Penggunaan Media, Bahan Stek, Dan Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Keberhasilan Stek Masoyi (Cryptocarya Massoy (Oken) Kosterm)

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol. 15 No.

1, Juni 2018, 1-66


ISSN: 1829-6327, E-ISSN: 2442-8930
Terakreditasi No: 677/AU3/P2MI-LIPI/07/2015

PENGGUNAAN MEDIA, BAHAN STEK, DAN ZAT PENGATUR TUMBUH


TERHADAP KEBERHASILAN STEK MASOYI
(Cryptocarya massoy (Oken) Kosterm)

The Use of Medias, Cutting Materials,and Plant Growth Regulator Towards The Success
of Masoyi (Cryptocarya massoy (Oken) Kosterm) Cutting

Darwo dan/and Irma Yeny


Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan
Jl. Gunung Batu No. 5 Po Box 165 Bogor, Jawa Barat, Indonesia Telp. 0251-8633234; Fax 0251-8638111
E-mail: [email protected]; [email protected]

Tanggal diterima: 27 April 2017; Tanggal direvisi: 9 April 2018; Tanggal disetujui: 25 Mei 2018

ABSTRACT
Masoyi (Cryptocarya massoy) is one of the high economic value, non-wood forest products endemic to
Papua. Development of masoyi plants currently are constrained by meeting the needs for quality seeds in a
large quantity on time. Therefore, vegetative propagation become one of the solutions for this problem. The
aim of this study was to get the best media, cutting materials, and doses of growth regulators for vegetative
propagation of masoyi. Completely randomized factorial design was used. The first factor was the media of
cuttings (soil+sand (2:1, v/v), coconut fiber+husk (2:1, v/v), and sand media). The second factor was cutting
materials derived from 1 year old seedlings (the upper shoots and the down shoots). The third factor was the
concentration of growth regulators (0; 500; and 1,000 ppm of NAA). The root percentage was influenced by
media, the shoots, and growth regulator NAA. Root length was influenced by media as a single factor and the
interaction between media and the shoots. The number of leaves was influenced by the media, while the
number of roots was not influenced by each single factor and their interactions. Media was a critical factor
for the success of masoyi cuttings. Thus, the combination of soil+sand (2:1, v/v) media with the upper shoots
is a recommended treatment for masoyi shoot cuttings, where the combination is not influenced by the
growth regulator NAA.
Keywords: Cryptocarya massoy, growth regulator, media, shoot cuttings

ABSTRAK
Masoyi (Cryptocarya massoy) merupakan salah satu jenis tanaman penghasil hasil hutan bukan kayu
(HHBK) endemik Papua bernilai ekonomi tinggi. Upaya pengembangan tanaman masoyi saat ini terkendala
oleh sulitnya memenuhi kebutuhan bibit dalam jumlah banyak dan berkualitas. Untuk itu, perbanyakan
secara vegetatif menjadi salah satu solusi permasalahan pemenuhan bibit. Penelitian bertujuan mendapatkan
media tanam, bahan stek, dan dosis zat pengatur tumbuh NAA yang tepat untuk perbanyakan masoyi dengan
cara stek. Penelitian menggunakan bibit berumur 1 tahun dengan Rancangan Acak Lengkap Faktorial. Faktor
pertama adalah media tanam stek (tanah+pasir (2:1, v/v), serbuk sabut kelapa+ sekam (2:1, v/v), dan media
pasir). Faktor kedua adalah bahan stek (bagian pucuk atas dan bagian pucuk bawah). Faktor ketiga adalah
konsentrasi zat pengatur tumbuh (0 ppm, NAA 500 ppm, dan NAA 1.000 ppm). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa persen berakar dipengaruhi oleh faktor tunggal media tanam, bagian stek dan zat
pengatur tumbuh NAA. Panjang akar dipengaruhi oleh faktor tunggal media tanam dan interaksi antara
media dengan bagian stek. Jumlah daun dipengaruhi faktor media tanam, sedangkan jumlah akar tidak
dipengaruhi masing-masing faktor tunggal dan interaksinya. Faktor media merupakan faktor penentu
keberhasilan stek masoyi. Dengan demikian, kombinasi media tanah+pasir (2:1, v/v) dengan bagian pucuk
atas merupakan perlakuan yang direkomendasikan untuk stek masoyi, dan kombinasi perlakuan tersebut
tidak dipengaruhi oleh zat pengatur tumbuh NAA.
Kata Kunci : Cryptocarya massoy, media, stek pucuk, zat pengatur tumbuh

43
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol. 15 No. 1, Juni 2018, 43-55

I. PENDAHULUAN sediaannya di alam sudah semakin ber-


kurang. Beberapa pemegang izin Hutan
Cryptocarya massoy (Oken) Tanaman Rakyat (HTR) sudah tertarik
Kosterm memiliki sinonim dengan untuk mengembangkan masoyi dalam
Cinnamomum massoy Oken, Cryptocarya skema hutan tanaman. Namun, sampai
aromatica (Becc) Kosterm, Cryptocaria saat ini masih terkendala dalam teknik
novoguineensis Teschner dan Massoaia budidaya, yaitu (1) penyediaan bibit yang
aromatica Becc) dan termasuk famili bermutu dalam jumlah yang cukup dan
Lauraceae. Jenis ini dikenal dengan nama tersedia tepat waktu serta (2) kemampuan
aikor atau aikori, Masoyi (Papua), adaptasi masoyi untuk tumbuh di luar
Mangsoi (Sunda), Masogi (Jawa) dan tempat tumbuh alaminya. Upaya pe-
Masoji (Madura) dan Masohi (Badan nyediaan bibit secara generatif terkendala
Standarisasi Nasional, 2013). Jenis C. oleh sulitnya memperoleh biji masoyi
massoy dikenal dengan nama masoyi, sebagai akibat semakin berkurangnya
yang umum digunakan oleh pedagang/ pohon penghasil sumber benih di alam.
pengumpul di Papua. Tanaman masoyi Selain itu benih masoyi bersifat recal-
merupakan penghasil minyak atsiri sitran, sehingga tidak dapat disimpan
dengan senyawa aktif lactone. Masoia- dalam waktu lama.
lactone dan δ-decalactone ditemukan Untuk mengatasi kendala penyedia-
dalam jumlah banyak pada kulit batang. an bibit, stek merupakan salah satu teknik
Minyak masoyi diperoleh melalui perbanyakan secara vegetatif yang ter-
ekstraksi kulit dengan rendemen golong mudah, sederhana, ekonomis serta
mencapai lebih dari 2% (Suminar, Arifin, dapat memproduksi bibit dalam jumlah
& Kemala, 2015). Senyawa ini secara banyak (Subiakto, 2009). Stek me-
tradisional dimanfaatkan sebagai bahan mungkinkan dilakukan sebagai salah satu
makanan dan jamu, obat sakit perut dan metode perbanyakan vegetatif dari jenis-
cacingan, penambah rasa dan aroma jenis yang sulit diperbanyak secara
makanan (flavor), kosmetik, dan obat generatif dan mempunyai keunggulan
penenang (Rostiwati & Efendi, 2013). Di dimana seluruh karakter yang dimiliki
Eropa minyak masoyi digunakan sebagai pohon induk akan diwariskan kepada
flavor agar makanan memiliki aroma keturunannya.
seperti kelapa. Selain itu, negara Amerika Keberhasilan stek dipengaruhi oleh
memanfaatkan minyak masoyi sebagai interaksi faktor genetik dan faktor
flavor es krim (Suminar et al., 2015). lingkungan (Danu, Subiakto, & Putri,
Eksploitasi masoyi telah dilakukan 2011). Faktor genetik meliputi kan-
sejak tahun 1980-an bersamaan dengan dungan cadangan makanan dalam
menjamurnya unit Hak Pengelolaan jaringan stek, ketersediaan air, umur
Hutan (HPH) di Indonesia. Sampai saat tanaman (pohon induk) dan hormon
ini data produksi masoyi tidak pernah endogen dalam jaringan stek. Faktor
tercatat dengan baik, sehingga potensi riil lingkungan juga memengaruhi, antara
di alam sulit diketahui. Kebutuhan lain media perakaran, kelembaban, suhu,
minyak masoyi dunia 100% diekstraksi interaksi cahaya, dan teknik penyetekan.
dari kulit batang yang diambil dari Pemahaman aspek fisiologis selama
pohon-pohon di Papua dan Papua New pembentukan akar dan tunas serta
Guinea (PNG) dengan nilai produksi penguasaan teknologi manipulasi ling-
Indonesia mencapai 8-12 ribu ton/tahun kungan adalah kunci keberhasilan stek
(Suminar et al., 2015). (Subiakto, 2009). Parameter fisiologis
Kondisi ini menunjukkan keberada- yang penting dicermati adalah intensitas
an masoyi sangat bernilai, namun keter- cahaya, tegangan air daun dan temperatur

44
Penggunaan Media, Bahan Stek, dan Zat Pengatur Tumbuh Terhadap
Keberhasilan Stek Masoyi (Cryptocarya massoy (Oken) Kosterm)
Darwo dan Irma Yeny

daun (Subiakto, 2009). Dari parameter dan dilakukan pada pagi hari antara pukul
fisiologis serta manipulasi lingkungan 07.00-10.00. Pada bagian pangkal disayat
telah diperoleh teknik perbanyakan dengan kemiringan 45°. Untuk
sistem stek dengan sungkup propagasi mengurangi penguapan, masing-masing
yang dinamakan “KOFFCO system” bahan stek disisakan 2-3 helai daun dan
akronim dari Komatsu-FORDA Fog setiap helai dipotong separuhnya. Bagian
Cooling System. Sistem KOFFCO telah pangkal bahan stek selanjutnya direndam
digunakan memproduksi bibit jenis di dalam larutan hormon NAA sesuai
dipterokarpa dan jenis pohon indigenous dosis perlakuan selama 15 menit. Bahan
lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk stek yang telah diberi perlakuan hormon
mengetahui keberhasilan perbanyakan ditanam pada beberapa perlakuan media
stek masoyi menggunakan sistem yang sudah disterilkan dan disiram
KOFFCO dengan perlakuan media, sampai jenuh, lalu disungkup plastik.
bahan stek dan dosis zat pengatur tumbuh Selanjutnya sungkup diletakkan pada
NAA. rumah kaca yang dilengkapi dengan
sistem pendingin (cooling system) atau
II. METODOLOGI ruang KOFFCO (Komatsu-FORDA Fog
Cooling System). Sistem KOFFCO
A. Lokasi dan Waktu Penelitian memiliki suhu <30°C, kelembaban
>95%, dan intensitas cahaya <20.000 lux.
Penelitian dilakukan di rumah kaca Pemeliharaan stek dilakukan dengan
Pusat Penelitian dan Pengembangan penyiraman dan, pembersihan daun yang
Hutan Bogor. Penelitian berlangsung rontok agar tidak menimbulkan penyakit.
pada bulan Mei sampai November 2016. Jika suhu melebihi 30°C dan kelembaban
Bahan stek yang digunakan adalah <90%, maka diberikan fogging untuk
anakan masoyi yang berasal dari cabutan menstabilkan suhu dan kelembaban. Jika
alam yang diperoleh dari Kabupaten Fak- intensitas cahaya tinggi, maka dilakukan
fak, Provinsi Papua Barat. Bibit asal penutupan sungkup dengan shading net.
cabutan dipelihara sampai berumur 1
tahun, selanjutnya dijadikan bahan 2. Rancangan percobaan
indukan untuk pembuatan stek. Bahan
stek berupa stek pucuk bagian atas dan Penelitian menggunakan Rancang-
stek pucuk bagian bawah. Bahan stek an Acak Lengkap (RAL) pola Faktorial
pucuk diambil bagian juvenil yaitu 2 ruas dengan 3 faktor. Faktor pertama berupa
daun atau 3 nodul bagian atas dan bahan media stek (M) yang terdiri dari 3 taraf,
stek pucuk bagian bawah diambil 3 nodul yaitu M1 = campuran media tanah+pasir
berikutnya setelah bagian pucuk atas (2:1, v/v), M2 = campuran media serbuk
yang masih memiliki daun. Bahan untuk sabut kelapa+sekam (2:1, v/v), dan M3 =
media adalah tanah, pasir, arang sekam media pasir. Faktor kedua berupa bahan
dan serbuk sabut kelapa. Zat pengatur stek (B) dengan 2 taraf, yaitu B1 = stek
tumbuh yang digunakan adalah NAA pucuk bagian atas, dan B2 = stek pucuk
(Napthalene Acetic Acid). bagian bawah. Faktor ketiga adalah
konsetrasi zat pengatur tumbuh NAA (H)
B. Metode terdiri dari 3 taraf (H0 = 0 ppm, H1 = 500
1. Prosedur kerja ppm, dan H2 = 1.000 ppm). Setiap
kombinasi perlakuan diulang tiga kali dan
Pembuatan stek menggunakan setiap unit percobaan terdiri dari 10 stek.
metode sistem KOFFCO (Istomo,
Subiakto, & Ragmadianto, 2014). Pucuk
diambil dari bibit yang berumur 1 tahun

45
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol. 15 No. 1, Juni 2018, 43-55

3. Pengamatan parameter pertum- Apparatus pada tekanan pF (log tinggi


buhan stek air) 1, pF 2, pF 2,54 (kapasitas lapang),
Parameter yang diamati meliputi: dan pF 4,20 (titik layu permanen). Air
persen berakar, panjang akar, jumlah akar tersedia dalam media (% volume)
dan jumlah daun. Pengamatan dilakukan merupakan hasil perhitungan dari kadar
pada umur stek 16 minggu (4 bulan) air media pada kapasitas lapang dikurangi
dengan membongkar seluruh tanaman dengan kadar air media pada titik layu
pada masing-masing perlakuan di setiap permanen. Pori drainase cepat (%
ulangan. Cara mengukur masing-masing volume) adalah hasil perhitungan dari
parameter sebagai berikut (Istomo, ruang pori total dikurangi dengan kadar
Subiakto, & Ragmadianto, 2014): air media pada pF 2,00. Pori drainase
lambat merupakan hasil perhitungan dari
kadarair media pada pF 2,00 dikurangi
a. Persen berakar = dengan kadar air media pada kapasitas
dimana JSAA = Jumlah stek berakar lapang (pF 2,54) (Putri & Danu, 2014).
pada akhir pengamatan, JSA = Jumlah
stek awal pengamatan. 5. Analisis data
b. Panjang akar stek. Pengukuran Data yang diamati terdiri dari
panjang akar stek dilakukan dengan persen berakar stek, panjang akar stek,
mengukur panjang akar dimulai dari jumlah akar dan jumlah daun. Data hasil
titik munculnya akar sampai akar pengukuran selanjutnya dianalisis
terujung. keragaman dengan menggunakan uji-F.
c. Jumlah akar. Pengukuran jumlah akar Apabila terjadi perbedaan yang
stek dilakukan dengan menghitung signifikan, maka dilakukan uji jarak
banyaknya kemunculan akar adventif. berganda Duncan.
d. Jumlah daun. Pengukuran jumlah daun
stek dilakukan dengan menghitung
jumlah daun baru. III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
4. Analisis media stek
1. Pertumbuhan stek masoyi
Analisis media stek dilakukan di
Pohon masoyi dapat diperbanyak
laboratorium tanah SEAMEO-BIOTROP
secara vegetatif yaitu dengan teknik stek.
meliputi: kerapatan lindak (bulk density),
Stek masoyi mulai mengeluarkan akar
kesarangan ruang pori total (porositas),
pada umur 10 minggu. Hasil analisis
kadar air pada kapasitas lapang, kadar air
ragam menunjukkan bahwa faktor
pada titik layu permanen, kadar air pori
tunggal media berpengaruh sangat nyata
drainase cepat, pori drainase, dan jumlah
terhadap persen berakar, panjang akar,
air tersedia. Bulk density merupakan nilai
dan jumlah daun. Faktor tunggal bahan
berat kering tanah dibagi volume (g/cc).
stek dan faktor zat pengatur tumbuh NAA
Pengeringan tanah dilakukan dengan
berpengaruh nyata terhadap persen
menggunakan gravimetri pada suhu (105
berakar. Pengaruh interaksi yang
± 3)°C selama 24 jam. Sedangkan ruang
signifikan terjadi antara media dan bahan
pori total media stek dihitung dengan
stek terhadap panjang akar. Parameter
menggunakan rumus sebagai berikut:
jumlah akar tidak dipengaruhi oleh semua
komponen sumber keragaman.
Hasil uji lanjut menunjukkan
bahwa media tanah+pasir (2:1, v/v)
Kadar air media diukur dengan
memiliki persen berakar, panjang akar,
menggunakan alat Pressure Plate

46
Penggunaan Media, Bahan Stek, dan Zat Pengatur Tumbuh Terhadap
Keberhasilan Stek Masoyi (Cryptocarya massoy (Oken) Kosterm)
Darwo dan Irma Yeny

dan jumlah daun tertinggi (71,67%; 9,3 panjang akan ternyata media serbuk sabut
cm; dan 2 daun) sedangkan pada kelapa+sekam (2:1, v/v) dengan media
parameter jumlah akar ketiga media tidak pasir tidak berbeda nyata, tetapi kedua
berbeda. Bahan stek berpengaruh secara media tersebut berbeda signifikan dengan
signifikan terhadap persen berakar, dan media tanah+pasir (2:1, v/v). Pada media
stek pucuk bagian atas menghasilkan tanah+pasir (2:1, v/v), stek pucuk bagian
persen berakar paling tinggi (53,33%). atas menunjukkan pertumbuhan yang
Tanpa pemberian zat pengatur tumbuh lebih baik daripada stek pucuk bagian
NAA menunjukkan persen berakar bawah. Dengan demikian, bahan stek dan
56,11% yang tidak berbeda nyata dengan media perakaran yang terbaik untuk
pemberian NAA 500 ppm dan 1.000 pertumbuhan akar stek masoyi adalah
ppm. Pada semua parameter yaitu persen stek pucuk dengan media tanah+pasir
berakar, panjang akar, jumlah akar, dan (2:1, v/v) (Tabel 3).
jumlah daun menunjukkan tidak ada Hasil penelitian ini menunjukkan
perbedaan antara kontrol dengan dosis bahwa perlakuan stek pucuk bagian atas
500 ppm dan 1.000 ppm. Kondisi ini dengan media tanah+pasir (2:1, v/v)
menunjukkan bahwa stek masoyi dapat menghasilkan persen berakar, panjang
ditumbuhkan tanpa diberi hormon NAA akar, dan jumlah daun stek yang tertinggi
(Tabel 2). pada stek masoyi (Tabel 2 dan Tabel 3).
Terjadi interaksi yang signifikan
antara faktor media dan faktor bahan stek 2. Sifat fisik media stek
terhadap panjang akar stek. Pada stek
Sampel media untuk pengujian sifat
pucuk bagian atas maupun stek pucuk
fisik diambil dari media tanam steril yang
bagian bawah, media tanah+pasir (2:1,
belum digunakan. Hasil sifat fisik media
v/v) merupakan media yang terbaik untuk
stek yang dilakukan di Laboratorium
perkembangan panjang stek masoyi
BIOTROP disajikan pada Tabel 4.
dibandingkan dengan media lain yang
telah diujikan. Terhadap perkembangan

Tabel (Table) 1. Pengaruh perlakuan media stek, bahan stek, dan dosis NAA terhadap
parameter pertumbuhan stek C. massoy umur 16 minggu (The effects of
cutting medias, cutting materials, and concentrations of NAA on growth
parameters of C. massoy cutting at 16 weeks old)
Persen Panjang akar Jumlah akar Jumlah daun
berakar (Root length) (Number of (Number of
Sumber keragaman (Source of variance)
(Rooting roots) leaves)
Percentage)
Media stek (Cutting medias) (M) ** ** tn **
Bahan stek(Cutting materials) (B) * tn tn tn
Konsentasi zat pengatur tumbuh NAA
(Concentrations of growth regular NAA) (H) * tn tn tn
Interaksi (Interaction) M x B tn ** tn tn
Interaksi (Interaction) M x H tn tn tn tn
Interaksi (Interaction) B x H tn tn tn tn
Interaksi (Interaction) M x B x H tn tn tn tn
Keterangan (Remarks) : tn = Tidak nyata taraf uji 0,05 (Not significant at 0.05 level)
* = Nyata pada taraf uji 0,05 (Significant at 0.05 level)
** = Sangat nyata taraf uji 0,01 (High significance at 0.01 level)

47
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol. 15 No. 1, Juni 2018, 43-55

Tabel (Table) 2. Hasil uji beda pada masing-masing faktor media stek, bagian stek dan
konsentrasi zat pengatur tumbuh NAA terhadap parameter pertumbuhan
stek C. massoy umur 16 minggu (Analysis of the differences between the
cutting medias, cutting materials, and concentrations of growth regulator
NAA on growth parameters of C. massoy cutting at 16 weeks old)
Persen berakar Panjang akar Jumlah akar Jumlah daun
(Rootingpercentage) (Root length) (Number of roots) (Number of
Parameter (Parameters)
(%) (cm) (Helai/Strands) leaves)
Helai (Strands)
1. Media stek (Cutting medias):
a. Tanah+pasir (Soil+sand) 71,67 a 9,30 a 2,14 a 1,99 a
(2:1, v/v)
b. Sebuk sabut kelapa+ 35,01 b 4,46 b 2,13 a 0,23 b
sekam (Cocopet+ husk)
(2:1, v/v)
c. Pasir (Sand) 36,67 b 5,19 b 1,69 a 0,95 b

2. Bahan stek (Cutting materials)


a. Stek pucuk bagian atas 53,33 a 6,78 a 2,18 a 1,11 a
(Upper shoot cutting)
b. Stek pucuk bagian bawah 42,22 b 5,91 a 1,78 a 1,00 a
(Down shoot cutting)

3. Konsentrasi NAA
(Concentrations of NAA):
a. 0 ppm 56,11 a 6,66 a 2,11 a 1,19 a
b. 500 ppm 37,22 b 6,20 a 1,98 a 1,05 a
c. 1.000 ppm 50,00 ab 6,17 a 1,85 a 0,94 a
Keterangan (Remark): Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf uji 5% (DMRT) (Values in rows followed by the same letter in the
same column are not significantly different at level of 5% base on Duncan Multiple
Range Test)

Tabel (Table) 3. Interaksi antara media stek dengan bahan stek terhadap panjang akar stek
C. Massoy pada umur 16 minggu (Interactions between cutting medias
and cutting materials on the length of C. massoy cutting rootsat 16 weeks
old)
Panjang akar (Root length) (cm)
Bahan stek (Cutting materials)
Stek pucuk bagian atas Stek pucuk bagian bawah
Media stek (Cutting medias) (Uppershoot cuttings) (Down shoot cuttings)
Tanah+pasir (Soil+sand, 2:1, v/v) 11,14 a 7,61 b
Sebuk sabut kelapa+ sekam (Cocopet+husk) (2:1, 5,06 c 3,84 c
v/v)
Pasir (Sand) 4,13 c 6,25 c
Keterangan (Remark): Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf uji 5% (DMRT) (Values in rows followed by the same letter in the
same column are not significantly different at level of 5% base on Duncan Multiple
Range Test)

Media tanah+pasir (2:1, v/v) dan drainase cukup tinggi, sehingga jumlah
media pasir memiliki kerapatan lindak air tersedia cukup rendah dibandingkan
terbesar. Kedua media tersebut memiliki media serbuk sabut kepala+sekam (2:1,

48
Penggunaan Media, Bahan Stek, dan Zat Pengatur Tumbuh Terhadap
Keberhasilan Stek Masoyi (Cryptocarya massoy (Oken) Kosterm)
Darwo dan Irma Yeny

v/v). Namun demikian, media serbuk 3. Pengaruh media terhadap


sabut kepala+sekam tersebut memiliki penampakan dan perakaran stek
kadar air pada titik layu cenderung Gambar 1 menunjukkan pengaruh
rendah dibandingkan media lainnya. media terhadap kondisi/penampakan stek
Media tanah+pasir (2:1, v/v) memiliki pucuk masoyi secara umum (bagian
porositas yang lebih tinggi daripada pucuk atas dan pucuk bawah berada
serbuk sabut kelapa+sekam (2:1, v/v), dalam pottray yang sama). Pada umur 8
namun lebih rendah daripada media pasir. minggu mulai tampak perubahan kondisi:
Media tanah+pasir (2:1, v/v) memiliki (1) stek pada media tanah+pasir (2:1, v/v)
ketersediaan air lebih tinggi daripada memiliki daun hijau dengan jumlah daun
media pasir, namun lebih rendah daripada lebih banyak, (2) stek pada media serbuk
media serbuk sabut kelapa+sekam (2:1, sabut kelapa+sekam (2:1, v/v) memiliki
v/v). Media tanah+pasir (2:1, v/v) daun sedikit menguning dengan jumlah
memiliki kadar air pada titik layu daun lebih sedikit, dan (3) stek pada
permanen relatif lebih rendah daripada media pasir memiliki daun berwarna
media pasir, tetapi lebih tinggi hijau namun jumlah daunnya paling
dibandingkan dengan media serbuk sabut rendah.
kelapa+sekam (2;1, v/v).

Tabel (Table 4). Sifat fisik media perakaran stek C. massoy (The physical characteristic of
rooting media for shoot cuttings of C. massoy)
Media stek (Cutting medias)
Sifat fisik media stek (The physical characteristic of Tanah+pasir Serbuk sabut
cuttings) (Soil+sand) kelapa+ sekam
Pasir (Sand)
(2:1, v/v) (Cocopeat+husk)
(2:1, v/v)
Kerapatan lindak (Bulk density) (g/cc) 1,21 0,76 1,19
Kesarangan ruang pori total (Porosity) (%) 54,34 53,94 55,09
Kadar air pada kapasitas lapang pada pF 2,54% 46,76 45,95 47,26
(Moisture content at field capacity at pF 2.54%) (%)
Kadar air pada titik layu permanen pada pF 4,20% 34,21 24,30 38,71
(Moisture content at permanent wilting point at pF
4.20%) (%)
Kadar air pada pF 1,00% (Moisture content at pF 52,43 53,56 52,64
1.00%) (%)
Pori drainase cepat (Drainage pore fast) (%) 3,76 0,84 6,71
Jumlah air tersedia (Available water capacity) (%) 12,57 21,65 8,55

A B C
Keterangan (Remarks): A = Tanah+pasir (Soil+sand, 2:1, v/v), B = Serbuk sabut kepala+sekam
(Cocopet+husk, 2:1, v/v), dan C = Pasir (Sand)
Gambar (Figure) 1. Stek C. massoy pada umur 8 minggu pada tiga media perakaran
(Cutting materials of C. massoy at 8 weeks old on three rooting
medias)

49
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol. 15 No. 1, Juni 2018, 43-55

A B C
Keterangan (Remarks): A = Tanah+pasir (Soil+sand, 2:1, v/v), B = Serbuk sabut kepala+sekam
(Cocopet+husk, 2:1, v/v), C = Pasir (Sand)
Gambar (Figure) 2. Perakaran stek pucuk bagian atas dan bagian bawah C. massoy pada
umur 16 minggu (Rooting of the upper shoot cuttings and thedown
shoot cuttings of C. massoy at 16 weeks old)

Tabel 2 menunjukkan stek pucuk 2015). Pada fase pertumbuhan stek


bagian atas dan stek pucuk bagian bawah setelah pertumbuhan akar yaitu ke-
tidak berbeda nyata pada parameter beradaan daun pada stek. Adanya daun
panjang akar, jumlah akar dan jumlah dapat menghasilkan persen jadi stek
daun. Namun Gambar 2 menunjukkan pucuk, jumlah akar, dan panjang akar
bahwa pengelompokkan bahan stek ber- lebih baik (Akinyele, 2010). Semakin
dasarkan perbedaan media menunjukkan luas permukaan daun, maka fotosintat
media tanah+pasir (2:1, v/v) memiliki yang dihasilkan cenderung semakin
persen berakar, panjang akar, jumlah akar banyak (Mashudi & Adinugraha, 2015).
dan jumlah daun baru terbanyak Keberadaan daun sangat penting terhadap
dibandingkan kedua media lainnya. keberhasilan stek pucuk. Luas daun yang
disisakan pada stek pucuk harus
B. Pembahasan diperhatikan, sebab apabila daun pada
Stek pucuk masoyi telah diujikan stek terlalu banyak (luas), maka laju
jenis media tumbuh, sumber stek dan transpirasi akan tinggi, sehingga akan
jenis hormon yang digunakan dengan menyebabkan stek menjadi layu. Terkait
parameter yang dilihat adalah persen dengan hal tersebut, maka pada penelitian
berakar stek, panjang akar stek, jumlah ini daun pada stek pucuk bagian atas dan
akar dan jumlah daun. Pasetriyani (2014) stek pucuk bagian bawah disisakan 2-3
menyatakan bahwa pertumbuhan stek helai dan setiap helai dipotong separuh-
pucuk dipengaruhi oleh faktor media nya, sehingga tidak terdapat perbedaan
tumbuh, jenis stek, posisi stek pada keberadaan jumlah daun dan luas daun
tanaman induk, dan lain-lain. Jenis media pada perlakuan awal. Aspek lainnya yang
tumbuh yang tepat untuk pertumbuhan menjadi faktor keberhasilan stek pucuk
stek pucuk menjadi perhatian, seperti adalah sumber stek yang diambil. Bagian
stek pucuk masoyi yang diujikan berupa
media tumbuh yang porus agar proses
aerasi dan drainase bisa berjalan dengan stek pucuk bagian atas dan stek pucuk
baik, memiliki daya ikat air yang baik bagian bawah. Pengujian ini diharapkan
dan bebas patogen (Adinugraha, 2011). bisa mengoptimalkan bagian stek pucuk
Karakteristik media tersebut bisa yang masih bisa digunakan. Selanjutnya
memengaruhi kemampuan perakaran stek yang dianalisis pengaruh pemberian
pucuk. Terbentuknya akar pada stek hormon zat pengatur tumbuh terhadap
merupakan faktor penting karena akar keberhasilan stek pucuk masoyi.
dapat menyerap unsur hara dari dalam
tanah dan dapat mendukung kelangsung-
an hidupnya (Mashudi & Adinugraha,

50
Penggunaan Media, Bahan Stek, dan Zat Pengatur Tumbuh Terhadap
Keberhasilan Stek Masoyi (Cryptocarya massoy (Oken) Kosterm)
Darwo dan Irma Yeny

1. Pengaruh media tumbuh stek tanam yang sangat mendukung proses


Sifat fisik media memberikan pembentukan akar pada stek masoyi.
respon yang berbeda pada keberhasilan Perbedaan fisik media terlihat pula pada
stek masoyi. Penggunaan media tanah+ kondisi stek masoyi baik stek pucuk
pasir (2:1, v/v) telah menghasilkan nilai bagian atas maupun stek pucuk bagian
tertinggi pada semua parameter yaitu bawah. Media tanah+pasir (2:1, v/v)
persen berakar 71,67%, panjang akar 9,30 menghasilkan stek sampai akhir penga-
cm, jumlah akar 2,14 helai, dan jumlah matan tampak segar dan menghasilkan
daun 1,99 helai. Hal ini dikarenakan daun muda yang banyak. Media serbuk
media tanah+pasir (2;1, v/v) memiliki sabut kelapa+sekam (2:1, v/v) sampai
kemampuan dalam memenuhi ketersedia- umur 2 bulan masih segar, namun setelah
an air serta menjaga suhu dan kelembab- itu mulai menguning. Pada bulan ketiga
an, sehingga semua parameter yang stek menguning dan membusuk. Berbeda
diamati menunjukkan respon positif. dengan media pasir dimana sampai akhir
Respon yang berbeda terjadi pada stek pengamatan tetap segar, walaupun jumlah
tunas dan daun yang dihasilkan relatif
kilemo (Litsea cubeba (Lour.) Pers.) yang
satu famili dengan masoyi yaitu famili lebih sedikit dibandingkan media tanah+
Laureaceae. Pada stek kilemo, media pasir (2:1, v/v).
pasir memiliki persen berakar tertinggi Berdasarkan perbedaan beberapa
(15,6%) dibandingkan dengan media media stek, maka stek masoyi meng-
campuran serbuk sabut kelapa+sekam hasilkan persen berakar yang rendah pada
(2:1, v/v) maupun media campuran media yang mengandung kadar air yang
serbuk sabut kelapa+arang sekam (2:1, tinggi. Kondisi ini diduga akibat tinggi-
v/v) (Putri, & Danu, 2014). Uji media nya kadar air pada kapasitas lapang dan
pada stek pucuk damar (Agathis titik layu permanen. Ketersediaan air
laranthifolia Salisb.) menghasilkan yang cukup tinggi pada media tersebut
media campuran serbuk sabut kelapa+ mengakibatkan stek membusuk. Subiakto
sekam (2:1) sebagai media terbaik untuk (2009) menyatakan bahwa serbuk sabut
perakaran stek damar dengan hasil persen kelapa bersifat seperti spons yang banyak
berakar stek damar 67% (Danu et al., menyerap air dan mempertahankan air,
2011). Sementara itu uji media dan sehingga dapat mempertahankan ke-
pemberian zat pengatur pada stek ganitri lembaban medium. Media stek tanaman
(Elaeocarpus ganitrus Roxb) menunjuk- masoyi lebih menyukai media dengan
kan media pasir dan pemberian IAA 300 nilai kisaran ketersediaan air pada
ppm menghasilkan persen hidup, jumlah kapasitas lapang 46,78% dan titik layu
tunas, jumlah akar, panjang akar, berat permanen 34,21%. Stek masoyi berbeda
kering akar, dan berat kering tunas yang dengan tanaman kayu bawang, dimana
lebih tinggi (Rachman & Rohandi, 2012). media terbaiknya serbuk sabut kelapa+
sekam (2:1, v/v) dengan IBA 50 ppm
Media tanah+pasir (2:1, v/v) dalam
dapat menghasilkan persen berakar
penelitian ini memiliki kerapatan lindak
sebesar 95% dengan jumlah akar 2 buah
porositas dan jumlah air tersedia yang
dan jumlah daun 2 helai. Media tersebut
sedang (tidak terlalu padat, tidak terlalu
memiliki ketersediaan air pada kapasitas
poros, dan jumlah air tersedia cukup)
lapang mencapai 80,95% dan ke-
dibandingkan dengan media serbuk sabut
tersediaan air pada titik layu permanen
kelapa+sekam (2:1, v/v) dan media pasir.
58,56% (Danu, & Kurniati, 2014). Begitu
Nilai kerapatan lindak 1,21 g/cc,
juga media stek serbuk sabut kelapa+
porositas 54,34%, dan jumlah air tersedia
sekam telah memberikan pengaruh yang
12,57% menunjukkan kondisi media
baik terhadap keberhasilan stek pucuk

51
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol. 15 No. 1, Juni 2018, 43-55

tembesu (Fagraea fragrans Roxb.) untuk mendapatkan hara (Rianto,


(Istomo et al., 2014). Oleh karena itu, Suwandi, & Sulistiyono, 2016).
tidak selalu media tanam yang Pada kondisi ini jumlah unsur hara
menghasilkan persen berakar yang pada media media tanah+pasir (2:1, v/v)
terbaik dapat digunakan sebagai media yang memiliki N-total pada kategori
tanam untuk stek jenis lainnya. sedang dianggap minim untuk untuk
Terdapat interaksi sangat nyata mendukung pertumbuhan organ tanaman
antara media dan bagian stek pucuk akar masoyi, sehingga memiliki sistem
tanaman masoyi, yaitu pada parameter perakaran yang luas dibandingkan media
panjang akar. Pada parameter panjang lainnya. Selanjutnya untuk menghasilkan
akar, media tanah+pasir (2:1, v/v) dan stek dengan daya perakaran tinggi di-
bagian atas pucuk memberikan hasil yang butuhkan perkembangan akar, batang dan
terbaik dibandingkan media serbuk sabut daun yang akan meningkatkan laju foto-
kelapa+sekam (2:1, v/v) dan media pasir. sintesis, sehingga menghasilkan bahan
Hal ini dikarenakan media tanah+pasir makanan (fotosintat) yang tinggi bagi
mampu menyerap air, namun tidak terlalu kebutuhan tanaman (Supriyanto &
lama untuk mempertahankan air, se- Prakasa, 2011; Winarni, 2009).
hingga media tidak basah dalam waktu
yang lama. Kadar air pada kapasitas 2. Pengaruh bahan stek
lapang 46,78% dan kadar air pada titik
Perbedaan bahan stek menunjukkan
layu permanen 34,21% merupakan ke-
bahwa stek pucuk bagian atas memiliki
mampuan media tanam yang cocok bagi
kemampuan untuk menghasilkan pucuk
pertumbuhan stek pucuk masoyi. Selain
daun baru lebih cepat dibandingkan stek
itu media tanah+pasir (2:1, v/v) yang
pucuk bagian bawah. Namun demikian,
digunakan diduga mengandung/ unsur
secara statistik jumlah daun yang di-
hara yang mendukung pertumbuhan
hasilkan tidak berbeda antara stek pucuk
panjang akar.
bagian atas dan bagian bawah. Oleh
Menurut Minarningsih, Yeny,
karena itu, anakan masoyi umur 1 tahun
Santoso, & Purwanto (2017) bahwa
berpotensi sebagai bahan stek mulai dari
media tanah+pasir (2:1, v/v) mengandung
pucuk sampai dengan 6 nodul pertama
unsur hara N total 0,22% (sedang). Nilai
setelah bagian pucuk. Hal ini disebabkan
ini lebih rendah jika dibandingkan media
karena anakan masoyi umur 1 tahun
serbuk sabut kelapa+sekam (2:1, v/v)
merupakan bahan stek yang masih juvenil
yaitu N total 1,08% (sangat tinggi).
(muda secara fisiologis) dan asal bahan
Namun demikian, panjang akar tertinggi
stek yang tergolong semai juvenil.
ditunjukkan oleh media tanah+pasir (2:1,
Bagian ini memiliki kemampuan berakar
v/v) sebesar 9,3 cm dan media serbuk
yang lebih baik daripada bahan stek yang
sabut kelapa+sekam (2:1, v/v) sebesar
lebih tua (Putri, & Siregar, 2016). Seperti
4,46 cm. Kondisi ini membuktikan proses
bahan stek dari bibit (semai juvenil) pada
perpanjangan akar ditentukan oleh ke-
tanaman tembesu (F. fragrans) mem-
tersediaan hara pada media tanam. Selain
berikan persen berakar lebih baik di-
ditentukan oleh faktor genetik, morfologi
bandingkan asal bahan stek trubusan
akar ditentukan pula oleh keadaan
maupun pucuk pohon tua (Istomo,
lingkungan media, yaitu hara. Apabila
Subiakto, & Ragmadianto, 2014). Hal ini
hara tersedia dalam jumlah yang cukup,
disebabkan bibit memiliki kemampuan
maka tanaman akan membentuk sistem
untuk melakukan perpanjangan sel
akar yang dangkal. Sebaliknya, tanaman
(elongation) yang sangat pesat atau
dengan perlakuan media tanam yang
disebut juga fase juvenil.
minim hara cenderung memperluas akar

52
Penggunaan Media, Bahan Stek, dan Zat Pengatur Tumbuh Terhadap
Keberhasilan Stek Masoyi (Cryptocarya massoy (Oken) Kosterm)
Darwo dan Irma Yeny

Stek pucuk bagian bawah memiliki yang tumbuh abnormal (Leovici,


diameter batang lebih besar daripada Kastono, & Putra, 2014). Seperti pada
bagian pucuk atas sehingga keberhasilan stek Macleania rupestris dengan meng-
kemampuan tumbuh dari stek pucuk gunakan IBA atau NAA 500 mg meng-
bagian bawah lebih rendah daripada hasilkan jumlah akar tertinggi (Veloza et
bagian pucuk atas. Hal ini sesuai dengan al., 2014).
hasil penelitian Pramono & Siregar Perbanyakan stek masoyi dengan
(2016) yang menyatakan bahwa semakin aplikasi media, bahan stek dan dosis zat
besar diameter pangkal stek semakin pengatur tumbuh NAA pada sistem
rendah persen hidup dan semakin sedikit KOFFCO menunjukkan bahwa media
jumlah daun serta semakin pendek akar tanah+pasir (2:1. v/v) memiliki persen
yang terbentuk. Namun demikian, stek berakar, panjang akar dan jumlah daun
pucuk bagian bawah masih dapat tertinggi (71,67%; 9,3 cm; dan 2 daun)
digunakan sebagai bahan stek dengan sedangkan pada parameter jumlah akar
nilai persen berakar yang cukup tinggi ketiga media tidak berbeda. Asal bahan
(42,22%), sehingga penggunaan tanaman stek yang memiliki persen berakar paling
masoyi umur 1 tahun sebagai bahan stek tinggi adalah stek pucuk bagian atas
dapat digunakan sampai 6 nodul teratas. (53,33%) dibandingkan dengan stek
pucuk bagian bawah (42,22%).
3. Pengaruh zat pengatur tumbuh Pemberian dosis NAA 500 ppm dan
Pemberian dosis NAA 500 ppm 1.000 ppm pada semua parameter yaitu
dan 1.000 ppm menghasilkan persen persen berakar, panjang akar, jumlah akar
berakar yang tidak berbeda nyata dengan dan jumlah daun menunjukkan tidak
kontrol. Kondisi ini menunjukkan bahwa berbeda dengan kontrol. Pada stek pucuk
sumber stek dari bibit berumur 1 tahun masoyi tidak memerlukan tambahan zat
berada pada fase juvenil dan mampu pengatur tumbuh, tetapi diperlukan media
melakukan perpanjangan sel. Perpanjang- tumbuh tanah+pasir (2:1, v/v).
an sel yang terjadi pada stek masoyi
diduga dipengaruhi oleh hormon endogen IV. KESIMPULAN DAN SARAN
dan ketersediaan air. Ahkami et al. (2013)
menyebutkan ketersediaan air mampu A. Kesimpulan
menyebabkan pengenduran dinding sel Penyiapan bibit masoyi dengan stek
sehingga mampu mendesak pembesaran merupakan salah satu upaya menyediakan
sel dan pembentukan pembentukan akar . bibit masoyi dalam jumlah yang cukup
Analisis distribusi zat pengatur dan tersedia tepat waktu. Uji media,
tumbuh IAA dalam stek mengungkapkan bahan stek, dan penggunaan zat pengatur
bahwa sekitar 40% dan 10% dari total tumbuh NAA menunjukkan bahwa faktor
IAA terdapat pada daun dan zona pangkal media memengaruhi secara signifikan
batang sebagai tempat terjadinya per- terhadap persen berakar, panjang akar,
akaran (Ahkami et al., 2013). Apabila zat dan jumlah daun stek masoyi. Media
pengatur tumbuh (ZPT) endogen berada tanah+pasir (2:1, v/v) merupakan media
di bawah optimal, maka pemberian ZPT yang terbaik bagi pertumbuhan stek
eksogen diperlukan untuk menghasilkan masoyi dan menghasilkan panjang akar
respon yang maksimal. Pada tanaman yang tertinggi tanpa perlu diberikan zat
dimana ZPT endogen dibawah optimal, pengatur tumbuh NAA. Bagian stek
pemberian ZPT eksogen pada proses stek pucuk atas lebih baik daripada bagian
diperlukan agar diperoleh kualitas bibit stek pucuk bawah, namun stek pucuk
yang baik dan mengurangi jumlah bibit bagian bawah masih dapat digunakan

53
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol. 15 No. 1, Juni 2018, 43-55

sebagai bahan stek dengan nilai persen acetic acid in Petunia hybrida shoot
berakar yang cukup tinggi (42,22%) tip cuttings and relationship between
sehingga penggunaan tanaman masoyi auxin transport, carbohydrate
umur 1 tahun sebagai bahan stek dapat metabolism and adventitious root
digunakan sampai 6 nodul teratas. formation. Jurnal Planta, 283, 499–
517. http://doi.org/10.1007/s00425-
B. Saran 013-1907-z

Perbanyakan tanaman masoyi Akinyele, A. (2010). Effects of growth


hormones, rooting media and leaf
secara vegetatif dapat dilakukan dengan
size on juvenile stem cuttings of
sistem stek pada media tanah+pasir (2:1, Buchholzia coriacea Engler. Annals
v/v) tanpa perlu penambahan hormon of Forest Research, 53(2), 127-133.
tumbuh NAA. Uji kualitas mutu fisik Danu, & Kurniati, P. (2014).
bibit asal stek serta ketersediaan auksin Pengaruh sifat fisik media dan zat
alami pada stek masoyi perlu dianalisis pengatur tumbuh IBA pada
lebih lanjut guna meningkatkan pertumbuhan stek kayu bawang
(Azadirachta exelsa L. Jurnal
efektifitas per-banyakan tanaman masoyi
Perbenihan Tanaman Hutan 2(2); 89-
meng-gunakan stek. 98.
Badan Standarisasi Nasional. (2013).
UCAPAN TERIMA KASIH
Kulit Masohi.
Penelitian ini dibiayai DIPA APBN Danu, Subiakto, A., & Putri, K. P.
Pusat Penelitian dan Pengembangan (2011). Uji stek pucuk damar
Hutan tahun anggaran 2016. Terima kasih (Agathis loranthifolia Salisb.) pada
disampaikan kepada Bapak Ir. Atok berbagai media dan zat pengatur
Subiakto, M.Sc. yang telah memberikan tumbuh. Jurnal Penelitian Hutan dan
izin penggunaan rumah kaca dan Konservasi Alam, 8(3), 245–252.
peralatannya, serta Dr. Hani Sitti
Istomo, Subiakto, A., & Ragmadianto, S.
Nuroniah atas arahannya. Ucapan terima
(2014). Pengaruh asal bahan dan
kasih juga disampaikan pada Bapak
media stek terhadap keberhasilan
Abdurahman Syakur, Kusman, Nana,
stek pucuk tembesu. Jurnal Berita
Tomi, Wahyu, Ibu Yetti Heryati,
Biologi, 13(3), 275–281.
Minarningsih, Endang, dan Reni atas
bantuannya selama penelitian ber- Leovici, H., Kastono, D., & Putra, E. T.
langsung. (2014). Pengaruh macam dan
konsentrasi bahan organik sumber
DAFTAR PUSTAKA zat pengatur tumbuh alami terhadap
pertumbuhan awal tebu (Saccharum
Adinugraha, H. (2011). Pengaruh umur officinarum L.). Vegetalika, 3(1), 22-
pohon induk, umur tunas dan jenis 34.
media terhadap pertumbuhan stek Mashudi, & Adinugraha, H. (2015).
sukun. Jurnal Penelitian Hutan Kemampuan tumbuh stek pucuk
Tanaman, 5(1), 23–30. pulai gading (Alstonia scholaris (L.)
Ahkami, M. H., Melzer, M., Ghaffari, R. Br.) dari beberapa posisi bahan
M., Pollmann, S., Javid, M., stek dan model pemotongan stek.
Shahinnia, F., & Hajirezae, M. R. Jurnal Penelitian Kehutanan
(2013). Distribution of indole-3- Wallacea, 4(1), 63–69.

54
Penggunaan Media, Bahan Stek, dan Zat Pengatur Tumbuh Terhadap
Keberhasilan Stek Masoyi (Cryptocarya massoy (Oken) Kosterm)
Darwo dan Irma Yeny

Minarningsih, Yeny, I., Santoso, & hormon tumbuh. Jurnal Penelitian


Purwanto, B. (2017). Kesesuaian Hutan Tanaman, 9(4), 219–225.
media sapih terhadap pertubuhan
Rianto, M., Suwandi, & Sulistiyono, A.
bibit masoyi (Cryptocarya massoy
(2016). Pengaruh panjang stek dan
(Oken) Kosterm) di persemaian.
media tanam terhadap pertumbuhan
Dalam Seminar Nasional Silvikultur.
bibit buah naga (Hylocereus sp.).
Banjar Baru.
Plumula, 5(2), 113–124.
Pasetriyani, E. (2014). Pengaruh macam
Rostiwati, T., & Efendi, R. (2013).
media tanam dan zat pengatur
Mendulang uang tanpa tebang, Lima
tumbuh growtone terhadap
jenis HHBK unggulan. (G. Pari & P.
pertumbuhan stek batang tanaman
Setio, Eds.). Bogor: Forda Press.
jarak pagar (Jatropa curcas Linn.
Jurnal Agrosci, 7, 82-88. Subiakto, A. (2009). Aplikasi Koffco
untuk produksi stek jenis pohon
Pramono, A.A., & Siregar, N. (2016).
indigenous. Bogor: Pusat Litbang
Pengaruh diameter pucuk dan dosis
Hutan dan Konservasi Alam.
iba terhadap perakaran stek benuang
(Octomeles sumatrana Miq). In Suminar, S., Arifin, B., & Kemala, T.
Prosiding seminar nasional (2015). Naskah akademik
silvikultur III. IPB International membangun standar nasional
convention center (pp. 69–73). Bogor Indonesia untuk komoditas minyak
19-20 April 2015 masoyi.
Putri, K., & Danu. (2014). Uji stek Supriyanto & Prakasa, K. (2011).
kilemo (Litsea cubeba L. Persoon) Pengaruh zat pengatur tumbuh
pada berbagai media perakaran dan rootone-F terhadap pertumbuhan stek
zat pengatur tumbuh. Jurnal Forest Duabanga mollucana Blume. Jurnal
Rehabilitation, 2(2), 89–97. Silvikultur Tropika,3(1), 59–65.
Putri, K., & Siregar, N. (2016). Pengaruh Veloza, C., Durán, S., Magnitskiy, S., &
bahan stek dan zat pengatur tumbuh Lancheros, H. (2014). ) Rooting
terhadap keberhasilan stek pucuk ability of stem cutting of Macleania
Malapari (Pongamia pinnata). Jurnal rupestris Kunth A.C.Sm a South
Perbenihan Tanaman Hutan 4(1):1-8 American fruit species. International
Journal of Fruit Science, 14(4), 343-
Rachman, E., & Rohandi, A. (2012).
361. International Journal of Fruit
Keberhasilan stek pucuk ganitri
Science, 14(4), 343-361.
(Elaeocarpus ganitrus Roxb) pada
aplikasi antara media tanam dan

55

You might also like