Contoh Hasil Analisis

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 18

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU


PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA WARGA BINAAN LEMBAGA
PEMASYARAKATAN (LAPAS) 2A
PONTIANAK TAHUN 2016

ERNIWATY
NIM I11108063

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017
ASSOCIATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ATTITUDE
TOWARD PREVENTION BEHAVIOR OF HIV/AIDS
AMONG INMATES IN THE PENITENTIARY
CLASS 2A PONTIANAK 2016

Erniwaty1 ; Saptiko2 ; Agus Fitriangga3

Abstract

Background─ HIV/AIDS has become a global problem, with inmates in


the penitentiary as one of the special sub-populations that are prone to
contracting HIV. Risky behaviour in HIV/AIDS transmission varies widely,
where such risky behavior can be influenced by individual knowledge and
attitude about HIV/AIDS.
Objective─The objectives are to determine association between
knowledge and attitude with HIV/AIDS prevention behavior among
inmates in The Penitentiary Class 2A Pontianak 2016.
Methods─Analytic with cross sectional study approach. Sampling was
done with non-probability from 90 inmates who fit the inclusion and
exclusion criteria at Penitentiary Class 2A Pontianak 2016.
Result─Analysis data through Chi Square test resulted that there were no
significant association between knowledge (p = 0,723) and attitude (p =
0,317) with prevention behavior of HIV/AIDS among inmates in The
Penitentiary Class 2A Pontianak 2016.
Conclusions─There is no significant association between knowledge and
attitude with HIV/AIDS prevention behavior among inmates in The
Penitentiary Class 2A Pontianak 2016. .

Keywords: Knowledge, Attitude, HIV/AIDS Prevention Behavior

1) Medical School, Faculty of Medicine, TanjungpuraUniversity, Pontianak,


West Kalimantan.
2) Department of Disease Prevention Eradication and Environmental
Health, Pontianak Health Department, West Kalimantan
3) Department of Public Health Care, Faculty of Medicine, Tanjungpura
University, Pontianak, West Kalimantan
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU
PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA WARGA BINAAN LEMBAGA
PEMASYARAKATAN (LAPAS) 2A
PONTIANAK TAHUN 2016

Erniwaty1 ; Saptiko2 ; Agus Fitriangga3

Intisari

Latar Belakang─HIV/ AIDS telah menjadi masalah global, narapidana


yang menjalani hukuman di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS)
merupakan salah satu sub populasi khusus yang rawan tertular HIV.
Perilaku berisiko dalam penularan HIV/AIDS sangat bervariasi, dimana
perilaku berisiko tersebut dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap
masing-masing individu mengenai HIV/AIDS.
Tujuan─Mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap terhadap perilaku
pencegahan HIV/AIDS pada warga binaan LAPAS 2A Pontianak tahun
2016.
Metodologi─Penelitian analitik dengan desain cross sectional.
Pengambilan sampel dilakukan dengan non-probability sampling secara
stratified random sampling. Data diambil dari hasil pengisian kuesioner
oleh 90 narapidana yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi di LAPAS
2A Pontianak tahun 2016.
Hasil─Uji analisis dengan uji Chi-square menunjukkan bahwa tidak
terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan (p = 0,723) dan sikap
(p = 0,317) dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS pada warga binaan
LAPAS 2A Pontianak tahun 2016.
Kesimpulan─ Tidak terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan
dan sikap dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS pada warga binaan
LAPAS 2A Pontianak tahun 2016.

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Perilaku Pencegahan HIV/AIDS

1) Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas


Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat.
2) Departemen Pencegahan Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan, Dinas Kesehatan Kota Pontianak, Kalimantan Barat
3) Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Studi Pendidikan
Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura, Pontianak,
Kalimantan Barat.
1

PENDAHULUAN

Accuired immune deficiency syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala


penyakit dengan ciri penurunan kekebalan tubuh yang berat dan merupakan
penyakit menular yang disebabkan oleh human immunodeficiency virus
(HIV).1 Penyakit HIV/AIDS telah menjadi masalah global, Indonesia adalah
salah satu negara dengan epidemi yang paling berkembang cepat. Di
Indonesia, tercatat 29.037 kasus baru HIV yang dilaporkan pada tahun 2013.
Jumlah ini hampir tiga kali lebih besar dibandingkan laporan pada tahun
2009, yakni 9.793 kasus. Pada tahun 2014,2,3 Kalimantan Barat menempati
peringkat 5 dari seluruh provinsi di Indonesia dengan kasus AIDS terbanyak,
dimana kota Pontianak menempati urutan pertama kasus terbanyak dengan
2.211 kasus HIV positif dan 1.194 kasus AIDS.4
Cara penularan HIV/AIDS pada masyarakat sangat bervariasi, perilaku
berisiko HIV/AIDS tidak hanya terjadi di masyarakat luas tetapi juga pada
sub populasi tertentu seperti narapidana/warga binaan Lembaga
Pemasyarakatan (LAPAS) juga cukup memperihatinkan. Meskipun
pengawalan sangat ketat, suasana LAPAS sangat memungkinkan
penyebaran HIV.3,5
Narapidana/warga binaan memiliki risiko terinfeksi HIV, ini dapat
dikarenakan penjara yang terlalu penuh, hubungan seksual tanpa pengaman
dan pelecehan seksual, melakukan hubungan seksual yang berisiko
terhadap kesehatan, penggunaan jarum suntik yang tidak aman, dan
pelayanan pencegahan, perawatan, dan dukungan HIV yang tidak
memadai.6
Penelitian Evarina7, menyatakan bahwa salah satu penyebab tingginya
tingkat perilaku berisiko HIV adalah karena tingkat pengetahuan mereka
yang rendah tentang HIV/AIDS dan kurangnya pengetahuan mengenai
penularan HIV. Sedangkan tentang persepsi, umumnya menganggap AIDS
sebagai penyakit menular yang berbahaya atau mematikan, namun hanya
kurang lebih 30%-75% yang merasa dirinya rawan tertular HIV.
2

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik melakukan penelitian tentang


hubungan pengetahuan dan sikap terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS
pada warga binaan LAPAS 2A Pontianak tahun 2016.

METODE

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian analitik dengan desain cross


sectional. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2016 hingga
Desember 2017 di LAPAS 2A Pontianak. Data didapatkan dengan
membagikan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya,
pengambilan sampel yang telah diacak secara teknik stratified random
sampling dan didapatkan sebanyak 90 sampel (Blok A 6 sampel, Blok B 17
sampel, Blok C 15 sampel, Blok D 16 sampel, Blok E 15 sampel, Blok F 2
sampel, Blok G 17 sampel, dan Blok H 2 sampel) yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi. Analisis data dilakukan secara deskriptif univariat untuk
mengetahui karakteristik jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status
pernikahan, sumber informasi, pengetahuan mengenai HIV/AIDS, sikap
mengenai HIV/AIDS, dan perilaku pencegahan HIV/AIDS. Serta analisis
bivariat dengan menggunakan uji chi-square untuk mengetahui hubungan
pengetahuan dan sikap terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS. Data yang
diperoleh selanjutnya diolah, dianalisis dan dan disajikan dalam bentuk tabel
dan narasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Univariat

A.1. Distribusi Jenis Kelamin Responden


Tabel A.1. Distribusi Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin Frekuensi/orang Persentase
Laki-laki 84 93,3%
Perempuan 6 6,7%
Total 90 100%
3

Jenis kelamin terbanyak pada penelitian ini adalah laki-laki yakni sebanyak
84 orang (93,3%) sedangkan perempuan sebanyak 6 orang (6,7%). Hal ini
sejalan dengan penelitian Sari8 dengan jumlah responden terbanyak adalah
laki-laki yakni sebanyak 48 orang (86%) dan perempuan sebanyak 8 orang
(14%). Pada penelitian Olugbenga-Bello et al9 juga didapatkan hasil
responden terbanyak dengan jenis kelamin laki-laki dengan jumlah
sebanyak 203 orang (97,1%) dibandingkan dengan perempuan yang
berjumlah 6 orang (2,9%). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Muhammed et al10 jumlah responden laki-laki lebih banyak dengan jumlah
324 orang (95,3%) dan perempuan sebanyak 16 orang (4,7%).

A.2. Distribusi Usia Responden


Tabel A.2. Distribusi Usia Responden
Usia Frekuensi/orang Persentase

19-23 18 20,0%
24-28 14 15,6%
29-33 20 22,2%
34-38 20 22,2%
39-43 11 12,2%
44-48 4 4,4%
49-53 3 3,3%
Total 90 100%

Pada penelitian yang telah dilakukan, didapatkan bahwa kelompok umur


terbanyak yang menjadi responden adalah kelompok umur 29-33 tahun
sebanyak 20 orang (22,2%) dan kelompok umur 34-38 tahun dengan jumlah
setara yakni 20 orang (22,2%) . Hal ini hampir sejalan dengan penelitian
Purba11 dengan kelompok usia responden terbanyak adalah 21-39 tahun
(50%). Pada penelitian lain yang dilakukan Tarkang et al12 juga didapatkan
responden kelompok umur terbanyak berada pada kelompok 25-49 tahun
dengan persentase 76,8%. Pada studi Audu et al13 responden terbanyak
yaitu 64,4% berada pada kelompok umur 25-39 tahun.
4

A.3. Distribusi Tingkat Pendidikan Responden


Tabel A.3. Distribusi Tingkat Pendidikan Responden
Tingkat Pendidikan Frekuensi/orang Persentase
Tidak Sekolah 4 4,4%
SD 15 16,7%
SMP 29 32,2%
SMA 38 42,2%
Perguruan Tinggi 4 4,4%
Total 90 100%

Responden terbanyak pada penelitian ini adalah responden dengan


pendidikan terakhir SMA, yaitu sebanyak 38 orang (42,2%). Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian Sari8 dimana distribusi responden terbanyak
yaitu responden dengan pendidikan terakhir SMA sebanyak 40 orang (71%).
Pada penelitian Safitri14 responden dengan pendidikan terakhir SMA
sebanyak 37 orang (58,7%) dari total responden. Responden pada studi
yang dilakukan Hartawan dkk15 juga diperoleh hasil sebanyak 108 orang
(47,3%) memiliki pendidikan terakhir SMA.

A.4. Distribusi Status Pernikahan Responden


Tabel A.4. Distribusi Status Pernikahan Responden
Status Pernikahan Frekuensi/orang Persentase
Menikah 54 60,0%
Belum Menikah 36 40,0%
Total 90 100%

Responden terbanyak pada penelitian ini adalah responden dengan status


sudah menikah, yaitu sebanyak 54 orang (60%). Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Muhammed et al10 dimana responden terbanyak adalah
responden yang telah menikah yakni sebanyak 180 orang (52,9%). Pada
penelitian Aman dkk16 responden yang telah menikah memiliki persentasi
sebesar 52% dari total responden. Sedangkan responden pada studi yang
dilakukan Saliu dan Akintunde6 juga diperoleh hasil sebanyak 84 orang
(50,3%) dengan status sudah menikah.
5

A.5. Distribusi Sumber Informasi Responden


Tabel A.5. Distribusi Sumber Informasi Responden
Sumber Informasi Frekuensi/orang Persentase
Petugas Kesehatan 49 54,4%%
Radio/TV 11 12,2%
Tidak Mencari Sumber Informasi 31 34,4%

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan bahwa sumber


informasi terbanyak yang diperoleh responden adalah melalui petugas
kesehatan yakni sebanyak 49 orang (54,4%). Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Taiwo et al17 dimana responden memperoleh informasi
terbanyak dari petugas kesehatan yakni sebanyak 30 orang (27%).
Sedangkan pada studi yang dilakukan Aman dkk16, sumber informasi utama
responden adalah petugas kesehatan sebanyak 545 orang (42%). Pada
studi lain yang dilakukan Akeke et al18, responden memperolah informasi
dari petugas kesehatan dan penyuluhan sebanyak 72 orang (31%) dari total
responden.

A.6. Distribusi Pengetahuan HIV/AIDS Responden


Tabel A.6. Distribusi Pengetahuan HIV/AIDS Responden
Pengetahuan HIV/AIDS Frekuensi/orang Persentase
Baik 20 22,2%
Cukup 36 40,0%
Kurang 34 37,8%
Total 90 100%

Pengetahuan responden dalam penelitian ini dinilai dengan menggunakan


22 pertanyaan mengenai HIV/AIDS. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
bahwa tingkat pengetahuan responden tentang HIV/AIDS adalah cukup
yakni sebanyak 36 orang (40,0%), diikuti pengetahuan yang kurang
sebanyak 34 orang (37,8%) dan pengetahuan yang baik sebanyak 20 orang
(22,2%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nuzzillah dan
Sukendra19 dimana responden terbanyak memiliki penegetahuan yang
6

cukup sebanyak 33 orang (50,7%) dari total responden. Pengetahuan yang


cukup juga didapatkan pada penelitian lain yang di lakukan Sari8 yakni
sebanyak 55 orang (98%).

A.7. Distribusi Sikap HIV/AIDS Responden


Tabel A.7. Distribusi Sikap HIV/AIDS Responden
Sikap HIV/AIDS Frekuensi/orang Persentase
Baik
41 45,6%
Cukup
48 53,3%
Kurang
1 1,1%
Total
90 100%

Sikap responden dalam penelitian ini dinilai dengan menggunakan 13


pertanyaan mengenai HIV/AIDS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebagian besar responden memiliki sikap yang cukup terhadap HIV/AIDS,
yaitu sebanyak 48 orang (53,3%), diikuti sikap yang baik sebanyak 41 orang
(45,6%) dan sikap yang kurang sebanyak 1 orang (1,1%). Penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purba11 dimana responden
terbanyak memiliki sikap yang cukup sebanyak 53 orang (58,9%) dari total
responden.

A.8. Distribusi Perilaku Pencegahan HIV/AIDS Responden


Tabel A.8. Distribusi Perilaku Pencegahan HIV/AIDS Responden
Perilaku Pencegahan
Frekuensi/orang Persentase
HIV/AIDS
Baik
32 35,6%
Cukup
45 50,0%
Kurang
13 14,4%
Total
90 100%

Perilaku pencegahan HIV/AIDS pada responden dalam penelitian ini dinilai


dengan menggunakan 14 pertanyaan mengenai pencegahan HIV/AIDS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki
perilaku pencegahan HIV/AIDS yang cukup, yaitu sebanyak 45 orang
7

(50,0%), diikuti perilaku pencegahan HIV/AIDS yang baik sebanyak 32 orang


(35,6%) dan perilaku pencegahan HIV/AIDS yang kurang sebanyak 13 orang
(14,4%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purba11
dimana responden terbanyak memiliki perilaku pencegahan HIV/AIDS yang
cukup sebanyak 43 orang (47,8%) dari total responden.

B. Analisi Bivariat

B.1. Hubungan Pengetahuan terhadap Perilaku Pencegahan HIV/AIDS


Tabel B.1. Hasil Uji Chi-square Hubungan Pengetahuan terhadap Perilaku
Pencegahan HIV/AIDS

Pada penelitian ini berdasarkan analisis Chi-square didapatkan hasil bahwa


pengetahuan mengenai HIV/AIDS tidak memiliki hubungan bermakna
dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS (p=0,723) dengan interval
kepercayaan sebesar 0,756-0,910. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Handayani20 dimana tidak ada hubungan karateristik
reponden yang salah satunya adalah pengetahuan responden dengan
perilaku pencegahan HIV/AIDS di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika
Kelas IIA kota Bandar Lampung.
Penelitian yang dilakukan oleh Rishadi yang dikutip Singale21, menyatakan
tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan upaya pencegahan
HIV/AIDS. Tidak adanya hubungan pengetahuan dengan upaya pencegahan
HIV/AIDS dapat terjadi karena kurangnya kesadaran akan hal-hal berisiko
akan infeksi HIV serta penelitian lain juga menunjukkan pengetahuan yang
tinggi mengenai HIV/AIDS tidak diikuti langsung dengan tingkah laku yang
sejalan di masyarakat.
8

Pengetahuan tidak secara langsung berhubungan dengan suatu perilaku


dalam tindakan dan menghasilkan suatu nilai positif. Hal ini disebabkan
dalam merespon suatu pengetahuan sebagai hasil penginderaan, diperlukan
respon berupa sikap yang baik sehingga mengubah atau membentuk suatu
perilaku atau tindakan.22 Menurut teori Lawrence Green, pengetahuan
bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi perilaku.23
Menurut Festinger yang mengemukakan teori ‘disonansi kognitif’, bahwa ada
kecenderungan manusia untuk menghindari perilaku sehingga tidak sesuai
dengan sikap atau pengetahuan dapat tidak bersesuaian dengan sikap dan
perilaku. Manusia pada dasarnya selalu logis dan terasumsi sehingga
berusaha menjaga konsistensi pengetahuan yang telah dimilikinya, namun
ternyata harus berhadapan dengan kenyataan bahwa perilaku manusia
seringkali irasional. Disonansi kognitif terjadi ketika seseorang memegang
dua perilaku yang berbeda atau ketika kepercayaan tidak sejalan dengan
perilaku.22
Selain itu, menurut Rosenberg komponen pengetahuan tidak saja
merupakan apa yang diketahui mengenai objek, namun mencakup apa yang
dipercayai mengenai hubungan objek sikap dengan nilai afektif. Nilai afektif
adalah perasaan seseorang terhadap suatu objek sehingga apabila
komponen pengetahuan dan perasaan dinilai baik dan sejalan dengan
sikap, ketiga hal tersebut dianggap berhubungan. Namun, apabila terjadi
inkonsistensi antara ketiga hal tersebut, hasilnya tidak berhubungan. 22

B.2. Hubungan Sikap terhadap Perilaku Pencegahan HIV/AIDS


Tabel B.2. Hasil Uji Chi-square Hubungan Sikap terhadap Perilaku
Pencegahan HIV/AIDS
9

Berdasarkan analisis Chi-square diperoleh nilai p sebesar 0,317 yang berarti


bahwa variabel sikap tidak memiliki hubungan bermakna dengan perilaku
pencegahan HIV/AIDS dengan interval kepercayaan sebesar 0,215-0,407.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Handayani20
dimana tidak ada hubungan karateristik reponden yang salah satunya adalah
sikap responden dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS di Lembaga
Pemasyarakatan Narkotika Kelas IIA kota Bandar Lampung.
Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu
tindakan nyata. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan yaitu, sikap akan
terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, dan
mengacu pada pengalaman orang lain.23
Perwujudan dari perilaku dapat melalui pengetahuan dan sikap, namun
suatu sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan. Terwujudnya suatu
sikap agar menjadi tindakan perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung
atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain seperti fasilitas dan
dukungan dari pihak lain seperti keluarga, sekolah, lingkungan, dan
kelompok sebaya. Faktor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam
menentukan perilaku, bahkan kadang-kadang kekuatannya lebih besar
daripada karakteristik individu (contoh: motivasi, nilai, kepribadian, dan
sikap).24
Menurut teori ‘tindakan beralasan’ yang dikemukakan oleh Ajzen dan
Fishbein, sikap mempengaruhi perilaku melalui suatu proses pengambilan
keputusan yang diteliti dan beralasan, dan dampaknya terbatas pada tiga
hal, yakni 1) perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum, tapi sikap
yang spesifik terhadap sesuatu, 2) perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh
sikap, namun juga oleh norma subjektif. Norma subjektif adalah kepercayaan
terhadap pendapat orang lain tentang tindakan yang akan diambil, dan 3)
sikap terhadap perilaku bersama norma subjektif membentuk intensi atau
niat untuk berperilaku tertentu.22
Sedangkan menurut postulat konsistensi yang dikemukakan oleh Warner
dan De Fleur bahwa sikap verbal atau sikap yang ditunjukkan secara
10

tindakan nyata merupakan petunjuk yang akurat untuk memprediksikan apa


yang dilakukan seseorang bila dihadapkan pada suatu objek sikap. Buktinya
terlihat pada perilaku individu yang memiliki sikap ekstrim akan cenderung
berperilaku yang didominasi oleh keekstriman sikapnya tersebut. Sedangkan
menurut postulat ‘konsistensi tergantung’, hubungan sikap dan perilaku
ditentukan oleh faktor-faktor situasional misalnya norma, keanggotaan dalam
kelompok, dan budaya.22

KESIMPULAN

1. Responden pada penelitian ini paling banyak berjenis kelamin laki-laki


(93,3%), berusia 29-38 tahun (44,4%), pendidikan terakhir SMA (42,2%),
bestatus menikah (60%) dan jenis sumber informasi yang paling banyak
didapat yakni dari petugas kesehatan (54,4%).
2. Pengetahuan mengenai HIV/AIDS paling banyak pada kategori cukup
(40%)
3. Sikap mengenai HIV/AIDS paling banyak pada kategori cukup (53,3%)
4. Perilaku pencegahan HIV/AIDS paling banyak pada kategori cukup
(50%)
5. Tidak terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan mengenai
HIV/AIDS terhadap Perilaku Pencegahan HIV/AIDS (p = 0,723)
6. Tidak terdapat hubungan bermakna antara sikap mengenai HIV/AIDS
terhadap Perilaku Pencegahan HIV/AIDS (p = 0,317)

SARAN

1. Bagi penelitian selanjutnya dapat dilakukan penelitian mengenai faktor-


faktor lain yang berhubungan dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS di
LAPAS.
2. Bagi pihak LAPAS 2A Pontianak, meningkatkan frekuensi penyuluhan
tentang HIV/AIDS, dengan harapan akan meningkatkan perilaku
pencegahan HIV/AIDS dan kemauan mengikuti VCT pada warga binaan
LAPAS 2A Pontianak, serta skrining narkoba secara berkala.
11

DAFTAR PUSTAKA

1. Notoatmodjo, S., 2007a, Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni, Rineka


Cipta, Jakarta.
2. Kementrian Kesehatan RI, 2014, Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer, Jakarta.
3. Komisi Penanggulangan AIDS Nasional, 2010, Strategi dan Rencana
Aksi Nasional penanggulangan HIV dan AIDS 2010-2014, Jakarta.
4. Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, 2014, Profil
Kesehatan Propinsi Kalimantan Barat Tahun 2014, Pontianak.
5. Depertemen Hukum dan HAM RI, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan,
2005, Strategi Penanggulangan Narkoba dan HIV/AIDS di dalam Rumah
tahanan dan lembaga pemasyarakatan untuk tahun 2005-2009, Jakarta.
6. Saliu, A.; Akintunde, B., 2014, Knowledge, Attitude, And Preventive
Practices Among Prison Inmates In Ogbomoso Prison At Oyo State,
South West Nigeria, International Journal of Reproductive Medicine,
2014 (364375): 6.
7. Evarina, 2010, Analisis Pengetahuan dan Sikap Narapidana Terhadap
Tindakan Berisiko HIV/AIDS di Rumah Tahanan Balige, Universitas
Sarimutiara, Medan, (Skripsi).
8. Sari, Monde, 2016, Analisis Perilaku Berisiko Tertular Human
Immunodeficiency Virus/Acquired Immuno Deficiency Syndrome
(HIV/AIDS) pada Terpidana Kasus Narkoba di Lapas Kelas IIA Kota
Kendari Tahun 2016, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu
Oleo, Kendari, (Skripsi).
9. Olugbenga-Bello, A.I.; Adeoye, O.A.; Osagbemi K.G., 2013, Assessment
of the Reproductive Health Status of Adult Prison Inmates in Osun State,
Nigeria, International Journal of Reproductive Medicine, 2013
(451460):9.
10. Muhammed, O.T.; Akpa, O.M.; Atilola, G.O.; Komolafe, I.O.O., 2011,
Seroprevalence of HIV/AIDS and HIV risk factors among prison inmates
12

in Ogun State, Nigeria, International Journal of HIV-Related Problems,


11(1): 25-30.
11. Purba, E.K.A.; Yustina, Ida; Fauzi, 2013, Pengaruh Karakteristik
Penghuni Lapas terhadap Tindakan Berisiko HIV-AIDS di Lapas Kelas
IIB Lubuk Pakam, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara, Medan, (Skripsi).
12. Tarkang, E.E.; Pietra, V.; Adam, A.; Fusheini, A.; Kweku M.; Pencille, L.,
2016, Perceptions Regarding HIV/AIDS and Risky Behaviours Among
Prison Inmates in Southwest Region of Cameroon, International Journal
of HIV/AIDS and Research, 3(8): 121-126.
13. Audu, O.; Ogboi, J.; Abdullahi, A.U.; Sabitu, K.; Abah, E.R.; Enokela,
O.P., 2013, Sexual Risk Behaviour and Knowledge of HIV/AIDS among
Male Prison Inmates in Kaduna State, North Western Nigeria,
International Journal of Tropical Disease & Health, 3(1): 57-67.
14. Safitri, Diana, 2009, Hubungan Pengetahuan dan Sikap Narapidana
Tentang Penyakit Menular Seksual HIV AIDS dengan Tindakan Seksual
Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Muaro Padang Tahun 2009,
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang, (Skripsi).
15. Hartawan, A.G.; Sawitri, A.S.; Septarini, N.W., 2009, Survei Perilaku
Berisiko dan Perilaku Pencegahan Tertular HIV di Lapas Kerobokan,
Denpasar, Komisi Penanggulangan AIDS Nasional, Bali.
16. Aman, Muqowimul dkk., 2010, Penelitian Prevelensi HIV dan Sifilis serta
Perilaku Berisiko Terinfeksi HIV pada Narapidana di Lapas/Rutan di
Indonesia, Direktrorat Jenderal Pemasyarakatan Kementrian Hukum dan
Hak Asasi Manusia, Jakarta.
17. Taiwo, OO.; Bukar, A.,2011, Knowledge and attitude of Prisoners
towards HIV/AIDS Infection, Nigerian Journal of Clinical & Biomedical
Research, 1(1): 31-34.
18. Akeke, VA.; Mokgatle, M.; Oguntibeju, OO., 2007, Assessment of
Knowledge and Attitudes about HIV/AIDS among Inmates of Quthing
Prison, Lesotho, West Indian Medical Journal, 56(1): 48-54.
13

19. Nuzzillah, N.A.; Sukendra, D.M., 2017, Analisis Pengetahuan dan Sikap
Narapidana Kasus Narkoba terhadap Perilaku Berisiko Penularan
HIV/AIDS, Journal of Health Education, 2(1).
20. Handayani, Dwi, 2014, Perilaku Warga Binaan Pemasyarakatan dalam
Pencegahan HIV/AIDS di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas IIA
Kota Bandar Lampung, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Diponegoro, Semarang, (Skripsi).
21. Singale, Lastianti, 2014, Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap
Tentang HIV/AIDS dengan Tindakan Pencegahan HIV/AIDS pada Siswa
SMK Negeri 3 Tahuna, Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas
Sam Ratulangi, Manado, (Skripsi).
22. Azwar, S., 2013, Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.
23. Notoadmodjo, S., 2007b. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka
Cipta, Jakarta.
24. Asti, Yeli, 2014, Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Perilaku
Penyalahgunaan Narkoba pada Siswa/i SMP Negeri 4 Kecamatan
Pontianak Timur Kotamadya Pontianak Tahun 2013, Fakultas
Kedokteran Universitas Tanjungpura, Pontianak, (Skripsi).
14

SURAT KAJI ETIK

You might also like