9447 26417 1 PB
9447 26417 1 PB
9447 26417 1 PB
ABSTRACT
ABSTRAK
konsumen. Kedua saluran ini memiliki tujuan yang sama yaitu mendistribusikan
kopra sampai ke konsumen. Salurantataniaga yang digunakanolehpengolahkopra di
Desa Oengkapala lebih memilih memasarkan kopranya melalui lembaga
pemasaran dari pengolah kopra kepedagang pengumpul. Alasan pengolah kopra
menjual kopranya kepada pedagang pengumpul yaitu besarnya biaya pemasaran
dan kurangnya transportasi. Analisis peningkatan pendapatan pengolah kopra di
Desa Oengkapala pada musim panen I kurang meningkat sedangkan musim panen
II termaksud dalam kategori meningkat. Dalam kelima informan terpilih yakni
pengolah kopra semuanya mengalami peningkatan pendapatan pada musim panen
II dikarenakan Pendapatan pengolah kopra ini disebabkan antara lain perbedaan
hargajual kopra dan perbedaan besarnya hasil produksi kopra masing-masing
musim panen kelapa menjadi kopra.
I. PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana usaha tataniaga
kopra dalam meningkatkan pendapatan keluarga di Desa Oengkapala Kecamatan
Wakorumba Utara Kabupaten Buton Utara ?
284
Vol. 3 No. 2. pp. 283-301. Jurnal BUSINESS UHO: Jurnal Administras Bisnis. July 2018. Faculty
of Social and Political Sciences, Halu Oleo University Kendari. Southeast Sulawesi. Indonesia.
ISSN 2503-1406. Open Access At. Ojs.uho.ac.id/index.php.BUSINESSUHO.
285
Vol. 3 No. 2. pp. 283-301. Jurnal BUSINESS UHO: Jurnal Administras Bisnis. July 2018. Faculty
of Social and Political Sciences, Halu Oleo University Kendari. Southeast Sulawesi. Indonesia.
ISSN 2503-1406. Open Access At. Ojs.uho.ac.id/index.php.BUSINESSUHO.
286
Vol. 3 No. 2. pp. 283-301. Jurnal BUSINESS UHO: Jurnal Administras Bisnis. July 2018. Faculty
of Social and Political Sciences, Halu Oleo University Kendari. Southeast Sulawesi. Indonesia.
ISSN 2503-1406. Open Access At. Ojs.uho.ac.id/index.php.BUSINESSUHO.
terhadap jumlah produksi yang dihasilkan, dengan asumsi bahwa semakin luas
lahan yang digarap dengan baik maka akan memberikan hasil yang semakin baik
pula.
Adapun luas lahan yang dimaksud adalah luas lahan yang diusahan pengolah
kopra untuk pertanaman kelapa. Mengenai luas lahan garapan dapat dilihat pada
tabel berikut:
287
Vol. 3 No. 2. pp. 283-301. Jurnal BUSINESS UHO: Jurnal Administras Bisnis. July 2018. Faculty
of Social and Political Sciences, Halu Oleo University Kendari. Southeast Sulawesi. Indonesia.
ISSN 2503-1406. Open Access At. Ojs.uho.ac.id/index.php.BUSINESSUHO.
Dari skema di atas diketahui bahwa terdapat dua saluran pemasaran kopra di
Desa Oengkapala. Untuk lebih rinci, saluran pemasaran dapat dilihat pada bahasan
berikut:
1) Saluran Pemasaran I
Pada saluran I, pengolah kopra menjual kopranya ke pedagang pengumpul
kemudian pedagang pengumpul langsung menjualnya ke pedagang besar. pengolah
kopra menjual ke pedagang pengumpul yang ada di Desa Oengkapala dengan
sistem menunggu yaitu pedagang pengumpul datang ke tempat pengolahan untuk
membeli kopra. Pedagang pengumpul membeli kopra dengan harga Rp. 4.300/kg.
2) Saluran Pemasaran II
288
Vol. 3 No. 2. pp. 283-301. Jurnal BUSINESS UHO: Jurnal Administras Bisnis. July 2018. Faculty
of Social and Political Sciences, Halu Oleo University Kendari. Southeast Sulawesi. Indonesia.
ISSN 2503-1406. Open Access At. Ojs.uho.ac.id/index.php.BUSINESSUHO.
Pada saluran II, pengolah kopra mengolah sendiri kelapa kupas sampai
menjadi kopra yang kemudian langsung dijual kepada pedagang besar atau kilang
minyak. pengolah kopra tidak menjual kelapa kupas namun langsung menjual
kopra dengan harga Rp. 5.200/kg.
Dalam pelaksanaan fungsi pemasaran kopra di wilayah penelitian, para
pengolah kopra sebenarnya dapat meningkatkan keuntungannya dengan melakukan
fungsi-fungsi tataniaga / pemasaran yang sebenarnya dapat ditanggulangi oleh para
pengolah kopra itu sendiri, yaitu melakukan kerjasama dalam kegiatan pemasaran,
perajin dapat memperbear volume penjualan mereka sehingga akan menekankan
biaya-biaya pemasaran yang digunakan serta untuk memperoleh kualitas kopra
yang baik merupakan standar mutu oleh pedagang besar.
b. Lembaga Tataniaga
Mengenai harga dan jumlah pengolah Kopra yang menjual hasil produksinya
pada masing-masing lembaga pemasaran dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 6. Harga Kopra Dan Jumlah Informan Yang Memasarkan Pada Tiap
Lembaga Pemasaran Di Desa Oengkapala Kecamatan Wakorumba Utara
Kabupaten Buton Utara Tahun 2018
Presentase
Harga (Rp/Kg) Jiwa
Lembaga (%)
No
Pemasaran Musim Musim Panen
Panen I II
1. Pedagang 4.000 4.300 4 80,00
Pengumpul
2. Pedagang Besar 5.000 5.200 1 20,00
Jumlah 5 100,00
Sumber : Data primer diolah, 2018
Tabel 7. Jumlah Informan Yang Memasarkan Pada Tiap Lembaga Pemasaran Di
Desa Oengkapala Kecamatan Wakorumba Utara Kabupaten Buton Utara
Tahun 2018
Presentase
Lembaga Tataniaga
(%)
No Nama Pengolah Kopra
Pedagang Pedagang
Pengumpul Besar
1 Abdul Mutalib PD - 20%
2 Firmansyah PD - 20%
3 Safiruddin PD - 20%
4 La Dahili PD - 20%
5 La Payo - PB 20%
Jumlah 4 1 100%
Sumber : Data primer diolah, 2018
Berdasarkan tabel 7 menunjukan bahwa 5 informan terdapat 4 orang yang
menggunakan lembaga pemasaran melalui pedagang pengumpul dan 1 informan
yang menggunakan lembaga pemasaran melalui pedagang besar. Harga pembelian
kopra cukup tinggi terjadi pada musim panen II pada pedagang besar yaitu Rp
5.200, sedangkan melalui pedagang pengumpul harga yang diperoleh lebih rendah
289
Vol. 3 No. 2. pp. 283-301. Jurnal BUSINESS UHO: Jurnal Administras Bisnis. July 2018. Faculty
of Social and Political Sciences, Halu Oleo University Kendari. Southeast Sulawesi. Indonesia.
ISSN 2503-1406. Open Access At. Ojs.uho.ac.id/index.php.BUSINESSUHO.
yaitu sebesar Rp. 4.300. sedangkan pada musim panen I harga kopra relatif
menurun pada pedagang besar sebesar Rp. 4000 dan pada pedagang pengumpul
yaitu Rp. 5.000.
Berdasarkan hasil Penelitian pada tabel 11 menunjukan ke empat informan
perajin kopra lebih banyak memilih menjual hasil produksi kopranya pada
pedagang pengumpul sedangkan satu informan memilih menjual hasil produksi
kopranya pada pedagang besar. Pada tabel di atas terlihat bahwa informan lebih
memilih penjualan kopra kepada pedagang pengumpul. Hal ini disebabkan karena
tingginya biaya pemasaran yang akan digunakan oleh pengolah kopra jika mereka
menjual kopranya pada pedagang besar.
3. Analisis Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Menurut Kotler (2002;17-18) bauran pemasaran dapat diklasifikasikan
menjadi 4P (Product, Price, Place, Promotion). Untuk lebih jelasnya, penulis akan
membahas secara singkat mengenai keempat elemen bauran pemasaran antara lain
sebagai berikut:
1. Produk ( Product )
Produk yang dihasilkan oleh perusahaan pengolahan yaitu kelapa kering
menjadi produk akhir berupa kopra. Produk akhir tersebut dikemas dalam karung
goni, dan siap diangkut oleh pedagang pengumpul atau disalurkan ke pedagang
besar. Adapun cara proses produksi kelapa menjadi kopra di Desa Oengkapala:
a. Peralatan Pengolahan Kopra
Peralatan merupakan suatu bagian yang sangat penting dalam setiap
kegiatan karena dapat mempermudah petani dalam melakukan pengolahan kopra
baik secara manual maupun menggunakan mesin. Adapun jenis-jenis alat yang
digunakan yaitu:
1. Parang merupakan alat yang digunakan untuk melakukan pemanjatan, agar
dengan mudah untuk menjatuhkan buah kelapa, selain itu parang digunakan
untuk membelah kelapa.
2. Sula/ alat Pencungkil merupakan alat yang digunakan untuk mencungkil
kelapa atau pemisahan antara daging kelapa dengan tempurung kelapa
sehingga mempermudah dalam melakukan pengasapan.
3. Gerobak kayu merupakan alat yang digunakan untuk melakukan
pengumpulan buah kelapa yang sudah selesai dipanjat.
4. Terpal merupakan alat yang digunakan untuk menghalangi angin
sehingga dapat mempercepat pengeringan selain itu terpal digunakan untuk
menutupi kopra (kelapa olahan) agar agar terlindung dari air hujan.
5. Bangku merupakan alat yang digunakan sebagai tempat duduk agar
mempermudah dalam melakukan proses pencungkilan daging kelapa dan
pembelahan kelapa.
6. Rumah-rumahan pemanggangan kopra yaitu tempat proses pengolahan buah
kelapa menjadi kopra.
1. Proses Produksi kopra
Bahan dasar pembuatan kopra adalah daging buah kelapa. Pada umur 160
hari daging buah (endosperm) mulai terbentuk, pada umur 300 hari mencapai
maksimal, dan pada umur 12 bulan buah menjadi masak.
Berdasarkan hasil penelitian di Desa oengkapala Adapun proses pembuatan
kopra sebagai berikut:
290
Vol. 3 No. 2. pp. 283-301. Jurnal BUSINESS UHO: Jurnal Administras Bisnis. July 2018. Faculty
of Social and Political Sciences, Halu Oleo University Kendari. Southeast Sulawesi. Indonesia.
ISSN 2503-1406. Open Access At. Ojs.uho.ac.id/index.php.BUSINESSUHO.
291
Vol. 3 No. 2. pp. 283-301. Jurnal BUSINESS UHO: Jurnal Administras Bisnis. July 2018. Faculty
of Social and Political Sciences, Halu Oleo University Kendari. Southeast Sulawesi. Indonesia.
ISSN 2503-1406. Open Access At. Ojs.uho.ac.id/index.php.BUSINESSUHO.
Setelah proses pencungkilan kopra di cincang agar lebih efisien dan mudah
di simpan di masukan ke dalam karung Produk Kopra siap di pasarkan. berikut
strukrur proses pembuatan kelapa menjadi kopra :
Pengangkutan Bahan
Pemanggangan / Pengasapan
Pemanggangan / Pengasapan
Pencungkilan
Kopra
b. Harga ( Price )
Harga jual untuk produk olahan kopra yaitu ditetapkan sesuai dengan asumsi
pada saluran I yaitu Rp 4.300 /Kg sedangkan pada saluran II yaitu sebesar Rp
5.200 /Kg. Penetapan harga tersebut merupakan penetapan harga berdasarkan yang
sudah di oleh pemerintah dan tergantung pada permainan tengkulak yang tetapkan
oleh masing-masing lembaga dan konsumen akhir. Harga tersebut dimaksudkan
juga untuk memperoleh pasar yang lebih baik sebagai strategi harga oleh
perusahaan.
c. Tempat ( Place )
Tempat produksi kopra berlokasi di Desa Oengkapala biasanya diproduksi di
lahan atau kebun kelapa. Sedangkan produk akan didistribusikan untuk memenuhi
pasar Jabodetabek dan sekitarnya utamanya. Hal tersebut karena Jabodetabek
terutama kendari mempunyai pasar yang ramai sesuai dengan peluang pasar.
Produk dapat didistribusikan dengan menggunakan beberapa cara yaitu pengiriman
dari perusahaan atau dengan pihak distributor mendatangi perusahaan.
d. Promosi ( Promotion )
Berdasarkan hasil penelitian Proses pemasaran yang mencakup kegiatan
promosi dapat dilakukan dengan cara pengolah kopra mendatangi sendiri pedagang
besar dan pedagang pengumpul atau lewat alat komunikasi Handphone/HP
langsung menghubungi pedagang pengumpul. Komunitas usaha sejenis, yaitu
pengolahan kelapa, merupakan komunitas yang baik sebagai awal pemasaran dan
juga sebagai sumber informasi bagi perusahaan. Berdasarkan hasil observasi,
komunitas usaha jenis kelapa belum terbentuk, namun komunitas yang
berhubungan dengan agribisnis kelapa cukup banyak. Komunitas tersebut antara
lain Perkosmi (Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia) dan The Green Coco
292
Vol. 3 No. 2. pp. 283-301. Jurnal BUSINESS UHO: Jurnal Administras Bisnis. July 2018. Faculty
of Social and Political Sciences, Halu Oleo University Kendari. Southeast Sulawesi. Indonesia.
ISSN 2503-1406. Open Access At. Ojs.uho.ac.id/index.php.BUSINESSUHO.
Island. Hal tersebut cukup berguna untuk menjaga pemasaran produk dan bukan
hanya saat pengenalan saja.
Informasi pasar sangat berguna untuk mengetahui keadaan produk yang
bersangkutan sehingga petani, pedagang dan konsumen dapat mengetahui harga
dan situasi pasar. Bagi petani ini berfungsi untuk mengetahui berapa harga jual
hasil produksi pada saat itu sehingga petani tidak akan tertipu oleh situasi pasar.
Akan tetapi keadaan ini masih sulit dilakukan, informasi pasar ini sering terlambat
sampai ke petani. Kebanyakan para pedagang masih cenderung dapat menekan
harga sesuai dengan kesepakatan diantara pedagang dan keadaan daerah-daerah
pasarnya. Dengan demikian kekuatan tawar menawar petani masih rendah.
293
Vol. 3 No. 2. pp. 283-301. Jurnal BUSINESS UHO: Jurnal Administras Bisnis. July 2018. Faculty
of Social and Political Sciences, Halu Oleo University Kendari. Southeast Sulawesi. Indonesia.
ISSN 2503-1406. Open Access At. Ojs.uho.ac.id/index.php.BUSINESSUHO.
294
Vol. 3 No. 2. pp. 283-301. Jurnal BUSINESS UHO: Jurnal Administras Bisnis. July 2018. Faculty
of Social and Political Sciences, Halu Oleo University Kendari. Southeast Sulawesi. Indonesia.
ISSN 2503-1406. Open Access At. Ojs.uho.ac.id/index.php.BUSINESSUHO.
295
Vol. 3 No. 2. pp. 283-301. Jurnal BUSINESS UHO: Jurnal Administras Bisnis. July 2018. Faculty
of Social and Political Sciences, Halu Oleo University Kendari. Southeast Sulawesi. Indonesia.
ISSN 2503-1406. Open Access At. Ojs.uho.ac.id/index.php.BUSINESSUHO.
Tabel 12. Jumlah Biaya Tetap (TVC) Pada Musim panen I dan Musim Panen II
Informan Di Desa Oengkapala, Tahun 2018
Total Biaya Tetap (TFC)
No Nama Pengolah Kopra
MP I MP II
1 Abdul Mutalib 300.000 200.000
2 Firmansyah - -
3 Safiruddin 500.000 100.000
4 La Dahili 200.000 100.000
5 La Payo 300.000 450.000
Jumlah 1.300.000 950.000
Rata-rata 260.000 190.000
Sumber : Data primer diolah, 2018
Berdasarkan tabel di atas maka dapat dilihat bahwa biaya tetap (TFC) adalah
jumlah biaya-biaya yang di keluarkan oleh perajin kopra. Biaya ini meliputi biaya
penyusutan peralatan yang digunakan oleh informan. Pada musim panen I jumblah
biaya penyusutan yang tertinggi di peroleh Bapak Safiruddin sebesar Rp. 500.000
dan musim panen II Biaya tetap total (TFC) jumlah biaya penyusutan yang
tertinggi yakni diperoleh Bapak La Payo sebesar Rp. 450.000, sedangkan yang
tidak mengeluarkan biaya penyusutan yaitu Bapak Firmansyah.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa informan pengolah kopra tidak terlalu
banyak menggunakan biaya tetap (penyusutan) dalam pengolahan kopra, ini
disebabkan karena setiap peralatan yang rusak akan diganti dengan peralatan baru
sesuai dengan kebutuhan informan perajin kopra. Oleh karena itu biaya peralatan
akan muncul pada saat peralatan yang digunakan rusak.
296
Vol. 3 No. 2. pp. 283-301. Jurnal BUSINESS UHO: Jurnal Administras Bisnis. July 2018. Faculty
of Social and Political Sciences, Halu Oleo University Kendari. Southeast Sulawesi. Indonesia.
ISSN 2503-1406. Open Access At. Ojs.uho.ac.id/index.php.BUSINESSUHO.
III. Pembahasan
1. Analisi Usaha Tataniaga Kopra Dalam Meningkatkan Pendapatan
Keluarga Di Desa Oengkapala
Menurut Kotler (2002), saluran tataniaga adalah serangkaian lembaga yang
melakukan semua fungsi yang digunakan untuk menyalurkan produk dan status
kepemilikannya dari produsen ke konsumen. Produsen memiliki peranan utama
dalam menghasilkan barang-barang dan sering melakukan sebagian kegiatan
pemasaran, sementara itu pedagang menyalurkan komoditas dalam waktu, tempat,
bentuk yang diinginkan konsumen. Hal ini berarti bahwa saluran tataniaga yang
berbeda akan memberikan keuntungan yang berbeda pula kepada masing-masing
lembaga yang terlibat dalam kegiatan tataniaga tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian Saluran pemasaran kopra di daerah penelitian
terdapat 2 saluran tataniaga, mulai dari produsen ke pedagang pengumpul hingga
kepada konsumen dan mulai dari produsen langsung kepada konsumen. Kedua
297
Vol. 3 No. 2. pp. 283-301. Jurnal BUSINESS UHO: Jurnal Administras Bisnis. July 2018. Faculty
of Social and Political Sciences, Halu Oleo University Kendari. Southeast Sulawesi. Indonesia.
ISSN 2503-1406. Open Access At. Ojs.uho.ac.id/index.php.BUSINESSUHO.
saluran ini memiliki tujuan yang sama yaitu mendistribusikan kopra sampai ke
konsumen. Berdasarkan hasil penelitian maka skema saluran tataniaga kopra di
Desa Oengkapala dapat digambarkan sebagai berikut:
1) Saluran Pemasaran I
Pemilik kopra Pedagang Pedagang
pengumpul Besar
2) Saluran Pemasaran II
298
Vol. 3 No. 2. pp. 283-301. Jurnal BUSINESS UHO: Jurnal Administras Bisnis. July 2018. Faculty
of Social and Political Sciences, Halu Oleo University Kendari. Southeast Sulawesi. Indonesia.
ISSN 2503-1406. Open Access At. Ojs.uho.ac.id/index.php.BUSINESSUHO.
299
Vol. 3 No. 2. pp. 283-301. Jurnal BUSINESS UHO: Jurnal Administras Bisnis. July 2018. Faculty
of Social and Political Sciences, Halu Oleo University Kendari. Southeast Sulawesi. Indonesia.
ISSN 2503-1406. Open Access At. Ojs.uho.ac.id/index.php.BUSINESSUHO.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Propinsi Sulawesi Tenggara. 2017. Kabupaten Buton Utara
Dalam Angka 2017. Sulawesi Tenggara: Badan Pusat Statistik.
300
Vol. 3 No. 2. pp. 283-301. Jurnal BUSINESS UHO: Jurnal Administras Bisnis. July 2018. Faculty
of Social and Political Sciences, Halu Oleo University Kendari. Southeast Sulawesi. Indonesia.
ISSN 2503-1406. Open Access At. Ojs.uho.ac.id/index.php.BUSINESSUHO.
301