0% found this document useful (0 votes)
26 views

Etnomatematika Batik Jonegoroan Ditinjau Dari Aspek Literasi Matematis

1) The document discusses ethnomathematics in Jonegoroan batik from the aspect of mathematical literacy. It aims to describe the ethnomathematical form of Jonegoroan batik in terms of mathematical literacy aspects. 2) Through an ethnographic study using observation and interviews, the researchers found several mathematical concepts in Jonegoroan batik crafting activities, such as geometric transformations, two-dimensional figures, and trigonometric function graphs. 3) The study concludes that the activities of Jonegoroan batik craftsmen fulfill the aspects of mathematical literacy. Therefore, Jonegoroan batik can be used as a medium for mathematics learning.

Uploaded by

ahmad syifa
Copyright
© © All Rights Reserved
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
26 views

Etnomatematika Batik Jonegoroan Ditinjau Dari Aspek Literasi Matematis

1) The document discusses ethnomathematics in Jonegoroan batik from the aspect of mathematical literacy. It aims to describe the ethnomathematical form of Jonegoroan batik in terms of mathematical literacy aspects. 2) Through an ethnographic study using observation and interviews, the researchers found several mathematical concepts in Jonegoroan batik crafting activities, such as geometric transformations, two-dimensional figures, and trigonometric function graphs. 3) The study concludes that the activities of Jonegoroan batik craftsmen fulfill the aspects of mathematical literacy. Therefore, Jonegoroan batik can be used as a medium for mathematics learning.

Uploaded by

ahmad syifa
Copyright
© © All Rights Reserved
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 15

Media Pendidikan Matematika Desember 2020, Vol. 8, No.

2
Program Studi Pendidikan Matematika FSTT UNDIKMA ISSN: 2338-3836
http://ojs.ikipmataram.ac.id/index.php/jmpm

ETNOMATEMATIKA BATIK JONEGOROAN DITINJAU DARI


ASPEK LITERASI MATEMATIS

Seftyana Ayu Susanti1, Mega Teguh Budiarto2


1,2
Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Negeri Surabaya
Email: [email protected]

Abstract: Mathematical literacy and ethnomatematics are two main ideas to determine the role of
mathematics in everyday life. Mathematical literacy is an idea that focuses on mathematical and social
requirements that can reflect a person's competence in mathematics, while ethno-mathematics emphasizes
the competence of people developed in different cultural groups in everyday life. This research focuses on
the Jonegoroan batik culture (batik typical of Bojonegoro Regency) because no previous researchers have
studied it, especially about ethno-mathematics and mathematical literacy. The purpose of this study was to
describe the ethnomatematic form of Jonegoroan batik in terms of mathematical literacy aspects, namely
aspects of the content, context, and mathematical processes. This type of research is qualitative research
with an ethnographic approach. Data collection was carried out by means of participant observation and
interviews. The instruments used were observation sheets, interview guidelines, and research note sheets.
The data analysis technique used triangulation. The results of this study indicate that based on
ethnomatematic studies on Jonegoroan batik, several mathematical concepts can be found, namely the
concept of geometric transformation, two-dimentional figure, and graphs of trigonometric functions. Based
on these studies, the activities carried out by Jonegoroan batik craftsmen fulfill the aspects of mathematical
literacy. Thus, Jonegoroan batik can be used as a medium for learning mathematics.

Keywords: ethnomatematics, jonegoroan batik, mathematical literacy

Abstrak: Literasi matematis dan etnomatematika merupakan dua gagasan utama untuk mengetahui peran
matematika dalam kehidupan sehari-hari. Literasi matematis merupakan gagasan yang berfokus pada
persyaratan matematika dan sosial yang dapat mencerminkan kompetensi seseorang dalam matematika,
sementara etnomatematika menekankan kompetensi orang yang dikembangkan dalam kelompok budaya
yang berbeda dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini berfokus pada budaya batik Jonegoroan (batik
khas Kabupaten Bojonegoro) karena belum ada peneliti terdahulu yang mengkajinya terlebih tentang
etnomatematika dan literasi matematis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk
etnomatematika pada batik Jonegoroan ditinjau dari aspek literasi matematis yaitu aspek konten, konteks,
dan proses matematika. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi partisipan dan wawancara. Instrumen yang digunakan
adalah lembar observasi, pedoman wawancara, dan lembar catatan penelitian. Teknik analisis data
menggunakan triangulasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan kajian etnomatematika
pada batik Jonegoroan dapat ditemukan beberapa konsep matematika yaitu konsep transormasi geometri,
bangun datar, dan grafik fungsi trigonometri. Berdasarkan kajian tersebut, aktivitas yang dilakukan oleh
pengrajin batik Jonegoroan memenuhi aspek literasi matematis. Dengan demikian, batik Jonegoroan dapat
digunakan sebagai media pembelajaran matematika.

Kata kunci: etnomatematika, batik jonegoroan, literasi matematis

PENDAHULUAN
Dewasa ini, pembelajaran matematika terasa kering, teoretis, bersifat semu , dan
kurang kontekstual yang mana mengakibatkan pembelajaran kurang bervariasi sehingga
mempengaruhi orang untuk belajar matematika, terlebih pembelajaran matematika di
lembaga pendidikan formal cenderung formal, kaku, dan hanya bicara mengenai angka
(Masamah, 2018). Dalam memecahkan masalah yang dihadapi, manusia seringkali
menggunakan matematika (Anas, Nissa, dan Abidin. 2017). Namun, Siregar (2019)

16
Media Pendidikan Matematika Susanti & Budiarto

mengatakan bahwa matematika memiliki objek yang bersifat abstrak dan karena
keabstrakan tersebut membuat siswa mengalami kesulitan dalam mempelajarinya
sehingga diperlukan penguatan terhadap peran matematika yang ada pada kehidupan
sehari-hari. Pentingnya penguatan terhadap peran matematika menunjukkan bahwa
pendidikan matematika merupaan suatu fondasi ilmu pengetahuan yang penting dalam
pendidikan (Umay, 2003).
Peran matematika secara fungsional dalam konteks kehidupan sehari-hari yang
mengacu pada kemampuan individu untuk merespon kebutuhan dan hambatan
masyarakat yang diberikan dikenal sebagai konsepsi literasi matematis (Jablonka, 2003).
Tujuan utama literasi matematis adalah melihat dunia melalui matematika, sehingga
literasi menempatkan matematika sebagai aktivitas berpikir tingkat tinggi yang
menyangkut kemampuan pemecahan masalah (Jablonka, 2003). Seseorang yang
mempelajari matematika dimungkinkan untuk memiliki dan mengembangkan
kemampuan berpikir secara kritis dan sistematis dalam memaknai suatu situasi melalui
matematisasi dan pemodelan matematika. Karena pemanfaatan matematika secara teoritis
dan aplikatif merupakan tuntutan dalam masyarakat (Fathani, 2016).
Aspek yang dapat digunakan sebagai acuan dalam mengukur literasi matematis
terdiri atas aspek konten, konteks, dan proses matematika (OECD, 2019). Beberapa
indikator yang dapat digunakan untuk mencermati proses literasi matematis (OECD,
2019) adalah merumuskan situasi secara matematis (formulate); menerapkan konsep,
fakta, prosedur, dan penalaran matematika (employe); serta menafsirkan, menerapkan,
dan mengevaluasi hasil matematika (interprete). Langkah selanjutnya yang dapat
digunakan dalam mengidentifikasi kapasitas literasi matematis adalah aspek konten
literasi matematis. Konten matematika yang terkait erat dengan literasi terdiri atas : (1)
Perubahan & hubungan; (2) ruang & bentuk; (3) kuantitas; dan (4) peluang & data
(OECD, 2019). Aspek selanjutnya yaitu konteks literasi matematis. Konteks yang
digunakan bisa bersifat parsial maupun integral, bergantung pada proses dan konten
literasi yang dapat diidentifikasi. Konteks yang dimaksudkan dalam literasi matematis
terdiri dari pribadi, pekerjaan, sosial, dan ilmiah (OECD, 2019).
Bishop (1994) mengemukakan bahwa matematika sebagai bagian dari
pengetahuan, perkembangannya tidak terlepas dari perkembangan budaya. Peran
matematika dalam menyelesaikan maslah sehari-hari dan budaya sebagai suatu kesatuan
yang utuh dan berlaku dalam masyarakat mengaibatkan matematika dan budaya
merupakan dua hal yang tida bisa dihindari dalam kehidupan sehari-hari (Budiarto, 2016).
Percampuran antara budaya, matematika, dan pendidikan sering kali dinamakan
etnomatematika (Walle, 2008). Matematika dapat lahir dan digali dari budaya, dengan
demikian dapat digunakan sebagai sumber untuk mengajarkan matematika kontekstual
yang dapat dijumpai di lingkungan sekitar siswa, hal ini semakin memperjelas bahwa
antara matematika dan budaya saling berkaitan (Hardiarti, 2017). Dengan adanya konsep
etnomatematika dapat memberikan kontribusi yang besar dalam meningkatkan
pembelajaran matematika yaitu dengan mengaitkan pengalaman siswa dalam kehidupan

17
Media Pendidikan Matematika Desember 2020 Vol. 8, No. 2

sehari-hari yang berkaitan dengan budaya setempat dengan konsep matematika yang
dipelajari agar siswa lebih memahami konsep tersebut (Sulistyani, dkk. 2019).
Etnomatematika dan literasi matematis merupakan dua gagasan utama yang dapat
digunakan untuk mengetahui peran matematika dalam kehidupan sehari-hari, yang mana
etnomatematika menekankan kompetensi orang yang dikembangkan dalam kelompok
budaya yang berbeda dalam kehidupan sehari-hari sementara literasi matematis
merupakan gagasan yang berfokus pada persyaratan matematika dan sosial yang dapat
mencerminkan kompetensi seseorang dalam matematika (Wedege, 2010). Hardiarti
(2017) mengatakan bahwa objek etnomatematika dapat berupa objek budaya dalam
masyarakat tertentu yang mengandung konsep matematika contohnya dapat berupa
artefak, permainan tradisional, batik, dan wujud kebudayaan lain.
Indonesia memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika, tidak dapat dipungkiri
bahwa kekayaan budaya Indonesia sangat beragam mulai dari kesenian, pakaian, bentuk
bangunan, bahasa daerah, batik, ukiran, adat-istiadat, agama, dan lain sebagainya (Ulum,
Budiarto, dan Ekawati. 2018). Unsur-unsur dari kebudayaan tersebut dapat dirinci dalam
kategori subunsur yang saling berkaitan yaitu dalam suatu sistem budaya dan sosial,
diantaranya: (1) Sistem dan organisasi kemasyarakatan; (2) Sistem religi dan upacara
keagamaan; (3) Sistem mata pencaharian; (4) Sistem (ilmu) pengetahuan; (5) Sistem
teknologi dan peralatan; (6) Bahasa; dan (7) Kesenian (Koentjaraningrat, 1974).
Bojonegoro merupakan suatu daerah di Indonesia yang memiliki kesenian unggulan yaitu
batik Jonegoroan. Motif batik Jonegoroan sangat unik, hal tersebut yang membedakannya
dengan motif batik lain di Indonesia (Mirawati, 2014). Motif merupakan sebuah kreasi
manusia untuk menuangkan ekspresi juga gejala alam dengan bentuk-bentuk yang
bermakna dan mempunyai arti sehingga dapat dipahami dan juga disetujui oleh
masyarakat tertentu (Thantowy, 2015).
Penelitian terkait dengan hubungan literasi matematis dan etnomatematika masih
sedikit yang melakukan, sebagai contoh penelitian yang dilakukan oleh (Hanum, Mujib,
dan Firmansyah. 2020) yang melakukan analisis terhadap peningkatan kemampuan
literasi matematis antara siswa laki-laki dan siswa perempuan dalam menyelesaikan soal
etnomatematika Gordang Sambilan. Dan juga penelitian yang dilakukan oleh (Kehi,
Zaenuri, dan Waluya. 2019) yang mengkaji kontribusi etnomatematika sebagai masalah
kontekstual dalam mengembangkan literasi matematika. Sehingga dalam penelitian ini,
adanya pijakan berbeda dalam melakukan kajian terhadap literasi matematis dan
etnomatematika yaitu dengan mengkaji aspek proses, konten, dan konteks matematika
untuk menentukan relevansi literasi matematis dengan bentuk etnomatematika pada batik
Jonegoroan.
Pemilihan batik Jonegoroan sebagai objek penelitian karena motifnya yang unik
menggambarkan potensi dari Bojonegoro dan dipersepsikan dalam beberapa motif batik
tersebut terdapat berbagai konsep matematika yang dapat digunakan sebagai inovasi
pembelajaran matematika kontekstual. Selain itu belum adanya peneliti terdahulu yang
mengkaji hal tersebut khususnya dalam perspektif etnomatematika dengan dikaitkan pada
literasi matematis. Terlebih, untuk batik Jonegoroan sendiri merupakan kesenian yang

18
Media Pendidikan Matematika Susanti & Budiarto

kemunculannya tergolong baru di Bojonegoro sehingga perlu adanya cara agar batik
tersebut lebih dikenal oleh masyarakat luas. Berdasarkan penelitian terdahulu, telah
dilakukan penelitian oleh Zayyadi (2017) tentang etnomatematika pada batik Madura
dengan hasil bahwa ditemukan berbagai unsur matematika pada batik tersebut. Dengan
dilakukannya penelitian ini, peneliti berharap untuk dapat memberikan implikasi yang
baik yaitu memberi inovasi baru dalam pembelajaran matematika secara kontekstual
berbasis budaya Jonegoroan khususnya batik Jonegoroan.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka tujuan dari penelitian ini untuk
mendeskripsikan bentuk etnomatematika pada batik Jonegoroan ditinjau dari aspek
literasi matematis yaitu aspek konten, konteks, dan proses matematika.

METODE
Pada penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif
dengan pendekatan etnografi. Penggunaan penelitian kualitatif dimaksudkan agar peneliti
dapat melakukan penelitian secara langsung di lapangan, yaitu dengan mencatat apa yang
terjadi, melakukan analisis reflektif terhadap dokumen yang ditemukan saat di lapangan,
dan juga membuat laporan secara lengkap dan terperinci (Ulum, Budiarto, dan Ekawati.
2018). Sedangkan menurut Koeswinarno (2015), pendekatan penelitian etnografi adalah
suatu kegiatan untuk menggambarkan, menjelaskan, dan menganalisis unsur kebudayaan
suatu masyarakat atau suku bangsa dengan tujuan utama untuk memahami suatu
pandangan hidup dari penduduk asli.
Subjek (informan) pada penelitian ini adalah seorang pengrajin batik Jonegoroan
perempuan, juga seorang perintis wisata edukasi batik Jonegoroan dengan nama “Rumah
Batik Ringintunggal” yang selama 2 tahun menekuni usaha batik. Pemilihan subjek
tersebut didasarkan atas syarat-syarat pemilihan informan pada penelitian etnografi
sebagaimana pendapat Spradley (1997) yaitu: (1) enkulturasi penuh, (2) keterlibatan
langsung, (3) suasana budaya yang tidak dikenal, (4) waktu yang cukup, dan (5) non-
analitis.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini mengadopsi desain penelitian
etnografi. Pengumpulan data dalam penelitian etnografi terdiri atas observasi partisipan
dan wawancara (Fraenkel, Wallen, dan Hyun. 2011). Pada penelitian kualitatif dengan
pendekatan etnografi, peneliti sendiri yang bertindak sebagai instrumen utama (human
instrument). Untuk membantu instrumen utama dalam pengumpulan data, maka perlu
adanya instrumen pendukung. Adapun instrumen pendukung dalam penelitian ini yaitu
lembar observasi, pedoman wawancara, dan lembar catatan penelitian. Lembar observasi
dimaksudkan agar peneliti dapat melakukan pengamatan secara langsung terhadap batik
Jonegoroan dengan penekanan untuk meneliti detail setiap motifnya kemudian dianalisis
unsur matematika yang terkandung dalam motif tersebut dan dikaitkan dengan literasi
matematis budaya setempat. Kemudian pedoman wawancara digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian berupa informasi-informasi terkait objek yang diteliti
yang didapat dari informan sehingga lebih akurat. Sedangkan untuk lembar catatan
penelitian ini berupa catatan pribadi dari peneliti yang sebelumnya tidak direncanakan

19
Media Pendidikan Matematika Desember 2020 Vol. 8, No. 2

karena didapatkan ketika kegiatan penelitian di lapangan untuk melengkapi data


penelitian.
Ada banyak teknik dalam menganalisis data etnografi termasuk identifikasi
peristiwa utama, menemukan pola, representasi visual, kristalisasi, analisis konten,
triangulasi, dan penggunaan statistik (Fraenkel, Wallen, dan Hyun. 2011). Dalam
penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah triangulasi. Teknik
triangulasi dalam penelitian etnografi pada dasarnya dapat digunakan untuk menetapkan
validitas pengamatan seorang etnografer yang terdiri dari proses memeriksa apa yang
didengar dan dilihat seseorang dengan membandingkan sumber informasi melalui cross-
check sumber informasi (Fraenkel, Wallen, dan Hyun. 2011).
Adapun prosedur penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti mengadopsi prosedur
etnografi oleh (Creswell, 2012) berikut ini:
1. Mendeskripsikan tujuan dan desain terkait dengan masalah penelitian.
Mengidentifikasi masalah terkait batik Jonegoroan dan cara kerjanya.
2. Mendiskusikan rencana yang digunakan untuk memperoleh persetujuan dan akses
kepada partisipan di lokasi penelitian.
Menentukan lokasi penelitian dengan pengambilan informan (responden) yang
disengaja.
3. Pengumpulan data yang sesuai dengan menekankan waktu di lapangan, berbagai
sumber informasi, dan kolaborasi.
Melakukan pengumpulan data dengan pengamatan dan membuat catatan lapangan.
4. Desain untuk menganalisis dan menginterpretasikan data
Memahami data untuk mengembangkan pemahaman secara keseluruhan mengenai
tema yang diteliti.
5. Menulis dan melaporkan penelitian sesuai dengan desain yang digunakan.
Melaporkan hasil sebagai studi objektif.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil dari pengumpulan data yang dilakukan, diperoleh beberapa
kajian etnomatematika pada batik Jonegoroan dan literasi matematis dari kajian tersebut
yang dapat diuraikan sebagai berikut.

Kajian Etnomatematika Pada Batik Jonegoroan


Penulisan etnografi yang menggambarkan unsur seni pada suatu kebudayaan
manusia lebih mengarah pada proses dan teknik dari pembuatan benda seni tersebut
(Sumarto, 2019). Dalam pembahasan ini, berfokus pada kesenian unggulan budaya
Bojonegoro yaitu batik Jonegoroan. Batik Jonegoroan terdiri atas 14 motif yang sudah
dipatenkan oleh Dinas Kebudayaan Kabupaten Bojonegoro. Namun dalam penelitian ini
hanya akan dibahas 5 motif batik Jonegoroan yaitu motif parang dahana munggal, sekar
jati, rancak thengul, belimbing lining lima, dan mliwis mukti. Karena berdasarkan
pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti, 5 motif tersebut mengandung banyak
unsur matematika yang dapat digali sebagai hasil dari penelitian ini.

20
Media Pendidikan Matematika Susanti & Budiarto

Motif batik Jonegoroan yang tercipta tersebut senantiasa juga memiliki makna
filosofis yang digambarkan oleh pembuatnya. Berikut adalah beberapa bentuk
etnomatematika pada motif batik Jonegoroan.
Pengaplikasian Konsep Transformasi Geometri
Untuk membangun kemampuan penalaran geometri, kemampuan spasial, dan
memperkuat pembuktian matematika dibutuhkan pengetahuan trentang transformasi
geometri (Edward, 1997). Adapun beberapa tipe dari transformasi geometri yang harus
dipelajari oleh siswa diantaranya adalah translasi, refleksi, rotasi, dan juga dilatasi (Yanti
& Saleh. 2019). Berikut adalah beberapa konsep transformasi geometri yang
diaplikasikan dalam motif batik Jonegoroan beserta makna filosofis yang terkandung
dalam motif tersebut.
(1) Motif Parang Dahana Munggal

Gambar 1. Batik Motif Parang Dahana Munggal


Motif parang dahana munggal memiliki makna tersendiri, yaitu Parang (miring),
Dahana (api), Munggal (menyala atau berkobar sepanjang waktu) menyimbolkan
masyarakat Bojonegoro yang semangat, dinamis, dan mampu memberikan cahaya bagi
masyarakat sekitarnya (Thantowy, 2015). Konsep transformasi geometri yang terdapat
pada motif parang dahana munggal adalah translasi.
Konsep translasi pada motif batik parang dahana munggal ditemukan pada motif
“dahana”. Dalam motif batik ini, konsep translasi ditunjukkan sebagai pergeseran motif
yang dapat diilustrasikan dalam gambar B yang merupakan hasil translasi dari gambar A
dengan sumbu geser adalah garis 𝑔 seperti berikut.

A
𝑔 B

Gambar 2. Motif Dahana Dan Sketsa Hasil Translasinya


Dalam membentuk motif dahana tersebut, pembatik juga menerapkan konsep
translasi. Yang dilakukan pembatik adalah dengan menggeser cetakan atau pola motif
dahana yang telah terbentuk dalam satu posisi ke posisi yang lain secara horizontal.

21
Media Pendidikan Matematika Desember 2020 Vol. 8, No. 2

(2) Motif Sekar Jati

Gambar 3. Batik Motif Sekar Jati


Motif sekar jati memiliki makna yaitu sekar (bunga) dan jati (pohon jati) yang
berarti pohon jati di Kabupaten Bojonegoro tumbuh subur dan selaras dengan
perkembangan sentra kerajinan kayu jati sebagai roda kreativitas masyarakat Bojonegoro
(Mirawati, 2014). Konsep transformasi geometri yang dapat diungkap dari motif batik
sekar jati adalah dilatasi (penskalaan) dan rotasi (perputaran).
Penerapan konsep dilatasi tersebut dapat diilustrasikan pada diagram kartesius
dengan pusat O (0,0) dan faktor skala 𝑘 yang mana gambar B terdiri atas 𝐵! , 𝐵" , dan 𝐵#
merupakan hasil dari perbesaran skala dari gambar A yang terdiri atas 𝐴! , 𝐴" , dan 𝐴#
secara berturut-turut seperti berikut. (𝑘 adalah himpunan bilangan asli).
Sb y
B
1

2
1

3 A
2

Sb x 3

Gambar 4. Motif Daun Jati Dan Sketsa Hasil Dilatasinya


Langkah awal yang dilakukan pembatik untuk membentuk motif “daun jati”
tersebut adalah dengan membentuk salah satu motif kemudian dilanjutkan motif yang
serupa dengan acuan bentuk sama seperti motif pertama namun dengan ukuran lebih besar
atau lebih kecil. Sehingga, yang dilakukan oleh pembatik telah mengaplikasikan konsep
dilatasi.
Sedangkan rotasi pada motif sekar jati dapat diilustrasikan sebagai perputaran dari
gambar A ke gambar B dengan pusat O (0,0) sebesar −90°. Ketika 𝐴! ditarik garis ke titik
pusat (0,0) sebagai pusat perputaran kemudian dihubungkan ke titik 𝐵! maka sudut yang
terbentuk sebesar 90°. Berikut ilustrasinya.

22
Media Pendidikan Matematika Susanti & Budiarto

Sb y

A B

𝐴!

90° 𝐵!
Sb x

Gambar 5. Motif Pada Batik Sekar Jati Dan Sketsa Hasil Rotasinya
Aktivitas yang dilakukan oleh pembatik dalam membuat motif tersebut dimulai
dengan membentuk pola atau cetakan motif kemudian menjiplaknya pada kain yang sudah
disediakan. Hanya dengan satu cetakan yang dibuat, pembatik dapat membentuk kedua
motif tersebut, baik motif A maupun B yaitu dengan memutar pola motif dari posisi awal
kearah posisi yang dikehendaki. Sehingga dalam aktivitas tersebut, pembatik telah
mengaplikasikan konsep rotasi.
(3) Motif Rancak Thengul

Gambar 6. Batik Motif Rancak Thengul


Motif rancak thengul mengandung arti seperangkat wayang thengul yang akan
selalu terjaga eksistensinya menjadi warisan tradisional dan ikon yang terkenal dan
sebagai salah satu warisan pusaka budaya Bojonegoro (Thantowy, 2015). Konsep
transformasi geometri yang terdapat dalam motif rancak thengul adalah refleksi
(pencerminan).
Konsep refleksi yang terjadi merupakan suatu pencerminan objek terhadap sumbu
tegak yang mana dapat diilustrasikan sebagai gambar B yang merupakan hasil dari
pencerminan dari gambar A dengan sumbu cermin adalah sumbu 𝑚 seperti berikut.

A 𝑚
B

Gambar 7. Motif Wayang Thengul Dan Sketsa Hasil Refleksinya

23
Media Pendidikan Matematika Desember 2020 Vol. 8, No. 2

Dalam membentuk motif tersebut, pembatik telah menerapkan konsep refleksi.


Pembatik membuat satu motif bentuk wayang, kemudian motif dihadapannya dibuat
dengan mengimajinasikan cerminan dari motif yang telah dibuat sebelumnya dengan
memperkirakan kemiripan dan tanpa memperhatikan kedetailan jarak dan ukuran.
Pengaplikasian Konsep Bangun Datar
Bangun datar merupakan sebuah bidang datar yang dibatasi oleh garis lurus ataupun
garis lengkung (Untu, 2019). Konsep bangun datar hendanya dikuasai oleh siswa sebagai
dasar pemahaman materi matematika. Dalam batik Jonegoroan ditemukan beberapa
aplikasi bangun datar pada motifnya seperti berikut ini.

(1) Motif Blimbing Lining Lima

Gambar 8. Batik Motif Belimbing Lining Lima


Motif belimbing lining lima merupakan penggambaran dari buah belimbing khas
Bojonegoro yang mana Agro Wisata Belimbing tersebut terletak di Kecamatan Kalitidu.
Bangun datar yang terdapat dalam motif batik belimbing lining lima adalah persegipanjang
yang ditunjukkan sebagai berikut:

l p

p
l

Gambar 9. Motif Belimbing Lining Lima Dan Sketsa Bangun Persegipanjang


Persegipanjang adalah suatu segiempat yang memiliki dua pasang sisi sejajar
dengan salah satu sudutnya siku-siku (Suharjana, Markaban, & Sasongko, 2013). Pada
bangun persegi panjang, rusuk terpanjang disebut panjang (p) dan rusuk terpendek
disebut lebar (l).
Rumus: Luas Persegipanjang = p× l

Keliling Persegipanjang = p+l +p+l = 2(p+l)

Dengan demikian, motif belimbing lining lima dapat dijadikan media pembelajaran
matematika kontekstual yang berkaitan dengan bangun persegipanjang karena bentuk
motifnya yang menyerupai bangun persegipanjang.

24
Media Pendidikan Matematika Susanti & Budiarto

(2) Motif Mliwis Mukti

Gambar 10. Batik Motif Mliwis Mukti


Burung belibis (mliwis) putih dipercaya sebagai jelmaan Prabu Angling Darma
yang mana menurut legenda kerajaannya dianggap pernah ada di Bojonegoro. Mukti
berarti mulia, sehingga Mliwis Mukti bermakna burung belibis (Dendrocygna javanica)
yang mulia/tinggi (Thantowy, 2015). Pada motif batik Mliwis Mukti dapat ditemukan
bangun belah ketupat sebagai berikut.

s s

𝒅𝟏

s s

𝒅𝟐
Gambar 11. Motif Mliwis Mukti Dan Sketsa Bangun Belah Ketupat
Belah ketupat merupakan suatu jajar genjang yang mana sisi-sisi yang saling
berdekatan kongruen (Mulyati, 2010).
!
Rumus: Luas belah ketupat :L= "
× 𝒅𝟏 × 𝒅𝟐

Keliling belah ketupat : K = 4×s

Dengan demikian, motif mliwis mukti dapat dimanfaatkan sebagai media untuk
mengembangkan bahan ajar atau lembar kerja siswa yaitu dengan cara mengambil
capture gambar motif ini untuk mendukung penjelasan soal atau materi yang berkaitan
dengan bangun belah ketupat.
Pengaplikasian Grafik Fungsi Trigonometri (Sinus dan Cosinus)
Grafik fungsi trigonometri umumnya menjadi topik yang kurang disukai siswa
karena rendahnya tingkat pemahaman siswa pada materi tersebut (Saragih & Afriati,
2012). Grafik fungsi trigonometri khususnya fungsi sinus dan cosinus terdapat dalam
motif batik Jonegoroan sebagai berikut.

25
Media Pendidikan Matematika Desember 2020 Vol. 8, No. 2

(1) Motif Parang Dahana Munggal


Grafik fungsi trigonometri pada motif parang dahana munggal secara sederhana
dapat diilustrasikan sebagai fungsi baku 𝑦 = sin 𝑥 dan 𝑦 = cos 𝑥 seperti berikut.

Gambar 12. Motif Parang Dahana Munggal


Grafik fungsi tersebut apabila digambarkan dalam geogebra seperti berikut ini.

Sb 𝑥 Sb 𝑥

𝑦 = cos 𝑥 𝑦 = sin 𝑥
Sb 𝑦 Sb 𝑦

Gambar 13. Hasil Sketsa Geogebra Grafik Fungsi 𝑦 = 𝑠𝑖𝑛 𝑥 Dan 𝑦 = 𝑐𝑜𝑠 𝑥

Kajian Literasi Matematis Budaya Jonegoroan Berdasarkan Etnomatematika


Dalam menyelesaikan permasalahan di kehidupan sehari-hari dibutuhkan
kemampuan matematika yang disebut sebagai literasi matematika (Khikmiyah & Midjan,
2016). Menurut Asmara & Rochmad (2017) literasi matematis merupakan kemampuan
untuk menyusun serangkaian pertanyaan, merumuskan, memecahkan, dan menafsirkan
suatu permasalahan yang didasarkan pada konteks yang ada. Pemahaman literasi
matematis dalam suatu masyarakat secara sederhana identik dengan mengenal dan
menerapkan konsep matematika (Siswowijoyo & Tiya. 2014). Secara sederhana, dapat
dikatakan bahwa fungsi praktis literasi matematis dapat dimaknai sebagai aktivitas
masyarakat dalam menyadari, memahami, dan menerapkan konsep matematika dalam
kehidupan sehari-hari (Kusumawardani, Wardono, dan Kartono. 2018). Deskripsi
mengenai literasi matematis berdasarkan kajian etnomatematika disinyalir mampu
mengenali peran yang dimainkan matematika dalam kehidupan hari masyarakat
berbudaya. Berkaitan dengan hal tersebut, maka literasi matematis dapat dikaji sehari-
berdasarkan tiga aspek yang saling terkait diantaranya proses matematika, konten
matematika, dan konteks (OECD, 2019). Sehingga, literasi matematis dapat diidentifikasi
berdasarkan masing-masing indikator dari ketiga aspek tersebut.
Berdasarkan hasil kajian etnomatematika pada batik Jonegoroan yang relevan
dengan konten literasi matematis (OECD, 2019) terdiri dari: (1) Pengaplikasian Konsep
Transformasi Geometri dan Grafik Fungsi Trigonometri Pada Batik Jonegoroan,
termasuk ke dalam konten perubahan & hubungan. Konten ini pada matematika

26
Media Pendidikan Matematika Susanti & Budiarto

dinyatakan dalam berbagai simbol aljabar, bentuk geometris, grafik, dan tabel. Yang
mana setiap representasi simbol memiliki tujuan dan sifatnya masing-masing. (2)
Pengaplikasian Konsep Bangun datar pada Batik Jonegoroan termasuk dalam konten
ruang & bentuk. Konten ini berkaitan dengan pokok pelajaran geometri. Soal yang
berkaitan dengan konten ruang dan bentuk digunakan untuk menguji kemampuan siswa
dalam mengenali bentuk, mengenali ciri-ciri suatu benda dalam hubungannnya dengan
posisi benda tersebut, serta mencari persamaan dan perbedaan dalam berbagai dimensi
dan representasi bentuk.
Berdasarkan hasil penelitian bentuk etnomatematika yang relevan dengan aspek
proses literasi matematis ditampilkan pada tabel berikut ini.

Tabel 1. Proses Literasi Matematis Berdasarkan Bentuk Etnomatematika


Unsur Proses
Formulate Employe Interprete
Pengaplikasian Mengenali struktur Membuat generalisasi Mengevaluasi
konsep transformasi matematika berdasarkan konsep kewajaran solusi
geometri pada motif (termasuk matematika untuk matematika dalam
batik Jonegoroan. keteraturan, menemukan solusi yang konteks masalah dunia
hubungan dan pola) tepat atau perkiraan. nyata.
dalam masalah atau
situasi.

Pengaplikasian Mengenali aspek- Menemukan solusi Menjelaskan mengapa


konsep bangun datar aspek masalah yang yang tepat. solusi matematis
pada motif batik sesuai dengan konsep masuk akal atau tidak,
Jonegoroan. matematika. mengingat konteks
masalah.
Pengaplikasian grafik Merepresentasikan Menemukan solusi Menjelaskan mengapa
fungsi trigonometri masalah dalam yang tepat. solusi matematis
pada motif batik bahasa matematika. masuk akal atau tidak,
Jonegoroan. mengingat konteks
masalah.

Berdasarkan Tabel 1 di atas, aspek proses dalam literasi matematis memberikan


pemahaman bahwa aktivitas dalam menghasilkan batik Jonegoroan tidak bisa dilepaskan
dengan nilai dan konsep matematika. Selanjutnya, bentuk etnomatematika juga relevan
dengan aspek konteks literasi matematis (Dewantara, 2019) dijelaskan sebagai berikut.
a. Konteks Sosial. Pengetahuan matematika yang ada dalam kehidupan masyarakat dan
kehidupan sehari-hari digunakan untuk mengklasifikasikan kategori konteks sosial.
Sehingga, ketiga bentuk etnomatematika pada batik Jonegoroan relevan dengan
konteks sosial yaitu pengaplikasian konsep transformasi geometri, bangun datar, dan
grafik fungsi trigonometri.
b. Konteks Ilmiah. Dalam mengklasifikasikan kategori konteks ilmiah, indikator yang
digunakan adalah dengan melihat masalah dan topik yang berkaitan dengan sains dan
teknologi dan juga berbagai situasi yang berhubungan dengan penerapan matematika
dalam dunia nyata yang dilakukan oleh masyarakat budaya Jonegoroan. Dengan
demikian, ketiga bentuk etnomatematika pada batik Jonegoroan relevan dengan

27
Media Pendidikan Matematika Desember 2020 Vol. 8, No. 2

konteks ilmiah yaitu pengaplikasian konsep transformasi geometri, bangun datar, dan
grafik fungsi trigonometri.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam budaya batik Jonegoroan
mengaplikasikan berbagai bentuk etnomatematika dalam aktivitas yang dilakukan
pembuatnya. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh oleh Zayyadi
(2017) tentang eksplorasi etnomatematika pada batik Madura. Namun demikian, pada
penelitian tersebut tidak mengkaitkan hasil penelitian etnomatematika yang dihasilkan
dengan aspek literasi matematis seperti halnya penelitian ini.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil dari studi
etnomatematika pada budaya batik Jonegoroan didapatkan beberapa konsep matematika
yaitu pengaplikasian konsep transformasi geometri pada motif batik Jonegoroan,
pengaplikasian bentuk bangun datar pada motif batik Jonegoroan, dan pengaplikasian
grafik fungsi trigonometri pada motif batik Jonegoroan. Dan berdasarkan kajian
etnomatematika terhadap aktivitas yang dilakukan dalam memproduksi batik Jonegoroan
tersebut memenuhi aspek literasi matematis. Aspek literasi matematis terdiri atas aspek
proses, konten, dan konteks matematika yang saling terkait satu dengan yang lainnya.
Aspek konten yang memenuhi bentuk etnomatematika batik Jonegoroan adalah konten
perubahan dan hubungan (change and relationship) dan juga konten ruang dan bentuk
(space and shape). Sedangkan konteks yang relevan yaitu konteks sosial dan ilmiah.

Saran
Berdasarkan keterbatasan penelitian, implikasi penelitian, dan kesimpulan maka
peneliti memberikan beberapa saran kepada semua pihak yang berkepentingan secara
akademis maupun praktis. Untuk guru, hasil dari literasi matematis yang dihasilkan
berdasarkan bentuk etnomatemtika pada budaya batik Jonegoroan ini dapat dijadikan
rujukan untuk mengorganisir masalah kontekstual dalam dunia nyata yang kemudian
diubah ke dalam manipulasi simbol dan konsep matematis dalam pembelajaran
matematika di sekolah. Sehingga, peneliti menyarankan agar guru matematika untuk
dapat memulai melaksanakan pembelajaran matematika berdasarkan bentuk-bentuk
etnomatematika yang ada di sekitar lingkungan mereka. Sedangkan saran untuk peneliti
selanjutnya, dapat melakukan penelitian dengan mengembangkan perangkat
pembelajaran matematika kontekstual berbasis batik Jonegoroan sehingga manfaat
penelitian akan dapat dirasakan secara langsung sebagai media belajar siswa di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

28
Media Pendidikan Matematika Susanti & Budiarto

Anas, W. P., Nissa, I.C., & Abidin, Z. (2017). Pengaruh Penggunaan Model Realistic
Mathematic Education (Rme) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Viii
Smp Negeri 7 Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017. Media Pendidikan
Matematika, 5(1), 57-61.
Asmara, A. S., & Rochmad, W. (2017). Analisis Kemampuan Literasi Matematika Siswa
Kelas X Berdasarkan Kemampuan Matematika. Scholaria, 7(2), 135-142.
Bishop, J. A. (1994). Cultural Conflicts in the Mathematics Education of Indigenous
People. Clyton, Viktoria: Monash University.
Budiarto, M. T. (2016, 28 Mei). Peran Matematika dan Pembelajarannya Dalam
Mengembangkan Kearifan Budaya Lokal Mendukung Pendidikan Karakter
Bangsa. Dipresentasikan pada Seminar Nasional 2016 Program Studi Pendidikan
Matematika Universitas Madura, Madura. https://docplayer.info/51301807-
Prosiding-seminar-nasional-pendidikan-matematika-2016-prodi-pendidikan-
matematika-fkip-universitas-madura.html.
Creswell, J. W. (2012). Educational Research: Planning, Conducting and evaluating
Quantitative and Qualitative Research (4th ed). Pearson education, Inc.
Dewantara, A. H. (2019). Analisis Konten Buku Teks Matematika K-13 Terkait Potensi
Pengembangan Literasi Matematis. Didaktika: Jurnal Kependidikan, 13(2), 112-
130.
Fathani, A. H. (2016). Pengembangan Literasi Matematika Sekolah Dalam Perspektif
Multiple Intelligences. EduSains, 4(2), 136-150.
Fraenkel, J. R., Wallen, N. E., & Hyun, H. H. (2011). How to design and evaluate
research in education. New York: McGraw-Hill Humanities/Sosial
Sciences/Languages.
Hanum, A., Mujib, A., Firmansyah. (2020). Literasi Matematis Siswa Menggunakan
Etnomatematika Gordang Sambilan. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, 2(5),
173-184.
Hardiarti, S. (2017). Etnomatematika: Aplikasi Bangun Datar Segiempat Pada Candi
Muaro Jambi. Aksioma, 8(2), 99-110.
Jablonka, E. (2003). Mathematical Literacy. Second International Handbook of
Mathematics Education, 10, 75–102.
Kehi, Y. J., Zaenuri., & Waluya, B. (2019). Kontribusi Etnomatematika Sebagai Masalah
Kontekstual Dalam Mengembangkan Literasi Matematika. Prisma, 2, 190-196.
Khikmiyah, F., & Midjan. (2016). Pengembangan Buku Ajar Literasi Matematika Untuk
Pembelajaran Di Smp. Jurnal Silogisme: Kajian Ilmu Matematika dan
Pembelajarannya, 2(1), 15-26.
Koentjaraningrat (Redaksi). (1974). Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta:
Gramedia.
Koeswinarno. (2015). Memahami Etnografi Ala Spradley. Jurnal SMaRT, 1(2), 257-265.
Kusumawardani, D. R., Wardono., Kartono. (2018). Pentingnya Penalaran Matematika
dalam Meningkatkan Kemampuan Literasi Matematika. Prisma, 1, 588-595.
Masamah, U. (2018). Pengembangan Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan
Etnomatematika Berbasis Budaya Lokal Kudus. Jurnal Pendidikan Matematika,
2(1),124-144.
Mirawati, A. (2014). Perkembangan Motif Batik Jonegoroan Kabupaten Bojonegoro
Tahun 2009-2013 dan Nilai Pendidikannya. Malang: Fakultas Ilmu Sosial, UM.
Mulyati, S. (2010). Geometri Euclid (Individual Textbook). Malang: Universitas Negeri
Malang.

29
Media Pendidikan Matematika Desember 2020 Vol. 8, No. 2

OECD. (2019). PISA 2018 Assessment and Analytical Framework. OECD.


https://doi.org/10.1787/b25efab8-en
Saragih, S., & Afriati, V. (2012). Peningkatan Pemahaman Konsep Grafik Fungsi
Trigonometri Siswa Smk Melalui Penemuan Terbimbing Berbantuan Software
Autograph. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 18(4), 368-381.
Siregar, N. F (2019). Kemampuan Komunikasi Matematis Dalam Pendekatan
Matematika Realistik di Sekolah Dasar. Ar-Riayah: Jurnal Pendidikan Dasar, 1(3),
84-96.
Siswowijoyo, M., & Tiya, K. (2014). Deskripsi Kemampuan Literasi Matematika Siswa
Kelas Ix Smp Negeri di Kota Raha. Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika, 2(2),
73-90.
Spradley, J. P. (1997). Metode Etnografi. (Misbah Zulfah Elizabeth, penerjemah).
Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya.
Suharjana, A., Markaban, & Sasongko, H. W. (2013). Geometri Datar dan Ruang di SD.
In PPPPTK Matematika. Yogyakarta: Dipdiknas.
Sulistyani, A. P., Windasari, P., Rodiyah, I. W., Muliawati, N. E. (2019). Eksplorasi
Etnomatematika Rumah Adat Joglo Tulungagung. Media Pendidikan Matematika,
7(1), 22-18.
Sumarto. (2019). Aspek Sistem Religi, Bahasa, Pengetahuan, Sosial, Keseninan dan
Teknologi. Jurnal Literasiologi, 2(1), 144-159.
Thantowy, H. A. (2015). Ragam Motif Batik Bojonegoro Sebagai Upaya Membangun
Identitas Daerah Di Bojonegoro Tahun 2009-2014. AVATARA, 3(3), 326-334.
Umay, A. (2003). The ability of mathematical reasoning. Hacettepe University, The
Journal of the Education Faculty, 24, 234–243.
Ulum, B., Budiarto, M. T., & Ekawati, R. (2018). Etnomatematika Pasuruan: Eksplorasi
Geometri Untuk Sekolah Dasar Pada Motif Batik Pasedahan Suropati. Jurnal
Kajian Pendidikan dan Hasil Penelitian. 4(2).
Untu, Z. (2019). Profil Kesalahan Pengetahuan Deklaratif Guru SD Dalam
Membelajarkan Bangun Datar. Primatika: Jurnal Pendidikan Matematika, 8(1),
11-20.
Walle, J. A. V. D. (2008). Matematika Sekolah Dasar dan Menengah Jilid 1 Edisi
Keenam. (Suyono, Penerjemah). Jakarta: Erlangga
Wedege, T. (2010, 26-27 January). Ethnomathematics and mathematical literacy: People
knowing mathematics in society. Paper presented at The Seventh Mathematics
Education Research Seminar, Stockholm. http://www.mai.liu.se/SMDF/madif7/.
Yanti, D., & Saleh. (2019). Studi Tentang Konsep-Konsep Transformasi Geometri Pada
Kain Besurek Bengkulu. JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika), 3(2),
265-278.
Zayyadi. (2017). Eksplorasi Etnomatematika Pada Batik Madura. ∑IGMA, 2 (2), 35-40

30

You might also like