ID Dampak Krisis Terhadap Ketenagakerjaan Indonesia
ID Dampak Krisis Terhadap Ketenagakerjaan Indonesia
ID Dampak Krisis Terhadap Ketenagakerjaan Indonesia
Oleh: Saliman
(Staf Pengajar Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta)
Abstract
The economic growth of Indonesian before the year 1997 was
considerably rapid and able to bring Indonesia obtaining a notation as one
of Asian tigers. The economic growth brought positive impact to the
matters pertaining to manpower of Indonesia. In 1997 the economic crises
had befallen on Indonesia, the economic condition of Indonesia destroyed,
business and industrial world were collapsed, signed by the bankruptcy of
several companies. Even, there were some companies moved abroad,
seeking new countries that had lower costs of production as home base.
The impact of the crisis was many labor force lost their employment.
The severance of working relation (PHK) was undertaken for the sake of
efficiency so that the production could be run. On the other side, new job
seekers emerged to compete in obtaining work field. The accumulation of
the severance of working relation (PHK) and new labor force results in the
increasing number of unemployment. Meanwhile the absorption power of
work field was considerable limited due to the lack of opening new
business.
Ironically, there were various job vacancies unoccupied. The vacancies
were still unoccupied since many job seekers graduating from Indonesian
educational institution lacked expertise, skills and professionalism
demanded. The educational institution had merely been able to pass
unprepared labor force. Consequently, many educated unemployed could
not be absorbed in field of work. There shall be many potential negative
impacts due to the educated unemployment. Therefore, it necessitated real
efforts in educational world to prepare its graduates so that they would be
absorbed in work field, for example by the reevaluation of curriculum
substance. The curriculum should be able to provide real experience for
students. The entrepreneurship as exploratory subject should be taught
since Senior High School. Furthermore, the apprentice program needed to
be formulated by involving world of business and industry so that the
implementation would give contribution significantly to the preparation
process of labor force.
Key words: economic crisis, labour force, employment
74
Dampak Krisis Terhadap Ketenagakerjaan Indonesia -- Saliman
75
Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 2 Nomor 3, Mei 2005
76
Dampak Krisis Terhadap Ketenagakerjaan Indonesia -- Saliman
Tabel 1. Pencari Kerja Terdaftar Menurut Pendidikan Tahun 2003 (dalam ribuan)
Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah
< SD 2,698 2,452 5,150
SMTP 3,878 2,121 5,999
SMTA 56,741 55,369 112,110
Diploma 2,086 2,487 4,573
Universitas 3,337 3,835 7,172
Jumlah 68,740 66,264 135,004
Sumber : Depnakertrans, Direktorat Diaguna - Ditjen PPTKDN Data Juli s.d.
September 2003
77
Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 2 Nomor 3, Mei 2005
kontribusi yang cukup besar dalam tidak membawa hasil maksimal, bahkan
pengembangan perusahaan yang menambah keterpurukan perekonomian
bersangkutan. Untuk mendapatkan SDM Indonesia. Selanjutnya ketidakpercayaan
yang berkualitas tersebut, perusahaan masyarakat terhadap para pemimpin
terkadang mengeluarkan investasi yang bangsa memuncak sehingga berakibat
cukup besar. Persoalan pokok yang chaos di mana-mana, sebagai luapan
dihadapi dalam bidang ketenagakerjaan rasa ketidakpuasan masyarakat. Kondisi
adalah kelebihan tenaga kerja serta tersebut banyak disebut sebagai krisis
kecilnya kesempatan kerja yang tercipta multidimensional. Banyak hal yang terjadi
pada setiap sektor sehingga terjadi akibat krisis yang melanda Indonesia,
pengangguran. Lebih lanjut dapat tulisan ini akan mencoba mengupas
dijelaskan bahwa para penganggur yang berbagai kondisi kaitannya dengan krisis
dimiliki oleh baik di kota maupun di multidimensional yang menerjang
pedesaan merupakan penyumbang Indonesia. Terutama akan dikaji
terbesar dari daerah lumbung-lumbung mengenai dampak krisis terhadap
kemiskinan. ketenagakerjaan di Indonesia, dan
Di samping penganggur terbuka, mengatasi pengangguran terdidik.
setengah penganggur yaitu mereka yang
bekerja kurang dari 35 jam per minggu B. Krisis dan Ketenagakerjaan
juga menjadi isu pokok ketenagakerjaan. Seiring dengan terjadinya krisis yang
Jumlah setengah penganggur ini lebih berawal pada pertengahan tahun 1997,
besar dari pada penganggur. Penduduk kondisi ketenagakerjaan berubah drastis.
miskin khususnya mereka yang berada di Perekonomian yang sebelumnya tumbuh
bawah garis kemiskinan berhubungan demikian pesat, ternyata mengalami
erat dengan pengangguran dan setengah kontraksi. Demikian pula halnya dengan
menganggur. ketenagakerjaan. Dunia ketenagakerjaan
Krisis ekonomi yang terjadi pada yang telah menunjukkan pertumbuhan
pertengahan tahun 1997 telah membalik ke arah positif, berbalik arah seratus
keadaan ekonomi Indonesia menjadi delapan puluh derajat.
kalang kabut, celakanya Negara dililit Akibat keruntuhan perusahaan-
utang akibat bantuan luar negeri yang perusahaan dan atau akibat kebijakan
sangat mengikat. International Monetary perusahaan menghadapi krisis, tenaga
Found (IMF) kemudian tampil sebagai kerja mengalami dampak secara
dewa penolong, akan tetapi tidak langsung berupa pemutusan hubungan
mujarab dalam mengobati penyakit yang kerja (PHK). Tercatat selama akhir 1997
diderita oleh Indonesia. Suntikan dana terjadi beberapa kasus PHK. Berdasarkan
yang diberikan IMF kepada Indonesia data yang didapat dari Depnaker seperti
78
Dampak Krisis Terhadap Ketenagakerjaan Indonesia -- Saliman
dikutip Revrisond Baswir (2003), sampai Pada tahun 1998 kondisi lebih parah
akhir tahun 1997 terdapat 42 perusahaan lagi. Menurut data FSPSI, tenaga kerja
yang sudah mengajukan permohonan yang terkena PHK selama krisis moneter
PHK kepada Depnaker, dengan total sudah mencapai 30 juta orang. (Harian
pekerja yang diajukan sejumlah 15.199 Terbit, 30 Desember 1998). Sedangkan
tenaga kerja. Angka tersebut cukup menurut Depnaker kenaikan
spektakuler di mana angka serapan pengangguran pada tahun 1998 sebesar
tenaga kerja sangat kecil. 7,9 juta orang, terdiri dari tenaga kerja
Sementara itu berdasarkan pendataan baru sebesar 2,7 juta dan tenaga kerja
dari masing-masing sektor yang terkena kena PHK sebesar 5,2 juta. Bila
dampak krisis, jumlah kasus PHK dijumlahkan dengan pengangguran
ternyata jauh lebih besar. Bahkan sampai tahun sebelumnya yang berjumlah 5,8
akhir Desember 1997 telah menyebabkan juta maka total pengangguran pada
terjadinya PHK terhadap 40 ribu pekerja tahun 1998 adalah 13,7 juta, atau
yang menggantungkan nasibnya di sebesar 14,8 persen dari total angkatan
sektor properti. Di samping itu terdapat kerja. Sementara itu Bappenas
potensi PHK lagi sebesar 190 ribu pekerja menghitung angka pengangguran yang
lainnya. Sampai Oktober 1997 sekitar 50 terjadi selama tahun 1998 sebesar 12,44
persen dari pengembang swasta terpaksa juta orang atau 13,6 persen dari
menghentikan kegiatannya karena krisis. angkatan kerja yang sebesar 91,53 juta.
Dengan demikian ratusan rubu tenaga Angka tersebut terdiri dari pengangguran
kerja dari sektor tersebut juga terancam baru sebesar 2,8 juta dan korban PHK
di PHK. sebesar 3,84 juta ditambah
Secara keseluruhan menurut pengangguran tahun 1997 sebesar 5,8
Departeman Tenaga Kerja RI, PHK telah juta orang. Sampai saat ini tidak ada
menimpa satu juta pekerja dikarenakan data pasti mengenai karakter
krisis moneter sampai akhir 1997 pengangguran yang terjadi selama krisis.
(Kompas, 30 Desember 1997). PHK Berdasarkan data BPS (Biro Pusat
terjadi di beberapa sektor usaha, Statistik) sampai Mei 1997, sekitar 45
terutama bidang konstruksi, properti dan persen tenaga kerja bekerja di bawah 35
perbankan. Secara keseluruhan menurut jam per minggu atau setara dengan 25
Depnaker dan Bappenas seperti persen pengangguran penuh. Jika
dijelaskan Revrisond Baswir (2003), ditambah angka pengangguran terbuka
jumlah pengangguran sampai akhir 2.67 persen dan pengaruh krisis ekonomi
tahun 1997 adalah sebesar 5,8 juta yang berkepanjangan, total
orang. pengangguran nyata bisa mencapai 35-
79
Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 2 Nomor 3, Mei 2005
80
Dampak Krisis Terhadap Ketenagakerjaan Indonesia -- Saliman
81
Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 2 Nomor 3, Mei 2005
82
Dampak Krisis Terhadap Ketenagakerjaan Indonesia -- Saliman
SD dan diploma satu (D1) sekitar 10 dan aksi-aksi politik yang eksplosif
persen. Demikian juga dari data Biro didukung oleh para lulusan dunia
Pusat Statistik, periode 1980-1997, pendidikan menengah yang tidak
angka pengangguran terbuka pada bekerja.
angkatan kerja berpendidikan menengah Dari dimensi ekonomi, masalah ini
ke atas meningkat tajam. Lebih jauh merupakan pemborosan nasional.
dapat dilihat pada Tabel 3. Investasi pendidikan adalah biaya yang
Tingginya tingkat pengangguran di tidak sedikit, apalagi pada tingkat
kalangan angkatan kerja terdidik ini pendidikan menengah ke atas. Jika
dapat berdampak serius pada berbagai angkatan kerja ini tidak didayagunakan
dimensi kehidupan. Dari dimensi politik, sesuai dengan kapasitasnya, maka
dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi terjadi inefisiensi (pemborosan) biaya,
tingkat pendidikan para pengangggur, waktu, dana maupun energi.
semakin gawat kadar tindakan Dari dimensi sosial-psikologi,
destabilitas yang tercipta. Lulusan pengangguran tenaga terdidik sangat
perguruan tinggi yang tidak terlibat berbahaya. Situasi ini akan menimbulkan
dalam kegiatan ekonomi dapat kemerosotan rasa percaya diri dan harga
mendorong pada perubahan sosial yang diri para penganggur. Apabila
cepat. Sementara itu tamatan pendidikan berlangsung dalam kurun waktu relatif
menengah yang tidak bekerja dapat lama, hilangnya rasa percaya diri ini
semakin mempergawat kadar ketidak- akan semakin terakumulasi dan dapat
damaian politik. Banyak kasus kerusuhan mengimbas pada angkatan kerja lainnya.
83
Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 2 Nomor 3, Mei 2005
84
Dampak Krisis Terhadap Ketenagakerjaan Indonesia -- Saliman
85
Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 2 Nomor 3, Mei 2005
86
Dampak Krisis Terhadap Ketenagakerjaan Indonesia -- Saliman
Daftar Pustaka
Baswir, Revrisond. (1997). Agenda Ekonomi Kerakyatan. Yogyakarta:IDEA – Pustaka
Pelajar.
--------. dkk. (2003). Terjajah di Negeri Sendiri. Jakarta: ELSAM.
Biro Pusat Statistik. (1997). Indikator Kesejahteraan Sosial.
--------. (1998). Statistik Tahunan Indonesia.
Depnaker. (1997). Direktorat Informasi Pasar Kerja.
Depnakertrans. (2003). Direktorat Diaguna - Ditjen PPTKDN.
Gajah Kusumo. (2004). Bahaya kemiskinan & pengangguran tetap mengancam.
Jakarta: Bisnis Indonesia.
Tobing, Elwin. (2004). Pendidikan, Pasar Tenaga Kerja dan Kewiraswastaan. Jakarta:
The Prospect.
---------. (2005). Pengangguran Tenaga Kerja Terdidik. Jakarta: The Prospect.
Gie, Kwik Kian. (1998). Gonjang-Ganjing Ekonomi Indonesia: Badai Belum akan
Segera Berlalu. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Wirosuhardjo, Kartono. (1986). Kebijaksanaan Kependudukan dan Ketenagakerjaan di
Indonesia. Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi UI.
Harian Terbit. 30 Desember 1998
87