A1d118085 Riska Wardani

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

PEMEROLEHAN BAHASA ANAK DI SEKOLAH DASAR

Eko kuntarto, 1, Muhammad Dewa Zulkhi 2, Riska Wardani 3, Silvina


Noviyanti, 4, Sri Rahmah Oktafia 5 , Wiga Anggraini 6

ABSTRACT
The purpose of writing this article is to find out how children get language in school, how
the process of children's language division, and how the child's weaknesses in acquiring
language. Language is a symbol used to communicate between other individuals. Children
acquire the language through theories, stages and strategies. The background of this article is
because the acquisition of language for every child has a specificity, which is in accordance with
its development. Development is a series of changes in the functioning of organs that are
progressive, regular, and interrelated. Development is the interaction of maturity of the central
nervous system with organs that influence it include, development of the brain system
(intelligence), speech, emotions, and social. All of these functions play an important role in
human life as a whole. Language acquisition is a human process of getting the ability to capture,
produce, and use words for understanding and communication. Language acquisition usually
refers to the acquisition of the first language that studies children's acquisition of their mother
tongue and not additional language acquisition by children or adults.Based on the data and
discussion, it can be concluded that the acquisition of the language of the phonology of school-
age children is able to function eight articulation sites well to produce consonants in Indonesian.
Children in school have been able to produce vocals A, I, U, E, O clearly. The morphology of
children has the ability to use various forms of words such as the original word form, affixed
word shapes, repeated word forms, to communicate or tell stories with their peers. As for the
plural form of words a little is found in the vocabulary used by children when telling stories to
friends. The syntactic field of children has been able to compile sentences with certain patterns
that are commonly used by speakers in Indonesian in general, for example the sequence pattern
of SP, SPO, and SPOK functions. The benefits of this article are to find out how children acquire
language in schools, and for readers to add more insight into this article. And for other
researchers, namely as a comparison material in examining other linguistic aspects.
Keyword : pemerolehan, bahasa, anak

1) Dosen Universitas Jambi Email: [email protected]


2) Mahasiswa Universitas Jambi Email: [email protected]
3) Mahasiswa Universitas Jambi Email: [email protected]
4) Dosen Universitas Jambi Email: [email protected]
5) Mahasiswa Universitas Jambi Email: [email protected]
6) Mahasiswa Universitas Jambi Email: [email protected]

1
2

PENDAHULUAN

Pemerolehan bahasa anak adalah proses anak mulai mengenal komunikasi dengan
lingkungannya secara verbal. Dalam perkembangannya pemerolehan bahasa anak sangat
dipengaruhi oleh lingkungan, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat
penting bagi seorang guru untuk mempelajari pemerolehan perkembangan bahasa anak
dengan alasan sebagai berikut: (1). Pemerolehan bahasa dan perkembangan bahasa anak
mendasari kemampuan mengajarkan bahasa dan sastra Indonesia kepada siswa di sekolah
dasar terutama siswa di kelas rendah. (2). Karakteristik setiap anak tidak sama sehingga
dengan mempelajari pemerolehan dan perkembangan bahasa anak guru dapat mengatasi
perbedaan perkembangan bahasa pada siswanya. (3). Siswa sekolah dasar pada umumnya
berlatar belakang dwibahasa bahkan multi bahasa, sehingga dengan mempelajari materi
pemerolehan dan perkembangan bahasa anak, guru dapat benar-benar memahami konteks
sosial budaya lingkungan anak didiknya dan menghargai keragaman budaya tersebut.
Anak-anak belajar berkomunikasi dengan orang lain lewat berbagai cara meskipun cara
anak yang satu dengan yang lain berbeda, ada hal-hal yang umum yang terjadi pada hampir
setiap anak. Pengetahuan tentang hakikat perkembangan bahasa anak, perkembengan bahasa
lisan dan tulis yang terjadi pada mereka, dan perbedaan individual, dalam pemerolehan
bahasa sangat penting bagi pelaksanaan pembelajaran bahasa anak, khususnya pada waktu
mereka belajar membaca dan menulis permulaan. Sehingga perkembangan bahasa atau
komunikasi pada anak merupakan salah satu aspek dari tahapan perkembangan anak yang
seharusnya tidak luput dari perhatian para pendidik pada umumnya dan orang tua khususnya.
Itulah sebabnya calon guru sekolah dasar perlu menguasai berbagai konsep yang terkait
dengan perkembangan dan pemerolehan bahasa anak.
Pemerolehan bahasa anak mendasari kemampuan mengajarkan bahasa dan sastra
Indonesia kepada siswa disekolah dasar terutama siswa di kelas rendah. Karakteristik setiap
anak tidak sama sehingga dengan mempelajari pemerolehan bahasa anak guru dapat
mengatasi perbedaan perkembangan bahasa pada siswanya. Pemerolahan dan perkembangan
bahasa anak manusia merupakan sesuatu yang kompleks. Artinya, banyak faktor yang
berpengaruh dan saling terjalin dalam berlangsungnya proses perkembangan anak baik unsur
bawaan maupun unsur-unsur pengalaman yang diperoleh dalam berinteraksi dengan
lingkungan sama-sama memberikan kontribusi tertentu terhadap arah dan laju perkembangan
bahasa anak tersebut. Banyak aspek yang dibicarakan dalam membahas masalah
pemerolehan dan perkembangan menyebabkan banyaknya istilah dan konsep yang
digunakan. Begitu juga banyaknya berbagai pandangan dan teori dalam menjelaskan
pemerolehan bahasa pada anak akan membuat semakin kayanya pengetahuan tentang
pemerolehan dan perkembangan bahasa anak. Gambaran pembahasan tentang pemerolehan
diatas menyarankan perlunya suatu cara penyajian yang runtut dan cukup detail. Cara
penyajian seperti ini diperlukan untuk mempermudah saat mempelajarinya. Dalam artikel ini
diharapkan memperolah pemahaman konsep tua tentang cara anak memperoleh bahasa di
sekolah.
3

LANDASAN TEORI
Teori pemerolehan bahasa pada anak
Pemerolehan bahasa adalah proses-proses yang berlaku didalam otak seorang anak ketika
memperoleh bahasa ibunya. Proses-proses ketika anak sedang memperoleh bahasa ibunya
terdiri dari dua aspek: pertama aspek performance yang terdiri dari aspek-aspek pemahaman
dan pelahiran, kedua aspek kompetisi.proses-proses pemahaman melibatkan kemampuan
mengamati atau kemampuan mempersepsikan kalimat-kalimat yang didengar sedangkan
pelahiran melibatkan kemampuan melahirkan atau mengucapkan kalimat sendiri.kedua
kemampuan ini apabila telah betul-betul dikuasai seorang anak akan menjadi kemampuan
linguistiknya.( levelt, 1975).
Menurut Stork dan Widdowson (1974:134) pemerolehan bahasa dan akuisi bahasa
adalah suatu proses anak-anak mencapai kelancaran dalam bahasa ibunya. Sedangkan
menurut Lyons (1981:252), pemerolehan bahasa adalah suatu bahasa yang digunakan tanpa
kualifikasi untuk proses yang menghasilkan pengetahuan bahasa pada penutur bahasa.
Berdasarkan kesimpulan dari para ahli dapat disimpulkan bahwa bahasa manusia telah
dilengkapi sesuatu yang khusus dan secara alamiah untuk dapat berbahasa dengan cepat dan
mudah. Miller dan Chomsky(1957) KUNTARTOmenyebutkan LAD ( language acquisition
device) yang intinya bahwa setiap anak telah memiliki LAD yang dibawa sejak lahir.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemerolehan Bahasa Anak


1. Faktor Biologis
Setiap anak yang lahir telah dilengkapi dengan kemampuan kodrati atau alami yang
memungkinkannya menguasai bahasa. Potensi alami itu bekerja secara otomatis. Chomsky
(1975 dalam Santrock, 1994) menyebut potensi yang terkandung dalam perangkat biologis
anak dengan istilah Piranti pemerolehan bahasa (Language Acquisition Devives). Dengan
itu, anak dapat memiliki sistem suatu bahasa yang terdiri atas subsitem fonologis, tata
bahasa, kosakata, dan pragmatik, serta menggunakannya dalam berbahasa.
Perangkat biologis yang menentukan anak dapat memperoleh kemampuan bahasanya ada
tiga, yaitu otak (sistem syaraf pusat), alat dengar, dan alat ucap.
2. Faktor Lingkungan Sosial
Untuk memperoleh kemampuan berbahasa, seorang anak memerlukan orang lain untuk
berinteraksi dan berkomunikasi. Anak yang secara sengaja dicegah untuk mendegarkan
sesuatu atau menggunakan bahasanya untuk berkomunikasi, tidak akan memiliki
kemampuan berbahasa. Bahasa yang diperoleh anak tidak diwariskan secara genetik atau
keturunan, tetapi didapat dalam lingkungan yang menggunakan bahasa. Atas dasar itu maka
anak memerlukan orang lain untuk mengirimkan dan menerima tanda-tanda suara dalam
bahasa itu secara fisik. Anak memerlukan contoh atau model berbahasa, respon atau
tanggapan, secara temah untuk berlatih dan beruji coba dalam belajar bahasa dalam konteks
yang sesungguhnya.
4

Dengan demikian, lingkungan sosial tempat anak tinggal dan tumbuh, seperti keluarga
dan masyarakat merupakan salah satu faktor utama yang menentukan pemerolehan bahasa
anak. Kaitan keduanya sangat erat, tak terpisahkan. Kehilangan salah satu dari keduanya
akan mengakibatkan anak tidak mampu berbahasa.
Banyak bukti menunjukkan bahwa otak alat dengar dan alat ucap, memiliki peran dasar
sangat penting. Gangguan pada salah satu dari ketiganya akan sangat menghambat bahasa
anak. Lennerberg (1975 dalam Cahyono, 1995) membuktikannya melalui penelitian yang
dilakukan terhadap anak-anak tunarungu, lemah mental, dan tunawicara.
Dari kajiannya mengenai anak-anak tunarungu, Lennerberg menemukan fakta berikut.
Tiga belum setelah dilahirkan anak-anak tunarungu dapat menghasilkan bunyi-bunyi yang
sama seperti anak normal. Dari bulan keempat hingga bulan kedua belas, hanya sebagian
bunyi yang mereka hasilkan sama dengan anak normal. Setelah itu, bunyi-bunyi yang
mereka hasilkan lebih terbatas dari pada bunyi-bunyi yang diproduksi anak yang
berpendengaran normal.
3. Faktor Intelegensi
Intelengesi adalah daya atau kemampuan anak dalam berpikir atau bernalar. Zanden
(1980) mendefinisikannya sebagai kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah.
Intelengesi ini bersifat abstrak dan tak dapat diamati secara langsung. Pemahaman kita
tentang tingkat intelengensi seseorang hanya dapat disimpulkan melalui perilakunya.
4. Faktor Motivasi
Benson (1988) menyatakan bahwa kekuatan motivasi dapat menjelaskan “Mengapa
seorang anak yang normal sukses mempelajari bahasa ibunya”. Sumber motivasi itu ada 2
yaitu dari dalam dan luar diri anak.
Dalam belajar bahasa seorang anak tidak terdorong demi bahasa sendiri. Dia belajar
bahasa karena kebutuhan dasar yang bersifat, seperti lapar, haus, serta perlu perhatian dan
kasih sayang (Goodman, 1986; Tompkins dan Hoskisson. 1995). Inilah yang disebut
motivasi intrinsik yang berasal dari dalam diri anak sendiri. Untuk itulah mereka
memerlukan kemunikasi dengan sekitarnya. Kebutuhan komunikasi ini ditunjukkan agar dia
dapat dipahami dan memahami guna mewujudkan kepentingan dirinya.
Dalam perkembangan selanjutnya si anak merasakan bahwa komunikasi bahasa yang
dilakukannya membuat orang lain senang dan gembira sehingg dia pin kerap menerima
pujian dan respon baik dari mitra bicaranya. Kondisi ini memacu anak untuk belajar dan
menguasai bahasanya lebih baik lagi. Nak karena dorongan belajar anak itu berasal dari luar
dirinya maka motivasinya disebut motivasi ekstrinsik.
Pengaruh Pembelajaran dalam Pemerolehan Bahasa Anak
1. Pengaruh pembelajaran pada urutan pemerolehan bahasa
Untuk dapat belajar bahasa Indonesia dengan baik, anak-anak hendaknya juga
memiliki kesiapan psikolinguistik. Untuk dapat memiliki kesiapan psikolinguistik
anak-anak hendaknya memperoleh kesempatan untuk paling tidak mendengar
penggunaan bahasa Indonesia dilingkungan keluarganya.lebih baik lagi kalau
dilingkungan keluarganya terdapat Koran, majalah, dan buku-buku dalam bahasa
Indonesia yang sesuai dengan kebutuhan anak.
2. Pengaruh pembelajaran pada proses pemerolehan bahasa
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia disekolah, khususnya bagi anak-anak di kelas
rendah sekolah dasar ialah bahwa pembelajaran bahasa Indonesia disekolah tentu juga
mempunyai pengaruh yang paling besar dalam pemerolehan bahasa Indonesia. Oleh
5

karena itu, kondisi yang sebaik-baiknya perlu diupayakan agar anak-anak memperoleh
pengalaman berbahasa sebanyak –banyaknya dengan memperhatikan kaidah bahasa
yang berlaku. Namun, perlu diingat jangan sampai pembelajaran bahasa Indonesia di
sekolah menekankan pada penggunaan kaidah semata. Pemerolehan bahasa yang
mendekati pemerolehan bahasa yang alami perlu di usahakan. Caranya dengan
menggunakan konteks-konteks berbahasa yang sebenarnya, yang dekat dengan
kehidupan anak. Misalnya saja dimunculkan topik-topik “menjaga adik”, “membantu
ayah dan ibu”, silaturahmi dengan sanak famili”, “bermain bola”, dan sebagainya.
3. Pengaruh pembelajaran pada kecepatan pemerolehan bahasa
Long (1983) lewat Freeman dan Long (1991) mengkaji sebelas hasil penelitian tentang
capaian belajar bahasa kedua, yang menggunakan tiga kelompok belajar yaitu yang
memperoleh pembelajaran saja, yang memperoleh pembelajaran dan juga berada dalam
lingkungan yang menggunakan bahasa yang dipelajari , dan yang memperoleh bahasa
secara alami tanpa pembelajaran disekolah. Ia menemukan, enam penelitian
menunjukkan bahwa anak-anak yang menerima pembelajaran bahasa disekolah
mengalami perkembangan pemerolehan bahasa lebih cepat.

PEMBAHASAN
Pemerolehan adalah proses manusia mendapatkan kemampuan untuk menangkap,
menghasilkan, dan menggunakan kata untuk pemahaman dan komunikasi. Kapasitas ini
melibatkan berbagai kemampuan seperti sintaksis,fonetik, dan kosa kata yang luas. Bahasa
yang di peroleh berupa vokal seperti bahasa pada lisan atau manual seperti padabahasa
isyarat. Pemerolehan bahasa biasanya merujuk pada pemerolehan bahasa pertama yang
mengkaji pemerolehan anak, terhadap bahasa ibu mereka dan bukan pemerolehan bahasa
kedua yang mengkaji pemerolehan bahasa tambahan oleh anak-anak maupun orang dewasa
Pada umumnya anak-anak Indonesia telah memiliki bahasa pertama sebelum masuk
sekolah. Bahasa pertama ini merupakan potensi lahiriah yang dimiliki oleh setiap anak.
Mengingat Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa dan bahasa maka secara jelas bahwa
bahasa yang merupakan bahasa pertama pun beraneka ragam tergantung dilingkungan mana
anak itu berasal. Ini berarti bahasa pertama anak pada umumnya bukan bahasa Indonesia
melainkan bahasa daerah. Hal ini biasanya dimiliki oleh anak yang hidup di daerah pedesaan
atau pelosok.
Hal yang demikian sesungguhnya menghantarkan anak pada proses kedwibahasaan.
Kedwibahasaan yang dimaksudkan adalah anak diperkenalkan dua bahasa yakni bahasa
daerah dan bahasa Indonesia. Pertanyaan selanjutnya adalah bahasa manakah yang akan
digunakan sebagai bahasa pengantar di Sekolah Dasar, daerah atau Indonesia?. Berkaitan
dengan itu ada anggapan yang menekankan pentingnya bahasa pertama sebagai bahasa
pengantar dalam pendidikan. Pertemuan para ahli UNESCO di Paris pada tahun 1951
mengemukakan bahwa bahasa pertama merupakan alat yang alamiah. Oleh karena itu setiap
murid hendaknya memulai pendidikan formalnya dalam bahasa pertama. Bahasa pengantar
yang baik untuk mengajarkan anak adalah bahasa pertama yang dimiliki anak itu (Rusyana,
1984:37). Sebagai bahan pertimbangan atas kondisi yang demikian maka pertama,
penggunaan bahasa pengantar harus bervariasi. Kedua,pelajaran bahasa Indonesia dikelas
permulaan secara lisan. Ketiga, penggunaan bahasa baku oleh guru.
6

Menurud Rusyana (1984:40) dalam masyarakat yang menggunakan lebih dari satu
bahasa akan menimbulkan masalah pada pengajaran bahasanya. Masalah-masalah dimaksud
antar lain adalah pertama tentang perencanaan pengajaran bahasa yang terdiri dari beberapa
tahap penyusunan yakni tahap pertimbangan secara politik yang dilakukan pemerintah, tahap
penentuan tentang apa yang akan diajarkan dan berapa banyak yang harus diajarkan; ini
adalah putusan linguistik dan sosiolinguistik, tahap penentuan bagaimana bahan itu
diajarkan; ini adalah keputusan psikolinguistik dan paedagogik yang dilakukan oleh
guru. Kedua, kapan bahasa itu diajarkan. Ketiga pengaruh bahasa pertama dalam
mempelajari bahasa kedua.Keempat masalah pemilihan bahan ajar dan metode mengajar.
Dari segi ini jelas bahwa pengajaran bahasa tidak bisa dilakukan secara pukul-rata.
Pada saat anak masuk usia sekolah mereka dituntut untuk menggunakan bahasa
Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia pada anak secara umum merupakan bagian dari
pembelajaran bahasa Indonesia dan pelajaran lain yang juga menggunakan bahasa Indonesia.
Berkaitan dengan pengajaran dan pembelajaran bahasa tentunya memiliki perbedaan
fundamental dengan pemerolehan bahasa. Tarigan (1988:5) mengatakan bahwa pemerolehan
bahasa memiliki suatu permulaan yang tiba-tiba, mendadak. Ini berarti bahwa pemerolehan
bahasa terjadi secara alamiah karena adanya stimulus dan respon mulai dari tahap menyimak
dan berbicara. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik antara anak dan
lingkungannya. Dengan demikian tentulah bahwa pemerolehan bahasa adalah proses
kepemilikan bahasa tanpa melalui proses belajar. Berbeda dengan pembelajaran bahasa yang
memiliki orientasi kepemilikian bahasa melalui sistem pengajaran. Menurut Chair
(2009:243) pemerolehan bahasa biasanya terjadi secara natural dan pembelajaran bahasa
biasanya terjadi secara formal didalam kelas.
Berkaitan dengan pemerolehan bahasa, Lindfors pada tahun 1987 (Tarigan 1988:40)
mengemukakan bahwa pemerolehan bahasa anak dapat diurutkan mulai dari (1) tahap
perkembangan prasekolah yang meliputi perkembangan pra linguistik, tahap satu kata, dan
ujaran kombinasi permulaan, (2) tahap perkembangan masa sekolah yang meliputi tahap
kesadaran metalinguistik, pemakaian bahasa dan struktur bahasa, (3) tahap perkembangan
ujaran kombinatori yang meliputi perkembangan sistem bunyi, perkembangan
penggabungan kalimat, perkembangan interogatif, dan perkembangan negatif.
Berdasarkan urutan pemerolehan bahasa yang dikemukakan Linfors diatas
mengindikasikan beberapa hal; pertama, kepemilikan bahasa anak diusia sekolah adalah
kelanjutan dari tahap perkembangan bahasa prasekolah. Ini berarti bahasa pertama dan
bahasa kedua pada anak harus sejalan. Kedua, perkembangan bahasa masa sekolah (SD)
berorientasi pada perkembangan bahasa pra sekolah. Ini berarti perkembangan bahasa masa
sekolah harus berpijak pada proses penyempurnaan bahasa pra sekolah.
Berangkat dari kedua hal diatas maka pertanyaan yang muncul adalah apakah
pemerolehan bahasa pertama (pra sekolah) adalah bahasa Indonesia?, tentu tidak. Dengan
demikian maka jelaslah terjadi semacam distorsi dalam pembelajaran bahasa di sekolah
karena belajar bahasa di sekolah di fokuskan pada bahasa Indonesia. Bila terjadi
7

pembelajaran bahasa di sekolah sesungguhnya itu adalah bagian dari proses pemerolehan
bahasa. Pemerolehan bahasa dapat terjadi melalui pembelajaran bahasa namun pembelajaran
bahasa sesungguhnya tidak berorientasi pada pemerolehan bahasa. Pembelajaran bahasa
memiliki orientasi pada pemahaman tentang kebahasaan bukan pada memperoleh
kemampuan bahasa dalam konteks komunikasi.
Adapun cara anak memporeloah bahasa disekolah yaitu Pertama, dengan cara
bersosialisai di lingkungan sekolah, seperti berbicara dengan teman sebangkunya, dengan
guru dan sebagainya. Setiap anak disekolah dasar memiliki bahasa yang beragam karena itu
jika seorang anak berbaur dengan teman lain nya maka dia pun dapat menirukan bahasa
tersebut dan di kembangkannya. Kedua, dengan cara pendidikan, di sekolah dasar memiliki
bahasa resmi yaitu bahasa Indonesia. Setiap guru dalam mengajarkan materinya di haruskan
menggunakan bahasa Indonesia setiap anak yang memperhatikan atau pun mendengarkan
guru secara tidak lansung maka si anak dapat mengerti bahasa Indonesia meskipun bahasa
aslinya adalah bahasa ibunya.
PENUTUP
Kesimpulan
Dapat kita simpulkan bahwa pemerolehan bahasa adalah proses manusia mendapatkan
kemampuan untuk menangkap, menghasilkan, dan menggunakan kata untuk pemahaman dan
komunikasi.Pemerolehan bahasa anak dapat diurutkan mulai dari (1) Tahap ujaran kombinasi
pemulaan. (2) Tahap perkembangan masa sekolah yang meliputi tahap kesadaran
metalinguistik, pemakaian bahasa dan struktur bahasa. (3) Tahap perkembangan ujaran
kombinatori yang meliputi perkembangan sistem bunyi,perkembangan penggabungan
kalimat,perkembangan interogatif,dan perkembangan negatif.
Berdasarkan urutan pemerolehan bahasa yang dikemukakan Linfors diatas
mengindikasikan beberapa hal: pertama, kepemilikan bahasa anak usia sekolah adalah
kelanjutan dari tahap perkembangan bahasa prasekolah ini berarti bahasa pertama dan bahasa
kedua pada anak harus sejalan. Kedua, perkembangan bahasa masa sekolah (SD) berorientasi
pada perkembangan bahasa pra sekolah. Ini berarti perkembangan bahasa masa sekolah harus
berpijak pada proses penyempurnaan bahasa pra sekolah.

DAFTAR PUSTAKA
Aspek, K., Pada, F., Usia, A., Yanti, P. G., Merdeka, J. T., Rambutan, K., … Children,
Y. O. L. D. (2016). Pemerolehan Bahasa Anak : Jurnal Ilmiah VISI PPTK PAUDNI,
11(2), 131–141. https://doi.org/10.3389/fnins.2011.00128/abstract
blogspot. (2017). https://www.websitependidikan.com/2017/09/pengertian-
pemerolehan-bahasa-anak-menurut- para-ahli.html, 2017.
Dan, P., Bahasa, P., Sekolah, D. I., Dan, P., Bahasa, P., & Sekolah, D. I. (1951).
Ferdinandus Dy.
8

Dardjowijojo, S., & Echa. (2002). Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia.


kuntarto eko. (2018). cerdas berbahasa: bahasa indonesia untuk perguruan tinggi.,
2018.
Tatat Hartati. (2010). Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa Anak, 1–50.

You might also like