Etnomatematika Batik Jonegoroan Ditinjau Dari Aspek Literasi Matematis
Etnomatematika Batik Jonegoroan Ditinjau Dari Aspek Literasi Matematis
2
Program Studi Pendidikan Matematika FSTT UNDIKMA ISSN: 2338-3836
http://ojs.ikipmataram.ac.id/index.php/jmpm
Abstract: Mathematical literacy and ethnomatematics are two main ideas to determine the role of
mathematics in everyday life. Mathematical literacy is an idea that focuses on mathematical and social
requirements that can reflect a person's competence in mathematics, while ethno-mathematics emphasizes
the competence of people developed in different cultural groups in everyday life. This research focuses on
the Jonegoroan batik culture (batik typical of Bojonegoro Regency) because no previous researchers have
studied it, especially about ethno-mathematics and mathematical literacy. The purpose of this study was to
describe the ethnomatematic form of Jonegoroan batik in terms of mathematical literacy aspects, namely
aspects of the content, context, and mathematical processes. This type of research is qualitative research
with an ethnographic approach. Data collection was carried out by means of participant observation and
interviews. The instruments used were observation sheets, interview guidelines, and research note sheets.
The data analysis technique used triangulation. The results of this study indicate that based on
ethnomatematic studies on Jonegoroan batik, several mathematical concepts can be found, namely the
concept of geometric transformation, two-dimentional figure, and graphs of trigonometric functions. Based
on these studies, the activities carried out by Jonegoroan batik craftsmen fulfill the aspects of mathematical
literacy. Thus, Jonegoroan batik can be used as a medium for learning mathematics.
Abstrak: Literasi matematis dan etnomatematika merupakan dua gagasan utama untuk mengetahui peran
matematika dalam kehidupan sehari-hari. Literasi matematis merupakan gagasan yang berfokus pada
persyaratan matematika dan sosial yang dapat mencerminkan kompetensi seseorang dalam matematika,
sementara etnomatematika menekankan kompetensi orang yang dikembangkan dalam kelompok budaya
yang berbeda dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini berfokus pada budaya batik Jonegoroan (batik
khas Kabupaten Bojonegoro) karena belum ada peneliti terdahulu yang mengkajinya terlebih tentang
etnomatematika dan literasi matematis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk
etnomatematika pada batik Jonegoroan ditinjau dari aspek literasi matematis yaitu aspek konten, konteks,
dan proses matematika. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi partisipan dan wawancara. Instrumen yang digunakan
adalah lembar observasi, pedoman wawancara, dan lembar catatan penelitian. Teknik analisis data
menggunakan triangulasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan kajian etnomatematika
pada batik Jonegoroan dapat ditemukan beberapa konsep matematika yaitu konsep transormasi geometri,
bangun datar, dan grafik fungsi trigonometri. Berdasarkan kajian tersebut, aktivitas yang dilakukan oleh
pengrajin batik Jonegoroan memenuhi aspek literasi matematis. Dengan demikian, batik Jonegoroan dapat
digunakan sebagai media pembelajaran matematika.
PENDAHULUAN
Dewasa ini, pembelajaran matematika terasa kering, teoretis, bersifat semu , dan
kurang kontekstual yang mana mengakibatkan pembelajaran kurang bervariasi sehingga
mempengaruhi orang untuk belajar matematika, terlebih pembelajaran matematika di
lembaga pendidikan formal cenderung formal, kaku, dan hanya bicara mengenai angka
(Masamah, 2018). Dalam memecahkan masalah yang dihadapi, manusia seringkali
menggunakan matematika (Anas, Nissa, dan Abidin. 2017). Namun, Siregar (2019)
16
Media Pendidikan Matematika Susanti & Budiarto
mengatakan bahwa matematika memiliki objek yang bersifat abstrak dan karena
keabstrakan tersebut membuat siswa mengalami kesulitan dalam mempelajarinya
sehingga diperlukan penguatan terhadap peran matematika yang ada pada kehidupan
sehari-hari. Pentingnya penguatan terhadap peran matematika menunjukkan bahwa
pendidikan matematika merupaan suatu fondasi ilmu pengetahuan yang penting dalam
pendidikan (Umay, 2003).
Peran matematika secara fungsional dalam konteks kehidupan sehari-hari yang
mengacu pada kemampuan individu untuk merespon kebutuhan dan hambatan
masyarakat yang diberikan dikenal sebagai konsepsi literasi matematis (Jablonka, 2003).
Tujuan utama literasi matematis adalah melihat dunia melalui matematika, sehingga
literasi menempatkan matematika sebagai aktivitas berpikir tingkat tinggi yang
menyangkut kemampuan pemecahan masalah (Jablonka, 2003). Seseorang yang
mempelajari matematika dimungkinkan untuk memiliki dan mengembangkan
kemampuan berpikir secara kritis dan sistematis dalam memaknai suatu situasi melalui
matematisasi dan pemodelan matematika. Karena pemanfaatan matematika secara teoritis
dan aplikatif merupakan tuntutan dalam masyarakat (Fathani, 2016).
Aspek yang dapat digunakan sebagai acuan dalam mengukur literasi matematis
terdiri atas aspek konten, konteks, dan proses matematika (OECD, 2019). Beberapa
indikator yang dapat digunakan untuk mencermati proses literasi matematis (OECD,
2019) adalah merumuskan situasi secara matematis (formulate); menerapkan konsep,
fakta, prosedur, dan penalaran matematika (employe); serta menafsirkan, menerapkan,
dan mengevaluasi hasil matematika (interprete). Langkah selanjutnya yang dapat
digunakan dalam mengidentifikasi kapasitas literasi matematis adalah aspek konten
literasi matematis. Konten matematika yang terkait erat dengan literasi terdiri atas : (1)
Perubahan & hubungan; (2) ruang & bentuk; (3) kuantitas; dan (4) peluang & data
(OECD, 2019). Aspek selanjutnya yaitu konteks literasi matematis. Konteks yang
digunakan bisa bersifat parsial maupun integral, bergantung pada proses dan konten
literasi yang dapat diidentifikasi. Konteks yang dimaksudkan dalam literasi matematis
terdiri dari pribadi, pekerjaan, sosial, dan ilmiah (OECD, 2019).
Bishop (1994) mengemukakan bahwa matematika sebagai bagian dari
pengetahuan, perkembangannya tidak terlepas dari perkembangan budaya. Peran
matematika dalam menyelesaikan maslah sehari-hari dan budaya sebagai suatu kesatuan
yang utuh dan berlaku dalam masyarakat mengaibatkan matematika dan budaya
merupakan dua hal yang tida bisa dihindari dalam kehidupan sehari-hari (Budiarto, 2016).
Percampuran antara budaya, matematika, dan pendidikan sering kali dinamakan
etnomatematika (Walle, 2008). Matematika dapat lahir dan digali dari budaya, dengan
demikian dapat digunakan sebagai sumber untuk mengajarkan matematika kontekstual
yang dapat dijumpai di lingkungan sekitar siswa, hal ini semakin memperjelas bahwa
antara matematika dan budaya saling berkaitan (Hardiarti, 2017). Dengan adanya konsep
etnomatematika dapat memberikan kontribusi yang besar dalam meningkatkan
pembelajaran matematika yaitu dengan mengaitkan pengalaman siswa dalam kehidupan
17
Media Pendidikan Matematika Desember 2020 Vol. 8, No. 2
sehari-hari yang berkaitan dengan budaya setempat dengan konsep matematika yang
dipelajari agar siswa lebih memahami konsep tersebut (Sulistyani, dkk. 2019).
Etnomatematika dan literasi matematis merupakan dua gagasan utama yang dapat
digunakan untuk mengetahui peran matematika dalam kehidupan sehari-hari, yang mana
etnomatematika menekankan kompetensi orang yang dikembangkan dalam kelompok
budaya yang berbeda dalam kehidupan sehari-hari sementara literasi matematis
merupakan gagasan yang berfokus pada persyaratan matematika dan sosial yang dapat
mencerminkan kompetensi seseorang dalam matematika (Wedege, 2010). Hardiarti
(2017) mengatakan bahwa objek etnomatematika dapat berupa objek budaya dalam
masyarakat tertentu yang mengandung konsep matematika contohnya dapat berupa
artefak, permainan tradisional, batik, dan wujud kebudayaan lain.
Indonesia memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika, tidak dapat dipungkiri
bahwa kekayaan budaya Indonesia sangat beragam mulai dari kesenian, pakaian, bentuk
bangunan, bahasa daerah, batik, ukiran, adat-istiadat, agama, dan lain sebagainya (Ulum,
Budiarto, dan Ekawati. 2018). Unsur-unsur dari kebudayaan tersebut dapat dirinci dalam
kategori subunsur yang saling berkaitan yaitu dalam suatu sistem budaya dan sosial,
diantaranya: (1) Sistem dan organisasi kemasyarakatan; (2) Sistem religi dan upacara
keagamaan; (3) Sistem mata pencaharian; (4) Sistem (ilmu) pengetahuan; (5) Sistem
teknologi dan peralatan; (6) Bahasa; dan (7) Kesenian (Koentjaraningrat, 1974).
Bojonegoro merupakan suatu daerah di Indonesia yang memiliki kesenian unggulan yaitu
batik Jonegoroan. Motif batik Jonegoroan sangat unik, hal tersebut yang membedakannya
dengan motif batik lain di Indonesia (Mirawati, 2014). Motif merupakan sebuah kreasi
manusia untuk menuangkan ekspresi juga gejala alam dengan bentuk-bentuk yang
bermakna dan mempunyai arti sehingga dapat dipahami dan juga disetujui oleh
masyarakat tertentu (Thantowy, 2015).
Penelitian terkait dengan hubungan literasi matematis dan etnomatematika masih
sedikit yang melakukan, sebagai contoh penelitian yang dilakukan oleh (Hanum, Mujib,
dan Firmansyah. 2020) yang melakukan analisis terhadap peningkatan kemampuan
literasi matematis antara siswa laki-laki dan siswa perempuan dalam menyelesaikan soal
etnomatematika Gordang Sambilan. Dan juga penelitian yang dilakukan oleh (Kehi,
Zaenuri, dan Waluya. 2019) yang mengkaji kontribusi etnomatematika sebagai masalah
kontekstual dalam mengembangkan literasi matematika. Sehingga dalam penelitian ini,
adanya pijakan berbeda dalam melakukan kajian terhadap literasi matematis dan
etnomatematika yaitu dengan mengkaji aspek proses, konten, dan konteks matematika
untuk menentukan relevansi literasi matematis dengan bentuk etnomatematika pada batik
Jonegoroan.
Pemilihan batik Jonegoroan sebagai objek penelitian karena motifnya yang unik
menggambarkan potensi dari Bojonegoro dan dipersepsikan dalam beberapa motif batik
tersebut terdapat berbagai konsep matematika yang dapat digunakan sebagai inovasi
pembelajaran matematika kontekstual. Selain itu belum adanya peneliti terdahulu yang
mengkaji hal tersebut khususnya dalam perspektif etnomatematika dengan dikaitkan pada
literasi matematis. Terlebih, untuk batik Jonegoroan sendiri merupakan kesenian yang
18
Media Pendidikan Matematika Susanti & Budiarto
kemunculannya tergolong baru di Bojonegoro sehingga perlu adanya cara agar batik
tersebut lebih dikenal oleh masyarakat luas. Berdasarkan penelitian terdahulu, telah
dilakukan penelitian oleh Zayyadi (2017) tentang etnomatematika pada batik Madura
dengan hasil bahwa ditemukan berbagai unsur matematika pada batik tersebut. Dengan
dilakukannya penelitian ini, peneliti berharap untuk dapat memberikan implikasi yang
baik yaitu memberi inovasi baru dalam pembelajaran matematika secara kontekstual
berbasis budaya Jonegoroan khususnya batik Jonegoroan.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka tujuan dari penelitian ini untuk
mendeskripsikan bentuk etnomatematika pada batik Jonegoroan ditinjau dari aspek
literasi matematis yaitu aspek konten, konteks, dan proses matematika.
METODE
Pada penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif
dengan pendekatan etnografi. Penggunaan penelitian kualitatif dimaksudkan agar peneliti
dapat melakukan penelitian secara langsung di lapangan, yaitu dengan mencatat apa yang
terjadi, melakukan analisis reflektif terhadap dokumen yang ditemukan saat di lapangan,
dan juga membuat laporan secara lengkap dan terperinci (Ulum, Budiarto, dan Ekawati.
2018). Sedangkan menurut Koeswinarno (2015), pendekatan penelitian etnografi adalah
suatu kegiatan untuk menggambarkan, menjelaskan, dan menganalisis unsur kebudayaan
suatu masyarakat atau suku bangsa dengan tujuan utama untuk memahami suatu
pandangan hidup dari penduduk asli.
Subjek (informan) pada penelitian ini adalah seorang pengrajin batik Jonegoroan
perempuan, juga seorang perintis wisata edukasi batik Jonegoroan dengan nama “Rumah
Batik Ringintunggal” yang selama 2 tahun menekuni usaha batik. Pemilihan subjek
tersebut didasarkan atas syarat-syarat pemilihan informan pada penelitian etnografi
sebagaimana pendapat Spradley (1997) yaitu: (1) enkulturasi penuh, (2) keterlibatan
langsung, (3) suasana budaya yang tidak dikenal, (4) waktu yang cukup, dan (5) non-
analitis.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini mengadopsi desain penelitian
etnografi. Pengumpulan data dalam penelitian etnografi terdiri atas observasi partisipan
dan wawancara (Fraenkel, Wallen, dan Hyun. 2011). Pada penelitian kualitatif dengan
pendekatan etnografi, peneliti sendiri yang bertindak sebagai instrumen utama (human
instrument). Untuk membantu instrumen utama dalam pengumpulan data, maka perlu
adanya instrumen pendukung. Adapun instrumen pendukung dalam penelitian ini yaitu
lembar observasi, pedoman wawancara, dan lembar catatan penelitian. Lembar observasi
dimaksudkan agar peneliti dapat melakukan pengamatan secara langsung terhadap batik
Jonegoroan dengan penekanan untuk meneliti detail setiap motifnya kemudian dianalisis
unsur matematika yang terkandung dalam motif tersebut dan dikaitkan dengan literasi
matematis budaya setempat. Kemudian pedoman wawancara digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian berupa informasi-informasi terkait objek yang diteliti
yang didapat dari informan sehingga lebih akurat. Sedangkan untuk lembar catatan
penelitian ini berupa catatan pribadi dari peneliti yang sebelumnya tidak direncanakan
19
Media Pendidikan Matematika Desember 2020 Vol. 8, No. 2
20
Media Pendidikan Matematika Susanti & Budiarto
Motif batik Jonegoroan yang tercipta tersebut senantiasa juga memiliki makna
filosofis yang digambarkan oleh pembuatnya. Berikut adalah beberapa bentuk
etnomatematika pada motif batik Jonegoroan.
Pengaplikasian Konsep Transformasi Geometri
Untuk membangun kemampuan penalaran geometri, kemampuan spasial, dan
memperkuat pembuktian matematika dibutuhkan pengetahuan trentang transformasi
geometri (Edward, 1997). Adapun beberapa tipe dari transformasi geometri yang harus
dipelajari oleh siswa diantaranya adalah translasi, refleksi, rotasi, dan juga dilatasi (Yanti
& Saleh. 2019). Berikut adalah beberapa konsep transformasi geometri yang
diaplikasikan dalam motif batik Jonegoroan beserta makna filosofis yang terkandung
dalam motif tersebut.
(1) Motif Parang Dahana Munggal
A
𝑔 B
21
Media Pendidikan Matematika Desember 2020 Vol. 8, No. 2
2
1
3 A
2
Sb x 3
22
Media Pendidikan Matematika Susanti & Budiarto
Sb y
A B
𝐴!
90° 𝐵!
Sb x
Gambar 5. Motif Pada Batik Sekar Jati Dan Sketsa Hasil Rotasinya
Aktivitas yang dilakukan oleh pembatik dalam membuat motif tersebut dimulai
dengan membentuk pola atau cetakan motif kemudian menjiplaknya pada kain yang sudah
disediakan. Hanya dengan satu cetakan yang dibuat, pembatik dapat membentuk kedua
motif tersebut, baik motif A maupun B yaitu dengan memutar pola motif dari posisi awal
kearah posisi yang dikehendaki. Sehingga dalam aktivitas tersebut, pembatik telah
mengaplikasikan konsep rotasi.
(3) Motif Rancak Thengul
A 𝑚
B
23
Media Pendidikan Matematika Desember 2020 Vol. 8, No. 2
l p
p
l
Dengan demikian, motif belimbing lining lima dapat dijadikan media pembelajaran
matematika kontekstual yang berkaitan dengan bangun persegipanjang karena bentuk
motifnya yang menyerupai bangun persegipanjang.
24
Media Pendidikan Matematika Susanti & Budiarto
s s
𝒅𝟏
s s
𝒅𝟐
Gambar 11. Motif Mliwis Mukti Dan Sketsa Bangun Belah Ketupat
Belah ketupat merupakan suatu jajar genjang yang mana sisi-sisi yang saling
berdekatan kongruen (Mulyati, 2010).
!
Rumus: Luas belah ketupat :L= "
× 𝒅𝟏 × 𝒅𝟐
Dengan demikian, motif mliwis mukti dapat dimanfaatkan sebagai media untuk
mengembangkan bahan ajar atau lembar kerja siswa yaitu dengan cara mengambil
capture gambar motif ini untuk mendukung penjelasan soal atau materi yang berkaitan
dengan bangun belah ketupat.
Pengaplikasian Grafik Fungsi Trigonometri (Sinus dan Cosinus)
Grafik fungsi trigonometri umumnya menjadi topik yang kurang disukai siswa
karena rendahnya tingkat pemahaman siswa pada materi tersebut (Saragih & Afriati,
2012). Grafik fungsi trigonometri khususnya fungsi sinus dan cosinus terdapat dalam
motif batik Jonegoroan sebagai berikut.
25
Media Pendidikan Matematika Desember 2020 Vol. 8, No. 2
Sb 𝑥 Sb 𝑥
𝑦 = cos 𝑥 𝑦 = sin 𝑥
Sb 𝑦 Sb 𝑦
Gambar 13. Hasil Sketsa Geogebra Grafik Fungsi 𝑦 = 𝑠𝑖𝑛 𝑥 Dan 𝑦 = 𝑐𝑜𝑠 𝑥
26
Media Pendidikan Matematika Susanti & Budiarto
dinyatakan dalam berbagai simbol aljabar, bentuk geometris, grafik, dan tabel. Yang
mana setiap representasi simbol memiliki tujuan dan sifatnya masing-masing. (2)
Pengaplikasian Konsep Bangun datar pada Batik Jonegoroan termasuk dalam konten
ruang & bentuk. Konten ini berkaitan dengan pokok pelajaran geometri. Soal yang
berkaitan dengan konten ruang dan bentuk digunakan untuk menguji kemampuan siswa
dalam mengenali bentuk, mengenali ciri-ciri suatu benda dalam hubungannnya dengan
posisi benda tersebut, serta mencari persamaan dan perbedaan dalam berbagai dimensi
dan representasi bentuk.
Berdasarkan hasil penelitian bentuk etnomatematika yang relevan dengan aspek
proses literasi matematis ditampilkan pada tabel berikut ini.
27
Media Pendidikan Matematika Desember 2020 Vol. 8, No. 2
konteks ilmiah yaitu pengaplikasian konsep transformasi geometri, bangun datar, dan
grafik fungsi trigonometri.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam budaya batik Jonegoroan
mengaplikasikan berbagai bentuk etnomatematika dalam aktivitas yang dilakukan
pembuatnya. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh oleh Zayyadi
(2017) tentang eksplorasi etnomatematika pada batik Madura. Namun demikian, pada
penelitian tersebut tidak mengkaitkan hasil penelitian etnomatematika yang dihasilkan
dengan aspek literasi matematis seperti halnya penelitian ini.
Saran
Berdasarkan keterbatasan penelitian, implikasi penelitian, dan kesimpulan maka
peneliti memberikan beberapa saran kepada semua pihak yang berkepentingan secara
akademis maupun praktis. Untuk guru, hasil dari literasi matematis yang dihasilkan
berdasarkan bentuk etnomatemtika pada budaya batik Jonegoroan ini dapat dijadikan
rujukan untuk mengorganisir masalah kontekstual dalam dunia nyata yang kemudian
diubah ke dalam manipulasi simbol dan konsep matematis dalam pembelajaran
matematika di sekolah. Sehingga, peneliti menyarankan agar guru matematika untuk
dapat memulai melaksanakan pembelajaran matematika berdasarkan bentuk-bentuk
etnomatematika yang ada di sekitar lingkungan mereka. Sedangkan saran untuk peneliti
selanjutnya, dapat melakukan penelitian dengan mengembangkan perangkat
pembelajaran matematika kontekstual berbasis batik Jonegoroan sehingga manfaat
penelitian akan dapat dirasakan secara langsung sebagai media belajar siswa di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
28
Media Pendidikan Matematika Susanti & Budiarto
Anas, W. P., Nissa, I.C., & Abidin, Z. (2017). Pengaruh Penggunaan Model Realistic
Mathematic Education (Rme) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Viii
Smp Negeri 7 Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017. Media Pendidikan
Matematika, 5(1), 57-61.
Asmara, A. S., & Rochmad, W. (2017). Analisis Kemampuan Literasi Matematika Siswa
Kelas X Berdasarkan Kemampuan Matematika. Scholaria, 7(2), 135-142.
Bishop, J. A. (1994). Cultural Conflicts in the Mathematics Education of Indigenous
People. Clyton, Viktoria: Monash University.
Budiarto, M. T. (2016, 28 Mei). Peran Matematika dan Pembelajarannya Dalam
Mengembangkan Kearifan Budaya Lokal Mendukung Pendidikan Karakter
Bangsa. Dipresentasikan pada Seminar Nasional 2016 Program Studi Pendidikan
Matematika Universitas Madura, Madura. https://docplayer.info/51301807-
Prosiding-seminar-nasional-pendidikan-matematika-2016-prodi-pendidikan-
matematika-fkip-universitas-madura.html.
Creswell, J. W. (2012). Educational Research: Planning, Conducting and evaluating
Quantitative and Qualitative Research (4th ed). Pearson education, Inc.
Dewantara, A. H. (2019). Analisis Konten Buku Teks Matematika K-13 Terkait Potensi
Pengembangan Literasi Matematis. Didaktika: Jurnal Kependidikan, 13(2), 112-
130.
Fathani, A. H. (2016). Pengembangan Literasi Matematika Sekolah Dalam Perspektif
Multiple Intelligences. EduSains, 4(2), 136-150.
Fraenkel, J. R., Wallen, N. E., & Hyun, H. H. (2011). How to design and evaluate
research in education. New York: McGraw-Hill Humanities/Sosial
Sciences/Languages.
Hanum, A., Mujib, A., Firmansyah. (2020). Literasi Matematis Siswa Menggunakan
Etnomatematika Gordang Sambilan. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, 2(5),
173-184.
Hardiarti, S. (2017). Etnomatematika: Aplikasi Bangun Datar Segiempat Pada Candi
Muaro Jambi. Aksioma, 8(2), 99-110.
Jablonka, E. (2003). Mathematical Literacy. Second International Handbook of
Mathematics Education, 10, 75–102.
Kehi, Y. J., Zaenuri., & Waluya, B. (2019). Kontribusi Etnomatematika Sebagai Masalah
Kontekstual Dalam Mengembangkan Literasi Matematika. Prisma, 2, 190-196.
Khikmiyah, F., & Midjan. (2016). Pengembangan Buku Ajar Literasi Matematika Untuk
Pembelajaran Di Smp. Jurnal Silogisme: Kajian Ilmu Matematika dan
Pembelajarannya, 2(1), 15-26.
Koentjaraningrat (Redaksi). (1974). Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta:
Gramedia.
Koeswinarno. (2015). Memahami Etnografi Ala Spradley. Jurnal SMaRT, 1(2), 257-265.
Kusumawardani, D. R., Wardono., Kartono. (2018). Pentingnya Penalaran Matematika
dalam Meningkatkan Kemampuan Literasi Matematika. Prisma, 1, 588-595.
Masamah, U. (2018). Pengembangan Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan
Etnomatematika Berbasis Budaya Lokal Kudus. Jurnal Pendidikan Matematika,
2(1),124-144.
Mirawati, A. (2014). Perkembangan Motif Batik Jonegoroan Kabupaten Bojonegoro
Tahun 2009-2013 dan Nilai Pendidikannya. Malang: Fakultas Ilmu Sosial, UM.
Mulyati, S. (2010). Geometri Euclid (Individual Textbook). Malang: Universitas Negeri
Malang.
29
Media Pendidikan Matematika Desember 2020 Vol. 8, No. 2
30