Analisis Transfer Princing D Spute Atas Transaksi Antar Perusahaan Afiliasi (Studi Kasus Pada PT "X" Di Jakarta)
Analisis Transfer Princing D Spute Atas Transaksi Antar Perusahaan Afiliasi (Studi Kasus Pada PT "X" Di Jakarta)
Analisis Transfer Princing D Spute Atas Transaksi Antar Perusahaan Afiliasi (Studi Kasus Pada PT "X" Di Jakarta)
TESIS
Oleh:
U n l v « r t i t « I n d o n e iU
pecpusuK«»
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS HUKUM
PASCASARJANA
2008
UNIVERSITAS INDONESIA
TESIS
Dipersiapkan dan disusun oleh
f ®
N am a SUG EN G M U K TI W1BOWO
NPM 6504002516
K onsentrasi HUKUM E K O N O M I
Judul ANA LISIS TR A N SFE R PR IC IN G D ISPU T E ATAS
TR A N SA K SI ANTAR PERUSAHAAN A F IL IA S I
(STUDI KASUS PADA P T “A ” DI JA K A R TA )
DEW AN P E N G U JI:
The problem scopes o f this research Why did indicated the loss which got by
this country as a negative impacts from transfer pricing done by P T “X ” ?; how
much the profit which got by the company as a impact fro m transfer pricing
management to the it's affiliate companies ?; and how the basic o f decision making
done by the Tax Courts toward transfer pricing cases between P T UX ” as a Tax
Subject with Dirjen Pajak.
The purpose o f this research are to know how much a disadvantage which got
by the counhy as a negative impacts from transfer pricing practices done by P T "X
to know how much the benefit which got by the P T “X ” as a impact fro m transfer
pricing managements with the affiliate companies; The basic o f decision making by
the Tax Courts toward transfer pricing cases between P T “X ” as a Tax Subject and
Dirjen Pajak.
The type o f research is descriptive and the data collecting techniques is use
library studies to get secondary data, and use interview to get prim ary data.
The results o f this research are: (a) there is a transfer pricing activities in P T
”X ”. There is a gap o f tax value between tax stated by the Dirjen pajak with tax
which re-counted by the P T “X ”, so this country fe lt a loss as a impact o f transfer
pricing by the P T “X " is Rp 24.891.601.275, (b) The P T “X " Rp 24.891.601.275 is
not transfer pricing, because bruto profit prossentace betweeen P T “X " and affiliate
companies arround 32% and 33%, (c) The basic o f decision making is depends on
the results o f investigates in courts with the proofs. Then the basic o f decision making
are based on the Courts Investigation showed by the Lawyer o f P T “X " and the
explanation o f the proof, the courts have conclusion i f Dirjen Pajak uncalculated
Rp 9.895.729.298 as discount and PPnBM in calculated buying on fin ish ed product,
so in calculated buying on finished product by the court Rp 304.138.625.15, and the
court o f conclusion is Rp 24.891.601.275 as buying on fin ish ed product is not
transfer pricing.
Perumusan masalah dari penelitian ini adalah mengapa fiskus menduga ada
kerugian negara akibat transaksi transfer pricing pada PT ”X’\ sehingga kemudian
dilakukan koreksi terhadap perhitungan PPh. Badan atas tahun pajak 2000; Upaya-
upaya apakah yang dilakukan oleh PT ”X” dalam menanggapi koreksi fiskus atas
sengketa transfer pricing pada tahun pajak 2000 tersebut; Hal-hal apa yang dijadikan
dasar pengambilan keputusan oleh Pengadilan Pajak terhadap sengketa transfer
pricing antara PT ”X” selaku Wajib Pajak dan Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
Tujuan dari penelitian ini mengetahui dan menganalisa : (a) Jalannya proses
pemeriksaan pajak di PT “X” oleh fiskus, dimana pada akhirnya fiskus
berkesimpulan bahwa telah terjadi transfer pricing di PT “X” dengan cara transaksi
pembelian barang jadi oleh Wajib Pajak, dimana harga jual produk AQ yang dibeli
oleh PT “X” (Wajib Pajak) dari perusahaan afiliasinya itu jauh lebih besar
dibandingkan jika Wajib Pajak memproduksinya sendiri; (b) Upaya-upaya yang
dilakukan PT “X” dan data serta dokumen apa saja yang dijadikan dasar pembuktian
oleh PT “X” dalam upaya membuktikan bahwa dugaan terjadi transfer pricing
tersebut tidak benar; (c) Dasar pengambilan keputusan oleh Pengadilan Pajak atas
kasus transfer pricing tersebut oleh Pengadilan Pajak.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan tipe penelitian deskriptif dan
teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan untuk mendapatkan
data sekunder, ju g a dengan melakukan wawancara untuk mendapatkan data primer.
Kesimpulan dari penelitian ini antara lain (a) Proses pemeriksaan pajak di PT
“X” oleh fiskus cukup lengkap sehingga akhirnya fiskus berkesimpulan bahwa telah
terjadi transfer pricing di PT “X” sebesar Rp 24.891.601.275, (b) PT. “X”
berpendapat bahwa sebesar Rp 24.891.601.275 bukan merupakan transfer pricing
karena prosentase laba kotor yang dinikmati oleh kedua perusahaan baik PT “X”
dengan perusahaan afiliasinya, berada pada kisaran yang sama yaitu antara 32% dan
33%, (c) Dasar pengambilan keputusan atas kasus transfer pricing yang diterapkan
oleh Pengadilan Pajak adalah berdasarkan penelitian Majelis atas dokumen yang
ditunjukkan Kuasa Hukum pemohon banding serta keterangan tersebut diatas,
Majelis berpendapat bahwa Terbanding tidak memperhitungkan unsur diskon sebesar
Rp 9.895.729.298 dan unsur PPn BM dalam menghitung pembelian barang jadi,
sehingga penghitungan pembelian barang jadi menurut Majelis adalah sebesar Rp
304.138.625.152, sehingga Majelis berkesimpulan bahwa koreksi positif terbanding
atas pembelian barang jadi sebesar Rp 24.891.601.275 tidak dapat dipertahankan.
dalam tesis ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna
untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat Penulis
kepada semua pihak yang terkait dengan proses penulisan tesis ini,
khususnya kepada:
tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Semoga Alloh SWT
Penulis
Lembar Orisinalitas ii
Lembar Persetujuan Tesis iii
Abstract iv
Abstrak v
Kata Pengantar vi
Daftar isi viii
BAB I : PENDAHULUAN
ix
Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008
5.6 Hasil Pemeriksaan & Pendapat Majelis Hakim 114
5.7 Surat Putusan Pengadilan Pajak 25 Juli 2005... 125
PENDAHULUAN
1. L a ta r B elakang M asalah
Trade Area) mendorong para pelaku bisnis di Indonesia untuk meningkatkan daya
saingnya agar tetap bertahan (survive). Banyak alternatif strategi yang dipilih dalam
Di dalam era pasar global dimana arus barang, jasa atau modal masuk atau keluar dari
suatu negara tanpa hambatan atau kendala, diperlukan strategi bisnis global. Strategi
ini mencakup berbagai aspek dan bersifat cross border antar negara. Sementara dari
sisi bisnis, globalisasi merupakan isu utama yang dihadapi berbagai perusahaan di
multinasional.
beroperasi di lebih dari satu wilayah geografis (lebih dari satu negara) dan merupakan
satu grup perusahaan, yang terdiri dari perusahaan induk (parent company) dan
perusahaan, maka dalam praktek usahanya, mereka akan saling terlibat baik dalam
perusahaan atau antara induk dan anak perusahaan dalam satu grup usaha tersebut
mendorong penciptaan suatu harga transaksi. Harga yang terbentuk dalam transaksi
Transfer prices are the prices at the which an enterprise transfer physical goods and
intangible property or provides services to associated enterprises
Transfer pricing adalah harga yang ditetapkan oleh salah satu perusahaan
dalam satu grup tersebut karena adanya transaksi transfer penyerahan barang yang
bersifat fisik (physical goods) ataupun yang bersifat benda-benda yang tidak
lainnya dalam satu grup usaha tersebut. Karena transaksi tersebut dilakukan oleh
lebih dari satu perusahaan dalam satu grup, maka berarti transaksi dilakukan diantara
karena ada partisipasi secara langsung maupun tidak langsung dalam manajemen,
mempunyai hubungan istimewa (related) dapat sama dengan harga transfer yang
independent atau um elated, yaitu dengan menggunakan harga pasar (market price)
atau harga lain yang sesuai dengan hasil negosiasi antara pihak yang saling berkaitan
sehingga tidak sesuai dengan harga pasar pada umumnya (not arm 's length
principle).
M enurut studi yang dilakukan oleh Burns (1980), dalam jurnalnya Transfer
pricing antara lain kondisi pasar di negara asing, kompetisi di negara asing,
ekonomi di negara asing, pembatasan impor, bea cukai, kontrol harga, peraturan
Secara umum kondisi pasar di negara asing berkaitan dengan iklim kompetisi
tertentu, misalnya harga ditekan rendah agar dapat bersaing dengan perusahaan lain
di negara tersebut. Praktik ini dalam jangka pendek menyebabkan perusahaan dapat
ketidakefisienan dalam bisnis. Lebih jauh, otoritas pajak akan memberikan perhatian
karena misalnya jika terjadi underpricing berarti penjual akan memperoleh lebih
ke negara asalnya.
Lebih lanjut menurut survei yang dilakukan oleh Ana Maria Janschek dan
Transfer Pricing Journal Vo. 9 Number 4, 2002), seperti dikutip oleh Surahmat
(Bisnis Indonesia, 2002) disebutkan bahwa dalam survei yang dilakukan pada tahun
tersebut memakai metode transfer pricing yang sama untuk tujuan manajemen dan
perpajakan. Dari jumlah tersebut, lebih dari 50 % nya mengadopsi metode yang
untuk tujuan manajemen perpajakan. Dari angka persentase hasil survai tersebut,
motivasi perusahaan untuk melakukan praktik transfer pricing tidak hanya untuk
mamanipulasi laba usaha saja, tetapi juga untuk kepentingan manajemen. Walaupun
demikian, transfer pricing dapat dipakai sebagai sarana memanipulasi laba usaha jika
tersebut tidak mencerminkan harga wajar. Apabila terjadi hal ini, maka akan timbul
distorsi terhadap penerimaan pajak dari negara sumber (OECD Report, Transfer
pricing tersebut, penulis lebih menitikberatkan pada isu transfer pricing ditinjau dari
aspek pajak. Hal ini dikarenakan dari segi aspek pajak, praktik transfer pricing sering
menimbulkan dispute antara wajib pajak dan otoritas pajak. Wajib pajak berargumen
bahwa transfer pricing adalah hal wajar yang berkaitan dengan strategi bisnis,
sedangkan otoritas pajak berargumen bahwa jika Wajib Pajak yang merupakan satu
merugikan penerimaan negara dari sektor pajak jika praktek transfer pricing yang
dilakukan tidak mencerminkan harga wajar (not arm*s leght principle). Oleh
laba dalam negeri ke luar negeri. Sebanyak 70 % PMA (Penanaman Modal Asing)
yang terdaftar sebagai Wajib Pajak tidak diwajibkan membayar pajak (Kompas: 27 /
8 / 2002), walaupun sebenarnya belum ada bukti konkret yang menunjukkan PMA
praktik ilegal melalui transfer pricing mengingat besarnya jumlah proyek yang
ditangani melalui perusahaan PMA. Selanjutnya, harian Kompas (29 / 8 / 2002) juga
memberitakan b ah w a:
jumlahnya, antara lain Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor SE-04 / PJ.7 /
1993 tanggal 9 Maret 1993 tentang petunjuk penanganan kasus-kasus transfer pricing
dan Keputusan Jenderal Pajak Nomor KEP-01 / PJ.7 / 1993 tanggal 9 Maret 1993
Karena sedikitnya peraturan tentang transfer pricing tersebut maka dalam praktiknya
sulit diterapkan bagi Wajib Pajak (selanjutnya disingkat WP) dan Pemeriksa Pajak
(selanjutnya disebut fiskus), karena peraturan tersebut hanya ditujukan untuk fiskus
yaitu mengatur secara khusus pedoman pemeriksaan pajak bagi Wajib Pajak yang
timbul apabila terjadi komplik transfer pricing serta kewajiban untuk menyediakan
dokumen yang menunjukkan bahwa metode transfer pricing yang dipilih Wajib Pajak
Dalam praktik di Indonesia, apabila Wajib Pajak diperiksa dan dikoreksi oleh
terutang menurut fiskus menjadi lebih besar dan dikenakan Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar, maka upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak adalah
mengikuti ketentuan umum perpajakan yaitu melalui proses keberatan dan banding.
disiapkan oleh Wajib Pajak tentang metode transfer pricing yang dipilih yang telah
sesuai dengan harga pasar wajar, maka akan sangat menyulitkan fiskus dalam
melaksanakan pemeriksaan.
transfer pricing yang not arm ’s length principle pada PT ”X”, sehingga kemudian
dilakukan koreksi terhadap perhitungan PPh. Badan atas tahun pajak 2000 ?
3. Hal-hal apa yang dijadikan dasar pengambilan keputusan oleh Pengadilan Pajak
terhadap sengketa transfer pricing antara PT ”X” selaku Wajib Pajak dan
3. P em batasan M asalah
transaksi transfer pricing antara Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak yaitu PT ”X”,
4. T u ju an Penelitian
dimana pada akhirnya fiskus berkesimpulan bahwa telah terjadi kerugian negara
akibat praktek transfer pricing di PT “X” dengan cara transaksi pembelian barang
jadi oleh PT “X”, dimana harga jual produk dari PT “X’* yang dibeli dari
sendiri.
3. Untuk mengetahui dasar pengambilan putusan Pegadilan Pajak atas kasus transfer
pricing tersebut.
5. M an faat Penelitian
Dengan adanya studi kasus transfer pricing pada PT “X’' ini diharapkan dapat
dijadikan kajian bagi Wajib Pajak, terutama berkaitan dengan dokumen atau data-
3. Bagi Pemerintah
Agar fiskus dapat lebih cermat dan tepat dalam menganalisa ada atau tidak
tentang keberadaan transfer pricing di Indonesia yang saat ini masih belum
6. M etode Penelitian
menguraikan data yang diperoleh dari hasil penelitian untuk selanjutnya melakukan
Singarimbun dan Sofyan Effendi, 1995:h.3). Oleh karena itu penelitian dengan
factual.
sesuatu yang benar mengenai suatu obyek (Istijanto, 2005 : h.31). Dalam hal
masalah yang sedang diteliti dan telah mengetahui jenis informasi yang akan dicari.
hal yang berhubungan dengan masalah yang diteliti untuk mendapatkan data
sekunder.
2. Penelitian Lapangan
10
Pajak yang memimpin sidang yang berkaitan dengan kasus transfer pricing tersebut.
relevan dan akurat agar dapat menjawab rumusan yang ada dalam suatu penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh dari penelitian lapangan dan wawancara dengan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini secara garis besar
dibagi dalam lima bab. Masing-masing Bab terdiri dari beberapa sub bab yang dapat
BAB I : Pendahuluan
penulisan.
Dalam bab ini terdiri dari kerangka konseptual definisi transfer pricing
pricing.
Pada bab ini dibahas gambaran umum PT “X” yang merupakan objek
12
penelitian ini.
13
TINJAUAN PUSTAKA
1. P E N G E R T IA N T R A N SF E R P R IC IN G DAN A B U S E O F T R A N S F E R
P R IC IN G
b e rik u t:
Transfer p rices are the prices at which an enterprise transfers physical goods
a n d intangible property or provides services to associated enterprises.
istilah transfer pricin g sering dikaitkan dengan suatu rekayasa manipulasi harga
secara sistem atis dengan maksud mengurangi laba artifisial, mengupayakan agar
penentuan harga, antar perusahaan dalam satu grup yang sama. Penentuan harga
ini dapat terjadi dalam rangka transaksi penjualan / pembelian barang dagangan,
pemberian jasa, penggunaan hak paten, pemberian pinjaman, dll. Karena transaksi
harga yang terjadi tentu tidak bersifat arm 's length. Pada akhirnya terjadilah
pergeseran dasar pengenaan pajak dari sayu negara ke negara lain. Itulah
selalu menginginkan transaksi yang terjadi antar perusahaan dalam satu grup tetap
bersifat arm 's length. Untuk keperluan ini OECD mengeluarkan pedoman yang
satu grup dalam kondisi yang sama dengan perusahaan yang independent
merugikan.
Sebenarnya prinsip dari arm's length ini memberi jalan bagi penentuan
laba usaha yang sebenarnya. Bila terjadi transaksi antara dua pihak yang
tersebut sebagai entitas yang terpisah. Sebab yang penting adalah sifat transaksi
yang tidak dilakukan oleh pihak-pihak yang independen. Transaksi tersebut tidak
komersial.
adm inistrasi yang sangat besar, baik bagi wajib pajak maupun aparat perpajakan.
Bagai aparat perpajakan, verifikasi atas arm 's length yang terjadi beberapa tahun
informasi tentang transaksi yang sejenis atau kondisi pasar pada saat itu. Hal ini
akan lebih sulit karena dilakukan beberapa tahun setelah transaksi yang
sebenarnya terjadi berlalu. Kesulitan ini juga akan dialami oleh wajib pajak untuk
Harga atau imbalan atas transaksi tersebut dapat ditetapkan dalam jum lah
yang sam a atau berbeda dengan jum lah yang sam a atau berbeda dengan harga
harga pasar wajar (harga yang terjadi di pasaran bebas antara pihak yang tidak ada
hubungan istimewa) sudah dapat ditebak tidak akan membawa pengaruh terhadap
sistem perpajakan.
Abusive transfer pricing accurs when income and expense are improperly
allocated fo r the purpose o f reducing taxable income.
Abase o f transfer pricing terjadi pada saat penghasilan dan beban secara tidak
ketika transfer pricing digunakan untuk tujuan menekan sementara jum lah
kewajiban pajak yang harus dibayar ke negara. Kebanyakan strategi ini diterapkan
rugi yang berlebihan pada salah satu perusahaan ke perusahaan lain yang
bersifat tax evasion ketika transfer pricing digunakan tidak hanya untuk menunda
2. HUBUNGAN ISTIM EW A
hubungan istimewa dijelaskan dalam paragraf 1 huruf (a) dan huruf (b) artikel 9
sebagai berikut:
dapat terjadi karena ada partisipasi baik secara langsung maupun tidak
lainnya.
adanya perbedaan struktur perpajakan antar negara. Dalam hal ini, P3B mengatur
Apabila profit yang diterima oleh perusahaan salah satu negara perjanjian menjadi
penyesuaian serta mengenakan pajak atas jum lah profit berdasarkan hasil
adjustment tersebut. Namun jika adanya hubunan istimewa tersebut sama sekali
3. A R M ’S L E N G TH PR IN C IP L E
Prinsip arm 's length ini tercermin di dalam pasal 9 dari OECD Model maupun
UN M odel, yaitu:
Kesulitan dalam arm 's length adalah bahwa perusahaan - perusahaan yang
prinsip harga wajar (arm 's length principle) untuk menangani masalah transfer
barang, kualitas dan keandalan, dan tersedianya supply barang tersebut di pasar.
Sedangkan dalam hal pemberian jasa (services), faktor yang harus diperhatikan
antar lain keadaan yang melingkupi pemberian jasa tersebut; dalam hal barang
(lisensi atau penjualan), jenis dari properti tersebut (patent, trade mark atau know
how), duration dan degree o f protection, serta antisipasi keuntungan dari properti
tersebut.
b. F u n ctio n a l A nalysis
keadaan ekonomi yang signifikan yang harus di lakukan oleh perusahaan. Struktur
organisasi dari suatu grup afiliasi yang harus diberikan perhatian lebih dengan
c. C ontractual Terms
kedua belah pihak yang menandatangani kontrak tersebut. Jika perjanjian tertulis
tidak ada, maka hubungan kontrak dari pihak-pihak yang mempunyai hubungan
istim ew a tersebut harus menggunakan tindakan dan prinsip ekonomis yang umum
d. E co n o m ic Circumstances
H arga w ajar dapat bervariasi antara satu pasar dengan pasar lain walaupun
perbandingan bahw a pasar dimana pihak independen dan pihak yang mempunyai
perbedaan material yang berpengaruh terhadap harga atau jik a ada maka
e. B u sin e ss Sirategy
Strategi bisnis yang di lakukan juga harus diuji untuk dilihat apakah setara
dengan keadaan pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa. Aspek yang
istim ewa dalam bentuk hutang dengan tingkat bunga tertentu, maka
berdasarkan prinsip harga wajar, fiskus dapat meneliti apakah dari sisi
pem injam hal tersebut secara ekonomis pantas dilakukan, dan mengapa
transaksi tersebut tidak dianggap sebagai penyertaan modal (capital) dan bukan
b. Transaksi tersebut sama bentuk dan substansi ekonominya tetapi jik a dilihat
M isalnya, dalam kondisi penjualan dengan kontrak jangka panjang, dengan cara
pem bayaran lum p sum , dengan hak tidak terbatas atas hak atas aktiva tidak
berwujud sebagai akibat dari suatu riset mendatang dalam jangka waktu kontrak.
Dalam kasus ini m ungkin tepat untuk mengartikan transaksi tersebut sebagai
transfer aktiva komersial, tetapi tidak tepat bagi fiskus untuk mengartikan transfer
aktiva tersebut secara lengkapnya (an not simply by reference to pricing) yang
m ungkin secara m asuk akal diharapkan bahwa transfer aktiva tersebut merupakan
subjek transaksi yang melibatkan pihak independen. Oleh karenanya dalam kasus
prinsip harga w ajar seharusnya diterapkan dengan basis transaksi per transaksi.
W alaupun dem ikian, sering timbul situasi di m ana transaksi yang terpisah tersebut
untuk dievaluasi secara terpisah. Misalnya kontrak jangka panjang atas suplai
barang atau jasa, hak atas penggunaan aktiva tidak berwujud, dan harga produk-
produk yang sangat berhubungan erat (misalnya dalam suatu produci line).
4. U se o f A rm ’s L cn g th R ange
Transfer pricin g bukan merupakan ilmu pasti, sehingga ada beberapa kondisi
dim ana aplikasi dari suatu metode yang paling tepat atau m etode lainnya akan
m enghasilkan suatu kisaran angka di mana secara relatif adalah sama. Kisaran
angka tersebut mungkin akan diperoleh dari penerapan m etode transfer pricing
yang berbeda yang diterapkan untuk mengevaluasi transaksi yang sedang diuji.
Untuk mendapatakan kondisi dan data yang lengkap atas transaksi yang
sedang diuji oleh fiskus, sebaiknya data tersebut diuji dari tahun yang diperiksa
6. Losses
mengalami kerugian, tetapi secara grup adalah untung, maka hal ini merupakan
kondisi yang perlu diperhatikan oleh fiskus karena ini merupakan salah satu
Ada beberapa keadaan di mana wajib pajak akan mengklaim bahwa harga
the paym ent o f royalties, subsidies to particular sectors, exchange controls, anti
dum ping duties, or exchange rate policy. Cara untuk mengatasi isu ini adalah
pendekatan yang ada ke nagara treaty partners di mana kondisi tersebut ada.
International set offs terjadi jika salah satu anak perusahaan dari satu grup
satu grup tersebut di mana efek timbal baliknya adalah sama. International set offs
antara data im por barang dari anak perusahaan dalam satu grup perusahaan
multinasional dengan impor yang dilakukan pihak independen lainnya atas barang
yang sama.
(CU P m ethod), Resale Price M ethod dan Cost Plus Method. Yang termasuk
dalam transactional profit m ethod adalah profit split method dan transactional net
m argin m ethod.
Tidak ada satu metodcpun yang cocok untuk setiap kondisi dan penerapan
dari beberapa m etode harus dibuktikan terlebih dahulu. Fiskus tidak perlu ragu-
ragu untuk m em buat penyesuaian. Wajib Pajak juga harus berusaha untuk
harga yang sesuai dengan prinsip arm's length baik transfer pricing berupa
M etode ini pada dasarnya adalah perbandingan antara harga untuk harta
dalam lingkungan atau situasi yang mirip. Bila terdapat hubungan antara
fin a n cia l yang tidak arm fs length. Karena itu, harga yang dipakai untuk
tersebut.
kepada I2. Dalam kasus ini maka harga pasar pembanding atas transfer
dari S2 di Singapura dengan harga $8.5, maka harga ini dapat juga
dikurangi dengan gross margin (resale price margin) yang pantas yang
merupakan jum lah yang diterapkan oleh penjual untuk menutup kembali
menghasilkan arm ’s length price. Resale price margin dari transaksi antar
perusahaan dalam satu grup dapat ditentukan dengan merujuk pada resale
p rice margin yang diharapkan oleh penjual atas barang yang dibeli dan
hubungan istimewa.
pihak independen dengan harga $8. Gross profit pembanding dari barang
$ 8 X 1 4 0 % « $ 11,2.
pem borosan karena salah urus perusahaan atau faktor inefesiensi lainnya.
c. Komisi yang diterima oleh suatu agen pembelian adalah sama dengan
K etiga m etode di atas biasa disebut metode tradisional. Metode lainnya adalah
transactional p ro fit method, yaitu penelitian besamya laba yang diperoleh dari
Berdasarkan O ECD Guidelines, transactional profit m ethod terdiri dari profit split
Dalam transaksi yang berkaitan erat satu dengan yang lainnya, evaluasi
secara terpisah akan menjadi sulit. Metode profit split ini mencoba
independen.
Pertama-tama, metode ini mencari laba yang akan diabagi diantara mereka yang
ada dalam satu grup dari transaksi yang dipengaruhi oleh hubungan istimewa
sehingga pembagian itu kurang lebih mencerminkan laba seandainya transaksi itu
Kelebihan dari profit split method adalah bahwa ia tidak tergantung pada transaksi
A su m si:
A B Total
25 20 -45
5.4 4.6 10
tertentu terhadap biaya, penjualan atau aktiva, yang diperoleh Wajib Pajak.
Jadi metode ini mirip dengan metode cost plus atau resale price. Dengan
resale price atau cost plus. Karena itu, net margin dari wajib pajak yang
mengacu pada net margin wajib pajak tersebut dalam transaksi yang sama
tetapi yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa. Bila hal ini tidak
diketahui, kita tidak dapat melihat transaksi Wajib Pajak lain yang
Selanjutnya, Gunadi (1994, hal. 62-63) menjelaskan lebih lanjut mengenai Global
M etode ini merupakan alokasi langsung atas laba dari beberapa entitas hukum
yang merupakan anggota dari satu kesatuan ekonomi. Aplikasi metode ini adalah
(a)
X Y Z T otal
20
Laba 4 6 10 CA
DU
Penjualan 10 15 25 Oft
*L\J
Modal kerja 5 5 10 i s
Z.J
Upah 5 10 10
berikut:
negaranya sendiri (21%), Y (32%), dan Z (47%). Dengan demikian negara X akan
m engenakan pajak atas laba 4.2 (21% X 20) dan bukannya 4 (sebagaimana
T R A N S F E R P R IC IN G
sebagai berikut:
p ricin g atas transaksi-transaksi dalam jangka waktu APA tersebut. APA dapat
unilateral, merupakan kesepakatan antara Wajib Pajak dengan Wajib Pajak lain
ataupun antara W ajib Pajak dengan otoritas perpajakan. APA yang bersifai
dua otoritas perpajakan dua negara yang berbeda dengan dasar perjanjian treaty
yang berlaku saat itu. APA yang bersifat multilateral merupakan istilah untuk
m enggam barkan perjanjian APA di mana ada lebih dari satu perjanjian APA yang
bersifat bilateral.
banyaknya m asalah transfer pricing (transfer pricing dispute) antara Wajib Pajak
dengan otoritas pajak. Transfer pricing dispute tersebut timbul karena teknik
pengujian ataupun audit yang bersifat tradisional sering sulit dibuktikan dan
terlalu banyak m em akan waktu dan tenaga kedua belah pihak. Dengan teknik
pengujian transfer pricin g yang ada tersebut sangat sulit untuk membuktikan
harga pasar w ajar (arm 's lenght prices) karena sulitnya untuk mendapatkan
informasi dan data yang cukup yang sesuai dengan kondisi yang ada.
berik u t:
The objective o f an APA process are to facilited principled, practical and co
operative negotiations, to resolve transfer pricing issues expeditiously and
prospectivly, to use the resources o f taxpayer and tax administration more
efficiently, and to provide a measure ofpredictability fo r the taxpayer.
pricing apa yang akan digunakan oleh perusahaan, hasil keuangan yang
seperti apa yang akan dihasilkan dengan digunakannya metode ini, dan
informasi apa yang mendasari penentuan harga transfer tersebut, dan siapa
penjualan kepada pihak ketiga akan didukung oleh transfer pricing yang
seharusnya didokumentasikan; dan apabila tidak ada alasan yang logis atas
pada tahap siklus usaha atau basiness cylcle yang mana diperlukan suatu
4). Pada saat transfer pricing ditetapkan, yakinkan manajemen untuk dapat
Jika manajemen tidak mengerti praktik dari suatu audit transfer pricing,
6). Siapkan dokumentasi eksternal. Pembelaan diri yang paling kuat dalam
tentang harga kompetitor, biaya, dan profit. Informasi ini dapat dari
mengklaim bahwa profit rata-rata dalam industri yang sama lebih tinggi
data tersebut bahwa profit perusahaan berada di bawah, atau tepat ataupun
8). Pertimbangan adanya audit transfer pricing oleh konsultan dari luar
perusahaan.
dan buku klien untuk menentukan masalah apa dan mereka dapat
9). Evaluasi kebijakan transfer pricing pada tahap akhir business eyele atau
potensi pajak berganda dalam kasus transfer pricing dengan cara melakukan
berganda dim ana salah satu otoritas pajak melakukan adjustment atau koreksi
diikuti negara lainnya, karena jika penyesuaian tersebut tidak diikuti oleh negara
lainnya, maka dapat terjadi economic double taxation (pengenaan pajak berganda
dapat mengajukan keberatan atau banding atas koreksi fiskal dalam kasusu
S ecara B erkala
perusahaan adalah suatu hal yang sangat penting untuk membuktikan pada
berdasarkan harga pasar wajar (arm's length price). Jika perusahaan dapat
menunjukkan dokumentasi atas kebijakan transfer pricing pada otoritas pajak, dan
bagaimana menafsirkan kebijakan tersebut dan mengapa harga yang dipilih telah
sesuai dengan harga pasar wajar, maka otoritas pajak hanya memiliki sedikit
pilihan dan hanya dapat menerima kebijakan tersebut (Price Waterhouse Coopers,
6. A D M IN 1T R A S I P E R PA JA K A N SEHUBUNGAN DENGAN A B U S E
O F T R A N S F E R P R IC IN G
perlunya peraturan yang jelas untuk menjamin kepastian hukum bagi wajib pajak
m engem ukakan adannya 3 (tiga) aspek yang perlu diperhatikan oleh otoritas pajak
Perbedaan prosedur terjadi karena adanya beberapa faktor seperti sistem dan
struktur dari adm inistrasi perpajakan, ukuran geografis dan jum lah populasi
penduduk di negara tersebut, jum lah transaksi ekspor dan impor, pengruh budaya
dan sejarah.
baik bagi otoritas pajak maupun bagi Wajib Pajak. Kasus transfer pricing
Seperti halnya pem eriksa pajak, peraturan tentang beban pem buktian
di pihak otoritas pajak, maka Wajib Pajak tidak m em punyai kew ajiban
tersebut tidak sesuai dengan prinsip harga wajar. Tetapi tetap m em punyai
pajak kepada W ajib Pajak apabila tidak mempunyai dasar hukum yang
cukup kuat.
3. S an k si d e n d a (Penalties)
D alam m engenakan suatu sanksi denda kepada Wajib Pajak, pihak otoritas
1. Pengenaan sejum lah sanksi denda yang cukup besar sem ata-m ata terjadi
tidak disengaja.
2. Tidak adil untuk mengenakan sejumlah sanksi denda yang cukup besar
kepada W ajib Pajak yang telah berusaha semaksimal mungkin dan telah
3. Tidak sepantasnya untuk pinalti atas transfer pricing kepada Wajib Pajak
p ricin g karena Wajib Pajak tersebut tidak dapat memperoleh data tersebut.
P R IC IN G
7.1 K e te n tu a n Fiskal
u n d a n g PPh)
P asal 1 8 (1 ) U U PPh
antara utang dan modal sangat besar dan melebihi batas-batas kewajaran,
maka pada umumnya perusahaan tersebut dalam kondisi tidak sehat. Dalam
terjadi erosi basis pajak dari transfer pricing, maka transaksi antara wajib
Jenderal Pajak untuk mencari terobosan efektif atas kasus transfer pricing.
dengan Wajib Pajak yang bersangkutan (unilateral) atau dengan negara terkait
Hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (3a),
Pasal 8 ayat (4), Pasal 9 ayat (1) h u ru f f, dan Pasal 10 ayat (1) dianggap acla
a p a b ila :
a . Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung
paling rendah 25 % (dua puluh lima persen) pada Wajib Pajak lain, atau
hubungan antara Wajib Pajak dengan penyertaan paling rendah 25 %
(dua puluh lima persen) pada dua Wajib Pajak atau lebih, demikian pula
hubungan antara dua Wajib Pajak atau lebih yang disebut terakhir; atau
b. Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih Wajib
Pajak berada di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun
tidak langsung; atau
c. Terdapat hubungan istimewa baik sedarah maupun semenda dalam garis
keturunan lurus dan atau ke samping satu derajat.
apabila terdapat hubungan kepemilikan yang dapat terjadi antara dua Wajib
Pajak atau lebih Wajib Pajak Badan maupun Orang Pribadi. Hubungan antara
W ajib Pajak dapat juga terjadi karena penguasaan melalui manajemen atau
a. Harga penjualan.
b. Harga pembelian.
(shareholder loan).
m anajem en, imbalan atau jasa tehnik dan imbalan atau jasa lainnya.
g. Penjualan kepada pihak luar negeri melalui pihak ketiga yang kurang /
D irjen Pajak berpedoman pada SE-04 / PJ.7 / 1993 tanggal 9 M aret 1993.
pem eriksaan. Oleh karena itu, sebagai satu paket, telah pula dikeluarkan
dengan Surat Keputusan No. KEP-01 / PJ.7 / 1993 tanggal 9 M aret 1993
tan g g al 9 M a re t 1993
harga wajar (arm 's lenght price) dalam hubungan istimewa dilakukan dengan
T u ju a n
R u an g L ingkup
01 Persyaratan Pernyataan ini berlaku untuk laporan keuangan dari setiap
perusahaan pelapor.
02 Pengungkapan transaksi tidak diperlukan:
(a) dalam laporan keuangan konsolidasi sehubungan dengan transaksi
intra-kelompok;
(b) dalam laporan keuangan induk perusahaan bila laporan itu tersedia
atau ikut diterbitkan bersama dengan laporan keuangan konsolidasi;
dan
(c) dalam laporan keuangan anak perusahaan ya n g dimiliki seluruhnya
oleh induk perusahaan dan telah disusun laporan keuangan
konsolidasinya, dan dalam laporan
Definisi
P en jelasan
P en g u n g k ap an :
17 B eriku t in i adalah contoh situasi transaksi antara p ih a k ya n g
m em p u n ya i hubungan istimewa m ungkin m em erlukan pen g u n g ka p a n oleh
suatu perusahaan pelapor: (a) pembelian atau penjualan barang; (b)
pem belian atau penjualan properti dan aktiva lain; (c) pem belian atau
• Apabila rasio laba kotor lebih kecil dibandingkan dengan rasio laba
♦ Apabila rasio laba bersih lebih kecil dibandingkan dengan rasio laba
harga tidak wajar yang mempengaruhi biaya umum atau biaya tidak
langsung atau biaya operasi (seperti biaya bunga, biaya riset dan
2. Rasio O perasi
Penjualan
aktiva yang berasa! dari peminjaman atau penyewaan aktiva dengan beban
4. P e rp u ta ra n Persediaan
Rata-rata persediaan
Biaya Operasi
Modal Sendiri
Modal Sendiri
b erk as data, tem uan dari laporan keuangan, analisa rasio d an d ata
atau ekspor.
m isa ln y a :
luar negeri.
impor.
impor.
operasi perusahaan sejenis, harga dari barang atau bahan ekspor dan
impor.
rasio laba kotor per KLU (Klasifisaki Lapangan Usaha); rasio laba
diperiksa.
terhadap pembelian dan penjualan barang atau jasa, royalti, sewa, bunga,
riset dan pengembangan, alokasi biaya tergantung lainnya dari pusat atau
y an g a k a n dipinjam .
h) M en y ed ia k an sa ra n a pem eriksaan
pajak.
8.2. P e la k sa n a a n P em eriksaan
Pedom an Pem eriksaan Pajak tetap dilaksanakan, yang perlu ditekankan dalam
istim ew a adalah :
hubungan istim ew a, studi dan evaluasi terhadap sistem pengendalian intern harus
Pajak yang mempunyai hubungan istimewa, yang harus dilakukan oleh Pemeriksa
Pajak adalah :
Pemeriksaan terdahulu
negeri.
pihak ketiga adalah sangat penting dalam meneguhkan kebenaran data atau
dibuat sesuai dengan standar yang telah ditentukan dari Direktorat Jenderal Pajak.
K A R EN A A B U S E OF TRANSFER PRIC IN G
Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan atas suatu Surat Ketetapan Pajak
hanya kepada Direktur Jenderal Pajak. Dasar hukum yang mendasari pengajuan
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Keberatan harus diajukan secara
tertulis dalam bahasa Indonesia dengan mengemukakan jum lah pajak yang
terutang atau jum lah pajak yang dipotong atau dipungut atau jum lah rugi menurut
perhitungan Wajib Pajak dengan disertai alasan-alasan yang jelas, dan keberatan
harus diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal Surat
Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008
60
K etetapan Pajak. Pengajuan keberatan tidak akan menunda kewajiban m em bayar
Selanjutnya D irektur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lam a dua
belas bulan sejak tanggal surat keberatan diterima, harus memberikan keputusan
atas keberatan yang diajukan dan jik a dalam jangka waktu tersebut telah lewat,
m aka keberatan yang diajukan tersebut dianggap diterima oleh D irektur Jenderal
A pabila W ajib Pajak belum puas terhadap hasil dari pengajuan keberatan
tertulis dalam bahasa Indonesia, dengan alasan yang jelas, dalam waktu 3 (tiga)
bulan sejak keputusan hasil keberatan tersebut diterima oleh Wajib Pajak.
Prosedur dan tata cara banding, termasuk batasan jangka waktunya, telah
adalah pasal 89 s.d. pasal 93 UU No. 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak.
dicabut sebelum diputus, dan dalam hal sudah dicabut permohonan PK tersebut
tidak dapat diajukan lagi. Hukum acara yang berlaku pada pemeriksaan PK adalah
1985 tentang M ahkam ah Agung, kecuali yang diatur secara khusus dalam UU
atau tipu m uslihat pihak lawan yang diketahui setelah perkaranya diputus
dinyatakan palsu;
j) A pabila terdapat bukti tertulis baru yang penting dan bersifat menentukan,
k) A pabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari pada
yang dituntut, kecuali yang diputus berdasarkan Pasal 80 ayat (1) huruf b
harus dibayar);
(tiga) bulan terhitung sejak diketahuinya kebohongan atau tipu muslihat atau
Pengajuan PK sesuai poin (b) dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 3
(tiga) bulan terhitung sejak ditemukan surat-surat bukti yang hari dan tanggal
berw enang. Pengajuan PK sesuai poin (c), (d), dan (c) dilakukan dalam jangka
k e te n tu a n :
acara biasa, maka putusan diambil dalam jangka waktu 6 (enam) bulan
acara cepat, maka putusan diambil dalam jangka waktu 1 (satu) bulan
untuk umum.
1. G a m b a ra n K egiatan Usaha P T “ X”
Tabel 3.1.
Struktur Modal PT”X”
Tabel 3.2.
Pengurus dan Dewan Direksi P T ’X”
K omisaris
Tabel 3.3.
Susunan Komisaris PT”X”
PT “X ” yang dalam hal ini didirikan berdasarkan akte notaris Tan Thong
Kie, SH Nomor 24, tanggal 23 Februari 1973 dan memulai kegiatan usaha
komersialnya pada tahun 1974. Sejak Tahun 1990, Wajib Pajak merupakan
Perusahaan Masuk Bursa (Go Publik) dengan melakukan penawaran umum efek /
dalam kemasan (AMDK), hasil produksi dijual dengan merk A Q sekaligus juga
pemasukan air ke dalam botol dan pengepakannya. Penjualan dalam tahun 2000
sebagaian besar untuk memenuhi kebutuhan lokal dan sebagian lainnya dijual
ekspor. W ajib Pajak memproduksi sendiri kebutuhan gelas plastik dan botol,
sedangkan atas kebutuhan botol 5 (lima) galon diperoleh dengan membeli dari
perusahaan afiliasinya.
2. S tru k tu r O rganisasi
2. Atas pengeluaran dan atau biaya dikendalikan dengan budget serta bukti /
secara umum sesuai dengan Standar Akuntansi yang berlaku dan dilaksanakan
secara efektif, efisien dan ekonomis, sehingga dapat menghasilkan informasi yang
memadai baik untuk pihak intern maupun ekstern. Gambaran sistem akuntansi
4. Produk dari komputer adalah Snbsidiary Ledger dan General Ledger dan
HPP (COGS), Piutang, Hutang dan Persediaan (arus dan saldo) dibuat
secara manual,
manual dengan sumber data yang berasal dari catatan, pembukuan dan
akuntansi.
Laporan keuangan secara periodic telah diaudit oleh auditor eksternal. Laporan
keuangan disusun berdasarkan konsep akuntansi akrual kecuali untuk laporan arus
kas, dan berdasarkan konsep biaya historis kecuali untuk aktiva tertentu yang
kas dan setara kas yang terdiri dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.
b. S eta ra Kas
Seluruh investasi yang tidak terikat penggunaannya dalam jangka waktu tiga
Kas.”
c. P ersed iaan
Persediaan dinyatakan sebesar nilai yang lebih rendah antara biaya perolehan dan
nilai realisasi bersih (the lower o f cost or net realizable value). Harga perolehan
d. A ktiva T etap
Tarif (%)
M etode persentase tetap (garis lurus):
Hak atas tanah dan prasarana 3,33 - 10
Bangunan dan prasarana 5
M etode saldo menurun ganda:
M esin dan peralatan Golongan II 25
M esin dan peralatan golongan I 50
Biaya perbaikan dan pemeliharaan dibebankan pada laporan laba rugi pada
dikapitalisasi. Aktiva tetap yang sudah tidak digunakan lagi atau yang dijual,
kelompok aktiva tetap yang bersangkutan dan laba atau rugi yang terjadi
langsung dengan fasilitas konstruksi dan penyiapan aktiva tetap sam pai dengan
digunakan. B iaya-biaya ini terdiri dari biaya pinjaman selam a konstruksi dari
pada saat ak tiv a tetap tersebut selesai dikerjakan dan siap digunakan.
dilaksanakan pada kondisi dan persyaratan yang normal atau tidak, dinyatakan
f. D a n a P e n siu n
Sesuai dengan program dana perusahaan, beban pension dibukukan dalam laporan
Transaksi dalam m ata uang asing dicatat berdasarkan kurs yang berlaku pada saat
transaksi dilakukan. Konversi dilakukan dari nilai mata uang asing ke dalam nilai
m ata uang rupiah dilakukan dalam pencatatan nilai transaksi penjualan ekspor
dengan m enggunakan kurs konversi Mata Uang Asing berdasarkan kurs tengah
Bank Indonesia yang berlaku pada saat transaksi dan melakukan penyesuaian
setiap akhir bulan terhadap saldo piutang berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia
setiap akhir bulan yang bersangkutan. Pada tanggal neraca, aktiva dan kew ajiban
dalam mata uang asing dijabarkan ke dalam mata uang Rupiah berdasarkan kurs
yang berlaku pada tanggal tersebut sesuai dengan kurs yang diterbitkan Bank
h. T a k sira n P a ja k penghasilan
■ dim ana PT “Y” dan PT “Z” akan memproduksi produk PT”X” dalam kemasan
dengan merek yang sama dengan produk PT “X” dengan menggunakan bahan
■ dim ana produk dengan merek sama yang dihasilkan oleh PT “Y” dan PT”Z ”
harus dijual kepada PT “X” dengan harga tertentu yang disepakati oleh kedua
belah pihak.
“ Y” yang terkait dengan penjualan PT “X” untuk tahun 2000, yaitu “ Perjanjian
kepada PT “Y” maupun denda yang harus dibayar oleh PT “X” kepada PT “ Y”
adalah 25% (dua puluh lima persen) untuk seluruh kemasan dari harga yang
sebagai pem eriksaan khusus. Berikut ini adalah ikhtisar Surat Pemberitahuan
Penjelasan ik h tis a r :
1. Peredaran Usaha
Terdiri dari penjualan bersih PT UX” baik berupa penjualan local dan penjualan
“X.”
3. Laba Bruto
5. Ju m la h Penghasilan Bruto
Adalah jum lah seluruh penghasilan bruto yaitu jumlah laba bruto usaha dan
Sesuai pasal 6 UU PPh tahun 2000, maka dalam pasal 6 ayat 1 dinyatakan
b ah w a:
Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk
usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi :
a. biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, term asuk
biaya pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan atau ja s a
termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan ya n g
diberikan dalam bentuk uang, bunga, sewa, royalty, biaya perjalanan, biaya
pengolahan limbah, premi asuransi, biaya administrasi, dan p a ja k kecu a li"
pajak penghasilan;
b. penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berw ujud dan
amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain y a n g
mempunyai masa manfaat lebih dari I (satu) tahun sebagaim ana d im a ksu d
dalam Pasal 11 dan Pasal 11A;
c. iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya disahkan oleh M enteri
Keuangan.
penghasilan bruto.
9. J u m la h P enghasilan Nctto
Indonesia.
Adalah jum lah pajak atas seluruh penghasilan yang dikenakan pajak penghasilan.
A dalah jum lah pajak yang terutang atas penghasilan kena pajak yang besarnya
Adalah pajak yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak ditambah dengan pokok
pajak yang terutang dalam Surat Tagihan Pajak karena Pajak Penghasilan dalam
tahun berjalan tidak atau kurang dibayar, ditambah dengan pajak atas penghasilan
pendahuluan kelebihan pajak, yang dikurangi dari pajak yang terutang (dikutip
dari pasal 1 K etentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan UU Nomor 6 Tahun
1983 sebagaim ana telah diubah dengan UU Nomor 9 Tahun 1994 dan UU Nomor
16 T ahun 2000).
Adalah ju m lah PPh Badan yang masih harus dibayar pada akhir tahun pajak
setelah dikurangi dengan kredit PPh Badan dalam tahun pajak tersebut.
Peredaran Usaha
Menurut
No. U raian Koreksi
SPT (Rp) Pemeriksa
1. P enjualan Lokal 518,247,173,434 529,097,209,046 10,850,035,612
2. Penjualan Ekspor 10,895,161,065 10,895,161,065 0
3. Lnin-Iain - - -
“X” memproduksi barang jadi tersebut sendiri, karena pembelian barang jadi
tersebut dilakukan dari pemegang saham yang terkait hubungan istim ewa (75% ).
Equalisasi Peredaran Usaha dan Penyerahan Kena Pajak adalah sebagai b e rik u t:
Equalisasi peredaran usaha dengan SPT masa PPN adalah sebagai b erik u t:
Selisih Rp 6.023.524.357,-
Rp 764.959.481.898,-
H arg a P o k o k P enjualan
Pengujian bersumber d a r i:
• Daftar pembayaran gaji, upah dan tunjangan serta slip pem bayarannya dan
dikaitkan dengan SPT PPh Pasal 21, daftar aktiva tetap dan
Hasil akhir pemeriksaan atas pos Harga Pokok Penjualan adalah sebagai b e r ik u t:
Menurut
URAIAN K oreksi (Rp)
SPT (Rp) Pemeriksa (Rp)
BIAYA LANGSUNG
Pemakaian Bahan Baku 9,269,974,931 9,269,974,931 0
Pmk. Bahan Pembantu 1,562,447,194 1,562,447,194 0
Biaya Bahan Kemasan 110,497,244,728 110,497,244,728 0
Upah langsung 8,436,379,725 8,436,379,725 0
Rp 25,315,738,775
P a ja k Penghasilan Pasal 21
Pengujian bersumber d a r i:
P a ja k P enghasilan Pasal 23
Pengujian bersumber d a r i:
MENURUT
URAIAN KOREKSI
SPT (Rp) Pemeriksa (Rp.)
Objek PPh Pasal 23 :
- Sewa 79,203,184 79,203,184 0
- Bunga Pinjaman 2,041,893,388 2,041,893,388 0
- Dividen 193,711,200 193,711,200 0
- Imbalan Jasa 1,930,006,571 12,037,417,308 10,107,410,737
Jumlah 4,244,814,343 14,352,225,080 10,107,410,737
MENURUT
URAIAN KOREKSI
SPT (Rp) Pemeriksa (Rp.)
Objek PPh Pasal 4 (2 ):
Jasa Konstruksi 155,039,838 155,039,838 0
Jasa Lainnya 79,000,000 79,000,000 0
Sewa (Bangunan) 85,500,000 85,500,000 .0
Jumlah 319,539,838 319,539,838 0
P a ja k P e n g h a sila n P a sa l 26
• H utang Lain-lain dan Uang Muka pada Pos Neraca serta Pembebanan biaya
di R/L
MENURUT
URAIAN KOREKSI
SPT (Rp) Pemeriksa (Rp.)
Objek PPh Pasal 26 :
- Imbalan Jasa 23,855,961 23,855,961 0
- Royalty 1,512,385,971 1,512,385,971 0
*Dividen 854,516,800 854,516,800 0
Jumlah 2,390,758,732 2,390,758,732 0
• Ledger Kas/Bank, Piutang dan Hutang, Uang Muka pada pos neraca
• Faktur Pajak Masukan dan Keluaran dan Ekualisasi peredaran usaha m enurut
Kesim pulan hasil pemeriksaan atas Pajak Pertambahan Nilai Dalam N e g e ri:
MENURUT
URAIAN K O R E K SI
SPT (Rp) Pemeriksa (Rp.)
PENYERAHAN YG TERUTANG PPN
Ekspor 0 0 0
PPN Fasilitas 0 0 0
Penyerahan terutang P P N :
- Peny. Kepada pemungut PPN 0 0 0
- Peny. Kepada bukan pemungut 351,796,537,732 352,616,724,139 820,186,407
- Dikurangi Retur Penjualan 421,094,920 421,094,920 0
Jumlah Penyerahan yang Terutang 351,375,442,812 352,195,629,219 820,186,407
PAJAK YG DAPAT DIPER
HITUNGKAN
Pajak Masukan yang dapat dikreditkan :
- Pajak Masukan impor 2,384,474,360 2,384,474,360 0
- Pajak Masukan Dalam Negeri 306,513,609,540 306,513,609,540 0
- Pajak Masukan dr masa yang tidak sama 2,122,509,720 2,122,509,720 0
Kompensasi PPN Kelebihan Bulan 0 0 0
Dikurangi PPN atas Retur Pembelian 686,033,310 686,033,310 0
Lain-lain 1,536,241,930 1,536,241,930 0
MENURUT
URAIAN K O R EK SI
SPT (Rp) Pemeriksa (Rp.)
PENYERAHAN YG TERUTANG PPN
Ekspor 0 0 0
PPN Fasilitas 0 0 0
Penyerahan terutang PPN :
- Peny. Kepada pemungut PPN 0 0 0
- Peny. Kepada bukan pemungut 351,796,537,732 352,616,724,139 820,186,407
- Dikurangi Retur Penjualan 421,094,920 421,094,920 0
Jumlah Penyerahan yang Terutang 351,375,442,812 352,195,629,219 820,186,407
PAJAK YG DAPAT DIPER
HITUNGKAN
Pajak Masukan yang dapat dikreditkan :
- Pajak Masukan impor 2,384,474,360 2,384,474,360 0
- Pajak Masukan Dalam Negeri 306,513,609,540 306,513,609,540 0
- Pajak Masukan dr masa yang tidak sama 2,122,509,720 2,122,509,720 0
Kompensasi PPN Kelebihan Bulan 0 0 0
Dikurangi PPN atas Retur Pembelian 686,033,310 686,033,310 0
Lain-lain 1,536,241,930 1,536,241,930 0
• Ledger Kas / Bank, Piutang dan Hutang, Uang Muka pada Pos N eraca
MEN!LJRUT
URAIAN K O R EK SI
SPT (Rp) Pemeriksa (Rp.)
DPP PPN Jasa Luar Negeri:
- Imbalan Jasa 23,855,961 775,167,510, 751,311,549
- Royalty 1,512,385,937 1,512,385,937 0
Jumlah 1,536,241,898 2,287,553,447 751,311,549
T a b e l 3 .1 7 . P e m e rik s a a n a la s P P N J a s a L u a r N e g e r i
D iperjualbelikan
MEN!URUT
URAIAN KOREKSI
SPT (Rp) Pemeriksa (Rp.)
DPP PPN
- Penjualan Aktiva 148,623,000 148,623,000
Jumlah - 148,623,000 148,623,000
T a b e l 3 .1 8 . P e m e rik sa a n a ta s PPN atas A ktiva dengan Tujuan Sem ula T idak U ntuk d ip e rju a lb e lik a n
MENURUT
URAIAN K O REK SI
No. Menurut Fiskus Menurut PT “X”
1 Peredaran usaha 539,992,370,111 529,142,334,499 10,850,035,612
2 Harga Pokok Penjualan 461,794,617,641 487,114,356,416 25,319,738,775
3 Laba Bruto (1-2) 78,197,752,470 42,027,978,083 36,169,774,387
4 Penghasilan bruto luar usaha 7,528,788,929 7,380,165,929 148,623,000
5 Jumlah penghasilan bruto (3+4) 85,726,541,399 49,408,144,012 36,318,397,387
6 Pengurang Penghasilan Bruto 29,465,764,667 19,937,921,622 (9,527,843,045)
7 Penghasilan netto dalam negeri (5-6) 56,260,776,732 29,470,222,390 26,790,554,342
8 Penghasilan netto luar negeri 0 0 0
9 Jumlah penghasilan netto (7+8) 56,260,776,732 29,470,222,390 26,790,554,342
10 Kompensasi kerugian 0 0 0
11 Penghasilan Kena Pajak (9*10) 56,260,776,732 29,470,222,390 26,790,554,342
KPP-AiPMBV.
1. SKPKB PPh Badan sebesar Rp. 11,895,006,128,-
2. SKPKB PPh Pasal 21 sebesar Rp. 24,763,783,-
3. SKPKB PPh Pasal 23 sebesar Rp. 1,342,863,377,-
4. SKPN PPh Pasal 4 (2) sebesar Rp. Nihil
5. SKPN PPh Pasal 26 sebesar Rp. Nihil
6. SKPKB PPN sebesar Rp. 164,037,282,-
7. SKPKB PPn BM sebesar Rp. 121,387,588,-
8. SKPKB PPN Jasa Luar Negeri sebesar Rp. 111,194,109,-
9. SKPKB PPN atas Aktiva yang menurut Tujuan
Semula tidak untuk Diperjualbelikan sebesar Rp. 21,996,204,-
KPP - B f Bekasi):
1. SKPN PPh Pasal 21 Rp. Nihil
2. STP PPh Pasal 21 sebesar Rp. 515,539,-
K P P -C (Cibinong):
1. SKPN PPh Pasal 21 Rp. Nihil
2. STP PPh Pasal 21 sebesar Rp. 25,000,-
3. SKPKB PPh Pasal 23 sebesar Rp. 50,038,480,-
4. STP PPh Pasal 23 sebesar Rp. 25,000,-
5. SKPN PPh Pasal 4 (2) Rp. Nihil
T a b e l 3 .2 0 . H a s il A k h ir P e m e r ik s a a n P a ja k T c rh u ta n g o le h P T “ X "
kepada PT “X” bahwa terdapat perbedaan perhitungan atas peredaran usaha yang
bersumber pada transaksi lokal berupa pembelian produk jadi dari afiliasi dan
memberikan jawaban bahwa dari pihak PT “X” tidak sependapat dengan koreksi
SKPKB sesuai dengan masing-masing jenis pajak sebesar koreksi yang dilakukan
oleh flskus.
Dalam hal ini, penulis hanya membatasi pokok perm asalahan pada
SKPKB atas koreksi positif pada PPh Badan PT “X” khususnya yang
bersumber dari transaksi pembelian barang jadi dari afiliasi, dim ana
transfer pricing dengan harga yang tidak wajar {not a rm ’s length pricc)
mengingat pembelian produk jadi tersebut dilakukan dari related p a rty oleh
Koreksi tersebut adalah selisih harga pembelian produk jad i dari afiliasi
yang menimbulkan perbedaan harga pokok penjualan untuk produk yang sam a
oleh PT “X” lebili rendah dibandingkan dengan harga pokok produk ja d i yang
dibeli oleh PT “X” dari afiliasi, karena pembelian tersebut dilakukan dari
sebagai berikut:
PT UX” merasa keberatan dengan koreksi yang telah dilakukan oleh pem eriksa
harga pembelian barang jadi dari pihak afiliasi dimana menurut pem eriksa harga
dengan cara cost plus, membandingkan antara harga beli m asing-m asing produk
W ajib Pajak) dan harga jual produk sejenis dari hasil produksi sendiri tanpa
memperhatikan bahwa harga transfer dari afiliasi sudah mengandung laba kotor
dimana laba atas penjualan ke PT “X” oleh afiliasi telah dilaporkan sebagai laba
perusahaan afiliasi untuk memproduksi produk P T “X” dimana atas hasil produksi
keberatannya terhadap koreksi atas harga transfer yang dilakukan pem eriksa, yaitu
pada dasarnya perusahaan afiliasi merupakan badan usaha yang b erb ed a secara
legal dengan PT “X”, dimana laba atas penjualan dari produk yang dijual afiliasi
ke PT “X” (dimana harga beli PT “X” dikoreksi) telah dilaporkan sebagai laba
kena pajak dan dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT ) PPh B adan
atas harga beli yang dibayar oleh PT “X” dikoreksi, maka PPn BM yang telah
dipungut oleh afiliasi atau yang dibayar oleh PT “X” juga harus dikoreksi atau
direstitusi oleh PT “X” kerena penyetoran PPn BM terlalu besar. D engan kata lain
dipungut berdasarkan harga jual dari perusahaan afiliasi yang dianggap terlalu
tidak perlu lagi mengolah lagi sehingga tidak ada tambahan biaya yang
wajib pajak telah memberikan semua data yang diminta oleh pem eriksa, nam un
tidak sesuai dengan fakta yang ditemukan pemeriksa di lapangan sehingga koreksi
yang dihasilkan oleh PT “X” sendiri atau HPP yang seharusnya m enurut tim
(dengan memperhatikan harga pokok Wajib Pajak) dan harga jual produk sejenis
dari hasil produksi sendiri, ditemukan kenyataan bahwa harga beli yang dibayar
kepada perusahaan afiliasi dan pemegang saham jauh lebih tinggi. Pembuktian
yang dilakukan dalam pemeriksaan menggunakan bukti berupa data mem orial
m enggunakan bahan baku, bahan pembantu, bahan kemasan, serta tehnologi yang
sam a/setara term asuk penggunaan merk dagang AQ dengan struktur biaya atas
dim aksudkan untuk tujuan pengalihan laba baik ke PT TIV sebagai pem egang
saham m ayoritas (related party) dengan kewajiban pajak PPh Badan untuk tahun
2000 dalam kondisi Rugi dan Lebih Bayar maupun kepada perusahaan afiliasi
lainnya.
m enjualnya kepada PT TIV yang juga memiliki cabang di lokasi sum ber air
kedua belah pihak sebanyak 2 (dua) perjanjian. Mekanisme adm inistrasi yang
terjadi untuk transaksi ini hanya arus dokumen saja terutama berkaitan dengan
P T T IV .
W ajib Pajak terlalu besar membebankan harga pokok melalui praktek transfer
D alam proses penyelesaian keberatan ini PT “X” selaku W ajib Pajak telah
dim inta data oleh DJP melalui surat Nomor : S-737/PJ.443/2003 tanggal 17 Juli
2003 berupa SPT Tahunan PPh Badan tahun pajak 2000, buku besar (Iedger),
bukti asli kredit pajak, rekening koran, dan dokumen pendukung lainnya yang
pem eriksa dan Dit. PPh. Dari data yang disampaikan saat pem eriksaan sam a
berpendapat bahwa koreksi sudah sesuai dengan ketentuan yang berlak u serta
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata C ara P erpajakan
Atas surat permohonan keberatan Wajib Pajak tersebut, DJP dengan Surat
Keputusannya Nomor : KEP-8I6/PJ.44/2004 tanggal 9 Juni 2004, m enolak
permohonan PT “X” dan tetap mempertahankan SKPKB PPh Badan T ahun P ajak
2000 yang diterbitkan bulan Mei 2003 dengan perincian sebagai b e rik u t:
(Rp)
Semula 56,260.776.000 16.869.482.903 8.832.316.600 3857.839.825 11.895.006.128
Ditambah/
(Dikurangi) 0 0 0 O 0
Menjadi 56.260.776.000 16.869.482.903 8.832.316.600 3.857.839.825 11.895.006.128
diatur untuk mentransfer pendapatan dan / atau biaya kepada Wajib Pajak lainnya
jum lah pajak terutang atas WP-WP yang memiliki hubungan istim ew a tersebut.
Jadi, surat edaran ini dimaksudkan untuk mencegah harga transfer dengan tujuan
menggelapkan pajak.
Berikut adalah alasan dan penjelasan dari PT “X” sebagai W ajib Pajak (W P )
1. Pada tanggal 7 Mei 2003, KPP Perusahaan masuk bursa m enerbitkan Surat
koreksi harga pembelian barang jadi PT “X” dari pihak afiliasi karena tim
itu pihak pem eriksa menganggap adanya hubungan istimewa antara p ihak -
pihak yang bertransaksi. Dalam hal ini pemeriksa melakukan koreksi seb esar
baku dari minum an dalam kemasan dengan merek VIT. Selanjutnya sebagai
kepada para agen di seluruh Indonesia. Berikut adalah bagan sed erh an a
m engenai produksi dan penjualan produk AQ (minuman dalam kem asan 1500
m l) oleh PT “X ”.
P roduk AQ Produk AQ
P T “X" PT TIV Agen
H P P = R p 6 73 .-
Dari bagan di atas, terlihat bahwa PT “X” mendapatkan laba sebesar R p 330
per produk AQ yang dijual, dan PT TIV mendapatkan laba sebesar R p 226
disingkat PT TSI), yang mana perjanjian tersebut pada dasarnya m engatur hal-
• PT TIV dan TSI akan sama-sama memeproduksi minuman dalam kem asan
• Produk AQ yang dihasilkan oleh PT TIV dan PT TSI harus dijual k epada
dengan PT TIV dan PT TSI atas produk minuman dalam kem asan m erek
Diagram 3.3. Ilustrasi Transaksi antara P T “X” dengan PT TIV dan TSI
Dalam skema diagram diatas, terlihat bahwa harga AQ yang dibeli o leh P T
“X ” dari PT TIV dan PT TSI (selanjutnya keduanya disebut peru sah aan
afiliasi) yaitu sebesar Rp 988 per produk, jauh lebih besar dib an d in g k an
mem produksinya sendiri sebesar Rp 673 per produk. Pada saat perusahaan
m enjualnya dengan harga yang tinggi dari MPP untuk m em peroleh laba.
A pabila mengikuti cara / logika yang digunakan tim pemeriksa dim ana harga
beli P T “X ” adalah sebesar Rp 673 per produk (HPP PT “X” atas produksi
sendiri) dan bukan Rp 988 per produk, maka akan timbul m asalah di
perusahaan afiliasi dimana harga jual sebesar Rp 673 per produk dianggap
terlalu kecil.
T a b e l 3 .2 4 . P e r b a n d in g a n H P P , G r o s s M a rg in A n a ta r a P T “ X ” d e n g a n A f i l i a s i
kew ajaran atas harga jual dari pihak produsen kepada pihak lain. Sebagai
laba sebesar 33 % dari harga jual, sehingga hal tersebut tidak ad a satu pun
tersebut masih dalam batas kewajaran. Jika terdapat selisih laba sebesar 1.5%
antara PT “X“ dengan perusahaan afiliasi juga masih dalam batas yang w ajar,
sebab yang terpenting adalah bahwa seluruh laba yang diterim a perusahaan
akan dikenakan pajak baik di sisi perusahaan afiliasi maupun di sisi PT <4X ” .
Berkaitan dengan penerapan surat edaran SE-04 / PJ.07 / 1993, m enurut pihak WP
yang digeser dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya. T arif pajak yang
adalah sama dan tidak ada kemungkinan bagi kedua perusahaan untuk secara
sengaja mentransfer pendapatan dan / atau biaya kepada salah satu pihak
untuk menghindari pajak. Lain halnya jika transaksi tersebut dilakukan oleh
PT “X” dengan afiliasinya di luar negeri, dimana tarif pajak di n egara lain
dapat lebih kecil atau lebih besar dari Indonesia, sehingga m em ungkinkan
salah satu pihak untuk melakukan pergeseran atas besarnya b iay a dan /
bahwa prosentasc laba kotor yang dinikanUi oleh kedua perusahaan baik PT
“X” dengan perusahaan afiliasinya, berada pada kisaran yang sam a yaitu
3. Koreksi lainnya yang dilakukan oleh pihak Fiskus adalah adanya “reject”
A dapun jum lah koreksi yang dibuat oleh fiskus (pemeriksa pajak) adalah Rp
gudang adalah proses pengembalian sebagian produk dari pelanggan, dim ana
kem asan (produk masih bisa dijual dengan mengemas ulang) dan kerusakan
karena kualitas air. Jika kerusakan tersebut berhubungan dengan kualitas air,
apakah produk tersebut reject atau tidak, bisa dijual atau tidak, b erada di
terdapat reject produk di gudang sebesar 0.38% dari total produksi setahun.
102
Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008
- Kredit Pajak
- PPh Pasal 22/23Rp 8.785.210.450,-
- Dibayar sendiri Rp 47.106.150.-
Rn 8.832.316.600.-
00016/206/00/054/03;
2005
Nom or 14 Tahun 2003 tentang Pengadilan Pajak, berdasarkan Perm intaan Surat
Uraian yang dikirim oleh Pengadilan Pajak, Terbanding dalam hal ini DJP harus
menyerahkan Surat Uraian atas Banding yang diajukan Pemohon Banding dalam
jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal dikirim Permintaan Surat U raian
tersebut. Namun dalam prakteknya DJP tidak dapat memenuhi ketentuan tersebut,
Surat U raian baru diterima Pengadilan Pajak 13 Mei 2005 sementara Perm intaan
b e rik u t:
Pasal 27 UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
ayat (2) dan (4) UU No. 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak dim ana
banding yang diajukan belum dilampiri surat setoran pajak (SSP) sehingga
koreksi dari pihak fiskus seperti yang telah dijelaskan dalam uraian point 3.5.3
di atas, namun semua koreksi tersebut dapat “dibantah” oleh pihak WP dengan
menggunakan sejumlah argumen dan alasan yang masuk akal disertai dengan
Setelah membaca surat permohonan banding dari pihak WP, dan m em pelajari
keberatan, serta surat keberatan WP, maka Direktorat PPh m enyam paikan
737 / PJ.443 / 2003 tanggal 17 Juli 2003 dan WP telah m erespon dengan
keberatannya berupa SPT Tahunan PPh Badan tahun Pajak 2002, buku
besar, bukti asli kredit pajak, rekening koran, dan dokumen pendukung
menyepakati harga beli sekaligus harga jual antara kedua belah pihak.
75.35%, dan perusahaan afiliasi dimana PT TIV juga sebagai pem egang
B ahw a alasan \VP tidak berdasarkan pada fakta yang ditemui Pem eriksa
dan Dit.PPh. Dari data yang disampaikan saat pemeriksaan sam a dengan
data yang disampaikan pada saat keberatan, sehingga tidak ada data
berlaku.
Koreksi ini merupakan nilai koreksi yang berasal dari selisih n eg atif
sebagai b e rik u t:
Bahwa alasan \VP tidak berdasarkan pada fakta yang ditemui Pem eriksa
Pajak (fiskus) dan Dit.PPh. dari data yang disampaikan saat pem eriksaan
sama dengan data yang disampaikan pada saat keberatan yaitu dengan
membuat arus barang dengan hasil yang sama dengan Pem eriksa yaitu
SK Dirjen Pajak No: KEP-816 / PJ.44 / 2004 Tanggal 9 Juni 2004 tentang
Keberatan WP tas SKPKB PPh Baan No: 00016 / 206 / 00 / 054 / 03 tanggal 7
memberikan Surat Uraian, sehingga oleh Pengadilan Pajak surat uraian banding
yang dikirimkan oleh DJP langsung dikirim ke Majelis menyusul surat banding
yang sudah ditetapkan untuk disidangkan oleh Pengadilan Pajak sesuai dengan
ketentuan Pasal 45 ayat (5) UU No. 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak.
Sehingga berdasarkan ketentuan dalam Pasal 46 UU yang sam a pem eriksaan atas
banding yang diajukan PT “X” tetap dilanjutkan berdasarkan inform asi yang
persidangan pada pokoknya menegaskan apa yang telah disam paikan melalui
jik a Pemohon Banding memproduksi sendiri barang tersebut. D isam ping itu
dan sekaligus sebagai produsen dari minuman dalam kemasan dengan merek
VIT.
P T “X ”
H P P = R p 673,-
Diagram 3.4. Arus produksi dan Penjualan produk AQ oleh PT “ X”
Dari bagan di atas nampak PT “X” mendapatkan laba sebesar Rp 330,00 per
produk yang dijual dan TIV mendapatkan laba sebesar Rp 236,00 per produk
yang dijual, PT “X” dan afiliasi sama-sama dalam keadaan untung dan
mengadakan perjanjian dengan afiliasi (PT TIV dan PT TSI) yang mana
kepada PT “X” dengan harga tertentu yang disepakati oleh kedua belah
pihak;
Ilustrasi transaksi yang terjadi antara PT “X” dengan PT TIV dan PT TSI
Bahwa dalam diagram tersebut di atas terlihat harga jual AQ yang dibeli
Rp 671,00 per produk) kurang lebih sama besar dengan HPP apabila PT “ X "
akan mejualnya dengan harga yang lebih tinggi dari HPP untuk m em peroleh
laba.
produksi sendiri) dan bukan Rp 988,00 per produk maka akan tim bul m asalah
harga pokok penjualan dan gross margin produk AQ yang diproduksi sendiri
K eteran g an P e ru sa h aa n PT “X ”
Afiliasi
H arga jual Rp 988 Rp 1.003
H PP Rp 671 Rp 673
L aba kotor Rp 317 Rp 330
Prosentase (% ) HPP 68 67
Prosentase (% ) Gross Margin 32 33
Melalui ilustrasi dalam tabel di atas dapat ditunjukkan tingkat kew ajaran atas
harga jual dari pihak produsen kepada pihak lain. Sebagai produsen produk
dari harga jual, sehingga menurut PT “X” penetapan harga jual perusahaan
afiliasi atau harga beli PT “X” dalam transaksi jual beli produk AQ inasih
Khusus dalam transaksi ini terdapat selisih laba sebesar 1,5% {(Rp 1.003 - Rp
988) : Rp 1.003} hal ini juga masih dalam batasan yang wajar dim ana selisih
tersebut merupakan porsi laba PT “X”, dan yang terpenting seluruh laba itu
tidaklah efektif. Pengecilan laba disisi PT “X” akan m enim bulkan peningkatan
laba di sisi afiliasi (demikian juga sebaliknya). T arif pajak yang dikenakan
untuk kedua perusahaan di dalam menghitung laba kena pajak adalah sam a
dan tidak ada kemungkinan bagi kedua belah pihak untuk sengaja m entransfer
pendapatan dan/atau biaya kepada salah satu pihak untuk m enghindari pajak.
afiliasinya di luar negeri dimana tarif pajak di negara lain tersebut lebih kecil
yang selanjutnya akan mempengaruhi jum lah pajak yang terutang secara
keseluruhan.
U ntuk selisih persediaan barang jadi, berikut ini disampikan pula perhitungan
jadi yang merupakan bagian dari sales yang belum dilaporkan. Yang
mengalami kerusakan karena kemasan (produk masih bisa dijual tapi harus
dikemas ulang) dan kerusakan karena kualitas air. Jika kerusakan karena
jadi reject tersebut bisa dijual kembali atau tidak berada di bawah
sebagai b e rik u t:
P en d ap at Majelis Hakim.
diberikan secara lisan oleh PT “X” inaupun Terbanding dalam persidangan yang
Tabel 3.27. Hasil Dari Pemeriksaan dan Pembuktian PT “X” dalam Persidangan
820.186.407,00
b erik u t:
koreksi yang berasal dari selisih negatif persediaan akhir barang jad i
S a ld o a w a l 2 .9 6 7 .4 2 7 Itr
P ro d u k s i 7 4 5 .8 2 5 .5 6 4 Itr
T e r s e d ia u n tu k d iju a l = saldo awal + produksi 748.792.991 Itr
P e n ju a la n 7 3 9 .0 1 4 .0 6 5 Itr
S a ld o a k h i r = tersedia untuk dijual - penjualan 9 .7 7 8 .9 2 6 Itr
S a ld o k a rto sto c k 6 .8 7 9 .9 6 4 Itr
S elisih n e g a tif = saldo akhir - saldo karto stock (2 .8 9 8 .9 6 3 ) Itr
penyimpanan
penjualan
prosentase sales lokal selama salu tahun per jenis dan jum lah
pada tahun 2000. hal ini berdasarkan pada adanya perjanjian sales
Harga Harga
Liter Unit Box/Kral Jan* Nilai Jun- Nilai Jum lah
Mei Dcs
240ml/4S 7,44 215.555 898.146 18 711 6.175 57.771.401 8.520 79.710.499 137.481.900
330ml/24 0.44 12.766 38.685 1.612 9.595 7.733025 12.195 9.828.477 17.561.502
375ml/24 1,25 36.367 96.979 4.0-11 3.127 6.317.792 5.978 12.077.953 18.395.745
1500m1/I2 8,87 257.094 171.396 14.283 9.880 70.558.120 12.273 87.647.754 158.205.875
600ml/24 5,41 156.976 261.627 10.901 9.880 53.851.550 12.273 66.894.744 120.746294
5 galon 76.55 2.219.067 116.793 116.793 3.127 182.605.874 3.127 182.605.874 365211.748
lcc cubcs 0.04 1.137 1.137 1.137 2 273 1.291.672 2273 1 291.672 2 5833 4 4
Jumlah 100.00 2.898.963 380.129.433 440.056.974 820.186.407
barang jadi reject tersebut bisa dijual kembali atau tidak berada di
3. Dari arus barang jadi tersebut diatas terdapat reject gudang sebesar
0.38% dari total produksi setahun, dengan dem ikian m aka produk
Rp 820.186.407.
24.891.601.275
b erikut:
dan surat edaran Dirjen Pajak No. SE-18 / PJ.53 / 1995 tanggal
HPP PT “X”) dan harga jual produk sejenis dari hasil produksi
pajak PPh Badan untuk tahun 2000 dalam kondisi rugi dan
positif.
Maret 1993.
koreksi.
pajak 2000 atas nama PT TIV, rincian hasil pem eriksaan tahun
berupa SPI-IP tahun pajak 2000 atas nama PT TIV dan rincian
banding
dibayarkan.
rincaiannya.
dipertahankan.
M e n im b a n g :
• Bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa m engenai K redit
Pajak.
Kompensasi Kerugian.
• Bahw a dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa m engenai T a rif
Pajak.
• Bahw a dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa m engenai sanksi
barang jadi
5 Jumlah yang tidak dapat 25.711.787.682
-
dipertahankan = (3) + (4)
6 Penghasilan neto menurut - 30.548.989.050
T a b e l 3.29. Pendapat Majelis atas PPIi Badan yang Terhutang Oleh PT “X”
M e m p e rh a tik a n :
Surat banding Pemohon Banding, surat keterangan Terbanding, hasil pem eriksaan
M e n g in g a t:
b. UU N o.6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
M em u tu skan :
Keputusan Dirjen Pajak No: KEP-816 / PJ.44 / 2004 tanggal 9 Juni 2004 tentang
Keberatan W ajib Pajak atas Surat Ketetapan Pajak Kurang B ayar Pajak
Penghasilan Badan Tahun Pajak 2000 No: 00016 / 206 / 00 / 054 / 03, tanggal 7
126
Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008
Mei 2003 atas nam a PT “X” sehingga jumlah yang masih harus dibayar dihitung
dihasilkan berdasarkan musyawarah Majelis pada hari Senin, tanggal 25 Juli 2005
A N A L IS IS D A N P E M B A H A S A N
Pengadilan P a ja k :
a) Faktor apakah yang membuat Hakim yakin bahwa tidak terjadi kasus transfer
transfer pricing antara Wajib Pajak dengan pihak fiskus di tingkat banding?
f is k u s (p e m e rik s a p a ja k ) .
mendukung.
berpegang pada bukti otentik. Dalam transfer pricing sengketa antara W ajib
Pajak dan Fiskus, sebelumnya sangat sulit dibuktikan ke-otentikan d ata yang
atau harga pura-pura antara perusahaan afiliasi (dalam satu grup) untuk
atau tid a k .
e) Apakah pernah ada kasus transfer pricing yang dimenangkan oleh F iskus di
D epartem en lain ?
g) Apakah Peninjauan Kembali pernah dilakukan oleh salah satu pihak (teru tam a
Fiskus) dalam kasus sengketa pajak antara fiskus dan Wajib Pajak ?
P a ja k
berikut:
2002 tentang Pengadilan Pajak. Bahwa surat banding No. 085 / A G M -\V S /
VII / 2004 tanggal 30 Juli 2004 tersebut ditujukan kepada Pengadilan Pajak
No.14 tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak. Bahwa tanggal surat banding N o.
085 / AGM -W S / VII / 2004 adalah 30 Juli 2004, hari dan tanggal diterim a
pengadilan pajak.
pasal 36 ayat 1 UU No.14 tahun 2002 tentang pengadilan pajak. Bahwa surat
banding No. 085 / AGM-WS / VII / 2004 tanggal 30 Juli 2004, m em enuhi
pengadilan pajak.
pengadilan pajak. Bahwa surat banding No. 085 / AGM-WS / VII / 2004
tanggal 30 Juli 2004 memuat alasan-alasan banding yang jelas dan tanpa
penghitungan jangka waktu 3 bulan dapat diketahui dengan pasti, dihitung dari
tanggal surat keputusan keberatan sampai dengan tanggal diterim anya surat
pengadilan pajak. Bahwa surat banding No. 085 / AGM -W S / VII / 2004
2002 tentang Pengadilan Pajak jo Pasal 27 ayat 3 UU No.6 tahun 1983 tentang
6. Banding hanya dapat diajukan apabila jumlah yang terhutang dim aksud telah
jum lah pajak yang masih harus dibayar sebagaimana tercantum dalam
mengenai Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar pajak penghasilan badan tahun
pajak 2000 No. 00016 / 206 / 054 / 03 tanggal 7 Mei 2003 sebesar Rp
pajak .
7. Banding dapat diajukan oleh Wajib Pajak dan ahli warisnya seorang pengurus
Pajak Penghasilan Badan tahun pajak 2000 No. 00016 / 206 / 00 / 054 / 03
d. Terdapat penjelasan mengenai jumlah pajak terutang atau jum lah pajak yang
keberatan.
P ajak
Badan Tahun pajak 2000 No.00016 / 206 / 054 / 03 tanggal 7 Mei 2003
diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak Perusahaan Masuk Bursa tanggal 7 Mei
2003.
dan Penagihan Pajak No.LAP-095 / PJ.701 / 2003 tanggal 5 Mei 2003, disebutkan
bahwa Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak (SKPKB) Penghasilan Badan
• Memenuhi azas satu ketetapan untuk satu atau lebih masa pajak yang berada
• Tidak mengandung kesalahan tulis pada subyek, jenis, dan tahun pajak yang
Badan Tahun Pajak 2000 No.00016 / 206 / 00 / 054 / 03 tanggal 7 Mei 2003
“X ”
perjanjian jual beli yang dibuat antara PT “X” dengan pemegang saham dan
menyepakati harga beli sekaligus harga jual antara kedua belah pihak sebagai
beserta penjelasannya,
Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana
penjelasannya,
memperhatikan harga pokok Wajib Pajak) dan harga jual produk sejenis dari hasil
produksi sendiri, ditemukan kenyataan bahwa harga beli yang dibayar kepada
perusahaan afiliasi dan pemegang saham jauh lebih tinggi. Pembuktian yang
menggunakan bahan baku, bahan pembantu, bahan kemasan, serta tehnologi yang
saham mayoritas (relatedparty) dengan kewajiban pajak PPh Badan untuk tahun
2000 dalam kondisi Rugi dan Lebih Bayar maupun kepada perusahaan afiliasi
lainnya.
kepada PT TIV yang juga memiliki cabang di lokasi sumber air perusahaan
afiliasi sebagaimana disebutkan dalam perjanjian yang dibuat oleh kedua belah
transaksi ini hanya arus dokumen saja terutama berkaitan dengan Faktur Pajak
namun secara fisik tidak terjadi pemindahan barang. Mal ini bisa terjadi
Wajib Pajak terlalu besar membebankan harga pokok melalui praktek transfer
Nom or 11 Tahun 1994) terhadap Pajak Masukan yang telah dikreditkan oleh PT
“X” (Pasal 9 ayat (2) Undang-undang Nomor 11 Tahun 1994), tidak dilakukan
koreksi.
diketahui bahw a perjanjian tersebut pada awalnya semata-mata dibuat untuk lebih
secara legal dengan PT WX”, dimana laba atas penjualan dari produk A Q yang
dijual kepada PT “X” (dimana harga beli PT “X” juga dikoreksi) telah
dilaporkan sebagai laba kena pajak dan dilaporkan dalam surat pem beritahuan
tahunan (SPT) PPh Badan tahun pajak 2000 perusahaan yang bersangkutan.
atas harga beli yang dibayar oleh PT “X”, maka PPn BM yang telah dipungut
oleh perusahaan afiliasi atau yang dibayar oleh PT “X” juga harus dikoreksi
atau direstitusi oleh PT “X” karena penyetoran PPn BM terlalu besar. D engan
mengolah lagi sehingga tidak ada tambahan biaya yang dibebankan dan
3. Pendapat Penulis
pem belian dari pemegang saham dan perusahaan afiliasi berdasarkan perjanjian
ju a l beli yang dibuat antara PT “X” dan pemegang saham dan perusahaan afiliasi
dim ana perjanjian tersebut dibuat untuk mengatur atau menyepakati harga beli
berkaitan dengan produksi AQ, dimana nantinya dari hasil produksi tersebut
❖ Perjanjian telah disepakati oleh kedua belah pihak berlaku sebagai undang-
dll).
atas perusahaan afiliasi (PT TIV dan TSI) dalam controlling aktivitas
❖ Jika nantinya PT “X” mendapatkan laba dari penjualan per itein produk
dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah
terdapat hubungan istimewa apabila dilihat dari segi kepemilikan m odal karena
Pasal 18 ayat (4) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
ayat (2) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertam bahan N ilai
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaim ana telah
diubah dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1994, dan angka 2.2.1 Surat
tentang Pengertian Hubungan Istimewa, namun pemeriksa dalam kasus ini tidak
mempertimbangkan secara teliti mengenai harga juaMiarga pasar dan laba yang
kasus ini pemegang saham/perusahaan afiliasi mendapatkan laba sebesar 32% dari
harga jual, sedangkan PT “X” mendapatkan laba sebesar 33 % dari harga ju al,
sehingga meskipun ada hubungan istimewa, namun harga jual yang terjadi adalah
harga pasar wajar, sehingga tidak sesuai dengan Pasal 18 ayat (3) U ndang-undang
Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
1. K esim pulan
perjanjian jual beli yang dibuat antara PT “X” dengan pemegang saham dan
menyepakati harga beli sekaligus harga jual antara kedua belah pihak sebagai
konsekuensi dari penggunaan merek “AQ” dimana PT “X” sebagai pem ilik
dan perusahaan afiliasi dimana PT TIV juga sebagai pem egang saham
Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
146
Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008
Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah dengan Undang-
(dengan memperhatikan harga pokok Wajib Pajak) dan harga jual produk
sejenis dari hasil produksi sendiri, ditemukan kenyataan bahwa harga beli
yang dibayar kepada perusahaan afiliasi dan pemegang saham jauh lebih
perjanjian yang dibuat Wajib Pajak, dengan cara membandingkan harga beli
147
Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008
b. Terhadap dugaan adanya transfer pricing di PT “X”, maka upaya-upaya yang
dilakukan PT “X” untuk membuktikan bahwa dugaan itu tidak benar adalah
sebagai berikut:
cabang (Mekarsari, Bekasi, dan Citcureup) Januari s/d D esem ber 2000
beserta rinciannya.
148
Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008
pajak atas porsi pendapatan / biaya yang digeser dari satu perusahaan ke
di dalam menghitung laba kena pajak adalah sama dan tidak ada
pendapatan dan / atau biaya kepada salah satu pihak untuk m enghindari
pajak.
afiliasinya di luar negeri, dimana tarif pajak di negara lain dapat lebih
kecil atau lebih besar dari Indonesia, sehingga memungkinkan salah satu
149
Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008
pem belian barang jadi, sehingga penghitungan pembelian barang ja d i
2. S a ra n
pem eriksaan atas kasus yang berkaitan dengan hubungan istimewa dan diduga ada
unsur transfer pricing, sebaiknya dilakukan pemeriksaan secara bersam aan antara
perusahaan afiliasi dengan perusahaan yang terafiliasi secara teliti dan seksam a,
dipertanggungjawabkan.
Direktorat Jenderal Pajak hendaknya membuat aturan yang lebih rinci dan
jelas tentang batasan mengenai transfer pricing, sehingga fiskus dapat dengan
Bagi pihak PT “X” sebagai Wajib Pajak pada saat hendak m elaporkan
penjelasan yang diberikan harus lengkap dan detail, disertai dokum en-dokum en
lainnya.
teliti dalam memeriksa kasus-kasus yang berkenaan dengan masalah perp ajak an
151
Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008
N om or 11 Tahun 1994, dan angka 3 Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak N om or:
Republik Indonesia, UU No.6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara
Perpajakan yang telah diubah menjadi UU No.9 tahun 1994 dan Perubahan
UU No. 16 tahun 2000
Republik Indonesia, UU No.7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yang telah
diubah dengan UU No. 10 tahun 1994 dan perubahan terakhir UU N o. 17
tahun 2000
Surat Perm ohonan Banding Wajib Pajak, Departemen Keuangan RI, D irjen P ajak,
Pengadilan Pajak, Agustus 2004
Surat Keputusan Pengadilan Pajak, Departemen Keuangan RI, D irektorat Jen d eral
Pajak, Direktorat Pajak Penghasilan, Agustus 2005
1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun
1994, memberikan pengertian yang lebih luas tentang hubungan istimewa. Persyaratan terjadinya
hubungan istimewa ditambah dengan adanya hubungan baik sedarah maupun semenda dalam g a ris
keturunan lurus satu derajat dan/atau kesamping satu derajat.
2. Dengan demikian hubungan istimewaantara Pengusaha Kena Pajak dengan pihak yang m enerim a
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dapat terjadi karena ketergantungan a ta u
keterikatan satu dengan yang lain yang disebabkan oleh salah satu dari faktor-faktor sebagai b e riku t:
2.1 Faktor Kepemilikan atau penyertaan Hubungan istimewa dianggap ada apabila te rd a p a t
hubungan kepemilikan berupa penyertaan modal sebesar 25% (dua puluh lima perseratus)
atau lebih, baik secara langsung atau tidak langsung.
Contoh:
diantara orang pribadi. Hubungan keluarga sedarah yang menimbulkan hubungan istim ew a
adalah hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat yaitu hubungan
antara seseorang dengan ayahnya, atau dengan ibunya, atau dengan anaknya, d an
hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan kesamping satu derajat, yaitu hubungan
antara seseorang dengan kakaknya, atau dengan adiknya.
Hubungan keluarga semenda yang dapat menimbulkan hubungan istimewa adalah hubungan
keluarga semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat, yaitu hubungan anta ra
seseorang dengan mertuanya, atau dengan anak tirinya, dan hubungan keluarga semenda
dalam garis keturunan kesamping satu derajat, yaitu hubungan antara seseorang dengan
iparnya. Apabila antara suami istri terdapat perjanjian pemisahan harta dan penghasilan,
maka antara suami istri tersebut terdapat hubungan istimewa.
3. Hubungan istimewa seperti dimaksud pada butir 2 akan dapat mempengaruhi harga, yaitu adanya
kemungkinan harga ditekan lebih rendah dari harga pasar. Dalam hal demikian maka yang m enjadi
Dasar Pengenaan Pajak adalah harga pasar yang wajar yang berlaku dipasar bebas.
4. Oleh sebab itu, diharap agar saudara memperhatikan dengan seksama praktek-praktek yang diduga
mengandung hubungan istimewa antara perusahaan dan/atau pribadi serta pengaruhnya terha d ap
potensi pajak, antara lain dalam hal transaksi antar perusahaan yang bernaung dibawah satu g ru p
dan perusahaan keluarga.
Demikian untuk diketahui dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
PEDOMAN PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP WAJIB PAJAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA
Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan tugas pemungutan pajak, Direktur Jenderal Pajak diberi
wewenang untuk melaksanakan pemeriksaan pajak guna keperluan penetapan pajak yang
terliutang dan/atau keperluan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan;
b. bahwa tala cara pemeriksaan di bidang perpajakan sebagaimana diatur diatur dalam
Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP-01/PJ.7/1990 tanggal 15 Nopember 1990
belum mencangkup tata cara pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang mempunyai hubungan
istimewa dengan Wajib Pajak Lainnya;
c. bahwa oleh karena itudi pandang perlu untukmengatur tatacara pemeriksaan terhadap Wajib
Pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan Wajib Pajak Lainnya, dengan Keputusan
DirekturJenderal Pajak;
""igingat : 1. Pasal 29'Undang-undang Nomor.6 _Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tala Cara
Perpajakan (Lembaran Negara R.l. Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara R.l.
Nomor 3262);
2. Pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1986 tentang Tata Cara Pemeriksaan di
Bidang Perpajakan (Lembaran Negara R.l. Tahun 1986 Nomor 46 Tambahan Lembaran
Negara R.l. Nomor 3339)
MEMUTUSKAN:
Pasal 1
ieiapkan Pedoman Pemeriksaan Pajak sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini sebagai
f
oman pelaksanaan dan lata cara pemeriksaan dibidang perpajakan terhadap Wajib Pajak yang mempunyai
Slogan istimewa, sebagai tambahan atas Pedoman Pemeriksaan Pajak sebagaimana diatur dalam Keputusan
fkturJenderal Pajak Nomor: KEP-01/PJ.7/1990 tanggal 15 Nopember 1990.
Pasal 2
•tapkandiJakarta
janggal 9 Maret 1993
LTURJENDERAL PAJAK,
l’IEMUHAMMAD
(n tm
jVio^ram%201rilcs\M U C \TaxG uidc\K .El>-01 PJ.7 1993
Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008
BABI
PENDAHULUAN
Sebagaimana diketahui, dewasa inisemakin berkembang badan-badan usaha yang merupakan group yang secara
langsung atau tidak langsung di bawah kepemilikan alau penguasaan pihak yang sama, dengan kata lain
mempunyai hubungan istimewa {relatedparties ).
Adalah wajar apabila di antara badan-badan usaha tersebut terjadi transaksi-transaksi sebagaimana halnya
transaksi-transaksi dengan perusahaan lain di luar group. Transaksi tersebut dapat berupa penjualan barang-
barang, pemberianjasa-jasa, pemberian hak patendan pengetahuan tertentu, pemberian pinjamandan lain-lain.
Harga yang diperhitungkan pada transaksi antara anggota group tersebut sering kali tidak sama dengan harga
yang berlaku di pasaran bebas, atau dengan perkataan lain lelaii terjadi penentuan harga yang tidak wajar (non
arm's length price).
*
DalamPasal 18 ayat(3) Undang-Undang PPh Tahun 1984 disebutkan bahwa hubungan istimewa dianggapada:
2. Hubungan antara Wajib Pajak yang mempunyai penyertaan 25% atau lebih pada pihak yang lain, alau
hubungan antara Wajib Pajak yang mempunyai penyertaan 25% alau lebih pada dua pihak atau’lebih,
demikian pulahubungan antaradua pihak atau lebihyang disebut lerakhir.
Keluargasedarah dan semenda dalamgarisketurunan lurussatu derajat alau keluargasedarah dan semenda
dalamgaris keturunan kesamping satusederajat.
Dari ketentuan tersebutdi atas, maka dapatdisimpulkan bahwa hubungan istimewadapat terjadi :
1. anlarapihak-pihakyang bertempat tinggal, didirikanataubertempatkedudukan di Indonesia;
2. antara pihak yang bertempat tinggal, didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia dengan pihak
yang bertempat tinggal/kedudukandi luarIndonesia.
Untuk mencegah terjadinya penghindaran pajak antara lain melalui penentuan harga yang tidakwajar, dalam
perundang-undangan perpajakan telah terdapat ketentuan-ketentuan yang pada dasarnya memberikan
wewenang kepada aparat pajak untuk melakukan koreksi terhadap transaksi yang tidak wajar dengan pihak
lainyang mempunyai hubungan istimewa. (Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 5 ayat (1) hurufe dan Pasal 18
ayal(2) Und?ng-Undang PPh 1984, Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang PPN 1984).
Oleh karena itu dalam pemeriksaan pajak untuk menghitung berapa sebenarnya pajak terhutang alas
transaksi-transaksi yang dilakukan dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa (related parties)
lerulama antara Wajib Pajak Dalam Negeri (Indonesia) dengan Wajib Pajak (pihak) yang berkedudukan di Tax
haven Countries (Negara yang memungut pajak lebih rendah dari Indonesia), Pemeriksa perlu menenlukan
hargayangwajar(arm's length price) alas transaksi-transaksi yang dapat dikelompokkan sebagai berikut :
3. Perhitungan pembebanan biaya tidak langsung yang dialokasikan dari kantor pusalnya, seperti biaya
pengawasan, adminlstrasi/sekretarial, perencanaan dan sebagainya;
Sehubungan dengan permasalahan lersebut di alas maka perlu diberikan Pedoman Pemeriksaan Pajak
terhadap Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa. Pedoman ini merupakan tambahan atas
keputusan DirekturJenderal Pajak Nomor Kep.01/PJ.7/1990 tentang Pedoman Pemeriksaan Pajak (Pedoman
Pemeriksaan Pajak), oleh karena itumengenai hal-halyang bersifat umum yang lelah diaturdalamkeputusan
lersebuttetapharus dipatuhi dalammelakukan pemeriksaan terhadapWajib Pajak yang mempunyai hubungan
istimewa dengan pemasok maupun pelanggan yang terutama berkedudukan di tax haven countries, harus
dipelajari kemungkinan adanya overdan underinvoicing.
Hal ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal sebagaimana dimaksud dalamhuruf b, hurufc dan hurufd di atas
sehinggadapat dijadikan petunjukdi dalampemeriksaanyang akan dilaksanakan.
Tujuan analisa adalah untuk mendeteksi adanya ketidakajaran harga penjualan atau pembelian di antarapihak
yang mempunyai hubungan istimewa. Unluk itu diperlukan angka-angka rasio. Angka-angka rasio tersebut
¿¡bandingkan dengan rasio-rasio berdasarkan laporan keuangan Wajib Pajak tahun-tahun sebelumnya, rasio-
asio dari perusahaan sejenis (yang diperoleh misalnya melalui hasil pemeriksaan dari perusahaan sejenis,
ataukonfirmasi ke Pusat Pengolahan Data dan Informasi Perpajakan), atausumber-sumberlainnya.
'eriuditekankan bahwa hasil analisa ini baru merupakan indikasi yang perlu diperhatikan secara khususpada
¡aatmendapatkan pembuktian di lapangan.
I
Laba Kotordan Laba Bersj.h
asioLaba Kotor =Laba Kolor., atau
Penjualan
asioLaba Kotor Analisis
=Laba transfer...,
Kolor Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008
2.8asL0j0pera_sj
Rasio Operasi = Total Biaya Operasi
Penjualan
Dengan membandingkan rasio ini dengan rasio.perusahaan sejenis akan diperoleh indikasi pembebanan
biaya-biayayang mungkin lidakwajar, misalnya mengenai:
a. Biaya bunga pinjaman;
c. Biaya royalti;
d. Biaya Induk Perusahaan/Kantor Pusat yang dibebankan kepada Wajib Pajak yang diperiksa.
3. sIoJTingkal±lasijjyctiva
ROA = laba Bersih
Tota! Aktiva
Analisa ROA bertujuan memperoleh petunjukapakah ada penambahan aktivayang berasal dari peminjaman
alau penyewaan aktivadengan beban bunga/sewa yang lidakv/ajar.
Apabila ROA lebih kecil dari ROA perusahaan sejenis, kemungkinan terdapat pinjaman unlukmembeli aktiva
atau penyewaan aktivayang dibebani dengan biaya bunga/sewa yang kurang wajar.
4. Perputaran Persediaan
Perputaran Persediaan = Harga PokokPenjualan
Rata-rataPersediaan
Tujuannya adalah unlukmendeteksi kemungkinan adanya pergeseran pembebanan pembiayaan persediaan
dari induk perusahaan ke distributorsebagai afiliasinya. Apabila perputaran persediaan rendahdihubungkan
dengan rendahnya rasio laba bersih terhadap biaya operasi (termasuk bunga), maka terdapat indikasi
adanya pergeseran pembiayaan persediaan sebagaimana disebutdi alas.
5. Rasio Laba Bersih terhadap Biava Operasi
= Laba Bersih
BiayaOperasi
Tujuannya adalah untuk mengetahui kewajaran biaya operasi yang terserap pada hasil penjualan barang,
sebagai indikasi kemungkinan kekurangwajaran transferpricingbiladihubungkan dengan tingkatperputaran
persediaan yang rendah.
Bilamana rasiolaba kotordan rasiolaba bersih kelihatannyanormal, tetapi perpularan persediaan dan rasio
lababersih terhadapbiayaoperasi (termasukbunga) adalahrendah, hal inimenunjukkan adanya pergeseran
pembiayaanpersediaan dari indukperusahaan/pusat terhadapanak perusahaan/cabang.
6. RasioHutang terhadapModal Sendiri
= Hutana__
Modal Sendiri
Rasioinidapat dipecah sebagai berikut;
a. Hutang dari Afiliasi
Modal Sendiri
b. Hutang daripihak
ketiga.
Modal sendiri
Tujuannya adalah untukmendeteksi strukturpermodalansehubungan dengan peminjamandan pembebanan
bungayang dapatdiperkenankan.
dentifikasiMasalah
a. Perusahaan-perusahaan dan pihak yang terkail dalam prkalek pembebanan harga yang tidak wajar;
b. Kebijaksanaan dan metode pembebanan harga dari perusahaan-perusahaan yang mempunyai hubungan
islimewa dan kemungkinan motivasinya;
c. Tipe-lipe transaksi yang dipengaruhi oleh praktek-praklek pembebanan harga yang tidak wajar;
d. Produk-produk khusus yang dipengaruhi oleh praktek-praktekpembebanan harga yang tidak wajar;
»
e. Kasus-kasus harga yang ditinggikan (over pricing) dan harga yang direndahkan (under pricing) dalam
transaksi dalam negeri dan impor/ekspor.
Usaha Wajib Pajak dapaf dipahami dengan mempelajari isian daftar pertanyaan dan hasil wawancara
secara langsung dengan Wajib Pajak yang diperiksadata dari pihak ketiga.
Daftar pertanyaan sebagaimana lertulis pada lampiran I, II, III, liVdan V Keputusan ini harus diserahkan
kepada Wajib Pajak yang diperiksa sesuai dengan status badan maupun permodalannya. Pertanyaan-
pertanyaan tersebut merupakan analisis fungsional atas kegiatan Wajib Pajak (Dengan modifikasi
seperlunya pertanyaan tersebut dapat dipakai untuk menganalisis fungsi dari beberapa badan anggota
perusahaan multinasional yang mempunyai hubungan istimewa dengan Wajib Pajak dalam negeri
Indonesia). Dengan mempelajari isian yang diterimadapat diperoleh keterangan antaralain mengenai:
Di samping bagan organisasi intern Wajib Pajak yang diperiksa, diperoleh juga gambaran tentang
kegiatan operasi perusahaan secara menyeluruh, yang menyangkut keterkaitan dalam pemilikan,
penguasaan maupun adanya transaksi-transaksi antar grup anggota sehingga diperoleh pemahaman
yang mendalam atas hubungan antar perusahaan yang terkait, yang antara lain meliputi:
1. Nama, lokasi, NPWP perusahaan/pihak yang terkait.
Hal di alas dapat dilengkapi berdasarkan informasi dari pihak ketiga dan wawancara dengan Wajib
Pajak.
Sifat keterkaitan dan ketergantungan dapat dipelajari dari isian daftar pertanyaan yang diterima dari
Dalammelakukanwawancara perludilekankanmengenai:
1. Sifal.kelerkailanWajib Pajak, apakah:
3. Pembelian/penyerahan jasa serta jenis dan macam jasa yang diserahkan/dibeli dari pihak
terkait.
5. Pinjaman-pinjamandari pihakterkait.
Wawancara di alas pada pelaksanaannya dapat dilakukan dalam tahap persiapan maupun pada
waktu pelaksanaan pemeriksaan.
.4.2 Sumber-sumberInformasi SebaaaiPembanding
1. Business News; mengenai kegiatan usaha lertenlu maupun mengenai tarif/harga barang-barang
yang berlaku.
3. Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) dan Ditjen Daglu Departemen Perdagangan; data
mengenai harga pasaran komoditi di LuarNegeri.
6. PDBI (Pusat Data Business Indonesia); data mengenai ikhtisarkegiatanoperasi perusahaan sejenis,
hargadari barang/bahan ekspordan impor.
9. Departemen-departemen teknis lainnya sehubungan dengan dala aktivitas perusahaan yang bersan
dan perusahaan sejenis yang diperiksa.
Berdasarkan hasil dari mempelajari berkas Wajib Pajak, analisis laporan keuangan, identifikasi masalah dan
pengenalan usaha sehubungan dengan kasus-kasus mengenai hubungan istimewa ini, dapat ditentukan ruang
lingkupdan arah pemeriksaan. Secara umumpemeriksaan ditujukan terhadap :
- Pembelian barang/jasa;
- Penjualan barang/jasa;
-Royalti;
-Sewa;
-Bunga;
- Risetdan pengembangan;
-Alokasi biaya tergabung lainnyadari pusat/indukperusahaan;
- Penghasilan/biaya lainnyadari perusahaan terkait.
Pos-pos yang akan diperiksa disesuaikan dengan permasalahan yang sebenarnya' terjadi dalam
perusahaan/Wajib Pajak yang diperiksa yangdiakibatkanolehadanyahubungan istimewa.
Sedangkan luas pemeriksaan yang akan dilakukan tergantung kepada administrasi dan penilaian sistem
pengendalian interndari perusahaan yang diperiksa.
1.6Penyusunan ProgramPemeriksaan
Buku-bukudan catatan-catatan Wajib Pajak seringkaii lidakcukup memberikan informasi atas masalah transfer
pricing, sehingga perludipinjamdokumen-dokumen yang memberi penjelasan yang lebih baikmisalnya :
1. Laporan Keuangan Konsolidasi sebagai suatu kesatuan ekonomi dari pihak yang terkail;
Dokumen-dokumen tersebut perlu dikembangkan sebagai dasar pembuktian dalam pemeriksaan, dan
lc://C :\Proßram % 20F iles\M U C \T axG uidc\I< E I}-01 P J.7 1993 24/00/2004
Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008
dilampirkandalamLPP sertadisimpandalamKKP.
.8MenyediakanSajana Pemeriksaan
PeM$3üaäQ Pemeriksaan
Urut-urutan pelaksanaan pemeriksaan sebagaimana digariskan dalam Pedoman Pemeriksaan Pajak lelap
dilaksanakan, yang perlu ditekankan dalam melakukan pemeriksaan terhadap perusahaan yang mempunyai
hubunganislimewa ialah:
2.1 Dalammelakukan penilaian SistemPengendalian.Intern
Teknik penilaian Sistem Pengendalian Intern akan diuraikan dalam BA6 IV : Studi dan Evaluasi Sistem
Pengendalian Intern.
2.2 DalammelaMan kooGm]^^
Dalammelakukan pemeriksaan kasus transferpricing, konfirmasi kepada pihak ketiga adalah sangat penting
untukmeneguhkan kebenaran data/informasi yang diperolehdari Wajib Pajak.
Laporan Pemeriksaan Pajak sebagai ikhtisar hasil pemeriksaan Wajib Pajak dengan hubungan istimewa,
mengungkapkan denganjelas:
-sifatketerkaitan;
-nama perusahaan/pihakyang terkail;
-kepemilikansaham;
-lokasi dan alamat;
-arus transaksi dan kegiatan;
-penjelasanyang pentingmengenai hubungan istimewa.
2. Bagian Umum: Mengenai daftarlampiran.
Sedapat mungkin dilampirkan:
BAB III
TEKNIK DAN METODE PEMERIKSAAN
1. TeknikPemeriksaan
Dalam kegiatan pemeriksaan dipergunakan teknik-teknikpemeriksaan seperti yang diuraikan dalam Pedotn
Pemeriksaan Pajak.
*
2. Metode-metode Pemeriksaan Kewajaran Harga
Penentuan harga pasar wajardalamhubungan istimewa, dilakukan dengan menguji angka-angka dalam Sf
melalui suatu pendekatan perhitungan tertentu mengenai penghasilan dan biaya. Metode tersebut termas
metode tidaklangsung, yang antaralaindikenal beberapametodeseperti berikutini:
1. Metode harga pasarsebanding (Comparableuncontrolledpricemethod);
Dalam pelaksanaannya Pemeriksa dapat menggunakan lebihdari satu melode sehingga diperoleh gambar:
mengenai perhitungan harga wajaryang lebihrealistis, khususnyadalamhal dala pembukuan kurang lengkr
Metode ini diterapkan dengan pembandingan harga Iransaksi dari pihak yang ada hubungan istime.
tersebut dengan harga transaksi barang sejenis dengan pihak yang tidak mempunyai hubungan istimev,
(pembanding independen).
Contohpenggunaan metode:
1.* PT Z menyerahkan penjualan barang x kepada afiliasinya PT Y dengan harga franko tujuan f
2.000.000,-
* PT 2 menyerahkan penjualan barang x kepada pihak ketiga PT. A dengan harga franko pabrik f
2.000.000,-
-Biaya pengangkulandan asuransi Rp 100.000,-
Metode ini dapat dipergunakan dalam hal Wajib Pajak yang diperiksa bergerak dalam bidang us;
perdagangan yaitu produk yang lelahdibelidijual kembali (resale) kepada pihak lainnya. Harga yang le'
pada penjualan kembali tersebutdikurangi dengan laba kolor(mark up) Wajar (yang mencerminkan jur
untukmenutup biaya-biayadan laba darisipenjual kembali) merupakan hargajualwajar.
Penentuan harga pasar wajar dengan melode harga jual minus dilakukan dengan mengurangkan su
mark up v/ajar dari harga jual barang yang sama pada mata rantai berikutnya. Mark up wajar diperoh
dengan membandingkannya dengan transaksi yang tidakada hubungan istimewa.
Melode ini umumnya digunakan pada usaha pabrikasi yang menjual produk kepada afiliasinya untuk
diproses lebihlanjut.
Perhitungan harga wajar dengan metode ini dilakukan dengan menambahkan Ungka laba kotor wajar
kepada biaya produksi.
BAB IV
STUDI DAN EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN INTERN
1. Pendahuluan
Dalam kaitan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa, studi dan evaluasi
terhadap Sistem Pengendalian Intern (SPI) ini juga harus dilaksanakan oleh pemeriksa pajak, sebagaimana
diaturdalamPedoman Pemeriksaan Pajak-hal. 15.
Tujuannya adalah:
Setelah mempertimbangkan semua informasi yang didapat pada tahap studi, Pemeriksa dapat mengevaluasi
bagaimana SPT yang berlaku, karakteristikusaha dan transaksiyang terjadi antaraWajib Pajak dengan pihak
lainyang mempunyai hubungan istimewa.
Pada tahap studi (dalam rangka mendapatkan informasi mengenai Gambaran Umum Wajib Pajak), selain
proseduryang telahdiaturdalamPedoman Pemeriksaan Pajaktersebut, yang harus dilakukanoleh Pemeriksa
pajakadalah:
2.1 Mempelajari LPP dan KKP dari penugasan terdahuluterutamauntukmendapatkan informasi mengenai:
■ permasalahan yang dihadapi olehPemeriksa sebelumnya,
-temuan-temuan yang didapat, dan
-apakah permasalahan transferpricinglelahdiungkappada pemeriksaan sebelumnya.
2.2Menentukan kewajiban dan tanggung jawab para pejabat perusahaan berdasarkan struktur organisasi,
deskripsijabatan dan wawancara terhadapkaryawanWajibPajak.
2.3.Mempelajari pedoman prosedur-prosedur akuntansi (accounting procedures mannuai), daftar perkiraan-
perkiraan (chart of accounts), dan bagan organisasi seluruh dunia mengenai nama dan jenis-jenis
. perusahaan dan pemilikannya (worldwide organization chart for names dan types of companies and
: ownership).
£4 Mempelajari korespondensi, khususnya antara Wajib Pajak dengan perusahaan afiliasi luar negeri yang
meliputi: memorandum, cablegrams, telex, faksimiledsb.
'2.5Mempelajari Laporan Keuangan yang telah diaudit Akuntan Publik baik untuk Wajib Pajak maupun untuk
; perusahaan afiliasi luarnegeri yang telahdikonsolidasi (Auditedand Consolidated Statements), kalau ada.
^2.6Mempelajari nama dan lokasi pejabat berwenang baikdiperusahaan yang diperiksamaupun di perusahaan-
i perusahaan afiliasi luarnegeri.
*2,7Mempelajari semua perjanjian (agreement) antaraWajib Pajakdengan perusahaan-perusahaan afiliasiluar
' negeri, antaralain:
^ -perjanjianmengenai harga transfer(transferpriceagreements);
24/06/2004
ngujianKetaatan
ngujian ketaatan (compliance testing) adalah prosedur pemeriksaan yang didesain untuk memberikan
ninanyang layak bahwa pengawasan akuntansi yang pentingdalamSPI yang berlaku benar-benardipakai
ndioperasikansesuai dengan rencana.
»u
ngharusdilaksanakanolehPemeriksapadatahapiniadalah:
il’
pemeriksaan terhadap bukti-bukti(examinationofevidences);
reperformance,
j
meriksaan terhadap bukti-bukti meliputi inspeksi terhadap buku-buku/catatan-catatan, dokumen-dokumen,
io'ran-laporanrekonsiliasi dan sebagainya untukmengetahui bahwa suatu pengawasan tertentuyang terlihat
nar-benarlelahdilaksanakansecara tepat,
t*
bagaicontoh misalnya inspeksi terhadap tanda tangan atau paraf tertentu yang tercantumdalam selembar
;iurpembelian dari rekanan. Adanya tanda tangan atau paraf tersebut menunjukkan bahwa faktur tersebut
afidicocokkandengan laporanpenerimaan barang(receivingreport).
performance, meliputi pengulangan (seluruh atausebagian) dari proses pekerjaan yang sama seperti yang
| dikerjakanolehkaryawan-karyawanWajib Pajak.
„j,
ir‘
\t s
BAß V
PENYUSUNAN AUDIT PROGRAM
Pedoman penyusunan audit program ini hanya merupakan tambahan (supplement) dari Keputusan Direktur
Nsnderal Pajak Nomor KEP.01/PJ.7/1990 tanggal 15November 1990 tentang Pedoman Pemeriksaan Pajak.
!. ProgramPemeriksaan Umum
Secara umum program pemeriksaan (erhadap Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa bertitik tolak
darikecendurangan (upaya) untukmendapalkan beban pajakyang lebih rendah dari Indonesia:
a. penggeseran laba kepada afiliasinyadiluarnegeri;
e. memperkeciljumlah aktiva;
Berdasarkan hal-hal lersebul di alas program ini ditekankan kepada bagaimana cara mendeteksi
kecenderungan-kecenderungan tersebut dengan:
1. meneliti lebih lanjut dan membuktikan indikasi yang diperoleh pada analisa rasio pada saat melakukan
persiapan pemeriksaan.
2. • meminta dokumen-dokumen nonfinasial yang berkaitandengan pos-pos yang diperiksa antara lain :
a. Slruklurorganisasi Wajib Pajak besertaafiliasinya;
d. Perjanjian mengenai pembagian daerah pemasaran per jenis barang/jasa yang dihasilkna yang
merupakan pusat laba dan biaya;
h. Kebijaksanaan pembebanan fee; sewa; komisi; bunga dan alokasi biaya dari pemakaian aktiva
tetapatau aktiva lidakberwujud antarafiliasi;
i. Arsip surat masuk dan surat keluar antara Wajib Pajak yang diperiksa, lermasuk lelex dan
facsimili.
ITujuanPemeriksaan
iUnlukmenentukan/mengetahui:
j.b. Ada tidaknya hubungan istimewa dan hubungan ekonomis antara Wajib Pajak yang diperiksa dengan
afiliasinya.
Jumlah persentase kekuatan pasar dari barang/jasa yang diproduksi dan dipasarkan oleh Wajib Pajak
yangdiperiksa.
g. Kebenaran dan kelengkapan jumlah hutang/piutang antaraWajib Pajak yang diperiksadan afiliasinya,
i
Ada-tidaknyatransfermodal, jual beli aklivaletap, dan kewajaran nilainya.
tk
[j: Kewajaran pembayaran fee, komisi, royalti, bunga dan alokasi biaya atas pemakaian aktivaletap.
RI/ Catat semua temua yang berguna untuk pembuktian adanya hubungan istimewa dan hubungan
c. Calatindikasi-indikasi adanya kemungkinan masalah Iransferpricing antara Wajib Pajak yang diperiksa
dengan afiliasinya.
a. Unluk menentukan adanya kontribusi kas dan bank dari perusahaan afiliasi yang merupakan
penggantian biaya yang telahdikeluarkanlebihdahuluolehWajibPajakyang diperiksa.
b. Untuk mengetahui transfer kas/bank ke perusahaan afiliasi Wajib Pajak yang diperiksa, apakah
Iransfertersebutmemang ada relevansinyadengan kegiatanusaha WajibPajak.
3.1.2 ProsedurPemeriksaan
a. Periksa dengan teliti dan seksama bukti-bukti penerimaan kas dan bank yang tidak berkailan
dengan transaksi penjualandan penerimaan piutang.
Untuk menentukan ada-tidaknya transaksi jual-blei investasi di antara perusahaan afiliasi yang
’kemudian dijual kembali kepada pihakketiga(unrelaledcompany).
Selain ilu juga menentukan apakah laba hasil penjualan investasi sementara tersebut lelah
dilaporkanolehpihakperusahaan afiliasiyang seharusnyaberhakalas labatersebut.
3.2.2 ProsedurPemenksaan
PT.A memiliki 100% saham PT. B; kedua perusahaan lersebutberkedudukan di dalam negeri yang
bedainanwilayahnya.
Pada tahun berjalan PT. B membeli sebagian kecil(kurangdari25%) sahamPT. C, dengan demikian
sesuai dengan Pasal 18 ayal 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 PT. B dan PT. C tidak ada
hubungan istimewa.
Kemudian saham yang dibeli PT. B dijual ke PT. A dengan harga pokok (el cost). Selanjutnya pada
saat ilu juga PT. A menjual saham yang dibelinya itu kepada PT. D yang tidak ada hubungan
istimewa baik dengan PT. A maupun dengan PT. B. Dari hasil penjualan tersebut PT. A memperoleh
labasebesar Rp. 90.000.000,-
Dari kasus ini seharusnya yang berhak atas laba penjualan saham ke PT. D tersebut adalah PT. B
atausesuai dengan fungsinya PT. A dapat dialokasikan sebagian penghasilan sebagai imbalan atas
\ P r o g r a m % 2 0 F ile s \ M U C \ T » x G u ic ic \ K E P -0 ] J M . 7 J 9 9 3 24/06/2004
Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008
jasa penjualan tersebut. Dengan demikian harusdiadakan koreksi terhadap laporan keuangan PT. A
maupun PT. B.
'3 ProgramPemeriksaan Piutang Usaha
3.3.1 Tujuan Pemeriksaan
Untuk menentukan jumlah piutang usaha kepada perusahaan afiliasinya. Oengan demikian dapat
ditentukanwajartidaknyatransferpricing.
3.3.2 ProsedurPemeriksaan
a. Periksa buku besar/buku pembantu piutang apakah terdapat nama debitur yang merupakan
perusahaan afiliasi.
b. Apabila ada, pisahkan dari nama debituryang independen, kemudian hitung jumlah piutangnya
dan telusuri ke fakturpenjualannya.
c. Apabila penyebab timbulnya piutang usaha tersebut mempunyai harga pembanding di pasaran
bebas, maka lakukan konfirmasi ke sumberinformasi yang tersedia, bandingkan hasil konfirmasi
tersebut dengan harga yang dilakukanolehWajib Pajak.
Untuk menentukan:
a. Ada-tidaknya Piutang di luar usaha antar perusahaan afiliasi akibat transaksi yang bukan jual-
beli barang dagangan.
a. Periksa buku besar/buku pembantu piutang di luar usaha apakah terdapat debitur yang
merupakan perusahaan afiliasi.
b. Apabila ada, pisahkan dari debitur yang independen, kemudian periksa transaksi yang
menyebabkan timbulnya piutang di luarusaha tersebut dengan menelusuri ke bukti aslinya dan
tentukan kewajaran persyaratan transaksi tersebut.
c. Apabila penyebab timbulnya piutang di luar usaha tersebut mempunyai harga pembanding di
pasaran bebas, maka lakukan konfirmasi ke sumber informasi yang tersedia, bandingkan hasil
kofirmasi tersebutdengan harga yangdibukukanolehWajibPajak.
d. Apabila penyebab timbulnya piutang di luarusaha tersebut lidak mempunyai harga pembanding
di pasaran bebas maka lakukanmetode pemeriksaansepertidiuraikanpada Bab. III.
ProgramPemeriksaan Persediaan
[3.5.1 Tujuan Pemeriksaan
¡\Proiiinm%20Filcs\MUC\TaxGuide\KEI)-01_PJ.7_1993 24/06/2004
d. Apabila persediaan tersebut terdapat di pasaran bebas, maka lakukan konfirmasi dan
bandingkan hasil konfirmasi tersebut dengan harga yang dipakai oleh Wajib Pajak, (sumber
informasi untukkonfirmasi lihatpada Bab. IIbutir1.4.2)
e. Apabila jenis persediaan tersebut tidak terdapat di pasaran bebas, lakukan penghitungan
kembali harga beli dan harga jual tersebut dengan menggunakan metode pemeriksaan yang
telahdiuraikan dalamBab III.
' ProgramPemeriksaan Investasi Jangka Panjang
3.6.1 Tujuan Pemeriksaan
Untuk menentukan apakah investasijangka panjang tersebut menimbulkan hubungan istimewa atau
tidak.
.6.2 Prosedur Pemeriksaan
d. Periksa kebenaranjurnaleliminasinya.
e. Apabila ada pengalihan investasi jangka panjang ke perusahaan afiliasi, maka hitung besarnya
laba yang wajar atastransaksi penjualaninvestasijangkatersebut.
ogramPemeriksaanAktivaTetapBerwujud
7.1 Tujuan Pemeriksaan
Untuk menentukan harga yang wajar apabila aktiva tetap tersebut diperoleh/dijual dari/ke
perusahaan afiliasi.
7.2 Prosedur Pemeriksaan
a. Teliti perusahaan yang menjadi penyalur aktiva tetap yang dimiliki oleh Wajib Pajak yang
diperiksamelalui bukti aslinya.
b. Apabila penjual/pembeli aktiva (elap tersebut adalah perusahaan afiliasi, maka periksa
c. Apabila akliva tetap lersebul terdapat di pasaran bebas, maka lakukan konfirmasi dan
bandingkan hasil konfirmasi lersebul dengan harga yang dipakai oleh Wajib Pajak, (sumber
informasi unlukkonfirmasi lihatpada Bab. II, bulir 1.4.2)
d. Apabila jenis aktiva tetap tersebut tidak terdapal di pasaran bebas, lakukan penghitungan
kembali harga beli dan harga jual tersebut dengan menggunakan metode pemeriksaan yang
telahdiuraikandalamBab. III.
KrogramPemeriksaan HartaTidak Berwujud
3.8/i Tujuan Pemeriksaan
Untuk menentukan harga yang wajar apabila harta tidak berwujud tersebut diperoleh/dijual dari/ke
perusahaan afiliasi.
3.8.2 Prosedur Pemeriksaan
\
a. Teliti perusahaan yang menjadi penjual/pembeli harta yang lidak berwujud yang dimiliki oleh
Wajib Pajak yang diperiksa melalui bukti aslinya.
b. Lakukan penghitungan kembali harga belidan hargajual tersebut dengan menggunakan metode
pemeriksaan yang lelahdiuraikandalamBab. Ill>
1ProgramPemeriksaan Piutang Direksi dan Karyawan
[3.9.1 Tujuan Pemeriksaan
Untuk menentukan kelayakan jumlah piutang Direksi dan Karyawan yang mempunyai, hubungan
istimewa dengan Wajib Pajakyang diperiksa.
§¡3.9.2 Prosedur Pemeriksaan
b. Periksa apakah terdapat nama Direksi dan Karyawan yang mempunyai hubungan istimewa.
d. Apabila terjadinya piutang Direksi danKaryawan tersebut karena penjualan barang, maka periksa
apakah hargajualnyamenggunakan hargawajar.
e. Apabila terjadinya piutang Direksi dan Karyawan tersebut karena peminjamanuang, periksa
apakah di dalam perjanjian hutang-piutang antara Direksi dan Karyawantersebutdibebani
r. bunga, apabila ada maka apakah bunga itumenggunakan taripyang wajar,
frogramPemeriksaan Hutang Usaha
3,10.1 Tujuan Pemeriksaan
^ Untuk menentukan kelayakan hutang usaha yang berasal dari perusahaan yang mempunyai
jj\ hubungan istimewa dengan Wajib Pajak.
£/10.2Prosedur Pemeriksaan
*
a. Periksa buku besar/pembantu Hutang Usaha.
d. Apabila barang/jasa yang dibeli tersebut terdapat di pasaran bebas, maka lakukan konfirmasi ke
sumberinformasi.
e. Apabila barang/jasa yang dibeli tersebut tidak terdapat di pasaran bebas, maka lakukan metode
pemeriksaan seperti diuraikan pada Bab. III.
f. Pembayaran hutanb usaha kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa (persero) yang
melebihijumlah harga beli wajardapat dianggap sebagai pembayaran dividen.
ilProgramPemeriksaan Hutanb Bank/Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) dan Cerukan (Overdraft)
3.11.1 Tujuan Pemeriksaan
Untuk menentukan bahwa 'terjadinya hutang Bank dan LKBB lidak berasal dari pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa.
3.11.2 ProsedurPemeriksaan
c. Periksa apakah Bank/LKBB yang memberikan pinjaman tersebut tidak mempunyai hubungan
istimewa. ' .
d. Apabila terdapat hubungan istimewa, apakah bunga pinjaman yang dibebankan kepada Wajib
Pajakmenggunakan taripyangwajar.
e. Lakukan konfirmasi ke sumber informasi untuk membandingkan tingkat bunga yang berlaku
pada saatterjadinyahutang Bank/LKBB tersebut.
f. Lakukan analisa sumber dan penggunaan dana untuk mengetahui, bahwa hutang Bank/LKBB
tersebut benar-benar digunakan untuk operasi perusahaan. Dengan demikian dapat diketahui
bahwa Hutang Bank/LKBB tersebutbukan merupakan penggeseran modal.
VogramPemeriksaan Hutang Di LuarUsaha
L12.1Tujuan Pemeriksaan
c. Apabila ada, periksa lebih lanjutpenyebab timbulnya hutangdi luarusaha dan apakah nilaiyang
digunakan sudah memakai harga yangwajar.
d. Apabil terdapat transfer price, maka lakukan perhitungan penyebab timbulnya hutang di luar
•^*
e. Lakukan analisa sumber dan penggunaan dana untuk meyakinkan bahwa dana yang diperoleh
dari hutang di luar usaha benar-benar digunakan untuk operasi perusahaan dan bukan
merupakan pembayaran dimuka untuk kontribusi modal (penyertaan terselubung) atau distribusi
yang berhubungandengan sahamperusahaan.
3.13 ProgramPemeriksaan Biayayang Masih Harus Dibayar
3.13.1 Tujuan Pemeriksaan
Untuk menentukan bahwa jumlah biaya yang masih harus dibayar adalah benar-benar timbul dari
transaksi yang telahdilakukandengannilaiwajar.
3.13.2 ProsedurPemeriksaan
c. Apabila ada, maka periksa lebihlanjut apakah nilai biaya yang masih harus dibayar dibukukan
dengan harga yang v/ajar.
d. Untuk mengetahui apakah pos tersebut dibukukan dengan wajar atau tidak, lakukan konfirmasi
ke sumber informasi apabila penyebab timbulnya biaya yang masih harus dibayar dapat
diperbandingkan. Namun, apabila tidak dapat diperbandingkan lakukan dengan metode yang
lelahdiuraikandalamBab. III.
e. Lakukan analisa sumber dan penggunaan dana untuk meyakinkan bahwa biaya yang dibayar
dimuka tersebut bukan merupakan kontribusi dari modal atau distribusi yang berhubungan
dengan sahamperusahaan.
Untuk menentukan bahwa transaksi penjualan ke perusahaan afiliasi lelah dibukukan dengan harga
yang wajar.
4.1.2 ProsedurPemeriksaan
b. Periksa buku besar/pembantu pelanggan yang mempunyai hubungan istimewa tersebut, dan
telusuri ke bukti asli (fakturpenjualan).
c. Bandingkan harga jual pelanggan yang mempunyai hubungan istimewa dengan harga jual ke
pelanggan yang tidak,mempunyai hubungan istimewa.
d. Apabila seluruh penjualan dilakukan hanya ke perusahaan afiliasi, maka prosedur yang dilakukan
adalah:
Untuk menentukan kewajaran besarnya potongan penjualan yang diberikan kepada perusahaan yang
mempunyai hubungan istimewa
4.2 Prosedur Pemeriksaan
a. Dapatkan kebijaksanaan potongan penjualan Wajib Pajak. Bandingkan dengan praktes bisnis
sejenis.
b. Periksa dan teliti potongan penjualan yang diberikan kepada perusahaan afiliasi, apakah sesuai
dengan kebijaksanaan yang telahditetapkanolehWajibPajak.
3ProgramPemeriksaan Pembelian
4.3.1 Tujuan Pemeriksaan
Untuk menentukan kewajaran harga pembelian barang/jasa dari perusahaan yang mempunyai
hubungan istimewa.
4.3.2 Program Pemeriksaan
b. Periksa dan teliti daftar tersebut apakah terdapat penyalur yang mempunyai hubungan istimewa
dengan Wajib Pajak, dan telusurike buktiaslinya.
c. Apabila ada, periksa dan telitiapakah nilai pembelian barang/jasa tersebut telah dibukukan dengan
nilai yang wajardenganjalan :
Untuk menentukan kewajaran jumlah penghasilan di luar usaha yang diperoleh dari transaksi dengan
perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa, seperti bunga, dividen, royalti, sewa, dan imbalan
jasa lainnya.
4.4.2Prosedur Pemeriksaan
e. Apabila (idak tersedia data pembanding dari sumber informasi, maka lakukan penilaian dengan
metode yang telahdiuraikan pada Bab. III.
4.5 ProgramPemeriksaan Biaya Usaha
4.5.1 Tujuan Pemeriksaan
Untuk menentukan kewajaran jumlah biaya usaha yang dibebankan atas transaksi dengan perusahaan
yang mempunyai hubungan istimewa, seperti bunga, royalti, sewa, dan
4.5.2 Prosedur Pemeriksaan
c. Bandingkan syarat-syarat lersebul dengan dokumen-dokumen persetujuan yang dibuat Wajib Pajak•
dengan perusahaan yang lidakmempunyai hubungan islimewa.
d. Apabila lidakterdapat dokumen pembanding, maka lakukan konfirmasi ke sumber informasi seperti
tersebut pada Bab IIparagraf 1.4.2.
e. Apabila tidak tersedia data pembanding dari sumber informasi, maka lakukan penilaian dengan
metode yang telahdiuraikan pada Bab. III.
BAB VI
KERTAS KERJA PEMERIKSAAN
I. Kertaskerjahasil persiapanpemeriksaan:
a. Bagan organisasi kepemilikansaham terhadapafiliasinya.
c. Analisa rasio.
d. Identifikasi masalah.
enimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan pemeriksaan di bidang perpajakan, dipandang perlu
menetapkan tatacaranya;
b. bahwa oleh karena ilu, Tala Cara Pemeriksaan di Bidang Perpajakan tersebut ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Keuangan;
lengingat : Pasal 31 Undang-undang..Nomor,.Llahun, 1983 lentang Kelentuan Umum dan Tala Cara
Perpajakan (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3262), sebagaimana lelah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994 (Lembaran
Negara tahun 1994 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor3566).
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
a. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan unluk mencari, mengumpulkan, dan mengolah dala dan/ atau
keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepaluhan pemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkan
ketentuanperaturanperundang-undanganperpajakan;
b. Pemeriksa Pajak adalah Pegawai Negeri Sipildi lingkunganDirektoratJenderal Pajak alau tenaga ahli yang
ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak yang diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab unluk
melaksanakan pemeriksaan di bidang perpajakan;
c. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukansecara teraturunluk mengumpulkan dala dan
informasi yang meliputi keadaan harta, kewajiban atau utang, modal, penghasilan dan biaya seria jumlah
harga perolehan dan penyerahan barang alau jasa yang lerutang maupun yang tidak terulang Pajak
Pertambahan Nilai, yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai dengan tarif 0% (nol persen) dan yang
■dikenakanPajak Penjualan Alas Barang Mewah yang ditutupdengan menyusun laporan keuangan berupa
neracadan perhitungan rugilabapada setiapTahun Pajakberakhir;
4 Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan adalahpembahasan yang dilakukan anlara Pemeriksa Pajakdengan
c. Laporan Pemeriksaan Pajak adalah laporan lenlang hasil pemeriksaan yang disusun oleh Pemeriksa Pajak
secararinci, ringkasdanjelassesuai dengan ruang lingkupdan tujuanpemeriksaan.
BAB II
TUJUAN PEMERIKSAAN
Pasal 2
b. Pemberian Nomor Pengukuhan Pengusaha KenaPajak (NPPKP) dan pengukuhan atau pencabulan
NPPKP;
c. Penentuan besarnyajumlah angsuran pajakdalamsualu Masa Pajak bagi Wajib Pajak Baru;
h. Penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai dan/atau Pajak Penghasilan Pasal
21;
a. Pemeriksaan Lengkap yang dilakukan di tempat Wajib Pajakmeliputi seluruhjenis pajakdan/atau tujuanlain
baik tahun berjalan dan/alau tahun-tahun sebelumnya yang dilakukan dengan menerapkan leknik-teknik
pemeriksaan yang lazimdigunakan dalampemeriksaan pada umumnya.
BAB IV
NORMA PEMERIKSAAN
Pasal 4
eriKsaan dilakukan dengan berpedoman pada Norma Pemeriksaan yang berkaitan dengan Pemeriksa Pajak,
f
isriksaandan Wajib Pajak.
Pasal 5
¡Jorma Pemeriksaan yang berkaitan dengan Pemeriksa Pajak dalam rangka Pemeriksaan Lapangan adalah
ebagai berikut:
•
■
a. Pemeriksa Pajak harus memiliki Tanda Pengenal Pemeriksa dan dilengkapi dengan Surat Perintah
Pemeriksaan pada waktu melakukan pemeriksaan;
i
Pemeriksa Pajak wajib memberitahukan secara tertulis lenlang akan dilakukan pemeriksaan kepada
Wajib Pajak;
Pemeriksa Pajak wajib memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa dan Surat Perintah Pemeriksaan
kepadaWajib Pajak;
fC:\Program%20Files\M UC\TaxGuidc\625 K M K .04 1994 24/06/2004
Analisis
Pemeriksa Pajak wajib menjelaskan transfer...,
maksud dan Sugeng
tujuanMukti Wibowo,
pemerik FH UI,W2008
saan kepada ajib Pajak yang akan
alau pencatatan dan petunjuk lainnya mengenai pemenuhan kewajiban perpajakan sehubungan dengan
pemeriksaaan yang dilakukan dengan pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan agar
penyelenggaraan pembukuan atau pencatatan dan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam tahun
tahun selanjutnya dilaksanakansesuai dengan ketentuanyang berlaku;
li. Pemeriksa wajib mengembalikan buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen pendukung lainnya yang
dipinjamdari Wajib Pajak palinglambatempat belas hari sejakselesainya pemeriksaan;
i. Pemeriksa Pajak dilarang memberitahukan kepada pihak lain yang tidak berhak segala sesuatu yang
diketahui ataudiberitahukan kepadanya olehWajib Pajakdalamrangka pemeriksaan.
[2) Norma Pemeriksaan yang berkaitan dengan Pemeriksa Pajak dalam rangka Pemeriksaan Kantor adalah
sebagai berikut:
a. Pemeriksa Pajak, dengan menggunakan surat panggilan yang ditandatangani oleh Kepala Kantor yang
bersangkutan, memanggil Wajib Pajak untuk datang ke kantor Direktorat Jenderal Pajak yang ditunjuk
dalam rangka pemeriksaan;
b. Pemeriksa^ Pajak wajib menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan kepada Wajib Pajak yang akan
diperiksa;'
d. Pemeriksa Pajak wajib memberitahukan secara tertuliskepada Wajib Pajak tentang hasil pemeriksaan
berupa hal-halyang berbeda antaraSuratPemberitahuandengan hasil pemeriksaan;
e. Pemeriksa Pajak wajib memberi petunjuk kepada Wajib Pajak mengenai penyelenggaraan pembukuan
atau pencatatan dan petunjuk lainnya mengenai pemenuhan kewajiban perpajakan sehubungan dengan
pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan agar penyelenggaraan pembukuan atau pencatatan dan
pemenuhan kewajiban perpajakan dalam tahun-tahun selanjutnya dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku;
f. Pemeriksa wajib mengembalikan buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen pendukung lainnya yang
dipinjamdari Wajib Pajak palinglambattujuhhari sejakselesainyapemeriksaan;
g. Pemeriksa Pajak dilarang memberitahukan kepada pihak lain yang tidak berhak segala sesuatu yang
diketahui atau diberitahukan kepadanya olehWajib Pajakdalamrangka pemeriksaan.
Pasal G
b. Pemeriksaan dilaksanakan di kantor Pemeriksa Pajak, di kantor Wajib Pajak atau di kantor lainnya atau di
pabrik atau di tempat usaha atau di tempat tinggal atau di tempat lain yang diduga ada kaitannya dengan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak ataudi tempatlainyang ditentukanoleh DirekturJenderal
Pajak;
file://r\T>rO g i a m % 2 0 F i l e s \ M U C \ T a x G u i d c \ 6 2 5 _ K M K . 0 4 _ _ l 9 9 4 24/06/2004
c. Hasil Pemeriksaan Lapangan yang seluruhnya disetujui Wajib Pajak, dibuatkan surat pernyataan tentang
persetujuannya dan ditandatangani olehWajib Pajakyangbersangkutan;
‘ f. Terhadap temuan dalamPemeriksaan Lengkap yang tidakatau tidakseluruhnya disetujui oleh Wajib Pajak,
dilakukanPembahasan AkhirHasil Pemeriksaan;
g. Berdasarkan Laporan Pemeriksaan Pajak, diterbitkan Surai Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan .Pajak
sepanjang tidakdilanjutkandengan tindakanpenyidikan.
; , Pasal 7
|a. Dalam hal Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak berhak meminta kepada Pemeriksa untuk memperlihatkan
SuratPerintah Pemeriksaan dan Tanda Pengenal Pemeriksa;
b. Wajib Pajak berhak meminta kepada Pemeriksa Pajak untukmemberikan penjelasan tentang maksud dan
tujuanpemeriksaan;
c. Dalam hal Pemeriksaan Kantor, Wajib Pajak wajib memenuhi panggilan untuk datang menghadiri
pemeriksaan sësuai dengan waktuyang ditentukan;
e. Dalam hal Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak wajib menandatangani surai pernyataan persetujuan
apabilaseluruh hasil pemeriksaandisetujuinya;
f. Dalam hal Pemeriksaan Lengkap, Wajib Pajak wajib menandatangani Berita Acara hasil pemeriksaan
apabila hasil pemeriksaan tersebut tidakatautidakseluruhnyadisetujui;
'g. Wajib Pajak wajib memenuhi permintaan peminjaman buku-buku, calatan-catalan, dan dokumen-dokumen
yang diperlukan untuk kelancaran pemeriksaan dalamjangka waktu paling lama tujuh hari sejak tanggal
surat permintaan dan apabila permintaan tersebut tidakdipenuhi oleh Wajib Pajak,maka jumlah pajak yang
terutangdapatdihitungsecarajabatan;
;
¡h. Dalam rangka pelaksanaan pemeriksaan, Wajib Pajak wajib melaksanakan ketentuan sebagaimana diatur
dalamPasal 28, Pasal 29 dan Pasal 30 Undaogrundang.Nomor§Tahun 1983tentang Ketentuan Umum dan
TataCara Perpajakan sebagaimana telahdiubahdengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994.
K Pasal 8
^laksanaan Pemeriksaan didasarkan pada Pedoman Pemeriksaan Pajak yang meliputi Pedoman Umum
Emsriksaan Pajak, Pedoman Pelaksanaan Pemeriksaan Pajakdan Pedoman Laporan Pemeriksaan Pajak.
B' Pasal 9
; a. Pemeriksaan dilaksanakan oleh Pemeriksa Pajak yang lelah mendapatkan pendidikan teknis yang cukup
| dan memiliki keterampilan sebagai Pemeriksa Pajak;
b. Pemeriksa Pajak harus bekerja dengan jujur, bertanggung jawab, penuh pengabdian, bersifat terbuka,
sopan dan obyektif sertawajib menghindarkan diridari perbuatan tercela;
c. Pemeriksaan harus dilakukan oleh Pemeriksa Pajak dengan menggunakan keahliannya secara cermat dan
seksama serta memberikan gambaran yang sesuai dengan keadaan sebenarnya tentang
Wajib Pajak;
■ d. Temuan hasil pemeriksaan diluangkan dalam kerlas kerja Pemeriksaan sebagai bahan unluk menyusun
Laporan Pemeriksaan Pajak.
Pasal 10
i
’elaksanaan pemeriksaan harus didahului dengan persiapan yang baik, sesuai dengan tujuanpemeriksaan,
landengan pengawasan yang seksama;
.uas pemeriksaan ditentukan berdasarkan petunjukyang diperoleh, yang harus dikembangkan dengan bukti
rang kuat dan berkaitan mela
i!?://C:\ProBiam%20Filcs\M lui pencocokan dat
UC\TaxGuidc\625 a, pK.04_
KM engam1994
alan, tanya jawab, dan tindakan lain berkenaan
24/06/2004
Jengan pemeriksaan;
Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008
pemeriksaan.
BAB V
PELAKSANAAN PEMERIKSAAN
Pasal 12
memasuki lempal atau ruangan yang diduga merupakan (empat menyimpan dokumen,uang, barang
! yang dapat memberi petunjuk tentang keadaan usaha Wajib Pajak dan/alau tempal-tempal lain yang
j dianggap penling sertamelakukanpemeriksaanditempat-tempattersebut;
melakukan penyegelan tempat atau ruangan tersebut pada hurufd, apabilaWajib Pajak atauwakil atau
kuasanya tidak memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan dimaksud, atau tidak
adatempat pada saat pemeriksaan dilakukan;
I
ataumedia kompulerdan perangkatelektronikpengolahdatalainnya;
; meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari Wajib Pajak yang diperiksa;meminta keterangan
i dan/atau bukti-bukti yang diperlukan dari pihak ketigayang mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak
‘yangdiperiksa.
peminjaman buku-buku dan lain-lainsebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurufb dan huruf f, dan ayat
anifa, dan d diberikan landa bukti peminjaman yang menyebutkan secara rinci dan,jelas mengenai jenis
[jumlahnya.
iarapenyegelan sebagaimana dimaksudpada ayal (1) hurufe, ditetapkanolehDirekturJenderal Pajak.
f
‘ Pasal 13
i
!apada saat dilakukan Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak atau wakil atau kuasanya tidak ada di
3*maka pemeriksaan lelap dapat dilaksanakan sepanjang ada pihak yang dapat dan mempunyai
iangan untuk bertindak selaku yang mewakili Wajib Pajak, terbalas untuk hal yang ada dalam
¿ngannyadan selanjutnya pemeriksaanditunda untukdilanjutkanpada kesempatan berikutnya.
^0Biani% 20r-iIes\M U C \TaxG uidc\625_K M K .04_l994 24/06/2004
Analisis transfer..., Sugeng Mukti Wibowo, FH UI, 2008
IUntuk keperluan pengamanan pemeriksaan, maKa sebelum pemeriksaan lapangan ditunda,pemeriksa Pajak
dapal melakukanpenyegelansebagaimana dimaksuddalamPasal 12ayal (1) hurufe.
IApabila pada saat Pemeriksaan Lapangan dilanjutkan setelah dilakukan penundaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Wajib Pajak atau wakil atau kuasanya tidak juga ada di tempat, maka pemeriksaan tetap
dilaksanakan dengan terlebihdahulu meminta pegawai Wajib Pajak yang bersangkutan untuk mewakili Wajib
Pajakguna membantu kelancaranpemeriksaan.
Dalam hal Wajib Pajak atau wakil atau kuasanya tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 29 ayal (3) Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketenluan Umum dan Tata Cara Perpajakan
sebagaimana telah diubati dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun .1994, ia harus menandatangani Surat
PernyataanPenolakan Pemeriksaan.
Dalam hal pegawai Wajib Pajak yang diminta mewakili Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
imenolak untuk membantu kelancaran pemeriksaan, ia harus menandalangani Surat Pernyataan Penolakan
¡Membantu Kelancaran Pemeriksaan.
iDalam hal terjadi penolakan untuk Pemeriksaan atau Supal Pernyataan Penolakan Membantu Kelancaran
:Pemeriksaan atau BeritaAcara Penolakan Pemeriksaanyangditandatangani oleh Pemeriksa.
[Surat.Pernyataan Penolakan Pemeriksaan atau Surat Pernyataan Penolakan Membantu Kelancaran
('Pemeriksaan atau BeritaAcara Penolakan Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), atau ayat (5),
ratau ayal (6) dapat dijadikan dasar untuk penetapan besarnya pajak terutang secara jabatan atau dilakukan
^penyidikan.
Pasal 14
\
'Pemeriksa Pajak membuat Laporan Pemeriksaan Pajak untuk digunakan sebagai dasar penerbilan Surat
IKeletapan Pajak atau Surat Tagihan Pajak atau untuk tujuan lain dalam rangka pelaksanaan ketentuan
[peraturanperundang-undangan perpajakan.
^Penghitungan besarnya pajak yang terutang menurut Laporan Pemeriksaan Pajak yang digunakan sebagai
¡3sarpenerbitan Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajaksebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
jerbedadengan SuratPemberitahuan, diberitahukankepadaWajibPajak.
Pasal 15
Dalam Pemeriksaan Lengkap, pemberian tanggapan atas hasil pemeriksaan dan pembahasan akhir hasil
meriksaan diselesaikandalamwaktu tigaminggusetelahpemeriksaanselesai dilakukan,
palamPemeriksaan Lapangan, pemberian tanggapan atas hasil pemeriksaan dilakukan dalam waktu satu
*"inggusetelahpemeriksaan selesaidilakukan.
DilamPemeriksaan Kantor, hasil pemeriksaandisampaikankepada Wajib Pajak segera setelah pemeriksaan
»selesaidilakukandan tidakmenunggu tanggapanWajibPajak.
^fyabila Wajib Pajak tidak memberikan tanggapan sebagaimana dimaksud pada ayal (2) dan ayat (3) atau
idakmenghadiri pembahasan akhirhasilpemeriksaansebagaimanadimaksud pada ayat(2), SuratKetetapan
?ajak dan/alau Surat Tagihan Pajak diterbitkan secara jabatan berdasarkan hasil pemeriksaan yang
[sampaikankepada WajibPajak.
emberitahuan hasil pemeriksaan kepada Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
iclakdilakukanapabilapemeriksaandilanjutkandenganpenyidikan.
Pasal 16
^ dalam pemeriksaan ditemukan bukli permulaan lentang adanya tindak pidana di bidang perpajakan,
ksaanlelapdilanjutkandan Pemeriksa Pajakmembual LaporanPemeriksaan Pajak.
Pasal 18
'apkan d i : Jakarta
3 tanggal: 27 D esem ber 1994
KEUANGAN,
i
S'IEMUHAMMAD
tfiOgram%20Files\MUC\TaxGiudc\625JCMK..04J994 24/06/20Q/