Psikologi Sosial 1
Psikologi Sosial 1
Psikologi Sosial 1
SOSIAL
Maizar Saputra
What’s Social Psychology?
The scientific study of the way in
which people’s thoughts, feelings,
and behaviors are influenced by the
real or imagined presence of other
people (Aronson, 2015)
Social influence is the effect that
words, actions, of mere presence of
other people have on our thoughts,
feelings, attitudes, or behaviour
How do other people affect
your values?
In a level of analysist
For the social psychologist, the level of analysis
is the individual in the context of a social
situation.
The Power of the Situation
Gestalt Psychology
A school of psychology stressing
the importance of studying the
subjective way in which an object
appears in people’s minds rather
than the objective, physical
attributes of the object
Where Contrual Come From:
Basic Human Motives
Maizar Saputra
Where Contrual Come From:
Basic Human Motives
Self Esteem
People’s evaluation of their
own self worth – that is, the
extent to which they view
themselves as good,
competent, and decent
The self esteem motive: The need
to feel good about ourselves
Suffering and self-justification
After suffering from
hazing, why people
still doing the same in
the next opportunity?
The social cognition motive: The
need to be accurate
Social Cognition
How people think about themselves and the
social world; more specifically, how people
select, interpret, remember, and use social
information to make judgemental and
decision
The social cognition motive: The
need to be accurate
Expectations about the social world
Self-fullfilling prophecy
The case wherein people
have an expectation about
what another person is
like, which influences how
they act toward that
person to behave
consitently with people’s
original expectation.
Making the expectation
come true
Social Psychology Today…
Belakangan ini, minat
psikologi sosial tentang
bagaimana orang berpikir,
merasa, dan berperilaku
didalam lingkungan
sosialnya mulai merujuk
kepada kecenderungan
perilaku ketika
menggunakan media sosial
dan aplikasi lainnya
METODE RISET
Dalam Psikologi Sosial
Maizar Saputra
Berbagai teori dalam psi sosial
DIKEMBANGKAN BERDASARKAN IDE
yang kemudian diuji secara ilmiah.
Teoritis Vs Non-teoritis
TEORITIS: menggunakan hipotesis untuk
mengembangkan teori
NON-TEORITIS: mengumpulkan informasi
tentang fenomena yang dipermasalahkan
Masalah Dasar Vs Masalah Penerapan
MASALAH DASAR: demi kepentingan ilmu
pengetahuan
MASALAH PENERAPAN: untuk
memecahkan masalah praktis
Cara mengembangkan hipotesis yang
dapat diuji (William McGuire (1973):
Berdasarkan hasil-hasil penelitian
sebelumnya: Peneliti mengembangkan
berdasarkan teori lama, dikembangkan
menjadi hipotesis yang lebih kompleks.
Melalui pengamatan langsung terhadap
perilaku manusia: peneliti mencoba
menjelaskan proses psikologis yang mungkin
mendasari peristiwa yang diamati.
Menganalisa petunjuk praktis (rule of
thumb) dari para praktisi.
Bibb Latane mengajukan KRITERIA IDE
YANG BAIK (yang menghasilkan
hipotesis yang baik):
Ide harus menarik secara teoritik.
Ide harus menyarankan suatu kemajuan
metodologi.
Dapat dilanjutkan dengan membuat
rancangan eksperimen yang baik
(Catatan: dalam kenyataan, eksperimen
hanya merupakan salah satu metode dari
berbagai metode penelitian yang dapat
dipilih sesuai dengan tujuan penelitian).
Ide harus memiliki relevansi sosial.
MENGUJI HIPOTESIS
Pengujian hipotesis memerlukan penerjemahan
konsep teoritis ke dalam variabel kongkrit yang
merepresentasikan konsep secara valid dan reliabel.
VALIDITAS VARIABEL: sejauh mana sebuah
variabel merepresentasikan apa yang harus
direpresentasikan.
RELIABILITAS VARIABEL: konsistensi variabel
kongkrit dalam merepresentasikan variabel
teoritis.
Variabel Bebas (IV) dan Variabel tergantung(DV)
IV (INDEPENDENT VARIABLE): serangkaian
kondisi yang berbeda yang diduga memiliki efek
terhadap respon subjek.
DV (DEPENDENT VARIABLE): respon subjek yang
diukur dalam situasi penelitian.
MENGUJI HIPOTESIS (lanjutan)
Korelasional:
Untuk mengetahui hubungan antara dua
variabel atau lebih secara pasif.
Eksperimental:
Kita mengatur dua atau lebih kondisi yang
berbeda, kemudian secara acak menugaskan
orang (subjek) untuk merasakan kondisi
yang berlainan ini, lalu mengukur perilaku
yang menjadi permasalahan penelitian dalam
kondisi yang berbeda tersebut.
KELEMAHAN DAN KEUNGGULAN RISET
KORELASIONAL & EKSPERIMENTAL
Korelasional
KELEMAHAN:
Hubungan sebab-akibat diragukan karena:
Arah hubungan sebab-akibat diragukan (padahal
sebagian besar telaah korelasional dan
eksperimental bertujuan utama menetapkan
hubungan kausalitas antara variabel bebas (IV)
dan variabel terikat (DV)
Kemungkinan tidak satupun variabel yang secara
langsung mempengaruhi variabel yang lain.
KELEMAHAN DAN KEUNGGULAN RISET
KORELASIONAL & EKSPERIMENTAL...
Korelasional
KEUNTUNGAN:
Memungkinkan untuk menelaah masalah yang
tidak dapat diteliti dengan metode
eksperimental.
Memungkinkan untuk mengumpulkan lebih banyak
informasi serta menguji banyak hubungan.
Eksperimental:
Kelemahan dan keuntungannya merupakan
kebalikan dari riset korelasional.
KERANGKA PENELITIAN LAPANGAN Vs
LABORATORIUM
K. Lapangan:
Mempelajari jenis perilaku subjek ketika
berada di tempat tinggal alamiahnya
K. Laboratorium:
Dilaksanakan dalam situasi buatan.
Tabel 1. Keuntungan & Karakteristik Riset Lapangan & Lab.
Lapangan Laboratorium
Keuntungan Lab:
Kendali atas
RENDAH TINGGI
variabel
JARANG HAMPIR SLL
Penugasan secara
acak (random)
Kemudahan dan RENDAH TINGGI
ekonomis
Keuntungan Lapng:
Realisme TINGGI RENDAH
Dampak variabel CENDR. TINGG. CEND. REND.
bebas
Memperkecil YA TIDAK
prasangka dan
keraguan
Keabsahan
(validitas) eksternal TINGGI RENDAH
PENGUMPULAN DATA
PENGAMATAN
(OBSERVATION)
MELAPORKAN DIRI
SENDIRI (SELF
REPORT):
wawancara,
kuesioner, dsb.
DENGAN ARSIP
ETIKA PENELITIAN
MEMINIMALKAN LEVEL NYERI ATAU STRES
YANG DIALAMI SUBJEK (bila penelitian dapat
menimbulkan nyeri atau ketegangan)
Solusi: memberi informasi kepada subjek dan
meminta ijin sebelumnya.
TIDAK MERUSAK LINGKUNGAN
MELAKUKAN DEBRIEFING (penjelasan pada
akhir eksperimen mengenai prosedur yang sudah
ditempuh dan tujuan penelitian yang sebenarnya).
Ctt: Biasanya peneliti menyembunyikan tujuan
penelitian (maksud prosedur yang ditempuh dalam
penelitian, agar respon subjek murni). Bila tidak
dilakukan debriefing, subjek dapat merasa tertipu.
MERAHASIAKAN DATA DAN IDENTITAS
SUBJEK
Sumber:
Sears, David, O., Freedman, J.L., Peplau, L.A.
1994. Psikologi Sosial.Edisi bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Deaux K., Dane F.C., Wrightsman L.S. 1993.
Social Psychology in the ‘90s. Pacivic
Grove, CA : Brooks/Cole Publ.Co
Kognisi Sosial
Maizar Saputra
Kognisi sosial adalah bagaimana orang
berpikir mengenai dirinya sendiri dan
dunia sosial, atau secara spesifik,
bagaimana orang memilih,
menginterpretasi, mengingat, dan
menggunakan informasi sosial untuk
membuat penilaian dan mengambil
keputusan.
A. KOGNISI SOSIAL OTOMATIS
1. Berpikir Otomatis dengan Skema
Berpikir otomatis membantu kita untuk
memahami situasi yang kita hadapi dengan
cara menghubungkan situasi tersebut dengan
pengalaman kita sebelumnya
Skema
Struktur mental yang digunakan orang untuk
mengorganisasikan pengetahuannya mengenai
subjek-subjek atau dunia sosial disekitarnya,
dan memengaruhi bagaimana informasi
dicatat, dipikirkan, dan diingat.
1. Berpikir Otomatis dengan Skema
a. Stereotipe mengenai ras dan senjata
Selain skema mengenai kelompok orang (ras,
gender, dsb), terdapat jenis-jenis skema yang
lain, antara lain:
1) Skema mengenai individu tertentu
Misalnya, apa yang disukai oleh si A
2) Peran sosial
Perilaku yang diharapkan sebagai ibu, sahabat,
dll
3) Bagaimana orang bertindak dalam situasi
tertentu
Misalnya di restoran, di tempat pesta, dsb
1. Berpikir Otomatis dengan Skema
b. Fungsi Skema
Skema bermanfaat, khususnya untuk mengurangi
kekaburan (ambiguity) bila kita menghadapi
informasi yang memiliki banyak kemungkinan
interpretasi.
Pada penderita gangguan neurologis Korsakov’s
syndrome, mereka kehilangan kemampuan untuk
membangun memori baru dan harus menghadapi
berbagai situasi seolah mereka baru mengalami
pertama kali
Namun demikian skema dapat berbahaya bila kita
menerapkannya seperti dalam eksperimen
mengenai stereotip terhadap ras kulit hitam
1. Berpikir Otomatis dengan Skema
c. Skema sebagai panduan mengingat
Skema juga berfungsi untuk mengisi
kekosongan informasi bila kita sedang
mencoba mengingat sesuatu. Rekonstruksi
(penyusunan) memori cenderung konsisten
dengan skema.
Kenyataannya bahwa orang mengisi
kekosongan di dalam memori dengan detail-
detail yang sesuai dengan skema, dapat
berbahaya (menghasilkan pemahaman yang
salah) dan cenderung sulit berubah.
1. Berpikir Otomatis dengan Skema
d. Jenis skema: accessibility & priming
Skema yang muncul di benak kita dan memandu
kesan mengenai orang tertentu, dapat dipengaruhi
oleh accessibility, yaitu sejauhmana skema dan
konsep-konsep yang tersedia di baris depan (paling
mudah diakses) cenderung kita gunakan bila kita
menilai suatu lingkungan sosial.
1. Berpikir Otomatis dengan Skema
d. Jenis skema: accessibility & priming
Skema tertentu mudah sekali diakses karena 3
alasan:
1) Karena merupakan hasil pengalaman masa lalu,
sehingga skema ini tetap aktif dan siap
digunakan untuk menginterpretasi situasi yang
ambigu.
2) Berkaitan dengan tujuan kita saat ini. Misalnya,
karena sedang belajar psikologi sosial mengenai
stereotip, kita cenderung menyadari stereotip
yang terjadi di lingkungan sosial kita.
3) Skema dapat diakses sewaktu-waktu karena
merupakan hasil pengalaman yang baru saja
dialami. Skema ini dapat diakses dengan adanya
informasi yang memicu
1. Berpikir Otomatis dengan Skema
d. Jenis skema: accessibility & priming
Situasi terakhir (poin c) ini merupakan contoh apa
yang disebut priming, yaitu proses di mana
pengalaman yang baru dialami meningkatkan
kemudahan mengakses (accessibility) suatu skema,
ciri-ciri, atau konsep.
Priming merupakan contoh yang jelas mengenai pikiran
otomatis, karena terjadinya secara cepat, tidak
diniatkan, dan tidak disadari. Ketika menilai orang
lain, orang-orang biasanya tidak sadar bahwa mereka
menggunakan konsep atau skema yang mereka
hasilkan dari pengalaman sebelumnya.
Dalam kenyataan priming dapat terjadi dari kata-kata
yang hanya sekilas, terlalu cepat untuk dimengti
secara sadar. Tentu saja hal ini berbahaya, terutama
bila menghasilkan kesan yang negatif.
1. Berpikir Otomatis dengan Skema
e. Keajekan skema
Kadang-kadang kita mendengar isu mengenai
seseorang yang kemudian diketahui bahwa isu itu
tidak benar.
Berkaitan dengan hal di atas, berkembang istilah
yang disebut preseferance effect.
preseferance effect
Menunjuk pada penemuan bahwa
keyakinan orang-orang
mengenai dirinya sendiri dan
lingkungan sosialnya cenderung
bertahan, bahkan setelah
terdapat bukti yang
mendeskredit keyakinan itu.
1. Berpikir Otomatis dengan Skema
f. Membuat skema kita menjadi
kenyataan:The Self-Fulfilling Prophecy
SELF-FULFILLING
PROPHECY: keadaan di mana
orang memiliki harapan orang
lain itu seperti apa, yang
mempengaruhi bagaimana ia
bertindak terhadap orang itu,
dan akhirnya menyebabkan
orang lain itu berperilaku
sesuai dengan harapannya,
membuat harapan itu menjadi
kenyataan.
1. Berpikir Otomatis dengan Skema
g. Budaya sebagai penentu skema
Sumber utama penentu skema kita adalah faktor
budaya di mana kita dibesarkan. Skema
merupakan hal penting di mana budaya
menjalankan pengaruhnya, yaitu melalui
penanaman budaya pada struktur mental, yang
sangat mempengaruhi cara kita memahami dan
menginterpretasi dunia kita.
A. KOGNISI SOSIAL OTOMATIS
2. Strategi mental dan jalan pintas
Dalam kehidupan sehari-hari kita dihadapkan pada
keadaan di mana kita menghadapai berbagai pilihan
yang mengharuskan kita membuat penilaian dan
mengambil keputusan
Membutuhkan sebuah jalan pintas (shortcut) untuk
membantu pemecahan masalah
Dalam situasi demikian orang sering menggunakan
jalan pintas yang disebut judgmental heuristic.
Kata heuristic berasal dari bahasa Yunani yang
artinya ’menemukan’ (’discover’).
Terdapat dua jenis judgmental heuristic, yaitu
availability heuristic dan representativeness
heuristic.
A. KOGNISI SOSIAL OTOMATIS
2. Strategi mental dan jalan pintas
a. Availability heuristic
Adalah pertimbangan praktis mental di
mana orang mendasarkan penilaiannya pada
sesuatu yang mudah muncul dalam pikiran.
A. KOGNISI SOSIAL OTOMATIS
2. Strategi mental dan jalan pintas
b) Representativeness heuristic
Adalah jalan pintas mental di mana orang
mengklasifikasikan sesuatu berdasarkan
kesamaan sesuatu itu dengan hal lain yang
sejenis.
A. KOGNISI SOSIAL TERKENDALI
Kognisi sosial terkendali atau CONTROLLED
THINKING didefinisikan sebagai pikiran yang
disadari, diniatkan, dengan sengaja, dan penuh
usaha. Jenis pikiran yang penuh usaha ini tentu
saja lebih memerlukan energi mental
Maizar Saputra
The Origin and Nature of the Self
Concept
Self Concept
The Overall set of
belief that people
have about their
personal
attributes
The Origin and Nature of the Self
Concept
Function of self
Self knowledge: The way we understand who we are
and formulate and organize this information
Self control: The way we make plans and execute
decisions
Impression management: The way we present
ourselves to other people and get them to see us the
way we want to be seen
Self esteem: The way in which we try to maintain
positive views of ourselves
Budaya mempengaruhi konsep diri
Maizar Saputra
USING OTHER PEOPLE TO
KNOW ABOUT OURSELVES
Social Tuning
Proses dimana orang-orang
mengadopsi sikap orang lain,
sepanjang kita ingin bergaul dengan
orang itu
Knowing ourselves future feelings
by consulting other people
Affective forecast
People’s predictions about how they
will feel in response to a future
emotional event
SELF CONTROL: THE EXECUTIVE
FUNCTION OF THE SELF
Manajemen Kesan
adalah usaha orang untuk mendapati
orang lain melihat dirinya
sebagaimana ia ingin dilihat
IMPRESSION MANAGEMENT: ALL
WORLD’S A STAGE
Maizar Saputra
Para ahli psikologi sosial telah
menemukan bahwa salah satu faktor
yang berpengaruh penting terhadap
perilaku manusia adalah kebutuhan
kita untuk mempertahankan citra diri
yang positif dan stabil.
Diperkenalkan oleh Leon Festinger (1957)
Definisi awal: Suatu dorongan atau
perasaan tidak nyaman, yang disebabkan
seseorang memiliki dua atau lebih kognisi
yang tidak konsisten.
Definisi baru: Suatu dorongan atau
perasaan tidak nyaman yang disebabkan
oleh adanya tindakan seseorang yang tidak
sesuai dengan kebiasaan, yang secara
tipikal mencerminkan konsep diri positif.
Disonansi kognitif selalu menghasilkan rasa tidak
nyaman, dan sebagai respon kita mencoba
mengurangi disonansi tsb. Bagaimana cara kita
mengurangi disonansi? Terdapat tiga cara dasar:
(a) Dengan mengubah perilaku kita, membuatnya
selaras dengan kognisi yang tidak selaras (dengan
perilaku sebelumnya).
(b) Mencoba membenarkan perilaku kita dengan
cara mengubah salah satu kognisi yang tidak
selaras.
(c) Mencoba membenarkan perilaku kita dengan cara
menambahkan kognisi baru.
Kebutuhan untuk mengelola harga diri membuat kita
tidak selalu berpikir rasional, melainkan lebih sering
melakukan rasionalisasi.
Hasil penelitian Jones & Kohler (1959) menemukan
bahwa dalam memroses informasi manusia cenderung
mengalami bias. Kita mendistorsi informasi itu sesuai
dengan pemikiran awal kita
Penelitian yg dilakukan dengan pemerikasaan MRI
(Magnetic Resonance Imaging) menyatakan bahwa
area otak penalaran tidak aktif ketika individu
dihadapkan pada informasi yang tidak selaras
a. Mendistorsi kesukaan dan ketidaksukaan
Setelah mengambil keputusan, kognisi kita
yang menyatakan bahwa kita adalah pribadi
yang cerdas/ bijaksana tidak selaras dengan
semua hal negatif mengenai apa yang kita
pilih, dan juga tidak selaras dengan semua hal
positif mengenai apa yang kita tolak.
Hal Tersebut dinamakan dengan ‘disonansi
setelah pengambilan keputusan’
(postdecission dissonance)
a. Mendistorsi kesukaan dan ketidaksukaan
POSTDECISION DISSONANCE:
disonansi yang muncul setelah membuat
suatu keputusan, yang biasanya dikurangi
dengan cara meningkatkan daya tarik
alternatif yang dipilih dan mendevaluasi
alternatif yang tidak dipilih.
Maizar Saputra
Sifat dan Asal-mula
SIKAP:
1. Definisi sikap
2. Komponen sikap
3. Dari mana datangnya sikap?
4. Sikap eksplisit dan implisit
Definisi
NORMA
SUBJEKTIF NIAT PERILAKU
KEYAKINAN
UNTUK
MENGENDALIKA
N PERILAKU
(a) Sikap Spesifik (thd perilaku
tertentu)
Sikap yang spesifik merupakan prediktor perilaku yang lebih
baik