Pengaruh Posisi Lereng Terhadap Sifat Fisika Dan Kimia Tanah Pada Inceptisols Di Jatinangor
Pengaruh Posisi Lereng Terhadap Sifat Fisika Dan Kimia Tanah Pada Inceptisols Di Jatinangor
Pengaruh Posisi Lereng Terhadap Sifat Fisika Dan Kimia Tanah Pada Inceptisols Di Jatinangor
net/publication/332757400
Pengaruh Posisi Lereng terhadap Sifat Fisika dan Kimia Tanah pada
Inceptisols di Jatinangor
CITATIONS READS
0 254
4 authors, including:
29 PUBLICATIONS 9 CITATIONS
Universitas Padjadjaran
25 PUBLICATIONS 4 CITATIONS
SEE PROFILE
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Apong Sandrawati on 08 September 2019.
Pengaruh Posisi Lereng terhadap Sifat Fisika dan Kimia Tanah pada Inceptisols di
Jatinangor
Mahfud Arifin1), Novarina Darmawan Putri2), Apong Sandrawati1), dan Rachmat Harryanto1)
1) Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran
2) Alumni Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran
ABSTRACT
Slope held a vital role in soil formation and development through erosion, transportation, and
deposition. The degree of the slope determines the flow rate and volume of surface water, while the
slope position determines rate of the erosion. The research aimed to understand the impact of the
slope position against physical (texture, Bulk Density, top soil thickness,) and chemical (pH, Organic
carbon, and cation exchange capacity (CEC)) and the correlation between the top soil thickness to
physical and soil chemical properties. The research was conducted in April to June 2016. The soil
samples were taken from 15-25% slope and three positions: upper slope, middle slope and lower
slope. Each slope was repeated 5 times, hence 15 spots of soil samples were obtained. This research
used descriptive comparative method and stratified purpose sampling as the sampling technique.
The results of T-Student test showed that the slope position influenced the topsoil thickness of 6.91
point in the upper and middle slope and 3.89 point in the middle and lower slope. The results of the
correlation test in each parameter in the upper hill showed there was correlation between top soil
against dust fraction (r=0.826), top soil against clay fraction (r=0.823), and top soil against soil CEC
(r=0.787). The middle slope showed there was correlation between top soil and soil pH (r=0.872) and
topsoil to soil CEC (r=0.790). The lower slope showed there was correlation between top soil and soil
pH (r=0.870).
Key words: soil erosion, Inceptisols, slope position, topsoil
37
Soilrens, Volume 16 No. 2, Juli – Desember 2018
transportasi dan deposisi. Pada daerah yang penggunaan lahan, dan peta geologi. Bahan
tererosi, sifat-sifat tanah akan mengalami lain yang digunakan adalah bahan kimia yang
perubahan Kerusakan yang dialami pada digunakan pada saat analisis sifat-sifat tanah
tanah yang mengalami erosi berupa di laboratorium.
kemunduran sifat-sifat fisik dan kimia.
Peralatan kerja lapangan yang digunakan
Pengaruh besarnya erosi terhadap penurunan
adalah GPS, klinometer, bor tanah, cangkul,
produksi tergantung dari jenis tanaman dan
pisau, kertas deskripsi tanah, ring sampler,
perubahan sifat-sifat fisik dan kimia menurut
kantong plastik, meteran, alat tulis, label, dan
kedalaman tanah.
kamera. Peralatan kerja studio yang
Lereng memiliki beberapa unsur digunakan adalah laptop yang memiliki
diantaranya kemiringan, arah, panjang dan Softwae ArcGIS 10.1, Microsoft Office 2007,
posisi lereng. Kemiringan lereng menentukan dan SPSS 2.0.
besarnya kecepatan aliran permukaan dan
Objek utama penelitian ini adalah lereng
volume air, sedangkan posisi lereng
dengan kemiringan 15 – 25 %. Pengamatan
menentukan besar kecilnya erosi (Asdak,
dilakukan pada 3 (tiga) posisi lereng, yaitu:
2002). Pada lereng atas adanya tumbukan air
atas, tengah, dan bawah. Pengambilan contoh
hujan menyebabkan hancurnya agregat tanah.
tanah dilakukan pada masing-masing posisi
Partikel tanah yang terlepas diangkut oleh
lereng tersebut dengan jumlah contoh tanah 5
aliran permukaan menuruni lereng. Pada
contoh per posisi lereng.
lereng yang lebih bawah, erosi terjadi lebih
besar karena adanya tumbukan air hujan dan Tahap pertama adalah studi pustaka dan
aliran permukaan dari lereng atasnya pengumpulan data-data sekunder yang
sehingga tanah yang terangkut lebih banyak. dibutuhkan berupa peta-peta dasar. Kemudian
Selama terjadi aliran permukaan, air akan dilakukan penentuan pengambilan dan jumlah
terkumpul di lereng bawah dan akan terjadi titik sampel tanah. Tahap kedua yaitu pra
pengendapan dari tana yang tererosi. Hal survey dilakukan untuk melihat dan mencari
tersebut mengakibatkan permukaan tanah di daerah yang cocok dan dapat mewakili daerah
lereng bawah lebih tebal sehingga lereng tersebut untuk dilakukan penelitian. Dengan
bawah akan memiliki sifat fisik dan kimia tiga posisi lereng dan dilakukan lima kali
tanah yang lebih baik dibandingkan dengan ulangan sehingga mendapatkan 15 titik
lereng atasnya. Pengaruh akibat terjadinya pengamatan. Hasil dari kegiatan pra survei ini
erosi akan menyebabkan perubahan dan berupa arahan mengenai lokasi yang sesuai
terganggunya sifat-sifat fisik dan kimia tanah. dengan tujuan penelitian.
Tahap survei dilakukan dengan
2. METODOLOGI mengamati kondisi lapangan dan mengambil
sampel tanah. Pengambilan contoh tanah pada
Penelitian terdiri atas kegiatan
setiap titik pengamatan dilakukan dengan
pengamatan di lapangan dan analisis di
menggunakan bor untuk sampel tekstur, pH
laboratorium. Lokasi survei lapangan
tanah, KTK tanah, dan C-organik tanah,
dilaksanakan di lahan Ciparanje, Kecamatan
diambil pada kedalaman 0-30 cm dan untuk
Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.
pengambilan sampel bobot isi menggunakan
Kegiatan analisis sifat-sifat tanah dilakukan di
ring sampler yang selanjutnya akan diuji ke
laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan
laboratorium. Untuk pengamatan ketebalan
Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian
topsoil dilakukan di lapangan dengan
UNPAD.
membuat minipit.
Bahan-bahan yang digunakan adalah peta
Tahap terakhir adalah tahap pengolahan
dasar dan peta tematik, berupa peta topografi,
data. Pada tahap ini dilakukan uji statistik T-
peta kemiringan lereng, peta curah hujan, peta Student untuk mengetahui perbedaan nilai-
38
Soilrens, Volume 16 No. 2, Juli – Desember 2018
nilai dari parameter tanah yang diamati pada Tabel 1 Pengaruh posisi lereng terhadap
posisi lereng yang berbeda. Selanjutnya fraksi tanah (pasir, debu, dan liat)
dilakukan uji regresi untuk mengetahui Posisi
Pasir (%) Debu (%) Liat (%)
hubungan antara ketebalan topsoil dengan Lereng
parameter tanah. Atas 7,58a 45,3a 39,2a
Tengah 8,20a 47,0a 35,6a
39
Soilrens, Volume 16 No. 2, Juli – Desember 2018
(2010) lereng yang semakin curam akan posisi lereng tidak berpengaruh nyata
memperbesar kecepatan aliran permukaan terhadap sifat-sifat kimia tanah baik kadar C-
yang akan memperbesar energi angkut organik, pH tanah, maupun KTK tanah.
permukaan. Energi terbesar dari aliran
Bahan organik merupakan salah satu sifat
permukaan akan terjadi pada lereng tengah,
tanah yang dapat mempengaruhi erosi
dimana posisi lereng ini sebagai area
(Arsyad, 2010). Banuwa dan Buchari (2010)
transportasi. Oleh karena itu, kehilangan
menambahkan bahwa salah satu material
topsoil akan lebih tinggi pada lereng tengah
yang terangkut pada saat erosi di permukaan
(ketebalan topsoil paling rendah).
tanah adalah bahan organik (yang dapat
dinyatakan dalam % C-organik). Pada proses
Tabel 1 Pengaruh posisi lereng terhadap
erosi, bahan organik berupa fraksi koloid
ketebalan topsoildan bobot isi tanah
tanah terangkut bersama dengan liat dan debu
Posisi Top soil Bobot Isi halus (fraksi halus) dalam bentuk agregat
Lereng (cm) (g/cm3)
tanah. Oleh karena itu, kadar bahan organik
Atas 31,54b 1,18a yang tidak berbeda nyata pada setiap posisi
Tengah 18,98a 1,15a lereng sejalan dengan jumlah fraksi halus yang
Tengah 18,98a 1,15a juga tidak berbeda nyata.
Bawah 29,58b 1,17a
Tabel 3 Pengaruh posisi lereng terhadap sifat
Atas 31,54a 1,18a
kimia tanah (pH, C-organik, dan
Bawah 29,58a 1,17a KTK)
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang
sama menunjukan tidak berbeda nyata. Posisi C-organik KTK
pH
Angka dengan huruf berbeda menyata- Lereng (%) (me/100g)
kan berbeda nyata menurut uji T-
Student pada taraf kepercayaan 95% Atas 0,47a 6,19a 22,34a
Tengah 0,42a 6,25a 22,98a
Parameter sifat fisika lain yang diamati
adalah nilai bobot isi tanah. Berdasarkan Tengah 0,42a 6,25a 22,98a
Tabel 2 posisi lereng tidak berpengaruh Bawah 0,46a 6,49a 23,09a
terhadap nilai bobot isi tanah. Bobot isi tanah
Atas 0,47a 6,19a 22,34a
sering diintrepretasikan sebagai nilai
kepadatan tanah yang dipengaruhi oleh Bawah 0,46a 6,49a 23,09a
beberapa faktor, seperti: pengolahan tanah, Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang
sama menunjukan tidak berbeda nyata
tekstur, kadar bahan organik (C-organik), menurut uji T-Student pada taraf
stuktur, dan kadar air tanah (Sarief, 1989). kepercayaan 95%.
40
Soilrens, Volume 16 No. 2, Juli – Desember 2018
60 60
50 50
Fraksi Debu (%)
a b
Gambar 1 Hubungan Ketebalan Topsoildengan Fraksi Debu di Lereng Atas (a), Fraksi Liat di
Lereng Atas (b)
41
Soilrens, Volume 16 No. 2, Juli – Desember 2018
6.9 6.9
6.7 6.7
6.5 6.5
pH tanah
pH tanah
6.3 6.3
6.1 6.1 Y = 7,7241 - 0.0417X
5.9 Y = 5,3964 + 0.045X 5.9 R² = 0.757 r = -0,870
R² = 0.7606 r = 0,872
5.7 5.7
5.5 5.5
14 19 24 29 20 25 30 35
Top Soil (cm) Top Soil (cm)
a b
Gambar 2 Hubungan Ketebalan Topsoildengan pH Tanah di Lereng Tengah (a), Lereng Bawah (b)
42
Soilrens, Volume 16 No. 2, Juli – Desember 2018
27 27
25 25 Y = 33,427 - 0.6498X
KTK (me/10g)
KTK (me/100g)
R² = 0.6253 r = -0,790
23 23
21 21
Y= 6,459 + 0.5032X
19 R² = 0.6191 r = 0,787
19
17 17
27 32 37 14 19 24 29
Top Soil (cm) Top Soil (cm)
a b
Gambar 3 Hubungan antara Ketebalan Topsoildengan KTK Tanah di Lereng Atas (a), Lereng
Tengah (b)
43
Soilrens, Volume 16 No. 2, Juli – Desember 2018
DAFTAR PUSTAKA
44