361 968 2 PB
361 968 2 PB
361 968 2 PB
Abstract
The land use condition in Sumber Brantas Village, Batu City is 25.66% not compatible to the land
capability class, while the land use condition based on the regional spatial plan there is an increase in
land use by 32.05%. Land use conversion at Batu City in 2008 - 2015 reduced 748.06 ha of forest
area in line with an increase in dryland area of 565.18 ha; and the increase of garden area by 329.84
ha. Transfer of land functions results in changes in land cover and causes a decrease in the potential
of the actual forest function. A study related to the physical properties of the soil in Sumber Brantas
Village is thus needed to obtain data on current soil conditions. This study was conducted to analyze
the effect of differences in land cover and soil depth on aggregate stability and its correlation with
other soil properties on the western slope of Mount Arjuna. Soil sampling was carried out on four
types of land cover, i.e. horticulture, forest, shrub, and grassland at depths of 0-20 cm, 20-40 cm, and
40-60 cm with three replications for each treatment. The results showed that the type of land cover
affected the soil aggregate stability, while the depth of the soil did not affect the soil aggregate stability.
Organic matter influenced the value of aggregate stability with the R2 value of 0.87. Clay particles
affected aggregate stability by 0.56. Aggregate stability affected soil porosity, soil macropores, and
soil hydraulic conductivity with the R2 values of 0.76, 0.53, and 0.42, respectively.
Keywords: land cover, soil aggregate stability, Sumber Brantas Village
oleh sifat pori tanah, kemantapan agregat, kemantapan agregat dengan metode ayakan
tekstur, kedalaman sampai lapisan yang tidak basah, porositas, sebaran pori, konduktivitas
permeabel, dan ada atau tidaknya tanah liat yang hidraulis jenuh (KHJ) dengan metode contant
menggembung (Foth, 1994). Kemantapan head, bahan organik dengan metode Walkey dan
agregat adalah salah satu sifat fisik tanah yang Black, dan tekstur tanah dengan metode pipet.
dapat mempengaruhi sifat fisik yang lain Data dianalisis dengan uji keragaman atau
(Prasetya et al., 2012). analysis of variance (ANOVA) menggunakan
Desa Sumber Brantas memiliki beragam aplikasi Genstat Twelfth Edition. Jika data
jenis tutupan lahan seiring dengan ketinggian berbeda nyata maka dilakukan uji lanjut Tukey’s
tempat yang berbeda. Adanya variasi ini pada taraf 5%. Selanjutnya dilakukan uji korelasi
menyebabkan perbedaan jumlah dan kualitas dan regresi untuk mengetahui keeratan
bahan organik tanah pada masing-masing hubungan antar hasil pengamatan
penggunaan lahan berbeda pula (Prasetya et al., menggunakan aplikasi Microsoft Excel.
2012). Perbedaan penggunaan lahan akan
memiliki sifat-sifat baik kualitatif maupun
kuantitatif yang berbeda pula. Jumlah masukan
Hasil dan Pembahasan
bahan organik akan memengaruhi proses Kemantapan agregat tanah
agregasi pada tanah. Penelitian ini dilakukan
untuk menganalisis pengaruh perbedaan Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis
tutupan lahan terhadap kemantapan agregat tutupan lahan berpengaruh sangat nyata
tanah di kawasan lereng barat Gunung Arjuna. terhadap kemantapan agregat tanah (Gambar
1). Berdasarkan uji lanjut Tukey’s HSD 5%
diketahui bahwa nilai kemantapan agregat pada
Bahan dan Metode tanah dengan tutupan hutan berbeda nyata
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei dengan tutupan lahan berupa tanaman
2019-September 2019. Penelitian dilakukan di hortikultura, semak belukar, dan padang
lereng barat Gunung Arjuna tepatnya di Desa rumput.
Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji, Kota c
Batu, Propinsi Jawa Timur. Sampel tanah 5.0 b
4.67 b
Kemantapan Agregat
http://jtsl.ub.ac.id 386
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 7 No 2 : 385-392, 2020
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2020.007.2.24
perubahan penggunaan lahan hutan alami terhadap nilai bahan organik tanah. Berdasarkan
menjadi tanaman hortikultura menyebabkan uji lanjut Tukey’s HSD 5% diketahui bahwa
penurunan nilai kemantapan agregat. nilai bahan organik pada berbagai jenis tutupan
Penggunaan lahan hutan alami memiliki lahan adalah berbeda nyata. Hasil analisis
agregasi tanah yang terbaik dibandingkan menunjukkan bahwa rata-rata nilai bahan
dengan penggunaan lahan yang lain karena organik tertinggi terdapat pada tanah dengan
persentase C-organik dan jumlah perkaran pada tutupan hutan sebesar 8,13%, sedangkan nilai
hutan alami paling tinggi, sebaliknya tanaman bahan organik terendah terdapat pada tanah
hortikultura memiliki DMR paling rendah. dengan tutupan lahan berupa tanaman
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa hortikultura sebesar 2,36% (Gambar 3).
kedalaman tanah tidak berpengaruh nyata
terhadap kemantapan agregat tanah (Gambr 2). 10.0 a
8.13
c
4.49
3.0 d
2.5 4.0
2.36
Indeks
2.0 2.0
1.5
1.0 0.0
0.5 H T S R
0.0 Tutupan Lahan
0-20 20-40 40-60 Gambar 3. Rata-rata bahan organik tanah
Kedalaman Tanah (cm) berdasarkan jenis tutupan lahan. H = Hutan,
T = Tanaman hortikultura, S = Semak
Gambar 2. Rata-rata kemantapan agregat
belukar, dan R = Padang rumput.
tanah berdasarkan kedalaman tanah.
berbagai kedalaman tanah. Rahmah et al. (2014) liat melalui ikatan antara bagian-bagian negatif
menyebutkan bahwa perbedaan kandungan liat dengan gugusan positif pada senyawa
bahan organik pada lapisan ≤ 30 cm dengan organik dan pengikatan secara kimia butir-butir
lapisan 30-60 cm disebabkan adanya akumulasi liat oleh ikatan antara bagian negatif liat dengan
sumber bahan-bahan organik yang berasal dari gugusan negatif pada senyawa organik berantai
jatuhnya dedaunan, ranting dan batang dari panjang dengan perantara ikatan basa dan ikatan
vegetasi di atasnya. hidrogen.
Tekstur tanah
6.0 5.61 5.39 5.09
Secara keseluruhan tanah di lereng Gunung
Bahan Organik (%)
http://jtsl.ub.ac.id 388
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 7 No 2 : 385-392, 2020
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2020.007.2.24
ukuran yang lebih kecil yakni liat. Hasil analisis Pengaruh kemantapan agregat tanah
ragam menunjukkan bahwa kedalaman tanah terhadap sifat fisik tanah
tidak berpengaruh nyata terhadap sebaran
Porositas tanah
partikel tanah (pasir, debu, dan liat) (Gambar 7).
60 Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis
51.47 tutupan lahan berpengaruh sangat nyata
48.05
50 45.35 terhadap porositas tanah. Nilai rata-rata
40.28 41.30
% Partikel tanah
Porositas (%)
64.99
Gambar 7. Rata-rata kandungan partikel 65
tanah berdasarkan kedalaman tanah. a
60 56.57
Kandungan liat pada tanah memiliki korelasi
55
sebesar 0,75 terhadap nilai kemantapan agregat
tanah. Berdasarkan uji korelasi dan regresi 50
diketahui bahwa seiring meningkatnya jumlah H T S R
liat maka meningkat pula nilai kemantapan Tutupan Lahan
agregatnya. Hasil uji regresi menunjukkan
Gambar 9. Rata-rata porositas tanah
bahwa kandungan liat tanah berpengaruh
berdasarkan jenis tutupan lahan. H = Hutan,
sebesar 0,56 pada nilai kemantapan agregat
T = Tanaman hortikultura, S = Semak
tanah (Gambar 8).
belukar, dan R = Padang rumput.
5.0 Nilai porositas dipengaruhi oleh kandungan
Indeks Kemantapan Agregat
http://jtsl.ub.ac.id 389
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 7 No 2 : 385-392, 2020
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2020.007.2.24
70 65.16 64.39 64.14 porus), sementara tanah dengan fraksi liat akan
60
mempunyai banyak pori mikro (kecil) atau tidak
porous (Hanafiah, 2007). Hasil analisis ragam
Porositas (%)
65
y = 5.5271x + 45.466 35 31.36 32.14
60 30.27
R² = 0.7575 30 27.53
% Sebaran Pori Tanah
26.83 25.88
55
25
50 20 Pori Makro
2 3 4 5
Indeks Kemantapan Agregat 15 Pori Meso
10 6.67 7.00 6.00 Pori Mikro
Gambar 11. Hubungan kemantapan agregat
tanah dengan porositas. 5
0
Dariah et al (2004) menyebutkan bahwa tanah- 0-20 20-40 40-60
tanah yang mudah terdispersi atau agregatnya Kedalaman Tanah (cm)
tidak stabil menyebabkan pori-porinya tanah Gambar 13. Rata-rata sebaran pori tanah
juga mudah hancur atau tertutup/tersumbat berdasarkan kedalaman tanah.
oleh liat atau debu (erosi internal), sehingga
porositas tanahnya semakin rendah. Khodijah dan Soemarno (2019) menyebutkan
bahwa tekstur tanah mempengaruhi sebaran
Sebaran pori tanah
pori. Nilai sebaran partikel/ tekstur tanah yang
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis sama pada berbagai kedalaman tanah
tutupan lahan berpengaruh sangat nyata menghasilkan sebaran pori yang sama pula pada
terhadap persentase pori makro, pori meso, dan berbagai kedalaman tanah. Hasil uji korelasi
pori mikro tanah (Gambar 12). Distribusi menunjukkan nilai 0,73 artinya bahwa semakin
ukuran pori merupakan kombinasi dari tekstur tinggi nilai kemantapan agregat semakin tinggi
dan struktur tanah (Masria, 2015). Tanah-tanah pula jumlah pori makro (Gambar 14).
yang didominasi fraksi pasir akan mempunyai Berdasarkan uji regresi didapatkan hasil sebesar
pori makro (porous), tanah dengan dominasi 0,53 artinya nilai kemantapan agregat
debu akan banyak mempunyai pori meso (agak berpengaruh sebesar 0,53 terhadap nilai pori
http://jtsl.ub.ac.id 390
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 7 No 2 : 385-392, 2020
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2020.007.2.24
makro tanah. Refliaty dan Marpaung (2010) Penelitian Mulyono et al. (2019) menunjukkan
menyebutkan bahwa bahan organik di dalam hasil tanah pada lokasi hutan sekunder
tanah mempunyai efek pengikat yang baik memberikan tingkat permeabilitas tanah lebih
terhadap partikel pembentuk agregat-agregat cepat dibanding tipe penggunaan lain dengan
tanah dengan demikian membantu dalam kategori agak cepat seiring dengan tingginya
pembentukan pori-pori makro dan mikro di kandungan bahan organik tanah. Hasil analisis
dalam tanah. Agregat tanah yang stabil ragam menunjukkan bahwa kedalaman tanah
membentuk ruang-ruang antar agregat tidak berpengaruh nyata terhadap nilai KHJ
tanah/pori makro. tanah (Gambar 16).
40 12 10.17
10
R² = 0.5262
30 6
4
25
2
20 0
0-20 20-40 40-60
15
2.0 3.0 4.0 5.0 Kedalaman Tanah (cm)
Indeks Kemantapan Agregat
Gambar 16. Rata-rata KHJ berdasarkan
kedalaman tanah.
Gambar 14. Hubungan kemantapan agregat
dan pori makro tanah. Sifat-sifat fisik tanah yang mempengaruhi nilai
KHJ adalah tekstur tanah dan porositas tanah.
Konduktivitas hidraulis jenuh (KHJ)
Nilai berat isi akan mempengaruhi porositas
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa dan porositas akan mempengaruhi proses
tutupan lahan berpengaruh sangat nyata pergerakan air (Rosyidah dan Wirosoedarmo,
terhadap KHJ tanah (Gambar 15). Berdasarkan 2013). Nilai porositas yang tidak berbeda pada
uji lanjut Tukey’s HSD 5% diketahui bahwa berbagai kedalaman tanah menghasilkan nilai
nilai KHJ pada tanah dengan tutupan tanaman KHJ yang sama pula pada berbagai kedalaman
hortikultura, semak belukar, dan padang tanah. Nilai KHJ diuji korelasinya dengan
rumput adalah tidak berbeda nyata. KHJ pada kemantapan agregat dan didapatkan nilai
hutan berbeda nyata terhadap tanah dengan sebesar 0,65. Hasil uji regresi menunjukkan
ketiga jenis tutupan lainnya. bahwa kemantapan agregat berpengaruh
sebesar 0,42 terhadap nilai KHJ tanah (Gambar
14 13.29 17).
12
25
KHJ (cm/jam)
10
8 7.19 20
5.71 6.34 y = 3.3072x - 3.2922
6 15 R² = 0.4234
KHJ
4
10
2
0 5
H T S R
0
Tutupan Lahan 2.0 3.0 4.0 5.0
Gambar 15. Rata-rata KHJ berdasarkan jenis
Indeks DMR
tutupan lahan. H = Hutan, T = Tanaman
hortikultura, S = Semak belukar, dan R = Gambar 17. Hubungan kemantapan agregat
Padang rumput. tanah dan KHJ tanah.
http://jtsl.ub.ac.id 391
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 7 No 2 : 385-392, 2020
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2020.007.2.24
Permeabilitas atau KHJ tanah sangat Juarti. 2016. Analisis Indeks Kualitas Tanah Andisol
dipengaruhi oleh karakteristik pori terutama pada Berbagai Penggunaan Lahan di Desa
kestabilan pori yang ditentukan oleh kestabilan Sumber Brantas Kota Batu. Jurnal Pendidikan
agregat tanahnya. Tanah dengan agregat yang Geografi 21(2): 58-71.
Khodijah, S. dan Soemarno. 2019. Studi
stabil memiliki nilai KHJ yang tinggi pula.
Kemampuan Tanah Menyimpan Air Tersedia di
Agregasi tanah banyak memengaruhi Sentra Bawang Putih Kecamatan Pujon,
konduktivitas hidraulik jenuh. Pembentukan Kabupaten Malang. Jurnal Tanah dan
agregasi tanah akan membentuk ruang pori yang Sumberdaya Lahan 6(2): 1405-1414.
tinggi dan menyebabkan aliran air menjadi lebih Lusiana, N., Rahadi, B. dan Anugroho, F. 2017.
baik (Prasetya et al., 2012). Identifikasi kesesuaian penggunaan lahan
pertanian dan tingkat pencemaran air sungai di
DAS Brantas Hulu Kota Batu. Jurnal Teknologi
Kesimpulan Pertanian 18(2): 129-142.
Jenis tutupan lahan memengaruhi nilai Masria, C. L., Zubair, H. dan Rasyid, B. 2015.
Karakteristik pori dan hubungannya dengan
kemantapan agregat tanah, sedangkan permeabilitas pada tanah Vertisol asal Jeneponto
kedalaman tanah tidak berpengaruh terhadap Sulawesi Selatan. Ecosolum 7(1): 30-38.
kemantapan agregat tanah. Sifat tanah yang Mulyono, A., Lestiana, H. dan Fadilah, A. 2019.
memengaruhi kemantapan agregat meliputi Permeabilitas tanah berbagai tipe penggunaan
bahan organik dan tekstur tanah. Bahan organik lahan di tanah aluvial pesisir DAS Cimanuk,
memengaruhi nilai kemantapan agregat sebesar Indramayu. Jurnal Ilmu Lingkungan 17: 1-6.
0,87. Partikel liat memengaruhi kemantapan Prasetya, B., Prijono, S. dan Widjiawati, Y. 2012.
agregat sebesar 0,56. Kemantapan agregat Vegetasi pohon hutan memperbaiki kualitas
memengaruhi nilai porositas tanah, pori makro tanah Andisol-Ngabab. Indonesian Green
tanah, dan KHJ tanah berturut-turut sebesar Technology Journal 1: 1-6.
Rahmah, S., Yusran, dan Umar, H. 2014. Sifat kimia
0,76; 0,53; dan 0,42. tanah pada berbagai tipe penggunaan lahan di
Desa Bobo Kecamatan Palolo Kabupaten Sigi.
Daftar Pustaka Warta Rimba 2(1): 88-95.
Refliaty, dan Marpaung, E.J. 2010. Kemantapan
Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: agregat Ultisol pada beberapa penggunaan lahan
IPB Press. pp 65-67. dan kemiringan Lereng. Jurnal Hidrolitan 1(2):
Dariah, A., Subagyo, H., Tafakresnanto, C. dan 35-42.
Marwanto, S. 2004. Kepekaan Tanah terhadap Rosyidah, E. dan Wirosoedarmo, R. 2013. Pengaruh
Erosi. Bogor: Pusat Penelitian dan sifat fisik tanah pada konduktivitas hidrolik jenuh
Pengembangan Tanah dan Agroklimat. pp 10- di 5 Penggunaan Lahan (Studi Kasus di
11. Kelurahan Sumbersari Malang). Agritech 33(3):
Foth, H. D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: 340-345.
Penerbit Erlangga. pp 34-37. Sylviani. 2008. Kajian distribusi biaya dan manfaat
Hanafiah, K. A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. hutan lindung sebagai pengatur tata air. Jurnal
Jakarta: Rajawali Pers. p 34. Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan 5(2):
Hartono, R. 2016. Identifikasi bentuk erosi tanah 95-109.
melalui interpretasi citra Google Earth di Utaya, S. 2008. pengaruh perubahan penggunaan
Wilayah Sumber Brantas Kota Batu. Jurnal lahan terhadap sifat biofisik tanah dan kapasitas
Pendidikan Geografi 21(1): 30-42. infiltrasi di Kota Malang. Forum Geografi 22: 99-
Isnawati, N. dan Listyarini, E. 2018. Hubungan 112.
antara kemantapan agregat dengan konduktifitas Utomo, B.S., Nuraini, Y. dan Widianto. 2015. Kajian
hidraulik jenuh tanah pada berbagai penggunaan kemantapan agregat tanah pada pemberian
lahan di Desa Tawangsari Kecamatan Pujon, beberapa jenis bahan organik di Perkebunan
Malang. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Kopi Robusta. Jurnal Tanah dan Sumberdaya
5(1): 785-791. Lahan 2(1): 111-117.
Jambak, M.K., Baskoro, D.P. dan Wahjunie, E.D. Wirosoedarmo, R., Haji, A.T.S. dan Zulfikar, F.
2017. Karakteristik sifat fisik tanah pada sistem 2016. Analisa perubahan tata guna lahan dan
pengolahan tanah konservasi (Studi Kasus: pengaruhnya terhadap pencemaran di Brantas
Kebun Percobaan Cikabayan). Buletin Tanah Hulu, Kota Batu, Jawa Timur. Jurnal
dan Lahan 1(1): 44-50. Sumberdaya Alam dan Lingkungan 3(1): 33-39.
http://jtsl.ub.ac.id 392