Universitas Muhammadiyah Ponorogo Health Sciences Journal
Universitas Muhammadiyah Ponorogo Health Sciences Journal
Universitas Muhammadiyah Ponorogo Health Sciences Journal
Sejarah Artikel
Abstract
Gastroenteritis is a large amount of watery stool, which accounts for many disorders, including bacterial and viral infections,
inflammatory bowel disease, malabsorption syndrome, and food allergies. Handling of gastroenteritis (acute diarrhea) in
addition to utilizing pharmacotherapy techniques, there are also complementary therapies that can be used, namely with the
addition of honey. Honey functions to treat gastroenteritis (acute diarrhea) because of it’s antibacterial effect and it’s nutrient
dose which is lightly digested. Honey also helps in replacing body fluids lost due to gastroenteritis (acute diarrhea). The
research that was carried out using literature study came from several journals with the contents of research on the effect of
honey support as a complementary therapy for children under five with acute diarrhea problems. The results were that there
was a vital change in honey support as a complementary therapy for children with acute diarrhea. So, together with the results
of this study, it is hoped that medical personnel, especially nurses, can apply complementary honey therapy support for
children with gastronteritis (acute diarrhea) with regular and gradual problems in overcoming patients with hypovolemia
problems. The author highly recommends the action of the first journal Honey Complementary Therapy to be applied to
children with diarrhea because it has a major influence on increasing body fluids in children so that it can overcome fluid
deficiency (hypovolemia) in children.
Keywords: gastroenteritis, children's diarrhea, honey
Abstrak
Gastroenteritis adalah suatu feses yang encer di dalam jumlah besar, yang terhitung terjadi terhadap banyak gangguan,
terhitung infeksi bakteri dan virus, penyakit radang usus, sindroma malabsorbsi, dan alergi makanan. Penanganan
gastroenteritis (diare akut) selain manfaatkan teknik farmakoterapi terkandung terhitung terapi komplementer yang bisa
digunakan yaitu bersama beri tambahan madu. Fungsi madu untuk mengatasi gastroenteritis (diare akut) sebab pengaruh
antibakterinya dan takaran nutrisinya yang ringan dicerna. Madu terhitung menolong di dalam penggantian cairan tubuh
yang hilang akibat gastroenteritis (diare akut). Penelitian yang dilakukan manfaatkan belajar literature berasal dari
beberapa jurnal bersamayang berisikan penelitian pengaruh dukungan madu sebagai terapi komplementer untuk anak balita
bersama masalah diare akut, didapatkan hasil adanya pergantian yang vital di dalam dukungan madu sebagai terapi
komplementer anak bersama masalah diare akut. Sehingga bersama adanya hasil penelitian ini di berharap tenaga medis
khususnya perawat bisa mengaplikasikan dukungan terapi komplementer madu terhadap anak bersama masalah
gastronteritis (diare akut) bersama teratur dan bertahap didalam mengatasi pasien bersama masalah hipovolemia. Penulis
sangat merekomendasikan tindakan Terapi Komplementer Madu jurnal pertama untuk diterapkan pada anak diare karena
memiliki pengaruh besar terhadap peningkatan cairan tubuh terhadap anak sehingga dapat mengatasi kekurangan cairan
(hipovolemia) pada anak.
How to Cite: Andika Kriswantoro, Siti Munawaroh, Ririn Nasriati (2021). Studi Literatur : Asuhan Keperawatan
Gastroenteritis Pada Anak dengan Masalah Hipovolemia. Penerbitan Artikel Karya Ilmiah Mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Ponorogo, Vol. 5 (No. 1)
gulangi diare dikarenakan pengaruh anti Ngumpul, Kec. Jogoroto, Kab. Jombang
bakterinya dan persentase nutrisinya yang yaitu sebanyak 40 anak balita.
gampang di terima. kegunaan madu lain Penelitian menggnuakan uji statistic
adalah menopang di dalam penggantian mutivariat 2 variabel bersama dengan uji
cairan tubuh yang hilang akibat diare, dalam Mann-Whitney U-Test yang penguji
cairan redehidrasi madu dapat menambah hipotesis. Didapatkan eksperimen saat
kalium serapan air tidak meningkatkan diberi madu frekuensi diare sebagian besar
serapan natrium, hal ini membantu mem- kilat (65%), tetapi terhadap group
perbaiki mukosa usus yang rusak, pengecekan (tidak diberi madu) menurunnya
merangsang pertumbuhan jaringan baru. frekuensi diare sebagian besar lambat
(Okkouei & Najari, 2013 hl 731-742). (40%). Hasil uji U-Test di atas, didapatkan
Hasil penelitian Sharif dkk (2017) hasil hitung ≤ nilai signifikannya (0,032 ≤
menunjukkan bahwa madu yang ditambah- 0,05), bersama dengan diambil kesimpulan
kan ke larutan oraloit, dapat memperpendek H1 diterima yang berarti memiliki kandung-
masa diare akut pada anak, madu juga dapat an perbandingan lama penyusutan frekuensi
mengendalikan berbagai jenis bakteri dan diare kelompok memakai madu serta
penyakit menular, penelitan juga dilakukan kelompok tidak memakai madu. Dengan
oleh Puspitayani dan Fatimah (2014), kata lain, adanya akibat proteksi madu pada
mengatakan madu mempunyai pH yang penyusutan frekuensi diare pada anak usia
rendah hal tersebut mampu menghindar 1- 5 tahun.
bakteri mikroorganisme yang ada di dalam
usus dan lambung, membuktikannya dengan DAFTAR PUSTAKA
waktu 24 jam, penurunan frekuensi diare Dinkes Jawa Timur. Profi l Kesehatan
menjadi padat, selagi di evaluasi suasana Provinsi Jawa Timur Tahun 2016.
anak balita biasanya jadi membaik. Sitasi pada 19 Februari 2018.
Peneliti selanjutnya oleh Dian Puspita Depkes RI Departemen Kesehatan Republik
dan Listriana Fatimah (2014) yang berjudul Indonesia. 2009. Buku Saku Gizi.
“Pengaruh Pemberian Madu Terhadap Kapankah Masalah Ini Berakhir.
Penurunan Frekuensi Diare Anak Balita di Badan Penelitian dan Pengembangan
Desa Ngumpul, Jogoroto, Jombang” Kesehatan, Jakarta.
penelitian ini didapatkan hasil :
Dermawan, Dede. (2012). Proses
Penelitian dilakukan dari bulan April sampai
Keperawatan; Penerapan Konsep &
Juni 2014. Penelitian semua balita usia 1
sampai 5 tahun, mengalami diare di Desa
34 | Health Sciences Journal Vol 5 (No 1) (2021): 3 0 - 3 4