Analisis Transfer Princing D Spute Atas Transaksi Antar Perusahaan Afiliasi (Studi Kasus Pada PT "X" Di Jakarta)

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 196

ANALISIS TRANSFER PRINCING D^SPUTE ATAS

TRANSAKSI ANTAR PERUSAHAAN AFILIASI


(STUDI KASUS PADA PT “X” DI JAKARTA)

TESIS

D iaju k an Sebagai Salah S atu S y a ra t


G u n a M em peroleh G elar M agister H u k u m (M .H .)

Oleh:

SUGENG MUKTI WIBOWO


NPM : 6504002516

U n l v « r t i t « I n d o n e iU
pecpusuK«»

UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS HUKUM
PASCASARJANA
2008
UNIVERSITAS INDONESIA

A N A L IS IS TRANSFER PRICING DISPUTE ATAS


TRANSAKSI ANTAR PERUSAHAAN A F I L I A S I
(STU DI KASUS PADA PT "X" D I JAKARTA)

TESIS
Dipersiapkan dan disusun oleh

Nama : Sugeng Mukti Wibowo


NPM : 6504002516

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan


telah diterima sebagai bagian dari persyaratan yang
diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Hukum (MH)
pada Program Pascasarjana Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, pada bulan Januari 2008.

Pembimbing, Ketua Program Pascasarjana


Fakultas Hukum
Uaivei^sitas Indonesia,

f ®

Prof .Dr .Arif in P .Soeriaatmadja, S .H . Rizal, S.H., M.A.

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


UNIVERSITAS INDONESIA
Tesis ini d ia ju k an oleh

N am a SUG EN G M U K TI W1BOWO
NPM 6504002516
K onsentrasi HUKUM E K O N O M I
Judul ANA LISIS TR A N SFE R PR IC IN G D ISPU T E ATAS
TR A N SA K SI ANTAR PERUSAHAAN A F IL IA S I
(STUDI KASUS PADA P T “A ” DI JA K A R TA )

T elah b erh asil d ip e rtah an k an di h ad ap a n Dewan Penguji dan telah d iterim a


sebagai bagian d a ri p ersy aratan yang dip erlu k an u n tu k m em peroleh g elar M ag iste r
H u k u m (M H) p ada P ro g ram P ascasarjan a F akultas H ukum
U niversitas Indonesia, p ad a bulan Ja n u a ri 2008

DEW AN P E N G U JI:

D r. H i. Siti H ay ati Hoessien, S.H., M .H.


K etu a S idang/ Penguji

Dr. Dcndv Sugondo, M.A.


P enguji

Prof. Dr. Arifin P. Soeriaatmadia, S.H.


P em bim bing

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


ABSTRACT

The problem scopes o f this research Why did indicated the loss which got by
this country as a negative impacts from transfer pricing done by P T “X ” ?; how
much the profit which got by the company as a impact fro m transfer pricing
management to the it's affiliate companies ?; and how the basic o f decision making
done by the Tax Courts toward transfer pricing cases between P T UX ” as a Tax
Subject with Dirjen Pajak.
The purpose o f this research are to know how much a disadvantage which got
by the counhy as a negative impacts from transfer pricing practices done by P T "X
to know how much the benefit which got by the P T “X ” as a impact fro m transfer
pricing managements with the affiliate companies; The basic o f decision making by
the Tax Courts toward transfer pricing cases between P T “X ” as a Tax Subject and
Dirjen Pajak.
The type o f research is descriptive and the data collecting techniques is use
library studies to get secondary data, and use interview to get prim ary data.
The results o f this research are: (a) there is a transfer pricing activities in P T
”X ”. There is a gap o f tax value between tax stated by the Dirjen pajak with tax
which re-counted by the P T “X ”, so this country fe lt a loss as a impact o f transfer
pricing by the P T “X " is Rp 24.891.601.275, (b) The P T “X " Rp 24.891.601.275 is
not transfer pricing, because bruto profit prossentace betweeen P T “X " and affiliate
companies arround 32% and 33%, (c) The basic o f decision making is depends on
the results o f investigates in courts with the proofs. Then the basic o f decision making
are based on the Courts Investigation showed by the Lawyer o f P T “X " and the
explanation o f the proof, the courts have conclusion i f Dirjen Pajak uncalculated
Rp 9.895.729.298 as discount and PPnBM in calculated buying on fin ish ed product,
so in calculated buying on finished product by the court Rp 304.138.625.15, and the
court o f conclusion is Rp 24.891.601.275 as buying on fin ish ed product is not
transfer pricing.

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


ABSTRAK

Perumusan masalah dari penelitian ini adalah mengapa fiskus menduga ada
kerugian negara akibat transaksi transfer pricing pada PT ”X’\ sehingga kemudian
dilakukan koreksi terhadap perhitungan PPh. Badan atas tahun pajak 2000; Upaya-
upaya apakah yang dilakukan oleh PT ”X” dalam menanggapi koreksi fiskus atas
sengketa transfer pricing pada tahun pajak 2000 tersebut; Hal-hal apa yang dijadikan
dasar pengambilan keputusan oleh Pengadilan Pajak terhadap sengketa transfer
pricing antara PT ”X” selaku Wajib Pajak dan Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
Tujuan dari penelitian ini mengetahui dan menganalisa : (a) Jalannya proses
pemeriksaan pajak di PT “X” oleh fiskus, dimana pada akhirnya fiskus
berkesimpulan bahwa telah terjadi transfer pricing di PT “X” dengan cara transaksi
pembelian barang jadi oleh Wajib Pajak, dimana harga jual produk AQ yang dibeli
oleh PT “X” (Wajib Pajak) dari perusahaan afiliasinya itu jauh lebih besar
dibandingkan jika Wajib Pajak memproduksinya sendiri; (b) Upaya-upaya yang
dilakukan PT “X” dan data serta dokumen apa saja yang dijadikan dasar pembuktian
oleh PT “X” dalam upaya membuktikan bahwa dugaan terjadi transfer pricing
tersebut tidak benar; (c) Dasar pengambilan keputusan oleh Pengadilan Pajak atas
kasus transfer pricing tersebut oleh Pengadilan Pajak.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan tipe penelitian deskriptif dan
teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan untuk mendapatkan
data sekunder, ju g a dengan melakukan wawancara untuk mendapatkan data primer.
Kesimpulan dari penelitian ini antara lain (a) Proses pemeriksaan pajak di PT
“X” oleh fiskus cukup lengkap sehingga akhirnya fiskus berkesimpulan bahwa telah
terjadi transfer pricing di PT “X” sebesar Rp 24.891.601.275, (b) PT. “X”
berpendapat bahwa sebesar Rp 24.891.601.275 bukan merupakan transfer pricing
karena prosentase laba kotor yang dinikmati oleh kedua perusahaan baik PT “X”
dengan perusahaan afiliasinya, berada pada kisaran yang sama yaitu antara 32% dan
33%, (c) Dasar pengambilan keputusan atas kasus transfer pricing yang diterapkan
oleh Pengadilan Pajak adalah berdasarkan penelitian Majelis atas dokumen yang
ditunjukkan Kuasa Hukum pemohon banding serta keterangan tersebut diatas,
Majelis berpendapat bahwa Terbanding tidak memperhitungkan unsur diskon sebesar
Rp 9.895.729.298 dan unsur PPn BM dalam menghitung pembelian barang jadi,
sehingga penghitungan pembelian barang jadi menurut Majelis adalah sebesar Rp
304.138.625.152, sehingga Majelis berkesimpulan bahwa koreksi positif terbanding
atas pembelian barang jadi sebesar Rp 24.891.601.275 tidak dapat dipertahankan.

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur tak henti-hentinya penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT, karena berkat rahmat dan anugerah-Nya, penulis dapat

menyelesaikan tesis ini. Tesis ini dibuat dalam rangka memenuhi

persyaratan kelulusan sebagai mahasiswa Program Pascasarjana,

Fakultas Hukum Universitas Indonesia Program Studi Ilmu Hukum.

Tesis ini berusaha untuk meneliti mengenai adanya transfer

pricing dispute antara Wajib Pajak dengan Direktorat Jenderal Pajak.

Hasil penelitian ini dimaksudkan dapat memberikan sumbangan

manfaat bagi semua pihak.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang dikemukakan

dalam tesis ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna

untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat Penulis

harapkan untuk perbaikan.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada semua pihak yang terkait dengan proses penulisan tesis ini,

khususnya kepada:

1. Prof. Dr. Arifin P. Soeriaatmadja, S.H. yang telah membimbing

penulis untuk menyelesaikan tesis ini;

2. Istri dan anak-anaku tercinta yang telah mengikhlaskan sebagian

waktu penulis untuk menyelesaikan studi, dan Bapak dan ibuku

serta seluruh keluargaku, atas doa, dorongan dan segala

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


bantuan sehingga halangan, rintangan dapat berubah menjadi

semangat untuk segera menyelesaikan tesis ini.

3. Rekan-rekan di Sekretariat Pengadilan Pajak, staf sekretariat

Pascasarjana Fakultas Hukum UI, atas segala dorongan dan

dukungan dalam penyusunan tesis ini;

4. Semua pihak yang membantu dalam penulisan tesis ini yang

tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Semoga Alloh SWT

mencurahkan segala rahmat dan pahala yang berlipat ganda.

Jakarta, Desember 2007

Penulis

Sugeng Mukti Wibowo

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


DAFTAR ISI

Lembar Orisinalitas ii
Lembar Persetujuan Tesis iii
Abstract iv
Abstrak v
Kata Pengantar vi
Daftar isi viii

BAB I : PENDAHULUAN

1 Latar Belakang M asalah...................................................................... I


2 Perumusan M asalah.............................................................................. 7
3 Pembatasan M asalah........................................................................... 7
4 Tujuan Penelitian.................................................................................. 8
5 Manfaat Penelitian................................................................................ 8
6 Metode Penelitian.................................................................................. 9
6.1 Jenis Penelitian.......................................................................... 9
6.2 Teknik Pengumpulan Data....................................................... 10
6.3 Jenis dan Sumber Data............................................................. 11
7 Sistematika Penulisan........................................................................... 11

BAB I I : TINJAUAN PUSTAKA

1 Pengertian Transfer Pricing dan abuse o f transfer pricing.............. 14


2 Hubungan Istimewa.............................................................................. 17
3 Arm ’s length Principle......................................................................... 19
4 Metode-metode Transfer Pricing......................................................... 26
5 Hal-hal Yang Dapat Dilakukan Oleh Wajib Pajak Untuk
Menghindari Resiko Koreksi Fiskal abuse o f transfer pricing...... 33
5.1 Advance Pricing Agreement (APA).............................................. 33
5.2 Persiapan Yang Harus Dilaksanakan Perusahaan Sebelum
Dilakukan Audit Transfer Pricing Oleh Fiskus......................... 35
5.3 Upaya Hukum Yang Dapat Dilakukan Oleh Wajib Pajak
Dalam Menghadapi Tuduhan Atas Dilakukannya Abase o f
Transfer Pricing............................................................................. 38
5.4 Perlunya Dokumentasi dan Review Kebijakan Transfer
Pricing Secara Berkala................................................................... 39
6 Administrasi Perpajakan Sehubungan dengan Abuse o f Transfer
Pricing..................................................................................... .............. 40
7 Ketentuan Domestik Tentang Issue Transfer Pricing..................... 42

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


7.1 Undang-undang No 7 Tahun 1993 tentang Pajak Penghasilan
Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-undang No. 10
Tahun 1994 dan U ndang-U ndang No. 17 Tahun 2000
(selanjutnya disebut Undang-undang Pajak Penghasilan)....... 42
7.2 Standar Akuntansi Keuangan ( Pernayataan Standar
Akuntansi Keuangan No. 7)........................................................ 47
8 Pedoman Pemeriksaan Pajak Bagi Fiskus Terhadap Wajib Pajak
Yang Mempunyai Hubungan Istimewa............................................. 51
8.1 Persiapan Pemeriksaan................................................................. 51
8.2 Pelaksanaan Pemeriksaan............................................................. 58
8.3 Pembuatan Laporan Pemeriksaan Pajak.................................... 60
9 Upaya-upaya Hukum (di Indonesia) Yang Dapat Dilakukan oleh
Wajib Pajak Menghadapi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
(SKPKB) Yang Dikenakan Kepadanya Karena Abuse o /
Transfer Pricing................................................................................. 60
9.1 Pengajuan Keberatan Oleh Wajib Pajak.................................... 60
9.2 Pengajuan Banding Oleh Wajib Pajak....................................... 61
9.3 Proses dan Jangka Waktu Pelaksanaan Banding Ke
Pengadilan Pajak.......................................................................... 61
9.4 Pengajuan Peninjauan Kembali (PK) ke Mahkamah Agung... 62

BAB I I I : D ESK R IPSI OBJEK PENELITIAN

1 Gambaran Kegiatan Usaha PT “X”................................................. 65


2 Struktur Organisasi............................................................................... 67
3 Gambaran Sistem Akuntansi PT “X”................................................. 68
3.1 Struktur Pengendalian Intern PT “X”..................................... 68
3.2 Sistem Akuntansi...................................................................... 68
3.3 Kebijakan Akuntansi................................................................ 69
4 Komitmen Penting PT ”X” dengan Perusahaan Afialiasi................ 72
5 Kronologis dan Pokok Permasalahan................................................. 73
5.1 Pemeriksaan PPh Badan Tahun 2000 Terhadap PT “X”.... 73
5.2 Permohonan Keberatan Oleh PT “X” kepada KPP dan
Surat Keputusan dari Direktorat Jenderal Pajak tanggal 09
Juni 2004.................................................................................... 90
5.3 Surat Banding PT “X” tanggal 30 Juli 2 0 0 4 ........................... 97
5.4 Surat Uraian Terbanding tanggal 13 Mei 2005 ..................... 103
5.5 Surat Bantahan Pemohon Banding (P T “X”) atas Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar PPh Badan No.
00016/206/00/054/03 tanggal 7 Mei 2003 dan Hasil
Pemeriksaan & Pembuktian Dalam Persidangan.................... 107

ix
Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008
5.6 Hasil Pemeriksaan & Pendapat Majelis Hakim 114
5.7 Surat Putusan Pengadilan Pajak 25 Juli 2005... 125

BAB IV : H A SIL ANALISIS DAN IN TERPRETASI

1 Analisis Hasil Wawancara Penelitian............................................... 128


4.1 Hasil wawancara penulis dengan Hakim Ketua Pengadilan
P a ja k ....................................................................................... 128
2 Analisis upaya hukum yang dilakukan oleh PT “X” sebagai Wajib
P a ja k .................................................................................................... 132
3 Analisis Mengenai Koreksi Fiskal yang Dikemukakan oleh Dirjen
Pajak sebagai Fiskus Berkaitan dengan Kasus Transfer Pricing di
PT “X” ................................................................................................. 138

BAB V : K ESIM PU LA N DAN SARAN

1 K esim pulan......................................................................................... 146


2 S a ra n ....................................................................................................... 150
2.1 Saran untuk pihak Fiskus............................................................. 150
2.2 Saran untuk pihak PT “X”........................................................... 150
2.3 Saran untuk Pengadilan Pajak dan Majelis Hakim.................. 151

D A FTA R PUSTAK A ............................................................................................ 146

LA M PIR A N ............................................................................................................. 148

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


BABI

PENDAHULUAN

1. L a ta r B elakang M asalah

Globalisasi perdagangan bebas di kawasan Asia Tenggara (ASEAN Free

Trade Area) mendorong para pelaku bisnis di Indonesia untuk meningkatkan daya

saingnya agar tetap bertahan (survive). Banyak alternatif strategi yang dipilih dalam

menghadapi persaingan global tentunya terus diupayakan. Strategi bisnis adalah

langkah-langkah yang akan dilakukan manajemen didalam memenangkan persaingan.

Di dalam era pasar global dimana arus barang, jasa atau modal masuk atau keluar dari

suatu negara tanpa hambatan atau kendala, diperlukan strategi bisnis global. Strategi

ini mencakup berbagai aspek dan bersifat cross border antar negara. Sementara dari

sisi bisnis, globalisasi merupakan isu utama yang dihadapi berbagai perusahaan di

dunia. Salah satu ciri globalisasi adalah semakin banyaknya perusahaan

multinasional.

M enurut Organization fo r Economic Corporation and Development

(selanjutnya disingkat OECD) tahun 1995 hal. G-6 menyebutkan balnva :

M ultinational Enterprice Group (MNE Group) :


A group o f associated companies with business establishments in two or more
countries

Multinational Enterprise Group (MNE):


A company that is part o f an MNE group

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


Dari definisi OECD di atas, MNE Group merupakan perusahaan yang

beroperasi di lebih dari satu wilayah geografis (lebih dari satu negara) dan merupakan

satu grup perusahaan, yang terdiri dari perusahaan induk (parent company) dan

perusahaan anak {subsidiary / branch). Karena mereka merupakan satu grup

perusahaan, maka dalam praktek usahanya, mereka akan saling terlibat baik dalam

bidang produksi maupun penjualan secara international. Aktivitas ekonomi antar

perusahaan atau antara induk dan anak perusahaan dalam satu grup usaha tersebut

mendorong penciptaan suatu harga transaksi. Harga yang terbentuk dalam transaksi

intragrup tersebut disebut transfer pricing.

Lebih lanjut, OECD memberikan definisi transfer pricing atau intercompany-

pricing atau intra-company pricing sebagai berikut {OECD : Transfer Pricing

Guidelines fo r Multinational Enterprises and Tax Administrations: 1995) :

Transfer prices are the prices at the which an enterprise transfer physical goods and
intangible property or provides services to associated enterprises

Transfer pricing adalah harga yang ditetapkan oleh salah satu perusahaan

dalam satu grup tersebut karena adanya transaksi transfer penyerahan barang yang

bersifat fisik (physical goods) ataupun yang bersifat benda-benda yang tidak

berwujud {intangible property) ataupun penyediaan jasa {services) kepada perusahaan

lainnya dalam satu grup usaha tersebut. Karena transaksi tersebut dilakukan oleh

lebih dari satu perusahaan dalam satu grup, maka berarti transaksi dilakukan diantara

pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Hubungan istimewa dapat terjadi

karena ada partisipasi secara langsung maupun tidak langsung dalam manajemen,

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


modal maupun kontrol. Marga transfer yang terbentuk untuk pihak-pihak yang

mempunyai hubungan istimewa (related) dapat sama dengan harga transfer yang

ditujukan kepada pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa atau

independent atau um elated, yaitu dengan menggunakan harga pasar (market price)

atau harga lain yang sesuai dengan hasil negosiasi antara pihak yang saling berkaitan

sehingga tidak sesuai dengan harga pasar pada umumnya (not arm 's length

principle).

M enurut studi yang dilakukan oleh Burns (1980), dalam jurnalnya Transfer

Pricing Decisions in US Midtinational Corporation seperti dikutip oleh Czinkota dan

Ronkainen (2001), ada beberapa faktor yang mempengaruhi dilakukannya transfer

pricing antara lain kondisi pasar di negara asing, kompetisi di negara asing,

keuntungan yang realistis ke perusahaan afiliasi, tarif pajak penghasilan, kondisi

ekonomi di negara asing, pembatasan impor, bea cukai, kontrol harga, peraturan

perpajakan di negara asing, dan kontrol nilai tukar.

Secara umum kondisi pasar di negara asing berkaitan dengan iklim kompetisi

tertentu, misalnya harga ditekan rendah agar dapat bersaing dengan perusahaan lain

di negara tersebut. Praktik ini dalam jangka pendek menyebabkan perusahaan dapat

melakukan penetrasi pasar, tetapi dalam jangka panjang akan menimbulkan

ketidakefisienan dalam bisnis. Lebih jauh, otoritas pajak akan memberikan perhatian

karena misalnya jika terjadi underpricing berarti penjual akan memperoleh lebih

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


sedikit pendapatan, yang berarti akan memperkecil jumlah pajak yang harus dibayar

ke negara asalnya.

Lebih lanjut menurut survei yang dilakukan oleh Ana Maria Janschek dan

Danny Oosterhoff (Transfer Pricing Trends and Perceptions in Europe, International

Transfer Pricing Journal Vo. 9 Number 4, 2002), seperti dikutip oleh Surahmat

(Bisnis Indonesia, 2002) disebutkan bahwa dalam survei yang dilakukan pada tahun

2001 terhadap 638 perusahaan multinasional yang tersebar di 22 negara-negara Eropa

ditambah beberapa negara seperti Argentina, Australia, Kanada, Mexico, Selandia

Baru dan Venezuela, menunjukkan bahwa 77 % dari perusahaan multinasional

tersebut memakai metode transfer pricing yang sama untuk tujuan manajemen dan

perpajakan. Dari jumlah tersebut, lebih dari 50 % nya mengadopsi metode yang

merupakan hasil kompromi antara tujuan memenuhi ketentuan perpajakan dan

kebutuhan manajemen, dan 26 % dari populasi yang 77 % tersebut semata-mata

untuk tujuan manajemen perpajakan. Dari angka persentase hasil survai tersebut,

motivasi perusahaan untuk melakukan praktik transfer pricing tidak hanya untuk

mamanipulasi laba usaha saja, tetapi juga untuk kepentingan manajemen. Walaupun

demikian, transfer pricing dapat dipakai sebagai sarana memanipulasi laba usaha jika

transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa

tersebut tidak mencerminkan harga wajar. Apabila terjadi hal ini, maka akan timbul

distorsi terhadap penerimaan pajak dari negara sumber (OECD Report, Transfer

Pricing Guidelines fo r Multinationals and Tax Administrations, 1995)

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


Dari berbagai faktor yang mempengaruhi dilakukannya praktik transfer

pricing tersebut, penulis lebih menitikberatkan pada isu transfer pricing ditinjau dari

aspek pajak. Hal ini dikarenakan dari segi aspek pajak, praktik transfer pricing sering

menimbulkan dispute antara wajib pajak dan otoritas pajak. Wajib pajak berargumen

bahwa transfer pricing adalah hal wajar yang berkaitan dengan strategi bisnis,

sedangkan otoritas pajak berargumen bahwa jika Wajib Pajak yang merupakan satu

grup perusahaan multinasional melakukan praktek transfer pricing berarti akan

merugikan penerimaan negara dari sektor pajak jika praktek transfer pricing yang

dilakukan tidak mencerminkan harga wajar (not arm*s leght principle). Oleh

karenanya juga perlu dilakukan upaya-upaya agar harga transfer tersebut

mencerminkan harga yang wajar.

Banyak negara yang terimbas hilangnya potensi pajak karena pemindahan

laba dalam negeri ke luar negeri. Sebanyak 70 % PMA (Penanaman Modal Asing)

yang terdaftar sebagai Wajib Pajak tidak diwajibkan membayar pajak (Kompas: 27 /

8 / 2002), walaupun sebenarnya belum ada bukti konkret yang menunjukkan PMA

melakukan transfer pricing, namun tetap harus diwaspadai kemungkinan terjadinya

praktik ilegal melalui transfer pricing mengingat besarnya jumlah proyek yang

ditangani melalui perusahaan PMA. Selanjutnya, harian Kompas (29 / 8 / 2002) juga

memberitakan b ah w a:

“Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak Departemen Keuangan (Depkeu) akan


memberikan sanksi sesuai ketentuan hukum yang berlaku terhadap perusahaan-
perusahaan PMA, jik a mereka terbukti daengan sengaja melakukan transfer pricing
dengan m aksud menghindari p a ja k”

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


Ketentuan teknis yang mengatur tentang transfer pricing masih sedikit

jumlahnya, antara lain Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor SE-04 / PJ.7 /

1993 tanggal 9 Maret 1993 tentang petunjuk penanganan kasus-kasus transfer pricing

dan Keputusan Jenderal Pajak Nomor KEP-01 / PJ.7 / 1993 tanggal 9 Maret 1993

tentang Pedoman Pemeriksaan Wajib Pajak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa.

Karena sedikitnya peraturan tentang transfer pricing tersebut maka dalam praktiknya

sulit diterapkan bagi Wajib Pajak (selanjutnya disingkat WP) dan Pemeriksa Pajak

(selanjutnya disebut fiskus), karena peraturan tersebut hanya ditujukan untuk fiskus

yaitu mengatur secara khusus pedoman pemeriksaan pajak bagi Wajib Pajak yang

mempunyai hubungan istimewa. Transfer pricing merupakan bagian dari perpajakan

internasional, sehingga adalah wajar jika ketentuannya juga mengikuti ketentuan

perpajakan internasional yang lazim dipakai negara-negara di dunia. Di dalam OECD

diuraikan bahwa pendekatan untuk menghindari dan memecahkan masalah yang

timbul apabila terjadi komplik transfer pricing serta kewajiban untuk menyediakan

dokumen yang menunjukkan bahwa metode transfer pricing yang dipilih Wajib Pajak

telah sesuai dengan prinsip harga pasar wajar.

Dalam praktik di Indonesia, apabila Wajib Pajak diperiksa dan dikoreksi oleh

fiskus atas transaksi transfer pricing sehingga menyebabkan pajak penghasilan

terutang menurut fiskus menjadi lebih besar dan dikenakan Surat Ketetapan Pajak

Kurang Bayar, maka upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak adalah

mengikuti ketentuan umum perpajakan yaitu melalui proses keberatan dan banding.

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


Sedangkan bagi fiskus, karena sampai saat ini belum ada peraturan khusus yang

mengatur kewajiban dokumentasi yang baik, termasuk informasi yang harus

disiapkan oleh Wajib Pajak tentang metode transfer pricing yang dipilih yang telah

sesuai dengan harga pasar wajar, maka akan sangat menyulitkan fiskus dalam

melaksanakan pemeriksaan.

2. P eru m u san M asalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat

dirumuskan dalam penelitian ini antara lain:

1. Mengapa fiskus menduga adanya kerugian negara akibat adanya transaksi

transfer pricing yang not arm ’s length principle pada PT ”X”, sehingga kemudian

dilakukan koreksi terhadap perhitungan PPh. Badan atas tahun pajak 2000 ?

2. Upaya-upaya apakah yang dilakukan PT “X” dalam menanggapi koreksi atas

transaksi transfer pricing pada tahun pajak 2000 tersebut?

3. Hal-hal apa yang dijadikan dasar pengambilan keputusan oleh Pengadilan Pajak

terhadap sengketa transfer pricing antara PT ”X” selaku Wajib Pajak dan

Direktorat Jenderal Pajak (DJP) ?

3. P em batasan M asalah

Dalam penelitian ini, penulis membatasi permasalahan hanya pada kasus

transaksi transfer pricing antara Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak yaitu PT ”X”,

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


khusus untuk perhitungan koreksi flskus atas harga pembelian barang jadi oleh Wajib

Pajak dari pihak afiliasi atas tahun pajak 2000.

4. T u ju an Penelitian

Berdasarkan uraian dalam perumusan masalah di atas, maka penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis:

1. Untuk mengetahui jalannya proses pemeriksaan pajak di PT “X” oleh flskus,

dimana pada akhirnya fiskus berkesimpulan bahwa telah terjadi kerugian negara

akibat praktek transfer pricing di PT “X” dengan cara transaksi pembelian barang

jadi oleh PT “X”, dimana harga jual produk dari PT “X’* yang dibeli dari

perusahaan afiliasi lebih besar dibandingkan dengan PT “X” memproduksinya

sendiri.

2. Untuk mengetahui upaya-upaya hukum yang dilakukan oleh PT “X” serta

dokumen pendukung yang dijadikan dasar pembuktian PT “X” dalam

membuktikan bahwa dugaan adanya transfer pricing tersebut tidak benar.

3. Untuk mengetahui dasar pengambilan putusan Pegadilan Pajak atas kasus transfer

pricing tersebut.

5. M an faat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan banyak manfaat bagi pihak-pihak

yang berkaitan dengan masalah transfer pricing, antara lain :

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


1. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas dan memperdalam pengetahuan di

bidang transfer pricing.

2. Bagi Wajib Pajak

Dengan adanya studi kasus transfer pricing pada PT “X’' ini diharapkan dapat

dijadikan kajian bagi Wajib Pajak, terutama berkaitan dengan dokumen atau data-

data pendukung yang diperlukan dalam menghadapi dugaan adanya kasus

transfer pricing yang dilakukan oleh fiskus.

3. Bagi Pemerintah

Agar fiskus dapat lebih cermat dan tepat dalam menganalisa ada atau tidak

adanya indikasi praktik transfer pricing.

4. Bagi akademisi dan masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan khususnya

tentang keberadaan transfer pricing di Indonesia yang saat ini masih belum

banyak dipublikasikan kasusnya.

6. M etode Penelitian

6.1 Jenis Penelitian

Penulis menggunakan jenis penelitian analisis deskriptif, di mana penulis

menguraikan data yang diperoleh dari hasil penelitian untuk selanjutnya melakukan

analisis terhadap data tersebut.

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


Dalam jenis penelitian analisis deskriptif ini, penulis menggunakan metode

wawancara (interview) sebagai alat pengumpulan data utama penelitian (Masri

Singarimbun dan Sofyan Effendi, 1995:h.3). Oleh karena itu penelitian dengan

wawancara dapat disimpulkan sebagai penelitian yang diadakan untuk memperoleh

fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara

factual.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan

sesuatu yang benar mengenai suatu obyek (Istijanto, 2005 : h.31). Dalam hal

penelitian deskriptif, penulis diasumsikan telah memiliki pemahaman tentang

masalah yang sedang diteliti dan telah mengetahui jenis informasi yang akan dicari.

6.2 Teknik Pengumpulan Data

1. Studi kepustakaan (Lihrary Research)

Studi kepustakaan dilakukan dengan membaca, mempelajari, serta mengkaji hal-

hal yang berhubungan dengan masalah yang diteliti untuk mendapatkan data

sekunder.

2. Penelitian Lapangan

Untuk memperoleh data-data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini,

penulis melakukan penelitian di Pengadilan Pajak.

10

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


3. Wawancara

Tehnik pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah

dengan melakukan wawancara (interview) kepada Hakim Ketua Majelis Pengadilan

Pajak yang memimpin sidang yang berkaitan dengan kasus transfer pricing tersebut.

Tujuan dilakukannya wawancara adalah untuk memperoleh informasi yang

relevan dan akurat agar dapat menjawab rumusan yang ada dalam suatu penelitian

(Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, 1995: h.3).

6.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

sekunder. Data primer diperoleh dari penelitian lapangan dan wawancara dengan

narasumber, sedangkan data sekunder diperoleh dari kepustakaan yang dilakukan

dengan membaca, mempelajari, serta megkaji hal-hal yang berhubungan dengan

masalah yang diteliti dalam penelitian ini.

7. Sistem atika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini secara garis besar

dibagi dalam lima bab. Masing-masing Bab terdiri dari beberapa sub bab yang dapat

diuraikan sebagai b erik u t:

BAB I : Pendahuluan

Terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


masalah» tujuan penelitian, metode penelitian, dan sistematika

penulisan.

BAB II : T in jau an Pustaka

Dalam bab ini terdiri dari kerangka konseptual definisi transfer pricing

dan abuse o f transfer pricing,definisi hubungan istimewa, definisi

arm 's length principle, metode-metode transfer pricings hal-hal yang

dapat dilakukan Wajib Pajak untuk menghindari koreksi fiskal abuse

o f transfer pricing, administrasi perpajakan sehubungan dengan abuse

o f transfer pricing, ketentuan domestik tentang issue transfer pricing,

pedoman pemeriksaan pajak bagi flskus terhadap Wajib Pajak yang

mempunyai hubungan istimewa, upaya hukum (di Indonesia) yang

dapat dilakukan oleh Wajib Pajak menghadapi Surat Ketetapan Pajak

Kurang Bayar yang dikenakan kepadanya karena abuse o f transfer

pricing.

BAB III : Deskripsi Obyek Penelitian

Pada bab ini dibahas gambaran umum PT “X” yang merupakan objek

penelitian dan kronologis serta pokok permasalahan atas sengketa

transfer pricing tersebut.

BAB IV : Analisa Dan Pembahasan

Menguraikan kronologis masalah serta analisis dan pembahasan

terhadap data yang dikumpulkan oleh peneliti. Analisis mencakup

12

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


jawaban atas berbagai pokok permasalahan yang ada.

BAB V : K esim pulan Dan Saran

Menguraikan kesimpulan dan saran yang diberikan peneliti atas

pembahasan kasus transfer pricing sesuai dengan tujuan dari

penelitian ini.

13

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. P E N G E R T IA N T R A N SF E R P R IC IN G DAN A B U S E O F T R A N S F E R

P R IC IN G

O ECD (1995, hal.3) menguraikan pengertian transfer pricin g sebagai

b e rik u t:

Transfer p rices are the prices at which an enterprise transfers physical goods
a n d intangible property or provides services to associated enterprises.

Pengertian transfer pricing, menurut Lyons (1996, hal.312) adalah :

A transfer p rice is theprice charged by a company fo r goods, services or


intangible property to a subsidiary or other related company.

A rtinya bahw a harga transfer merupakan harga yang ditetapkan oleh


perusahaan atas penyerahan barang, jasa, ataupun aktiva tidak berwujud
kepada anak perusahaan atau perusahaan lainnya yang mempunyai hubungan
dengan perusahaan tersebut.

Sedangkan menurut Plasschaert, seperti dikutip Gunadi (1994,hal.9),

istilah transfer pricin g sering dikaitkan dengan suatu rekayasa manipulasi harga

secara sistem atis dengan maksud mengurangi laba artifisial, mengupayakan agar

perusahaan “rugi,” seraya menghindari pajak atau bea suatu negara.

Definisi transfer pricing menurut Surahmat (2001, h al.9 9 ):

Transfer p ricing adalah penentuan harga antar perusahaan dalam satu


group, dim ana penentuan harga ini dapat terjadi dalam rangka transaksi
penjualan / pem belian barang dagangan, pem berian jasa, penggunaan hak
paten, pem berian pinjaman, dan sebagainya. Penentuan harga tersebut pada
akhirnya bertujuan untuk menekan jum lah pajak global ya n g seharusnya
dibayar.

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


14
M asalah transfer pricing biasanya terjadi antara pihak-pihak yang

mempunyai hubungan istimewa. Pada prinsipnya, transfer pricing adalah

penentuan harga, antar perusahaan dalam satu grup yang sama. Penentuan harga

ini dapat terjadi dalam rangka transaksi penjualan / pembelian barang dagangan,

pemberian jasa, penggunaan hak paten, pemberian pinjaman, dll. Karena transaksi

tersebut terjadi antar pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, maka

harga yang terjadi tentu tidak bersifat arm 's length. Pada akhirnya terjadilah

pergeseran dasar pengenaan pajak dari sayu negara ke negara lain. Itulah

sebabnya masalah transfer pricing sering menjadi masalah internasional karena

banyak negara mempunyai kepentingan, terutama negara berkembang yang dalam

transaksi tersebut sering menjadi negara sumber (penghasilan). Transfer pricing

dapat mengakibatkan distorsi penerimaan negara dari pajak.

Dari sisi perusahaan multinasional, transfer pricing merupakan alat untuk

memobilisasi laba usaha untuk tujuan usahanya, sedangkan aparat perpajakan

selalu menginginkan transaksi yang terjadi antar perusahaan dalam satu grup tetap

bersifat arm 's length. Untuk keperluan ini OECD mengeluarkan pedoman yang

menjadi penengah antara kedua pihak yang mempunyai kepentingan berbeda

(Transfer Pricing Guidelines : For Multinational Enterprises and Tax

Administration, OECD, July, 1995) .

Pada dasarnya, OECD menerapkan prinsip arm 's length dalam

menghadapi masalah transfer pricing. Alasan utama mengapa OECD memilih

metode ini adalah karena prinsip ini menempatkan perusahaan-perusahaan dari

satu grup dalam kondisi yang sama dengan perusahaan yang independent

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


15
sehingga menghilangkan faktor-faktor yang menguntungkan maupun yang

merugikan.

Sebenarnya prinsip dari arm's length ini memberi jalan bagi penentuan

laba usaha yang sebenarnya. Bila terjadi transaksi antara dua pihak yang

mempunyai hubungan istimewa dengan memperlakukan perusahaan-perusahaan

tersebut sebagai entitas yang terpisah. Sebab yang penting adalah sifat transaksi

yang terjadi di antara mereka.

Kesulitan dalam menerapkan arm 's length adalah bahwa perusahaan-

perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa seringkali melakukan transaksi

yang tidak dilakukan oleh pihak-pihak yang independen. Transaksi tersebut tidak

selalu bermotivasi menghindari pajak karena dalam transaksi perusahaan-

perusahaan dari satu grup tersebut menghadapi lingkungan berbeda secara

komersial.

Dalam hal-hal tertentu prinsip arm 's length menimbulkan beban

adm inistrasi yang sangat besar, baik bagi wajib pajak maupun aparat perpajakan.

Bagai aparat perpajakan, verifikasi atas arm 's length yang terjadi beberapa tahun

setelah transaksinya terjadi, misalnya, akan memerlukan pengumpulan data dan

informasi tentang transaksi yang sejenis atau kondisi pasar pada saat itu. Hal ini

akan lebih sulit karena dilakukan beberapa tahun setelah transaksi yang

sebenarnya terjadi berlalu. Kesulitan ini juga akan dialami oleh wajib pajak untuk

membuktikan bahw a transaksinya adalah arm 's length.

Harga atau imbalan atas transaksi tersebut dapat ditetapkan dalam jum lah

yang sam a atau berbeda dengan jum lah yang sam a atau berbeda dengan harga

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


pasar wajar (a rm ’s-length price). Transfer pricing yang dihitung berdasarkan

harga pasar wajar (harga yang terjadi di pasaran bebas antara pihak yang tidak ada

hubungan istimewa) sudah dapat ditebak tidak akan membawa pengaruh terhadap

sistem perpajakan.

Lyons (1996, hal.313) mendefinisikan abuse o f transfer pricing :

Abusive transfer pricing accurs when income and expense are improperly
allocated fo r the purpose o f reducing taxable income.

Abase o f transfer pricing terjadi pada saat penghasilan dan beban secara tidak

tepat dialokasikan untuk tujuan mengurangi penghasilan kena pajak.

Dalam praktiknya, transfer pricing dapat bersifat tax avoidance yaitu

ketika transfer pricing digunakan untuk tujuan menekan sementara jum lah

kewajiban pajak yang harus dibayar ke negara. Kebanyakan strategi ini diterapkan

oleh perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa dengan cara memindahkan

rugi yang berlebihan pada salah satu perusahaan ke perusahaan lain yang

mempunyai kaitan hubungan istimewa. Disamping itu transfer pricing juga

bersifat tax evasion ketika transfer pricing digunakan tidak hanya untuk menunda

kewajiban perpajakannya, tetapi digunakan sebagai alat untuk menggelapkan

kewajibannya secara permanen.

2. HUBUNGAN ISTIM EW A

Dalam model P3B (UN Model maupun OECD Model), timbulnya

hubungan istimewa dijelaskan dalam paragraf 1 huruf (a) dan huruf (b) artikel 9

sebagai berikut:

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


Where:
(a) An enterprise o f a contracting State partisipates directly or
indirectly in the management, control or capital o f an enterprise
o f the other Contracting State, or
(b) The same Persons, participates directly and indirectly in the
management, control or capital o f an enterprise o f the other
Contracting State

M elalui rumusan di atas dapat di ketahui secara umum,hubungan istimewa

dapat terjadi karena ada partisipasi baik secara langsung maupun tidak

langsung dalam manajemen, modal maupun kontrol.

Jika dilihat dari jumlah pihak yang berpartisipasi, hubungan istimewa

dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:

1. Sebuah perusahaan dari salah satu negara memiliki hubungan istimewa

dengan perusahaan yang berkedudukan di negara lainnya. Dalam hal ini

hubungan ini hubungan istimewa hanya terjadi antara dua pihak.

2. Orang pribadi atau badan suatu negara memiliki hubungan istimewa

dengan perusahaan di negara tersebut dan dengan perusahaan di negara

lainnya.

Dalam kasus perpajakan internasional,adanya hubungan istimewa erat

kaitannya dengan keinginan perusahaan untuk melakukan pengaturan laba akibat

adanya perbedaan struktur perpajakan antar negara. Dalam hal ini, P3B mengatur

bahwa adjustment untuk mencerminkan laba yang sewajarnya dapat dilakukan.

Apabila profit yang diterima oleh perusahaan salah satu negara perjanjian menjadi

lebih kecil daripada yang seharusnya,maka negara tersebut berhak mengadakan

penyesuaian serta mengenakan pajak atas jum lah profit berdasarkan hasil

adjustment tersebut. Namun jika adanya hubunan istimewa tersebut sama sekali

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


18
tidak mempengaruhi profit yang seharusnya diterima,maka dalam hal ini

adjustment tentunya tidak perlu dilakukan.

3. A R M ’S L E N G TH PR IN C IP L E

OECD menerapkan prinsip arm 's length dalam menghadapi masalah

tranfer pricing. Prinsip ini menempatkan perusahaan-perusahaan dari satu grup

dalam kondisi yang sama dengan perusahaan yang independent sehingga

menghilangkan faktor-faktor yang menguntungkan maupun merugikan.

Prinsip arm 's length ini tercermin di dalam pasal 9 dari OECD Model maupun

UN M odel, yaitu:

(when) conditions are made or imposed between two (associated)enterpises in


their commercial or financial relations which differ fro m those which would
be made between independent enterprises,then any profits which wouldtbut fo r
those conditions,have accrued to one o f the enterprises,but,by reason o f those
conditions,have not so accrued,may be included in the profits o f that
enterprise a n d taxed accordingly.

Rumusan tersebut secara eksplisit menjelaskan bahwa apabila teijadi transaksi

antara perusahaan yang memiliki hubungan istimewa, maka kondisi transaksi

tersebut haruslah sama dengan transaksi antara pihak yang independen,dan

apabila tidak sesuai dapat dilakukan koreksi atau penyesuaian.

Kesulitan dalam arm 's length adalah bahwa perusahaan - perusahaan yang

mempunyai hubungan istimewa sering kali melakukan transaksi yang tidak

dilakukan oleh pihak-pihak yang independen.

Namun, OECD telah memberikan suatu pedoman untuk menerapkan

prinsip harga wajar (arm 's length principle) untuk menangani masalah transfer

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


19
pricing seperti yang dijelaskan juga oleh Rahmanto Surahmat dalam bukunya

yang berjudul Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda: Sebuah Penghantar,

yang secara garis besar adalah sebagai berikut (OECD, 1995,1 - 7 - 1 - 2 8 ):

1. C o m p arab ility Analysis

Dalam melakukan suatu analisis pembanding perlu memperhatikan faktor-faktor:

a. Characteristics o f property or services

Perbedaan karakter dari barang atau jasa akan mempengaruhi penentuan

kesetaraan dalam pembanding,oleh karenanya pembanding karakter dari barang

atau ja sa menjadi faktor penting. Hal yang harus di perhitungkan dalam

membandingkan karakter barang berwujud (tangibleproperty) adalah bentuk fisik

barang, kualitas dan keandalan, dan tersedianya supply barang tersebut di pasar.

Sedangkan dalam hal pemberian jasa (services), faktor yang harus diperhatikan

antar lain keadaan yang melingkupi pemberian jasa tersebut; dalam hal barang

tidak berwujud (intangible property) harus diperhatikan bentuk transaksinya

(lisensi atau penjualan), jenis dari properti tersebut (patent, trade mark atau know

how), duration dan degree o f protection, serta antisipasi keuntungan dari properti

tersebut.

b. F u n ctio n a l A nalysis

Analisa ini bertujuan untuk mengidentifikasikan dan membandingkan

keadaan ekonomi yang signifikan yang harus di lakukan oleh perusahaan. Struktur

organisasi dari suatu grup afiliasi yang harus diberikan perhatian lebih dengan

mempertimbangkan aspek yuridis dari transaksi yang dilakukan oleh wajib

pajak.baik fiskus maupun wajib pajak perlu mengidentifikasi dan membandingkan

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008 00


beberapa hal antara lain desain, proses pabrikasi, proses perakitan, riset dan

pengambangan, pemberi jasa, pembelian, distribusi, pemasaran, pengiklanan,

transportasi, fm ancing, dan manajemcnt.

Penyesuaian (.adjustment) perlu segera di lakuakan apabila ada perbedaan

material dari fungsi-fungsi independen yang di pertimbangkan.

c. C ontractual Terms

Dalam kesepakatan yang wajar (arm ’s lengih dealings), klausa kontrak

biasanya m enggambarkan pembagian resiko, benefit, dan tanggung jaw ab antara

kedua belah pihak yang menandatangani kontrak tersebut. Jika perjanjian tertulis

tidak ada, maka hubungan kontrak dari pihak-pihak yang mempunyai hubungan

istim ew a tersebut harus menggunakan tindakan dan prinsip ekonomis yang umum

terjadi pada pihak-pihak independen.

d. E co n o m ic Circumstances

H arga w ajar dapat bervariasi antara satu pasar dengan pasar lain walaupun

barang atau ja sa yang di transaksikan sama, oleh karenanya diperlukan suatu

perbandingan bahw a pasar dimana pihak independen dan pihak yang mempunyai

hubungan istim ew a tersebut beroperasi dapat diperbandingkan, asalkan tidak ada

perbedaan material yang berpengaruh terhadap harga atau jik a ada maka

penyesuaian harus dilakukan.

e. B u sin e ss Sirategy

Strategi bisnis yang di lakukan juga harus diuji untuk dilihat apakah setara

dengan keadaan pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa. Aspek yang

harus di perhatikan antara lain : inovasi, pengembangan produk baru, tingkat

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


01
diversifikasi, risk aversion, assestment o f political changes, aturan perburuhan

dan faktor lainnya yang berpengaruh terhadap bisnis.

2. R ccognition o f T h e Actiial Trnnsactions U ndcrtakcn

A da dua struktur transaksi yaitu :

a. Transaksi tersebut secara substansi ekonomi memang berbeda dari bentuk

(formalitas), misalnya suatu investasi ke pihak yang mempunyai hubungan

istim ewa dalam bentuk hutang dengan tingkat bunga tertentu, maka

berdasarkan prinsip harga wajar, fiskus dapat meneliti apakah dari sisi

pem injam hal tersebut secara ekonomis pantas dilakukan, dan mengapa

transaksi tersebut tidak dianggap sebagai penyertaan modal (capital) dan bukan

dalam bentuk hutang (loan) ?

b. Transaksi tersebut sama bentuk dan substansi ekonominya tetapi jik a dilihat

secara keseluruhan, maka transaksi tersebut sangat berbeda dibandingkan

dengan transaksi pihak independen.

M isalnya, dalam kondisi penjualan dengan kontrak jangka panjang, dengan cara

pem bayaran lum p sum , dengan hak tidak terbatas atas hak atas aktiva tidak

berwujud sebagai akibat dari suatu riset mendatang dalam jangka waktu kontrak.

Dalam kasus ini m ungkin tepat untuk mengartikan transaksi tersebut sebagai

transfer aktiva komersial, tetapi tidak tepat bagi fiskus untuk mengartikan transfer

aktiva tersebut secara lengkapnya (an not simply by reference to pricing) yang

m ungkin secara m asuk akal diharapkan bahwa transfer aktiva tersebut merupakan

subjek transaksi yang melibatkan pihak independen. Oleh karenanya dalam kasus

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


ini, m ungkin tepat bagi flskus untuk menyesuaikan (adjust) kondisi perjanjian

secara periodik sebagai perjanjian riset secara kontinyu.

3. E v a lu a tio n o f S e p a ra tc A nd Combinée! T ran sac tio n s

Idealnya, untuk mendapatkan suatu perkiraan yang tepat dari fa ir value,

prinsip harga w ajar seharusnya diterapkan dengan basis transaksi per transaksi.

W alaupun dem ikian, sering timbul situasi di m ana transaksi yang terpisah tersebut

sedem ikian dekat ataupun berhubungan sehingga transaksi-transaksi tersebut sulit

untuk dievaluasi secara terpisah. Misalnya kontrak jangka panjang atas suplai

barang atau jasa, hak atas penggunaan aktiva tidak berwujud, dan harga produk-

produk yang sangat berhubungan erat (misalnya dalam suatu produci line).

4. U se o f A rm ’s L cn g th R ange

Transfer pricin g bukan merupakan ilmu pasti, sehingga ada beberapa kondisi

dim ana aplikasi dari suatu metode yang paling tepat atau m etode lainnya akan

m enghasilkan suatu kisaran angka di mana secara relatif adalah sama. Kisaran

angka tersebut mungkin akan diperoleh dari penerapan m etode transfer pricing

yang berbeda yang diterapkan untuk mengevaluasi transaksi yang sedang diuji.

5. Use o f M u ltip le Y car D ata

Untuk mendapatakan kondisi dan data yang lengkap atas transaksi yang

sedang diuji oleh fiskus, sebaiknya data tersebut diuji dari tahun yang diperiksa

dan tahun-tahun sbelumnya. Analisa atas hal tersebut akan membantu

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


T\
pengungkapan fakta-fakta yang mungkin telah mempengaruhi atau seharusnya

mempengaruhi penentuan transfer pricing.

6. Losses

Jika suatu anak perusahaan dari suatu grup perusahaan multinasional

mengalami kerugian, tetapi secara grup adalah untung, maka hal ini merupakan

kondisi yang perlu diperhatikan oleh fiskus karena ini merupakan salah satu

kem ungkinan dilakukannya praktik transfer pricing.

7. T h e Effect G overnm ent Policies

Ada beberapa keadaan di mana wajib pajak akan mengklaim bahwa harga

w ajar harus disesuaikan berdasarkan intervensi pemerintah seperti price controls,

interest rate controls, over payment fo r services or management fe e s , control over

the paym ent o f royalties, subsidies to particular sectors, exchange controls, anti

dum ping duties, or exchange rate policy. Cara untuk mengatasi isu ini adalah

menerapkan prinsip harga wajar yang memandang intervensi pemerintah sebagai

suatu kondisi yang mempengaruhi kondisi traksaksi. Treaties adalah suatu

pendekatan yang ada ke nagara treaty partners di mana kondisi tersebut ada.

8. In ten tio n al Set-Offs

International set offs terjadi jika salah satu anak perusahaan dari satu grup

perusahaan multinasional menyediakan jasa ke anak perusahaan lainnya dalam

satu grup tersebut di mana efek timbal baliknya adalah sama. International set offs

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


24
banyak variasi dan kompleksitasnya, oleh karenanya perlu untuk mengevaluasi

transaksi-transaksi tersebut secara terpisah untuk menentukan prinsip harga wajar

dari tiap transaksi yang terjadi.

9, Use o f C ustom s V aluations

Jika prinsip harga wajar diterapkan, maka seharusnya dapat diperbandingkan

antara data im por barang dari anak perusahaan dalam satu grup perusahaan

multinasional dengan impor yang dilakukan pihak independen lainnya atas barang

yang sama.

10. Use o f T ra n s fe r M nthods

Dalam m enerapkan prinsip harga wajar, maka pendekatan yang digunakan

adalah pendekatan traditional method dan transactional profit method. Yang

term asuk dalam traditional method adalah Comparable Uncontrolled M ethod

(CU P m ethod), Resale Price M ethod dan Cost Plus Method. Yang termasuk

dalam transactional profit m ethod adalah profit split method dan transactional net

m argin m ethod.

Tidak ada satu metodcpun yang cocok untuk setiap kondisi dan penerapan

dari beberapa m etode harus dibuktikan terlebih dahulu. Fiskus tidak perlu ragu-

ragu untuk m em buat penyesuaian. Wajib Pajak juga harus berusaha untuk

m em pertahankan penerapan metode transfer pricing yang telah dipilihnya dan

harus m enyiapkan dokumentasi yang lengkap sesuai dengan metode transfer

pricing yang dipilih.

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


4. M E T O D E -M E T O D E UNTUK M ENENTUKAN A R M ’S LEN G TH

M enurut OECD (1995) terdapat beberapa metode pengujian kewajaran

harga yang sesuai dengan prinsip arm's length baik transfer pricing berupa

barang ataupun yang lainnya, yakni :

L Traditional Transaction Method


a. Comparable Uncontrolled Method (CUP Method)
b. Cost Plus M ethod
c. Re-sale Price Method
2. O ther M ethod
a. Transactional Profit Method
a. 1 Profit Split Method (Partnershop Method)
a. 2 Transactional Net Margin Method (TNMM)
b. G lobal Formulary Apportionment

Lebih lanjut Surahmat (2001, hal. 107-111) menjabarkan sebagai berikut :

l. Com parable Uncontrolled Price Method (CUP Method)

M etode ini pada dasarnya adalah perbandingan antara harga untuk harta

atau ja sa antara pihak-pihak yang mempuyai hubungan istimewa dan

transaksi yang sejenis yang tidak dipenganihi oleh hubungan istimewa

dalam lingkungan atau situasi yang mirip. Bila terdapat hubungan antara

harga tersebut, harga yang terjadi antara pihak-pihak yang mempunyai

hubungan istimewa akan dipengaruhi oleh syarat-syarat dagang atau

fin a n cia l yang tidak arm fs length. Karena itu, harga yang dipakai untuk

keperluan perpajakan adalah harga yang menunjukkan arm 's length

tersebut.

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


Dalam kasus di atas, Si (Singapura) menjual barang X kepada I) (ada

hubungan istimewa) dan I2 (tidak ada hubungan istimewa), keduanya di

Indonesia. Harga yang dibebankan oleh S» adalah $10 kepada Ij dan $8

kepada I2. Dalam kasus ini maka harga pasar pembanding atas transfer

pricing kepada I| adalah $8. Kalau misalnya I| juga membeli barang X

dari S2 di Singapura dengan harga $8.5, maka harga ini dapat juga

dianggap sebagai harga

2. Re-sale Price Method

M etode ini melihat harga transaksi antara pihak-pihak yang independen

setelah terjadinya transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan

istimewa, menyangkut barang yang sama. Harga tersebut kemudian

dikurangi dengan gross margin (resale price margin) yang pantas yang

merupakan jum lah yang diterapkan oleh penjual untuk menutup kembali

harga pokok berikut biaya operasi lainnya. Sisanya, setelah biaya-biaya

yang berkaitan dengan pembelian barang tersebut, misalnya bea masuk,

menghasilkan arm ’s length price. Resale price margin dari transaksi antar

perusahaan dalam satu grup dapat ditentukan dengan merujuk pada resale

p rice margin yang diharapkan oleh penjual atas barang yang dibeli dan

dijual berdasarkan transaksi yang sejenis yang tidak dipengaruhi oleh

hubungan istimewa.

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


Ii menjual kepada S\ dengan harga $10. I| membeli barang tersebut dari

pihak independen dengan harga $8. Gross profit pembanding dari barang

X adalah 40 %, sehingga harga wajar transfer pricing dari l\ ke S| adalah

$ 8 X 1 4 0 % « $ 11,2.

K erum itan metode cost-plus meliputi keandalan harga pokok dan

tersedianya laba kotor pembanding. Karena metode ini menekankan pada

biaya historis, maka metode ini mengesampingkan permintaan pasar,

kondisi persaingan, kesulitan alokasi biaya produksi dan adanya

pem borosan karena salah urus perusahaan atau faktor inefesiensi lainnya.

D ata persentase laba kotor wajar dapat diperoleh dari :

a. Penjualan kepada pihak ketiga yang independen dari penjual yang

m elakukan penjualan terhadap afiliasinya.

b. Penjualan oleh pihak-pihak yang independen.

c. Komisi yang diterima oleh suatu agen pembelian adalah sama dengan

fungsi penjualan yang dilakukan oleh agen pembelian tersebut.

d. Prosentase laba kolor dari perusahaan yang sejenis.

K etiga m etode di atas biasa disebut metode tradisional. Metode lainnya adalah

transactional p ro fit method, yaitu penelitian besamya laba yang diperoleh dari

transaksi tertentu diantara mereka yang mempunyai hubungan istimewa.

Berdasarkan O ECD Guidelines, transactional profit m ethod terdiri dari profit split

m ethod dan transactional net margin.

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


4. Profit Split Method

Dalam transaksi yang berkaitan erat satu dengan yang lainnya, evaluasi

secara terpisah akan menjadi sulit. Metode profit split ini mencoba

menghilangkan akibat dari syarat-syarat khusu yang diciptakan dalam

transaksi yang dipengaruhi oleh hubungan istimewa dengan menentukan

pembagian laba yang diharapkan oleh perusahaan-perusahaan yang

independen.

Pertama-tama, metode ini mencari laba yang akan diabagi diantara mereka yang

ada dalam satu grup dari transaksi yang dipengaruhi oleh hubungan istimewa

tersebut. Kemudian laba tersebut dibagi diantara perusahaan-perusahaan yang

mempunyai hubungan istimewa tersebut dengan dasar pertimbangan ekonomis

sehingga pembagian itu kurang lebih mencerminkan laba seandainya transaksi itu

tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa.

Kelebihan dari profit split method adalah bahwa ia tidak tergantung pada transaksi

yang sejenis sebagai perbandingan, sehingga dapat diterapkan terhadap transaksi-

transaksi padanannya yang terjadi antara pihak-pihak yang bebas.

Ilu strasi P rofit S p lit M ethod

Laporan Laba Rugi Menurut Wajib Pajak

A su m si:

Normal Profit : 10 % dari production cost

Residual P ro fit: dibagikan ke key factor yaitu R & D

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


A B T otal
Normal Profit 1.5 1.5 2 3.5
Residual Profit 15/25 3.9 10/25 2.6 6.5
5.4 4.6 10

Laporan Laba Rugi yang direvisi :

A B Total

Sales 55.4 100 100


Purchase -10 -55.4 -10
Production cost -15 -20 -35
30.4 24.6 55
R& D 15 10
Oer exthpense 10 10

25 20 -45
5.4 4.6 10

Tabel 2.1. ilustrasi Profit Split Method

5. Transactional Net Margin Method

Metode ini menetapakan margin laba yang didasarkan atas perbandingan

tertentu terhadap biaya, penjualan atau aktiva, yang diperoleh Wajib Pajak.

Jadi metode ini mirip dengan metode cost plus atau resale price. Dengan

demikian, penerapan dari metode ini harus konsisten dengan penerapan

resale price atau cost plus. Karena itu, net margin dari wajib pajak yang

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


dipengaruhi oleh hubungan istimewa seharusnya ditetapkan dengan

mengacu pada net margin wajib pajak tersebut dalam transaksi yang sama

tetapi yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa. Bila hal ini tidak

diketahui, kita tidak dapat melihat transaksi Wajib Pajak lain yang

independen sebagai bahan acuan.

Selanjutnya, Gunadi (1994, hal. 62-63) menjelaskan lebih lanjut mengenai Global

Form ulary Apportioment sebagai berikut :

M etode ini merupakan alokasi langsung atas laba dari beberapa entitas hukum

yang merupakan anggota dari satu kesatuan ekonomi. Aplikasi metode ini adalah

dengan menjumlahkan semua laba dari setiap anggota group kemudian

mengalokasikannya berdasar beberapa faktor, misalnya penjualan, upah tenaga

kerja, dan modal kerja.

M isalnya satu group perusahaan yang merupakan satu kesatuan ekonomi

beroperasi dengan suatu establishment di negara X, Y, dan Z. Data tentang laba,

penjualan, upah dan modal kerja sebagai berikut :

(a)

X Y Z T otal
20
Laba 4 6 10 CA
DU
Penjualan 10 15 25 Oft
*L\J
Modal kerja 5 5 10 i s
Z.J
Upah 5 10 10

Tabel 2.2. Ilustrasi Global Formulary Apportionment

Negara X menetapkan metode global / imitary taxation. Untuk mengalokasikan

laba unitary bisnis, negara tersebut memperhatikan penimbang 50% (penjualan),

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


20% (modal keija), dan 30% (upah). Alokasi laba tersebut nampak sebagai

berikut:

Fraksi Penimbang Pengalokasi


X Y Z T o ta l X Y Z X Y Z
Penjualan 10 15 25 50 0.2 0.3 0.5 0.5 0.1 0.15 0.25
M odal kerja 5 5 10 20 0.25 0.25 0.5 0.2 0.05 0.05 0.1
upah 5 10 10 25 0.2 0.4 0.4 0.3 0.06 0.06 0.12
T otal 0.21 0.32 0.47

Tabel 2.3. Ilustrasi Lanjutan Global Formulary Apportionment

(b) Alokasi laba total

B erdasar tabel tersebut, negara X akan mengalokasikan laba total 20 kepada

negaranya sendiri (21%), Y (32%), dan Z (47%). Dengan demikian negara X akan

m engenakan pajak atas laba 4.2 (21% X 20) dan bukannya 4 (sebagaimana

dilaporkan Wajib Pajak).

5. H A L -H A L YANG DAPAT DILAKUKAN O LEH W A JIB PAJA K

U N T U K M EN G H IN D A R I RESIK O KOREKSI FISKA L A B U S E O F

T R A N S F E R P R IC IN G

5.1 A d v an ce P ricin g A greem ent (APA)

OECD (1995,AN-20-21) memberikan definisi Advance Pricing Agreement

sebagai berikut:

APA is d efined as “ an arrangement that determines, in advance (emphasis


added) o f controlled transactions, an appropriate set o f creteria (e.g.
method, com parables and appropriate adjustments there to, critical
assum ptions a s to fu tu re events) fo r the determination o f the transfer pricing
fo r those transactions over a fix e d period o f time."
“......the arrangements solely between a taxpayer or tax payers and a tax
adm inistration are referred to as unilateral APAs. ”

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


'n
".....¿7/7 APA should be concluded on a bilateral or multilateral basis between
com peteent authorities through the mutual agreement procedure o f the
relevant treaty. A bilateral APA is based on a single mutual agreement
between the competent authorities o f the two tax administrations under the
relevant treaty. Amultilateral APA is a term used to describe a situation
where there is more than one bilateral mutual agreement. ”

APA didefinisikan sebagai suatu kesepakatan harga di muka atas transaksi

tertentu dengan kreteria-krcteria tertentu, yang merupakan penentuan dari transfer

p ricin g atas transaksi-transaksi dalam jangka waktu APA tersebut. APA dapat

bersifat unilateral, bilateral maupun bersifat multilateral. APA yang bersifat

unilateral, merupakan kesepakatan antara Wajib Pajak dengan Wajib Pajak lain

ataupun antara W ajib Pajak dengan otoritas perpajakan. APA yang bersifai

bilateral m erupakan single mutual agreement yang merupakan perjanjian antara

dua otoritas perpajakan dua negara yang berbeda dengan dasar perjanjian treaty

yang berlaku saat itu. APA yang bersifat multilateral merupakan istilah untuk

m enggam barkan perjanjian APA di mana ada lebih dari satu perjanjian APA yang

bersifat bilateral.

O ECD (1995, AN-22) menyebutkan bahwa ide APA muncul karena

banyaknya m asalah transfer pricing (transfer pricing dispute) antara Wajib Pajak

dengan otoritas pajak. Transfer pricing dispute tersebut timbul karena teknik

pengujian ataupun audit yang bersifat tradisional sering sulit dibuktikan dan

terlalu banyak m em akan waktu dan tenaga kedua belah pihak. Dengan teknik

pengujian transfer pricin g yang ada tersebut sangat sulit untuk membuktikan

harga pasar w ajar (arm 's lenght prices) karena sulitnya untuk mendapatkan

informasi dan data yang cukup yang sesuai dengan kondisi yang ada.

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


OECD (1995, AN-22) juga menyebutkan tujuan APA adalah sebagai

berik u t:

The objective o f an APA process are to facilited principled, practical and co­
operative negotiations, to resolve transfer pricing issues expeditiously and
prospectivly, to use the resources o f taxpayer and tax administration more
efficiently, and to provide a measure ofpredictability fo r the taxpayer.

5.2 P ersiapan Yang H arus Dilaksanakan Perusahaan Sebelum D ilakukan

A udit Transfer Pricing oleh Fiskus

Davis (1994) menyebutkan sepuluh langkah yang harus dilakukan oleh

perusahaan sebelum dilakukannya audit transfer pricing oleh fiskus yaitu :

1). Sebelum dimulainya siklus usaha, konsultasikan kemungkinan terjadinya

transfer pricing dengan konsultan pajak.

Tujuan pertemuan tersebut adalah untuk mendiskusikan metode transfer

pricing apa yang akan digunakan oleh perusahaan, hasil keuangan yang

seperti apa yang akan dihasilkan dengan digunakannya metode ini, dan

informasi apa yang mendasari penentuan harga transfer tersebut, dan siapa

bertanggung jawab untuk mengimplementasikan setiap perubahan dan

mengumpulkan informasi yang diperlukan. Perlu dipertimbangkan pula

penerapan APA dengan otoritas pajak.

2). Bagaimanakah perbandingan transaksi dengan pihak ketiga (independent)

dengan transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istim ewa ?

Meskipun perusahaan mungkin membeli atau menjual ham pir seluruh

produknya ke pihak yang mempunyai hubungan istimewa, biasanya masih

terdapat transaksi penjualan dengan pihak ketiga. Transaksi-transaksi

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


tersebut merupakan suatu dasar perbandingan sesuai kondisi yang berlaku

yang dilakukan dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa.

Idealnya, term dan kondisi penjualan pada dasarnya sama, sehingga

penjualan kepada pihak ketiga akan didukung oleh transfer pricing yang

terencana. Apabila term yang ada berbeda, sebab-sebab perbedaan

seharusnya didokumentasikan; dan apabila tidak ada alasan yang logis atas

perbedaan-perbedaan tersebut, maka memungkinkan untuk melakukan

perubahan harga yang terjadi dengan pihak yang mempunyai hubungan

istimewa ataupun kepada pihak ketiga.

3). Sebelum mengimplementasikan model transfer pricing yang direncakan,

ujilah model tersebut dengan suatu model keuangan. Model tersebut

kemungkinan menjadi suatu model transfer pricing yang akan digunakan

oleh perusahaan. Apabila hasilnya tidak seperti yang direncanakan, maka

kembalilah ke nomor 1 (satu) di atas. Model tersebut sehanisnya ju g a

dapat memproyeksikan suatu hasil keuangan apabila bisnis menghasilkan

perbedaan dalam volume dari produksi atau penjualan, waktu dan

variabel-variabel lain yang memungkinkan. Cobalah untuk menentukan

pada tahap siklus usaha atau basiness cylcle yang mana diperlukan suatu

perubahan model transfer pricing.

4). Pada saat transfer pricing ditetapkan, yakinkan manajemen untuk dapat

mengetahui adanya proses audit transfer pricing, isu-isu dan exposare.

Jika manajemen tidak mengerti praktik dari suatu audit transfer pricing,

strategi transfer pricing perusahaan, ataupun resiko audit yang mungkin

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


timbul, maka segala usaha yang dilakukan tax manager tersebut, lidak

dapat dinilai oleh manajemen sebagai kontribusi manajer.

5). Siapkan suatu dokumentasi internal. Yakinkan bahwa dokumen tersebut

telah cukup. Dalam bernegosiasi dengan pihak ketiga, pengusaha berharap

adanya kontrak pembelian, dan pesanan pembelian. Dokumentasi yang

sama seharusnya juga disiapkan atas perjanjian dengan pihak-pihak yang

mempunyai hubungan istimewa.

6). Siapkan dokumentasi eksternal. Pembelaan diri yang paling kuat dalam

audit transfer pricing adalah dengan data perbandingan.

Marketing dan tenaga penjualan seharusnya mengumpulkan informasi

tentang harga kompetitor, biaya, dan profit. Informasi ini dapat dari

perkumpulan dagang, informasi yang dipublikasikan, pelanggan, eks-

pekerja, dan sebagainya. Pada saat otoritas pajak mencoba untuk

mengklaim bahwa profit rata-rata dalam industri yang sama lebih tinggi

daripada profit perusahaan, maka perusahaan dapat membuktikan dengan

data tersebut bahwa profit perusahaan berada di bawah, atau tepat ataupun

di atas rata-rata industri yang sama.

7). Lakukan audit secara mendadak terhadap keseluruhan perusahaan

Hal ini seharusnya tidak diasumsikan dokumentasi perusahaan dan harga

dapat disesuaikan berdasarkan rencana. Masalah komunikasi internal,

perubahan karyawan, dan masalah bisnis dapat mencegah perlunya

perubahan dari apa yang akan diimplementasikan. Jika perusahaan

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


mempunyai divisi audit maka mereka akan sangat membantu dalam

melakukan audit secara rutin.

8). Pertimbangan adanya audit transfer pricing oleh konsultan dari luar

perusahaan.

Konsultan dari luar perusahaan (pihak eksternal) dapat mereview catatan

dan buku klien untuk menentukan masalah apa dan mereka dapat

menyarankan suatu usulan bagaimana cara mengatasi masalah tersebut.

Konsultan dari luar perusahaan dapat memberikan perspektif yang segar

yang dapat mengidentifikasi masalah yang mana manager pajak biasanya

tidak sadar terhadap adanya masalah tersebut.

9). Evaluasi kebijakan transfer pricing pada tahap akhir business eyele atau

pada akhir tahun.

10). Pengembalian pajak (tax returri) seharusnya secara kuat konsisten

menyatakan posisi atas kebijakan transfer pricing perusahaan.

5.3 U paya H ukum Yang D apat D ilakukan O leh W ajib P a ja k D alam

M en g h ad ap i T u d u h an Atas D ilakukannya A b n se o f Transfer Pricing

OECD (1995, AN-IV -1I) memberikan pedoman untuk mengeliminasi

potensi pajak berganda dalam kasus transfer pricing dengan cara melakukan

corresponding adjustments. Corresponding adjustments merupakan bagian dari

Mutual Agreement Procedure (MAP), yang dapat mengeliminasi pengenaan pajak

berganda dim ana salah satu otoritas pajak melakukan adjustment atau koreksi

yang dapat meningkatkan penghasilan kena pajak (primary adjustment) sebagai

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


38
hasil penerapan arm 's length principle atas transaksi yang melibatkan pihak-pihak

yang mempunyai hubungan istimewa di negara lainnya. Penyesuaian itu harus

diikuti negara lainnya, karena jika penyesuaian tersebut tidak diikuti oleh negara

lainnya, maka dapat terjadi economic double taxation (pengenaan pajak berganda

terhadap penghasilan yang sama pada entitas yang berbeda).

Selanjutnya Mansury (1999, hal.58) menyebutkan bahwa wajib pajak

dapat mengajukan keberatan atau banding atas koreksi fiskal dalam kasusu

transfer pricing dengan menggunakan ketentuan Undang-undang domestik.

5.4 P erlu n y a Dokumentasi dan Review K ebijakan Transfer Pricing

S ecara B erkala

Dokumentasi tentang kebijakan transfer pricing yang dilakukan oleh

perusahaan adalah suatu hal yang sangat penting untuk membuktikan pada

otoritas pajak bahwa kebijakan transfer pricing yang dilakukan adalah

berdasarkan harga pasar wajar (arm's length price). Jika perusahaan dapat

menunjukkan dokumentasi atas kebijakan transfer pricing pada otoritas pajak, dan

bagaimana menafsirkan kebijakan tersebut dan mengapa harga yang dipilih telah

sesuai dengan harga pasar wajar, maka otoritas pajak hanya memiliki sedikit

pilihan dan hanya dapat menerima kebijakan tersebut (Price Waterhouse Coopers,

2001, hal. 50).

W ajib Pajak perlu selalu meng-update kebijakan transfer pricing yang

dilakukannya sebagai suatu proses keseluruhan strategi perusahaan yang rutin

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


dilakukan. R eview kebijakan transfer pricing ini hendaknya dilakukan minimal

enam bulan sekali (Pricc W aterhouse Coopers, 2001, hal. 51).

6. A D M IN 1T R A S I P E R PA JA K A N SEHUBUNGAN DENGAN A B U S E

O F T R A N S F E R P R IC IN G

OECD Transfer Pricing Guidelines (1995, AN-IV-2) menguraikan

perlunya peraturan yang jelas untuk menjamin kepastian hukum bagi wajib pajak

dan m em peroleh keyakinan bahwa pajak atas penghasilan tidak dialokasikan ke

negara yang m em iliki tarif pajak lebih rendah.

Selanjutnya OECD Transfer Pricing Guidelines (1995, AN-1V-3-10) juga

m engem ukakan adannya 3 (tiga) aspek yang perlu diperhatikan oleh otoritas pajak

m engenai ketentuan transfer pricing yaitu :

1. P e m e rik s a a n p a ja k (Exam ination practices)

Prosedur pem eriksaan pajak biasanya berbeda-beda di tiap negara.

Perbedaan prosedur terjadi karena adanya beberapa faktor seperti sistem dan

struktur dari adm inistrasi perpajakan, ukuran geografis dan jum lah populasi

penduduk di negara tersebut, jum lah transaksi ekspor dan impor, pengruh budaya

dan sejarah.

M asalah transfer pricing memerlukan prosedur audit yang lebih kompleks

baik bagi otoritas pajak maupun bagi Wajib Pajak. Kasus transfer pricing

m em punyai kesulitan untuk mengevaluasi perbandingan pasar, keuangan atau

informasi industri. Konsekuensinya, pihak otoritas pajak di beberapa negara ada

yang sudah mempunyai pemeriksa pajak yang mempunyai keahlian di bidang

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


jh
transfer p ricin g , dan pem eriksaan transfer pricing biasanya m em butuhkan waktu

yang lebih lama dibandingkan dengan pemeriksaan lainnya, dan m enggunakan

prosedur pem eriksaan yang berbeda pula.

2. B eb an p e m b u k tia n (B urden o f Proof)

Seperti halnya pem eriksa pajak, peraturan tentang beban pem buktian

adalah berbeda-beda di tiap negara, yaitu sebagai b e rik u t:

a. D i negara yang ketentuan domestiknya m enganut beban pem buktian ada

di pihak otoritas pajak, maka Wajib Pajak tidak m em punyai kew ajiban

secara hukum untuk membuktikan kebenaran berkenaan dengan transfer

p ric in g kecuali pihak otoritas pajak membuktikan bahw a transfer pricin g

tersebut tidak sesuai dengan prinsip harga wajar. Tetapi tetap m em punyai

kew ajiban untuk memperlihatkan pembukuan dan bersikap kooperatif

p ada pem eriksa pajak saat pemeriksaan pajak dilakukan.

b. Di negara yang menganut azas Wajib Pajak harus m em buktikan, maka

p ihak otoritas pajak tidak dalam semena-mena m enerbitkan ketetapan

pajak kepada W ajib Pajak apabila tidak mempunyai dasar hukum yang

cukup kuat.

3. S an k si d e n d a (Penalties)

D alam m engenakan suatu sanksi denda kepada Wajib Pajak, pihak otoritas

pajak diharapkan dapat mem pertim bangkan hal-hal sebagai b e rik u t:

1. Pengenaan sejum lah sanksi denda yang cukup besar sem ata-m ata terjadi

karena m enyajikan angka yang lebih kecil tidak sepatutnya diperlakukan

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


sanksi yang berat apabila kejadian tersebut terjadi karena kesalahan yang

tidak disengaja.

2. Tidak adil untuk mengenakan sejumlah sanksi denda yang cukup besar

kepada W ajib Pajak yang telah berusaha semaksimal mungkin dan telah

berusaha menunjukkan itikad baik dengan menetapkan syarat transaksi

dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa sesuai dengan prinsip

harga pasar wajar.

3. Tidak sepantasnya untuk pinalti atas transfer pricing kepada Wajib Pajak

atas tidak dipertimbangkannya suatu data di mana Wajib Pajak tersebut

tidak mempunyai akses atas tidak dapat melaksanakan metode transfer

p ricin g karena Wajib Pajak tersebut tidak dapat memperoleh data tersebut.

7. KETENTUAN DOM ESTIK TENTANG IS S U E TRAN SFER

P R IC IN G

7.1 K e te n tu a n Fiskal

1. U ndang-undang No 7 T ahun 1993 ten tan g P a ja k P en g h asilan

seb ag aim an a telah diubah dengan U ndang-undang No. 10 T a h u n 1994

d an U ndan g -u n d an g No. 17 Tahun 2000 (selanjutnya d iseb u t U ndang-

u n d a n g PPh)

P asal 1 8 (1 ) U U PPh

M enteri keuangan berwenang mengeluarkan keputusan mengenai besarnya


perbandingan antara utang dan modal perusahaan untuk keperluan
penghitungan pajak berdasarkan Undang-undang ini.

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


Al
Penjelasan pasal tersebut menyatakan bahwa apabila perbandingan

antara utang dan modal sangat besar dan melebihi batas-batas kewajaran,

maka pada umumnya perusahaan tersebut dalam kondisi tidak sehat. Dalam

hal demikian, untuk penghitungan penghasilan kena pajak, undang-undang ini

menentukan adanya modal terselubung. Leverage demikian akan

menyebabkan adanya fenomena thin capitalization yaitu minimalisasi

pembiayaan dengan ekuitas (Gunadi, 2002, h.34).

Pasat 18(2) UU PPh

M enteri Keuangan berwenang menetapkan saat diperolehnya dividen oleh


Wajib Pajak dalam negeri atas penyertaan modal pada badan usaha d i luar
negeri selain badan .usaha yang menjual sahamnya di bursa efek, dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Besarnya penyertaan modal Wajib Pajak dalam negeri tersebut paling
rendah 50 % (lima puluh persen) dari jum lah saham ya n g disetor; atau
b. Secara bersama-sama dengan Wajib Pajak dalam negeri lainnya memiliki
penyertaan modal paling rendah 50 % (lima puluh persen) dari ju m la h
saham yang disetor.

Lebih lanjut dalam penjelasan pasal tersebut di atas, diisyaratkan

adanya kemungkinan penyelundupan pajak oleh wajib pajak yang mempunyai

hubungan istimewa (Gunadi, 2002, h.56). Transfer pricing merupakan

instrumen yang dipakai untuk melaksanakan maksud tersebut. Agar tidak

terjadi erosi basis pajak dari transfer pricing, maka transaksi antara wajib

pajak yang mempunyai hubungan istimewa perlu diteliti dengan seksama.

Pasal 18 (3) UU PPh

Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menentukan kem bali besarnya


penghasilan dan pengurangan serta menentukan utang sebagai m odal untuk
menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak ya n g
mempunyai hubungan istimewa dengan Wajib Pajak lainnya sesuai dengan
kewajaran dan kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi oleh hubungan
istimewa.

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


Penjelasan pasal 18 (3) menyatakan bahwa terjadi kepemilikan atau

penguasaan bila pemilik perusahaan memiliki saham mayoritas yang dapat

mempengaruhi jalannya perusahaan. Tanpa menjelaskan tingkat kepemilikan

mayoritas tersebut, penjelasan selanjutnya bahwa adanya penyertaan minimal

25 % dapat dianggap merupakan indikasi adanya hubungan istimewa. Karena

Indonesia menganut sistem kewajiban pajak penuh - fü ll liability to tax,

tm lim ited tax liability, universal taxation or worldwide income taxation

regim e, hubungan istimewa tersebut dapat menjangkau badan yang berada di

luar teritorial Indonesia (Pasal 4 UU PPh No. 17 Tahun 2000).

P asal 18 3 (a) UU PPh

D irektur Jenderal Pajak berwenang melakukan perjanjian dengan Wajib


P ajak dan bekerja sama dengan pihak otoritas pajak negara lain untuk
menentukan harga transaksi antar pihak-pihak ya n g mempunyai hubungan
istimewa sebagaimana dimaksud dalam ayat (4), yang berlaku selam a suatu
periode tertentu dan mengawasi pelaksanaannya serta melakukan renegosiasi
setelah periode tertentu tersebut berakhir.

Untuk mengatasi masalah transfer pricing dan selaras dengan

perkem bangan perpajakan international, maka dalam revisi pajak 2000

diselipkan pasal 18 (3a) tentang program Advance Pricing Agreement (APA).

Substitusi permasalahan transfer pricing adalah pembagian penerimaan pajak

antar negara terkait. Pasal 18 (3a) memberikan wewenang kepada Direktorat

Jenderal Pajak untuk mencari terobosan efektif atas kasus transfer pricing.

Terobosan tersebut berupa penutupan kesepakatan harga transfer (APA)

dengan Wajib Pajak yang bersangkutan (unilateral) atau dengan negara terkait

(bilateral). APA memberikan kemudahan sistem perpajakan (simplification)y

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


44
kepastian hukum (Wajib Pajak dan petugas pajak) dan kepastian penerimaan

((determinable) dan mengurangi biaya administrasi (otoritas pajak).

Pasal 18 (4) UU PPh

Hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (3a),
Pasal 8 ayat (4), Pasal 9 ayat (1) h u ru f f, dan Pasal 10 ayat (1) dianggap acla
a p a b ila :
a . Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung
paling rendah 25 % (dua puluh lima persen) pada Wajib Pajak lain, atau
hubungan antara Wajib Pajak dengan penyertaan paling rendah 25 %
(dua puluh lima persen) pada dua Wajib Pajak atau lebih, demikian pula
hubungan antara dua Wajib Pajak atau lebih yang disebut terakhir; atau
b. Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih Wajib
Pajak berada di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun
tidak langsung; atau
c. Terdapat hubungan istimewa baik sedarah maupun semenda dalam garis
keturunan lurus dan atau ke samping satu derajat.

Sesuai dengan ketentuan tersebut, hubungan istimewa dianggap ada

apabila terdapat hubungan kepemilikan yang dapat terjadi antara dua Wajib

Pajak atau lebih Wajib Pajak Badan maupun Orang Pribadi. Hubungan antara

W ajib Pajak dapat juga terjadi karena penguasaan melalui manajemen atau

penggunaan teknologi, walaupun tidak terdapat hubungan kepemilikan.

2, Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No. SE-04 / PJ.7 / 1993

tanggal 9 Maret 1993

Surat Edaran tersebut berisi tentang Petunjuk Penanganan Kasus-kasus

Transfer Pricing. Dalam Surat Edaran tersebut dinyatakan bahwa

kekurangwajaran pelaporan sebagai akibat transfer pricing dapat terjadi pada :

a. Harga penjualan.

b. Harga pembelian.

c. Alokasi biaya administrasi dan umum (overhead cost).

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008 45


d. Pembebanan bunga atas pemberian pinjaman oleh pem egang saham

(shareholder loan).

c. Pembayaran komisi, lisensi, franchise, sewa, royalti, im balan atau jasa

m anajem en, imbalan atau jasa tehnik dan imbalan atau jasa lainnya.

f. Pembelian harta perusahaan oleh pemegang saham (pemilik) atau pihak

yang mempunyai hubungan istimewa yang lebih dari harga pasar.

g. Penjualan kepada pihak luar negeri melalui pihak ketiga yang kurang /

tidak mempunyai substansi usaha (misalnya dummy company, letter box

com panyy atau reinvoicing center).

Dalam menangani kasus transfer pricing yang terjadi di Indonesia,

D irjen Pajak berpedoman pada SE-04 / PJ.7 / 1993 tanggal 9 M aret 1993.

Pengujian kewajaran transfer pricing tersebut dapat didukung oleh aktivitas

pem eriksaan. Oleh karena itu, sebagai satu paket, telah pula dikeluarkan

pedom an pemeriksaan wajib pajak yang mempunyai hubungan istimewa,

dengan Surat Keputusan No. KEP-01 / PJ.7 / 1993 tanggal 9 M aret 1993

(G unadi, 2002, h.56).

3. K ep u tu san D ire k tu r Jenderal P ajak Nom or : KEP-01 / P J.7 / 1993

tan g g al 9 M a re t 1993

Keputusan tersebut adalah tentang Pedoman Pemeriksaan

Terhadap W ajib Pajak yang Mempunyai Hubungan Istimewa. Penentuan

harga wajar (arm 's lenght price) dalam hubungan istimewa dilakukan dengan

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


46
menguji angka-angka yang tercantum dalam SPT Wajib Pajak melalui suatu

pendekatan perhitungan tertentu mengenai penghasilan dan biaya.

7.2 S ta n d a r A kuntansi Keuangan

Pernyataan Standar A kuntansi Keuangan No, 7

T u ju a n

Pernyataan ini berhubungan dengan pengungkapan pihak-pihak ya n g


mempunyai hubungan istimewa dan transaksi antara perusahaan pelapor dan
pih a k ya n g mempunyai hubungan istimewa.

R u an g L ingkup
01 Persyaratan Pernyataan ini berlaku untuk laporan keuangan dari setiap
perusahaan pelapor.
02 Pengungkapan transaksi tidak diperlukan:
(a) dalam laporan keuangan konsolidasi sehubungan dengan transaksi
intra-kelompok;
(b) dalam laporan keuangan induk perusahaan bila laporan itu tersedia
atau ikut diterbitkan bersama dengan laporan keuangan konsolidasi;
dan
(c) dalam laporan keuangan anak perusahaan ya n g dimiliki seluruhnya
oleh induk perusahaan dan telah disusun laporan keuangan
konsolidasinya, dan dalam laporan

Definisi

03 Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan i n i :


Pihak ya n g Mempunyai Hubungan istimewa adalah pihak-pihak ya n g
dianggap mempunyai hubungan istimewa bila salah satu p ih a k m em punyai
kemampuan untuk mengendalikan pihak lain atau m em punyai pengaruh
signifikan atas pihak lain dalam mengambil keputusan keuangan dan
operasional

Transaksi antara Pihak-pihak ya n g M em punyai H u b u n g a n Istim ew a


adalah suatu pengalihan sumber daya atau kewajiban antara pihak-pihak
yan g mempunyai hubungan istimewa, tanpa menghiraukan apakah suatu
harga diperhitungkan.

Pengendalian adalah kepemilikan langsung melalui anak perusahaan dengan


lebih dari setengan suara dari suatu perusahaan, atau suatu kepentingan

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


47
substansial dalam hak suara dan kekuasaan untuk mengarahkan kebijakan
keuangan dan operasi manajemen perusahaan berdasarkan anggaran dasar
atau perjanjian.

Perusahaan signifikan (untuk tujuan Pernyataan ini) adalah keikutsertaan


dalam pengambilan keputusan kebijakan keuangan dan operasi suatu
perusahaan, tetapi tidak mengendalikan kebijakan itu. Pengaruh signifikan
dapat dijalankan dengan berbagai cara antara lain berdasarkan perwakilan
dalam dewan komisaris atau penyertaan dalam proses perum usan kebijakan,
transaksi antar perusahaan yang meterial, pertukaran karyawan manajerial,
atau ketergantungan pada informasi teknis. Pengaruh signifikan dapat
diperoleh berdasarkan kepemilikan bersama, anggaran dasar atau perjanjian.

P en jelasan

04 Pernyataan ini hanya berlaku untuk pihak-pihak yang mempunyai


hubungan istimewa yang digambarkan sebagai b eriku t:

a. Perusahaan yang melalui satu atau lebih perantara (intermediaries)


dikendalikan oleh atau berada di bawah pengendalian bersama dengan
perusahaan pelapor
b. Perusahaan asosiasi (associated company), yaitu perusahaan yang
investornya (perusahaan pelapor) mempunyai pengaruh ya n g signifikan
dan bukan merupakananak perusahaan maupun jo in t venture. Pengaruh
signifikan tersebut diukur dari kepemilikan hak suara 20% atau lebih.
c. Perorangan yang memiliki, baik secara langsung maupn tidak langsung,
suatu kepentingan hak suara di perusahaan pelapor yang berpengaruh
secara signifikan, dan anggota keluarga dekat dari perorangan tersebut
(yang dim aksud dengan anggota keluarga dekat adalah mereka ya n g
dapat diharapkan mempengaruhi atau dipengaruhi perorangan tersebut
dalam transaksinya dengan perusahaan pelapor).
d. Karyawan kunci, yaitu orang-orang yang mempunyai wewenang dan
tanggung ja w a b untuk merencanakan, memimpin, dan mengendalikan
kegiatan perusahaan pelapor yang meliputi anggota dewan komisaris,
direksi dan manajer dari perusahaan serta anggota keluarga dekat orang-
orang tersebut; dan
e. Perusahaan di mana suatu kepentingan substansial dalam hak suara
dim iliki baik secara langsung maupun tidak langsung oleh setiap orang
ya n g diuraikan dalam huruf c dan d', atau setiap orang tersebut
m em punyai pengaruh signifikan atas perusahaan tersebut. Ini mencakup
perusahaan-perusahaan yang dimiliki anggota dewan komisaris, direksi
atau pem egang saham dari perusahaan pelapor dan perusahaan-
perusahaan yang mempunyai anggota manajemen kunci ya n g sama
dengan perusahaan pelapor.

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


Dalam mempertimbangkan setiap kemungkinan hubungan istimewa, ya n g
lebih diperhatikan adalah substansi hubungan, bukan hanya pada bentuk
hukumnya.

05 Pihak-pihak yang tidak dianggap sebagai pihak-pihak ya n g mempunyai


hubungan istimewa adalah :
a. (i) penyandang dana
(ii) serikat dagang
(iii) perusahaan pelayanan umum
(iv) departemen atau instansi pemerintah
b. Satu-satunya pelanggan, pemasok, pemegang hak franchise, distributor
atau perwakilan/agen umum dengan siapa suatu perusahaan mengadakan
transaksi usaha dengan volume yang signifikan, semata-mata karena
ketergantungan ekonomis yang diakibatkan oleh keadaan.

P erso alan P ih ak -p ih ak yang M empunyai H ubungan Istim ew a

06 P ihak-pihak ya n g mempunyai hubungan istimewa seringkali m erupakan


gejala n o rm a l dalam perniagaan dan usaha.
07 H u b u n g a n istimewa dengan suatu pihak dapat m em punyai dam pak atas
p o sisi keuangan dan usaha perusahaan pelapor. Pihak-pihak ya n g
m em punyai hubungan istimewa dapat melakukan transaksi ya n g tidak akan
dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa.
T ransaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa ju g a
dapat dilakukan dengan harga yang berbeda dengan transaksi ya n g serupa
y a n g dilakukan antara pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan
istimewa.

08 P osisi keuangan dan hasil usaha dari suatu perusahaan dapat


terpengaruh oleh hubungan istimewa dengan suatu pih a k w alaupun tidak
terjadi sesuatu transaksi dengan pihak tersebut. Suatu hubungan istimewa
dapat mempengaruhi transaksi perusahaan pelapor dengan pihak lain.
Sebagai contoh, suatu anak perushaan dapat mengakhiri hubungan dengan
suatu m itra dagangnya karena induk perusahaan telah mengakuisisi suatu
perusahaan lain yang berusaha dalam bidang perdagangan ya n g sama
dengan m itra dagang terdahulu. Di samping itu, suatu tindakan dapat
tertunda karena pengaruh yang signifikan dari pihak lain. Sebagai contoh,
suatu anak perusahaan dapat diinstruksikan oleh induknya untuk tidak ikut
serta dalam riset dan pengembangan.

09 Karena terdapat kesulitan yang melekat bagi menejemen untuk


menentukan dampak dari pengaruh tidak terjadinya suatu transaksi, maka
pengungkapan dampak semacam itu tidak diharuskan oleh Pernyataan ini.

Î0 P engakuan akuntansi suatu pengalihan sum ber daya secara norm al


didasarkan pada suatu harga yang disepakati p ih a k y a n g bersangkutan.

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


H arga ya n g berlaku antara pihak yang tidak m em punyai hubungan
istimewa adalah harga pertukaran antara pihak yang independen (a r m ’s
length price). Pihak yang mempunyai hubungan istimewa m u n g kin
m em p u n ya i suatu tingkat keluwesan dalam proses penentuan harga, y a n g
tidak terdapat dalam transaksi antara pihak ya n g tidak m em punyai
hu b u n g a n istimewa.

11 B erbagai macam metode digunakan untuk m enentukan harga dalam


su a tu transaksi antara pihak yang mempunyai hubungan istimewa.

12 S u a tu cara u n tu k menentukan harga dalam suatu transaksi antara p ih a k


y a n g m em p u n ya i hubungan istimewa adalah dengan metode harpa pasar
bebas yang dapat diperbandingkan.

13 B ila barang dialihkan antara pihak yang m em punyai hubungan


istim ew a sebelum dijual kepada pihak yang independen, m etode harga
pen jualan kem bali (resale price) sering digunakan. Metode ini mengurangi
harga penjualan kembali dengan suatu margin yang wajar. M etode ini ju g a
digunakan untuk pengalihan/transfer seumber daya lain, seperti hak dan jasa.

14 P endekatan lain adalah metode hiaya-plus (cost-plus m ethod), ya n g


m en a m b a h ka n suatu kenaikan (mark-up) tertentu pada biaya pem asok.
K esulitan-kesulitan mungkin dialami baik dalam m enentukan u n su r biaya
y a n g dapat diatribusikan maupun kenaikan (mark-up) tersebut. Diantara
u ku ra n -u ku ra n yang dapat membantu menentukan harga transfer adalah
h a sil (retur) yang dapat dibandingkan dalam industri sejenis atas volum e
pen ju a la n atau m odal yang disunakan.

15 A daka la n ya harga transaksi antara pihak ya n g m em punyai hubungan


istim ew a tidak ditentukan menurut salah satu dari metode y a n g diuraikan
dalam p a ra g ra f 13 sampai dengan paragraf 15 di atas. Kadang-kadang
bahkan sam a sekali tidak ada harga yang diperhitungkan, misalnya
pem berian ja s a manajemen tanpa memperhitungkan imbalan dan pem berian
pinjam an tanpa bunga.

16 K adangkala, transaksi tidak terjadi jika tidak terdapat hubungan


istimewa. Misalnya, suatu perusahaan yang biasanya menjual sebagian besar
produksinya dengan harga pokok kepada induk perusahaannya akan
m engalam i kesulitan mendapatkan pelanggan lain apabila suatu saat induk
perusahaannya tidak membeli produk tersebut.

P en g u n g k ap an :
17 B eriku t in i adalah contoh situasi transaksi antara p ih a k ya n g
m em p u n ya i hubungan istimewa m ungkin m em erlukan pen g u n g ka p a n oleh
suatu perusahaan pelapor: (a) pembelian atau penjualan barang; (b)
pem belian atau penjualan properti dan aktiva lain; (c) pem belian atau

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


penerimaan jasa; (d) pengalihan riset dan pengembangan; (e) pendanaan
(termasuk pemberian pinjaman dan penyetoran modal baik secara tunai
maupun dalam bentuk natural); (f) garansi dan penjaminan (collteral); dan
(g) kontrak manajemen.

IS Agar pembaca laporan keuangan bisa mendapatkan gam baran pengaruh


hubungan istimewa, perusahaan pelapor wajib m engungkapkan adanya
hubungan istimewa bila terdapat pengendalian (controi), seh u b u n g a n
dengan transaksi antara pihak yang m em punyai hubungan istimewa.

19 Jika terdapat transaksi antara pihak ya n g m em p u n ya i h u bungan


istimewa, perlu diungkapkan hakikat transaksi dan u n su r-u n su r transaksi
y a n g diperlukan agar laporan keuangan tersebut dapat dim engerti. Unsur-
unsur ini biasanya mencakup : (a) suatau petunjuk m engenai volume
transaksi, baik jumlahnya maupun proporsinya; (b) jum lah atau proporsi pos-
p o s terbuka (outstanding items); dan kebijakan harga.

20 Pos-pos serupa biasanya diagregasikan kecuali jik a pengungkapan


terpisah diperlukan agar pengaruh dari transaksi antara pih a k yang
mempunyai hubungan istimewa pada laporan keuangan perusahaan pelapor
dapat dimengerti.

21 Pengungkapan transaksi-transaksi antar perusahaan ya n g laporan


keuangannya telah dikonsolidasikan tidak diperlukan dalam laporan
keuangan konsolidasi karena laporan keuangan konsolidasi telah menyajikan
inform asi mengenai induk perusahaan dan anak perusahaan sebagai suatu
kesatuan ekonomi.

8. PED O M A N PEMERIKSAAN PAJAK BAGI FISK U S T E R H A D A P

W A JIB PA JA K YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN IS T IM E W A

Pedoman Pemeriksaan pajak terhadap Wajib Pajak yang mempunyai

hubungan istimewa merupakan tambahan atas keputusan Direktur Jenderal Pajak

Nomor Kep. 01 / PJ.7 / 1990 tentang Pedoman Pemeriksaan Pajak. Adapun

tahapan yang harus dilakukan dalam rangka pemeriksaan diantaranya :

8.1. P ersiap an Pem eriksaan

Pada tahap ini perlu dilakukan hal-hal sebagai b e rik u t:

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


51
penerim aan ja sa ; (d) pengalihan riset dan pengembangan; (e) pendanaan
(term asuk pem berian pinjaman dan penyetoran modal baik secara tunai
m aupun dalam bentuk natural); (f) garansi dan penjaminan (collteral); dan
(g) kontrak manajemen.

¡8 A g a r p em baca laporan keuangan bisa mendapatkan gambaran pengaruh


hubungan istim ew a, perusahaan pelapor wajib m engungkapkan adanya
h u b u n g a n istim ew a bila terdapat pengendalian (control), seh u b u n g a n
d engan tra n sa ksi antara pih a k ya n g m em punyai hubungan istimewa,

19 J ik a terdapat transaksi antara pihak ya n g m em punyai h u b ungan


istim ew a, p e rlu diungkapkan hakikat transaksi dan u nsur-unsur transaksi
y a n g d ip erlu ka n agar laporan keuangan tersebut dapat dimengerti. Unsur-
unsur ini biasanya mencakup : (a) suatau petunjuk mengenai volume
transaksi, baik jum lahnya maupun proporsinya; (b) jum lah atau proporsi pos-
p o s terbuka (outstanding items); dan kebijakan harga.

20 P os-pos serupa biasanya diagregasikan kecuali jik a pengungkapan


terpisah diperlukan agar pengaruh dari transaksi antara pih a k ya n g
m em punyai hubungan istimewa pada laporan keuangan perusahaan pelapor
dapat dimengerti.

21 Pengungkapan transaksi-transaksi antar perusahaan yang laporan


keuangannya telah dikonsolidasikan tidak diperlukan dalam laporan
keuangan konsolidasi karena laporan keuangan konsolidasi telah menyajikan
inform asi m engenai induk perusahaan dan anak perusahaan sebagai suatu
kesatuan ekonomi.

8. P E D O M A N PEM ER IK SA A N PAJA K BAGI FISKUS TER H A D A P

W A JIB P A JA K YANG M EM PUNYAI HUBUNGAN IST IM E W A

Pedom an Pemeriksaan pajak terhadap Wajib Pajak yang mempunyai

hubungan istim ew a merupakan tambahan atas keputusan Direktur Jenderal Pajak

N om or Kep. 01 / PJ.7 / 1990 tentang Pedoman Pemeriksaan Pajak. Adapun

tahapan yang harus dilakukan dalam rangka pemeriksaan diantaranya;

8.1. P e rsia p a n P em erik saan

Pada tahap perlu dilakukan hal-hal sebagai b e rik u t:


Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008
<; i
a) M em p elajari berkas W ajib P ajak dan b erk as d ata

1. Mempelajari akte notaris dan perubahannya.

2. Mempelajari struktur organisasi perusahaan yang terkait.

3. Mempelajari sifat dan jenis kegiatan usaha Wajib Pajak.

Sedapat mungkin digambarkan aktivitas usaha Wajib Pajak sejak

adanya order hingga penyelesaian order, baik mengenai penjualan

maupun mengenai pembelian.

4. Mempelajari kemungkinan over atau under invoicing..

5. Mempelajari laporan pemeriksaan terdahulu.

b) M enganalisa SPT dan Laporan K euangan W ajib P a ja k

Tujuan analisa adalah untuk mendeteksi adanya ketidakwajaran harga

penjualan atau pembelian diantara pihak yang mempunyai hubungan

istimewa. Untuk itu diperlukan angka-angka rasio. Angka-angka rasio

tersebut dibandingkan dengan rasio-rasio berdasarkan laporan keuangan

W ajib Pajak tahun-tahun sebelumnya, rasio-rasio dari perusahaan sejenis.

Perlu ditekankan, bahwa hasil analisa ini baru merupakan indikasi

yang perlu diperhatikan secara khusus pada saat mendapatkan pembuktian

di lapangan. Rasio-rasio tersebut adalah :

1. R asio Laba K otor dan Laba Bersih

Rasio Laba Kotor = Laba Kotor atau Laba Kotor


Harga Pokok Penj ual an
Rasio Laba Bersih = Laba Bersih
Penjualan

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


Indikasi yang dapat diperoleh dari rasio tersebut di atas adalah :

• Apabila rasio laba kotor lebih kecil dibandingkan dengan rasio laba

kotor dari perusahaan sejenis, kemungkinan adanya harga tidak wajar

yang mempengaruhi jumlah penjualan atau jum lah harga pokok.

♦ Apabila rasio laba bersih lebih kecil dibandingkan dengan rasio laba

bersih dari perusahaan sejenis, kemungkinan adanya pembebanan

harga tidak wajar yang mempengaruhi biaya umum atau biaya tidak

langsung atau biaya operasi (seperti biaya bunga, biaya riset dan

pengembangan alokasi biaya kantor pusat atau induk perusahaan

terhadap kantor cabang atau anak perusahaan yang tidak mempunyai

kaitan langsung dengan usaha Wajib Pajak).

2. Rasio O perasi

Rasio Operasi = Total Biaya Operasi

Penjualan

Dengan membandingkan rasio ini dengan rasio perusahaan sejenis

akan diperoleh indikasi pembebanan biaya-biaya yang meungkin tidak

wajar, misalnya mengenai: biaya bunga pinjaman, biaya penelitian dan

pengembangan, biaya royalti, biaya induk perusahaan atau kantor pusat

yang dibebankan kepada Wajib Pajak yang diperiksa.

3. R asio T in g k at Ilasil Aktiva

ROA = Laba bersih


Total Aktiva

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


Analisa ROA bertujuan memperoleh petunjuk apakah ada penambahan

aktiva yang berasa! dari peminjaman atau penyewaan aktiva dengan beban

bunga atau sewa yang tidak wajar.

Apabila ROA lebih kecil dari ROA perusahaan sejenis, kemungkinan

terdapat pinjaman untuk membeli aktiva atau penyewaan aktiva yang

dibebani dengan biaya bunga atau sewa yang kurang wajar.

4. P e rp u ta ra n Persediaan

Perputaran persediaan = Harga Pokok Penjualan

Rata-rata persediaan

Tujuannya adalah untuk mendeteksi kemungkinan adanya pergeseran

pembebanan pembiayaan persediaan dari induk perusahaan ke distributor

sebagai afiliasinya. Apabila perputaran persediaan rendah dihubungkan

dengan rendahnya rasio laba bersih terhadap biaya operasi (termasuk

bunga), maka terdapat indikasi adanya pergeseran pembiayaan persediaan

sebagaimana disebut di atas.

5. R asio L ab a Bersih terhadap Biaya O perasi

Rasio Laba Bersih terhadap Biaya Operasi = Laba Bersih

Biaya Operasi

Tujuannya adalah untuk mengetahui kewajaran biaya operasi yang

terserap pada hasil penjualan barang, sebagai indikasi kemungkinan

kekurangwajaran transfer pricing bila dihubungkan dengan tingkat

persediaan yang rendah.

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


6. R asio H utang terhadap Modal Sendiri

Rasio Hutang terhadap Modal Sendiri dirinci menjadi dua yaitu :

Hutang dari afiliasi

Modal Sendiri

Hutang dari pihak ketiga

Modal Sendiri

Tujuannya adalah untuk mendeteksi struktur permodalan sehubungan

dengan peminjaman dan pembebanan bunga yang dapat diperkenankan.

c) Identifikasi M asalah dalam m em pelajari berkas W ajib P a ja k atau

b erk as data, tem uan dari laporan keuangan, analisa rasio d an d ata

a ta u inform asi yang tersedia sehubungan dengan transfer pricing

(p em b eb an an harga dalam hubungan istimewa) h aru slah

d isim pulkan dengan mengidentifikasi m asalah-m asalah a n ta ra lain :

1. Perusahaan-perusahaan dan pihak yang terkait dalam praklik

pembebanan harga yang tidak wajar;

2. Kebijaksanaan dan metode pembebanan harga dari perusahaan yang

mempunyai hubungan istimewa dan kemungkinan motivasinya.

3. Tipe-tipe transaksi yang dipengaruhi oleh praktik-praktik pembebanan

harga yang tidak wajar.

4. Kasus-kasus harga yang ditinggikan (overpricing) dan harga yang

direndahkan (imderpricing) dalam transaksi dalam negeri dan impor

atau ekspor.

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


55
d) M elakukan pengenalan usaha

U saha W ajib Pajak dapat dipahami dengan mempelajari isian daftar

pertanyaan dan hasil wawancara secara langsung dengan Wajib Pajak

yang diperiksa serta dari pihak ketiga. Sumber-sumber informasi dari

pihak ketiga yang dapat dipergunakan sebagai data pembanding,

m isa ln y a :

1. Business News mengenai kegiatan bisnis tertentu maupun mengenai

ta rif atau harga barang-barang yang berlaku.

2. Brosur-brosur dan majalah-majalah bisnis dan ekonomi lainnya.

3. Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) dan Ditjen Daglu

Departem en Perdagangan; data mengenai harga pasaran komoditi di

luar negeri.

4. SGS Ditjen Bea Cukai; data mengenai harga patokan barang-barang

impor.

5. BAPEKSTA; data mengenai kuantitas, harga, jenis barang ekspor atau

impor.

6. PDBI (Pusat Data Bisnis Indonesia); data mengenai ikhtisar kegiatan

operasi perusahaan sejenis, harga dari barang atau bahan ekspor dan

impor.

7. PDIP (Pusat Data Informasi Perpajakan); misalnya data mengenai

rasio laba kotor per KLU (Klasifisaki Lapangan Usaha); rasio laba

bersih per KLU; rasio hutang terhadap modal per KLU.

8. BPS (Biro Pusat Statistik) mengenai ekspor dan impor.

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


9. Departemen-departemen teknis lainnya sehubungan dengan data

aktivitas perusahaan yang bersangkutan dan perusahaan sejenis yang

diperiksa.

10. D an lain-lain sumber informasi.

e) M c n c n tu k a R u an g L ingkup Pem eriksaan

Berdasarkan hasil dari mempelajari berkas Wajib Pajak, analisis laporan

keuangan, identifikasi masalah dan pengenalan usaha sehubungan dengan

kasus-kasus mengenai hubungan istimewa ini, dapat ditentukan ruang

lingkup dan arah pemeriksaan. Secara umum pemeriksaan ditujukan

terhadap pembelian dan penjualan barang atau jasa, royalti, sewa, bunga,

riset dan pengembangan, alokasi biaya tergantung lainnya dari pusat atau

induk perusahaan, penghasilan atau biaya lainnya dari perusahaan terkait.

f) P e n y u su n a n P ro g ram Pem eriksaan

D alam melaksanakan pemeriksaan terhadap perusahaan-perusahaan yang

m em punyai hubungan istimewa, pemeriksaan harus melakukan

serangkaian prosedur program audit untuk memperoleh petunjuk awal

tentang adanya hubungan istimewa antara Wajib Pajak yang diperiksa

dengan perusahaan afiliasi baik di dalam maupun di luar negeri (terutama

yang berkedudukan di tax haven countries). Kecenderungan yang terjadi

adalah kem ungkinan pembukuan transaksi antara Wajib Pajak tersebut

dengan harga yang tidak wajar (not arm ’s length price),

g) M en en tu k a n buku -b u k u , catatan -catatan dan dokum en-dokum en

y an g a k a n dipinjam .

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


Buku-buku dan catatan-catatan Wajib Pajak scringkali tidak cukup

m em berikan informasi atas masalah transfer pricingt sehingga perlu

dokum en-dokum en yang memberikan penjelasan lebih baik misalnya :

Laporan Keuangan Konsolidasi sebagai suatu kesatuan ekonomi dari pihak

yang terkait; perjanjian lisensi; perjanjian franchise; perjanjian kredit,

kontrak penjualan atau pembelian, perjanjian pembebanan biaya bersama,

h) M en y ed ia k an sa ra n a pem eriksaan

Sarana pemeriksaan adalah sama seperti dalam pedoman pemeriksaan

pajak.

8.2. P e la k sa n a a n P em eriksaan

U rut-urutan pelaksanaan pemeriksaan sebagaimana digariskan dalam

Pedom an Pem eriksaan Pajak tetap dilaksanakan, yang perlu ditekankan dalam

m elakukan pem eriksaan terhadap perusahaan yang mempunyai hubungan

istim ew a adalah :

1. D alam m elak u k an penilaian Sistem Pengendalian In tern

D alam kaitan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang mempunyai

hubungan istim ew a, studi dan evaluasi terhadap sistem pengendalian intern harus

dilaksanakan oleh pemeriksa pajak.

Studi Sistem Pengendalian Intern dalam pemeriksaan terhadap Wajib

Pajak yang mempunyai hubungan istimewa, yang harus dilakukan oleh Pemeriksa

Pajak adalah :

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


w
a) Mempelajari Laporan Pemeriksaan Pajak dan Kertas Kerja

Pemeriksaan terdahulu

b) Menentukan kewajiban dan tanggung jaw ab pada pejabat perusahaan

berdasarkan struktur organisasi, deskripsi jabatan dan wawancara

terhadap karyawan Wajib Pajak.

c) Mempelajari pedoman prosedur akuntansi (accounting proseedures

m anual, chart o f accounts), dan bagan organisasi seluruh dunia

mengenai nama-nama dan jenis perusahaan dan pemiliknya (world

wide organization and types o f companies and ownership).

d) M empelajari korespondensi, khususnya mengenai Wajib Pajak dengan

perusahaan afiliasi yang meliputi momerandum, cable grams, telex,

facxim ile dan sebagainya.

e) Mempelajari Laporan Keuangan yang telah di audit Akuntan Publik

baik untuk Wajib Pajak maupun untuk perusahaan dan Laporan

Keuangan Konsolidasi (kalau ada).

f) Mempelajari nama dan lokasi pejabat berwenang baik di perusahaan

yang diperiksa maupun di perusahaan-perusahaan afiliasi di luar

negeri.

g) Mempelajari semua perjanjian antara Wajib Pajak dengan perusahaan

afiliasi antara lain : transfer price agreements, distribution agreements,

warranty agreements, financing agreements, management agreements,

royalty agreements, other agreements.

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


59
2. D alam m elakukan konfirm asi kepada p ih a k ketiga

Dalam melakukan pemeriksaan kasus transfer pricing, konfirmasi kepada

pihak ketiga adalah sangat penting dalam meneguhkan kebenaran data atau

informasi yang didapat dari Wajib Pajak.

8.3. P em b u a tan L aporan Pem eriksaan P ajak

Laporan Pemeriksaan Pajak merupakan ikhtisar hasil pemeriksaan yang

dibuat sesuai dengan standar yang telah ditentukan dari Direktorat Jenderal Pajak.

9. UPAYA IIU K U M (DI INDONESIA) YANG D APA T D ILA K U K A N

O L E II W A JIB PAJAK M ENGHADAPI SU R A T K ETE T A PA N

P A JA K KURANG BAYAR YANG D IKENA KA N K EPADANYA

K A R EN A A B U S E OF TRANSFER PRIC IN G

9.1 P en g aju an K eberatan Oleh W ajib P ajak

Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan atas suatu Surat Ketetapan Pajak

hanya kepada Direktur Jenderal Pajak. Dasar hukum yang mendasari pengajuan

keberatan ini adalah Pasal 25 Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana

telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Keberatan harus diajukan secara

tertulis dalam bahasa Indonesia dengan mengemukakan jum lah pajak yang

terutang atau jum lah pajak yang dipotong atau dipungut atau jum lah rugi menurut

perhitungan Wajib Pajak dengan disertai alasan-alasan yang jelas, dan keberatan

harus diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal Surat
Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008
60
K etetapan Pajak. Pengajuan keberatan tidak akan menunda kewajiban m em bayar

pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.

Selanjutnya D irektur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lam a dua

belas bulan sejak tanggal surat keberatan diterima, harus memberikan keputusan

atas keberatan yang diajukan dan jik a dalam jangka waktu tersebut telah lewat,

m aka keberatan yang diajukan tersebut dianggap diterima oleh D irektur Jenderal

Pajak (Pasal 26 Undang-undang N om or 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah

terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum

dan Tata C ara Perpajakan).

9.2 P e n g a ju a n B an d in g Oleh W ajib P aja k

A pabila W ajib Pajak belum puas terhadap hasil dari pengajuan keberatan

yang telah diajukan sebelumnya kepada Direktur Jenderal Pajak, maka

berdasarkan Pasal 27 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan

U m um dan Tata C ara Perpajakan, Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan

banding kepada Pengadilan Pajak (sebelumnya disebut Badan Penyelesaian

Sengketa Pajak - BPSP). Permohonan banding tersebut harus diajukan secara

tertulis dalam bahasa Indonesia, dengan alasan yang jelas, dalam waktu 3 (tiga)

bulan sejak keputusan hasil keberatan tersebut diterima oleh Wajib Pajak.

9.3 P roses d a n J a n g k a W ak tu P elak san aan B anding kc P en g ad ilan P a ja k

Prosedur dan tata cara banding, termasuk batasan jangka waktunya, telah

ditetapkan di dalam ketentuan Undang-undang Pengadilan Pajak, dengan skema

sebagai berikut (Sem ar Publishing : 2004)

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


* t
Diagram 2.7.
Proses dan Jangka Waktu Pelaksanaan Banding ke Pengadilan Pajak

9.4 P en g aju an Peninjauan Kembali (PK) kc M ah k am ah A gung

Dasar hukum yang mendasari Permohonan Peninjauan Kembali (PK)

adalah pasal 89 s.d. pasal 93 UU No. 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak.

PK hanya dapat diajukan 1 (satu) kali kepada Mahkamah Agung melalui

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


Pengadilan Pajak. Permohonan PK tidak menangguhkan atau menghentikan

pelaksanaan putusan Pengadilan Pajak. Permohonan peninjauan kembali dapat

dicabut sebelum diputus, dan dalam hal sudah dicabut permohonan PK tersebut

tidak dapat diajukan lagi. Hukum acara yang berlaku pada pemeriksaan PK adalah

hukum acara pem eriksaan PK sebagaimana dimaksud dalam UU No. 14 Tahun

1985 tentang M ahkam ah Agung, kecuali yang diatur secara khusus dalam UU

Pengadilan Pajak. Permohonan PK hanya dapat diajukan berdasarkan alasan-

alasan sebagai b e rik u t:

i) A pabila keputusan Pengadilan Pajak didasarkan pada suatu kebohongan

atau tipu m uslihat pihak lawan yang diketahui setelah perkaranya diputus

atau didasarkan pada bukti-bukti yang kemudian oleh hakim pidana

dinyatakan palsu;

j) A pabila terdapat bukti tertulis baru yang penting dan bersifat menentukan,

yang apabila diketahui pada tahap persidangan di Pengadilan Pajak akan

m enghasilkan putusan yang berbeda;

k) A pabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari pada

yang dituntut, kecuali yang diputus berdasarkan Pasal 80 ayat (1) huruf b

(m engabulkan sebagian atau seluruhnya) dan c (menambah pajak yang

harus dibayar);

1) A pabila mengenai suatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa

m em pertim bangkan sebab-sebabnya; atau

m) A pabila terdapat suatu alasan yang nyata-nyata tidak sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


Pengajuan PK sesuai poin (a) dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 3

(tiga) bulan terhitung sejak diketahuinya kebohongan atau tipu muslihat atau

sejak putusan hakim pengadilan pidana memperoleh kekuatan hukum tetap.

Pengajuan PK sesuai poin (b) dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 3

(tiga) bulan terhitung sejak ditemukan surat-surat bukti yang hari dan tanggal

ditem ukannya harus dinyatakan di bawah sumpah dan disahkan pejabat

berw enang. Pengajuan PK sesuai poin (c), (d), dan (c) dilakukan dalam jangka

w aktu paling lambat 3 (tiga) bulan sejak putusan dikirim.

M ahkam ah Agung memeriksa dan memutus permohonan PK dengan

k e te n tu a n :

a) D alam hal Pengadilan Pajak mengambil putusan melalui pemeriksaan

acara biasa, maka putusan diambil dalam jangka waktu 6 (enam) bulan

sejak perm ohonan PK diterima;

b) D alam hal Pengadilan Pajak mengambil putusan melalui pemeriksaan

acara cepat, maka putusan diambil dalam jangka waktu 1 (satu) bulan

sejak permohonan PK diterima.

Putusan atas permohonan PK tersebut harus diucapkan dalam sidang terbuka

untuk umum.

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


BAB III

DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

1. G a m b a ra n K egiatan Usaha P T “ X”

PT “X” merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang industri

m akanan dan minuman di Indonesia. Perusahaan tersebut termasuk kategori status

perm odalan Perusahaan Masuk Bursa (PMB i Go Public), seperti dinyatakan

dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

A dapun struktur modal PT “X” sebagai PMB yang bergerak dalam

klasifikasi makanan dan minuman adalah sebagai b erikut:

N am a & NPWP Ju m lah Saham


No. %
Pem egang Saham L em b ar N om inal
1 PT. Tirta Bumi Dahaga 9.917.313 9.917.313.000 75,35
NPWP. 1.674.376.7-052
2 Koperasi Pegawai P & K Gn. Putri 6.000 6.000.000 0,05
NPWP. 1.569.505.9-403
3 Koperasi Karyawan Aqua 108.473 108.473.000 0,82
NPWP. 1.353.463.1-004
4 KUD Sejahtera Desa Perwira Bekasi 39.488 39.4SS.000 0,30
NPWP. 1.438.197.4-032
5 KUD Mitra Tani Gn. Putri 163 163.000 0,00
NPWP. 1.465.002.2-403
6 Fedian Pte. Ltd. 2.059.187 2.059.187.000 15,64
7 Masyarakat 1.018.686 1.018.686.000 7,74
3 Koperasi Serba Usaha Bersama 13.163 13.163.000 0,10
J u m 1a h 13.162.473 13.162.473.000 100,00

Tabel 3.1.
Struktur Modal PT”X”

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


65
P e n g u ru s d a n D e w a n D i r e k s i :

No. Nama Jabatan Alamat


Mr. ABC Jl. Pulo Asem Utara
1. Direktur Utama
NPWP. 6.072.476.2-407 No. 15 Jakarta
Mr. XYZ Jl. Kyai Maja No. 30
2. Direktur
NPWP. 5.010.765.5-022 Jakarta
Jl. Kelapa Lilin II NG
3. Mrs. CDE Direktur 5/14, Jakarta

Tabel 3.2.
Pengurus dan Dewan Direksi P T ’X”

K omisaris

No Nama Jabatan Alamat


Mrs. FGH Komisaris Jl. Sukabumi No. I
1.
NPWP. 5.038.493.2-021 Utama Jakarta
Mrs. IJK Jl. Tjut Nya Dien No.
2. Komisaris 9A Jakarta
NPWP. 5.142.430.7-021
Mr. MNO Jl. Galuh I No. 7
3. Komisaris Jakarta
NPWP. 6.779.424.8-012
Mr. PQR Jl. Sukabumi No. 1
4. Komisaris Jakarta
NPWP.6.705.018.7-021

Tabel 3.3.
Susunan Komisaris PT”X”

PT “X ” yang dalam hal ini didirikan berdasarkan akte notaris Tan Thong

Kie, SH Nomor 24, tanggal 23 Februari 1973 dan memulai kegiatan usaha

komersialnya pada tahun 1974. Sejak Tahun 1990, Wajib Pajak merupakan

Perusahaan Masuk Bursa (Go Publik) dengan melakukan penawaran umum efek /

sahamnya. Kantor pusat PT “X”, Tbk berkedudukan di Jakarta dan Pabriknya

berlokasi di Bekasi, Citeureup, dan Mekarsasi. Perusahaan memiliki satu anak

perusahaan dengan prosentase kepemilikan 80%, bemama Ibic Sendirian Berhad

yang berkedudukan di Brunei Darussalam.

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


66
Perusahaan Bergerak dalam bidang usaha industri air minum (mineral)

dalam kemasan (AMDK), hasil produksi dijual dengan merk A Q sekaligus juga

sebagai pemegang merek AQ. Proses produksi dilakukan mulai tahapan

pengaliran dari sumber Spring Water ke dalam tangki penyimpanan, proses

penyaringan (Catridge dan Carbon Filter), proses ozonisasi, sampai proses

pemasukan air ke dalam botol dan pengepakannya. Penjualan dalam tahun 2000

sebagaian besar untuk memenuhi kebutuhan lokal dan sebagian lainnya dijual

ekspor. W ajib Pajak memproduksi sendiri kebutuhan gelas plastik dan botol,

sedangkan atas kebutuhan botol 5 (lima) galon diperoleh dengan membeli dari

perusahaan afiliasinya.

2. S tru k tu r O rganisasi

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


3. G am b ara n Sistem A kuntansi PT “ X”

3.1. S tru k tu r Pengendalian Intern PT “ X”

Gambaran umum mengenai struktur pengendalian intern yang diterapkan

oleh PT “X ’ adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan telah mempunyai struktur organisasi dengan pemisahan fungsi

yang jelas (misalnya memisahkan fungsi / bagian pembelian, penjualan,

produksi, penerimaan dan pengeluaran kas / bank serta departemen EDP),

2. Atas pengeluaran dan atau biaya dikendalikan dengan budget serta bukti /

voucher harus melalui persetujuan berjenjang,

3. Seluruh pos pembukuan dapat dirinci dan cukup untuk dijelaskan,

4. Untuk posting data dan pembukuan menggunakan media Software yang

sudah diprogram dalam komputer.

5. Secara periodik terhadap pembukuan perusahaan dilakukan audit, baik

oleh auditor intern maupun auditor independen.

3.2. Sistem A kuntansi

Perusahaan telah melakukan praktik-praktik akuntansi yang diterima

secara umum sesuai dengan Standar Akuntansi yang berlaku dan dilaksanakan

secara konsisten. Sistem akuntansi pokok yang telah diaplikasikan perusahaan

diwujudkan melalui pengorganisasian formulir dan pencatatan yang dikoordinasi

secara efektif, efisien dan ekonomis, sehingga dapat menghasilkan informasi yang

memadai baik untuk pihak intern maupun ekstern. Gambaran sistem akuntansi

pokok yang telah dilakukan oleh perusahaan adalah sebagai b e rik u t:

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


68
1. Terhadap transaksi harian yang diterima dari masing-masing bagian /

departemen dilakukan verifikasi data / dokumen oleh Accounting

Departemen kemudian dibuat jurnal voucher,

2. Journal voucher yang telah dibuat diverifikasi lagi oleh Supervisor /

manajer guna kepentingan posting komputer,

3. Journal voucher yang telah disetujui, diposting / di-imput ke komputer,

4. Produk dari komputer adalah Snbsidiary Ledger dan General Ledger dan

Trial Balance, sedangkan beberapa control account seperti penjualan ,

HPP (COGS), Piutang, Hutang dan Persediaan (arus dan saldo) dibuat

secara manual,

5. Setiap akhir bulan setelah dilakukan rekonsiliasi dan adjustment,

dibuatkan Journal entries yang diperlukan,

6. Pada akhir tahun setelah dilakukan rekonsiliasi dan adjustment journal

entries dihasilkan neraca dan laporan rugi-Iaba tahun yang bersangkutan,

7. Ketersediaan data untuk kepentingan pajak masih dilakukan secara

manual dengan sumber data yang berasal dari catatan, pembukuan dan

akuntansi.

3.3. K ebijakan A kuntansi

a. D asar Penyajian Laporan K euangan

Laporan keuangan secara periodic telah diaudit oleh auditor eksternal. Laporan

keuangan disusun berdasarkan konsep akuntansi akrual kecuali untuk laporan arus

kas, dan berdasarkan konsep biaya historis kecuali untuk aktiva tertentu yang

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


telah dinilai kembali. Laporan arus kas menyajikan penerimaan dan pembayaran

kas dan setara kas yang terdiri dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.

b. S eta ra Kas

Seluruh investasi yang tidak terikat penggunaannya dalam jangka waktu tiga

bulan atau kurang sejak tanggal penempatan diklasifikasikan sebagai “Setara

Kas.”

c. P ersed iaan

Persediaan dinyatakan sebesar nilai yang lebih rendah antara biaya perolehan dan

nilai realisasi bersih (the lower o f cost or net realizable value). Harga perolehan

ditentukan dengan metode rata-rata bergerak (moving average).

d. A ktiva T etap

Pemilikan langsung aktiva tetap dinyatakan sebesar harga perolehan.

Penyusutan dan amortisasi dihitung dengan tarif sebagai b erik u t:

Tarif (%)
M etode persentase tetap (garis lurus):
Hak atas tanah dan prasarana 3,33 - 10
Bangunan dan prasarana 5
M etode saldo menurun ganda:
M esin dan peralatan Golongan II 25
M esin dan peralatan golongan I 50

Biaya perbaikan dan pemeliharaan dibebankan pada laporan laba rugi pada

saat terjadinya; pemugaran dan penambahan dalam jum lah signifikan

dikapitalisasi. Aktiva tetap yang sudah tidak digunakan lagi atau yang dijual,

biaya perolehan serta akumulasi penyusutan dan amortisasinya dikeluarkan dari

kelompok aktiva tetap yang bersangkutan dan laba atau rugi yang terjadi

dibukukan dalam laba rugi tahun yang bersangkutan.

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


70
A ktiva tetap dalam penyelesaian merupakan biaya yang berkaitan

langsung dengan fasilitas konstruksi dan penyiapan aktiva tetap sam pai dengan

digunakan. B iaya-biaya ini terdiri dari biaya pinjaman selam a konstruksi dari

hutang y an g dipakai untuk membiayai konstruksi. A ktiva tetap dalam

penyelesaian ak an dipindahkan ke masing-masing aktiva tetap yang bersangkutan

pada saat ak tiv a tetap tersebut selesai dikerjakan dan siap digunakan.

e. T r a n s a k s i d e n g a n P ih a k Y ang M em punyai H u b u n g an Istim ew a

T ransaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, baik yang

dilaksanakan pada kondisi dan persyaratan yang normal atau tidak, dinyatakan

dalam laporan keuangan.

f. D a n a P e n siu n

Sesuai dengan program dana perusahaan, beban pension dibukukan dalam laporan

laba rugi tahun yang bersangkutan.

g. T r a n s a k s i d an S aldo dalam m ata uang asing

Transaksi dalam m ata uang asing dicatat berdasarkan kurs yang berlaku pada saat

transaksi dilakukan. Konversi dilakukan dari nilai mata uang asing ke dalam nilai

m ata uang rupiah dilakukan dalam pencatatan nilai transaksi penjualan ekspor

dengan m enggunakan kurs konversi Mata Uang Asing berdasarkan kurs tengah

Bank Indonesia yang berlaku pada saat transaksi dan melakukan penyesuaian

setiap akhir bulan terhadap saldo piutang berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia

setiap akhir bulan yang bersangkutan. Pada tanggal neraca, aktiva dan kew ajiban

dalam mata uang asing dijabarkan ke dalam mata uang Rupiah berdasarkan kurs

yang berlaku pada tanggal tersebut sesuai dengan kurs yang diterbitkan Bank

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


71
Indonesia. Laba atau rugi kurs yang terjadi dikreditkan atau dibebankan pada

operasi tahun berjalan,

h. T a k sira n P a ja k penghasilan

Taksiran Pajak Penghasilan dihitung berdasarkan taksiran penghasilan kena pajak

dalam tahun yang bersangkutan.

4. K om itm en Penting PT “X” dengan Perusahaan Afiliasi

M engingat permintaan akan produk demikian besar, maka PT “X ”

m engadakan perjanjian dengan PT “Y” dan PT “Z” , yang mana perjanjian

tersebut pada dasarnya mengatur hal-hal sebagai berikut:

■ dim ana PT “Y” dan PT “Z” akan memproduksi produk PT”X” dalam kemasan

dengan merek yang sama dengan produk PT “X” dengan menggunakan bahan

baku dan alat-alat yang dimiliki oleh PT “Y” dan PT “Z” .

■ dim ana produk dengan merek sama yang dihasilkan oleh PT “Y” dan PT”Z ”

harus dijual kepada PT “X” dengan harga tertentu yang disepakati oleh kedua

belah pihak.

Selain perjanjian di atas terdapat pula perjanjian antara PT “X ” dengan PT

“ Y” yang terkait dengan penjualan PT “X” untuk tahun 2000, yaitu “ Perjanjian

Discount Pencapaian Target Tahunan.” Discount yang ditetapkan oleh PT “X ”

kepada PT “Y” maupun denda yang harus dibayar oleh PT “X” kepada PT “ Y”

adalah 25% (dua puluh lima persen) untuk seluruh kemasan dari harga yang

berlaku per 31 Desember 2000 tanpa unsure PPn-BM dan PPN.

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


72
D iscount m aupun denda untuk tahun berikutnya akan ditentukan dan disetujui

oleh kedua belah pihak sesuai dengan keadaan pasar.

5. K ronologis dan Pokok Permasalahan

5.1. Pem eriksaan PPh Badan Tahun 2000 Terhadap PT “X”

PT “X ” diperiksa oleh Tim Pemeriksa Gabungan berdasarkan Surat

Perintah P em eriksaan Pajak Nomor PRIN-402 / PJ.701 / 2001 tanggal 26 Juni

2001. Jenis pem eriksaannya merupakan pemeriksaan lengkap dan termasuk

sebagai pem eriksaan khusus. Berikut ini adalah ikhtisar Surat Pemberitahuan

(SPT) PPh B adan P T “X ” tahun pajak 2000 :

No. Keterangan M enurut PT “X”


1 Peredaran Usaha 529,142,334,499
2 Harga pokok Penjualan 487,114,356,416
3 Laba Bruto (1-2) 42,027,978,083
4 Penghasilan bruto luar usaha 7,380,165,929
5 Jumlah penghasilan bruto (3+4) 49,408,144,012
6 Pengurang penghasilan bruto 19,937,921,622
7 Penghasilan netto dalam negeri (5-6) 29,470,222,390
8 Penghasilan netto luar negeri 0
9 Jumlah penghasilan netto (7+8) 29,470,222,390
10 Kompensasi kerugian 0
11 Penhasilan kena pajak (9-10) 29,470.222,390
12 Pajak Penghasilan Terutang 8,832,316,600
13 Kredit pajak :
PPh Pasal 22,23, dan PPh. Pasal 25 8,785,210,450
14 PPh Badan yang K urang (Lebih) Bayar 47,106,150

Tabel 3.4. Ikhtisar SPT PPh Badan PT “X”

Penjelasan ik h tis a r :

1. Peredaran Usaha

Terdiri dari penjualan bersih PT UX” baik berupa penjualan local dan penjualan

ekspor term asuk penjualan kepada pihak-pihak yang mempunyai hubungan

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


73
istimewa yaitu penjualan ke PT “Y” yang merupakan perusahaan afiliasi dari PT

“X.”

2. Harga Pokok Penjualan

Terdiri dari semua biaya yang merupakan beban pokok penjualan.

3. Laba Bruto

Merupakan selisih antara peredaran usaha dengan harga pokok penjualan

4. Penghasilan Bruto Luar Usaha

Termasuk diantaranya bunga, royalty, keuntungan dari penjualan / pengalihan

aktiva, dan lain-lain.

5. Ju m la h Penghasilan Bruto

Adalah jum lah seluruh penghasilan bruto yaitu jumlah laba bruto usaha dan

penghasilan bruto luar usaha.

6. Pengurang Penghasilan Bruto

Sesuai pasal 6 UU PPh tahun 2000, maka dalam pasal 6 ayat 1 dinyatakan

b ah w a:

Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk
usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi :
a. biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, term asuk
biaya pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan atau ja s a
termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan ya n g
diberikan dalam bentuk uang, bunga, sewa, royalty, biaya perjalanan, biaya
pengolahan limbah, premi asuransi, biaya administrasi, dan p a ja k kecu a li"
pajak penghasilan;
b. penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berw ujud dan
amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain y a n g
mempunyai masa manfaat lebih dari I (satu) tahun sebagaim ana d im a ksu d
dalam Pasal 11 dan Pasal 11A;
c. iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya disahkan oleh M enteri
Keuangan.

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


74
d. kerugian karena penjualan atau pengalihan harta ya n g dim iliki dan
digunakan dalamperusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, m enagih
dan m em elihara penghasilan;
e. kerugian dari selisih kurs mata uang asing;
f. biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia;
g. biaya beasiswa, magang, dan penelitian;
h. piutang ya n g nyata-nyata tidak dapat ditagih, dengan sy a r a t:
1) telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan rugi laba komersil;
2) telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan N egeri atau
Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN) atau dengan
perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang / pem bebasan utang
antara kreditur dan debitur yang bersangkutan;
3) telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; dan
4) wajib p a ja k harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih
kepada Direktorat Jenderal Pajak, yang pelaksanaannya diatur lebih
lanjut dengan kepuiusan Direktur Jenderal Pajak

7. P en g h asilan Nctto Dalam Negeri

Adalah total penghasilan bruto dalamnegcri dikurangi dengan pengurang

penghasilan bruto.

8. P en g h asilan Netto L u ar Negeri

Adalah penghasilan yang berasal dari kegiatan usaha di luar negeri.

9. J u m la h P enghasilan Nctto

Adalah penggabungan antara penghasilan nctto dalam negeri dan penghasilan

netto luar negeri.

10. K om pensasi K erugian

Adalah jum lah kerugian pada tahun-tahun sebelumnya yang dapat

dikompensasikan dengan laba tahun berjalan, sesuai ketentuan perpajakan

Indonesia.

11. Penghasilan K ena Pajak

Adalah jum lah pajak atas seluruh penghasilan yang dikenakan pajak penghasilan.

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


75
12. Pajak Penghasilan Terutang

A dalah jum lah pajak yang terutang atas penghasilan kena pajak yang besarnya

ditentukan oleh tariff tertentu sesuai UU PPh.

13. K redit PPh Badan

Adalah pajak yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak ditambah dengan pokok

pajak yang terutang dalam Surat Tagihan Pajak karena Pajak Penghasilan dalam

tahun berjalan tidak atau kurang dibayar, ditambah dengan pajak atas penghasilan

yang dibayar atau terutang di luar negeri, dikurangi dengan pengembalian

pendahuluan kelebihan pajak, yang dikurangi dari pajak yang terutang (dikutip

dari pasal 1 K etentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan UU Nomor 6 Tahun

1983 sebagaim ana telah diubah dengan UU Nomor 9 Tahun 1994 dan UU Nomor

16 T ahun 2000).

14. PPh B adan, K urang Bayar

Adalah ju m lah PPh Badan yang masih harus dibayar pada akhir tahun pajak

setelah dikurangi dengan kredit PPh Badan dalam tahun pajak tersebut.

Dalam pelaksanaan pemeriksaannya, ilskus melakukan koreksi sehingga

hasil akhir pem erik^saan fiskus adalah sehagai berikut:

Peredaran Usaha

Menurut
No. U raian Koreksi
SPT (Rp) Pemeriksa
1. P enjualan Lokal 518,247,173,434 529,097,209,046 10,850,035,612
2. Penjualan Ekspor 10,895,161,065 10,895,161,065 0
3. Lnin-Iain - - -

Jum lah 529,142,334,499 539,992,370,111 10,850,035,612

Tabel 3.5. Koreksi Atas Peredaran Usaha

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008 n ti


Koreksi tersebut adalah koreksi harga pembelian barang jadi oleh PT “X ” dari

pihak afiliasi, dimana harga pembelian tersebut terlalu tinggi dibandingkan PT

“X” memproduksi barang jadi tersebut sendiri, karena pembelian barang jadi

tersebut dilakukan dari pemegang saham yang terkait hubungan istim ewa (75% ).

Equalisasi Peredaran Usaha dan Penyerahan Kena Pajak adalah sebagai b e rik u t:

URAIAN Rp. Rp. Rp.


PEREDARAN USAHA
Penjualan Ekspor
-Penjualan Ekspor 10,895,161,066
Penjualan Lokal
-Penjualan Lokal 528,277,022,639
Dikurangi:
-Diskon Penjualan (\ 0.029,849.205)
Penjualan Lokal Cfm SPT 518,247,173,434
Koreksi Pemeriksaan :
-Koreksi Diskon Penjualan 10,029,849,205
-Koreksi Penjualan Lokal 820.186.407
Jumlah Koreksi 10.850.035.612
Penjualan Lokal Cfm.
Pemeriksa 529.097.209.046
Jumlah Peredaran Usaha 539,992,370,112
PENYERAHAN KENA PAJAK
Penyerahan Kepada Bukan
Pemungut
-KPP PMB 351,796,537,732
-KPP Cibinong 96,417,738,856
-KPP Sukabumi 99.191.466.322
Jumlah Penyerahan 547,405,742,910
URAIAN Rp. Rp. Rp.
Retur Penjualan
-KPP PMB 421,094,920
-KPP Cibinong 543,675,441
-KPP Sukabumi 425.078.080
Jumlah Retur Penjualan H .389.848.44 n
Jumlah Penyerahan Cfm. SPT 546,015,894,469
Selisih Ekualisasi (6,023,524,357)

Tabel 3.6. Ekualisasi Peredaran Usaha dan Penyerahan Kena Pajak

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


77
Selisih ekualisasi tersebut merupakan obyek PPN yang tidak d ip e rh itu n g k a n

dalam kelompok peredaran usaha, dengan rincian sebagai b erik u t:

No. Uraian Rp. Rp.


Penjualan Ekspor
Diskon Penjualan
1 Koreksi Diskon Penjualan
(10,895,161,066)
2 Koreksi Penjualan Lokal
10,029,849,205
3 Pemakaian Sendiri
(10,029,849,205)
4 Pendapatan lain-lain
(820,186,407)
5 a. Jasa Bantuan Teknis
14,740,499
6 -Jasa Bantuan Teknis cfm SPT Badan 4,282,286,652
-PPN Keluaran Triwulan IV/1999 858,176,392
-PPN Keluaran Triwulan IV/2000 (1,011,383,500)
Sub Jumlah Jasa Bantuan Teknis 4,129,079,544
b. Pendapatan Sewa 300,000,000
c. Pendapatan Hilang Pasar 94,162,500
d. Lain-lain 13,200,889,287
Jumlah 6,023,524,357

Tabel 3.7. Selisih Ekualisasi Yang Merupakan Obyek PPN

Selisih ekualisasi lain-lain sebesar Rp. 13,200,889,287,- merupakan pendapatan

dari hasil produksi sampingan (byproduct) dengan rincian sebagai b e rik u t:

Uraian Jum lah (Rp)

1. Avalan (sisa) Sheet (cup) 5,793,060,224


2. Karton Box 1,617,116,600
3. Tutup Botol 375 ml 493.195.000
4. Penggantian Biaya 142.000.000
5. Penagihan Lain-lain 3,878,747,463
6. Penjualan 1 Unit Mesin Preform 960.000.000
7. Pengalihan Botol 5 Galon 316.770.000
Jumlah 13,200,889,287

Tabel 3.8. Selisih Ekualisasi Lain-lain

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


78
Pemeriksa juga melakukan analisis penjualan berdasarkan arus piutang usaha

dengan hasil sebagai berikut;

Saldo Awal Piutang Usaha per 1 Januari 2000 Rp. (99,022,408,018,-)


Penerimaan / pelunasan Piutang Usaha Rp. 657,233,965,814,-
Jumlah Rp. 558,211,557,796,-
Saldo A khir Piutang Usaha per 31 Desember 2000 Rp. 107,725,516,084,-
Penjualan Plus Jaminan Botol Rp. 665,937,073,880,-
Jaminan Botol Rp. (62,040,788,955,-)
Pelunasan Piutang dengan Diskon Penjualan Th. 1999 Rp. 10,029,849,205,-
Penjualan (Termasuk PPN dan PPn BM) Rp. 613,926,134,130,-
D ikuran g i:
Penjualan ex Produksi Sendiri:
- PPN atas Penjualan Lokal Rp. (20,945,434,388,-)
- PPn BM Rp. (20,945,434,388,-)
Penjualan ex Pem belian:
- PPN atas Penjualan Lokal Rp. (32,286,979,398,-)
Penjualan diluar PPN & PPn BM Rp. 539,748,285,956,-
Laba Selisih Kurs Penyesuaian Piutang Rp. (576,102,252,-)
Penjualan Bersih Tahun 2000 Rp. 539,172,183,704

Tabel 3.9. Analisis Penjualan Berdasarkan Arus Piutang

Equalisasi peredaran usaha dengan SPT masa PPN adalah sebagai b erik u t:

Peredaran usaha Rp 539.992.370.112,-

SPT Masa PPN__________________________________ Rp 546.015.894.469,-

Selisih Rp 6.023.524.357,-

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


79
Selisih tersebut adalah transaksi yang dilaporkan di SPT M asa PPN .

Pengujian terhadap arus piutang adalah sebagai berikut:

Saldo Akhir Rp 107.725.516.084,-

Pelunasan Piutang Rp 657.233.965.814,-

Rp 764.959.481.898,-

Saldo Awal____________________ Rp 99.022.408.018,-

Peredaran Usaha Rp 665.937.073.880,-

H arg a P o k o k P enjualan

Pengujian bersumber d a r i:

• Ledger perkiraan Harga Pokok Penjualan dan Persediaan serta ledger-ledger

Biaya beserta bukti pendukungnya,

• Arus Persediaan dan Pemakaian Material,

• Faktur Pembelian dan Dokumen transaksi (termasuk impor) yang terkait,

• Daftar pembayaran gaji, upah dan tunjangan serta slip pem bayarannya dan

dikaitkan dengan SPT PPh Pasal 21, daftar aktiva tetap dan

• Rekening Koran Bank.

Hasil akhir pemeriksaan atas pos Harga Pokok Penjualan adalah sebagai b e r ik u t:

Menurut
URAIAN K oreksi (Rp)
SPT (Rp) Pemeriksa (Rp)
BIAYA LANGSUNG
Pemakaian Bahan Baku 9,269,974,931 9,269,974,931 0
Pmk. Bahan Pembantu 1,562,447,194 1,562,447,194 0
Biaya Bahan Kemasan 110,497,244,728 110,497,244,728 0
Upah langsung 8,436,379,725 8,436,379,725 0

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


80
Sub Jumlah 129,766,046,578 129,766,046,578 0
Biaya Pabrikasi 53,787,367,494 53,359,229,994 428,137,500
Barang Dalam Proses:
Persediaan Awal 8,895,223 8,895,223 0
Persediaan Akhir 10,344,617 10,344,617 0
Sub Jumlah (1,449,394) (1,449,394) 0
Persediaamn Barang Jadi:
Persediaan Awal 1,246,647,757 1,246,647,757 0
Pembelian Barang Jadi 304,138,625,152 279,247,023,877 24,891,601,275
Sample & Pemakaian Sendiri 15,766,563 15,766,563 0
Persediaan Akhir 1,807,114,608 1,807,114,608 0
Sub Jumlah 303,562,391,738 278,670,790,463 24,891,601,275
JUMLAH HPP 487,114,356,416 461,794,617,641 25,319,738,775

Tabel 3.10. Koreksi Atas Harga Pokok Penjualan

Koreksi sebesar Rp 25,319,738,775,- tersebut terdiri dari :

Biaya perijinan dan PBB : Rp 428,137,500,-

Biaya pembelian barang jadi : Rp 24,891,601,275,-

Rp 25,315,738,775

P a ja k Penghasilan Pasal 21

Pengujian bersumber d a r i:

• SPT Masa / SPT Tahunan PPh Pasal 21

• Daftar Gaji dan Upah

• Pembebanan biaya pada Laporan Rugi-Laba

Kesimpulan akhir hasil pemeriksaan atas PPh Pasal 21 :

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


81
MENURUT
URAIAN KOREKSI
SPT (Rp) Pemeriksa (Rp.)
Objek PPh Pasal 21:
Pegawai Tetap 5,042,456,788 5,209,779,643 167,322,855
Pegawai Tidak Tetap 0 0 0
Penghasilan Final 239,974,292 239,974,292 0
Jumlah 5,282,431,080 5,449,753,935 167,322,855

Tabel 3.11. Pemeriksaan alas PPh Pasal 21

P a ja k P enghasilan Pasal 23

Pengujian bersumber d a r i:

• SPT M asa PPh Pasal 23,

• Hutang Lain-lain dan

• Pembebanan biaya di Rugi-Laba.

Kesimpulan akhir hasil pemeriksaan atas Pajak Penghasilan Pasal 23

MENURUT
URAIAN KOREKSI
SPT (Rp) Pemeriksa (Rp.)
Objek PPh Pasal 23 :
- Sewa 79,203,184 79,203,184 0
- Bunga Pinjaman 2,041,893,388 2,041,893,388 0
- Dividen 193,711,200 193,711,200 0
- Imbalan Jasa 1,930,006,571 12,037,417,308 10,107,410,737
Jumlah 4,244,814,343 14,352,225,080 10,107,410,737

Tabel 3.12. Pemeriksaan atas PPh Pasal 23

P a ja k Penghasilan Pasal 4 (2)

Pengujian bersumber d a ri:


Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008
82
• SPT M asa PPh Pasal 4 (2),

• Pem bebanan biaya di Rugi-Laba

• Hutang Lain-lain dan Biaya Dibayar Dimuka pada Neraca

Kesimpulan akhir hasil pemeriksaan atas Pajak Penghasilan Pasal 4 ( 2 ) :

MENURUT
URAIAN KOREKSI
SPT (Rp) Pemeriksa (Rp.)
Objek PPh Pasal 4 (2 ):
Jasa Konstruksi 155,039,838 155,039,838 0
Jasa Lainnya 79,000,000 79,000,000 0
Sewa (Bangunan) 85,500,000 85,500,000 .0
Jumlah 319,539,838 319,539,838 0

Tabel 3.13. Pemeriksaan atas PPh Pasal 4 (2)

P a ja k P e n g h a sila n P a sa l 26

Pengujian bersum ber d a r i :

• SPT M asa PPh Pasal 26

• H utang Lain-lain dan Uang Muka pada Pos Neraca serta Pembebanan biaya

di R/L

Kesimpula akhir hasil pem eriksaan atas Pajak Penghasilan Pasal 26 :

MENURUT
URAIAN KOREKSI
SPT (Rp) Pemeriksa (Rp.)
Objek PPh Pasal 26 :
- Imbalan Jasa 23,855,961 23,855,961 0
- Royalty 1,512,385,971 1,512,385,971 0
*Dividen 854,516,800 854,516,800 0
Jumlah 2,390,758,732 2,390,758,732 0

Tabel 3.14. Pemeriksaan atas PPh Pasal 26

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


P a ja k P e rta m b a h a n Nilai dan PPn BM

Pengujian bersum ber d a r i:

• SPT M asa PPN DN,

• Ledger Pengendalian Penjualan dan Pembelian pada pos R/L

• Ledger Kas/Bank, Piutang dan Hutang, Uang Muka pada pos neraca

• Faktur Pajak Masukan dan Keluaran dan Ekualisasi peredaran usaha m enurut

PPh Badan dan DPP PPN Keluaran menurut SPT PPN.

Kesim pulan hasil pemeriksaan atas Pajak Pertambahan Nilai Dalam N e g e ri:

Pajak Pertam bahan Nilai

MENURUT
URAIAN K O R E K SI
SPT (Rp) Pemeriksa (Rp.)
PENYERAHAN YG TERUTANG PPN
Ekspor 0 0 0
PPN Fasilitas 0 0 0
Penyerahan terutang P P N :
- Peny. Kepada pemungut PPN 0 0 0
- Peny. Kepada bukan pemungut 351,796,537,732 352,616,724,139 820,186,407
- Dikurangi Retur Penjualan 421,094,920 421,094,920 0
Jumlah Penyerahan yang Terutang 351,375,442,812 352,195,629,219 820,186,407
PAJAK YG DAPAT DIPER­
HITUNGKAN
Pajak Masukan yang dapat dikreditkan :
- Pajak Masukan impor 2,384,474,360 2,384,474,360 0
- Pajak Masukan Dalam Negeri 306,513,609,540 306,513,609,540 0
- Pajak Masukan dr masa yang tidak sama 2,122,509,720 2,122,509,720 0
Kompensasi PPN Kelebihan Bulan 0 0 0
Dikurangi PPN atas Retur Pembelian 686,033,310 686,033,310 0
Lain-lain 1,536,241,930 1,536,241,930 0

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


84
Jumlah Pajak yang Dapat Diperhitungkan 311,870,802,240 311,870,802,240 0

Jumlah PPN yang harus Dipungut 35,137,544,281 35,219,562,922 82.018.641


Jumlah Kredit Pajak PPN 31,187,080,224 31,187,080,224 0
Jumlah PPN yang Kurang (lebih) 3.950.464.057 4,032,482,698 82.018.641
Setoran PPN 3.950.464.057 3,950,464,057 (0)
PPN Yang Kurang Bayar 82.018.641 82.018.641
Sanksi Bunga Pasal 13 (3) 82.018.641 82.018.641
PPN Yang Harus Dibayar 164,037,281.80 164,037,281.80

Tabel 3.15. Pemeriksaan atas PPN Dalam Negeri

P a ja k atas P en ju alan Barang Mewah

MENURUT
URAIAN K O R EK SI
SPT (Rp) Pemeriksa (Rp.)
PENYERAHAN YG TERUTANG PPN
Ekspor 0 0 0
PPN Fasilitas 0 0 0
Penyerahan terutang PPN :
- Peny. Kepada pemungut PPN 0 0 0
- Peny. Kepada bukan pemungut 351,796,537,732 352,616,724,139 820,186,407
- Dikurangi Retur Penjualan 421,094,920 421,094,920 0
Jumlah Penyerahan yang Terutang 351,375,442,812 352,195,629,219 820,186,407
PAJAK YG DAPAT DIPER­
HITUNGKAN
Pajak Masukan yang dapat dikreditkan :
- Pajak Masukan impor 2,384,474,360 2,384,474,360 0
- Pajak Masukan Dalam Negeri 306,513,609,540 306,513,609,540 0
- Pajak Masukan dr masa yang tidak sama 2,122,509,720 2,122,509,720 0
Kompensasi PPN Kelebihan Bulan 0 0 0
Dikurangi PPN atas Retur Pembelian 686,033,310 686,033,310 0
Lain-lain 1,536,241,930 1,536,241,930 0

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


85
Jumlah Pajak yang Dapat Diperhitungkan 311,870,802,240 311,870,802,240 0

Jumlah PPN yang harus Dipungut 35,137,544,281 35,219,562,922 82.018.641


Jumlah Kredit Pajak PPN 31,187,080,224 31,187,080,224 0
Jumlah PPN yang Kurang (lebih) 3.950.464.057 4,032,482,698 82.018.641
Setoran PPN 3.950.464.057 3,950,464,057 (0)
PPN Yang Kurang Bayar 82.018.641 82.018.641
Sanksi Bunga Pasal 13 (3) 82.018.641 82.018.641
PPN Yang Harus Dibayar 164,037,281.80 164,037,281.80

Tabel 3.16. Pemeriksaan atas Pajak Penjualan Barang Mewah

P a ja k P e rta m b a h a n Nilai Jasa Luar Negeri

Pengujian bersumber d a ri:

• SPT M asa PPN,

• Ledger Kas / Bank, Piutang dan Hutang, Uang Muka pada Pos N eraca

• Faktur Pajak Masukan dan Keluaran

Kesimpulan akhir hasil pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Jasa Luar N e g e r i:

MEN!LJRUT
URAIAN K O R EK SI
SPT (Rp) Pemeriksa (Rp.)
DPP PPN Jasa Luar Negeri:
- Imbalan Jasa 23,855,961 775,167,510, 751,311,549
- Royalty 1,512,385,937 1,512,385,937 0
Jumlah 1,536,241,898 2,287,553,447 751,311,549

T a b e l 3 .1 7 . P e m e rik s a a n a la s P P N J a s a L u a r N e g e r i

PPN atas A ktiva yang M enurut T ujuan Sem ula T id a k u n tu k

D iperjualbelikan

Pengujian bersumber d a ri:

• SPT Masa PPN,

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


86
♦ Ledger Kas / Bank, Piutang dan Hutang, Uang Muka pada Pos N craca

* Faktur Pajak Masukan dan Keluaran

• Daftar Aktiva Tetap dan Penyusutan

MEN!URUT
URAIAN KOREKSI
SPT (Rp) Pemeriksa (Rp.)
DPP PPN
- Penjualan Aktiva 148,623,000 148,623,000
Jumlah - 148,623,000 148,623,000

T a b e l 3 .1 8 . P e m e rik sa a n a ta s PPN atas A ktiva dengan Tujuan Sem ula T idak U ntuk d ip e rju a lb e lik a n

K esim pulan a k h ir pem eriksaan atas Pajak Badan

MENURUT
URAIAN K O REK SI
No. Menurut Fiskus Menurut PT “X”
1 Peredaran usaha 539,992,370,111 529,142,334,499 10,850,035,612
2 Harga Pokok Penjualan 461,794,617,641 487,114,356,416 25,319,738,775
3 Laba Bruto (1-2) 78,197,752,470 42,027,978,083 36,169,774,387
4 Penghasilan bruto luar usaha 7,528,788,929 7,380,165,929 148,623,000
5 Jumlah penghasilan bruto (3+4) 85,726,541,399 49,408,144,012 36,318,397,387
6 Pengurang Penghasilan Bruto 29,465,764,667 19,937,921,622 (9,527,843,045)
7 Penghasilan netto dalam negeri (5-6) 56,260,776,732 29,470,222,390 26,790,554,342
8 Penghasilan netto luar negeri 0 0 0
9 Jumlah penghasilan netto (7+8) 56,260,776,732 29,470,222,390 26,790,554,342
10 Kompensasi kerugian 0 0 0
11 Penghasilan Kena Pajak (9*10) 56,260,776,732 29,470,222,390 26,790,554,342

12 Pajak Penghasilan Terhutang • 16,869,482,903 8.832.316.600 8,037,166,303


13 Kredit Pajak 8,832,316,600 8.832.316.600
14 Pajak Penghasilan yang Kurang (Lebih) dibayar 8,037,166,303 8,037,166,303
15 Sanksi administrasi:
Bunga pasal 13 (2) KUP 3,857,839,825 3,857,839,825
Jumlah yang masih harus di bayar
16 -
(14 + 15) 11,895,006,128 11,895,006,128

Tabel 3.19. Pemeriksaan atas PPh Badan

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


Berdasarkan hasil akhir pemeriksaan atas pos-pos tersebut di atas, m aka

pemeriksa mengusulkan kepada KPP untuk diterbitkan ketetapan pajak-pajak

tahun 2000 atas nama PT “X” sebagai berikut:

KPP-AiPMBV.
1. SKPKB PPh Badan sebesar Rp. 11,895,006,128,-
2. SKPKB PPh Pasal 21 sebesar Rp. 24,763,783,-
3. SKPKB PPh Pasal 23 sebesar Rp. 1,342,863,377,-
4. SKPN PPh Pasal 4 (2) sebesar Rp. Nihil
5. SKPN PPh Pasal 26 sebesar Rp. Nihil
6. SKPKB PPN sebesar Rp. 164,037,282,-
7. SKPKB PPn BM sebesar Rp. 121,387,588,-
8. SKPKB PPN Jasa Luar Negeri sebesar Rp. 111,194,109,-
9. SKPKB PPN atas Aktiva yang menurut Tujuan
Semula tidak untuk Diperjualbelikan sebesar Rp. 21,996,204,-

KPP - B f Bekasi):
1. SKPN PPh Pasal 21 Rp. Nihil
2. STP PPh Pasal 21 sebesar Rp. 515,539,-
K P P -C (Cibinong):
1. SKPN PPh Pasal 21 Rp. Nihil
2. STP PPh Pasal 21 sebesar Rp. 25,000,-
3. SKPKB PPh Pasal 23 sebesar Rp. 50,038,480,-
4. STP PPh Pasal 23 sebesar Rp. 25,000,-
5. SKPN PPh Pasal 4 (2) Rp. Nihil

6. STP PPh Pasa! 4 (2) sebesar Rp. 25,000,-


7. SKPN PPN Rp. Nihil
8. STP PPN Sebesar Rp. 25,000,-
9. SKPN PPn BM Rp. Nihil
KPP - D (Sukabumi):
1. SKPN PPh Pasal 21 Rp. Nihil
2. SKPKB PPh Pasal 23 sebesar Rp. 42,184,524,-
3. STP PPh Pasal 23 sebesar Rp. 9,141,-

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


88
4. SK PN PPh Pasal 4 (2) Rp. N ihil
5. STP PPh Pasal 4 (2) sebesar Rp. 105,585,-
6. SK PK B PPh Pasal 26 sebesar Rp. 6 8 3 ,0 8 8 ,8 2 8 ,-
7. SKPN PPN Rp. N ihil
8. SK PN PPn BM Rp. N ihil
9. SK PK B PPN Jasa Luar Negeri Rp. 3 6 2 ,4 4 2 ,1 7 2 ,-

T a b e l 3 .2 0 . H a s il A k h ir P e m e r ik s a a n P a ja k T c rh u ta n g o le h P T “ X "

Berdasarkan uraian tersebut di atas, flskus telah mengkomunikasikan

kepada PT “X” bahwa terdapat perbedaan perhitungan atas peredaran usaha yang

bersumber pada transaksi lokal berupa pembelian produk jadi dari afiliasi dan

selisih negatif atas persediaan untuk tahun pajak 2000, kemudian PT “X ” ju g a

memberikan jawaban bahwa dari pihak PT “X” tidak sependapat dengan koreksi

dari pemeriksa tersebut.Oleh karenanya pada tanggal 7 Mei 2003 diterbitkan

SKPKB sesuai dengan masing-masing jenis pajak sebesar koreksi yang dilakukan

oleh flskus.

Dalam hal ini, penulis hanya membatasi pokok perm asalahan pada

SKPKB atas koreksi positif pada PPh Badan PT “X” khususnya yang

bersumber dari transaksi pembelian barang jadi dari afiliasi, dim ana

koreksi tersebut dilakukan karena DJP mengindikasikan adanya praktek

transfer pricing dengan harga yang tidak wajar {not a rm ’s length pricc)

mengingat pembelian produk jadi tersebut dilakukan dari related p a rty oleh

PT “X” yaitu sebagai afiliasi PT “X”.

Koreksi tersebut adalah selisih harga pembelian produk jad i dari afiliasi

yang menimbulkan perbedaan harga pokok penjualan untuk produk yang sam a

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008 89


oleh PT “X”, dimana harga pokok produk barang jadi yang diproduksi sendiri

oleh PT “X” lebili rendah dibandingkan dengan harga pokok produk ja d i yang

dibeli oleh PT “X” dari afiliasi, karena pembelian tersebut dilakukan dari

pemegang saham yang terkait hubungan istimewa yaitu PT TIV , dengan

kepemilikan saham di PT “X” sebesar 75,35 %.

Perincian Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) tanggal 7 M ei

2003 atas kekurangan Pajak Penghasilan Badan PT “X” dengan perhitungan

sebagai berikut:

Penghasilan netto menurut Wajib Pajak : Rp 29.470.222.390,-

Koreksi positif : Rd 26.790.554.342,-

Penghasilan netto menurut DJP : Rp 56.260.776.732,-

Penghasilan Kena Pajak : Rp 56.260.776.732,-

Pajak Penghasilan Terhutang : Rp 16.869.482.903,-

Kredit Pajak : Rp 8.832.316.600,-

Pajak Penghasilan Yang Kurang Dibayar : Rp 8.037.166.303,-

Sanksi A dm inistrasi: Pasal 13 (2) KUP : Rp 3.857.839.825,-

Jumlah yang masih harus dibayar : Rp. 11.895.006.128,-

5.2. P erm ohonan Keberatan Oleh P T “ X” kepada K P P dan S u ra t

K eputusan dari Direktorat Jenderal P ajak tanggal 09 J u n i 2004

Atas SKPKB tersebut PT “X” mengajukan keberatan ke K PP Perusahaan

Masuk Bursa dengan surat nomor 264/AGM-WS/VI/2003 tanggal 5 Juni 2003.

PT UX” merasa keberatan dengan koreksi yang telah dilakukan oleh pem eriksa

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008 90


karena menurut PT “X” sebagai wajib pajak, pemeriksa melakukan koreksi atas

harga pembelian barang jadi dari pihak afiliasi dimana menurut pem eriksa harga

pembelian yang dibebankan tersebut terlalu tinggi dibandingkan jik a PT “X ”

memproduksi barang tersebut sendiri. Pemeriksa menggunakan analisa internal

dengan cara cost plus, membandingkan antara harga beli m asing-m asing produk

kemudian ditambah prosenlase margin (dengan memperhatikan harga pokok

W ajib Pajak) dan harga jual produk sejenis dari hasil produksi sendiri tanpa

memperhatikan bahwa harga transfer dari afiliasi sudah mengandung laba kotor

dimana laba atas penjualan ke PT “X” oleh afiliasi telah dilaporkan sebagai laba

kena pajak oleh Perusahaan afiliasi.

Dalam surat keberatan tersebut, PT “X” juga menjelaskan bahw a PT “X ”

sebagai pemilik merek, PT “X” mengadakan perjanjian produksi dengan

perusahaan afiliasi untuk memproduksi produk P T “X” dimana atas hasil produksi

tersebut, perusahaan afiliasi harus menjual produknya ke distributor m elalui PT

“X ” . Perjanjian tersebut dibuat untuk mengontrol penjualan produk dengan

merek yang dimiliki PT “X” di pasaran.

Lebih jauh dalam surat keberatannya PT “X ” m em berikan alasan

keberatannya terhadap koreksi atas harga transfer yang dilakukan pem eriksa, yaitu

pada dasarnya perusahaan afiliasi merupakan badan usaha yang b erb ed a secara

legal dengan PT “X”, dimana laba atas penjualan dari produk yang dijual afiliasi

ke PT “X” (dimana harga beli PT “X” dikoreksi) telah dilaporkan sebagai laba

kena pajak dan dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT ) PPh B adan

tahun pajak 2000 perusahaan yang bersangkutan.

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008 91


Perusahaan afiliasi telah memungut PPn BM atas penjualan produk ke PT

“X” sesuai dengan harga penjualan yang dibebankan ke PT “X ”. Sehingga jik a

atas harga beli yang dibayar oleh PT “X” dikoreksi, maka PPn BM yang telah

dipungut oleh afiliasi atau yang dibayar oleh PT “X” juga harus dikoreksi atau

direstitusi oleh PT “X” kerena penyetoran PPn BM terlalu besar. D engan kata lain

pihak pemeriksa disini tidak mempertimbangkan adanya PPn BM yang telah

dipungut berdasarkan harga jual dari perusahaan afiliasi yang dianggap terlalu

tinggi oleh pemeriksa.

Atas transaksi pembelian dari afiliasi itu dijelaskan pula bahw a, PT “X ”

tidak perlu lagi mengolah lagi sehingga tidak ada tambahan biaya yang

dibebankan dan langsung menjual produk tersebut ke distributor.

Setelah dilakukan penelitian atas kasus tersebut, dapat diketahui bahw a

pemeriksa melakukan koreksi atas HPP sebesar Rp 25.319.738.775,- y an g

diantaranya bersumber dari koreksi terhadap pembelian dari afiliasi sebesar R p

24.891.601.275,- dan sisanya koreksi atas biaya pabrikasi sebesar Rp

428.137.500,- karena sampai dengan akhir pemeriksaan (elosing), PT “X*’ selaku

wajib pajak telah memberikan semua data yang diminta oleh pem eriksa, nam un

tidak sesuai dengan fakta yang ditemukan pemeriksa di lapangan sehingga koreksi

atas pembelian dari afiliasi oleh pemeriksa ditentukan dengan m em bandingkan

HPP berdasarkan data memorial perhitungan struktur HPP terhadap H PP produk

yang dihasilkan oleh PT “X” sendiri atau HPP yang seharusnya m enurut tim

pemeriksa dengan perhitungan sebagai berikut:

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008 92


Berdasarkan analisa internal dengan cara cost plus , membandingkan

antara harga beli masing-masing produk kemudian ditambah prosentase m argin

(dengan memperhatikan harga pokok Wajib Pajak) dan harga jual produk sejenis

dari hasil produksi sendiri, ditemukan kenyataan bahwa harga beli yang dibayar

kepada perusahaan afiliasi dan pemegang saham jauh lebih tinggi. Pembuktian

yang dilakukan dalam pemeriksaan menggunakan bukti berupa data mem orial

perhitungan (struktur) harga pokok dan perjanjian-perjanjian yang dibuat W ajib

Pajak, dengan cara membandingkan harga beli perproduk sejenis yang

m enggunakan bahan baku, bahan pembantu, bahan kemasan, serta tehnologi yang

sam a/setara term asuk penggunaan merk dagang AQ dengan struktur biaya atas

produk yang diproduksi/dihasilkan sendiri oleh PT “X”. Berpedoman pada SE-

04/PJ.7/93 tanggal 9 Maret 1993 perihal petunjuk penanganan kasus-kasus

transfer p ricin g , pemeriksa menilai bahwa managemen PT “X” telah m elakukan

praktik transfer pricing di dalam kelompok usahanya. Transfer pricing tersebut

dim aksudkan untuk tujuan pengalihan laba baik ke PT TIV sebagai pem egang

saham m ayoritas (related party) dengan kewajiban pajak PPh Badan untuk tahun

2000 dalam kondisi Rugi dan Lebih Bayar maupun kepada perusahaan afiliasi

lainnya.

Terhadap pembelian barang jadi tersebut, PT “X” berkew ajiban

m enjualnya kepada PT TIV yang juga memiliki cabang di lokasi sum ber air

perusahaan afiliasi sebagaimana disebutkan dalam perjanjian yang dibuat oleh

kedua belah pihak sebanyak 2 (dua) perjanjian. Mekanisme adm inistrasi yang

terjadi untuk transaksi ini hanya arus dokumen saja terutama berkaitan dengan

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008 94


Faktur Pajak namun secara fisik tidak terjadi pemindahan barang. Hal ini bisa

terjadi disebabkan transaksi di dalam 1 (satu) kelompok usaha dibaw ah kendali

P T T IV .

Tinjauan lainnya bahwa PT “X” merupakan perusahaan “ Go Publik” y an g

m em iliki konsekuensi pembagian deviden kepada pemegang saham m inoritas

(m asyarakat) untuk setiap kenaikan laba perusahaan. B erdasarkan hasil

perhitungan pemeriksa terhadap kewajaran harga dan adanya hubungan istim ew a,

W ajib Pajak terlalu besar membebankan harga pokok melalui praktek transfer

p ricin g sebesar Rp.24.892.601.275,- sebagai koreksi positif.

D alam proses penyelesaian keberatan ini PT “X” selaku W ajib Pajak telah

dim inta data oleh DJP melalui surat Nomor : S-737/PJ.443/2003 tanggal 17 Juli

2003 berupa SPT Tahunan PPh Badan tahun pajak 2000, buku besar (Iedger),

bukti asli kredit pajak, rekening koran, dan dokumen pendukung lainnya yang

menjadi dasar pembukuan, selanjutnya Wajib Pajak m erespon d en g an

m engirim kan semua data yang diminta.

Bahw a alasan Wajib Pajak tidak berdasarkan pada fakta y an g ditem ui

pem eriksa dan Dit. PPh. Dari data yang disampaikan saat pem eriksaan sam a

dengan data yang disampaikan pada saat keberatan, sehingga tidak ad a d a ta

lainnya untuk mendukung keberatannya. Berdasarkan hal tersebut D it. P P h

berpendapat bahwa koreksi sudah sesuai dengan ketentuan yang berlak u serta

tidak terdapat ketidakbenaran sebagaimana dimaksud Pasal 26 U n d an g -u n d an g

Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata C ara P erpajakan

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang N om or 16 T ahun

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008 95


2000, sehingga berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan Dit. PPh

megusulkan untuk menolak keberatan Wajib Pajak dan mempertahankan SKPK B

PPh Badan N om or : 00016/206/00/054/03 tanggal 7 Mei 2003 Tahun Pajak 2000

dengan rincian sebagai b erikut:

U raian Cfm SKI’KIJ Cfm D ire k to ra t P P h


Rp (R p)
Penghasilan Neto cfm SPT/WP 29.470.222.390 29.470.222.390
Koreksi F isk a l:
Peredaran Usaha 10.850.035.612 10.850.035.612
Harga Pokok Penjualan 25.319.738.775 25.319.738.775
Penghasilan Dari Luar Usaha 148.623.000 148.623.000
Pengurang Penghasilan Bruto (9.527.843.045) (9.527.843.045)
Total Koreksi 26.790.554.342 26.790.554.342
Penghasilan Neto Setelah 56.260.776.732 56.260.776.732
Koreksi 56.260.776.732 56.260.776.732
Penghasilan Kena Pajak 16.869.482.903 16.869.482.903
PPh Terutang 8.832.316.600 8.832.316.600
Kredit Pajak
PPh Kurang/(Lebih) Bayar 8.037.166.303 8.037.166.303
Sanksi Administrasi (24 bulan) 3.857.839.825 3.857.839.825
PPh Ymli/(lebih) dibayar 11.895.006.128 11.895.006.128

Tabel 3.22. Rincian Usulan Penolakan Keberatan SKPKB Atas PT “X"

Atas surat permohonan keberatan Wajib Pajak tersebut, DJP dengan Surat
Keputusannya Nomor : KEP-8I6/PJ.44/2004 tanggal 9 Juni 2004, m enolak

permohonan PT “X” dan tetap mempertahankan SKPKB PPh Badan T ahun P ajak
2000 yang diterbitkan bulan Mei 2003 dengan perincian sebagai b e rik u t:

Penghasilan Kena PPh Terutang/ Kredit Pajak Sanksi Jum lah P P h y m h

Uraian Pajak (Rp) Pokok Pajak (Rp) (Rp) Administrasi D ibayar (R p)

(Rp)
Semula 56,260.776.000 16.869.482.903 8.832.316.600 3857.839.825 11.895.006.128
Ditambah/

(Dikurangi) 0 0 0 O 0
Menjadi 56.260.776.000 16.869.482.903 8.832.316.600 3.857.839.825 11.895.006.128

'fabel 3.23. Keputusan Keberatan Atas S K P K B PPh Badan P T “ X ” Tahu n 2000

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008 96


Terhadap kcputusan penolakan keberatan oleh DJP tersebut, P T “X ”

memutuskan untuk mengajukan banding ke Pengadilan Pajak melalui surat

bandingnya tanggal 30 Juli 2004.

5.3. S u ra t B anding P T “ X” tanggal 30 Juli 2004

Surat banding PT “X” tersebut diterima oleh Sekretariat Pengadilan Pajak

pada tanggal 9 Agustus 2004. Dalam surat bandingnya PT “X” m engungkapkan

hal-hal sebagai b e rik u t:

SE-04 / PJ.07 / 1993 tertanggal 9 Maret 1993 mengenai petunjuk penanganan

kasus-kasus transfer pricing, secara jelas mengatur bahwa pihak pajak

berkepentingan untuk mencegah terjadinya transfer pricing yang secara sengaja

diatur untuk mentransfer pendapatan dan / atau biaya kepada Wajib Pajak lainnya

yang mempunyai hubungan istimewa dengan maksud untuk menekan keseluruhan

jum lah pajak terutang atas WP-WP yang memiliki hubungan istim ew a tersebut.

Jadi, surat edaran ini dimaksudkan untuk mencegah harga transfer dengan tujuan

menggelapkan pajak.

Berikut adalah alasan dan penjelasan dari PT “X” sebagai W ajib Pajak (W P )

berkaitan dengan surat edaran tersebut:

1. Pada tanggal 7 Mei 2003, KPP Perusahaan masuk bursa m enerbitkan Surat

Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) No.00016 / 206 / 00 / 054 / 03 y an g

menyatakan bahwa PT “X” kurang membayar Pajak Penghasilan B adan

sebesar Rp 11.895.006.128 dengan pokok pajak sebesar Rp 8.037.166.303 dan

sanksi bunga sesuai dengan Pasal 13 ayat 2 KUP sebesar Rp 3.857.839.825.

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008 97


2. D alam proses pemeriksaan, tim pemeriksa pajak (fiskus) telah m elakukan

koreksi harga pembelian barang jadi PT “X” dari pihak afiliasi karena tim

pem eriksa berpendapat bahwa harga pembelian tersebut terlalu tinggi

dibandingkan jik a PT “X” memproduksi sendiri barang jadi tersebut. S elain

itu pihak pem eriksa menganggap adanya hubungan istimewa antara p ihak -

pihak yang bertransaksi. Dalam hal ini pemeriksa melakukan koreksi seb esar

R p 24.891.601.275,- yaitu dari total pembelian sebesar Rp 304.138.625.152,-

m enjadi R p 279.247.023.877,-. Secara umum dapat dijelaskan bahw a P T “X ”

sebagai produsen minuman dalam kemasan dengan merek A Q harus m enjual

produknya kepada PT Tirta Investama (selanjutnya disingkat PT T IV ), y an g

m erupakan induk perusahaan PT “X” yang berfungsi juga sebagai d istrib u to r

bagi produk-produk AQ dan sekaligus sebagai produsen dan suplicr bahan

baku dari minum an dalam kemasan dengan merek VIT. Selanjutnya sebagai

distributor, PT TIV akan mendistribusikan produk-produk A Q d a n V IT

kepada para agen di seluruh Indonesia. Berikut adalah bagan sed erh an a

m engenai produksi dan penjualan produk AQ (minuman dalam kem asan 1500

m l) oleh PT “X ”.

P roduk AQ Produk AQ
P T “X" PT TIV Agen

H arga ju a l Rp 1.003,- Harga ju a l Rp 1 .2 3 9 ,-

H P P = R p 6 73 .-

Diagram 3.2. Ilustrasi Sederhana Mengenai Produksi dan Penjualan Produk AQ

Dari bagan di atas, terlihat bahwa PT “X” mendapatkan laba sebesar R p 330

per produk AQ yang dijual, dan PT TIV mendapatkan laba sebesar R p 226

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008 98


per produk AQ yang dijual, sehingga PT “X” dan PT TIV sam a-sam a dalam

keadaan untung dan membayar pajak penghasilan badan.

M engingat permintaan akan produk AQ yang sangat besar, m aka PT “ X ”

mengadakan perjanjian dengan PT TIV dan PT Tirta Sibayakindo (selanjutnya

disingkat PT TSI), yang mana perjanjian tersebut pada dasarnya m engatur hal-

hal sebagai berikut:

• PT TIV dan TSI akan sama-sama memeproduksi minuman dalam kem asan

dengan merek AQ dengan menggunakan sumber mata air dan alat-alat

produksi yang dimiliki oleh PT TIV dan PT TSI.

• Produk AQ yang dihasilkan oleh PT TIV dan PT TSI harus dijual k epada

PT “X ” dengan harga tertentu yang disepakati oleh kedua belah pihak.

• Berikut adalah ilustrasi mengenai transaksi yang terjadi antara P T “ X ”

dengan PT TIV dan PT TSI atas produk minuman dalam kem asan m erek

AQ isi 1500 ml.

Diagram 3.3. Ilustrasi Transaksi antara P T “X” dengan PT TIV dan TSI

Dalam skema diagram diatas, terlihat bahwa harga AQ yang dibeli o leh P T

“X ” dari PT TIV dan PT TSI (selanjutnya keduanya disebut peru sah aan

afiliasi) yaitu sebesar Rp 988 per produk, jauh lebih besar dib an d in g k an

apabila PT “X” memproduksinya sendiri yaitu Rp 673 per produk. N am u n

demikian, HPP perusahaan afiliasi atas produksi AQ sebesar R p 671 p er

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008 99


produk kurang lebih sama besar dengan MPP apabila PT “X ”

mem produksinya sendiri sebesar Rp 673 per produk. Pada saat perusahaan

afiliasi menjual produk AQ tersebut ke PT “X”, perusahaan afiliasi tentu akan

m enjualnya dengan harga yang tinggi dari MPP untuk m em peroleh laba.

A pabila mengikuti cara / logika yang digunakan tim pemeriksa dim ana harga

beli P T “X ” adalah sebesar Rp 673 per produk (HPP PT “X” atas produksi

sendiri) dan bukan Rp 988 per produk, maka akan timbul m asalah di

perusahaan afiliasi dimana harga jual sebesar Rp 673 per produk dianggap

terlalu kecil.

U ntuk lebih jelasnya lagi, berikut adalah ilustrasi perbandingan antara H PP

dan G ross M argin produk AQ yang diproduksi sendiri oleh PT “X ” dengan

yang diproduksi oleh perusahaan afiliasinya :

K e te ra n g a n P eru sah aan PT “X ”


Afiliasi
H arga jual Rp 938 Rp 1.003
H PP Rp 671 Rp 673
L ab a ko to r Rp 317 Rp 330
P ro scn tase (% ) HPP 68 67
P rosen tase (% ) Gross Margin 32 33

T a b e l 3 .2 4 . P e r b a n d in g a n H P P , G r o s s M a rg in A n a ta r a P T “ X ” d e n g a n A f i l i a s i

Ilustrasi angka-angka diatas, dimaksudkan untuk m enunjukkan tingkat

kew ajaran atas harga jual dari pihak produsen kepada pihak lain. Sebagai

produsen produk AQ, perusahaan afiliasi mendapatkan laba sebesar 3 2% dari

harga jual, sedangkan PT “X” juga sebagai produsen produk AQ m endapatkan

laba sebesar 33 % dari harga jual, sehingga hal tersebut tidak ad a satu pun

perusahaan yang merasa dirugikan dalam perjanjian kerjasam a ini, dan

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008 100


penetapan harga jual perusahan afiliasi atau harga beli PT “X” dalam transaksi

tersebut masih dalam batas kewajaran. Jika terdapat selisih laba sebesar 1.5%

antara PT “X“ dengan perusahaan afiliasi juga masih dalam batas yang w ajar,

sebab yang terpenting adalah bahwa seluruh laba yang diterim a perusahaan

akan dikenakan pajak baik di sisi perusahaan afiliasi maupun di sisi PT <4X ” .

Berkaitan dengan penerapan surat edaran SE-04 / PJ.07 / 1993, m enurut pihak WP

hal tersebut tidak tepat k arena:

• Baik PT “X” maupun perusahaan afiliasinya sama-sama berkedudukan di

Indonesia sehingga penerapan strategi transfer pricing tidak akan efektif.

Pengecilan laba di PT “X” akan memperbesar laba di sisi perusahaan afiliasi

(demikian ju g a sebaliknya). Karena kedua perusahaan baik PT “X “ m aupun

perusahaan afiliasi sama-sama dalam keadaan untung, m aka secara

keseluruhan keduanya akan membayar pajak atas porsi pendapatan / biaya

yang digeser dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya. T arif pajak yang

dikenakan untuk kedua perusahaan di dalam menghitung laba kena pajak

adalah sama dan tidak ada kemungkinan bagi kedua perusahaan untuk secara

sengaja mentransfer pendapatan dan / atau biaya kepada salah satu pihak

untuk menghindari pajak. Lain halnya jika transaksi tersebut dilakukan oleh

PT “X” dengan afiliasinya di luar negeri, dimana tarif pajak di n egara lain

dapat lebih kecil atau lebih besar dari Indonesia, sehingga m em ungkinkan

salah satu pihak untuk melakukan pergeseran atas besarnya b iay a dan /

atau pendapatan, dimana pada akhirnya akan mempengaruhi ju m la h pajak

yang terutang secara keseluruhan.

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008 101


• Berdasarkan ilustrasi perbandingan yang telah digambarkan dialas, terlihat

bahwa prosentasc laba kotor yang dinikanUi oleh kedua perusahaan baik PT

“X” dengan perusahaan afiliasinya, berada pada kisaran yang sam a yaitu

antara 32% dan 33%.

3. Koreksi lainnya yang dilakukan oleh pihak Fiskus adalah adanya “reject”

barang jadi di gudang (dianggap sebagai selisih persediaan barang ja d i) yang

menurut pemeriksa merupakan bagian dari penjualan yang belum dilaporkan.

A dapun jum lah koreksi yang dibuat oleh fiskus (pemeriksa pajak) adalah Rp

820.186.407. Perlu dijelaskan balnva yang dimaksud dengan reject barang di

gudang adalah proses pengembalian sebagian produk dari pelanggan, dim ana

barang jadi yang diterima pelanggan tersebut mengalami kerusakan karena

kem asan (produk masih bisa dijual dengan mengemas ulang) dan kerusakan

karena kualitas air. Jika kerusakan tersebut berhubungan dengan kualitas air,

maka produk tersebut harus di reject / dimusnahkan guna m enghindari

disalahgunakannya produk tersebut seperti dijual kembali. Untuk m enentukan

apakah produk tersebut reject atau tidak, bisa dijual atau tidak, b erada di

bawah pengawasan QA (Quality Assurance). Dari arus barang ja d i tersebut

terdapat reject produk di gudang sebesar 0.38% dari total produksi setahun.

4. Berdasarkan penjelasan di atas, maka perhitungan PPh Badan tahun 2000

menurut wajib pajak pajak adalah sebagai berikut:

- Penghasilan Neto Rp 30.548.989.050,-

- Penghasilan Kena Pajak Rp 30.548.989.050,-

- Pajak Penghasilan Terutang Rp 9.155.946.598,-

102
Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008
- Kredit Pajak
- PPh Pasal 22/23Rp 8.785.210.450,-
- Dibayar sendiri Rp 47.106.150.-

Rn 8.832.316.600.-

- Pajak yang tidak/kurang dibayar Rp 323.629.998,-

- Sanksi bunga Pasal 13 (2) Rn 155.342.394,-

- Jum lah yang masih harus dibayar Rp 478*972.396,-

D engan uraian di atas PT W


X” selaku pemohon banding m em inta M ajelis

untuk dapat mempertimbangkan alasan-alasan yang dikemukakan oleh pem ohon

banding sebelum memutuskan permahonan banding tersebut.

U ntuk mendukung alasan-alasan permohonan banding tersebut W ajib

Pajak m elam pirkan dokumen-dokumen sebagai berikut:

1. Fotokopi SKPKB PPh Badan No. 00016/206/00/054/03 tanggal 7 M ei 2003;

2. Fotokopi Surat Setoran Pajak (SSP) atas pelunasan SKPK B N o.

00016/206/00/054/03;

3. Fotokopi Surat Keputusan DJP No. KEP-816/PJ.44/2004 tanggal 9 Juni 2004;

4. D añar pem belian produk AQ;

5. Surat Quality Assurance-Pengawasan Produk;

6. Beberapa contoh Berita Acara pemusnahan barang afkir-Fotokopi.

5.4 S u ra t U raian T erbanding (Direktorat Jcn d cra P ajak ) ta n g g a l 13 M ei

2005

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008 103


Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 45 ayat (1) dan (2) U ndang-undang

Nom or 14 Tahun 2003 tentang Pengadilan Pajak, berdasarkan Perm intaan Surat

Uraian yang dikirim oleh Pengadilan Pajak, Terbanding dalam hal ini DJP harus

menyerahkan Surat Uraian atas Banding yang diajukan Pemohon Banding dalam

jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal dikirim Permintaan Surat U raian

tersebut. Namun dalam prakteknya DJP tidak dapat memenuhi ketentuan tersebut,

Surat U raian baru diterima Pengadilan Pajak 13 Mei 2005 sementara Perm intaan

Surat Uraian dikirimkan tangga 23 Nopember 2004.

Dalam Surat Uraiannya DJP mengemukakan hal-hal sebagai sebagai

b e rik u t:

a. Berdasarkan penelitian terhadap surat permohonan banding W ajib Pajak

No.085/AGM -W S/VII/2004 tanggal 30 Juli 2004 dapat dikemukakan bahw a

banding Wajib Pajak memenuhi ketentuan formal sebagaimana diatur dalam

Pasal 27 UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan, sebagaimana diubah terakhir dengan UU No. 16 Tahun 2000,

namun tidak memenuhi ketentuan formal sebagaimana diatur dalam Pasal 36

ayat (2) dan (4) UU No. 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak dim ana

banding yang diajukan belum dilampiri surat setoran pajak (SSP) sehingga

tidak dapat dipertimbangkan lebih lanjut.

b. Bahwa SKPKB PPh Badan Tahun Pajak 2000 diterbitkan berdasarkan

Laporan Hasil Pemeriksaan Direktorat Pemeriksaan Penyidikan dan

Penagihan Pajak (P-4) No. LAP-095/PJ.701/2003 tanggal 5 Mei 2003.

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008 104


c. Alasan Permohonan Banding PT “X” sebagai Wajib Pajak M enyangkut dua

koreksi dari pihak fiskus seperti yang telah dijelaskan dalam uraian point 3.5.3

di atas, namun semua koreksi tersebut dapat “dibantah” oleh pihak WP dengan

menggunakan sejumlah argumen dan alasan yang masuk akal disertai dengan

data-data akurat perusahaan.

d. Pandangan Atas Permohonan Banding Wajib Pajak

Setelah membaca surat permohonan banding dari pihak WP, dan m em pelajari

berkas surat-menyurat yang berlangsung selama proses penyelesaian

keberatan, serta surat keberatan WP, maka Direktorat PPh m enyam paikan

pandangan dan pendapatnya sebagai berikut:

1. Dalam proses keberatan, kepada WP telah dimintakan data-data

sehubungan dengan permohonan keberatannya melalui surat nom or : S-

737 / PJ.443 / 2003 tanggal 17 Juli 2003 dan WP telah m erespon dengan

menyerahkan seluruh dokumen yang diminta sehubungan dengan proses

keberatannya berupa SPT Tahunan PPh Badan tahun Pajak 2002, buku

besar, bukti asli kredit pajak, rekening koran, dan dokumen pendukung

lainnya yang menjadi dasar pembukuan.

2. Koreksi positif atas pembelian barang jadi sebesar Rp 24.891.601.275,-

Pembelian barang jadi sebesar Rp 304.138.625.152,- m erupakan

pembelian dari pemegang saham dan perusahaan afiliasi berdasarkan

perjanjian jual beli yang dibuat antara PT “X ” dengan perusahaan-

perusahaan afiliasinya. Perjanjian tersebut dibuat untuk m engatur atau

menyepakati harga beli sekaligus harga jual antara kedua belah pihak.

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008 105


Bahwa transaksi tersebut dapat terjadi karena adanya hubungan

istimewa kepada PT TIV sebagai pemegang saham m ayoritas seb esar

75.35%, dan perusahaan afiliasi dimana PT TIV juga sebagai pem egang

saham mayoritas. Terhadap transaksi tersebut maka Pihak P em eriksa

(fiskus) mendasarkan pandangannya pada pasal 18 UU PPh serta

penjelasan dari pasal tersebut.

B ahw a alasan \VP tidak berdasarkan pada fakta yang ditemui Pem eriksa

dan Dit.PPh. Dari data yang disampaikan saat pemeriksaan sam a dengan

data yang disampaikan pada saat keberatan, sehingga tidak ada data

lainnya untuk mendukung keberatannya. Berdasarkan hal tersebut D it.P P h

berpendapat bahwa koreksi sudah sesuai dengan ketentuan y an g

berlaku.

3. K oreksi positif atas selisih persediaan sebesar Rp 820.186.407,-

Koreksi ini merupakan nilai koreksi yang berasal dari selisih n eg atif

persediaan akhir barang jadi sebanyak 2.898.963 liter dengan perhitungan

sebagai b e rik u t:

Saldo awal 2.967.427 Itr


Produksi 745.825.564 ltr
Tersedia untuk dijual = saldo awal + produksi 748.792.991 ltr
Penjualan 739.014.065 ltr
Saldo akhir = tersedia untuk dijual - penjualan 9.778.926 Itr
Saldo karto stock 6.879.964 Itr
Selisih negatif = saldo akhir-saldo karto stock 2.898.963 Itr

Tabel 3.25. Koreksi positif atas selisih persediaan oleh D JP

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008 106


Dit.PPh menyimpulkan bahwa terdapatnya selisih menunjukkan adanya

kelemahan dalam pengendalian intern persediaan yaitu terjadi selisih

perhitungan catatan yang ada di akuntansi dengan catatan / laporan

persediaan barang jadi di gudang.

Bahwa alasan \VP tidak berdasarkan pada fakta yang ditemui Pem eriksa

Pajak (fiskus) dan Dit.PPh. dari data yang disampaikan saat pem eriksaan

sama dengan data yang disampaikan pada saat keberatan yaitu dengan

membuat arus barang dengan hasil yang sama dengan Pem eriksa yaitu

adanya selisih negatif sebesar Rp 2.898.963 liter yang diakui sebagai

reject. Namun diketahui bahwa rcjcct yang dimaksud WP telah

diperhitungkan dalam persediaan akhir, selain itu WP tidak dapat

memberikan data lainnya untuk mendukung keberatannya.

Sehingga berdasarkan uraian tersebut diatas, maka diusulkan kepada

Pengadilan Pajak untuk menolak permohonan banding WP dan m em pertahankan

SK Dirjen Pajak No: KEP-816 / PJ.44 / 2004 Tanggal 9 Juni 2004 tentang

Keberatan WP tas SKPKB PPh Baan No: 00016 / 206 / 00 / 054 / 03 tanggal 7

Mei 2003 tahun pajak 2000 atas nama PT “X”.

5.5 S u rat B antahan Pemohon Banding (PT “X ”) atas S u ra t U ra ia n 1)JP

dan Pem eriksaan Serta Pembuktian Dalam P ersid an g an

Sesuai dengan ketentuan Pasal 45 (3) UU No. 14 Tahun 2002 tentang

Pengadilan Pajak, bahwa Pemohon Banding dalam hal ini PT “X ” dapat

menyerahkan surat bantahan atas surat Uraian Terbanding (D JP) kepada

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008 107


Pengadilan Pajak dalam jangka waktu 30 hari sejak diterim anya salinan SUB

dimaksud oleh Wajib Pajak.

Namun seperti yang dijelaskan sebelumnya, DJP terlambat untuk

memberikan Surat Uraian, sehingga oleh Pengadilan Pajak surat uraian banding

yang dikirimkan oleh DJP langsung dikirim ke Majelis menyusul surat banding

yang sudah ditetapkan untuk disidangkan oleh Pengadilan Pajak sesuai dengan

ketentuan Pasal 45 ayat (5) UU No. 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak.

Sehingga berdasarkan ketentuan dalam Pasal 46 UU yang sam a pem eriksaan atas

banding yang diajukan PT “X” tetap dilanjutkan berdasarkan inform asi yang

diberikan secara lisan baik oleh pihak Terbanding maupun PT “X ” dalam

persidangan. Bahwa hasil dari pemeriksaan dan pembuktian PT WX ” dalam

persidangan pada pokoknya menegaskan apa yang telah disam paikan melalui

surat bandingnya dan dapat diungkapkan sebagai berikut:

1. Bahwa dalam proses pemeriksaan terbanding telah melakukan koreksi harga

pembelian barang jadi Pemohon Banding dari pihak afiliasi karena

Terbanding berpendapat harga pembelian tersebut terlalu tinggi dibandingkan

jik a Pemohon Banding memproduksi sendiri barang tersebut. D isam ping itu

Terbanding menganggap adanya hubungan istimewa antara pihak-pihak yang

bertransaksi, dimana atas transaksi tersebut Terbanding m elakukan koreksi

sebesar Rp 24.891.601.257,00 yaitu dari total pem belian sebesar Rp

304.138.625.152,00 menjadi Rp 278.247.023.877,00.

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008 108


Bahwa secara umum dapat dijelaskan PT “X” sebagai produsen minuman

dalam kemasan merek AQ harus menjual produknya kepada PT T1V yang

merupakan induk perusahaan PT “X” yang berfungsi juga sebagai distributor

yang mendistribusikan produk-produk AQ kepada agen di seluruh Indonesia

dan sekaligus sebagai produsen dari minuman dalam kemasan dengan merek

VIT.

Bahwa bagan sederhana mengenai arus produksi dan penjualan produk AQ

(minuman dalam kemasan 1500 ml) oleh PT “X” sebagai b erik u t;

P T “X ”

H a r g a jual R p 1 . 0 0 3 , - H a r g a jual R p 1.239,-

H P P = R p 673,-
Diagram 3.4. Arus produksi dan Penjualan produk AQ oleh PT “ X”

Dari bagan di atas nampak PT “X” mendapatkan laba sebesar Rp 330,00 per

produk yang dijual dan TIV mendapatkan laba sebesar Rp 236,00 per produk

yang dijual, PT “X” dan afiliasi sama-sama dalam keadaan untung dan

membayar pajak penghasilan badan.

2. Bahwa mengingat permintaan akan produk AQ demikian besar maka PT “X”

mengadakan perjanjian dengan afiliasi (PT TIV dan PT TSI) yang mana

perjanjian tersebut pada dasarnya mengatur diantaranya :

♦ Bahwa PT TIV dan PT TSI akan memproduksi minuman dalam kemasan

dengan merek AQ dengan menggunakan sumber mata air dan alat-alat

produksi yang dimiliki oleh PT TIV dan TSI;

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008 109


♦ Bahwa produk AQ yang dihasilkan oleh PT TIV dan TSI harus dijual

kepada PT “X” dengan harga tertentu yang disepakati oleh kedua belah

pihak;

Ilustrasi transaksi yang terjadi antara PT “X” dengan PT TIV dan PT TSI

atas produksi minuman dalam kemasan 1500 ml;

Diagram 3.5. Transaksi antara PT “X” dengan PT “TIV” dan PT “TSI”

Bahwa dalam diagram tersebut di atas terlihat harga jual AQ yang dibeli

oleh PT “X ’ dari PT TIV dan TSI (selanjutnya disebut afiliasi) yaitu

sebesar Rp 988,00 per produk lebih besar dibandingkan PT “ X ”

memproduksinya sendiri Rp 673,00 per produk;

3. Bahwa Harga Pokok Penjualan perusahaan afiliasi atas produksi A Q (sebesar

Rp 671,00 per produk) kurang lebih sama besar dengan HPP apabila PT “ X "

memproduksinya sendiri (sebesar Rp 673,00 per produk), dan tentunya pada

saat perusahaan afiliasi menjual produk AQ tersebut ke PT “X ”, afiliasi tentu

akan mejualnya dengan harga yang lebih tinggi dari HPP untuk m em peroleh

laba.

4. Bahwa apabila mengikuti cara/logika yang digunakan T erbanding dim ana

harga beli PT “X” adalah sebesar Rp 673,00 per produk (H PP PT “ X ” atas

produksi sendiri) dan bukan Rp 988,00 per produk maka akan tim bul m asalah

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008 110


di perusahaan afiliasi dimana harga jual sebesar Rp 673,00 per produk

dianggap terlalu kecil;

5. Bahwa untuk lebih jelasnya PT “X” memberikan ilustrai perbandingan antara

harga pokok penjualan dan gross margin produk AQ yang diproduksi sendiri

oleh PT “X” dengan diproduksi oleh afiliasi

K eteran g an P e ru sa h aa n PT “X ”
Afiliasi
H arga jual Rp 988 Rp 1.003
H PP Rp 671 Rp 673
L aba kotor Rp 317 Rp 330
Prosentase (% ) HPP 68 67
Prosentase (% ) Gross Margin 32 33

Tabel 3.26. Perbandingan antara HPP dan Gross Margin Produk AQ

Melalui ilustrasi dalam tabel di atas dapat ditunjukkan tingkat kew ajaran atas

harga jual dari pihak produsen kepada pihak lain. Sebagai produsen produk

AQ perusahaan afiliasi mendapatkan laba sebesar 32% dari harga ju al

sedangkan PT “X” juga sebagai produsen AQ mendapatkan laba sebesar 33%

dari harga jual, sehingga menurut PT “X” penetapan harga jual perusahaan

afiliasi atau harga beli PT “X” dalam transaksi jual beli produk AQ inasih

dalam batas-batas kewajaran.

Khusus dalam transaksi ini terdapat selisih laba sebesar 1,5% {(Rp 1.003 - Rp

988) : Rp 1.003} hal ini juga masih dalam batasan yang wajar dim ana selisih

tersebut merupakan porsi laba PT “X”, dan yang terpenting seluruh laba itu

akan dikenakan pajak baik di sisi perusahaan afiliasi maupun disisi P T “X ” .

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008 111


6. Bahwa penerapan SE-04/PJ.07/1993 mengenai petunjuk penanganan kasus-

kasus transfer pricing oleh Terbanding terhadap PT “X m enurut PT “X*’

tidaklah tepat, dimana perusahaan afiliasi dan PT “ X” sam a-sam a

berkedudukan di Indonesia sehingga penerapan strategi transfer p ricin g

tidaklah efektif. Pengecilan laba disisi PT “X” akan m enim bulkan peningkatan

laba di sisi afiliasi (demikian juga sebaliknya). T arif pajak yang dikenakan

untuk kedua perusahaan di dalam menghitung laba kena pajak adalah sam a

dan tidak ada kemungkinan bagi kedua belah pihak untuk sengaja m entransfer

pendapatan dan/atau biaya kepada salah satu pihak untuk m enghindari pajak.

Bahw a lain halnya apabila transaksi tersebut di atas dilakukan PT “ X ’ dengan

afiliasinya di luar negeri dimana tarif pajak di negara lain tersebut lebih kecil

atau lebih besar daripada di Indonesia sehingga m em ungkinkan salah satu

pihak untuk melakukan pergeseran atas besarnya pendapatan dan/atau biaya

yang selanjutnya akan mempengaruhi jum lah pajak yang terutang secara

keseluruhan.

7. K oreksi selisih persediaan

U ntuk selisih persediaan barang jadi, berikut ini disampikan pula perhitungan

arus barang jadi dalam lite r :

Saldo awal 2.967.427 lir


Produksi 745.825.564 ltr
Tersedia untuk dijual = saldo awal + produksi 748.792.991 Itr
Penjualan 739.014.065 ltr
Sisa = tersedia untuk dijual - penjualan 9.778.926 Itr
Saldo akhir 6.879.964 Itr
Selisih negatif (rcjcct gudang)
2.898.962 Itr
= saldo akhir - saldo karto stock

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008 112


Yang dimaksud adalah barang jadi yang reject di gudang yang oleh

terbanding (tim pemeriksa) dianggap sebagai selisih persediaan barang

jadi yang merupakan bagian dari sales yang belum dilaporkan. Yang

dimaksud dengan reject gudang adalah proses pengembalian sebagian

produk dari pelanggan dimana barang jadi yang diterim a pelanggan

mengalami kerusakan karena kemasan (produk masih bisa dijual tapi harus

dikemas ulang) dan kerusakan karena kualitas air. Jika kerusakan karena

kualitas air, maka produk tersebut harus dimusnahkan. Penentuan barang

jadi reject tersebut bisa dijual kembali atau tidak berada di bawah

pengawasan Quality Assurance. Pada prinsipnya pengawasan mutu

merupakan suatu persyaratan mutlak yang harus kami lakukan dialam

menjalankan operasinya perusahaan. Dari arus barang jadi tersebut di atas,

terdapat reject gudang sebesar 0.38 % (diperoleh dari 2.898.962 Itr :

745.825.564 Itr) dari total produksi setahun.

B erdasarkan penjelasan dalam Persidangan , m ak a p e rh itu n g a n P P h

B adan terhutang menurut PT “ X” u n tu k ta h u n p a ja k 2000 a d a la h

sebagai b e rik u t:

Penghasilan neto Rp 30.548.989.050


Penghasilan kena pajak Rp 30.548.989.000
Pajak penghasilan terhutang Rp 9.155.946.598
Kredit p ajak :
PPh pasal 22 ayat 23 Rp 8.785.210.450
Dibayar sendiri Rp 47.106.150
Rn 8.832.316.600
Pajak yang tidak / kurang dibayar Rp 323.629.998
Sanksi bunga pasal 13 ayat 2 Rp 155.342.398
Jumlah yang masih harus dibayar Rp 478.972.396

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008 113


5.6 H asil Pem eriksaan Dan Pembuktian Dalam P ersid an g an S erta

P en d ap at Majelis Hakim.

5.6.1. H asil Pem eriksaan dan Pembuktian dalam P ersidangan

Berdasarkan hasil pemeriksaan dan pembuktian terhadap informasi yang

diberikan secara lisan oleh PT “X” inaupun Terbanding dalam persidangan yang

dilakukan Majelis. Diperoleh hasil sebagai berikut:

Penghasilan neto menurut Terbanding - Rp 56.260.776.732


Koreksi yang tidak dapat dipertahankan:
(a). Koreksi peredaran usaha atas selisih „ lo ,
p e r s e d i a a n a k h i r b a r a n g ja d i R '5 8 2 0 ' 186'4 0 7
(b). HPP atas pembelian barangjadi Rp 24.891.601.275
Jumlah yang tidak dapat dipertahankan = (3) + Rn 25 711 787 682
(4) ‘ p —1 8 s
Penghasilan neto menurut majelis = (1) - (5) - Rp 30.548.989.050
Penghasilan kena pajak. - Rp 30.548.989.000
Pajak penghasilan yang terhutang -Rp 9 .155.946.700
Kredit pajak - Rp 8.832.613.600
10 Pajak yang tidak / kurang bayar = (8) - (9) - Rp 323.630.100
U Sanksi administrasi = bunga pasal 13 ayat 2 _ 155342448

Jumlah yang masih harus dibayar - (10) + (11)____________ -___________R p 478.972.548

Tabel 3.27. Hasil Dari Pemeriksaan dan Pembuktian PT “X” dalam Persidangan

5.6.2. P en d ap at M ajelis Hakim

Adapun Pendapat Majelis adalah sebagai berikut:

a. P endapat Majelis Terhadap Nilai Sengketa

1. Bahwa berdasarkan penelitian Majelis data dan keterangan yang

ada, diperoleh petunjuk bahwa Terbanding m enggunakan nilai

penghasilan neto PPh Badan Tahun Pajak 2000 sebesar Rp

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008 114


56.260.776.732.00 sebagai dasar untuk menerbitkan ketetapan

semula , sedangkan Pemohon Banding melaporkan dalam SPT

penghasilan neto PPh Badan Tahun Pajak 2000 sebesar Rp

30.548.989.050.00 sehingga selisih neto PPh Badan Tahun Pajak

2000 sebelum keberatan adalah Rp 25.7! 1.787.682,00;

2. Bahwa menurut pendapat Majelis, atas ketetapan Terbanding yang

menyatakan penghasilan neto PPh Badan Tahun Pajak 2000

sebesar Rp 56.260.776.732,00 Pemohon Banding Mengajukan

keberatan dengan menyebutkan secara eksplisit besarnya

penghasilan neto PPh Badan Tahun Pajak 2000 menurut

perhitungan Pemohon Banding yaitu Rp 30.548.989.050,00

sehingga nilai sengketa penghasilan neto PPh Badan Tahun Pajak

2000 sampai dengan keberatan, sebelum banding diajukan, sampai

banding diajukan, serta sampai dengan Surat Keterangan

Terbanding adalah Rp 25.711.787.682,00;

b. M engenai Koreksi Positif selisih persediaan a k h ir b a ra n g ja d i R p

820.186.407,00

• Berdasarkan penelitian majelis atas laporan pem eriksaan pajak

direktorat pemeriksaan penyidikan dan penagihan pajak nomor

:LAP-095 / PJ.701 / 2003 tanggal 5 Mei 2003 dapat diketahui

bahwa koreksi positif selisih persediaan akhir barang jad i sebesar

Rp 820.186.407 merupakan bagian dari koreksi p ositif peredaran

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008 115


usaha atas penjualan lokal sebesar Rp 10.850.035.612 dengan

perhitungan sebagai berikut:

Peredaran usaha menurut pemeriksa Rp 539.992.370.111


Peredaran usaha menurut SPT tahunan PPh VVP Badan ( Rn 529.142.334.4991
Koreksi positif Rp 10.850.035.612

Bahwa koreksi positif peredaran usaha alas penjualan lokal sebesar

Rp 10.850.035.612 terdiri dari 2 koreksi yaitu:

Koreksi positif diskon sales Rp 10.029.849.205


Koreksi positif selisih persediaan akhir barang jadi (Rp 820.186.407)
Jumlah koreksi positif Rp 10.850.035.612

• Berdasarkan penelitian Majelis atas data dan keterangan yang ada

dalam berkas banding dapat diketahui bahwa pem ohon banding

tidak mengajukan banding atas koreksi positif diskon sales sebesar

Rp 1.029.849.205 sehingga atas koreksi tersebut M ajelis

berkesimpulan untuk tetap dipertahankan.

• Pembahasan mengenai koreksi positif selisih persediaan akhir

barang jadi sebesar Rp 820.186.407 tersebut adalah sebagai

b erik u t:

Bahwa alasan terbanding melakukan koreksi positif selisih persdiaan akhir

barang jadi sebesar Rp 820.186.407 tersebut karena m erupakan nilai

koreksi yang berasal dari selisih negatif persediaan akhir barang jad i

sebanyak 2.898.963 liter dengan perhitungan sebagai berikut:

S a ld o a w a l 2 .9 6 7 .4 2 7 Itr
P ro d u k s i 7 4 5 .8 2 5 .5 6 4 Itr
T e r s e d ia u n tu k d iju a l = saldo awal + produksi 748.792.991 Itr
P e n ju a la n 7 3 9 .0 1 4 .0 6 5 Itr
S a ld o a k h i r = tersedia untuk dijual - penjualan 9 .7 7 8 .9 2 6 Itr
S a ld o k a rto sto c k 6 .8 7 9 .9 6 4 Itr
S elisih n e g a tif = saldo akhir - saldo karto stock (2 .8 9 8 .9 6 3 ) Itr

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008 116


Bahwa data yang digunakan terbanding dalam melakukan pem eriksaan

untuk menghitung koreksi adalah sebagai berikut:

❖ Catatan / laporan produksi / gudang:

- Laporan produksi tahunan yang berisi arus / mutasi barang jadi

yang bersumber dari kartu-karlu persediaan barang jad i di gudang

penyimpanan

- Laporan pengambilan air sumber di Mekarsari, Sukabumi. Seluruh

data tersebut pemeriksa dapatkan di lokasi produksi dan

penyimpanan barang jadi (gudang penyimpanan)

❖ Catatan Akuntansi: Perhitungan HPP dari bukti memorial dan laporan

penjualan

1. Perhitungan nilai rupiah koreksi dilakukan dengan menggunakan

prosentase sales lokal selama salu tahun per jenis dan jum lah

barang jadi dengan harga penjualan kepada PT TIV yang berlaku

pada tahun 2000. hal ini berdasarkan pada adanya perjanjian sales

antara pemohon banding (PT “X”) dengan PT TIV, sehingga tidak

menggunakan harga jual di pasar (market sales price).

Bahwa perhitungan nilai secara rupiah adalah sebagai b e rik u t:

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008 117


Ukuran % Penjualan Nilai Penjualan (Rp)

Harga Harga
Liter Unit Box/Kral Jan* Nilai Jun- Nilai Jum lah
Mei Dcs

240ml/4S 7,44 215.555 898.146 18 711 6.175 57.771.401 8.520 79.710.499 137.481.900
330ml/24 0.44 12.766 38.685 1.612 9.595 7.733025 12.195 9.828.477 17.561.502
375ml/24 1,25 36.367 96.979 4.0-11 3.127 6.317.792 5.978 12.077.953 18.395.745

1500m1/I2 8,87 257.094 171.396 14.283 9.880 70.558.120 12.273 87.647.754 158.205.875
600ml/24 5,41 156.976 261.627 10.901 9.880 53.851.550 12.273 66.894.744 120.746294
5 galon 76.55 2.219.067 116.793 116.793 3.127 182.605.874 3.127 182.605.874 365211.748
lcc cubcs 0.04 1.137 1.137 1.137 2 273 1.291.672 2273 1 291.672 2 5833 4 4
Jumlah 100.00 2.898.963 380.129.433 440.056.974 820.186.407

Tabel 3.28. Dasar Koreksi dengan Perhitungan nilai secara rupiah

2. Bahwa atas koreksi tersebut, Pemohon Banding mengem ukakan

bahwa barang yang dimaksud adalah barang jadi yang reject di

gudang yang oleh terbanding (tim pemeriksa) dianggap sebagai

selisih persediaan barang jadi yang merupakan bagian dari sales

yang belum dilaporkan. Yang dimaksud dengan reject gudang

adalah proses pengembalian sebagian produk dari pelanggan

dimana barang jadi yang diterima pelanggan mengalami kerusakan

karena kemasan (produk masih bisa dijual tapi harus dikem as

ulang) dan kerusakan karena kualitas air. Jika kerusakan karena

kualitas air, maka produk tersebut harus dimusnahkan. Penentuan

barang jadi reject tersebut bisa dijual kembali atau tidak berada di

bawah pengawasan Quality Assurance.

3. Dari arus barang jadi tersebut diatas terdapat reject gudang sebesar

0.38% dari total produksi setahun, dengan dem ikian m aka produk

jadi yang rusak (dimusnahkan) yang disebabkan karena adanya

retur tidak dapat dianggap sebagai sales yang tidak dilaporkan.

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


118
4. Berdasarkan penelitian terbanding atas dokumen m engenai : data

memorial Januari s/d Desember 2000, rekapitulasi m utasi gudang

(cabang Mekarsari, Bekasi, dan Citeureup) beserta rinciannya,

rekonsiliasi arus barang, dan dokumen pendukungnya, yang

ditunjukkan oleh kuasa hukum pemohon banding banding m aka

terdapat petunjuk bahwa terdapat barang reject tahun 2000 sebesar

Rp 820.186.407.

5. Berdasarkan keterangan tersebut Majelis berpendapat bahw a cukup

bukti bahwa barang reject sebesar Rp 820.186.407 tidak term asuk

bagian dari persediaan barang jadi yang belum dilaporkan

sebagaimana dimaksud terbanding atas selisih persediaan akhir

barang jadi sebesar Rp 820.186.407 tidak dapat dipertahankan.

c. M engenai koreksi positif pembelian baran g ja d i s e b e s a r R p

24.891.601.275

o Berdasarkan penelitian Majelis atas laporan pem eriksaan pajak

diresktorat pemeriksaan penyidikan dan penagihan pajak nom or :

LAP -095 / PJ.701 / 2003 tanggal 5 Mei 2003 dapat diketahui

bahwa koreksi positif pembelian barang jad i sebesar Rp

24.891.601.275 dihitung sebagai berikut:

Pembelian barang jadi menurut Pemeriksa Rp 279.247.023.877


Pembelian barang jadi menurut SPT tahunan PPh WP (Rp 304.138.625.152)
Koreksi positif Rp 24.891.601.275

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008 119


o Alasan terbanding melakukan koreksi tersebut adalah sebagai

b erikut:

• Pembelian barang jadi sebesar Rp 304.138.625.152 m erupakan

pembelian dari pemegang saham dan perusahaan afiliasi

berdasarkan perjanjian jual beli yang dibuai di baw ah tangan

sebanyak 14 perjanjian. Perjanjian tersebut dibuat untuk

mengatur atua menyepakati harga beli sekaligus harga ju al

antara pemohon banding dan pemegang saham PT TIV dan 6

perusahaan afiliasi sebagai kosekuensi penggunaan m erek AQ

dimana PT “X” sebagai pemilik merek. Transaksi tersebut

diatas terjadi karena adanya hubungan istimewa kepada PT

TIV sebagai pemegang saham mayoritas. Terhadap transaksi

tersebut pemeriksa mendasarkan pada pasal 18 UU dengan UU

No 10 tahun 1994 beserta penjelasannya, Pasal 2 UU N o.8

tahun 1983 tentang pajak pertambahan nilai barang dan ja sa

dan pajak penjualan atas barang mewah sebagaim ana telah

diubah dengan UU N o.Il tahun 1994 beserta penjelasannnya

dan surat edaran Dirjen Pajak No. SE-18 / PJ.53 / 1995 tanggal

26 April 1995 tentang pengertian hubungan istim ew a.

• Berdasarkan analisa internal dengan cara co st plus;

membandingkan antara harga beli m asing-m asing produk

kemudian ditambah prosentase margin (dengan m em perhatikan

HPP PT “X”) dan harga jual produk sejenis dari hasil produksi

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008 120


sendiri, ditemukan kenyataan bahwa harga beli yang dibayar

kepada perusahaan afiliasi dan pemegang saham ja u h lebih

tinggi. Teknik pemeriksaan yang dilakukan berpedom an pada

SE-04 / PJ.7 / 1993 tanggal 9 Maret 1993 tentang petunjuk

penanganan kasus - kasus transfer pricing. Terbanding menilai

bahwa manajemen pemohon banding telah melakukan praktek

transfer pricing di dalam kelompok usahanya. Transfer pricing

tersebut dimaksudkan untuk tujuan pengalihan laba baik ke PT

TIV sebagai pemegang saham mayoritas dengan kew ajiban

pajak PPh Badan untuk tahun 2000 dalam kondisi rugi dan

untung, juga perusahaan afiliasi lainnya.

• Pemohon banding merupakan perusahaan Go Public yang

memiliki konsekuensi pembagian deviden kepada pem egang

saham minoritas (masyarakat) untuk setiap kenaikan laba

perusahaan. Berdasarkan hasil perhitungan pem eriksa terhadap

kewajaran harga dan adanya hubungan istimewa, pem ohon

banding terlalu besar membebankan HPP m elalui praktek

transfer pricing sebesar Rp 24.891.601.275 sebagai koreksi

positif.

• Atas koreksi tersebut Kuasa Hukum Pem ohon B anding

mengemukakan bahwa pemohon banding tidak setuju terhadap

terbanding tentang dasar adanya transdcr pricing. M enurut

pemohon banding tidak mungkin terjadi transfer pricing karena

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008 121


posisi keuangan pemohon banding dengan PT TIV sam a-sam a

dalam keadaan untung (laba), sehingga tidak term asuk dalam

ketentuan mengenai transfer pricing sebagaimana diatur dalam

Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-04 / PJ.07 / 1993 tanggal 9

Maret 1993.

• Pemohon banding mengakui adanya hubungan istim ew a

dengan PT TIV, tetapi tidak ada perlakuan khusus, baik dengan

PT TIV maupun perusahaan yang lain karena harganya w ajar.

Pemohon banding melakukan hal tersebut secara konsisten, hal

tersebut dapat dilihat dari gross margin ± 30%, dem ikian ju g a

gross margin pada PT TIV.

• Terbanding seharusnya juga memperlakukan secara konsisten

antara pemohon banding dengan PT TIV kalau pem ohon

banding dikoreksi, maka seharusnya PT TIV ju g a dikoreksi

namun PT TIV tidak dikoreksi.

• Tahun pajak 2002 pemohon banding sudah dip erik sa

terbanding, namun atas pembelian barang jadi tidak dilakukan

koreksi.

• Berdasarkan keterangan tersebut Majelis minta k epada K u asa

Hukum pemohon banding untuk m enunjukkan d o k u m en

berupa : Surat Pemberitahuan hasil pemeriksaan (S P H P ) tah u n

pajak 2000 atas nama PT TIV, rincian hasil pem eriksaan tahun

pajak 2002 atas nama pemohon banding

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008 122


• Kuasa hukum pemohon banding menyampaikan dokumen

berupa SPI-IP tahun pajak 2000 atas nama PT TIV dan rincian

hasil pemeriksaan tahun pajak 2002 alas nam a pemohon

banding

• Berdasarkan penelitian Majelis alas surat Pemberitahuan hasil

pemeriksaan (SPHP) tahun pajak 2000 atas nama PT TIV dapat

diketahui bahwa atas sales barang jadi tidak dikoreksi

terbanding, dan berdasarkan rincian hasil pemeriksaan tahun

pajak 2002 atas nama pemohon banding atas pembelian barang

jadi pada tahun 2002 tidak dikoreksi terbanding.

• Jumlah pembelian menurut pemohon banding sebesar Rp

314.034.354.431 (termasuk PPn BM) menjadi Rp

304.138.625.152 dalam perhitungan pembelian barang jadi

terjadi karena adanya discount sebesar Rp 9.895.729.298

dimana terbanding dalam menghitung pembelian belum

memperhitungkan discount dan unsur PPn BM yang sudah

dibayarkan.

• Discount sebesar Rp 9.895.729.298 tersebut berdasarkan

perjanjian antara PT TIV dengan PT ”X”.

• Kuasa hukum pemohon banding menunjukkan kepada majelis

dan terbanding dokumen berupa : perhitungan HPP

berdasarkan data memorial perhitungan struktur HPP menurut

terbanding. Perhitungan HPP menurut pem ohon banding

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008 123


berdasarkan penjualan tahun 2000, rekonsiliasi pembelian

produk jadi dari afiliasi dengan penjualan afiliasi tahun 2000,

faktur pajak standar, perhitungan MPP per cabang (M ekarsari,

Bekasi, dan Citeureup) Januari s/d Desember 2000 beserta

rincaiannya.

• Berdasarkan keterangan dan dokumen yang ditunjukkan kuasa

hukum pemohon banding tersebut. Terbanding mengakui

bahwa dalam menghitung koreksi terbanding sebesar Rp

24.891.601.275 tersebut belum memasukkan unsur diskon

sebesar Rp 9.895.729.298 dan unsur PPnBM, sehingga

terbanding dapat menerima perhitungan pemohon banding.

• Berdasarkan penelitian Majelis atas dokumen yang ditunjukkan

Kuasa Hukum pemohon banding serta keterangan tersebut

diatas, Majelis berpendapat bahwa Terbanding tidak

memperhitungkan unsur diskon sebesar Rp 9.895.729.298 dan

unsur PPnBM dalam menghitung pembelian barang jadi,

sehingga penghitungan pembelian barang jadi menurut Majelis

adalah sebesar Rp 304.138.625.152.

• Majelis berkesimpulan bahwa koreksi positif terbanding atas

pembelian barang jadi sebesar Rp 24.891.601.275 tidak dapat

dipertahankan.

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008 124


5.7. P u tu san Pengadilan Pajak 25 Juli 2005

M e n im b a n g :

• Bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa m engenai K redit

Pajak.

• Bahw a dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa m engenai

Kompensasi Kerugian.

• Bahw a dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa m engenai T a rif

Pajak.

• Bahw a dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa m engenai sanksi

adm inistrasi, kecuali besarnya sanksi administrasi tergantung pada

penyelesaian sengketa lainnya.

• Berdasarkan atas hasil pemeriksaan dalam persidangan dan bukti-bukti

tersebut diatas, Majelis berkesimpulan untuk mengabulkan seluruhnya

permohonan banding pemohon banding, sehingga pajak penghasilan badan

tahun pajak 2000 dihitung kembali menjadi sebagai berikut:

1 Penghasilan neto menurut


- 56.260.776.732
Terbanding
2 Koreksi yang tidak dapat -
-
dipertahankan:
3 1). Koreksi peredaran
usaha atas selisih persediaan
820.186.407 -

akhir barang jadi

4 2).HPP atas pembelian


24.891.601.275 -

barang jadi
5 Jumlah yang tidak dapat 25.711.787.682
-
dipertahankan = (3) + (4)
6 Penghasilan neto menurut - 30.548.989.050

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


125
majelis = (1 )-(5 )
7 Penghasilan kena pajak - 30.548.989.000
8 Pajak penghasilan yang
- 9.155.946.700
terhutang
9 Kredit pajak - 8.832.613.600
10 Pajak yang tidak / kurang
bayar = (8) - (9) - 323.630.100
11 Sanksi administrasi = bunga
• 155.342.448
pasal 13 ayat 2 KUP
Jumlah yang masih harus
• 478.972.548
dibayar = (IO) + ( ll)

T a b e l 3.29. Pendapat Majelis atas PPIi Badan yang Terhutang Oleh PT “X”

M e m p e rh a tik a n :

Surat banding Pemohon Banding, surat keterangan Terbanding, hasil pem eriksaan

dan pem buktian dalam persidangan serta kesimpulan tersebut diatas:

M e n g in g a t:

a. UU N o 14 tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak;

b. UU N o.6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

sebagaim ana telah diubah dengan UU No.9 tahun 1994;

c. UU N o.7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah

terakhir dengan UU No. 10 tahun 1994;

d. Ketentuan perundang-undangan yang bersangkutan.

M em u tu skan :

M engabulkan seluruhnya permohonan banding Pemohonan Banding terhadap

Keputusan Dirjen Pajak No: KEP-816 / PJ.44 / 2004 tanggal 9 Juni 2004 tentang

Keberatan W ajib Pajak atas Surat Ketetapan Pajak Kurang B ayar Pajak

Penghasilan Badan Tahun Pajak 2000 No: 00016 / 206 / 00 / 054 / 03, tanggal 7

126
Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008
Mei 2003 atas nam a PT “X” sehingga jumlah yang masih harus dibayar dihitung

kem bali menjadi sebagai berikut:

Penghasilan N eto Rp. 30.548.989.050


Penghasilan kena pajak 30.548.989.000
Pajak penghasilan yang terhutang 9.155.946.700
K redit pajak 8.832.316.600
P ajak yang tidak / kurang bayar 323.630.100
Sanksi ad m in istrasi: bunga pasal 13 ayat 2 KUP 155.342.448
Jum lah yang masih harus dibayar 478.972.548

K eputusan ini berdasarkan pada Surat Ketetapan Ketua Pengadilan Pajak N o:

Pen.02049 / PP / PM / III / 2005 tanggal 10 Maret 2005, dim ana keputusan

dihasilkan berdasarkan musyawarah Majelis pada hari Senin, tanggal 25 Juli 2005

bertem pat di Jakarta.

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008 127


B A B IV

A N A L IS IS D A N P E M B A H A S A N

L Analisis Ilasil Wawancara Pencliti;in

Dalam bab analisis dan pembahasan ini, penulis menggunakan metode

wawancara untuk mendapatkan data primer berkaitan dengan dugaan kasus

transfer pricing antara PT X dengan perusahaan afiliasinya.

1.1. B erik u t adalah hasil wawancara penulis dengan H ak im K etu a

Pengadilan P a ja k :

a) Faktor apakah yang membuat Hakim yakin bahwa tidak terjadi kasus transfer

pricing seperti yang telah diuraikan fiskus dalam laporannya ?

Ada beberapa faktor yang membuat Hakim Pengadilan Pajak

memutuskan tidak adanya transfer pricing antara PT "X "

dengan perusahaan afiliasinya dengan berdasarkan pada

hasil penelitian Majelis atas dokumen yang ditu n ju k k an

Kuasa Hukum Pemohon Banding beserta rincian keterangannya

yaitu bahwa menurut Pemohon Banding tidak mungkin t e r j a d i

transfer p r i c i n g karena posisi keuangan Pemohon Banding

dengan PT TIV sama-sama dalam keadaan untung (laba) ,

sehingga tidak termasuk dalam ketentuan mengenai tra n sfer

pricing sebagaimana diatur dalam Surat Edaran D ir je n

Pajak No. SE-04 / PJ.07 / 1993 tanggal 9 Maret 1 9 9 3 .

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


128
b) Apakah ada bukti-bukti fisik yang mendukung ?

Untuk bukti-bukti fisik yang mendukung keputusan M a je lis

Hakim Pengadilan Pajak meliputi perhitungan HPP

berdasarkan data memorial perhitungan struktur HPP

menurut Terbanding. Perhitungan HPP menurut Pemohon

Banding berdasarkan penjualan tahun 2000, r e k o n s il i a s i

pembelian produk jadi dari afilia si dengan p en ju ala n

a filia si tahun 2000, faktur pajak standar, perhitungan

HPP per cabang (Mekarsari, Bekasi, dan Citeureup) Jan u ari

s /d Desember 2000 beserta rinciannya.

c) Kepada siapakah beban pembuktian (burden of prooj) berkenaan dengan

transfer pricing antara Wajib Pajak dengan pihak fiskus di tingkat banding?

Beban p e m b u k tia n pada saat sengketa p a j a k di Pengadilan

Pajak ada pada keduanya yaitu pada Wajib Pajak m au p u n

f is k u s (p e m e rik s a p a ja k ) .

• Fiskus (pemeriksa pajak) :

Fiskus harus membuktikan bahwa apa yang disam paikan o le h

Wajib Pajak (WP) dalam Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT)

adalah belum benar atau kurang dari yang seharusnya

dibayar oleh WP. Dan fiskus harus bisa membuktikan h al

in i dengan berdasarkan pada bukti-bukti yang ada dan

mendukung.

• VJajib Pajak (WP) :

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


129
Dalam proses mengajukan banding di Pengadilan P a ja k ,

maka yang mengajukan sengketa banding adalah W a jib P ajak

(WP) , hal ini berarti WP harus bisa membuktikan bahwa

p ajak yang sudah dibayar olehnya adalah benar.

Dalam penanganan kasus-kasus pengadilan pajak, Pengadilan Pajak selalu

berpegang pada bukti otentik. Dalam transfer pricing sengketa antara W ajib

Pajak dan Fiskus, sebelumnya sangat sulit dibuktikan ke-otentikan d ata yang

ada, m engingat data otentik tersebut sebenarnya meropakan harga rekayasa

atau harga pura-pura antara perusahaan afiliasi (dalam satu grup) untuk

m aksud memaksimalkan laba perusahaan.

d) Bagaim ana pendapat Majelis Hakim tentang pernyataan tersebut ?

Hakim menyadari bahwa untuk kasus t r a n s f e r p r i c i n g memang

sulit untuk dibuktikan keotentikannya, oleh sebab it u

p erlu adanya ketajaman analisis Majelis Hakim te rh a d ap

kasus t r a n s f e r p r i c i n g tersebut apakah memang b en ar ada

atau tid a k .

e) Apakah pernah ada kasus transfer pricing yang dimenangkan oleh F iskus di

Pengadilan Pajak ? Mengapa ?

Selama yang Hakim tangani, belum pernah ada kasus

transfer pricing yang dimenangkan oleh fisk u s. S ebab

Hakim Pengadilan Pajak berpegang pada bukti- bukti form al

dari berbagai sudut pandang, baik sudut pandang b isn is

maupun hukum dan perpajakan. Sedangkan untuk f i s k u s dalam

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008 130


a n a l is is laporan pemeriksaannya, jarang s e k a li mereka

menganalisa faktor-faktor dari sudut pandang b i s n i s .

f) A pakah mungkin Pengadilan Pajak untuk meminta ke Departemen lain untuk

m em bantu menganalisa kasus transfer pricing ? Kendala-kendala apakah yang

dialam i oleh Pengadilan Pajak untuk meminta data pem banding ke

D epartem en lain ?

Selama in i akses data tidak pernah dilakukan. Sebab h al

yang dapat dilakukan adalah dengan mendatangkan saksi

ahli atas kasus pajak tersebut. Dan b iay a untuk

mendatangkan saksi ahli akan menjadi beban p ih a k yang

mendatangkan saksi ahli tersebut. Karena Pengadilan P a ja k

tid a k memiliki anggaran untuk mendatangkan saksi ahli

terse b u t. Untuk kualifikasi dari saksi a h li te r se b u t

sangat diperhatikan oleh semua pihak yang t e r l ib a t dalam

kasus pajak yang bersangkutan, sebab ada tim in dep en den

yang menentukan siapa dan bagaimana traek r e c o rd (sepak

terjang) saksi ahli tersebut.

g) Apakah Peninjauan Kembali pernah dilakukan oleh salah satu pihak (teru tam a

Fiskus) dalam kasus sengketa pajak antara fiskus dan Wajib Pajak ?

Ada banyak kasus dimana fiskus mengajukan P e n in ja u a n

Kembali ke Mahkamah Agung atas kasus sengketa p ajak ,

namun untuk kasus dugaan adanya t r a n s f e r p r i c i n g antara

PT "X " dengan perusahaan a f il ia s i , fis k u s t id a k

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


131
mengajukan Peninjauan Kembali ke Mahkamah Agung terhadap

putusan Pengadilan Pajak yang memenangkan PT " X " .

2.A nalisis Upaya Ilukuni yang Dilakukan oleh PT “ X ” seb ag ai W a jib

P a ja k

2.1 A nalisis Pem enuhan Ketentuan Formal Pengajuan B an d in g

Surat banding No.085 / AGM-WS / VII / 2004 tanggal 30 Juli 2004

m em en u h i k etentuan formal pengajuan banding, dengan alasan sebagai

berikut:

1. Banding diajukan dengan surat banding dalam Bahasa Indonesia kepada

Pengadilan Pajak sebagaimana diatur dalam pasal 35 ayat 1 UU N o.14 tahun

2002 tentang Pengadilan Pajak. Bahwa surat banding No. 085 / A G M -\V S /

VII / 2004 tanggal 30 Juli 2004 tersebut ditujukan kepada Pengadilan Pajak

dan dibuat dalam Bahasa Indonesia, sehingga m em enuhi ketentuan pasal 35

ayat 1 UU No.14 tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak Jo Pasal 27 ayat 1 UU

N o.6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Dan Tatacara Perpajakan

sebagaimana telah diubah dengan UU No.9 tahun 1994.

2. Banding diajukan dalam jangka waktu 3 bulan sejak tanggal diterim a

Keputusan yang dibanding sebagaimana diatur dalam pasal 35 ayat 2 U U

No.14 tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak. Bahwa tanggal surat banding N o.

085 / AGM -W S / VII / 2004 adalah 30 Juli 2004, hari dan tanggal diterim a

oleh Sekretariat Pengadilan Pajak adalah Senin tanggal 9 A gustus 2004

(diantar), sedang tanggal penerbitan keputusan terbanding atas keberatan

Pemohon Banding adalah 9 Juni 2004 sehingga pengajuan banding m e m e n u h i

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


132
k eten tu an mengenai jangka waktu 3 bulan p en g aju an b an d in g

sebagaimana dimaksud dalam pasal 35 ayat 2 UU No. 14 tahun 2002 tentang

pengadilan pajak.

3. Terhadap satu keputusan diajukan satu surat banding sebagaimana dimaksud

pasal 36 ayat 1 UU No.14 tahun 2002 tentang pengadilan pajak. Bahwa surat

banding No. 085 / AGM-WS / VII / 2004 tanggal 30 Juli 2004, m em enuhi

p e rsy a ra ta n satu su rat banding untuk satu k ep u tu san T e rb a n d in g

sebagaimana dimaksud Pasal 36 ayat I UU No.14 tahun 2002 tentang

pengadilan pajak.

4. B an d in g yang diajukan disertai alasan-alasan y an g jelas d an

m en can tu m k an tanggal diterima keputusan T erb an d in g sebagaim ana

diatur dalam ketentuan pasal 36 ayat 2 UU No 14 tahun 2002 tentang

pengadilan pajak. Bahwa surat banding No. 085 / AGM-WS / VII / 2004

tanggal 30 Juli 2004 memuat alasan-alasan banding yang jelas dan tanpa

mencantumkan tanggal diterima keputusan Terbanding, nam un dem ikian

penghitungan jangka waktu 3 bulan dapat diketahui dengan pasti, dihitung dari

tanggal surat keputusan keberatan sampai dengan tanggal diterim anya surat

banding, sehingga pengajuan banding memenuhi ketentuan pasal 36 ayat 2

UU No.14 tahun 2002 tentang pengadilan pajak.

5. P ad a su ra t banding dilampirkan salinan K eputusan y a n g d ib a n d in g

sebagaimana diatur dalam pasal 36 ayat 3 UU No.14 tahun 2002 tentang

pengadilan pajak. Bahwa surat banding No. 085 / AGM -W S / VII / 2004

tanggal 30 Juli 2004, dilampir dengan keputusan yang dibanding sehingga

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


133
pengajuan banding memenuhi ketentuan pasal 36 ayat 3 UU No. 14 tahun

2002 tentang Pengadilan Pajak jo Pasal 27 ayat 3 UU No.6 tahun 1983 tentang

Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan

UU No.9 tahun 1994.

6. Banding hanya dapat diajukan apabila jumlah yang terhutang dim aksud telah

dibayar sebesar 50% sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat 4 UU No.14

tahun 2002 tentang pengadilan pajak. Bahwa banding diajukan terhadap

jum lah pajak yang masih harus dibayar sebagaimana tercantum dalam

keputusan terbanding No. KEP-816 / PJ.44 / 2004 tanggal 9 Juni 2004

mengenai Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar pajak penghasilan badan tahun

pajak 2000 No. 00016 / 206 / 054 / 03 tanggal 7 Mei 2003 sebesar Rp

11.895.006.128,00 yang diterima oleh Kantor Penerimaan Pembayaran

CitiBank Jakarta Indonesia tanggal 4 Juni 2003. Bahwa berdasarkan bukti

tersebut Majelis berkesimpulan banding Pemohon B anding m em en u h i

k eten tu an pasal 36 ayat 4 UU No.14 tahun 2002 te n tan g pen g ad ilan

pajak .

7. Banding dapat diajukan oleh Wajib Pajak dan ahli warisnya seorang pengurus

atau kuasa hukumnya sebagaimana diatur dalam pasal 37 ayat 1 UU No.14

tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak.

Bahwa Kuasa Hukum Pemohon Banding dalam persidangan m enunjukkan asli

Akta Notaris Lindasari Bachroem, SH No. 28 tanggal 26 Mei 2004 tentang

pernyataan keputusan rapat PT “X”. Bahwa berdasarkan bukti tersebut diatas

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


134
Majelis berkesimpulan banding Pemohon Banding m em enuhi k etentuan

pasal 37 ayat 1 UU No.14 tahun 2002 tentang pengadilan pajak .

2.2. A nalisis Pem enuhan Ketentuan Formal Penerbitan K eputusan

• Bahwa keputusan terbanding No. Kep-816 / PJ.44/2004, tanggal 9 Juni 2004

merupakan keputusan atau jawaban terhadap surat keberatan No*264 /

AGM-WS / VI / 2003, tanggal 5 Juni 2003 yang diterima Kantor Pelayanan

Pajak Penanaman Modal Asing satu tanggal 18 Juni 2003. Bahwa

k ep u tu san T erbanding atas keberatan Pem ohonan B anding terseb u t

m em enuhi azas satu keputusan atau satu balasan.

• Bahwa keputusan Terbanding atas keberatan Pemohon Banding tersebut

bukan termasuk dalam kategori keputusan yang sebelum diterbitkan tidak

didahului dengan pemberian kesempatan kepada Pemohon Banding untuk

menyampaikan alasan tambahan atau penjelasan tertulis.

• Bahwa tanggal keputusan Terbanding No. Kep-816 / PJ.44 / 2004 adalah 9

Juni 2004 sedangkan surat keberatan Pemohon Banding No.264 / AGM-WS

/ VI / 2003, tanggal 5 Juni 2003 diterima oleh Terbanding tanggal 18 Juni

2003. Bahwa dengan demikian belum dapat diketahui keputusan Terbanding

memenuhi ketentuan-ketentuan mengenai kewaj iban membalas dalam

jangka waktu 12 bulan sebagaimana badan ayat 1 UU No.6 tahun 1983

tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan sebagaim ana telah

diubah terakhir dengan UU No.16 tahun 2000. Bahwa k ep u tu san

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


135
T erbanding No. Kep-816 / PJ.44 / 2004 tanggal 9 Juni 2004 memenuhi

ketentuan formal penerbitan keputusan.

2.3. A nalisis Pemenuhan Ketentuan Formal Pengajuan Keberatan

Bahw a pengajuan banding ini lelah didahului dengan surat keberatan

N o.264 / A G M -W S / VI / 2003 yang diterima Kantor Pelayanan Pajak Penanaman

Modal A sing satu tanggal 18 Juni 2003 :

a. D itandatangani oleh Presiden Direktur PT “X”

b. D itujukan kepada Terbanding dan dibuat dalam Bahasa Indonesia

c. M enyatakan tidak setuju terhadap Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar

Pajak Penghasilan Badan tahun pajak 2000 No. 00016 / 206 / 00 / 054 / 03

tanggal 7 M ei 2003 sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 UU No.6 tahun

1983 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan sebagaimana telah

diubah dengan UU No.9 tahun 1994.

d. Terdapat penjelasan mengenai jumlah pajak terutang atau jum lah pajak yang

dipotong atau dipungut atau jumlah rugi menurut perhitungan Pemohon

Banding disertai alasan-alasan yang jelas.

e. Dibuat hanya untuk satu ketetapan pajak

f. D iajukan kepada Terbanding dalam jangka waktu yang ditentukan

g. Kewenangan penandatanganan surat keberatan

• Bahwa surat keberatan No.264 / AGM-WS / VI / 2003 tanggal 5 Juni 2003

ditandatangani oleh Presiden Direktur PT “X”.

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


• Bahwa Kuasa Hukum Pemohon Banding dalam persidangan Menyeralikan

Akta Notaris Lindasan Bachroem SH No.24 tanggal 14 Juni 1999.

* Bahwa berdasarkan penelitian Majelis atas akta tersebut dapat disebutkan

bahwa Presiden Direktur PT “X” berwenang untuk menandatangani surat

keberatan. Bahwa su rat keberatan Pemohon Banding No.264 / AGM-WS

/ VI / 2003 tanggal 24 Ju n i memenuhi ketentuan form al pengajuan

keberatan.

2.4 Analisis Pemenuhan Ketentuan Formal Penerbitan S u rat K etetapan

P ajak

Bahwa Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak (SKPKB) Penghasilan

Badan Tahun pajak 2000 No.00016 / 206 / 054 / 03 tanggal 7 Mei 2003

diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak Perusahaan Masuk Bursa tanggal 7 Mei

2003.

Dan berdasarkan laporan pemeriksaan pajak Direktorat Pemeriksaan Penyidikan

dan Penagihan Pajak No.LAP-095 / PJ.701 / 2003 tanggal 5 Mei 2003, disebutkan

bahwa Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak (SKPKB) Penghasilan Badan

Tahun pajak 2000 No.00016 / 206 / 054 / 03 adalah :

• Termasuk dalam kategori ketetapan dari hasil pemeriksaan lengkap yang

sebelum di terbitkan didahului dengan pemberitahuan tertulis hasil

pemeriksaan kepada pemohon banding.

• Memenuhi azas satu ketetapan untuk satu atau lebih masa pajak yang berada

dalam kesatuan tahun pajak sesuai dengan jenis pajaknya.

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


137
• Termasuk dalam kategori ketetapan alas SPT Kurang Bayar yang

penerbitannya masih dalam jangka waktu 10 tahun.

• Tidak mengandung kesalahan tulis pada subyek, jenis, dan tahun pajak yang

dituju oleh ketetapan, sedemikian rupa sehingga dapat mengakibatkan

Pemohon Banding tidak dapat menjalankan kewajiban dan / atau hak

perpajakannya secara baik dan benar.

Sehingga penetapan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan

Badan Tahun Pajak 2000 No.00016 / 206 / 00 / 054 / 03 tanggal 7 Mei 2003

memenuhi ketentuan formal penerbitan surat ketetapan pajak.

3. Analisis Mengenai Koreksi Fiskal yang Dikcm uknkan oleh Dirjen

P ajak sebagai Fiskus Berkaitan dengan Kasus Transfer Pricing di PT

“X ”

Koreksi positif atas pembelian barang jadi sebesar Rp 24.891.601.275

I . Dasar dan alasan pemeriksa

Menurut pemeriksa, koreksi atas pembelian barang jadi sebesar Rp

24.891.601.275 terjadi karena PT “X” membeli barang jadi sebesar Rp

304.138.625.152 dari pemegang saham dan perusahaan afiliasi berdasarkan

perjanjian jual beli yang dibuat antara PT “X” dengan pemegang saham dan

perusahaan afiliasinya. Perjanjian tersebut dibuat untuk mengatur atau

menyepakati harga beli sekaligus harga jual antara kedua belah pihak sebagai

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008 138


konsekuensi dari penggunaan merek “AQ” dimana PT “X ” sebagai pemilik merek

tersebut. Transaksi tersebut diatas terjadi karena adanya hubungan istimewa

kepada PT TIV sebagai pemegang saham mayoritas sebesar 75.35%, dan

perusahaan afiliasi dimana PT TIV juga sebagai pemegang saham mayoritas.

Terhadap transaksi tersebut maka Pihak Pemeriksa (fiskus) mendasarkan pada ;

- Pasal 18 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tenlang Pajak Penghasilan

sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1994

beserta penjelasannya,

- Pasal 2 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan

Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana

telah diubah dengan Undang-undang Nomor II Tahun 1994 beserta

penjelasannya,

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-18/PJ.53/1995 tanggal 26

April 1995 tentang Pengertian Hubungan Istimewa.

Berdasarkan analisa internal dengan cara cost plus, membandingkan antara

harga beli masing-masing produk kemudian ditambah prosentase margin (dengan

memperhatikan harga pokok Wajib Pajak) dan harga jual produk sejenis dari hasil

produksi sendiri, ditemukan kenyataan bahwa harga beli yang dibayar kepada

perusahaan afiliasi dan pemegang saham jauh lebih tinggi. Pembuktian yang

dilakukan dalam pemeriksaan menggunakan bukti berupa data memorial

perhitungan (struktur) harga pokok dan perjanjian-perjanjian yang dibuat Wajib

Pajak, dengan cara membandingkan harga beli perproduk sejenis yang

menggunakan bahan baku, bahan pembantu, bahan kemasan, serta tehnologi yang

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008 139


sama/setara termasuk penggunaan merk dagang AQ dengan struktur biaya atas

produk yang diproduksi/dihasilkan sendiri oleh PT “X”. Berpedoman pada SE-

04/PJ.7/93 tanggal 9 Maret 1993 perihal petunjuk penanganan kasus-kasus

transfer pricing, pemeriksa menilai bahwa managemen PT “X” telah melakukan

praktik transfer pricing di dalam kelompok usahanya. Transfer pricing tersebut

dimaksudkan untuk tujuan pengalihan laba baik kc PT TIV sebagai pemegang

saham mayoritas (relatedparty) dengan kewajiban pajak PPh Badan untuk tahun

2000 dalam kondisi Rugi dan Lebih Bayar maupun kepada perusahaan afiliasi

lainnya.

Terhadap pembelian barang jadi tersebut, PT “X” berkewajiban menjualnya

kepada PT TIV yang juga memiliki cabang di lokasi sumber air perusahaan

afiliasi sebagaimana disebutkan dalam perjanjian yang dibuat oleh kedua belah

pihak sebanyak 2 (dua) perjanjian. Mekanisme administrasi yang terjadi untuk

transaksi ini hanya arus dokumen saja terutama berkaitan dengan Faktur Pajak

namun secara fisik tidak terjadi pemindahan barang. Mal ini bisa terjadi

disebabkan transaksi di dalam 1 (satu) kelompok usaha dibawah kendali PT TIV.

Tujuan lainnya bahwa PT “X” merupakan perusahaan “Go Publik” yang

memiliki konsekuensi pembagian deviden kepada pemegang saham minoritas

(masyarakat) untuk setiap kenaikan laba perusahaan. Berdasarkan hasil

perhitungan pemeriksa terhadap kewajaran harga dan adanya hubungan istimewa,

Wajib Pajak terlalu besar membebankan harga pokok melalui praktek transfer

pricing sebesar Rp.24.892.601.275,- sebagai koreksi positif.

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008 140


Sebagaimana Pajak Keluarannya (Pasal !3 ayat (1) U ndang-undang

Nom or 11 Tahun 1994) terhadap Pajak Masukan yang telah dikreditkan oleh PT

“X” (Pasal 9 ayat (2) Undang-undang Nomor 11 Tahun 1994), tidak dilakukan

koreksi.

2. Pendapat Wajib Pajak (PT “X”)

PT “X” sebagai pemilik merek AQ mengadakan perjanjian produksi dengan

perusahaan afiliasi untuk memproduksi AQ dimana atas hasil produksi tersebut,

perusahaan afiliasi harus menjual produknya ke distributor melalui PT “ X ” . Perlu

diketahui bahw a perjanjian tersebut pada awalnya semata-mata dibuat untuk lebih

mengontrol penjualan produk AQ di pasaran.

Koreksi atas transfer pricing tersebut tidak tepat karena :

a. Pada dasarnya perusahaan afiliasi merupakan badan usaha yang berbeda

secara legal dengan PT WX”, dimana laba atas penjualan dari produk A Q yang

dijual kepada PT “X” (dimana harga beli PT “X” juga dikoreksi) telah

dilaporkan sebagai laba kena pajak dan dilaporkan dalam surat pem beritahuan

tahunan (SPT) PPh Badan tahun pajak 2000 perusahaan yang bersangkutan.

b. Perusahaan afiliasi telah memungut PPn BM atas penjualan produk A Q ke PT

“X” sesuai dengan harga penjualan yang dibebankan ke PT “X ”. Sehingga jik a

atas harga beli yang dibayar oleh PT “X”, maka PPn BM yang telah dipungut

oleh perusahaan afiliasi atau yang dibayar oleh PT “X” juga harus dikoreksi

atau direstitusi oleh PT “X” karena penyetoran PPn BM terlalu besar. D engan

kata lain, pihak pemeriksa tidak mempertimbangkan adanya PPn BM yang

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008 141


telah dipungut berdasarkan harga jual dari perusahaan afiliasi yang dianggap

terlalu tinggi oleh pemeriksa,

c. Untuk transaksi pembelian dari afiliasi ini, PT “X ” tidak p erlu untuk

mengolah lagi sehingga tidak ada tambahan biaya yang dibebankan dan

langsung menjual produk tersebut ke distributornya.

3. Pendapat Penulis

Pembelian barang jadi sebesar Rp 304.138.625.152 oleh PT ’X” m erupakan

pem belian dari pemegang saham dan perusahaan afiliasi berdasarkan perjanjian

ju a l beli yang dibuat antara PT “X” dan pemegang saham dan perusahaan afiliasi

dim ana perjanjian tersebut dibuat untuk mengatur atau menyepakati harga beli

sekaligus harga jual antara kedua belah pihak.

Perjanjian antara PT “X” dengan pemegang saham dan perusahaan afiliasi

berkaitan dengan produksi AQ, dimana nantinya dari hasil produksi tersebut

perusahaan afiliasi harus menjual produknya ke distributor melalui PT “ X ”, m aka

penulis berpendapat bahw a:

❖ Perjanjian telah disepakati oleh kedua belah pihak berlaku sebagai undang-

undang bagi kedua belah pihak sepanjang tidak bertentangan dengan

undang-undang, sehingga apapun adanya perjanjian tersebut pen u lis tidak

dapat menyimpulkan lain dari apa yang terkandung dalam perjanjian

tersebut apalagi berpikiran negatif atau mengandung maksud lain (seperti

mencari laba semata, melakukan transfer pricing, m enggelapkan pajak,

dll).

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008 142


❖ Tujuan dibuatnya perjanjian tersebut hanya untuk mengontrol penjualan

produk AQ di pasaran dengan sangat baik. Sehingga nantinya PT “X ”

tetap bisa mengetahui tingkat normal dan balancing antara kapasitas

produksi yang dihasilkan dengan aktivitas penjualan yang dilakukan.

❖ Dalam perusahaan fabrikasi, controlling atas tingkat balancing antara

kapasitas produksi dengan aktivitas penjualan mutlak harus dilakukan,

salah satunya adalah dengan membuat perjanjian produksi antara PT “X ”

sebagai pemilik merek AQ dengan PT TIV dan TSI sebagai perusahaan

afiliasinya. Sebab PT “X” sebagai pemilik merek AQ memiliki kekuasaan

atas perusahaan afiliasi (PT TIV dan TSI) dalam controlling aktivitas

produksi dan penjualan PT TIV dan TSI.

❖ Jika nantinya PT “X” mendapatkan laba dari penjualan per itein produk

AQ, maka secara bisnis hal tersebut adalah sah.

❖ Pemilik merek dagang AQ adalah PT “X”, sehingga yang berhak

menggunakan merek dagang tersebut adalah PT “X”, bukan pem egang

saham maupun perusahaan afiliasi.

Dasar hukum yang digunakan pemeriksa adalah Pasal 18 U ndang-undang

N om or 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah

dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1994 beserta penjelasannya, Pasal 2

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan N ilai B arang

dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah

dengan Undang-undang Nomor II Tahun 1994 beserta penjelasannya, dan Surat

Edaran Direktur Jenderal Pajak N om or: SE-18/PJ.53/1995 tanggal 26 A pril 1995

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008 143


tentang Pengertian Hubungan Istimewa sehingga atas pembelian barang jad i

dikoreksi karena adanya hubungan istimewa sehingga terjadi transfer pricing,

Penulis berpendapat bahwa dalam transaksi pembelian barang jad i tersebut

terdapat hubungan istimewa apabila dilihat dari segi kepemilikan m odal karena

PT TIV sebagai pemegang saham mayoritas sebesar 75.35% pada PT “X ” sesuai

Pasal 18 ayat (4) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan

sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1994, Pasal 2

ayat (2) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertam bahan N ilai

Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaim ana telah

diubah dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1994, dan angka 2.2.1 Surat

Edaran Direktur Jenderal Pajak N om or: SE-I8/PJ.53/1995 tanggal 26 A pril 1995

tentang Pengertian Hubungan Istimewa, namun pemeriksa dalam kasus ini tidak

mempertimbangkan secara teliti mengenai harga juaMiarga pasar dan laba yang

wajar bila dibandingkan antara penjualan yang dilakukan pem egang

saham/perusahaan afiliasi dan penjualan yang dilakukan PT “X ” karena dalam

kasus ini pemegang saham/perusahaan afiliasi mendapatkan laba sebesar 32% dari

harga jual, sedangkan PT “X” mendapatkan laba sebesar 33 % dari harga ju al,

sehingga meskipun ada hubungan istimewa, namun harga jual yang terjadi adalah

harga pasar wajar, sehingga tidak sesuai dengan Pasal 18 ayat (3) U ndang-undang

Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah

dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1994, Pasal 2 ayat (1) U ndang-undang

Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak

Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah dengan U ndang-undang

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008 144


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. K esim pulan

Berdasarkan uraian data di bab-bab sebelumnya, maka kesim pulan yang

dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Pemeriksa melakukan koreksi atas pembelian barang jadi sebesar Rp

24.891.601.275 terjadi karena PT “X” membeli barang jad i sebesar Rp

304.138.625.152 dari pemegang saham dan perusahaan afiliasi berdasarkan

perjanjian jual beli yang dibuat antara PT “X” dengan pemegang saham dan

perusahaan afiliasinya. Perjanjian tersebut dibuat untuk m engatur atau

menyepakati harga beli sekaligus harga jual antara kedua belah pihak sebagai

konsekuensi dari penggunaan merek “AQ” dimana PT “X” sebagai pem ilik

m erek tersebut. Transaksi tersebut diatas terjadi karena adanya hubungan

istimewa kepada PT TIV sebagai pemegang saham mayoritas sebesar 75.35% ,

dan perusahaan afiliasi dimana PT TIV juga sebagai pem egang saham

mayoritas. Terhadap transaksi tersebut maka Pihak Pem eriksa (fiskus)

mendasarkan pada Pasal 18 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang

Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan U ndang-undang N om or

10 Tahun 1994 beserta penjelasannya, Pasal 2 Undang-undang N om or 8

Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak

146
Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008
Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah dengan Undang-

undang Nom or 11 Tahun 1994 beserta penjelasannya, dan Surat Edaran

Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-18/PJ.53/1995 tanggal 26 April 1995

tentang Pengertian Hubungan Istimewa.

Berdasarkan analisa internal dengan cara cost plus, membandingkan antara

harga beli masing-masing produk kemudian ditambah prosentasc m argin

(dengan memperhatikan harga pokok Wajib Pajak) dan harga jual produk

sejenis dari hasil produksi sendiri, ditemukan kenyataan bahwa harga beli

yang dibayar kepada perusahaan afiliasi dan pemegang saham jauh lebih

tinggi. Pembuktian yang dilakukan dalam pemeriksaan menggunakan bukti

berupa data memorial perhitungan (struktur) harga pokok dan perjanjian-

perjanjian yang dibuat Wajib Pajak, dengan cara membandingkan harga beli

perproduk sejenis yang menggunakan bahan baku, bahan pembantu, bahan

kemasan, serta tehnologi yang sama/setara termasuk penggunaan m erk dagang

AQ dengan struktur biaya atas produk yang diproduksi/dihasilkan sendiri oleh

PT “X ”. Berpedoman pada SE-04/PJ.7/93 tanggal 9 Maret 1993 perihal

petunjuk penanganan kasus-kasus transfer pricing, pemeriksa menilai bahwa

managenien PT “X” telah melakukan praktik transfer pricing di dalam

kelompok usahanya sehingga atas transfer pricing sebesar

Rp.24.892.601.275,- sebagai koreksi positif.

147
Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008
b. Terhadap dugaan adanya transfer pricing di PT “X”, maka upaya-upaya yang

dilakukan PT “X” untuk membuktikan bahwa dugaan itu tidak benar adalah

sebagai berikut:

b .l Dengan mengajukan surat keberatan kepada Pengadilan Pajak atas

pemeriksaan Dirjen Pajak sebagai Fiskus.

b.2 Dengan melakukan permohonan banding kepada M ajelis H akim

Pengadilan Pajak melalui Kuasa Hukumnya, dimana pihak K uasa

Hukum Pemohon Banding menunjukkan kepada M ajelis dan

Terbanding, beberapa dokumen berupa : perhitungan HPP berdasarkan

data memorial perhitungan struktur HPP menurut terbanding.

Perhitungan HPP menurut pemohon banding berdasarkan penjualan

tahun 2000, rekonsiliasi pembelian produk jadi dari afiliasi dengan

penjualan afiliasi tahun 2000, faktur pajak standar, perhitungan H PP per

cabang (Mekarsari, Bekasi, dan Citcureup) Januari s/d D esem ber 2000

beserta rinciannya.

A lasan yang dikemukakan oleh PT “X”, untuk membuktikan tidak adanya

aktivitas transfer pricing meliputi:

• Baik PT “X” maupun perusahaan afiliasinya sama-sama berkedudukan

di Indonesia sehingga penerapan strategi transfer pricing tidak akan

efektif. Pengecilan laba di PT “X” akan memperbesar laba di sisi

perusahaan afiliasi (demikian juga sebaliknya). K arena kedua

perusahaan baik PT 4tX“ maupun perusahaan afiliasi sam a-sam a dalam

keadaan untung, maka secara keseluruhan keduanya akan m em bayar

148
Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008
pajak atas porsi pendapatan / biaya yang digeser dari satu perusahaan ke

perusahaan lainnya. Tarif pajak yang dikenakan untuk kedua perusahaan

di dalam menghitung laba kena pajak adalah sama dan tidak ada

kemungkinan bagi kedua perusahaan untuk secara sengaja m entransfer

pendapatan dan / atau biaya kepada salah satu pihak untuk m enghindari

pajak.

Lain halnya jika transaksi tersebut dilakukan oleh PT “X ” dengan

afiliasinya di luar negeri, dimana tarif pajak di negara lain dapat lebih

kecil atau lebih besar dari Indonesia, sehingga memungkinkan salah satu

pihak untuk melakukan pergeseran alas besarnya biaya dan / atau

pendapatan, dimana pada akhirnya akan mempengaruhi ju m lah pajak

yang terutang secara keseluruhan.

♦ Berdasarkan ilustrasi perbandingan yang telah digam barkan diatas,

terlihat bahwa prosentase laba kotor yang dinikmati oleh kedua

perusahaan baik PT “X” dengan perusahaan afiliasinya, berada pada

kisaran yang sama yaitu antara 32% dan 33%.

c. D asar pengambilan keputusan atas kasus transfer pricing tersebut oleh

Pengadilan Pajak adalah sebagai berikut:

• Berdasarkan penelitian Majelis atas dokumen yang ditunjukkan K uasa

Hukum pemohon banding serta keterangan tersebut diatas, M ajelis

berpendapat bahwa Terbanding tidak memperhitungkan unsur d iskon

sebesar Rp 9.895.729.298 dan unsur PPn BM dalam m enghitung

149
Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008
pem belian barang jadi, sehingga penghitungan pembelian barang ja d i

menurut Majelis adalah sebesar Rp 304.138.625.152, sehingga koreksi

positif terbanding atas pembelian barang jadi sebesar Rp 24.891.601.275

tidak dapat dipertahankan.

2. S a ra n

Berdasarkan uraian kesimpulan di atas, maka terdapat beberapa saran yang

hendak disam paikan oleh penulis, antara lain:

2.1. S a ra n u n tu k pihak Fiskus

Bagi pihak Direktorat Jenderal Pajak (fiskus) ketika hendak m elakukan

pem eriksaan atas kasus yang berkaitan dengan hubungan istimewa dan diduga ada

unsur transfer pricing, sebaiknya dilakukan pemeriksaan secara bersam aan antara

perusahaan afiliasi dengan perusahaan yang terafiliasi secara teliti dan seksam a,

sehingga fiskus dapat melakukan pemeriksaan secara komprehenship y an g dapat

m enghasilkan ketetapan pajak yang fair dan adil dan dapat

dipertanggungjawabkan.

Direktorat Jenderal Pajak hendaknya membuat aturan yang lebih rinci dan

jelas tentang batasan mengenai transfer pricing, sehingga fiskus dapat dengan

mudah mengaplikasikan dalam pemeriksaan pajak.

2.2. S a ra n u n tu k pih ak PT “X”

Bagi pihak PT “X” sebagai Wajib Pajak pada saat hendak m elaporkan

laporan pajak tahunan dan laporan keuangannya, maka data-data an g k a dan

penjelasan yang diberikan harus lengkap dan detail, disertai dokum en-dokum en

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


150
pendukung yang rapih agar tidak menimbulkan kecurigaan dan dugaan-dugaan

lainnya.

2.3. S a ra n u n tu k Pengadilan Pajak dan Majelis Hakiin

Bagi pihak Pengadilan Pajak dan Majelis Hakim diharapkan ag ar lebih

teliti dalam memeriksa kasus-kasus yang berkenaan dengan masalah perp ajak an

sebelum memberikan keputusan terbaiknya, sehingga pihak-pihak yang terlib at

dalam kasus-kasus tersebut tidak merasa dirugikan karena ketid ak ad ilan

keputusan yang dihasilkan.

151
Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008
N om or 11 Tahun 1994, dan angka 3 Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak N om or:

SE-18/PJ.53/1995 tanggal 26 April 1995 tentang Pengertian Hubungan Istim ew a,

sehingga tidak terjadi transfer pricing, apalagi pemeriksa tidak m em perhitungkan

adanya unsur diskon sebesar Rp 9.895.729.298 dan unsur PPnBM dalam

m enghitung pembelian barang jadi.

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


DAFTAR PUSTAKA

Asmadi, Yanti, Transfer Pricing, Semarang, 2000

Gunadi, Transfer Pricing: Suai u Tinjauan Akuntansi, Manajemen dan Pajak,


Jakarta, Bina Rena Pariwara, 1994

----------Hubungan yang Istimewa, Indonesian Tax Review, Volume 2, Edisi 2,


2002

-..........Hubungan Istimewa, Indonesian Tax Review, Volume 2, Edisi 14,2003

Hutagaol, John, Pemahaman Praktis Perjanjian Penghindaran Pajak berganda


Indonesia dengan Negara-Negara di kawasan Asia Pasifik, Amerika, dan
A frika, Jakarta, Salemba Empat, 2000

-.......... Konflik Penetapan Harga Transfer Pricing Untuk Pengukuran Kinerja


Otonom dan Minimalisasi Pembayaran Pajak, Berita Pajak No. 1471 /
tahun X X X I V /15 juli, 2002

M ansury, M emahami Ketentuan Perpajakan Berdasarkan Ketentuan Tax Treaties


Indonesia, Jakarta, Yayasan Pengembangan dan Penyebaran Pengetahuan
Perpajakan (YP4), 1999

Organization for Economic Co-operation and Development (OECD), Transfer


Pricing Guidelines fo r Multinational Enterprises and Tax Adm inistration,
Paris, OECD Publication, 2001

Price W aterHouseCoopers, International Transfer Pricing 2001, London, 2001

Republik Indonesia, UU No. 14 tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak

Republik Indonesia, UU No.6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara
Perpajakan yang telah diubah menjadi UU No.9 tahun 1994 dan Perubahan
UU No. 16 tahun 2000

Republik Indonesia, Surat Perintah Pemeriksaan Pajak N om or PRIN-402 / PJ.701


/ 2001 tanggal 26 Juni 2001

Republik Indonesia, UU No.7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yang telah
diubah dengan UU No. 10 tahun 1994 dan perubahan terakhir UU N o. 17
tahun 2000

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008 146


R epublik Indonesia, Keputusan Menteri Keuangan No.625 / K M K .04 / 1994
tanggal 27 desember 1994 tentang Tata Cara Pemeriksaan Di B id an g
Perpajakan.

R epublik Indonesia, Keputusan Menteri Keuangan No.545 / K M K .04 / 2 0 0 0


tanggai 1 Januari 2001 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak.

R epublik Indonesia, Keputusan Dirjen Pajak No.Kep-OI / PJ.07 / 1993 tan g g al 9


M aret 1993 tentang Pedoman Pelaksanaan dan Tata Cara P em eriksaan di
Bidang Perpajakan Terhadap Wajib Pajak yang Mempunyai H ubungan
Istim ewa.

R epublik Indonesia, Keputusan Dirjen Pajak No.Kep-722 / PJ. / 2001 tanggal 26


N ovem ber 2001 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan.

R epublik Indonesia, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) tanggal 7 M ei


2003 atas Kekurangan Pajak Penghasilan Badan PT “X”

R epublik Indonesia, Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) PPh Badan T ah u n P ajak


2000 atas Nama PT “X*, 2000

Suandy, Erly, Perencanaan Pajak, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2003

Surahm at, Rahmanto, Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda: S eb u a h


Penghantary Gramcdia Pustaka Utama, Jakarta, 2001

Surat Perm ohonan Banding Wajib Pajak, Departemen Keuangan RI, D irjen P ajak,
Pengadilan Pajak, Agustus 2004

Surat U raian Terbanding Dirjen Pajak, Departemen Keuangan RI, D irektorat


Jenderal Pajak, Direktorat Pajak Penghasilan, Mei 2005

Surat Permohonan Keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang B ayar (S K P K B )


PPh Badan Nomor 264 / AGM-WS / VI / 2003 tanggal 5 Juni 2003

Surat Keputusan Pengadilan Pajak, Departemen Keuangan RI, D irektorat Jen d eral
Pajak, Direktorat Pajak Penghasilan, Agustus 2005

Transfer Pricing Guidelines: For Muliinational Enterprises and T ax


Administration, OECD, July, 1995

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008 147


Surat Edaran Dirjen Pajak No : SE-18/PJ.53/1995 2 6 /0 4 /1 9 9 5

_______________________ PENGERTIAN HUBUNGAN ISTIMEWA (SERI PPN 16-95)_______________________


Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 11 Tahun 1994 tentang Perubahan Atas Undang-undang N om or
8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang M ewah,
maka terjadi perubahan pengertian mengenai hubungan istimewa. Untuk itu diminta perhatian saudara
terhadap hal-hal sebagai berikut:

1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun
1994, memberikan pengertian yang lebih luas tentang hubungan istimewa. Persyaratan terjadinya
hubungan istimewa ditambah dengan adanya hubungan baik sedarah maupun semenda dalam g a ris
keturunan lurus satu derajat dan/atau kesamping satu derajat.
2. Dengan demikian hubungan istimewaantara Pengusaha Kena Pajak dengan pihak yang m enerim a
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dapat terjadi karena ketergantungan a ta u
keterikatan satu dengan yang lain yang disebabkan oleh salah satu dari faktor-faktor sebagai b e riku t:
2.1 Faktor Kepemilikan atau penyertaan Hubungan istimewa dianggap ada apabila te rd a p a t
hubungan kepemilikan berupa penyertaan modal sebesar 25% (dua puluh lima perseratus)
atau lebih, baik secara langsung atau tidak langsung.
Contoh:

a. Penyertaan secara langsung PT A memiliki 50% (lima puluh perseratus) saham PT B.


Kepemilikan saham PT B oleh PT A tersebut merupakan penyertaan modal secara
langsung sebesar lebih dari 25% (dua puluh lima perseratus). Dalam hal ini
Dianggap ada hubungan istimewa antara PT A dan PT B.
b. Penyertaan secara tidak langsung Jika PT B tersebut diatas memiliki 50% (lim a p u lu h
perseratus) saham PT C, maka PT A sebagai pemegang saham PT B, secara tid a k
langsung mempunyai penyertaan pada PT.C sebesar 25% (dua puluh lim a
perseratus). Dalam hal tersebut, antara PT A,PT B, dan PT C terdapat hubungan
istimewa. Hubungan kepemilikan tersebut diatas juga dapat terjadi antara o ra n g
pribadi dan badan.
2.2 Faktor Penguasaan melalui manajemen atau penggunaan teknologi Hubungan istim ew a
antara pengusaha dapat juga terjadi karena adanya penguasaan melalui manajemen a ta u pu n
penggunaan teknologi, meskipun tidak terdapat hubungan kepemilikan. Hubungan istim ew a
ada apabila satu atau lebih perusahaan berada dibawah penguasaan yang sama. D em ikian
juga hubungan antara beberapa perusahaan yang berada dalam penguasaan Pengusaha
yang sama tersebut.
contoh:
a. Penguasaan melalui manajemen:
TA, Direktur Utama di perusahaan BB, juga menjabat sebagai Direktur U tam adi
Perusahaan C.
Dalam hal ini ada hubungan istimewa antara perusahaan BB dan C, karena adanya
penguasaan melalui manajemen oleh TA terhadap perusahaan BB dan C.
b. Penguasaan melalui penggunaan Teknologi:
Perusahagn X yang memproduksi minuman menggunakan Formula yang diciptakan
oleh perusahaan Y. Dalam hal ini ada penguasaan melalui penggunaan teknologi
oleh perusahaan Y terhadap perusahaan X, sehingga terjadi hubungan istim ew a
antara perusahaan X dan perusahaan Y.
2.3 Faktor hubungan keluarga sedarah atau semenda
Hubungan keluarga sedarah atau semenda ini dapat menimbulkan hubungan istim ewa

TAXES Profesional - Licensed to ADI POERNOMO - Your Organization Name


P age 1 of 2
Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008
Surat Edaran Dirjen Pajak No : S E -1 8/P J.5 3 / 1 9 9 5 2 6 /0 4 /1 9 9 5

diantara orang pribadi. Hubungan keluarga sedarah yang menimbulkan hubungan istim ew a
adalah hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat yaitu hubungan
antara seseorang dengan ayahnya, atau dengan ibunya, atau dengan anaknya, d an
hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan kesamping satu derajat, yaitu hubungan
antara seseorang dengan kakaknya, atau dengan adiknya.
Hubungan keluarga semenda yang dapat menimbulkan hubungan istimewa adalah hubungan
keluarga semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat, yaitu hubungan anta ra
seseorang dengan mertuanya, atau dengan anak tirinya, dan hubungan keluarga semenda
dalam garis keturunan kesamping satu derajat, yaitu hubungan antara seseorang dengan
iparnya. Apabila antara suami istri terdapat perjanjian pemisahan harta dan penghasilan,
maka antara suami istri tersebut terdapat hubungan istimewa.
3. Hubungan istimewa seperti dimaksud pada butir 2 akan dapat mempengaruhi harga, yaitu adanya
kemungkinan harga ditekan lebih rendah dari harga pasar. Dalam hal demikian maka yang m enjadi
Dasar Pengenaan Pajak adalah harga pasar yang wajar yang berlaku dipasar bebas.
4. Oleh sebab itu, diharap agar saudara memperhatikan dengan seksama praktek-praktek yang diduga
mengandung hubungan istimewa antara perusahaan dan/atau pribadi serta pengaruhnya terha d ap
potensi pajak, antara lain dalam hal transaksi antar perusahaan yang bernaung dibawah satu g ru p
dan perusahaan keluarga.
Demikian untuk diketahui dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,


ttd
FUAD BAWAZIER

TAXES Profesional - Licensed to ADI POERNOMO - Your Organization N am e


Page 2 of 2
Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008
KEPUTUSAN DIRJEN PAJAK
KEP-01/PJ.7/1993
Ditetapkan tanggal 9 Maret 1993

PEDOMAN PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP WAJIB PAJAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan tugas pemungutan pajak, Direktur Jenderal Pajak diberi
wewenang untuk melaksanakan pemeriksaan pajak guna keperluan penetapan pajak yang
terliutang dan/atau keperluan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan;
b. bahwa tala cara pemeriksaan di bidang perpajakan sebagaimana diatur diatur dalam
Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP-01/PJ.7/1990 tanggal 15 Nopember 1990
belum mencangkup tata cara pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang mempunyai hubungan
istimewa dengan Wajib Pajak Lainnya;
c. bahwa oleh karena itudi pandang perlu untukmengatur tatacara pemeriksaan terhadap Wajib
Pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan Wajib Pajak Lainnya, dengan Keputusan
DirekturJenderal Pajak;
""igingat : 1. Pasal 29'Undang-undang Nomor.6 _Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tala Cara
Perpajakan (Lembaran Negara R.l. Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara R.l.
Nomor 3262);
2. Pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1986 tentang Tata Cara Pemeriksaan di
Bidang Perpajakan (Lembaran Negara R.l. Tahun 1986 Nomor 46 Tambahan Lembaran
Negara R.l. Nomor 3339)

MEMUTUSKAN:

sseiapkan: KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAKTENTANG PEDOMAN PEMERIKSAAN PAJAK


TERHADAP WAJIB PAJAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA

Pasal 1

ieiapkan Pedoman Pemeriksaan Pajak sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini sebagai

f
oman pelaksanaan dan lata cara pemeriksaan dibidang perpajakan terhadap Wajib Pajak yang mempunyai
Slogan istimewa, sebagai tambahan atas Pedoman Pemeriksaan Pajak sebagaimana diatur dalam Keputusan
fkturJenderal Pajak Nomor: KEP-01/PJ.7/1990 tanggal 15 Nopember 1990.

Pasal 2

»utusaninimulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

•tapkandiJakarta
janggal 9 Maret 1993

LTURJENDERAL PAJAK,

l’IEMUHAMMAD

(n tm
jVio^ram%201rilcs\M U C \TaxG uidc\K .El>-01 PJ.7 1993
Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008
BABI
PENDAHULUAN

Sebagaimana diketahui, dewasa inisemakin berkembang badan-badan usaha yang merupakan group yang secara
langsung atau tidak langsung di bawah kepemilikan alau penguasaan pihak yang sama, dengan kata lain
mempunyai hubungan istimewa {relatedparties ).

Adalah wajar apabila di antara badan-badan usaha tersebut terjadi transaksi-transaksi sebagaimana halnya
transaksi-transaksi dengan perusahaan lain di luar group. Transaksi tersebut dapat berupa penjualan barang-
barang, pemberianjasa-jasa, pemberian hak patendan pengetahuan tertentu, pemberian pinjamandan lain-lain.

Harga yang diperhitungkan pada transaksi antara anggota group tersebut sering kali tidak sama dengan harga
yang berlaku di pasaran bebas, atau dengan perkataan lain lelaii terjadi penentuan harga yang tidak wajar (non
arm's length price).
*
DalamPasal 18 ayat(3) Undang-Undang PPh Tahun 1984 disebutkan bahwa hubungan istimewa dianggapada:

a. Dalamhal Wajib Pajak adalah badan:


1. Hubungan antara dua atau lebih Wajib Pajak yang berada di bawah pemilikan alau penguasaan yang
sama baiklangsung maupun tidaklangsung;

2. Hubungan antara Wajib Pajak yang mempunyai penyertaan 25% atau lebih pada pihak yang lain, alau
hubungan antara Wajib Pajak yang mempunyai penyertaan 25% alau lebih pada dua pihak atau’lebih,
demikian pulahubungan antaradua pihak atau lebihyang disebut lerakhir.

x Dalamhal Wajib Pajak adalah orang pribadi atau perseorangan:

Keluargasedarah dan semenda dalamgarisketurunan lurussatu derajat alau keluargasedarah dan semenda
dalamgaris keturunan kesamping satusederajat.

Dari ketentuan tersebutdi atas, maka dapatdisimpulkan bahwa hubungan istimewadapat terjadi :
1. anlarapihak-pihakyang bertempat tinggal, didirikanataubertempatkedudukan di Indonesia;

2. antara pihak yang bertempat tinggal, didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia dengan pihak
yang bertempat tinggal/kedudukandi luarIndonesia.

Untuk mencegah terjadinya penghindaran pajak antara lain melalui penentuan harga yang tidakwajar, dalam
perundang-undangan perpajakan telah terdapat ketentuan-ketentuan yang pada dasarnya memberikan
wewenang kepada aparat pajak untuk melakukan koreksi terhadap transaksi yang tidak wajar dengan pihak
lainyang mempunyai hubungan istimewa. (Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 5 ayat (1) hurufe dan Pasal 18
ayal(2) Und?ng-Undang PPh 1984, Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang PPN 1984).

Oleh karena itu dalam pemeriksaan pajak untuk menghitung berapa sebenarnya pajak terhutang alas
transaksi-transaksi yang dilakukan dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa (related parties)
lerulama antara Wajib Pajak Dalam Negeri (Indonesia) dengan Wajib Pajak (pihak) yang berkedudukan di Tax
haven Countries (Negara yang memungut pajak lebih rendah dari Indonesia), Pemeriksa perlu menenlukan
hargayangwajar(arm's length price) alas transaksi-transaksi yang dapat dikelompokkan sebagai berikut :

file://C :\Program % 20Filcs\M U C \TaxG uicle\K EP-01_P J.7_ 1993 24/06/2004

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


1. Penentuan harga barang;

2. Penentuan imbalan atasjasa, imbalan karena penggunaan harta atauhak;

3. Perhitungan pembebanan biaya tidak langsung yang dialokasikan dari kantor pusalnya, seperti biaya
pengawasan, adminlstrasi/sekretarial, perencanaan dan sebagainya;

4. Penentuan besarnya bunga pinjaman.

Sehubungan dengan permasalahan lersebut di alas maka perlu diberikan Pedoman Pemeriksaan Pajak
terhadap Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa. Pedoman ini merupakan tambahan atas
keputusan DirekturJenderal Pajak Nomor Kep.01/PJ.7/1990 tentang Pedoman Pemeriksaan Pajak (Pedoman
Pemeriksaan Pajak), oleh karena itumengenai hal-halyang bersifat umum yang lelah diaturdalamkeputusan
lersebuttetapharus dipatuhi dalammelakukan pemeriksaan terhadapWajib Pajak yang mempunyai hubungan
istimewa dengan pemasok maupun pelanggan yang terutama berkedudukan di tax haven countries, harus
dipelajari kemungkinan adanya overdan underinvoicing.

Mempelajari Laporan pemeriksaan terdahulu

Hal ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal sebagaimana dimaksud dalamhuruf b, hurufc dan hurufd di atas
sehinggadapat dijadikan petunjukdi dalampemeriksaanyang akan dilaksanakan.

Menganalisa SPT dan. Lapoian Keuanga_n_Wajib Pajak

Tujuan analisa adalah untuk mendeteksi adanya ketidakajaran harga penjualan atau pembelian di antarapihak
yang mempunyai hubungan istimewa. Unluk itu diperlukan angka-angka rasio. Angka-angka rasio tersebut
¿¡bandingkan dengan rasio-rasio berdasarkan laporan keuangan Wajib Pajak tahun-tahun sebelumnya, rasio-
asio dari perusahaan sejenis (yang diperoleh misalnya melalui hasil pemeriksaan dari perusahaan sejenis,
ataukonfirmasi ke Pusat Pengolahan Data dan Informasi Perpajakan), atausumber-sumberlainnya.
'eriuditekankan bahwa hasil analisa ini baru merupakan indikasi yang perlu diperhatikan secara khususpada
¡aatmendapatkan pembuktian di lapangan.

pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

I
Laba Kotordan Laba Bersj.h
asioLaba Kotor =Laba Kolor., atau

Penjualan
asioLaba Kotor Analisis
=Laba transfer...,
Kolor Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008
2.8asL0j0pera_sj
Rasio Operasi = Total Biaya Operasi
Penjualan
Dengan membandingkan rasio ini dengan rasio.perusahaan sejenis akan diperoleh indikasi pembebanan
biaya-biayayang mungkin lidakwajar, misalnya mengenai:
a. Biaya bunga pinjaman;

b. Biaya penelitiandan pengembangan;

c. Biaya royalti;

d. Biaya Induk Perusahaan/Kantor Pusat yang dibebankan kepada Wajib Pajak yang diperiksa.
3. sIoJTingkal±lasijjyctiva
ROA = laba Bersih
Tota! Aktiva
Analisa ROA bertujuan memperoleh petunjukapakah ada penambahan aktivayang berasal dari peminjaman
alau penyewaan aktivadengan beban bunga/sewa yang lidakv/ajar.
Apabila ROA lebih kecil dari ROA perusahaan sejenis, kemungkinan terdapat pinjaman unlukmembeli aktiva
atau penyewaan aktivayang dibebani dengan biaya bunga/sewa yang kurang wajar.
4. Perputaran Persediaan
Perputaran Persediaan = Harga PokokPenjualan
Rata-rataPersediaan
Tujuannya adalah unlukmendeteksi kemungkinan adanya pergeseran pembebanan pembiayaan persediaan
dari induk perusahaan ke distributorsebagai afiliasinya. Apabila perputaran persediaan rendahdihubungkan
dengan rendahnya rasio laba bersih terhadap biaya operasi (termasuk bunga), maka terdapat indikasi
adanya pergeseran pembiayaan persediaan sebagaimana disebutdi alas.
5. Rasio Laba Bersih terhadap Biava Operasi
= Laba Bersih
BiayaOperasi
Tujuannya adalah untuk mengetahui kewajaran biaya operasi yang terserap pada hasil penjualan barang,
sebagai indikasi kemungkinan kekurangwajaran transferpricingbiladihubungkan dengan tingkatperputaran
persediaan yang rendah.

Dari kombinasi rasioantaradi alasdapatdiuraisualuhubungan akalnyasebagai berikut:

Bilamana rasiolaba kotordan rasiolaba bersih kelihatannyanormal, tetapi perpularan persediaan dan rasio
lababersih terhadapbiayaoperasi (termasukbunga) adalahrendah, hal inimenunjukkan adanya pergeseran
pembiayaanpersediaan dari indukperusahaan/pusat terhadapanak perusahaan/cabang.
6. RasioHutang terhadapModal Sendiri
= Hutana__
Modal Sendiri
Rasioinidapat dipecah sebagai berikut;
a. Hutang dari Afiliasi
Modal Sendiri
b. Hutang daripihak
ketiga.
Modal sendiri
Tujuannya adalah untukmendeteksi strukturpermodalansehubungan dengan peminjamandan pembebanan
bungayang dapatdiperkenankan.
dentifikasiMasalah

://C:\I>rogram % 20FiIes\M U C \TaxG uidc\IC EP-01 PJ.7_1993 24/06/2004


Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008
Dalam mempelajari berkas Wajib Pajak/berkas dala, temuan dari laporan keuangan, analisa rasio dan
dalaimfotmasi yang lersedia tersebut di atas sehubungan dengan transfer pricing (pembebanan harga dalam
hubungan istimewa, harusiah disimpulkan dengan mengidentifikasi masalah-masalah antara lain :

a. Perusahaan-perusahaan dan pihak yang terkail dalam prkalek pembebanan harga yang tidak wajar;

b. Kebijaksanaan dan metode pembebanan harga dari perusahaan-perusahaan yang mempunyai hubungan
islimewa dan kemungkinan motivasinya;

c. Tipe-lipe transaksi yang dipengaruhi oleh praktek-praklek pembebanan harga yang tidak wajar;

d. Produk-produk khusus yang dipengaruhi oleh praktek-praktekpembebanan harga yang tidak wajar;
»
e. Kasus-kasus harga yang ditinggikan (over pricing) dan harga yang direndahkan (under pricing) dalam
transaksi dalam negeri dan impor/ekspor.

1.4Melakukan Penoenalan Usaha


1.4.1 Mempelajari liasiI pengisianjawaban daftar pertanyaan

Usaha Wajib Pajak dapaf dipahami dengan mempelajari isian daftar pertanyaan dan hasil wawancara
secara langsung dengan Wajib Pajak yang diperiksadata dari pihak ketiga.

Daftar pertanyaan sebagaimana lertulis pada lampiran I, II, III, liVdan V Keputusan ini harus diserahkan
kepada Wajib Pajak yang diperiksa sesuai dengan status badan maupun permodalannya. Pertanyaan-
pertanyaan tersebut merupakan analisis fungsional atas kegiatan Wajib Pajak (Dengan modifikasi
seperlunya pertanyaan tersebut dapat dipakai untuk menganalisis fungsi dari beberapa badan anggota
perusahaan multinasional yang mempunyai hubungan istimewa dengan Wajib Pajak dalam negeri
Indonesia). Dengan mempelajari isian yang diterimadapat diperoleh keterangan antaralain mengenai:

1. Gambaran Organisasi Pihak-Pihak yang Terkail

Di samping bagan organisasi intern Wajib Pajak yang diperiksa, diperoleh juga gambaran tentang
kegiatan operasi perusahaan secara menyeluruh, yang menyangkut keterkaitan dalam pemilikan,
penguasaan maupun adanya transaksi-transaksi antar grup anggota sehingga diperoleh pemahaman
yang mendalam atas hubungan antar perusahaan yang terkait, yang antara lain meliputi:
1. Nama, lokasi, NPWP perusahaan/pihak yang terkait.

2. Besarnya pemilikan saham tiap-tiap pihak.

3. Arus transaksi yang terjadi pada pihak terkait.

4. Penjelasan-penjelasan penling yang dibutuhkan.

Hal di alas dapat dilengkapi berdasarkan informasi dari pihak ketiga dan wawancara dengan Wajib
Pajak.

2. SjfaJ.KeJerkaHan dan Ketergantungan

Sifat keterkaitan dan ketergantungan dapat dipelajari dari isian daftar pertanyaan yang diterima dari

c://C;\Piogiam%20Filcs\MUC\TaxGuide\KEP-01 PJ.7 1993 24/06/2004


Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008
WajibPajak Di samping ituperlu jugadilakukanpenegasannya dengan melakukan wawancara.

Dalammelakukanwawancara perludilekankanmengenai:
1. Sifal.kelerkailanWajib Pajak, apakah:

- menguasai permodalan atau kegiatanusaha pihaklainnya,


• permodalan atau kegiatanusahanyadikuasai pihaklainnya,
- keduanya dalampenguasaan pihakyang sama,
- jenisketerkaitanyang lain.

2. Pembelian/penyerahan barngdari pihakyangsaling terkait, yang mencakup;

* Kebijaksanaan harga (pricingpolicy)


- Syarat-syaratpembelian/penyerahan Produk-produk/bahan yang dicakup.

3. Pembelian/penyerahan jasa serta jenis dan macam jasa yang diserahkan/dibeli dari pihak
terkait.

4: Sewa, royaltidari pihakterkail.

5. Pinjaman-pinjamandari pihakterkait.

6. Komisi-komisi dari pihakterkait.

7. Penghasilan dan beban lainnyadaripihakterkait.

Wawancara di alas pada pelaksanaannya dapat dilakukan dalam tahap persiapan maupun pada
waktu pelaksanaan pemeriksaan.
.4.2 Sumber-sumberInformasi SebaaaiPembanding

Pengajian kewajaran Transfer Pricesangatmemerlukandata pembanding (komparabilitas).


Data pembanding dari pihak keligaperludidapatkandari sumber-sumber informasi, misalnya:

1. Business News; mengenai kegiatan usaha lertenlu maupun mengenai tarif/harga barang-barang
yang berlaku.

2. Brosur-brosurdan majalah-majalahbusiness dan ekonomi lainnya.

3. Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) dan Ditjen Daglu Departemen Perdagangan; data
mengenai harga pasaran komoditi di LuarNegeri.

4. SGS/Diljen Bea Cukai; data mengenai harga patokan barang-barang impor.

5. BAPEKSTA; data mengenai kuantitas, harga, jenisbarang ekspor/impor.

6. PDBI (Pusat Data Business Indonesia); data mengenai ikhtisarkegiatanoperasi perusahaan sejenis,
hargadari barang/bahan ekspordan impor.

7. PDIP (Pusat Datadan Informasi Perpajakan); misalnyadata mengenai;

/C :\P rogram % 20Pilcs\M U C \T axG uidc\K E P -01 JM .7 _ I9 9 3 24/06/200-i


Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008
- rasiolaba kotorper KLU
- rasa laba bersih perKLU
- rasiohutang terhadap Modal perKLU
- dll.
8. BPS (BiroPusal Statistik); data mengenai ekspordan impor.

9. Departemen-departemen teknis lainnya sehubungan dengan dala aktivitas perusahaan yang bersan
dan perusahaan sejenis yang diperiksa.

0. Dan lain-lainsumber informasi.


1.5.Menentukan Ruang Lingkup. Pem.eriksaan

Berdasarkan hasil dari mempelajari berkas Wajib Pajak, analisis laporan keuangan, identifikasi masalah dan
pengenalan usaha sehubungan dengan kasus-kasus mengenai hubungan istimewa ini, dapat ditentukan ruang
lingkupdan arah pemeriksaan. Secara umumpemeriksaan ditujukan terhadap :
- Pembelian barang/jasa;
- Penjualan barang/jasa;
-Royalti;
-Sewa;
-Bunga;
- Risetdan pengembangan;
-Alokasi biaya tergabung lainnyadari pusat/indukperusahaan;
- Penghasilan/biaya lainnyadari perusahaan terkait.
Pos-pos yang akan diperiksa disesuaikan dengan permasalahan yang sebenarnya' terjadi dalam
perusahaan/Wajib Pajak yang diperiksa yangdiakibatkanolehadanyahubungan istimewa.

Sedangkan luas pemeriksaan yang akan dilakukan tergantung kepada administrasi dan penilaian sistem
pengendalian interndari perusahaan yang diperiksa.
1.6Penyusunan ProgramPemeriksaan

Programpemeriksaan ini akan diuraikandalamBan V : PenyusunanAudit Program.


; 1.7Menentukan Buku-buku. Catatan-catatan daniDokumen^dokumen yangAkan Dipinjam

Buku-bukudan catatan-catatan Wajib Pajak seringkaii lidakcukup memberikan informasi atas masalah transfer
pricing, sehingga perludipinjamdokumen-dokumen yang memberi penjelasan yang lebih baikmisalnya :

1. Laporan Keuangan Konsolidasi sebagai suatu kesatuan ekonomi dari pihak yang terkail;

2. Perjanjian lisensi (Licencing Agreement);

3. Perjanjian franchise(Franchising Agreement);

'l. Perjanjian kredit(Loan Agreement);

5. Kontrakpenjualan/pembelian (Selling/Purchasing Contracl);

6. Perjanjianpembebanan biaya bersama (Costs SharingAgreement).

Dokumen-dokumen tersebut perlu dikembangkan sebagai dasar pembuktian dalam pemeriksaan, dan

lc://C :\Proßram % 20F iles\M U C \T axG uidc\I< E I}-01 P J.7 1993 24/00/2004
Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008
dilampirkandalamLPP sertadisimpandalamKKP.
.8MenyediakanSajana Pemeriksaan

. Sarana-saranapemeriksaan adalahsama seperli dalamPedoman Pemeriksaan Pajak.

PeM$3üaäQ Pemeriksaan

Urut-urutan pelaksanaan pemeriksaan sebagaimana digariskan dalam Pedoman Pemeriksaan Pajak lelap
dilaksanakan, yang perlu ditekankan dalam melakukan pemeriksaan terhadap perusahaan yang mempunyai
hubunganislimewa ialah:
2.1 Dalammelakukan penilaian SistemPengendalian.Intern

Teknik penilaian Sistem Pengendalian Intern akan diuraikan dalam BA6 IV : Studi dan Evaluasi Sistem
Pengendalian Intern.
2.2 DalammelaMan kooGm]^^

Dalammelakukan pemeriksaan kasus transferpricing, konfirmasi kepada pihak ketiga adalah sangat penting
untukmeneguhkan kebenaran data/informasi yang diperolehdari Wajib Pajak.

Konfirmasi dapat dilakukan kepada :

1. Sumber-sumber informasi sebagaimana disebutkan dalam Bab II Paragraf 1.4.2 : Sumer-sumber


informasi sebagai pembanding.

2. Pihak-pihakyang terkaitdengan Wajib Pajkayangdiperiksa.

3* Laporan Pemeriksaan yangsudah ada.


Pembuatan Laporan Pemeriksaan Pajak

Laporan Pemeriksaan Pajak sebagai ikhtisar hasil pemeriksaan Wajib Pajak dengan hubungan istimewa,
mengungkapkan denganjelas:

1. Bagian Umum: Mengenai gambaran kegiatanWajib Pajak.


Harusjelasmenggambarkan bagan organisasi perusahaanyang terkaittentang:

-sifatketerkaitan;
-nama perusahaan/pihakyang terkail;
-kepemilikansaham;
-lokasi dan alamat;
-arus transaksi dan kegiatan;
-penjelasanyang pentingmengenai hubungan istimewa.
2. Bagian Umum: Mengenai daftarlampiran.
Sedapat mungkin dilampirkan:

- Laporan Keuangan Konsolidasi, dan


- Perjanjian-perjanjianpenting, sebagaimana disebutdalamBab IIparagraf 1.7.
3. Bagian Umum: Mengenai Data Informasi yang tersedia.

,e://C :\Program % 20FiIcs\M U C \TaxG uide\K .EP-0I_Pj.7_1993 24/06/2004


Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008
Harus dijelaskan data yang dikumpulkan dari pihak keliga sebagai pembanding maupun pembuktian dai;
pemeriksaan sebagaimana disebutdalamBab IIparagraf 1.4.7.

A. Bagian Pelaksanaan Pemeriksaan: Mengenai PenilaianPemeriksa alas pos-pos yang diperiksa.


Harus jelas mengungkapkan penilaian pos yang diperiksa sehubungan dengan metode-melc
pembebanan harga yang tidak wajar yang dilakukan Wajib Pajak serta pengaruh-pengaruh lainnya ys
penting.

5. Bagian Kesimpulan : Mengenai usul sebagai hasil kesimpulan pemeriksaan,


Kemungkinan pengusulan pemeriksaan pada pihak yang terkait sehubungan dengan kurangnya inform
yang tersediadalampenentuan penghasilandari WajibPajakyang diperiksa.

BAB III
TEKNIK DAN METODE PEMERIKSAAN

1. TeknikPemeriksaan
Dalam kegiatan pemeriksaan dipergunakan teknik-teknikpemeriksaan seperti yang diuraikan dalam Pedotn
Pemeriksaan Pajak.
*
2. Metode-metode Pemeriksaan Kewajaran Harga
Penentuan harga pasar wajardalamhubungan istimewa, dilakukan dengan menguji angka-angka dalam Sf
melalui suatu pendekatan perhitungan tertentu mengenai penghasilan dan biaya. Metode tersebut termas
metode tidaklangsung, yang antaralaindikenal beberapametodeseperti berikutini:
1. Metode harga pasarsebanding (Comparableuncontrolledpricemethod);

2. Metode hargajual minus (Sales minus/Resale pricemethodO;

3. Melode harga pokok plus (Cost plusmethod);

4. Metode lainnyayang dapatditerima.

Dalam pelaksanaannya Pemeriksa dapat menggunakan lebihdari satu melode sehingga diperoleh gambar:
mengenai perhitungan harga wajaryang lebihrealistis, khususnyadalamhal dala pembukuan kurang lengkr

2.1. Metode harga pasarsebanding

Metode ini diterapkan dengan pembandingan harga Iransaksi dari pihak yang ada hubungan istime.
tersebut dengan harga transaksi barang sejenis dengan pihak yang tidak mempunyai hubungan istimev,
(pembanding independen).

Melode inidapat digunakan dalamhal:


- Terdapat penjualan/pembelian kepada pihakyang ada hubungan istimewa;
- Maupun kepada pihaklainyang lidakadahubunganistimewa;
- Jenisproduksebagai obyek transaksirelatifsama.
Dalam membandingkan harga dimaksud harus diperhatikan kondisi yang menyebabkan perbedaan harc
antaralainsebagai berikut:
- pasar-pasaryang berbeda secarageografis;
- potongan harga dan potongan kuantitas(diskondan rabat);
- kualitasbarang;

n ic ://C :\l>iogram % 201*iles\M U C \TaxG uidc\K EI>-0l_P J.7_1993 24/06/20(

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


- biayatransportasi;
- asuransi.
Perbedaan harga yang diakibalkan oleh faktor-faktor di alas harus dieliminasi unluk mendapalk;
pembebanan harga yang wajar, dengan demikian penyesuaikan dapat dilakukan seperlunya sesuai deng;
keadaan.

Contohpenggunaan metode:
1.* PT Z menyerahkan penjualan barang x kepada afiliasinya PT Y dengan harga franko tujuan f
2.000.000,-
* PT 2 menyerahkan penjualan barang x kepada pihak ketiga PT. A dengan harga franko pabrik f
2.000.000,-
-Biaya pengangkulandan asuransi Rp 100.000,-

Dengan demikian hargajual wajar barang x kepada PT Y adalah Rp 2.000.000,- + Rp 100.000,-= F


2 . 100.000 ,-
2. - PT. M menyerahkan penjualan barang kepada distributorkhusus afiliasinya PT. N dengan diskon 50
PT. N melaksanakan juga pergudangan, marketing dan advertensi untuk kepentingan PT. M. PT.
melakukan penyerahan penjualan barang yangsama kepada pihaklainyang independen.
-PT. M menyerahkan juga penjualan barang yang sama kepada pihak ketiga yang independen PT
dengan diskon 25%.
-Terdapat perbedaan tingkat distribusi antara PT. N dengan PT. B. Berdasarkan analisa biaya yai
dikeluarkan oleh PT. N, tingka penerimaan hasil (rate of return) dari perbedaan peran yang dilakuk;
oleh PT. N dibanding PT. B adalahsebesar 12%.

Dengan demikianperhitunganhargawajarpenjualanbarang xkepada PT. N adalahsebagai berikut:


-diskonwajarbagi PT. N adalah : 25% + 12% = 37%
-harga wajarpenyerahan barang kepada PT. N adalah: 100% -27% = 63%
2.2. Metode harggjual minus

Metode ini dapat dipergunakan dalam hal Wajib Pajak yang diperiksa bergerak dalam bidang us;
perdagangan yaitu produk yang lelahdibelidijual kembali (resale) kepada pihak lainnya. Harga yang le'
pada penjualan kembali tersebutdikurangi dengan laba kolor(mark up) Wajar (yang mencerminkan jur
untukmenutup biaya-biayadan laba darisipenjual kembali) merupakan hargajualwajar.

Penentuan harga pasar wajar dengan melode harga jual minus dilakukan dengan mengurangkan su
mark up v/ajar dari harga jual barang yang sama pada mata rantai berikutnya. Mark up wajar diperoh
dengan membandingkannya dengan transaksi yang tidakada hubungan istimewa.

Melode inidapat dipakai dalamhal:


- Tidak ada transaksi dengan pihak yang tidak ada hubungan istimewa yang dapat digunakan sebagi
pembanding misalnya pada sistempemasaran dengan keagenan tunggal.
- Terdapat data harga penjualan kembali barang yang tidakdipengaruhi hubungan istimewa.
- Tidak terdapat peroses perubahan barangyang menambah nilai.
- Pihak pembeli dan penjual dalam hubungan istimewa tidak menambah harga yang besar pengaruhny
terhadapnilai barang tersebut.
Contoh Penggunaan.Metode:
1. - PT. X menyerahkan barang kepada afiliasinyaPT. A dengan harga Rp 1.000.000,-. PT. A menyerahter
barang yang sama kepada pihakketigaPT. D (independen) dengan harga Rp. 2.000.000,-.
-PT. C pihak yang independen juga menyerahkan produk yang sama kepada PT. B {juga independe
dengan kenaikan hargajual (markup) 20%.

.iile://C:\I)rogram % 20Files\M U C \TaxG uide\IC EI>-0 l„P J.7 _ l9 9 3 24/06/200


Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008
Dengan demikian harga jual yang wajar dari PT. X kepada PT. A adalah : Rp 2.000.000,- -(20% x Rp
2.000.000.-) = Rp 1.600.000,-.
Alokasi penghasilan kepada PT. A adalah:
Rp 1.600.000,--Rp 1.000.000,-= Rp 600.000,-.
2. Dari conloh di atas, apabila PT. X membebankan biayajaminan terhadap PT. A sebesar Rp 100.000,-
maka harga penjualan wajar kepada PT. A adalah: Rp 1.600.000,--Rp 100.000,-= Rp 1.500.000,-
2.2.Mejodejiarga pokokpJus

Melode ini umumnya digunakan pada usaha pabrikasi yang menjual produk kepada afiliasinya untuk
diproses lebihlanjut.
Perhitungan harga wajar dengan metode ini dilakukan dengan menambahkan Ungka laba kotor wajar
kepada biaya produksi.

Data persentase labakolorwajardapat diperolehdari:


- Penjualan kepada pihak ketiga yang independen dari penjual yang juga melakukan penjualan terhadap
afiliasinya:
- Penjualan oleh pihak-pihak yang independen.
- Komisi yang diterima oleh suatu agen pembeliandalamhal fungsi penjualan yang dilakukan oleh penjual
adalahsama dengan fungsi penjualanyangdilakukanolehagen pembelian tersebut.
- Persentaselaba kotordari perusahaansejenis.
Hal-halyang perludiperhailkandalampenerapanmetodehargapokokplusantara lain:
1. Alokasi biaya-biayaterhadaphargapokok:
a. Penentuan biaya langsung:

- diperhatikan lingkatefisiensipemakaian bahan langsung danjamkerja langsung.


b. Penentuan biaya tidaklangsung:

- diperhatikan tingkatefisiensi bahan tidaklangsung sertajamkerjatidaklangsung.


- pembebanan biaya-biayatidaklangsung lainnyadari unit-untiyang berbeda terhadap produl
2. Penggunaan metode biaya langsung (directcosling) dalampenentuan hargajual.

3. Penggunaan teknologi yang dapal menghemat bahan bakudanjamkerja.

4. Permintaan harga dari pemesan.

Conloh penerapan metode:


1.- PT. X memproduksi barang dengan biaya Rp 50.000,- dan menyerahkan barang lersebut kepada
afiliasinya(hubungan istimewa) PT. A dengan hargaRp 90.00,-.
- PT. Y memproduksi barang sejenis dengan biaya sebesar Rp 60.000,- dan menjualnya kepada PT. B
(tidakada hubungan istimewa) dengan harga Rp 100.000,-.
Dari penjualan PT Y terlihalbahwa persentaselabakotoradalahsebesar 40:60 = 66,66 %
Dengan cost-plus method maka dapat diketahui bahwa hargawajar penjualan PT X ke PT A adalah :
Rp 50.000,- + 2/3 Rp 50.000,-= Rp 83.333,-

BAB IV
STUDI DAN EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN INTERN

1. Pendahuluan

jfile://C :\Program % 20Filcs\M U C \TaxG uide\K EP-01_PJ.7_1993 24/06/2 0 0 4


Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008
Pengendalian intern adalah meliputi struktur organisasi dan semua metode serta kebijaksanaan yang
terkoordinasi dalam suatu perusahaan unluk mengamankan harta kekayaannya, menguji ketepatan dan
sampai sejauh mana data akuntansi dapat dipercaya, memajukan efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya
kebijaksanaanyang telahdigariksan.

Dalam kaitan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa, studi dan evaluasi
terhadap Sistem Pengendalian Intern (SPI) ini juga harus dilaksanakan oleh pemeriksa pajak, sebagaimana
diaturdalamPedoman Pemeriksaan Pajak-hal. 15.

Tujuannya adalah:

- untukmenentukan ruang lingkuppemeriksaan;


- untuk menentukan apakah Wajib Pajak telah memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakanyang berlaku, sehubungan dengan usahayangdijalankannya.

Tahapstudi terhadapSPT yang harusdilakukan Pemeriksa pajakmeliputi:

• penelaahan (review) dan penyajiandeskriptifmengenai SPT yangberlaku; dan


- pengujian ketaatan (compliance testing) untuk menentukan apakah prosedur pengawasan (control) yang
ditetapkanbenar-benardilaksanakansesuai denganrencana.

Setelah mempertimbangkan semua informasi yang didapat pada tahap studi, Pemeriksa dapat mengevaluasi
bagaimana SPT yang berlaku, karakteristikusaha dan transaksiyang terjadi antaraWajib Pajak dengan pihak
lainyang mempunyai hubungan istimewa.

Studi SPT dalamPemeriksaan terhadapWajibPajakyangmempunyai hubungan istimewa

Pada tahap studi (dalam rangka mendapatkan informasi mengenai Gambaran Umum Wajib Pajak), selain
proseduryang telahdiaturdalamPedoman Pemeriksaan Pajaktersebut, yang harus dilakukanoleh Pemeriksa
pajakadalah:

2.1 Mempelajari LPP dan KKP dari penugasan terdahuluterutamauntukmendapatkan informasi mengenai:
■ permasalahan yang dihadapi olehPemeriksa sebelumnya,
-temuan-temuan yang didapat, dan
-apakah permasalahan transferpricinglelahdiungkappada pemeriksaan sebelumnya.
2.2Menentukan kewajiban dan tanggung jawab para pejabat perusahaan berdasarkan struktur organisasi,
deskripsijabatan dan wawancara terhadapkaryawanWajibPajak.
2.3.Mempelajari pedoman prosedur-prosedur akuntansi (accounting procedures mannuai), daftar perkiraan-
perkiraan (chart of accounts), dan bagan organisasi seluruh dunia mengenai nama dan jenis-jenis
. perusahaan dan pemilikannya (worldwide organization chart for names dan types of companies and
: ownership).
£4 Mempelajari korespondensi, khususnya antara Wajib Pajak dengan perusahaan afiliasi luar negeri yang
meliputi: memorandum, cablegrams, telex, faksimiledsb.
'2.5Mempelajari Laporan Keuangan yang telah diaudit Akuntan Publik baik untuk Wajib Pajak maupun untuk
; perusahaan afiliasi luarnegeri yang telahdikonsolidasi (Auditedand Consolidated Statements), kalau ada.
^2.6Mempelajari nama dan lokasi pejabat berwenang baikdiperusahaan yang diperiksamaupun di perusahaan-
i perusahaan afiliasi luarnegeri.
*2,7Mempelajari semua perjanjian (agreement) antaraWajib Pajakdengan perusahaan-perusahaan afiliasiluar
' negeri, antaralain:
^ -perjanjianmengenai harga transfer(transferpriceagreements);

24/06/2004

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


-perjanjianmengenai distribusi(distributionagreements);
*perjanjianjaminan(warrantyagreements);
-perjanjianmengenai advertensi dan pemasaran;
-perjanjianpembelanjaan (financing agreements);
-perjanjianmanajemen (management agreements);
-perjanjianlisensi/royalti (licensing/royaltyagreements)
-perjanjian-perjanjianlainnya(otheragreements).
Selelah pemeriksa mendapatkan informasi mengenai cara kerja SPT yang berlaku dari sumber-sumber di
alas, informasi tersebut dapat dikompilasi dalambentuk Daftar Pertanyaan mengenai SPI (ICQ), deskripsi
uraiantertulis(writtennarrativedescriptions) ataubaganarusdokumen (flowchart).
Selanjutnya, untuk mendapatkan gambaran yang lengkap mengenai berjalannya SPI yang .berlaku,
Pemeriksa menentukan kelas utama/penting dari pada transaksi-transaksi Wajib Pajak, bagaimana
transaksi-transaksi tersebut timbul, catatan-catatan akuntansi apa yang tersedia, bagaimana transaksi-
transaksi tersebut ditangani dari awal sampai akhir, yang meliputi luas dan sifat BDP systemyang dipakai
(bilaada) dan proses pembuatan laporanfinansial(financialreportingprocess) yang berlaku. Dalam hal ini
Pemeriksamelaksanakan pengajianketaatan.

ngujianKetaatan

ngujian ketaatan (compliance testing) adalah prosedur pemeriksaan yang didesain untuk memberikan
ninanyang layak bahwa pengawasan akuntansi yang pentingdalamSPI yang berlaku benar-benardipakai
ndioperasikansesuai dengan rencana.
»u
ngharusdilaksanakanolehPemeriksapadatahapiniadalah:
il’
pemeriksaan terhadap bukti-bukti(examinationofevidences);
reperformance,
j
meriksaan terhadap bukti-bukti meliputi inspeksi terhadap buku-buku/catatan-catatan, dokumen-dokumen,
io'ran-laporanrekonsiliasi dan sebagainya untukmengetahui bahwa suatu pengawasan tertentuyang terlihat
nar-benarlelahdilaksanakansecara tepat,
t*
bagaicontoh misalnya inspeksi terhadap tanda tangan atau paraf tertentu yang tercantumdalam selembar
;iurpembelian dari rekanan. Adanya tanda tangan atau paraf tersebut menunjukkan bahwa faktur tersebut
afidicocokkandengan laporanpenerimaan barang(receivingreport).

performance, meliputi pengulangan (seluruh atausebagian) dari proses pekerjaan yang sama seperti yang
| dikerjakanolehkaryawan-karyawanWajib Pajak.

fenkaitandengan contoh di atas, reperformancedilaksanakan oleh Pemeriksa dengan cara mencocokkan


atching) fakturpembelian dengan laporanpenerimaan barang yang bersangkutan. Tanda tangan atau paraf
terlihat pada faktur tersebut berarti bahwa proses pencocokkan yang dimaksud benar-benar lelah
^sanakan.
fev.
mundemikian terdapatbeberapa masalah pengawasan yang lidakdapat diuji dengan teknikreperformance,
r.
[nghitunganfisikalas barang-barang yang diterima;
Kjamananfisikatas persediaan.

„j,
ir‘
\t s

W am % 20I-ilcs\M U C \T axG uide\K E P -01 PJ.7 1993 2 4 /0 6 /2 0 0 4


Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008
Dalam hal demikian prosedur pengawasan liarus diuji dengan teknik observasi atau hanya jawab (enquiry).
Pada saal melakukan pengujian dengan teknik observasi Pemeriksa harus selalu waspada (erhadap
kemungkinan bahwa prosedurpengawasan yangdiobservasi lidakdilaksanakan.

BAß V
PENYUSUNAN AUDIT PROGRAM

Daiam melaksanakan pemeriksaan lerliadap perusahaan-perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa,


¿Pemeriksa harus melakukan serangkaian prosedur unluk memperoleh petunjuk-petunjuk awal lenlang adanya
[hubungan istimewa antara Wajib Pajak yangdiperiksadengan perusahaan afiliasinya baik di dalam maupun di luar
-;negeri (terutama yang berkedudukan di Tax haven counlries). Kecenderungan yang terjadi adalah adanya
kemungkinan pembukuan transaksi aniarWajib Pajak tersebutdengan harga yang lidak wajar (not at arm's length
fee).

Pedoman penyusunan audit program ini hanya merupakan tambahan (supplement) dari Keputusan Direktur
Nsnderal Pajak Nomor KEP.01/PJ.7/1990 tanggal 15November 1990 tentang Pedoman Pemeriksaan Pajak.

!. ProgramPemeriksaan Umum

Secara umum program pemeriksaan (erhadap Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa bertitik tolak
darikecendurangan (upaya) untukmendapalkan beban pajakyang lebih rendah dari Indonesia:
a. penggeseran laba kepada afiliasinyadiluarnegeri;

b. penggeseran laba kepada afiliasinyadidalamnegeri terutama yang sedang mengalami kerugian;

c. penggeseran atau pembebanan biaya-biayayang tidaksemestinya atau tidakseharusnya dibebankan;

d. memperbesarjumlah hutang dari afiliasinya;

e. memperkeciljumlah aktiva;

f. memperkecil jumlah modal;

g. memperkecil jumlah peredaran;

h. memperkecil jumlah pembelian dalamunil;

i. memperbesarjumlah pembelian dalamrupiah.

Berdasarkan hal-hal lersebul di alas program ini ditekankan kepada bagaimana cara mendeteksi
kecenderungan-kecenderungan tersebut dengan:
1. meneliti lebih lanjut dan membuktikan indikasi yang diperoleh pada analisa rasio pada saat melakukan
persiapan pemeriksaan.

2. • meminta dokumen-dokumen nonfinasial yang berkaitandengan pos-pos yang diperiksa antara lain :
a. Slruklurorganisasi Wajib Pajak besertaafiliasinya;

b. Risalah rapal pimpinan perusahaan;

Ci\Prograni%20Filcs\MUC\TaxGuidc\KEP-0 l_PJ.7_ 1993 24/06/2004


Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008
c. Perjanjianpembebanan biaya (cosl-sharingagreement);

d. Perjanjian mengenai pembagian daerah pemasaran per jenis barang/jasa yang dihasilkna yang
merupakan pusat laba dan biaya;

e. Keputusan pimpinan perusahaan mengenai kebijaksanaan harga;

f. Kebijaksanaan mengenai hutang piutang antarafiliasi;

g. Kebijaksanaan pemilikan dan penguasaan aktivatetapanlarafiliasi;

h. Kebijaksanaan pembebanan fee; sewa; komisi; bunga dan alokasi biaya dari pemakaian aktiva
tetapatau aktiva lidakberwujud antarafiliasi;

i. Arsip surat masuk dan surat keluar antara Wajib Pajak yang diperiksa, lermasuk lelex dan
facsimili.

rogramPemeriksaan Catatan-catatan Nonfinasial

ITujuanPemeriksaan

iUnlukmenentukan/mengetahui:

a. Keabsahan dokumen-dokumen tsb.

j.b. Ada tidaknya hubungan istimewa dan hubungan ekonomis antara Wajib Pajak yang diperiksa dengan
afiliasinya.

lc. Seluruh kebijaksanaan perusahaan.

¡d. Pembagian biaya-biaya yang seharusnya dibebankan.

Jumlah persentase kekuatan pasar dari barang/jasa yang diproduksi dan dipasarkan oleh Wajib Pajak
yangdiperiksa.

[f. Kewajaran kebijaksanaan harga untuk pihakketigadanafiliasi.

g. Kebenaran dan kelengkapan jumlah hutang/piutang antaraWajib Pajak yang diperiksadan afiliasinya,
i
Ada-tidaknyatransfermodal, jual beli aklivaletap, dan kewajaran nilainya.
tk
[j: Kewajaran pembayaran fee, komisi, royalti, bunga dan alokasi biaya atas pemakaian aktivaletap.

Kebijaksanaan umumoperasi perusahaan,


i&osedurPemeriksaan

'y . Telaahsemua dokumen nonfinansial yang diperoleh.

RI/ Catat semua temua yang berguna untuk pembuktian adanya hubungan istimewa dan hubungan

'■^V'tpram%20I; i!« s\M n r , ' T 9 x G u iC|e\K n P -0 1 PJ.7 1993 id/ntnnna


Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008
ekonomis antara Wajib Pajak yang diperiksadan afiliasinya.

c. Calatindikasi-indikasi adanya kemungkinan masalah Iransferpricing antara Wajib Pajak yang diperiksa
dengan afiliasinya.

d. Ungkapkan dan luangkan hasil temuan-lemuan tersebutdi ataskedalamKKP.

Pemeriksaan Pos-Pos Neraca

1 Pemeriksaan Kas dan bank


3.1.1 Tujuan Pemeriksaan

a. Unluk menentukan adanya kontribusi kas dan bank dari perusahaan afiliasi yang merupakan
penggantian biaya yang telahdikeluarkanlebihdahuluolehWajibPajakyang diperiksa.

b. Untuk mengetahui transfer kas/bank ke perusahaan afiliasi Wajib Pajak yang diperiksa, apakah
Iransfertersebutmemang ada relevansinyadengan kegiatanusaha WajibPajak.
3.1.2 ProsedurPemeriksaan

a. Periksa dengan teliti dan seksama bukti-bukti penerimaan kas dan bank yang tidak berkailan
dengan transaksi penjualandan penerimaan piutang.

b. Periksa dengan telitidan seksama bukti-buklipengeluaran kas/bankyang tidakberkaitan dengan


transaksi pembelian, pembayaran hutang, dan biaya-biayarutinlainnya. ’ -

c. Ungkapkan dan tuangkan hasiltemuan-lemuan lersebutdiataskedalamKKP.


2 ProgramPemeriksaan Investasi Sementara
3.2.1 Tujuan Pemeriksaan

Untuk menentukan ada-tidaknya transaksi jual-blei investasi di antara perusahaan afiliasi yang
’kemudian dijual kembali kepada pihakketiga(unrelaledcompany).
Selain ilu juga menentukan apakah laba hasil penjualan investasi sementara tersebut lelah
dilaporkanolehpihakperusahaan afiliasiyang seharusnyaberhakalas labatersebut.
3.2.2 ProsedurPemenksaan

Sebelumdiuraikan mengenai prosedurpemeriksaan di bahwa inidiberikancontoh atas transaksijual


beliinvestasi sementara yang dilakukanolehperusahaanyang mempunyai hubungan istimewa:

PT.A memiliki 100% saham PT. B; kedua perusahaan lersebutberkedudukan di dalam negeri yang
bedainanwilayahnya.
Pada tahun berjalan PT. B membeli sebagian kecil(kurangdari25%) sahamPT. C, dengan demikian
sesuai dengan Pasal 18 ayal 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 PT. B dan PT. C tidak ada
hubungan istimewa.
Kemudian saham yang dibeli PT. B dijual ke PT. A dengan harga pokok (el cost). Selanjutnya pada
saat ilu juga PT. A menjual saham yang dibelinya itu kepada PT. D yang tidak ada hubungan
istimewa baik dengan PT. A maupun dengan PT. B. Dari hasil penjualan tersebut PT. A memperoleh
labasebesar Rp. 90.000.000,-
Dari kasus ini seharusnya yang berhak atas laba penjualan saham ke PT. D tersebut adalah PT. B
atausesuai dengan fungsinya PT. A dapat dialokasikan sebagian penghasilan sebagai imbalan atas

\ P r o g r a m % 2 0 F ile s \ M U C \ T » x G u ic ic \ K E P -0 ] J M . 7 J 9 9 3 24/06/2004
Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008
jasa penjualan tersebut. Dengan demikian harusdiadakan koreksi terhadap laporan keuangan PT. A
maupun PT. B.
'3 ProgramPemeriksaan Piutang Usaha
3.3.1 Tujuan Pemeriksaan

Untuk menentukan jumlah piutang usaha kepada perusahaan afiliasinya. Oengan demikian dapat
ditentukanwajartidaknyatransferpricing.
3.3.2 ProsedurPemeriksaan

a. Periksa buku besar/buku pembantu piutang apakah terdapat nama debitur yang merupakan
perusahaan afiliasi.

b. Apabila ada, pisahkan dari nama debituryang independen, kemudian hitung jumlah piutangnya
dan telusuri ke fakturpenjualannya.

c. Apabila penyebab timbulnya piutang usaha tersebut mempunyai harga pembanding di pasaran
bebas, maka lakukan konfirmasi ke sumberinformasi yang tersedia, bandingkan hasil konfirmasi
tersebut dengan harga yang dilakukanolehWajib Pajak.

d. Apabila penyebab timbulnya piutang di luarusaha tersebut tidakmempunyai harga pembanding


di pasaran bebas maka lakukanmetode pemeriksaanseperti diuraikanpada Bab. III.
ProgramPemeriksaan Piutangdi LuarUsaha
3.4.1 Tujuan Pemeriksaan

Untuk menentukan:

a. Ada-tidaknya Piutang di luar usaha antar perusahaan afiliasi akibat transaksi yang bukan jual-
beli barang dagangan.

b. Apabila ada, apakah persyaratantransaksi tersebutsudahwajar.


3.4.2 Prosedur Pemeriksaan

a. Periksa buku besar/buku pembantu piutang di luar usaha apakah terdapat debitur yang
merupakan perusahaan afiliasi.

b. Apabila ada, pisahkan dari debitur yang independen, kemudian periksa transaksi yang
menyebabkan timbulnya piutang di luarusaha tersebut dengan menelusuri ke bukti aslinya dan
tentukan kewajaran persyaratan transaksi tersebut.

c. Apabila penyebab timbulnya piutang di luar usaha tersebut mempunyai harga pembanding di
pasaran bebas, maka lakukan konfirmasi ke sumber informasi yang tersedia, bandingkan hasil
kofirmasi tersebutdengan harga yangdibukukanolehWajibPajak.

d. Apabila penyebab timbulnya piutang di luarusaha tersebut lidak mempunyai harga pembanding
di pasaran bebas maka lakukanmetode pemeriksaansepertidiuraikanpada Bab. III.
ProgramPemeriksaan Persediaan
[3.5.1 Tujuan Pemeriksaan

Untukmenentukan hargawajarpersediaanyangdimiliki/kuasaiolehWajib Pajak.

¡\Proiiinm%20Filcs\MUC\TaxGuide\KEI)-01_PJ.7_1993 24/06/2004

i Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


Sebagai akibat dari kemungkinan adanya kekurangwajaran harga transfer antar pihak yang
mempunyai hubungan istimewa maka nilai persediaan dapat over/under slated apabila dibanding
dengan harga yang terjadi antarapihakindependen.
3.5.2Prosedur Pemeriksaan
a. Tentukan semua jenisPersediaan:
-Persediaan bahan baku;
-Persediaan bahan setengahjadi; dan
-Persediaan barangjadi.
b. Mintakan daftarharga:
-Pembelian bahan baku
-Penjualan barangjadi
c. Periksa buku pembelian atau penjualan, apakah terdapat transaksi pembelian atau penjualan ■
dari/ke perusahaan afiliasi, apabilaada telusurikebuktiaslinya.

d. Apabila persediaan tersebut terdapat di pasaran bebas, maka lakukan konfirmasi dan
bandingkan hasil konfirmasi tersebut dengan harga yang dipakai oleh Wajib Pajak, (sumber
informasi untukkonfirmasi lihatpada Bab. IIbutir1.4.2)

e. Apabila jenis persediaan tersebut tidak terdapat di pasaran bebas, lakukan penghitungan
kembali harga beli dan harga jual tersebut dengan menggunakan metode pemeriksaan yang
telahdiuraikan dalamBab III.
' ProgramPemeriksaan Investasi Jangka Panjang
3.6.1 Tujuan Pemeriksaan

Untuk menentukan apakah investasijangka panjang tersebut menimbulkan hubungan istimewa atau
tidak.
.6.2 Prosedur Pemeriksaan

a. Periksa daftarmutasi investasijangkapanjang.

b. Periksa bukti-bukti pendukung transaksijual*belinya.

c. Untuk mendapatkan harga pasarinvestasijangkapanjang, lakukan konfirmasi ke bursa saham.

d. Periksa kebenaranjurnaleliminasinya.

e. Apabila ada pengalihan investasi jangka panjang ke perusahaan afiliasi, maka hitung besarnya
laba yang wajar atastransaksi penjualaninvestasijangkatersebut.
ogramPemeriksaanAktivaTetapBerwujud
7.1 Tujuan Pemeriksaan

Untuk menentukan harga yang wajar apabila aktiva tetap tersebut diperoleh/dijual dari/ke
perusahaan afiliasi.
7.2 Prosedur Pemeriksaan

a. Teliti perusahaan yang menjadi penyalur aktiva tetap yang dimiliki oleh Wajib Pajak yang
diperiksamelalui bukti aslinya.

b. Apabila penjual/pembeli aktiva (elap tersebut adalah perusahaan afiliasi, maka periksa

U>foiiiam % 20Filcs\M U O T axG uide\K .E P-O M >J.7_l993 24/06/2004

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


kewajaran hargajual/beli dari aktivayang bersangkulan.

c. Apabila akliva tetap lersebul terdapat di pasaran bebas, maka lakukan konfirmasi dan
bandingkan hasil konfirmasi lersebul dengan harga yang dipakai oleh Wajib Pajak, (sumber
informasi unlukkonfirmasi lihatpada Bab. II, bulir 1.4.2)

d. Apabila jenis aktiva tetap tersebut tidak terdapal di pasaran bebas, lakukan penghitungan
kembali harga beli dan harga jual tersebut dengan menggunakan metode pemeriksaan yang
telahdiuraikandalamBab. III.
KrogramPemeriksaan HartaTidak Berwujud
3.8/i Tujuan Pemeriksaan

Untuk menentukan harga yang wajar apabila harta tidak berwujud tersebut diperoleh/dijual dari/ke
perusahaan afiliasi.
3.8.2 Prosedur Pemeriksaan
\

a. Teliti perusahaan yang menjadi penjual/pembeli harta yang lidak berwujud yang dimiliki oleh
Wajib Pajak yang diperiksa melalui bukti aslinya.

b. Lakukan penghitungan kembali harga belidan hargajual tersebut dengan menggunakan metode
pemeriksaan yang lelahdiuraikandalamBab. Ill>
1ProgramPemeriksaan Piutang Direksi dan Karyawan
[3.9.1 Tujuan Pemeriksaan

Untuk menentukan kelayakan jumlah piutang Direksi dan Karyawan yang mempunyai, hubungan
istimewa dengan Wajib Pajakyang diperiksa.
§¡3.9.2 Prosedur Pemeriksaan

a. Periksa buku besar/tambahan Piutang Direksi dan Karyawan.

b. Periksa apakah terdapat nama Direksi dan Karyawan yang mempunyai hubungan istimewa.

c. Apabila ada, maka periksa lebih lanjutpenyebab timbulnya piutang tersebut.

d. Apabila terjadinya piutang Direksi danKaryawan tersebut karena penjualan barang, maka periksa
apakah hargajualnyamenggunakan hargawajar.

e. Apabila terjadinya piutang Direksi dan Karyawan tersebut karena peminjamanuang, periksa
apakah di dalam perjanjian hutang-piutang antara Direksi dan Karyawantersebutdibebani
r. bunga, apabila ada maka apakah bunga itumenggunakan taripyang wajar,
frogramPemeriksaan Hutang Usaha
3,10.1 Tujuan Pemeriksaan

^ Untuk menentukan kelayakan hutang usaha yang berasal dari perusahaan yang mempunyai
jj\ hubungan istimewa dengan Wajib Pajak.
£/10.2Prosedur Pemeriksaan
*
a. Periksa buku besar/pembantu Hutang Usaha.

ogram%20Files\Ml JC\TaxGuidc\KEP-01 J>J.7 | 993 24/06/2004


Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008
b. Periksaapakah (erdapal kredituryang mempunyai hubungan istimewa.

c. Apabilaaa, maka periksa kewajaran pembebanan harga pembeliannya.

d. Apabila barang/jasa yang dibeli tersebut terdapat di pasaran bebas, maka lakukan konfirmasi ke
sumberinformasi.

e. Apabila barang/jasa yang dibeli tersebut tidak terdapat di pasaran bebas, maka lakukan metode
pemeriksaan seperti diuraikan pada Bab. III.

f. Pembayaran hutanb usaha kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa (persero) yang
melebihijumlah harga beli wajardapat dianggap sebagai pembayaran dividen.
ilProgramPemeriksaan Hutanb Bank/Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) dan Cerukan (Overdraft)
3.11.1 Tujuan Pemeriksaan

Untuk menentukan bahwa 'terjadinya hutang Bank dan LKBB lidak berasal dari pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa.
3.11.2 ProsedurPemeriksaan

' a. Mintakan perjanjian hutang tersebutdari Wajib Pajak.

b. Periksa buku besar/buku pembantu hutang Bank/LKBB.

c. Periksa apakah Bank/LKBB yang memberikan pinjaman tersebut tidak mempunyai hubungan
istimewa. ' .

d. Apabila terdapat hubungan istimewa, apakah bunga pinjaman yang dibebankan kepada Wajib
Pajakmenggunakan taripyangwajar.

e. Lakukan konfirmasi ke sumber informasi untuk membandingkan tingkat bunga yang berlaku
pada saatterjadinyahutang Bank/LKBB tersebut.

f. Lakukan analisa sumber dan penggunaan dana untuk mengetahui, bahwa hutang Bank/LKBB
tersebut benar-benar digunakan untuk operasi perusahaan. Dengan demikian dapat diketahui
bahwa Hutang Bank/LKBB tersebutbukan merupakan penggeseran modal.
VogramPemeriksaan Hutang Di LuarUsaha
L12.1Tujuan Pemeriksaan

Untukmenentukan bahwa terjadinyahutang di luarusahadilakukandengan persyaratanyang wajar.


1.12.2 ProsedurPemeriksaan

a. Periksa Buku Besar/pembantu hutangdi luarusaha.

b. Periksa apakah terdapat nama kredituryang mempunyai hubungan istimewa.

c. Apabila ada, periksa lebih lanjutpenyebab timbulnya hutangdi luarusaha dan apakah nilaiyang
digunakan sudah memakai harga yangwajar.

d. Apabil terdapat transfer price, maka lakukan perhitungan penyebab timbulnya hutang di luar
•^*

onrnni%20Piles\MT 10\TaxG uidc\K EP-01 PJ.7 1993 24/06/2004


Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008
usaha itudengan menggunakan metodeyang lelahdiuraikan pada Bab. III

e. Lakukan analisa sumber dan penggunaan dana untuk meyakinkan bahwa dana yang diperoleh
dari hutang di luar usaha benar-benar digunakan untuk operasi perusahaan dan bukan
merupakan pembayaran dimuka untuk kontribusi modal (penyertaan terselubung) atau distribusi
yang berhubungandengan sahamperusahaan.
3.13 ProgramPemeriksaan Biayayang Masih Harus Dibayar
3.13.1 Tujuan Pemeriksaan

Untuk menentukan bahwa jumlah biaya yang masih harus dibayar adalah benar-benar timbul dari
transaksi yang telahdilakukandengannilaiwajar.
3.13.2 ProsedurPemeriksaan

a. Periksa buku besar/pembantu biayayang masih harusdibayar.

b. Periksa apakah terdapatnama krediturmasihmempunyai hubungan istimewa.

c. Apabila ada, maka periksa lebihlanjut apakah nilai biaya yang masih harus dibayar dibukukan
dengan harga yang v/ajar.

d. Untuk mengetahui apakah pos tersebut dibukukan dengan wajar atau tidak, lakukan konfirmasi
ke sumber informasi apabila penyebab timbulnya biaya yang masih harus dibayar dapat
diperbandingkan. Namun, apabila tidak dapat diperbandingkan lakukan dengan metode yang
lelahdiuraikandalamBab. III.

e. Lakukan analisa sumber dan penggunaan dana untuk meyakinkan bahwa biaya yang dibayar
dimuka tersebut bukan merupakan kontribusi dari modal atau distribusi yang berhubungan
dengan sahamperusahaan.

4. PEMERIKSAAN POS-POS RUGI-LABA

4.1 ProgramPemeriksaan Peredaran Usaha


4.1.1 Tujuan Pemeriksaan

Untuk menentukan bahwa transaksi penjualan ke perusahaan afiliasi lelah dibukukan dengan harga
yang wajar.
4.1.2 ProsedurPemeriksaan

a. Dapatkan dan buatkan daftarpelangganyang mempunyai hubungan istimewadengan Wajib Pajak.

b. Periksa buku besar/pembantu pelanggan yang mempunyai hubungan istimewa tersebut, dan
telusuri ke bukti asli (fakturpenjualan).

c. Bandingkan harga jual pelanggan yang mempunyai hubungan istimewa dengan harga jual ke
pelanggan yang tidak,mempunyai hubungan istimewa.

d. Apabila seluruh penjualan dilakukan hanya ke perusahaan afiliasi, maka prosedur yang dilakukan
adalah:

filc://C :\Procram % 20Files\M U C \TaxG uidc\FC EP-01_PJ.7_l993 24/06/2004


Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008
-Konfirmasi ke sumber informasi, apabilabarang yangdijual lerdapatdi pasaran bebas.
-Apabila carang/jasa yang dijual tersebut tidak lerdapat di pasaran bebas, maka lakukan
penilaian dengan melode yang telahdiuraikanpadaBab. III.
.2ProgramPemeriksaan Potongan Penjualan
* 4.1. Tujuan Pemeriksaan

Untuk menentukan kewajaran besarnya potongan penjualan yang diberikan kepada perusahaan yang
mempunyai hubungan istimewa
4.2 Prosedur Pemeriksaan

a. Dapatkan kebijaksanaan potongan penjualan Wajib Pajak. Bandingkan dengan praktes bisnis
sejenis.

b. Periksa dan teliti potongan penjualan yang diberikan kepada perusahaan afiliasi, apakah sesuai
dengan kebijaksanaan yang telahditetapkanolehWajibPajak.
3ProgramPemeriksaan Pembelian
4.3.1 Tujuan Pemeriksaan

Untuk menentukan kewajaran harga pembelian barang/jasa dari perusahaan yang mempunyai
hubungan istimewa.
4.3.2 Program Pemeriksaan

a. Dapatkan daftarpenyalurdari barang/jasayangdibeli.

b. Periksa dan teliti daftar tersebut apakah terdapat penyalur yang mempunyai hubungan istimewa
dengan Wajib Pajak, dan telusurike buktiaslinya.

c. Apabila ada, periksa dan telitiapakah nilai pembelian barang/jasa tersebut telah dibukukan dengan
nilai yang wajardenganjalan :

-Konfirmasi ke sumber informasi, apabilabarang/jasatersebutdijualdi pasaran bebas.


-Apabila barang/jasa yang dibeli tersebut tidak lerdapat di pasaran bebas, maka lakukan
perhitungandengan metode yang telahdijelaskanpada Bab. III.
ProgramPemeriksaan Penghasilan di LuarUsaha
4.4.1 Tujuan Pemeriksaan

Untuk menentukan kewajaran jumlah penghasilan di luar usaha yang diperoleh dari transaksi dengan
perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa, seperti bunga, dividen, royalti, sewa, dan imbalan
jasa lainnya.
4.4.2Prosedur Pemeriksaan

a. Dapatkan dokumen-dokumen persetujuan yang berhubungan dengan penghasilan di luar usaha


tersebut.

b. Periksa dan telitisyarat-syaratyang terteradidalamdokumen tersebut.

c. Bandingkan syarat-syarat tersebutdengan dokumen-dokumen persetujuanyang dibuai Wajib Pajak


dengan perusahaan yang tidakmempunyai hubunganistimewa.

2:\Program % 20Files\M l IOTi»xGuidc\KEP-01_PJ.7_I993 24/0^/2004


Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008
d. Apabila tidakterdapatdokumen pembanding maka lakukankonfirmasi ke sumber informasi.

e. Apabila (idak tersedia data pembanding dari sumber informasi, maka lakukan penilaian dengan
metode yang telahdiuraikan pada Bab. III.
4.5 ProgramPemeriksaan Biaya Usaha
4.5.1 Tujuan Pemeriksaan

Untuk menentukan kewajaran jumlah biaya usaha yang dibebankan atas transaksi dengan perusahaan
yang mempunyai hubungan istimewa, seperti bunga, royalti, sewa, dan
4.5.2 Prosedur Pemeriksaan

a. Dapatkan dokumen-dokumen persetujuanyang berhubungan dengan biaya-biaya tersebutdi atas.

b. Periksa dan teliti syarat-syaratyang terterapada dokumen lersebul.

c. Bandingkan syarat-syarat lersebul dengan dokumen-dokumen persetujuan yang dibuat Wajib Pajak•
dengan perusahaan yang lidakmempunyai hubungan islimewa.

d. Apabila lidakterdapat dokumen pembanding, maka lakukan konfirmasi ke sumber informasi seperti
tersebut pada Bab IIparagraf 1.4.2.

e. Apabila tidak tersedia data pembanding dari sumber informasi, maka lakukan penilaian dengan
metode yang telahdiuraikan pada Bab. III.

BAB VI
KERTAS KERJA PEMERIKSAAN

Intukmelengkapi Pedoman Pemeriksaan Pajak, maka kertaskerjapemeriksaan harusditambah dengan:

I. Kertaskerjahasil persiapanpemeriksaan:
a. Bagan organisasi kepemilikansaham terhadapafiliasinya.

b. Karakteristikusaha Wajib Pajak.

c. Analisa rasio.

d. Identifikasi masalah.

e. Tehnikdan metode pemeriksaan yangdigunakan.

f. Sumberinformasi yang akandilakukankonfirmasi.

I Auditprogramuntukperusahaan yang mempunyai hubungan islimewa:


a. Hasil pemeriksaan dokumen-dokumen nonfinansial.

b. Hasil pemeriksaan pos-pos Neraca.

c. Hasil pemeriksaan pos-posrugilaba.

c://C*\Program%20Fi tcs\M IJC \TaxG uidc\K EP-01 _P J.7_ 1993 24/06/2004


Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN
625/KMK.04/1994
Ditetapkantanggal 27 Desember 1994

TATA CARA PEMERIKSAAN DI BIDANG PERPAJAKAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA.

enimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan pemeriksaan di bidang perpajakan, dipandang perlu
menetapkan tatacaranya;

b. bahwa oleh karena ilu, Tala Cara Pemeriksaan di Bidang Perpajakan tersebut ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Keuangan;
lengingat : Pasal 31 Undang-undang..Nomor,.Llahun, 1983 lentang Kelentuan Umum dan Tala Cara
Perpajakan (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3262), sebagaimana lelah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994 (Lembaran
Negara tahun 1994 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor3566).

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG TATA* CARA


PEMERIKSAAN DI BIDANG PERPAJAKAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

angdimaksud dalamkeputusan inidengan :

a. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan unluk mencari, mengumpulkan, dan mengolah dala dan/ atau
keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepaluhan pemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkan
ketentuanperaturanperundang-undanganperpajakan;

b. Pemeriksa Pajak adalah Pegawai Negeri Sipildi lingkunganDirektoratJenderal Pajak alau tenaga ahli yang
ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak yang diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab unluk
melaksanakan pemeriksaan di bidang perpajakan;

c. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukansecara teraturunluk mengumpulkan dala dan
informasi yang meliputi keadaan harta, kewajiban atau utang, modal, penghasilan dan biaya seria jumlah
harga perolehan dan penyerahan barang alau jasa yang lerutang maupun yang tidak terulang Pajak
Pertambahan Nilai, yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai dengan tarif 0% (nol persen) dan yang
■dikenakanPajak Penjualan Alas Barang Mewah yang ditutupdengan menyusun laporan keuangan berupa
neracadan perhitungan rugilabapada setiapTahun Pajakberakhir;

4 Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan adalahpembahasan yang dilakukan anlara Pemeriksa Pajakdengan

l^/C:\Piogian»% 20]*i]es\M UC\TaxGuidc\625_KM IC.04_19l> l 2^1/06/200-4


Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008
Wajib Pajak dalam upaya memperoleh pendapat yang sama alas temuan selama pemeriksaan, dan hasil
bahasan temuan tersebut baik yang disetujui maupun yang tidakdisetujui, diluangkan dalam BeritaAcara
Hasil Pemeriksaan yang ditandatangani oleh Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak, yang selanjutnya dijadikan
dasarpenerbitan surat ketetapan pajakdan Surat Tagihan Pajak;

c. Laporan Pemeriksaan Pajak adalah laporan lenlang hasil pemeriksaan yang disusun oleh Pemeriksa Pajak
secararinci, ringkasdanjelassesuai dengan ruang lingkupdan tujuanpemeriksaan.

BAB II
TUJUAN PEMERIKSAAN
Pasal 2

(1) Tujuan Pemeriksaan adalah untuk :

a. menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan;

b. tujuanlaindalamrangka melaksanakan ketentuanperaturanperundang-undangan perpajakan.


(2) Pemeriksaan sebagaimanadimaksud pada ayal (1) hurufa dapatdilakukandalamhal:

a. Surai Pemberitahuan menunjukkan kelebihan pembayaran pajakdan/alau rugi;

b. Surat Pemberitahuan tidakdisampaikan atau disampaikan lidakpada waklu yang telahdilelapkan;

c. Surat Pemberitahuan memenuhi kriteriayang ditentukanoleh DirekturJenderal Pajak;

d. Ada indikasi kewajiban perpajakan selainkewajiban lersebutpada hurufb lidakdipenuhi.


(3) Pemeriksaansebagaimanadimaksud pada ayat(1) hurufbdapatdilakukandalamhal:

a. Pemberian Nomor PokokWajib Pajak (NPWP) ataupencabulan NPWP;

b. Pemberian Nomor Pengukuhan Pengusaha KenaPajak (NPPKP) dan pengukuhan atau pencabulan
NPPKP;

c. Penentuan besarnyajumlah angsuran pajakdalamsualu Masa Pajak bagi Wajib Pajak Baru;

d. Wajib Pajak mengajukan keberatan atau banding;

e. Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan;

f. Pencocokan datadan/atau alatketerangan;

g. PenentuanWajib Pajak berlokasi di daerah tertentu;

h. Penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai dan/atau Pajak Penghasilan Pasal
21;

i. Pelaksanaan ketentuan perundang-undangan perpajakan untuk tujuanlainselain hurufa sampai dengan


hurufh.

file://C:\Program % 20Filcs\M U C \TaxG uide\625 K M K .04 1994 24/06/2004

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


BAB III
RUANG LINGKUP PEMERIKSAAN
Pasal 3

3nglingkup pemeriksaan adalah:

a. Pemeriksaan Lengkap yang dilakukan di tempat Wajib Pajakmeliputi seluruhjenis pajakdan/atau tujuanlain
baik tahun berjalan dan/alau tahun-tahun sebelumnya yang dilakukan dengan menerapkan leknik-teknik
pemeriksaan yang lazimdigunakan dalampemeriksaan pada umumnya.

Pemeriksaan Sederhana dapat dilakukan:


(1)Di lapangan, meliputi seluruh jenis pajak dan/alau tujuan lain baik tahun berjalan dan/atau tahun-tahui
sebelumnya yang dilakukan dengan menerapkan leknik-teknikpemeriksaan dengan bobol dan kedalamai
sederhana.
iDi kantor, melipuli jenis pajak tertentu untuk tahun berjalan dan/alau lahun-lahun sebelumnya yan-
dilakukan dengan menerapkan teknik-teknikpemeriksaan dengan bobol dan kedalaman yang sederhana.

BAB IV
NORMA PEMERIKSAAN

Pasal 4

eriKsaan dilakukan dengan berpedoman pada Norma Pemeriksaan yang berkaitan dengan Pemeriksa Pajak,

f
isriksaandan Wajib Pajak.

Pasal 5

¡Jorma Pemeriksaan yang berkaitan dengan Pemeriksa Pajak dalam rangka Pemeriksaan Lapangan adalah
ebagai berikut:


a. Pemeriksa Pajak harus memiliki Tanda Pengenal Pemeriksa dan dilengkapi dengan Surat Perintah
Pemeriksaan pada waktu melakukan pemeriksaan;

i
Pemeriksa Pajak wajib memberitahukan secara tertulis lenlang akan dilakukan pemeriksaan kepada
Wajib Pajak;

Pemeriksa Pajak wajib memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa dan Surat Perintah Pemeriksaan
kepadaWajib Pajak;
fC:\Program%20Files\M UC\TaxGuidc\625 K M K .04 1994 24/06/2004
Analisis
Pemeriksa Pajak wajib menjelaskan transfer...,
maksud dan Sugeng
tujuanMukti Wibowo,
pemerik FH UI,W2008
saan kepada ajib Pajak yang akan
alau pencatatan dan petunjuk lainnya mengenai pemenuhan kewajiban perpajakan sehubungan dengan
pemeriksaaan yang dilakukan dengan pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan agar
penyelenggaraan pembukuan atau pencatatan dan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam tahun
tahun selanjutnya dilaksanakansesuai dengan ketentuanyang berlaku;

li. Pemeriksa wajib mengembalikan buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen pendukung lainnya yang
dipinjamdari Wajib Pajak palinglambatempat belas hari sejakselesainya pemeriksaan;

i. Pemeriksa Pajak dilarang memberitahukan kepada pihak lain yang tidak berhak segala sesuatu yang
diketahui ataudiberitahukan kepadanya olehWajib Pajakdalamrangka pemeriksaan.
[2) Norma Pemeriksaan yang berkaitan dengan Pemeriksa Pajak dalam rangka Pemeriksaan Kantor adalah
sebagai berikut:

a. Pemeriksa Pajak, dengan menggunakan surat panggilan yang ditandatangani oleh Kepala Kantor yang
bersangkutan, memanggil Wajib Pajak untuk datang ke kantor Direktorat Jenderal Pajak yang ditunjuk
dalam rangka pemeriksaan;

b. Pemeriksa^ Pajak wajib menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan kepada Wajib Pajak yang akan
diperiksa;'

c. Pemeriksa Pajak wajib membuat LaporanPemeriksaan Pajak;

d. Pemeriksa Pajak wajib memberitahukan secara tertuliskepada Wajib Pajak tentang hasil pemeriksaan
berupa hal-halyang berbeda antaraSuratPemberitahuandengan hasil pemeriksaan;

e. Pemeriksa Pajak wajib memberi petunjuk kepada Wajib Pajak mengenai penyelenggaraan pembukuan
atau pencatatan dan petunjuk lainnya mengenai pemenuhan kewajiban perpajakan sehubungan dengan
pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan agar penyelenggaraan pembukuan atau pencatatan dan
pemenuhan kewajiban perpajakan dalam tahun-tahun selanjutnya dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku;

f. Pemeriksa wajib mengembalikan buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen pendukung lainnya yang
dipinjamdari Wajib Pajak palinglambattujuhhari sejakselesainyapemeriksaan;

g. Pemeriksa Pajak dilarang memberitahukan kepada pihak lain yang tidak berhak segala sesuatu yang
diketahui atau diberitahukan kepadanya olehWajib Pajakdalamrangka pemeriksaan.

Pasal G

tormaPemeriksaan yang berkaitandengan pelaksanaanpemeriksaanadalahsebagai berikut:

a. Pemeriksaan dapatdilakukanolehseorang alaulebihPemeriksa Pajak;

b. Pemeriksaan dilaksanakan di kantor Pemeriksa Pajak, di kantor Wajib Pajak atau di kantor lainnya atau di
pabrik atau di tempat usaha atau di tempat tinggal atau di tempat lain yang diduga ada kaitannya dengan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak ataudi tempatlainyang ditentukanoleh DirekturJenderal
Pajak;

c. Pemeriksaan dilaksanakan padajamkerjadandapatdilanjutkandi luarjamkerja, jikadipandangperlu;

file://r\T>rO g i a m % 2 0 F i l e s \ M U C \ T a x G u i d c \ 6 2 5 _ K M K . 0 4 _ _ l 9 9 4 24/06/2004

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


d. HasilpemeriksaandiluangkandalamLaporan PemeriksaanPajak;

c. Hasil Pemeriksaan Lapangan yang seluruhnya disetujui Wajib Pajak, dibuatkan surat pernyataan tentang
persetujuannya dan ditandatangani olehWajib Pajakyangbersangkutan;

‘ f. Terhadap temuan dalamPemeriksaan Lengkap yang tidakatau tidakseluruhnya disetujui oleh Wajib Pajak,
dilakukanPembahasan AkhirHasil Pemeriksaan;

g. Berdasarkan Laporan Pemeriksaan Pajak, diterbitkan Surai Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan .Pajak
sepanjang tidakdilanjutkandengan tindakanpenyidikan.

; , Pasal 7

jormaPemeriksaan yang berkaitandengan Wajib Pajakadalahsebagai berikut;

|a. Dalam hal Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak berhak meminta kepada Pemeriksa untuk memperlihatkan
SuratPerintah Pemeriksaan dan Tanda Pengenal Pemeriksa;

b. Wajib Pajak berhak meminta kepada Pemeriksa Pajak untukmemberikan penjelasan tentang maksud dan
tujuanpemeriksaan;

c. Dalam hal Pemeriksaan Kantor, Wajib Pajak wajib memenuhi panggilan untuk datang menghadiri
pemeriksaan sësuai dengan waktuyang ditentukan;

d. Wajib Pajak berhakmemintakepada Pemeriksa Pajakrincianyang berkenaandengan hal-halyang berbeda


antara hasil pemeriksaan dengan Surat Pemberitahuan;

e. Dalam hal Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak wajib menandatangani surai pernyataan persetujuan
apabilaseluruh hasil pemeriksaandisetujuinya;

f. Dalam hal Pemeriksaan Lengkap, Wajib Pajak wajib menandatangani Berita Acara hasil pemeriksaan
apabila hasil pemeriksaan tersebut tidakatautidakseluruhnyadisetujui;

'g. Wajib Pajak wajib memenuhi permintaan peminjaman buku-buku, calatan-catalan, dan dokumen-dokumen
yang diperlukan untuk kelancaran pemeriksaan dalamjangka waktu paling lama tujuh hari sejak tanggal
surat permintaan dan apabila permintaan tersebut tidakdipenuhi oleh Wajib Pajak,maka jumlah pajak yang
terutangdapatdihitungsecarajabatan;
;
¡h. Dalam rangka pelaksanaan pemeriksaan, Wajib Pajak wajib melaksanakan ketentuan sebagaimana diatur
dalamPasal 28, Pasal 29 dan Pasal 30 Undaogrundang.Nomor§Tahun 1983tentang Ketentuan Umum dan
TataCara Perpajakan sebagaimana telahdiubahdengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994.

K Pasal 8

^laksanaan Pemeriksaan didasarkan pada Pedoman Pemeriksaan Pajak yang meliputi Pedoman Umum
Emsriksaan Pajak, Pedoman Pelaksanaan Pemeriksaan Pajakdan Pedoman Laporan Pemeriksaan Pajak.

B' Pasal 9

i7 /C :\l,rograni% 20F iles\M U C \T axG uide\625_K M K .04_l994 24/06/2004

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008


'edoman Umum Pemeriksaan adalah sebagai berikul:

; a. Pemeriksaan dilaksanakan oleh Pemeriksa Pajak yang lelah mendapatkan pendidikan teknis yang cukup
| dan memiliki keterampilan sebagai Pemeriksa Pajak;

b. Pemeriksa Pajak harus bekerja dengan jujur, bertanggung jawab, penuh pengabdian, bersifat terbuka,
sopan dan obyektif sertawajib menghindarkan diridari perbuatan tercela;

c. Pemeriksaan harus dilakukan oleh Pemeriksa Pajak dengan menggunakan keahliannya secara cermat dan
seksama serta memberikan gambaran yang sesuai dengan keadaan sebenarnya tentang
Wajib Pajak;

■ d. Temuan hasil pemeriksaan diluangkan dalam kerlas kerja Pemeriksaan sebagai bahan unluk menyusun
Laporan Pemeriksaan Pajak.

Pasal 10

nPelaksanaan Pemeriksaan adalah sebagai berikul:

i
’elaksanaan pemeriksaan harus didahului dengan persiapan yang baik, sesuai dengan tujuanpemeriksaan,
landengan pengawasan yang seksama;

.uas pemeriksaan ditentukan berdasarkan petunjukyang diperoleh, yang harus dikembangkan dengan bukti
rang kuat dan berkaitan mela
i!?://C:\ProBiam%20Filcs\M lui pencocokan dat
UC\TaxGuidc\625 a, pK.04_
KM engam1994
alan, tanya jawab, dan tindakan lain berkenaan
24/06/2004
Jengan pemeriksaan;
Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008
pemeriksaan.

BAB V
PELAKSANAAN PEMERIKSAAN

Pasal 12

immelakukan Pemeriksaan Lapangan, Pemeriksa Pajakberwenang:

! memeriksa buku-buku, catatan-catalan dan dokumen-dokumen pendukung lainnya lermasuk keluaran


\ ataumedia komputerdan perangkai elektronikpengolahdatalainnya;

! meminjam buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen pendukung lainnya lermasuk keluaran


! ataumedia komputer dan perangkai elektronikpengolah datalainnya;
i
. memintakelerangan lisandan/alau tertulisdari WajibPajakyangdiperiksa;

memasuki lempal atau ruangan yang diduga merupakan (empat menyimpan dokumen,uang, barang
! yang dapat memberi petunjuk tentang keadaan usaha Wajib Pajak dan/alau tempal-tempal lain yang
j dianggap penling sertamelakukanpemeriksaanditempat-tempattersebut;

melakukan penyegelan tempat atau ruangan tersebut pada hurufd, apabilaWajib Pajak atauwakil atau
kuasanya tidak memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan dimaksud, atau tidak
adatempat pada saat pemeriksaan dilakukan;

meminta keterangan dan/atau bukli-bukli yang diperlukandari pihakkeligayang mempunyai hubungan


denganWajib Pajak yang diperiksa,
nmelakukan Pemeriksaan Kantor, Pemeriksa Pajakberwenang :

meminjam buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen pendukung lainnya termasuk keluaran

I
ataumedia kompulerdan perangkatelektronikpengolahdatalainnya;

;memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen pendukung lainnya termasuk keluaran


‘ataumedia komputer dan perangkatelektronikpengolahdatalainnya;

; meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari Wajib Pajak yang diperiksa;meminta keterangan
i dan/atau bukti-bukti yang diperlukan dari pihak ketigayang mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak
‘yangdiperiksa.
peminjaman buku-buku dan lain-lainsebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurufb dan huruf f, dan ayat
anifa, dan d diberikan landa bukti peminjaman yang menyebutkan secara rinci dan,jelas mengenai jenis
[jumlahnya.
iarapenyegelan sebagaimana dimaksudpada ayal (1) hurufe, ditetapkanolehDirekturJenderal Pajak.
f
‘ Pasal 13
i
!apada saat dilakukan Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak atau wakil atau kuasanya tidak ada di
3*maka pemeriksaan lelap dapat dilaksanakan sepanjang ada pihak yang dapat dan mempunyai
iangan untuk bertindak selaku yang mewakili Wajib Pajak, terbalas untuk hal yang ada dalam
¿ngannyadan selanjutnya pemeriksaanditunda untukdilanjutkanpada kesempatan berikutnya.
^0Biani% 20r-iIes\M U C \TaxG uidc\625_K M K .04_l994 24/06/2004
Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008
IUntuk keperluan pengamanan pemeriksaan, maKa sebelum pemeriksaan lapangan ditunda,pemeriksa Pajak
dapal melakukanpenyegelansebagaimana dimaksuddalamPasal 12ayal (1) hurufe.
IApabila pada saat Pemeriksaan Lapangan dilanjutkan setelah dilakukan penundaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Wajib Pajak atau wakil atau kuasanya tidak juga ada di tempat, maka pemeriksaan tetap
dilaksanakan dengan terlebihdahulu meminta pegawai Wajib Pajak yang bersangkutan untuk mewakili Wajib
Pajakguna membantu kelancaranpemeriksaan.
Dalam hal Wajib Pajak atau wakil atau kuasanya tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 29 ayal (3) Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketenluan Umum dan Tata Cara Perpajakan
sebagaimana telah diubati dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun .1994, ia harus menandatangani Surat
PernyataanPenolakan Pemeriksaan.
Dalam hal pegawai Wajib Pajak yang diminta mewakili Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
imenolak untuk membantu kelancaran pemeriksaan, ia harus menandalangani Surat Pernyataan Penolakan
¡Membantu Kelancaran Pemeriksaan.
iDalam hal terjadi penolakan untuk Pemeriksaan atau Supal Pernyataan Penolakan Membantu Kelancaran
:Pemeriksaan atau BeritaAcara Penolakan Pemeriksaanyangditandatangani oleh Pemeriksa.
[Surat.Pernyataan Penolakan Pemeriksaan atau Surat Pernyataan Penolakan Membantu Kelancaran
('Pemeriksaan atau BeritaAcara Penolakan Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), atau ayat (5),
ratau ayal (6) dapat dijadikan dasar untuk penetapan besarnya pajak terutang secara jabatan atau dilakukan
^penyidikan.

Pasal 14
\
'Pemeriksa Pajak membuat Laporan Pemeriksaan Pajak untuk digunakan sebagai dasar penerbilan Surat
IKeletapan Pajak atau Surat Tagihan Pajak atau untuk tujuan lain dalam rangka pelaksanaan ketentuan
[peraturanperundang-undangan perpajakan.
^Penghitungan besarnya pajak yang terutang menurut Laporan Pemeriksaan Pajak yang digunakan sebagai
¡3sarpenerbitan Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajaksebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
jerbedadengan SuratPemberitahuan, diberitahukankepadaWajibPajak.

Pasal 15

Dalam Pemeriksaan Lengkap, pemberian tanggapan atas hasil pemeriksaan dan pembahasan akhir hasil
meriksaan diselesaikandalamwaktu tigaminggusetelahpemeriksaanselesai dilakukan,
palamPemeriksaan Lapangan, pemberian tanggapan atas hasil pemeriksaan dilakukan dalam waktu satu
*"inggusetelahpemeriksaan selesaidilakukan.
DilamPemeriksaan Kantor, hasil pemeriksaandisampaikankepada Wajib Pajak segera setelah pemeriksaan
»selesaidilakukandan tidakmenunggu tanggapanWajibPajak.
^fyabila Wajib Pajak tidak memberikan tanggapan sebagaimana dimaksud pada ayal (2) dan ayat (3) atau
idakmenghadiri pembahasan akhirhasilpemeriksaansebagaimanadimaksud pada ayat(2), SuratKetetapan
?ajak dan/alau Surat Tagihan Pajak diterbitkan secara jabatan berdasarkan hasil pemeriksaan yang
[sampaikankepada WajibPajak.
emberitahuan hasil pemeriksaan kepada Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
iclakdilakukanapabilapemeriksaandilanjutkandenganpenyidikan.

Pasal 16

^ dalam pemeriksaan ditemukan bukli permulaan lentang adanya tindak pidana di bidang perpajakan,
ksaanlelapdilanjutkandan Pemeriksa Pajakmembual LaporanPemeriksaan Pajak.

l:\Proeram % 20F ilcs\M U C \T axG uidc\625„K M K .04_ 1994 24/06/2004


Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008
Pasal 17

DrnanPemeriksaan Lengkapdan Pemeriksaan Sederhana diletapkanoleh DirekturJenderal Pajak.

Pasal 18

■Jtusan inimulai berlakusejakianggal 1Januari 1995.

'apkan d i : Jakarta
3 tanggal: 27 D esem ber 1994

KEUANGAN,
i
S'IEMUHAMMAD

tfiOgram%20Files\MUC\TaxGiudc\625JCMK..04J994 24/06/20Q/

Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008