan
Kariza Wiryanti, BAPPENAS
I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Air bersih dan sanitasi yang memadai merupakan kebutuhan dasar masyarakat
yang sangat penting, mempunyai peran sangat strategis dalam meningkatkan
kualitas kesehatan, produktivitas hidup, serta dalam mendorong pertumbuhan
ekonomi masyarakat. Penyediaan air bersih dan sanitasi sangat berkaitan erat
dengan pencegahan timbulnya penyakit-penyakit infeksi dan parasit, khusunya
penyakit yang ditularkan melalui air (water borne disease), seperti diare, disentri,
kolera, tipus, hepatitis A, serta polio. Penyakit-penyakit ini hanya dapat menyebar
apabila mikroba penyebabnya dapat masuk ke dalam sumber air yang dipakai
masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Dalam mendorong pembangunan infrastruktur dasar air minum dan sanitasi
untuk mencapai universal access, Pemerintah Indonesia memiliki arah kebijakan
yang diamanatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2015-2019 sebagai berikut:
a. Menjamin ketahanan air melalui peningkatan pengetahuan, perubahan sikap
dan perilaku dalam pemanfaatan air minum dan pengelolaan sanitasi melalui
strategi:
1. Jaga Air, yakni pengarusutamaan pembangunan air minum, pengelolaan
sanitasi serta peningkatan kesadaran masyarakat akan higienis, sanitasi dan nilai
ekonomis air.
2. Simpan Air, untuk menjaga ketersediaan dan kuantitas air
3. Hemat Air, untuk mengoptimalkan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
eksisting
4. Bauran Air Domestik, upaya untuk mengoptimalkan berbagai alternatif sumber
air domestik yang tersedia sesuai tujuan pemanfaatan air, termasuk di dalamnya
pemakaiaan air tingkat kedua (secondary water uses) dan daur ulang air yang
telah dipergunakan (water reclaiming).
b. Penyediaan infrastruktur
c. Produktif dan manajemen layanan melalui penerapan manajemen aset baik
pada perencanaan, penganggaran, dan investasi termasuk untuk pemeliharaan
dan pembaharuan infrastruktur yang sudah terbangun.
Fakta di lapangan menunjukkan pemenuhan sarana air bersih, baik dari segi
kuantitas maupun kualitas masih belum terwujud dengan baik. Seiring dengan
meningkatnya tekanan perubahan global (misalnya urbanisasi, perubahan iklim,
pertumbuhan penduduk), daerah perkotaan di dunia akan mengalami kesulitan
dalam mengelola suplai airnya, khususnya untuk air minum, pengelolaan drainase,
dan air limbah. Sejak tahun 2000 telah terjadi kelangkaan air di beberapa kawasan
di Indonesia. Pulau Jawa telah mengalami defisit air sebesar 2,809 miliar meter
kubik (m3), Sulawesi 9,232 miliar m3, Bali 7,531 miliar m3,dan NTT 1,343 miliar m3
(Ali, 2010).
Krisis air diperparah dengan minimnya akses air minum dan sanitasi yang layak
bagi penduduk Indonesia. DKI Jakarta (kota terbesar ke-5 di dunia) hanya memiliki
sambungan air minum perpipaan untuk 48% rumah tangga dan hanya 2% rumah
33
Jurnal Perencanaan Pembangunan Vol. 1 No. 1
The Indonesian Journal of Dev. Planning Apr 2017
tangga memiliki sambungan perpipaan yang masuk dalam sistem pengolahan air
limbah (Nasution, 2015). Salah satu akibatnya, biaya produksi air minum meningkat
dari Rp 8,000 per m3 pada 2005 (Bakker, 2005) menjadi Rp.12,000 per m3 pada
2015 karena PDAM harus mengolah air limbah yang belum diolah menjadi air
minum (Nasution, 2015).
Minimnya akses air minum dan sanitasi yang layak diperkirakan menyebabkan
kerugian ekonomi sebesar Rp.16,2 trilyun per tahun atau setara dengan 1,3%
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) DKI Jakarta (WSP, n.d). Kerugian ini setara
Rp.1,7juta per orang per tahun (WSP, n.d).
Sementara krisis air telah menjadi permasalahan di Indonesia, konsumsi air
domestik (rumah tangga) dan non-domestik (perkantoran, industri, fasilitas umum,
dan fasilitas sosial) belum terkelola dengan baik. Sekitar 80% air yang dipergunakan
oleh rumah tangga sehari-hari terbuang percuma, meski masih berpotensi untuk
dimanfaatkan kembali sebagai air daur ulang (recycle) atau air dipakai kembali
(reuse) seperti yang tergambar pada Tabel 1.
34
Jurnal Perencanaan Pembangunan Vol. 1 No. 1
The Indonesian Journal of Dev. Planning Apr 2017
1.2 Tujuan
Tujuan dari kajian bauran air domestik ini adalah:
• Mengetahui pola konsumsi air sebagai gambaran awal kondisi eksisting
pengelolaan air.
• Mengetahui best-practices dan inovasi teknologi yang telah dikembangkan
untuk mendukung optimasi bauran air domestik.
• Menghitung efisiensi konsumsi air dengan pemanfaatan recycle dan reuse
water.
• Menghitung biaya yang dapat dihemat dengan pemanfaatan recycle dan reuse
water.
II. Metodologi
35
Jurnal Perencanaan Pembangunan Vol. 1 No. 1
The Indonesian Journal of Dev. Planning Apr 2017
Tahapan kajian dimulai dari tahap persiapan yaitu penentuan hipotesa “bauran
air domestik merupakan salah satu solusi dalam pemenuhan kebutuhan air bersih
di Indonesia”. Adapun dalam menguji hipotesa ini dilakukan beberapan tahapan
untuk dapat menentukan alternatif solusi, yaitu:
Pengumpulan data sekunder, tahapan ini meliputi sintesa riset yang telah ada
mengenai bauran air domestik baik di Indonesia dan luar negeri serta kebijakan dan
regulasi di Indonesia yang berkaitan dengan bauran air domestik (rumah tangga
dan non-rumah tangga);
Survey lapangan, meliputi wawancara dengan para pemangku kepentingan,
observasi/pengamatan langsung wilayah studi dan dokumentasi kondisi
penyediaan air bersih dan penyaluran air limbah eksisting. Pada survey ini, wilayah
yang diobservasi terdiri dari Summarecon Serpong, Masjid Salman Bandung, dan
Bojong Soang. Lokasi terpilih adalah lokasi yang sudah menerapkan dan atau
memiliki perencanaan teknologi reuse dan recycle air.
Evaluasi, melalui pengolahan secara kualitatif terhadap data yang dikumpulkan
pada tahapan sebelumnya dan survey. Output dari tahap ini adalah evaluasi terhadap
kondisi eksisting penyediaan air bersih dan sanitasi dalam lokasi yang diamati
dan evaluasi potensi yang dapat menjadi dasar optimalisasi dalam penyelesaian
masalah. Focus Group Discussion dilakukan dengan pakar pembangunan air
minum dan sanitasi di Indonesia (pemerintah daerah, operator air minum dan/
atau air limbah) untuk mendapatkan masukan metode kajian dan konsep bauran
domestik yang diajukan.
Alternatif Solusi, merupakan tahap akhir studi yaitu penentuan opsi dan
strategi konsep bauran air domestik yang dapat diterapkan ke depannya setelah
dilakukan evaluasi terhadap faktor-faktor yang telah diteliti sebelumnya.
b) Aspek Teknis
Beberapa inisiasi yang sudah dilakukan Summarecon-Serpong yang berkaitan
dengan implementasi bauran air domestik, sebagaimana berikut ini.
Rain Water Harvesting (RWH) atau Penampungan Air Hujan (PAH). Summarecon
Serpong menerapkan RWH sebagai pilot project hanya pada 1 (satu) lokasi yang
mana alat tersebut dibagun dibawah areal parkir mobil di salah satu sport centre.
Air dari RWH bersama dengan air PAM pada lokasi tersebut dipergunakan sebagai
sumber air bersih pada sport centre. Saat ini RWH masih dalam tahap percobaan
36
Jurnal Perencanaan Pembangunan Vol. 1 No. 1
The Indonesian Journal of Dev. Planning Apr 2017
dan akan dievaluasi hasil pelaksanaannya sebelum dikembangkan lebih lanjut pada
kawasan lainnya di Summarecon-Serpong.
Biopori, setiap rumah pada kawasan Summarecon-Serpong telah dilengkapi
dengan 2 (dua) lubang biopori untuk mengimbuhkan air hujan ke dalam tanah.
Pada kunjungan lapangan tidak diketahui jumlah biopori yang dibangun dan berapa
volume air hujan yang dapat diimbuhkan kembali ke dalam air tanah. Namun, dari
data rumah yang terhuni di cluster The Springs dan Scientia diperkirakan ada 2.636
lubang biopori. Studi literatur yang ada menunjukkan umumnya lubang biopori
dibuat dengan diameter 10 cm dan kedalaman 100 cm (Tim Biopori IPB 2016)
Pengolahan Air Limbah Domestik. Pada setiap hunian di kawasan Summarecon-
Serpong dipasang bioseptic tank untuk menampung air buangan dari peturasan
(black water) dimana sebagian black water akan melimpah dan disalurkan ke
Sewage Treatment Plant (STP) untuk diolah menjadi air daur ulang. Bioseptic tank
yang terpasang di setiap hunian memiliki kapasitas 1 m3 untuk melayani 5-6 orang.
Sementara air dari toilet dan dapur (grey water) akan langsung disalurkan ke STP.
Saat ini sudah ada 5 (lima) STP terbangun di cluster The Springs dan Scientia
Summarecon-Serpong dengan kapasitas total terpasang 3.811m3/hari yang
direncanakan akan mengolah air limbah dari 3.445 unit rumah. Namun demikian,
saat ini kapasitas termanfaatkan baru 791m3/hari (21%) karena jumlah unit rumah
terhuni baru 1.318 unit rumah atau 38% dari stock rumah yang direncanakan akan
dibangun.
Gambar 2. Pengelolaan Air Limbah Domestik di Cluster The Springs dan Centia,
Summarecon-Serpong
37
Jurnal Perencanaan Pembangunan Vol. 1 No. 1
The Indonesian Journal of Dev. Planning Apr 2017
Tabel 2. STP Cluster The Springs dan Scientia, Summarecon-Serpong
Daur Ulang Air Limbah. Setelah black dan grey water disalurkan ke STP,
selanjutnya akan diolah menjadi air layak buang. Efluen (air layak buang) dari STP
kemudian akan dikembalikan ke dalam saluran kota (tidak dibuang ke badan air)
untuk dipergunakan sebagai air siram tanaman.
Tabel 3. Data STP di Cluster The Springs dan Scientia Summarecon-Serpong
38
Jurnal Perencanaan Pembangunan Vol. 1 No. 1
The Indonesian Journal of Dev. Planning Apr 2017
Selain biaya investasi untuk pembangunan STP, terdapat juga komponen
biaya investasi untuk penyediaan bioseptic tank yang diperkirakan sebesar Rp.3-
6juta per rumah tangga. Studi kasus di Summarecon-Serpong menghasilkan
perkiraaan kebutuhan investasi untuk membangun bioseptic tank dan STP sekitar
Rp.690.000-Rp.1.100.000 per jiwa.
Tabel 4. Estimasi Kebutuhan Biaya untuk Pembangunan STP dan Pemasangan Bioseptic Tank
Jenis Infrastruktur Biaya Investasi Total Biaya Investasi per Biaya Investasi per Jiwa
(Rp.) Rumah Tangga (Rp.) (Rp.)
Gambar 3. Hasil Uji Laboratorium Efluen dari STP Dalton, Cluster Scientia, Summarecon-Serpong
b) Aspek Teknis
Teknologi yang dipergunakan di IPAL Bojongsoang adalah sistem kolam
konvensional (kolam anaerobic, fakultatif, dan maturasi). Kapasitas pengolahan IPAL
yang ada 80.000m3/hari dan direncanakan 10,000m3/hari akan didistribusikan ke
PT.Panasia jika kerjasama sudah berjalan.
Rencana pemanfaatan efluen IPAL Bojongsoang oleh PT. Panasia masih
dikaji kelayakannya. Selanjutnya akan ditindaklanjuti dengan Memorandum of
Understanding (MoU) dari kedua belah pihak. PT. Panasia akan membangun pipa
distribusi dari IPAL Bojongsoang ke PT. Panasia sejauh 9.3 km. Saat ini efluen IPAL
Bojongsoang belum dikelola dengan baik dan langsung disalurkan ke badan air,
dimanfaatkan oleh petani dan peternak secara gratis untuk pengairan. Efluen
yang dihasilkan lewat kolam stabilisasi memiliki kualitas mikrobiologi yang tinggi,
sehingga dapat dimanfaatkan untuk irigasi, budidaya tanaman dan atau budidaya
ikan maupun sayuran akuatik.
Selain teknologi pengolahan air limbah skala kota, saat ini Pusat Antar
Universitas (PAU) ITB telah mengembangkan teknologi skala rumah tangga untuk
mengolah grey water dimana teknologi ini dapat compatible dengan sistem
perpipaan (plumbing) rumah tangga.
40
Jurnal Perencanaan Pembangunan Vol. 1 No. 1
The Indonesian Journal of Dev. Planning Apr 2017
PT. Panasia. Namun demikian, dari hasil wawancara diketahui bahwa PT. Panasia
direncanakan akan membeli efluen air limbah dengan harga Rp.2,000-3,000 per
m3. Jika kerjasama sudah berjalan, akan ada tambahan pendapatan sebesar Rp.20-
30 juta per bulan atau Rp.240-360 juta per tahun bagi PDAM Tirtawening. Adanya
rencana kerjasama dengan PT.Panasia diperkirakan akan menambah pendapatan
sebesar 6-9% dari hasil pengolahan air limbah di IPAL Bojongsoang. Salah satu isu
yang perlu dipertimbangkan jika kedepannya akan dilakukan pemanfaataan air
daur ulang adalah adanya PPN sebesar 10% dikarenakan air limbah dikategorikan
sebagai produk industri. Hal ini perlu dipertimbangkan mengingat air limbah
adalah barang publik yang tidak akan mencapai prinsip pemulihan biaya dan
membutuhkan subsidi dari pemerintah.
41
Jurnal Perencanaan Pembangunan Vol. 1 No. 1
The Indonesian Journal of Dev. Planning Apr 2017
ulang dapat diterima oleh jamaah masjid. Air daur ulang harus memenuhi aspek
biologis, kimiawi, dan fisika air bersih dan juga memenuhi syariah agama.
Hasil ijma ulama menyatakan bahwa air bekas wudhu adalah air mustakmal
atau air najis. Air daur ulang diperbolehkan untuk dipakai menjadi air wudhu dengan
syarat air tersebut harus bersentuhan dengan tanah. Salah satu pembelajaran
yang diambil dari gagalnya pemanfataan daur ulang air di tahun 2008 adalah
tidak dikomunikasikannya pemanfaatan daur ulang air ini dengan jamaah masjid
serta minimnya kapasitas pengelola masjid dalam pemeliharaan instalasi yang
ada. Rencana pemasangan instalasi dan penampungan air hujan (PAH) perlu
ditindaklanjuti pengelola masjid melalui advokasi di lingkungan Masjid Salman
untuk mengubah mindset bahwa daur ulang air itu layak.
b) Aspek Teknis
Sejak tahun 2015 diinisiasi kembali instalasi daur ulang air wudhu dan PAH
di Masjid Salman memperhitungkan kebutuhan air untuk wudhu dan toilet yang
meningkat. Kapasitas penampungan air yang ada saat ini hanya 30m3. Adanya
instalasi daur ulang air dan PAH menambah kapasitas ketersediaan air menjadi
100m3. Masjid Salman bukan pelanggan PDAM Tirtawening, kelangkaan air di
Masjid Salman terjadi sejak tahun 2013 karena pasokan air bergantung kepada
fasilitas ITB dan sumur air tanah.
Pengelola Masjid Salman merencanakan menggunakan filter untuk mengolah
air bekas wudhu dan grey water untuk kembali dipergunakan sebagai air wudhu
dan air untuk keperluan toilet. Bahan yang dapat dipergunakan untuk memenuhi
syarat fiqih, yaitu adanya kontak antara air dan tanah, adalah zeolit. Salah satu opsi
teknologi yang tersedia dikembangkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan
Permukiman (Puskim) Kementerian PUPR berupa teknologi sederhana daur ulang
air yang sudah memenuhi syarat fiqih.
Bab ini menjelaskan gambaran strategi bauran air secara umum untuk
memberikan pemahaman yang mencukupi. Keterbatasan waktu dan sumber
pendanaan berimplikasi pada hasil kajian belum mampu memberikan panduan
secara teknis yang detail dan menyeluruh, namun lebih bersifat konseptual. Untuk
dapat memberikan panduan secara detail maka masing-masing opsi bauran air
perlu terlebih dahulu dikaji secara mendalam. Hasil kajian dapat direkomendasikan
dalam kajian lanjutan di masa yang akan datang.
42
Jurnal Perencanaan Pembangunan Vol. 1 No. 1
The Indonesian Journal of Dev. Planning Apr 2017
Gambar 4. Kerangka Kerja Konseptual Strategi Bauran Air
5.1 Kesimpulan
1. Konsep bauran air bukan merupakan hal yang baru di dunia. Beberapa negara
melakukan pengelolaan air dengan terminologi berbedadan tidak dikemas
secara spesifik untuk mencapai tujuan optimasi bauran air. Bauran air domestik,
Integrated Urban Water Management (IUWM), dan Water Sensitive Urban
Demand (WSUD) pada prinsipnya adalah upaya untuk memanfaatkan air secara
optimal sesuai dengan kelas air yang dibutuhkan.
2. RPJMN 2015-2019 memperkenalkan bauran air domestik sebagai strategi
43
Jurnal Perencanaan Pembangunan Vol. 1 No. 1
The Indonesian Journal of Dev. Planning Apr 2017
meningkatkan ketahanan air. Fakta menunjukkan ide bauran air sudah mulai
banyak dilakukan bahkan sebelum RPJMN terbit. Inisiasi oleh pihak swasta
dalam skala kawasan cluster perumahan maupun individu dalam sekala rumah
tangga yang lebih kecil sudah dilaksanakan. Namun demikian upaya-upaya ini
belum didorong dan terfasilitasi secara baik oleh pemerintah.
3. Studi pustaka, kunjungan lapangan, dan diskusi dengan para pemangku
kepentingan merekomendasikan optimasi bauran air perlu dilakukan dalam
berbagai skala cakupan agar dapat memberikan dampak yang lebih signifikan.
Selain itu upaya ini juga harus dikombinasikan dengan strategi penghematan
penggunaan air yang lain agar lebih efektif.
44
Jurnal Perencanaan Pembangunan Vol. 1 No. 1
The Indonesian Journal of Dev. Planning Apr 2017
Daftar Pustaka
45
Jurnal Perencanaan Pembangunan Vol. 1 No. 1
The Indonesian Journal of Dev. Planning Apr 2017