1 1 1 SM PDF
1 1 1 SM PDF
LAPORAN PENELITIAN
ABSTRACT
Background: Acceleration of wound healing after tooth extraction is the most important.
One of the tissue repair in wound healing is the reepithelialization. Chitosan is a
biomaterial that can be used to accelerate reepithelialization in the wound healing
process. Purpose: The aim of this study was to prove the differences between application
of chitosan gel high molecular weight and low molecular weight to accelerate the
reepithelialization in socket healing after tooth extraction. Material and Methods: The
experiment was held the post test only control group design used 24 male wistar rats
divided into 3 group. K1 group was control group which was extracted without any
treatment, K2 group was extracted and applicated by low molecular weight of chitosan
gel, K3 group was extracted and applicated by high molecular weight of chitosan gel.
After treatments on the 7th day, all groups of rats were euthanized and the epithelial
mucosal thickness was measured under light microscope magnificant 100x. All of the data
were analyzed by one way ANOVA and LSD test. Result: This study showed the epithelial
thickness of the K2 and K3 groups was significantly higher than K1 group, but there were
not significantly different between K2 and K3 group. Conclusion: The effectivity of high
molecular and low molecular weight chitosan gel to accelerate reepithelialization in
socket healing are similar.
1
ABSTRAK
Kata kunci: Kitosan, berat molekul, ketebalan epitel, penyembuhan luka pencabutan
2
Vol. 9 No. 1 Februari 2015 ISSN : 1907-5987
3
terdegradasi oleh panas atau pengaruh dengan rancangan penelitian the post
dari enzim. FGF-2 berperan penting test only control group design.
terhadap perkembangan jaringan Besar sampel pada penelitian ini
granulasi, proliferasi fibroblas, adalah 24 ekor tikus yang dibagi dalam
proliferasi sel epitel dan angiogenesis 3 kelompok. Teknik pengambilan
Berdasarkan permasalahan yang sampel menggunakan cara acak
telah dipaparkan proses penyembuhan (simple random sampling).
luka pasca ekstraksi gigi dapat cepat Alat yang digunakan pada
terjadi khususnya dalam proses penelitian ini yaitu sarung tangan,
epitelisasi dengan peranan suatu masker penutup mulut, pinset
biomaterial yang dapat mempercepat kedokteran gigi, kaca mulut, tang
proses penyembuhan luka setelah modifikasi elevator khusus untuk
pencabutan gigi. Salah satu mencabut gigi tikus, needle holder,
Biomaterial yang dapat digunakan gunting, disposable syringe 2,5cc,
salah satunya adalah kitosan. Kitosan kotak tempat sampel, beaker glass,
telah digunakan sebagai produk inkubator, rotary microtome, label,
hemostatic agent yang berguna untuk slide, cover glass, petridish, dan
menghentikan perdarahan, namun mikroskop trinokuler.
bahan tersebut pada dosis ini belum Bahan yang digunakan yaitu
mampu untuk merangsang kitosan Sigma-Aldrich low molecular
pembentukan jaringan lunak maupun weight, kitosan Sigma-Aldrich high
keras termasuk mempercepat proses molecular weight, asam asetat 1%,
epitelisasi. Kitosan memiliki NaOH 1,25%, alkohol 70%, ketamin
biokompatibilitas yang tinggi dan hydrochloride, xylazine hydrochloride,
biodegradabilitas yang baik sehingga eter, buffer formalin 10%, alkohol
sangat potensial untuk diaplikasikan 80%, alkohol 95%, alkohol 100%
pada proses penyembuhan luka. Salah (absolut), NaOH 50%, xylene, buffer
satu yang dapat mempengaruhi sifat parafin, asam nitrat 5%, pewarnaan
fisiko-kimia kitosan adalah berat hematoksiklin eosin (HE), makanan
molekul (BM). Berat molekul kitosan standar tikus wistar, minuman tikus
bergantung pada degradasi yang terjadi wistar (minuman yang diberikan
selama proses deasetilasi dimana berupa air PDAM biasa secara ad
dihasilkan kitosan dengan berat libitum).
molekul rendah dan tinggi. Oleh Pada hari pertama, 24 tikus di
karena itu, peneliti ingin mengetahui aklimatisasi selama 7 hari dalam
pengaruh gel kitosan dengan berat kandang ukuran 40cmx30cmx14cm
molekul tinggi dan berat molekul dan ditempatkan dalam ruangan yang
rendah terhadap ketebalan epitel cukup udara dan cahaya. Pada hari ke-
mukosa pada proses penyembuhan 7, tikus dibagi dan diberi tanda
luka pencabutan gigi. menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok
1, 2, dan 3. Masing-masing kelompok
terdiri dari 8 tikus yang diletakkan
BAHAN DAN METODE dalam 1 kandang.12
Setelah semua tikus dibagi
Jenis penelitian yang dilakukan menjadi 3 kelompok, kelompok ke-1
adalah penelitian true experimental dilakukan pencabutan pada gigi
incisive kiri rahang bawah tikus lalu
4
Vol. 9 No. 1 Februari 2015 ISSN : 1907-5987
diberikan irigasi larutan saline 1,5ml taraf signifikansi 95% (p=0,05) dengan
tanpa pemberian gel kitosan. Pada menggunakan program SPSS versi 20.
kelompok ke-2, dilakukan pencabutan
pada gigi incisive kiri rahang bawah Tabel 1. Rata-rata dan simpangan baku
tikus lalu diberikan irigasi larutan ketebalan epitel mukosa tikus pada setiap
saline 1,5ml kemudian diberi kitosan kelompok percobaan dengan satuan
centimeter (cm)
gel BM rendah 1% sebanyak 0,1ml.
Kelompok Rata-rata ± Standar
Kelompok ke-3 dilakukan pencabutan deviasi
pada gigi incisive kiri rahang bawah K1 0.6319 ± 0.26623
tikus lalu diberikan irigasi larutan K2 1.1931 ± 0.47590
saline 1,5ml kemudian diberi kitosan K3 1.4119 ± 0.59521
gel BM tinggi 1% sebanyak 0,1ml.
Pada hari ke-8 (7 hari setelah
perlakuan) semua kelompok tikus
dikorbankan dan di ambil rahang
mandibulanya. Setelah itu, dilakukan
pembuatan preparat HPA. Kemudian
dilakukan pemeriksaan HPA pada
soket bekas pencabutan gigi dan
dilakukan pengukura ketebalan epitel
mukosa Setelah didapatkan data hasil
pengukuran, dilakukan tabulasi dan
analisis data.14 Gambar 2. Rata-rata ketebalan epitel
mukosa pada masing-masing kelompok
5
tiap kelompok baik secara terpisah cangkang kepiting lebih tinggi
maupun bersama-sama. daripada kulit udang.10
Pada uji one way ANOVA, Secara kimiawi, kitosan
diperoleh nilai p=0.009 (p<0.05) yang merupakan polisakarida linear yang
artinya terdapat perbedaan yang memiliki rantai berupa β-(1,4)-2-
bermakna (signifikan). Perbedaan amino-2-deoxy-D-glucopyranose yang
tinggi tulang mandibular pada masing- strukturnya mirip glukosaminoglikan
masing kelompok perlakuan, dilakukan (GAG). GAG berperan penting dalam
uji LSD dengan signifikansi p<0.05. penyembuhan luka. GAG terdiri dari
rantai polisakarida yang meliputi asam
Tabel 2. Tabel hasil uji LSD hialuronat, dermatan sulfat, kondroitin
Kelom Rata- Kelom Rata- Sig. sulfat, heparin, heparan sulfat dan
pok rata pok rata keratin sulfat. Asam hialuronat
K1 0.6319 K2 1.1931 0.02 merupakan komponen utama dalam
K3 1.4119 5*
matriks ekstraseluler. Asam hialuronat
K2 1.1931 K4 1.4119 0.00
3* adalah komponen GAG terbesar yang
0.35 bertugas dalam menarik air dan
9 jumlahnya meningkat pada jaringan
yang rusak. Asam hialuronat
Hasil uji LSD didapatkan bahwa menstimulasi produksi sitokin oleh
ketebalan epitel pada kelompok K2 dan makrofag, meningkatkan reepitelisasi
K3 signifikan lebih tinggi bila dan angiogenesis.18,19
dibandingkan dengan kelompok K1 Proses penyembuhan luka dapat
(p<0.05). Namun kelompok K2 dikelompokkan dalam 4 fase yaitu fase
dibandingkan K3 tidak terdapat hemostasis, fase inflamasi, fase
perbedaan signifikan (p>0.05). proliferasi dan fase remodeling.
Setelah pencabutan gigi dilakukan,
segera terjadi perdarahan dan diikuti
PEMBAHASAN munculnya blood clot. Kemudian
platelet teraktivasi selama hemostasis
Kitosan adalah senyawa kimia dan memicu keluarnya sitokin yang
yang berasal dari bahan hayati kitin, penting dalam fase inflamasi.8
suatu senyawa organik yang melimpah Fase inflamasi merupakan respon
di alam setelah selulosa. Kitosan pertahanan tubuh terhadap benda asing
banyak ditemukan pada cangkang dan bertugas untuk mengeliminasinya.
Crustaceae sp, yaitu udang, lobster, Di awal fase inflamasi ditandai dengan
kepiting, dan hewan yang bercangkang munculnya cairan plasma dan
lainnya, terutama yang berasal dari banyaknya neutrofil yang berperan
laut. Dalam penelitian ini, peneliti aktif dalam memfagositosis benda
menggunakan bubuk kitosan yang asing.8,4 Sel yang dominan pada fase
didapat dari Sigma-Aldrich yang inflamasi adalah makrofag, limfosit
terbuat dari cangkang kepiting. dan sel plasma.5
Cangkang kepiting memiliki Fase proliferasi merupakan fase
kandungan kitin mencapai 50%-60% perbaikan luka yang meliputi
sedangkan kulit udang hanya fibroblasia, sintesis kolagen,
menghasilkan 42%-57% sehingga pembentukan jaringan granulasi,
kandungan kitosan yang dihasilkan epitelisasi, dan angiogenesis.
6
Vol. 9 No. 1 Februari 2015 ISSN : 1907-5987
7
soket bekas pencabutan mampu mempercepat penutupan luka. Selain
meningkatan ketebalan epitel yang itu menurut Chen dkk (2011), kitosan
signifikan dibandingkan dengan tikus berperan dalam menstimulasi
kelompok K1 yang tidak diberi aplikasi makrofag dan PMN sehingga kitosan
kitosan gel. Namun pemberian kitosan dapat meningkatkan pembentukan
gel berat molekul rendah masih kurang jaringan granulasi dan epitelisasi pada
efektif dibandingkan dengan proses penyembuhan luka.
pemberian kitosan gel berat molekul Pemberian kitosan pada luka
tinggi. Hal ini dibuktikan dengan pencabutan gigi akan mempengaruhi
ketebalan epitel K2 lebih rendah proses penyembuhan luka yang
namun tidak signifikan bila diawali dengan fase hemostasis. Pada
dibandingkan dengan kelompok K3. fase hemostasis terjadi kerusakan
Sehingga efektivitas kitosan gel berat pembuluh darah yang menyebabkan
molekul tinggi dan rendah sama dalam keluarnya platelet. Platelet akan
meningkatkan ketebalan epitel mukosa. membentuk bekuan darah (blood clot)
Penelitian ini menggunakan sehingga perdarahan akan terhenti.30
kitosan gel 1% yang dibuat dengan Kitosan berat molekul tinggi memiliki
cara mencampurkan 1 gram bubuk ukuran partikel yang besar dan
kitosan dengan asam asetat 1%. viskositas yang lebih tinggi daripada
Kitosan yang larut dalam asam kitosan berat molekul rendah sehingga
mempunyai keunikan yaitu membentuk memiliki mukoadhesif yang lebih
gel yang stabil.28 Derajat deasetilisasi kuat. Sifat mukoadhesif ini berperan
dan berat molekul merupakan dalam menutup luka sehingga
parameter utama yang mempengaruhi terbentuk blood clot yang kuat dan
karakteristik kitosan. Derajat tidak mudah lepas sehingga proses
deasetilisasi semakin tinggi (di atas penyembuhan luka dapat segera
80%) maka semakin tinggi kelarutan terjadi.31,32,33
kitosan dalam larutan asam asetat. Hal Fase selanjutnya adalah fase
ini disebabkan karena adanya interaksi inflamasi. Pada fase ini, sel-sel yang
hidrogen antara gugus karboksil pada paling berperan adalah sel-sel fagosit
asam asetat dan gugus amida pada seperti makrofag dan sel PMN. Sel-sel
kitosan.15,26 fagosit ini memiliki enzim lisosim.
Gel kitosan merupakan penutup Enzim lisosim merupakan suatu enzim
luka yang ideal karena memiliki yang dilepaskan ke daerah luka oleh
biokompatibilitas dan biodegradabel sel-sel inflamasi. Enzim lisosim akan
yang baik, bersifat hemostatik, menyebabkan kitosan mengalami
antiinfeksi, dan mampu mempercepat biodegradasi dari N-acetyl-D-
penyembuhan luka. Efek glucosamine polimer menjadi N-
biokompatibilitas yang dimiliki acetyl-D-glucosamine dimer aktif.
kitosan disebabkan karena strukturnya Kitosan berat molekul tinggi terdiri
yang mirip dengan glukosaminoglikan dari rantai polimer N-acetyl-D-
pada matriks ekstraselular.29 glucosamine yang panjang, sehingga
Pada penelitian yang dilakukan ketika terjadi biodegradasi kitosan oleh
Alsarra (2009), menunjukkan bahwa enzim lisosim, kitosan berat molekul
luka bakar yang dirawat dengan tinggi akan menghasilkan rantai N-
pemberian kitosan berat molekul tinggi acetyl-D-glucosamine dimer yang
mampu meningkatkan epitelisasi dan
8
Vol. 9 No. 1 Februari 2015 ISSN : 1907-5987
9
14. Ahlam A. 2011. Formulasi Sediaan Gel Molekul Kitosan Hasil Reaksi Enzimatis
Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Vera (L.) Kitin Deasetilase Isolat Bacillus
Webb) dengan Gelling Agent Kitosan dan Papandayan. Seminar Nasional dan
Uji Efek Penyembuhan Luka Bakar. Kongres Perhimpunan Ahli Teknologi
Skripsi, Universitas Muhammadiyah Pangan Indonesia (PATPI), Bandung. P. 7
Surakarta. P. 3-2. 25. Tang ZX, Qian JQ. 2007. Use of chitosan
15. Budianto B. 2013. Pengaruh Kitosan Gel gel for the purification of protein. Braz.
1% Yang Memiliki Berat Molekul Tinggi Arch. Biol. Technol, 50 (2). Available from
dan Rendah Terhadap Jumlah Sel Osteoblas http://www.scielo.br/scielo.php?pid=S1516-
Pada Proses Penyembuhan Luka 89132007000200015&script=sci_arttext
Pencabutan Gigi. Skripsi, Universitas Hang Accessed Feb 7, 2014
Tuah, Surabaya. H. 3-1. 26. Rukmini A. 2007. Regenerasi minyak
16. Ueno H, Mori T, Fujinaga T. 2001. Topical goreng bekas dengan arang sekam menekan
Formulation and Wound Healing kerusakan organ tubuh. Seminar Nasional
Applications Of Chitosan. Advanced Drug Teknologi, Yogyakarta. P. 9-1.
Delivery Reviews, 52(2): 115-105. 27. Kusmawati D. 2004. Bersahabat dengan
17. Masuoka K., Ishihara M., Asazuma T., hewan coba, 1sted., Gadjah Mada University
Hattori H., Matsui T. 2005. The interaction Press.
of chitosan with fibroblast growth factor-2 28. Tang ZX, Shi LE, Qian JQ. 2007. Neutral
and its protection from inactivation. lipase from aqueous solutions on chitosan
Biomaterials, 26: 3284-3277. nano-particles. Biochemical Engineering
18. Schultz GS, Ladwig G, Wysocki A. 2005. Journal, 34(3): 223-217.
Extracellular matrix: review of its roles in 29. Alemdaroglu C, Degim Z, Celebi N, Zor F,
acute and chronic wounds. Available from Ozturk S, Erdogan D. 2006. An
http://www.worldwidewounds.com/2005/au investigation on burn wound healing in rats
gust/Schultz/Extrace-Matric-Acute- with chitosan gel formulation containing
Chronic-Wounds.html. Diakses 5 Februari epidermal growth factor. Burns, 32: 327-
2014. 319.
19. Astuti T. 2006. Efek derajat deasetilasi dan 30. Tawi M. 2008. Proses Penyembuhan Luka.
konsentrasi kitosan terhadap daya hambat Available from
Streptococcus mutan dan Candida albicans. http://www.syehaceh.wordpress.com/2008/
Tesis, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas 05/13/proses-penyembuhan-luka Diakses 15
Airlangga. P. 40-25. Juni 2013.
20. Saputra HA. 2012. Perbandingan 31. Sonia TA, Sharma CP. 2011. Chitosan and
Kesembuhan Luka Episiotomi Dengan its derivatives for drug delivery perspective.
Luka Ruptur Perineum Tingkat 1-2 Pada Adv Polym Svi 243: 54-23.
Primigravida Di RSUP H. Adam Malik 32. Semalty A. 2006. Mucoadhesive Polymers–
Medan. Tesis, Universitas Sumatera Utara A review. Available from
21. Dai TH, Tanaka M, Huang YY, Hamblin http://www.pharmainfo.net/reviews/mucoad
MR. 2011. Chitosan preparations for hesive-polymers-review. Diakses 3
wounds and burns: antimicrobial and Februari 2014.
wound-healing effects. Expert review of 33. Sigma-Aldrich. 2013. Chitosan. Available
anti-infective therapy, 9(7): 879-857. from
22. Krause F. 2002. Wound Healing. Available http://www.sigmaaldrich.com/catalog/produ
from ct/aldrich/448869?lang~en®ion~1D.
http://www.charite.de/klinphysio/bioinfo/3_ Diakses 14 Januari 2014.
k-pathophy- 34. Alsarra IA. 2009. Chitosan topical gel
fromm/05ws_skripten/Krause/webscript_kr formulation in the management of burn
ause.htm Diakses 23 Juli 2013. wounds. International Journal of Biological
23. Morris PJ, Malt RA. 1995. Oxford Macromolecules.P. 21-16.
Textbook of Surgery. Sec. 1 Wound 35. Chen MC, Mi FL, Liao ZX, Sung HW.
healing. New York-Oxford-Tokyo Oxford 2011. Chitosan: its Applications in Drug
University Press.P. 60-56. Eluting Devices. Advances in Polymer
24. Rochima E, Suhartono MT, Syah D, dan Science, 243: 230-185.
Sugiyono. 2007. Viskositas dan Berat
10