Nursing Care of CKD: Fungsi Ginjal

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

7/15/2019

FUNGSI GINJAL

NURSING CARE OF CKD

YUNIE ARMIYATI

FUNGSI NON EKSKRESI


FUNGSI GINJAL (FUNGSI METABOLIK)
• Fungsi Ekskresi • Intrarenal Hormones (produced by the kidney)
1. Body water regulation: memproduksi Renin, 1.25 dihydroxy-
 Mengatur keseimbangan cairan tubuh  mengatur output
urine, mengatur tekanan darah cholecalciferol (vitamin D3) & erythropoietin
 Mempertahankan osmolalitas plasma ± 285 mosmL dengan • Extrarenal hormones with kidney as major target
mengubah ekskresi air. organ  aldostreron & steroids, vasopressin
2. Acid base balance : Mengatur keseimbangan asam basa. (antidiuretic hormone)
3. Electrolit balance: Mempertahankan keseimbangan
elektrolit plasma (ion Na, K+, Cl-, PO4) • Renal metabolisme and excretion 
4. Regulatory extretory: Mengekskresikan produk menghancurkan dan mengeluarkan hormon peptida,
ampas/sisa metabolisme (produk akhir nitrogen dari steroid, prostalglandin dan catecholamines
metabolisme protein  urea, asam, urat, creatinin), (adrenalin, epineprin)
mengekskresikan zat toxic, obat .
• Degradasi insulin

HUBUNGAN ADH, RENIN, ALDOSTERON, TERHADAP


PENGATURAN CAIRAN OLEH GINJAL
Kehilangan Cairan Tubuh
(dehidrasi, hemoragi, emesis)

↑ osmolalitas serum Osmolalitas plasma Volume cairan tubuh

Sekresi ADH Angiotensin ↓ TD


Rangsangan
Hipotalamus
↓ Natrium Serum ↓ LFG

Rangsang Korteks Rangsangan aparatus


Adrenal Jukstaglomerolus

↑ Permeabilitas tubulus Sekresi Aldosteron Sekresi Renin


terhadap air

Rangsang sel tubular Angiotensin diubah


↑ Reabsorbsi air menjadi angiotensin I

↑ Reobsorbsi Na Dipulmoner diubah


↑ Osmolalitas serum menjadi angiotensin II

Kontriksi arteri perifer


↑ TD
↑ LFG

1
7/15/2019

Kolekalsiferol METABOLISME VITAMIN D Kolekalsiferol METABOLISME VITAMIN D


(Vitamin D) (Vitamin D)

Hati Hati

25 - 25 -
Hidroksikolekalsiferol Hidroksikolekalsiferol
Paratiroid Paratiroid
Ginjal Ginjal
Hormon Hormon
1, 25 1, 25
Dehidroksikolekalsiferol Dehidroksikolekalsiferol
Epitel Pencernaan Epitel Pencernaan
Terbentuknya ikatan kalsium & Terbentuknya ikatan kalsium &
protein dalam epitel usus protein dalam epitel usus

Absorbsi kalsium dalam Absorbsi kalsium dalam


usus usus

Konsentrasi ion kalsium Konsentrasi ion kalsium

MASALAH PENGERTIAN
 Ginjal  organ vital bagi kelangsungan hidup Penyakit ginjal kronik (Chronic Kidney
manusia  fungsi normal adalah mengatur cairan Disease / CKD) adalah gangguan fungsi
tubuh, mempertahankan keseimbangan elektrolit,
mengatur keseimbangan asam basa dan pH ginjal yang progresif dan ireversibel,
dalam darah, fungsi endokrin dan hormonal berlangsung > 3 bulan,  tubuh gagal
(Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheever, 2013) untuk mempertahankan metabolisme
 Kerusakan ginjal  gangguan system tubuh serta keseimbangan cairan dan elektrolit
secara umum.
 Survei PERNEFRI tahun 2009 menunjukkan 12,5% sehingga menyebabkan uremia (Smeltzer,
populasi mengalami penurunan fungsi ginjal itu et al, 2013; KDIGO, 2013).
dengan GFR (Glomerular Filtration Rate) kurang
dari 60 mL/ menit (Suhardjono, 2009)

KRITERIA PGK KATEGORI GFR (KDIGO, 2013)


(KDIGO, 2013)
GFR
1. Petanda kerusakan ginjal (satu atau lebih) Kategori
(ml/mt/1,73 Batasan
GFR
a. Albumiuria (≥ 30 mg/ 24 jam) m²)
b. Alumine Creatinine Ratio (ACR) ≥ 30 mg/ gl (≥ 3 G1 > 90 Normal atau tinggi
mg/ mmol) G2 60 – 89 Penurunan ringan
c. Abnormaltas pada sedimen urine G3a 45 – 59 Penurunan ringan sampai sedang
d. Gangguan elektrolit dan abnormalitas tubulus G3b 30-44 Penurunan sedang sampai berat
e. Abnormalitas pada pemeriksaan histologi
f. Abnormalitas struktur pada pemeriksaan imaging G4 15 – 29 Penurunan berat
g. Riwayat transplantasi ginjal G5 < 15 Gagal ginjal

2. Penurunan GFR (GFR< 60 ml/mt/1,73 m²)

2
7/15/2019

DERAJAT CKD BERDASAR GFR (NKDOQI) ETIOLOGI


Tahap GFR Karakteristik
(ml/mt/1,73 a. Penyakit Glomerulonefritis kronik
m²) b. Infeksi karena Pielonefritis kronik dan Renal Tuberculosis;
c. Penyakit vaskular hipertensif meliputi Hipertensi renovaskuler
I > 90 Kerusakan ginjal dengan GFR normal atau meningkat, fungsi intrarenal dan ekstrarenal, nefrosklerosis dan stenosis arteri
ginjal normal tapi telah terjadi abnormalitas patologi dan renalis
komposisi darah & urin d. Gangguan jaringan penyambung (Lupus eritematosus,
poliarteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif)
II 60 – 89 Penurunan GFR ringan, fungsi ginjal menurun ringan e. Gangguan kongenital dan herediter berupa polycistic kidney
ditemukan abnormalitas patologi dan komposisi dari darah disease, hipoplastik ginjal, asidosis tubulus ginjal
dan urin f. Penyakit metabolik meliputi (Diabetes mellitus, Gout,
Hiperparatiroidisme, Amiloidosis, dan Scleroderma)
III 30 – 59 Penurunan GFR sedang, penurunan fungsi ginjal sedang g. Nefropati toksik berupa penyalahgunaan bahan-bahan
IV 15 – 29 Penurunan fungsi ginjal yang berat. nefrotoksik
h. Nefropati obstruktif karena kalkuli, neoplasma, fibrosis
V < 15 Terjadi penyakit ginjal tahap akhir, penurunan fungsi ginjal retroperitoneal, BPH, striktur uretra dan anomali kongenital.
sangat berat, diperlukan terapi pengganti ginjal permanen. (Smeltzer, et al (2013), Renal Assosiation (2009) dan NKF-
KDOQI (2009)

ETIOLOGI COMORBID PGK DI INDONESIA (2017)

 Penelitian di Eropa menunjukkan bahwa CKD


dialami lebih banyak pada pasien punya riwayat
arterial hipertensi sebesar 42% (Grabysa &
Kholewa, 2008).
 Penelitian di Jepang juga menunjukkan 53% pasien
CKD memiliki riwayat hipertensi (Takamatsu, Abe,
Tominaga, Nakahara, Iti, Kim, Kitazake & Doi, 2009)
 Penelitian di Semarang menunjukkan 93% pasien
hipertensi mengalami CKD (Armiyati, Setyawati,
2017)

PATOFIOLOGI CKD
DERAJAT CKD BERDASAR GFR
KARENA HIPERTENSI
Tahap GFR Karakteristik Hipertensi tidak terkontrol dan lama
(ml/mt/1,73
m²) Perubahan struktur pada arteriol di ginjal
I > 90 Kerusakan ginjal dengan GFR normal atau meningkat, fungsi
ginjal normal tapi telah terjadi abnormalitas patologi dan Terjadi arterioskelosis ginjal
komposisi darah & urin
II 60 – 89 Penurunan GFR ringan, fungsi ginjal menurun ringan Iskemia (penyempitan lumen vaskuler intrarenal)
ditemukan abnormalitas patologi dan komposisi dari darah
dan urin Sklerosis pada arteriol aferen
III 30 – 59 Penurunan GFR sedang, penurunan fungsi ginjal sedang
Penyumbatan arteria dan arteriol
IV 15 – 29 Penurunan fungsi ginjal yang berat.
V < 15 Terjadi penyakit ginjal tahap akhir, penurunan fungsi ginjal Kerusakan glomerulus dan atrofi tubulus
sangat berat, diperlukan terapi pengganti ginjal permanen.
Nefron rusak

Gagal ginjal.

3
7/15/2019

PATOFISOLOGI CKD
Perjalanan CKD diawali dengan pengurangan cadangan ginjal yaitu
fungsi ginjal sekitar 3 – 50%  berkurangnya fungsi ginjal terjadi
tanpa akumulasi sampah metabolik dalam darah sebab nefron yang
tidak rusak akan mengkompensasi nefron yang rusak.
Proses kegagalan ginjal selanjutnya masuk pada kondisi insufisiesi
ginjal sisa akhir metabolisme (ureum darah, kreatinin serum, asam
urea, dan fosfor) mulai terakumulasi dalam darah karena nefron sehat
yang tersisa tidak cukup untuk mengkompensasi nefron yang tidak
berfungsi  perlu terapi medik diperlukan pada kondisi ini
Apabila penangan tidak adekuat, proses gagal ginjal berlanjut 
pasien berada pada tahap penyakit ginjal tahap akhir (End Stage Renal
Disease / ESRD)  ginjal tidak dapat mempertahankan homeostasis
 timbul berbagai manifestasi klinik dan komplikasi pada seluruh
sistem tubuh (Ignatavicius & Workman, 2006; Smeltzer, et al, 2013).

PRINSIP MANAJEMEN
TATA LAKSANA CKD
KONSERVATIF
STAGE GFR (ML/MT/1,73 M²) RENCANA TATALAKSANA 1. Mencegah perburukan fungsi ginjal
1 > 90 TERAPI PENYAKIT DASAR, KONDISI  Cegah obat nefrotoksik  termasuk penggunaan zat
KOMORBID, EVALUASI PERBURUKAN kontras
FUNGSI GINJAL, MEMPERKECIL RISIKO  Cegah overload cairan
KARDIOVASKULER  Cegah imbalans elektrolit
 Restriksi protein dan cairan
2 60 – 89 MENGHAMBAT PERBURUKAN FUNGSI 2. Mengurangi gejala uremia
GINJAL
3. Pengobatan tepat
3 30 – 59 EVALUASI DAN TERAPI KOMPLIKASI 4. Kontrol Hipertensi
4 15 – 29 PERSIAPAN UNTUK PENGGANTIAN
5. Cegah Infeksi
GINJAL 6. Pendidikan kesehatan
7. Manajemen diit
5 < 15 TERAPI PENGGANTI GINJAL

PENATALAKSANAAN KONSERVATIF DIETARY GUIDELINES (1)


Manajemen diit dan cairan 1. Evidence based terkait manajemen nutrisi pasien CKD  asupan
Manajemen hipertensi protein 0,75-1,9 g/kg BB/hari meliputi:
Manajemen anemia  CKD stadium 1-2 protein 0,75-1,9 g/kg BB/hari
Manajemen hiperkalemi  CKD stadium 3-4  protein 0,6-0,75 g/kg BB/hari,
Manajemen hiperuresimia
 CKD stadium 5 dengan HD  protein 1-1,2 g/kg BB/hari, dan
Manajemen hiperfosfatemi
pasien dengan PD asupan protein 1,2-1,5 g/kg BB/hari (Dietitians
Manajemen dislipidemia
Association of Australia / DAA, 2006).
Manajemen asidosis metabolik
Manajemen osteodistrofi renal  Diit protein 50% mengandung nilai biologi tinggi dengan
Manajeman neuropati perifer substansi protein lengkap yang diperlukan untuk pertumbuhan
Manajemen infeksi dan perbaikan sel (NKF-KDOQI, 2009).

4
7/15/2019

DIETARY GUIDELINES (2) MANAJEMEN HIPERTENSI & ANEMIA


2. Pembatasan kalium  Intake kalium tidak boleh melebihi 2,3 -2,7 Manajemen Hipertensi
g/kgBB/hari (DAA, 2006)  Makanan tinggi kalium seperti jeruk, Pengaturan gaya hidup (mengurangi berat badan, mencegah
pisang, buah dan kacang yang diawetkan, melon, kentang, tomat, obesitas, melakukan latihan fisik 30 menit per hari, berhenti
susu dan yogurt harus dihindari konsumsi alkohol dan rokok serta membatasi konsumsi garam <
3. Diit rendah natrium  pada pasien CKD intake natrium adalah 80- 2,4 gram/hari ), membatasi kelebihan cairan, pemberian obat
120 mmol/ hari atau sekitar 1,8-2,8 g/ hari. antihipertensi serta melalui pengaturan ultrafiltrasi bila pasien
4. Diit rendah fosfat  diit fosfat pada pasien CKD dibatasi sampai 8-10 sedang menjalai dialisis (Price & Wilson, 2005; NKF-KDOQI, 2006;
g/ hari. Diet rendah fosfat dengan membatasi makanan tinggi fosfat Smeltzer, et al, 2008).
seperti: susu dan hasil olahannya, soft drink mengandung Cola, Manajemen Anemia
kacang-kacangan, gandum, hati, dll (Daugirdas et al, 2007). Memperkecil kehilangan darah selama dialisis, terapi besi,
5. Pembatasan cairan  intake cairan pada pasien CKD adalah jumlah pemberian ESA (eritropoetin stimulating agent), terapi adjuvan
urin yang dikeluarkan selama 24 jam terakhir ditambah 500 ml, 500 (vitamin C, B6, B12, asam folat dan carnitine), serta pemberian
ml ini untuk mengganti kehilang Insensible water loss (IWL). transfusi darah

MANAJEMEN HIPERKALEMI, MANAJEMEN DISLIPIDEMIA, ASIDOSIS


HIPERURESEMIA, HIPERFOSFATEMI METABOLIK, OSTEODISTROFI RENAL
Manajemen Hiperkalemi Manajemen dislipidemia
Menghindari diit tinggi kalium, terapi obat (Gluconat Calcium, Perubahan gaya hidup (mengurangi konsumsi lemak jenuh,dan
Furosemid) dan hemodialisis (JSN, 2009). menurunkan berat badan), olahraga dan pemberian obat
Manajemen Hiperuresimia Manajemen asidosis metabolik
Asidosis metabolik pada CKD biasanya tidak diobati kecuali bila
Diit rendah purin, pembatasan aktifitas berlebihan dan bikarbonat plasma turun dibawah 15 mEq/L, disertai timbulnya
pemberian obat (Allupurinol) gejala asidosis (Smeltzer et al, 2013). Asidosis berat dapat dikoreksi
Manajemen Hiperfosfatemi dengan pemberian NaHCO3 (natrium bikarbonat) parenteral
pembatasan fosfat 800-1000 mg/hari dan pemberian obat Manajemen osteodistrofi renal
pengikat fosfat (Sevelamer Hydrochloride, Lanthanum Pemberian vitamin D (Calcitriol, Doxecalciferol dan Paricalcitol),
Carbonate, Magnesium Carbonate, Calcium Acetate, Calcium pemberian kalsiumtambahan (Calcium Carbonate, Calcium Acetat
Carbonate, Aluminum Hydroxide, dan Sevelamer Carbonate ) atau Calcium Citrate) , diit rendah fosfat, terapi pengikat fosfat dan
paratiroidektomi (Daugirdas et al, 2014).

TERAPI PENGGANTI GINJAL PENGKAJIAN KEPERAWATAN (1)


1. Riwayat kesehatan dahulu:
Terapi pengganti ginjal Riwayat glomerulonefritis kronis, ISK, pielonefritis, riwayat
diperlukan pada ESRD  hipertensi, riwayat gangguan jaringan penyambung (Lupus
GFR < 15 ml/mnt  jika eritematosus, poliarteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif),
terapi konservatif tidak lagi gangguan kongenital dan herediter (polycistic kidney disease,
hipoplastik ginjal, asidosis tubulus ginjal), penyakit metabolik
efektif (DM, Gout, Amiloidosis, dan Scleroderma), Nefropati obstruktif
DIALISIS karena kalkuli, neoplasma, fibrosis retroperitoneal, BPH, striktur
uretra
 Hemodialisis
2. Riwayat kesehatan keluarga:
 Peritoneal dialisis Adanya riwayat polycistic kidney disease, DM dan hipertensi pada
TRANSPLANTASI GINJAL orang tua

5
7/15/2019

PENGKAJIAN KEPERAWATAN (2) PENGKAJIAN KEPERAWATAN (3)


6. Nutrisi, cairan dan metabolik
3. Pemeliharaan kesehatan
Nutrisi dan metabolik: Anoreksia, mual (nausea), muntah (vomiting). Data lain
Riwayat penggunaan obat nefrotoksik, terpapar logam berat
berupa perubahan rasa, nafas bau urin karena fetor uremik, kerusakan mukosa
4. Pernafasan oral, mulut kotor, peningkatan rasa haus, ketidakmampuan mengunyah dan
Keluhan sesak nafas, takipnea, nafas panjang dan dalam, nafas pendek, menelan karena luka pada mulut.
pernafasan kussmaul, menguap, dan adanya krekles dan ronchi pada Cairan: Edema, penumpukan cairan dalam paru-paru, pleura dan peritoneum
suara paru. Nafas pendek, dispnoe nokturnal, paroksismal, batuk
7. Eliminasi
dengan/tanpa sputum, kental dan banyak, takhipnoe, dispnoe,
peningkatan frekuensi, Batuk produktif dengan / tanpa sputum Oliguri atau anuria, warna urine kuning tua dan pekat, tidak dapat kencing,
abdomen kembung, diare atau konstipasi, perubahan warna urine, (pekat,
5. Sirkulasi
merah, coklat, berawan)
Hipertensi, keluhan nyeri dada, lemas, cepat lelah, pucat, akral dingin,
8. Aktifitas
penurunan capilary refill time (CRT), hipertensi, takkikardi, nadi tidak
teratur dan adanya bunyi jantung tambahan, pembesaran jantung pada Kelelahan ektremitas, kelemahan, malaise, kelemahan otot, kehilangan tonus,
perkusi dan palpasi. penurunan rentang gerak, fraktur patologis

PENGKAJIAN KEPERAWATAN (4) PENGKAJIAN KEPERAWATAN (5)


9. Sensori dan kenyamanan 11. Persepsi dan konsep diri
Penurunan sensasi, parestesia, kesemutan, tidak nyaman, Malu, gangguan gambaran diri, menarik diri, menolak berhubungan dengan
orang lain, keterbatasan peran, tidak bisa menjalankan peran
rasa terbakar pada kaki, gatal pada kulit, nyeri pada kaki
12. Mekanisme koping
dan sendi ataupun pada area invasif.
Perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan, menolak, ansietas,
10. Keamanan takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian,
Pruritus, kulit kering, bekas garukan, ekimosis dan purpura, 13. Seksual
kerusakan mukosa oral, mulut kering dan stomatitis Gangguan potensi seksual, gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi
dampak pada proses ejakulasi serta orgasme, penurunan libido, amenorea,
11. Fungsi neurologis infertilitas.
Perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu konsentrasi, 14. Spiritual
penurunan perhatian, agitasi dan bingung Hambatan dalam beribadah, berhenti beribadah, menyalahkan diri sendiri dan
Tuhan

PENGKAJIAN KEPERAWATAN (6) PENGKAJIAN KEPERAWATAN (7)


Pemeriksaan diagnostik: Pemeriksaan laboratorium:
IVP (Intra Vena Pielografi) untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter
Pemeriksaan darah rutin: LED ↑, Hb ↓, Ht ↓, Eritrosit dan trombosit ↓,
USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan Ureum dan kreatinin ↑, CCT ↓
parenkim ginjal, antomi sistem pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih
serta prostat. Elektrolit darah: Hiponatremi (karena kelebihan cairan), Hiperkalemia,
Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan Hipokalsemia & Hiperfosfatemia (karena gg metabolisme vitamin D),
(vaskuler, parenkim, ekskresi ), serta sisa fungsi ginjal. Hipoalbuminemis dan Hiperkolesterol, Peninggian Gula Darah,
Pemeriksaan radiologi jantung  kardiomegali, efusi perikardial. Hipertrigliserida (akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan,
peninggian hiormon insulin, hormon somatotropik dan menurunnya
Pemeriksaan Radiologi tulang  osteodistrofi (terutama untuk falanks jari),
kalsifikasi metastasik. lipoprotein lipase)
Radilogi paru  uremik lung, edema paru dan efusi pleura Analisis gas Darah: Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi
Pemeriksaan Pielografi Retrograd bila dicurigai obstruksi yang reversibel. menunjukan pH yang menurun, BE yang menurun, HCO3 yang ↓, PCO2
yang menurun karena disebabkan retensi asam-asam organik pada CKD
EKG untuk melihat kemungkinan :hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).

6
7/15/2019

DIAGNOSA KEPERAWATAN (1) DIAGNOSA KEPERAWATAN (2)


Cairan, elektrolit, asam basa
OKSIGENASI
 Kelebihan volume cairan b/d ketidakmampuan ginjal mengeskresikan air dan
 Pola nafas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru karena edema paru, natrium akibat gangguan mekanisme regulasi karena penurunan fungsi ginjal;
efusi pleura; nyeri dada. (00032) ketidakpatuhan dalam pembatasan cairan; kurang pengetahuan tentang
 Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan tidak efektifnya ventilasi pembatasan cairan. (00026)
 Gangguan keseimbangan asam basa: asidosis metabolik b/d gangguan
dan oksigenasi karena edema paru, uremic lung syndrome, dan infeksi mekanisme regulasi
paru; menurunnya membran kapiler alveolar karena efusi pleura. (00030) Nutrisi:
 Resiko penurunan curah jantung b/d peningkatan afterload karena Perubahan membran mukosa oral b/d efek pembatasan cairan; penumpukan
hipertensi dan overload; disritmia karena hiperkalemi, neuropati otonom amonia pada mukosa mulut
dan asidosis metabolik; penurunan kontraktilitas jantung karena Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake tidak adekuat akibat
anoreksia, mual, muntah, ketidakmampuan mencerna akibat stomatitis dan
perikarditis uremia dan anemia (00240) penurunan sensasi rasa; gangguan metabolisme karbohidrat dan protein (00002)
 Resiko perubahan perfusi jaringan (perifer, kardiopulmonal dan serebral) Mual b/d uremia (00134)
b/d penurunan oksigenasi jaringan akibat anemia; penurunan fungsi Eliminasi
jantung. (00201, 00202, 00228) Konstipasi b/d pembatasan cairan; kurang pergerakan; efek pemberian terapi
(NANDA, 2018-2020) fosfat. (00011)

DIAGNOSA KEPERAWATAN (3) DIAGNOSA KEPERAWATAN (4)


Aktifitas dan istirahat
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara masukan Sensasi
dan kebutuhan oksigen sekunder terhadap anemia, penurunan fungsi jantung;
sesak nafas. (00092) Nyeri akut b/d inflamasi sendi sekunder terhadap
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan rentang gerak dan
fraktur patologis sekunder terhadap adanya hipokalsemi, hiperfosfatemi dan hiperuresimia; polineuropati perifer; osteomielitis; penyakit
kalsifikasi metastatik; penurunan kekuatan otot karena miopati; nyeri sendi dan vaskuler perifer dan trauma jaringan sekunder terhadap efek
tulang karena inflamasi dan hiperuresimia. (00085)
Kurang mampu merawat diri: personal higiene, berpakaian, berhias, toileting dan terapi (000132).
makan berhubungan dengan kelemahan fisik dan keterbatasan aktifitas.
(000108-110) Fungsi neurologis
Proteksi Resiko / aktual perubahan proses pikir b/d efek uremia pada
Impaired skin integrity related to penumpukan uremic frost dan kristal kalsium
dibawah kulit; efek garukan karena karena peningkatan rasa gatal; kulit kering sistem saraf; asidosis metabolik dan anemia
akibat penurunan aktifitas kelenjar keringat dan kelenjar minyak; dan perubahan
sirkulasi karena edema. (00046)
Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh karena
penurunan leukosit akibat peningkatan ureum, malnutrisi, dan kerusakan kulit;
stres dan kurang pengetahuan tentang pencegahan infeksi. (00004)

DIAGNOSA KEPERAWATAN (4) DIAGNOSA KEPERAWATAN (4)


Psikology dan spiritual Kecemasan b/d perubahan gaya hidup; efek pengobatan (dialisis,
Gangguan gambaran diri b/d perubahan penampilan sekunder pembatasan diit dan cairan); berkembanganya komplikasi penyakit;
terhadap perkembangan proses penyakit. (000118) kurang mengenal regimen terapetik; ancaman gangguan peran dan
Disfungsi seksual atau perubahan pola seksual b/d impotensi akibat ketidakpastian dalam hidup.
neuropati otonom dan efek uremia pada sistem endokrin; stres Ketidakberdayaan b/d ketidakmampuan untuk mencegah
psikologis akibat penyakit dan pengobatan. komplikasi; perkembangan penyakit kronis; kurang pengetahuan
dan ketergantungan pada orang lain
Harga diri rendah b/d perubahan penampilan, penurunan fungsi Distress spiritual b/d perubahan pada sistem keyakinan; perubahan
tubuh; gangguan peran. gaya hidup; kehilangan bagian atau fungsi tubuh akibat penyakit
Perubahan penampilan peran b/d penurunan fungsi tubuh karena kronis dan tidak efektifnya sistem pendukung
penyakit kronis; hospitalisasi; harga diri rendah; kurang
pengetahuan tentang perubahan peran; kurangnya sistem
dukungan.

7
7/15/2019

ASUHAN KEPERAWATAN Stage 3 



Good blood pressure control
Six monthly eGFR
Nursing care for patients with CKD  Six monthly blood tests to include haemoglobin, potassium,
calcium and phosphate
(Joint Specialty Committee 2006)  Routine referral to nephrology services if progressive fall in
Stage Nursing plan of patient care eGFR, microscopic haematuria present, uncontrolled blood
 pressure, urinary PCR 45mg/mmol or ACR >30mg/mmol
Stage 1  Identify and treat specific causes of chronic kidney disease  Immunise against influenza and pneumococcus
 Assess for cardiovascular risk factors, which might cause rapid  Review all medications – ensure correct dose
decline in eGFR  Avoid nephrotoxic drugs, for example, non-steroidal anti-
 Vigilant monitoring of blood pressure inflammatory drugs
 Good glucose control  Provide information to enable patients to make informed choice
 Monitor weight and instigate weight management plans about renal replacement therapy and conservative management
 Monitor cholesterol levels  Dietary advice to prevent malnutrition
 Annual eGFR and urine PCR (protein-creatinine ratio) or ACR  Psychological support
(Albumine Creatinine Ratio)
Stage 2  Good glucose control
 Monitor and treat blood pressure
 Encourage patients with self-management strategies
 Encourage patients with lifestyle modifications
 Monitor cholesterol levels
 Annual eGFR
 Concordance with medications

Stage 4  Three monthly eGFR


 Three monthly blood tests as stage 3, also bicarbonate and
parathyroid hormone level
INTERVENSI KEPERAWATAN (1)
 Immunisation against hepatitis B
 Assist patients to prepare for renal replacement therapy or  Diagnosa Keperawatan:
conservative management Kelebihan volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan
 Liaise effectively between primary and secondary care ginjal mengeskresikan air dan natrium akibat gangguan mekanisme
 Provide timely access for dialysis treatments regulasi karena penurunan fungsi ginjal; ketidakpatuhan dalam
 More intensive management of cardiovascular complications and pembatasan cairan; kurang pengetahuan tentang pembatasan cairan.
bone disease  Tujuan dan Kriteria Hasil:
 Treat symptoms associated with established renal failure, that is, Tujuan : Kelebihan cairan teratasi
altered sleep pattern, itching, fatigue and loss of appetite Kriteria hasil: Sesak napas tidak ada, bunyi paru bersih, balance cairan
 Refer to dietician, social worker and pharmacist seimbang, TD 110-140/ 70-90 mmHg, Edema tidak ada, JVP (5-2
 Manage and treat renal anaemia and renal bone disease cmH2O), BJ urine 1,01-1,025, Natrium serum 135-145 mEq, Berat
badan ideal tanpa kelebihan cairan
Stage 5  As in stage 4
 Commence renal replacement therapy or conservative management
approach
 Prevent malnutrition
 Maintain adequacy of dialysis
 Promote general health and wellbeing

INTERVENSI KEPERAWATAN (1) INTERVENSI KEPERAWATAN (2)


Aktifitas Intervensi Keperawatan: Diagnosa Keperawatan:
1. Timbang berat badan pasien setiap hari Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
2. Ukur intake dan output tiap 24 jam afterload karena hipertensi dan overload; disritmia karena
3. Ukur TD, kaji nadi dan pernapasan tiap 6-8 jam hiperkalemi, neuropati otonom dan asidosis metabolik; penurunan
4. Monitor bunyi paru, perhatikan adanya ronchi kontraktilitas jantung karena perikarditis uremia dan anemia.
5. Monitor oedema, distensi vena jugularis, refleks hepato jugular Tujuan : Tidak terjadi penurunan curah jantung, dengan kriteria:
6. Lakukan perawatan mulut, manajemen rasa haus. Bunyi jantung I-II murni tidak ada bunyi jantung tambahan, tidak ada
7. Berikan edukasi tentang pembatasan cairan, cara penghitunga balance
dispnea, tekanan darah sistole antara 100 – 140 dan diastole antara
70 – 90 mmHg, Frekuensi nadi antara 60 - 100, Nadi perifer yang
cairan dan bahaya tidak mematuhi pembatasan cairan. kuat, Capilary refill time yang < 3 detik, Akral hangat, EKG sinus
8. Batasi cairan sesuai indikasi (intake= output urine +IWL+EWL) ritme, Kalium darah 3,5-7,5 mEq, Ureum < 50 mg, Toleransi terhadap
9. Batasi garam 1,8-2,8 g/ hari. aktivitas meningkat
10. Berikan Diuretic jika masih bisa BAK
11. Monitor data laboratorium : Serum Natrium, Kalium, Clorida dan
bicarbonat.
12. Monitor Ureum, kreatinin
13. Monitor EKG
14. Lakukan dialisis sesuai jadwal

8
7/15/2019

INTERVENSI KEPERAWATAN (3) INTERVENSI KEPERAWATAN (3)


 Aktifitas Intervensi Keperawatan:
1. Monitor tekanan darah catat bila ada perubahan tekanan darah akibat perubahan Diagnosa Keperawatan:
posisi Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
2. Monitor irama, keteraturan dan kekuatan nadi
3. Auskultasi suara jantung dan paru.
dengan intake tidak adekuat akibat anoreksia, mual, muntah,
4. Observasi warna, kelembaban suhu kulit, pengisian kapiler ketidakmampuan mencerna akibat stomatitis dan penurunan
5. Evaluasi adanya edema, perifer, kongesti vaskuler dan keluhan dispnoe. rasa; gangguan metabolisme karbohidrat dan protein.
6. Kaji tingkat kemampuan klien beraktivitas.dan batasi aktivitas berlebihansi, napas
dalam, guide magery
Intervensi Keperawatan:
7. Berikan lingkungan yang tenang 1. Monitor intake nutrisi
8. Ajarkan tehnik relaksasi: distrak 2. Kaji data ketidakadekwatan pemasukan protein : edem,
9. Monitor EKGBeri tambahan O2 sesuai indikasitor simpatisan
10. Pembatasan cairan, garam, dan kalium
penyembuhan yang terlambat, penurunan albumin serum.
11. Berikan obat: duretic, inhibitor 3. Ukur BB tiap hari jika mungkin, ukur LILA
12. Pemeriksaan laboratorium (Na, K), BUN, Serum kreatinin, Kreatinin klirens. 4. Bantu perawatan mulut sebelum makan
13. Pemeriksaan thoraks foto.
14. Pemberian obat-obatan anti hipertensi.
5. Anjurkan makan porsi kecil dan sering, tinggikan kepala tempat
15. Lakukan dialisis sesuai program tidur saat makan

INTERVENSI KEPERAWATAN (3) INTERVENSI KEPERAWATAN (4)


Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Diagnosa Keperawatan:
intake tidak adekuat akibat anoreksia, mual, muntah, ketidakmampuan
mencerna akibat stomatitis dan penurunan rasa; gangguan Kecemasan berhubungan dengan perubahan gaya hidup;
metabolisme karbohidrat dan protein. efek pengobatan (dialisis, pembatasan diit dan cairan);
6. Dorong makan tinggi kalori, rendah (protein protein nilai biologi: berkembanganya komplikasi penyakit; kurang mengenal
telur, daging), rendah garam, dan rendah kalium. regimen terapetik; ancaman gangguan peran dan
7. Atur pemberian obat , tidak diberikan menjelang sebelum makan ketidakpastian dalam hidup.
8. Jelaskan rasional pembatasan diet dan hubungannya dengan Tujuan: setelah 24 jam cemas teratasi dengan kriteria:
penyakit ginjal dan peningkatan ureum , kreatinin.kan Ekspresi tenang/ rileks, melaporkan ketakutan dan
9. Berikan daftar catatan makanan yang diperbolehkan dan kecemasannya berkurang atau teratasi, bisa beristirahat ,
membantu meningkatkan cita rasa tanpa penggunaan garam mengidentifikasi cara yang sehat dalam mengurangi
10. Konsul ahli diet, pemeberian diit rendah protein, pemberian kecemasan, pasien mau bekerjasama dengan setiap
cairan parenteral tindakan keperawatan, bisa memperagakan tehnik relaksasi
11. Berikan antiemeti, multivtamin, asam volat, tambahan zat besi setiap mengalami kecemasan

PSYCOLOGY MANAGEMENT
INTERVENSI KEPERAWATAN (4) ON CKD PATIENT
 Intervensi keperawatan:
1. Bina hubungan saling percaya, Gunakan komunikasi terapeutik, agar terbina • Psikoedukasi meningkatkan kualitas hidup dan
rasa saling percaya antar perawat-pasien
2. Pantau kecemasan yang dialami oleh pasien
coping mechanism pasien CKD yang menjalani
3. Dorong pasien untuk mengungkapkan kecemasannya beri kesempatan HD (Armiyati, Rahayu, 2014)
pasien bertanya
4. Ciptakan situasi yang aman dan nyaman • Progresive Muscle Relactation reduce depression
5. Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan
lain selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal level on HD patient (Alfiyanti, 2014)
mungkin.
6. Terima pasien apa adanya dan lindungi privasi pasien, Lakukan tindakan • Kombinasi musik dan Muhasabah meningkatkan
keperawatan dengan hati-hati dan komunikasikan dengan baik pada pasien
7. Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit, terapi dan perawatan
kualitas hidup pada pasien CKD yang menjalani
8. Berikan kesempatan keluarga untuk mendampingi pasien hemodialisis (Umarna, 2014)
9. Ajarkan cara mengatasi kecemasan dengan relaksasi
10.Motivasi pasien untuk memperagakan tehnik relaksasi jika cemas dan stres
muncul.

9
7/15/2019

PSYCOLOGY MANAGEMENT
ON CKD PATIENT
CONTOH KASUS CKD
Ny. U . Umur 45 Th, masuk RS sejak kamarin, jam 21.00 SELAMAT MENCOBA
WIB. Dirawat dengan diagnosa hypertensi, DM, CKD grade
V. TB : 165 cm , BB : 55. Saat masuk TTV, TD : 190/120
mmHg, N: 96 x/menit, S: 37.30C , Frekwensi napas 32
x/menit. Keluhan mual (+), muntah kurang lebih 200cc (
sekitar 2 minggu pasien mual dan terkadang muntah ).
Kepala pusing, sesak nafas, terpasang O2 3 liter/mnt,
gelisah (+), edema (++), kulit kering dan bersisik. Hasil
laboratorium Hb : 7.2 gr %, leukosit 11.000 , LED 50, ureum
175, kreatinin 3,5, Albumin 2.5, Na 132 , Kalium 5.4 , jumlah
urine /24 jam 800cc dan minum 1500cc/24 jam.

10

You might also like