531-Article Text-2558-1-10-20210823

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

45

Media Ilmu Kesehatan Vol. 10, No. 1, April 2021

Evaluasi uji saring hepatitis B reaktif pada darah donor


tahun 2019 di UTD PMI kota Malang

Evaluation of reactive B hepatitis sars test on donor's blood in 2019 at UTD PMI
Malang city

Dahlia Ayu Pri Irani1, Hendra Rohman2, Widia Rahmatullah3

1Politeknik Kesehatan Bhakti Setya Indonesia, Jalan Janti No.336 Gedongkuning, Banguntapan, Bantul,
Yogyakarta, email: [email protected], Indonesia.
2Politeknik Kesehatan Bhakti Setya Indonesia, Jalan Janti No.336 Gedongkuning, Banguntapan, Bantul,

Yogyakarta, email: [email protected], Indonesia.


3Politeknik Kesehatan Bhakti Setya Indonesia, Jalan Janti No.336 Gedongkuning, Banguntapan, Bantul,

Yogyakarta, email: [email protected], Indonesia.

ABSTRACT
Background: Screening tests for infectious infections through blood transfusion (IMLTD) are one of the
blood safeguards carried out at the Blood Transfusion Unit. Hepatitis B is one of the infectious diseases that
must be examined.
Objective: It aims to evaluate IMLTD, identify the types of donors that show reactive hepatitis B based on
new donors and routine donors, identify causes based on input, process, output whether true or false
reactive, and counseling reactive donors.
Methods: Descriptive research with a quantitative approach. Population is 49,379 donors in 2019
(0.0052%), sample is 256 donors. Primary and secondary data were taken at UTD PMI Malang City then a
questionnaire was made and an evaluation was carried out.
Results: Evaluation of reactive hepatitis B screening tests based on the evaluation of the number of blood
donors with reactive hepatitis B obtained the types of donors, namely new donors (55%) and routine donors
(44%). Evaluation based on input and output obtained donor blood samples according to the required criteria
(100%). Evaluation process for officers, methods, reagents, and room conditions with good results (100%),
while the suitability of the tools (97.23%). Hepatitis B reactive donors who did counseling (17.2%).
Conclusion: UTD PMI Malang City which has been certified CPOB BPOM RI can maintain the quality and
consistency of the quality of blood services, especially in the hepatitis B reactive donor counseling service.
Evaluation results of hepatitis B filter test are true reactive and consistency is needed in maintaining quality
policy is needed for donor counseling.

Keywords: Blood transfusion, counseling, hepatitis, imltd, reactive

PENDAHULUAN penyaluran dan penyerahan, serta tindakan


Global Database on bloody Safety medis pemberian darah kepada pasien.2
melaporkan 20% populasi dunia di negara Salah satu upayanya yaitu uji saring
maju (80%) telah memakai darah donor yang terhadap infeksi menular lewat transfusi
aman, 80% populasi di negara berkembang darah (IMLTD). Darah dengan hasil uji saring
(20%) memakai darah donor yang aman.1 reaktif tidak boleh dipergunakan untuk
Pengamanan pelayanan darah dimulai dari transfusi. Terdapat bentuk kepedulian
pengerahan dan pelestarian, pengambilan terhadap pendonor, berupa pemberitahuan
dan pelabelan, pencegahan penularan serta tindak lanjutnya.3
penyakit, pengolahan darah, penyimpanan Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan
dan pemusnahan, pendistribusian, kecenderungan di Jawa Timur sebesar 1%,

Evaluasi Hepatitis B Reaktif pada Darah Donor tahun 2019 di UTD PMI Kota Malang
Dahlia Ayu Pri Irani, Hendra Rohman. Widia Rahmatullah, Jarwati Susilowati
Media Ilmu Kesehatan P-ISSN 2252-3413, E-ISSN 2548-6268
46
Media Ilmu Kesehatan Vol. 10, No. 1, April 2021

lebih tinggi dibandingkan tahun 2007 (0,3%). saring IMLTD, service report dari teknisi alat,
Prevalensi hepatitis B di Jawa Timur sangat dan data pendonor reaktif yang konseling.
tinggi, sekitar 2,7 juta orang terinfeksi. Angka Populasi yaitu 49.379 sampel darah
nasional HBSAg reaktif sebesar 7,1%.4 donor yang telah diperiksa uji saring IMLTD
Prevalensi hepatitis di Indonesia tahun tahun 2019 dan sampel yaitu 256 darah yang
2013 (1,2%), tahun 2007 (0,6%). Prevalensi reaktif hepatitis B. Instrumen berupa ceklist
hepatitis tertinggi tahun 2013 yaitu Nusa lembar hasil uji saring hepatitis B dengan
Tenggara Timur (4,3%). Perlu dilakukan metode CLIA, data pemeriksaan uji saring,
upaya terencana, fokus, dan meluas agar dan kemungkinan penyimpangan yang terjadi
epidemi virus hepatitis dapat ditanggulangi. pada seluruh tahapan uji saring IMLTD.
Acuan kegiatan penanggulangan hepatitis,
yaitu Permenkes RI No 53 Tahun 2015.5 HASIL DAN PEMBAHASAN
UTD PMI Kota Malang telah melakukan UTD PMI Kota Malang merupakan
kegiatan pengamanan darah yaitu uji saring salah satu UTD yang mendapatkan sertifikat
IMLTD terhadap 4 parameter pemeriksaan cara pembuatan obat yang baik (CPOB) dari
yaitu uji saring terhadap hepatitis B antigen badan pengawasan obat dan makanan
(HbsAg), antibodi hepatitis C (Anti-HCV), (BPOM). Pemeriksaan uji saring darah
sifilis dan HIV Ag/Ab. Metode pemeriksaan IMLTD penting dilakukan guna memberikan
dengan alat otomatis chemiluminences produk darah aman dan bebas dari penyakit
immuno assay (CLIA).2 Hasil pemeriksaan yang dapat ditularkan melalui transfusi darah.
ditemukan sebanyak 256 kasus hepatitis B Pemeriksaan ini untuk mendeteksi hepatitis B
reaktif tahun 2019. Penelitian ini mengulas virus antigen, antibodi hepatitis C, antigen
kemungkinan penyebab terjadinya hepatitis B dan atau antibodi HIV dan penyakit syphilis
dari aspek jenis donor darah, serta proses melalui uji treponema.
pemeriksaan uji saring IMLTD, dari input, Pada tahun 2005 telah menggunakan
process dan output yang dapat metode pemeriksaan enzime link immuno
menyebabkan hasil false reaktif. sorbet assay (ELISA). Tahun 2014 beralih
menggunakan metode CLIA dengan alat
BAHAN DAN CARA PENELITIAN advia centaur siemens (seri XP dan CP).
Penelitian deskriptif dengan Tahun 2019, ada penambahan 1 alat baru
pendekatan kuantitatif. Data primer diambil dengan metode CLIA.
dari informasi nomor kantong dengan hasil Pemantapan mutu eksternal (PME)
reaktif, kemudian dibuat kuesioner. Data telah diikuti setiap tahun, bekerjasama
sekunder yaitu data donor aktif, data hasil uji dengan Balai Besar Laboratorium Kesehatan
saring IMLTD, laporan penyimpangan uji Surabaya. Audit internal dilakukan guna

Evaluasi Hepatitis B Reaktif pada Darah Donor tahun 2019 di UTD PMI Kota Malang
Dahlia Ayu Pri Irani, Hendra Rohman. Widia Rahmatullah, Jarwati Susilowati
Media Ilmu Kesehatan P-ISSN 2252-3413, E-ISSN 2548-6268
47
Media Ilmu Kesehatan Vol. 10, No. 1, April 2021

menilai konsistensi kinerja dan pelayanan per bulan. Terjadi kenaikan di bulan Agustus
darah. Petugas uji saring IMLTD yaitu 2 4.353 dan penurunan pada bulan Juni 2019
teknisi pelayanan darah, 2 analis kesehatan yaitu 2.914. Hal ini terjadi karena pada bulan
dan 1 bagian administrasi. Juni bertepatan dengan bulan puasa.

50 30
40
36 25 24
40 22
30 20
28 30 17 17 18
30 15 14 15
13 12
19 19 10 11 11 12
9
20 14 13 14 15 7 8
6
8
10 10 11 8 9 9 5 5 5 5 5 5
7 8 8 6 7
6 6 7 7
5 7
5
8
5
8
7 7 8
5
3 2
10 4 42 2 3 3 4 3 0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Donor Baru Donor Rutin

HBsAg HCV HIV Syphilis


Grafik 2. Evaluasi jenis donor

Grafik 1. Data darah donor reaktif Evaluasi jenis donor, donor baru yaitu
Data tertinggi ada pada pemeriksaan 141 (55%) dan donor rutin yaitu 115 (44%).
HBsAg dibandingkan dengan 3 parameter Jenis donor baru tertinggi pada bulan
lain. Pemeriksaan uji saring IMLTD untuk Agustus yaitu 24. Donor rutin tertinggi pada
hepatitis C, data tertinggi yaitu 14, terjadi bulan Juli yaitu 22. Data donor reaktif
pada bulan Januari dan paling rendah yaitu terendah pada bulan Juni, yaitu 5 pendonor
5, terjadi pada bulan Juli, Agustus, baru dan 3 pendonor rutin.
September dan Desember. Persentase donor baru reaktif lebih
Pemeriksaan uji saring HIV tertinggi banyak daripada donor rutin. Donor baru
terjadi di bulan April yaitu 14 dan paling yaitu 8.674 dengan hasil reaktif yaitu 141
rendah pada bulan Juni yaitu 2. Pemeriksaan (0.016%). Donor rutin yaitu 36.880 dengan
uji saring sifilis tertinggi pada bulan Mei yaitu hasil reaktif 115 (0.003%).
15 dan paling rendah pada bulan Juni yaitu 2. Evaluasi input, tidak ditemukan adanya
Keseluruhan reaktif HBsAg terdapat ketidaksesuaian, dan telah dievaluasi sesuai
persentase yang tinggi pada bulan Juli, 36 dengan SPO penanganan sampel darah
(0,98 %) dari 3.681 dan pada bulan Agustus, nomor UTD KOTA MLG/02/FS003/IMLTD/2/
40 (0,92 %) dari 4.353. Persentase terendah Ver.1.Rev.1/2019. Syarat pemeriksaan yaitu
pada bulan September, 8 (0,19%) dari 4.121. kesesuaian identitas sampel, jumlah volume
Jumlah total sampel 49.379 dengan jumlah sampel dari kondisi sampel yang keruh, lisis
donor reaktif 256 (0,0052%). maupun yang clot. Apabila ditemukan sampel
Pendonor di UTD PMI Kota Malang keruh atau clot maka otomatis alat tidak
termasuk tinggi dibanding UTD PMI lainnya dapat melakukan pengambilan sampel dan
di Jawa Timur yaitu 49.379, rata-rata 4.115 dapat menyebabkan error pada alat. Bila
Evaluasi Hepatitis B Reaktif pada Darah Donor tahun 2019 di UTD PMI Kota Malang
Dahlia Ayu Pri Irani, Hendra Rohman. Widia Rahmatullah, Jarwati Susilowati
Media Ilmu Kesehatan P-ISSN 2252-3413, E-ISSN 2548-6268
48
Media Ilmu Kesehatan Vol. 10, No. 1, April 2021

volume sampel kurang, maka tidak dapat Pada evaluasi process, melalui reaksi
dilakukan pemeriksaan dan penelusuran kimia yang memancarkan energi dalam
sampel darah yang reaktif guna dilakukan bentuk cahaya. Acridium ester digunakan
periksa ulang induplicated (duplo). sebagai label pada ikatan antigen dan
Evaluasi process meliputi petugas, antibodi, kemudian diubah menjadi reaksi
metode, alat, reagensia dan kondisi ruang. kimia dan akan memancarkan cahaya yang
Apabila terdapat error dapat menyebabkan dibaca oleh luminometer.
hasil reaktif palsu dan dilakukan evaluasi Kriteria alat valid yaitu harus
lanjutan. terkalibrasi, maintenance alat baik, sesuai
Terjadi penurunan pada alat sebesar SPO atau inkstruksi kerja alat sesuai dengan
33,3% pada bulan Juni, alat berfungsi tidak rekomendasi pabrik dan tidak terjadi error.
maksimal, sedangkan evaluasi petugas, Semua alat kritis harus terkalibrasi.(2)
metode, reagensia dan keadaan ruang tidak Kalibrasi berkala setiap tahun atau setiap
ada penurunan, keempatnya 100% baik dan berpindah tempat (relocation), termasuk
terdokumentasikan sesuai dengan daftar dokumentasi kualifikasi dan validasi.
periksa persiapan kerja no dokumen UTD Maintenance alat sesuai petunjuk
KOTA MLG/ 02/ FS002/ IMLTD/ pabrikan yaitu daily, weekly, monthy
Ver.1.Rev.2/2018. maintence yang dilakukan baik oleh user
Evaluasi petugas, sudah dilakukan oleh maupun teknisi alat. Perfomance
petugas yang berkompeten, sesuai SPO dan maintenance setiap 6 dan 12 bulan oleh
dilakukan 2 petugas setiap kali pemeriksaan teknisi. Apabila terjadi error alat, dilaporkan
sebagai pemeriksa dan second personal sebagai penyimpangan sehingga dapat
check. Petugas lulusan analis kesehatan dan ditelusuri apakah error mempengaruhi hasil
teknisi transfusi darah, mendapatkan yang dikeluarkan oleh alat. Pada evaluasi
pelatihan uji saring IMLTD dan operasional proses, terdapat penurunan 66,7% pada
alat otomatis. Daftar periksa persiapan kerja aspek alat yang digunakan pada bulan Juli,
dan pemeriksaan uji saring darah telah karena ada error alat otomatis. Dalam
dibubuhi tanda tangan pemeriksa dan second setahun untuk evaluasi alat 97,23% dapat
personal check. Second personal check digunakan dengan baik.
dilakukan setiap kali running pemeriksaan Reagensia harus dijaga kestabilannya
per shift, terdiri dari 2 petugas dan saling guna mendapatkan hasil pemeriksaan
mengkoreksi. Petugas A bertanggung jawab berkualitas dan bisa dipertanggungjawabkan.
pada persiapan sampel dan petugas B pada Reagensia telah lolos verifikasi kalibrasi
persiapan reagen. valid, tidak kadaluarsa, kontrol reagen sesuai
dengan range yang ditentukan oleh pabrikan

Evaluasi Hepatitis B Reaktif pada Darah Donor tahun 2019 di UTD PMI Kota Malang
Dahlia Ayu Pri Irani, Hendra Rohman. Widia Rahmatullah, Jarwati Susilowati
Media Ilmu Kesehatan P-ISSN 2252-3413, E-ISSN 2548-6268
49
Media Ilmu Kesehatan Vol. 10, No. 1, April 2021

dan kemasan reagensia tidak rusak, wajib Suhu ruang yang disyaratkan untuk
dikalibrasi setiap reagen ganti no.lot (batch laboratorium pada range 20˚C-24˚C, sesuai
number reagensia), setelah alat diperbaiki kualifikasi alat yaitu suhu ruang harus di
teknisi, atau ketika alat meminta kalibrasi bawah 28˚C, jika tidak maka alat akan error
meskipun no.lot sama. Apabila kalibrasi tidak karena dalam alat terdapat komponen
dilakukan atau kalibrasi invalid maka tertentu yang rentan terhadap suhu, misalnya
reagensia tidak dapat digunakan dan alat tempat penyimpanan reagen dalam alat,
juga tidak akan melanjutkan pemeriksaan. harus dalam range 2˚C-10˚C, dan ada
Kemasan yang dapat mempengaruhi inkubator dengan suhu tertentu yang harus
hasil pemeriksaan yaitu kemasan rusak dan dijaga kondisinya. Ditinjau dari kelembaban
ada bagian reagen yang bocor, barang reject, ruang, kelembaban 20% - 80%. Hal ini
dikembalikan ke bagian logistik. Check dikriteriakan karena dapat menyebabkan alat
dilakukan setiap kali barang datang dan error dan mempengaruhi hasil pemeriksaan
ketika akan dilakukan pemeriksaan. yang dikeluarkan oleh alat. Evaluasi keadaan
Pemeriksaan metode CLIA, dilakukan ruang 100% sampel dikerjakan pada
pemeriksaan kontrol setiap 1 x 24 jam keadaan ruang yang baik.
sebagai kontrol kualitas dan dinilai terkait Evaluasi output merupakan hasil yang
penyimpangan pada pemeriksaan, ditunjukan terbaca oleh alat pengujian darah. Hasil
pada grafik kontrol levi-jenning. Terdapat reaktif kemudian dilakukan pemeriksaan
menu grafik, dapat dicetak setiap bulannya, ulang secara duplo dan dilakukan kajian
penilaian mutu dapat langsung dilakukan. terhadap hasil tersebut.
Kontrol digunakan sebagai acuan penentuan Seluruh hasil uji saring dilakukan
interpretasi hasil. Pada data, tidak ditemukan sesuai algoritma yang direkomendasikan
adanya penyimpangan pada evaluasi oleh UTD Pusat dan WHO menggunakan
reagensia, semua bahan reagensia yang sistem mutu efektif yaitu jika ditemukan darah
digunakan 100% memenuhi syarat. yang reaktif harus dilakukan pemeriksaan
Pengaruh suhu ruang pada ulang 2 kali (duplo/induplicated) dengan
pemeriksaan yaitu pengaruh terhadap kerja menggunakan sampel, reagen dan alat yang
alat otomatis sehingga jika keadaan ruang sama. Hasilnya diintrepetasikan berdasarkan
tidak sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan hasil periksa ulang. Jika didapatkan hasil
oleh kinerja alat maka dapat mengakibatkan reaktif pada salah satu atau keduanya maka
alat tidak dapat beroperasional dan dapat sampel darah dianggap reaktif dan apabila
menyebabkan false reaktif. Ini dievaluasi didapatkan hasil non reaktif pada keduanya
karena dapat menyebabkan error alat. maka sampel darah dapat dikeluarkan
sebagai darah sehat.

Evaluasi Hepatitis B Reaktif pada Darah Donor tahun 2019 di UTD PMI Kota Malang
Dahlia Ayu Pri Irani, Hendra Rohman. Widia Rahmatullah, Jarwati Susilowati
Media Ilmu Kesehatan P-ISSN 2252-3413, E-ISSN 2548-6268
50
Media Ilmu Kesehatan Vol. 10, No. 1, April 2021

Sesuai dengan arahan BPOM saat memiliki dokter atau konselor donor reaktif.
asistensi dan sertifikasi, sampel darah yang Sebagai alternatif karena pendonor yang
reaktif harus dilakukan kajian sebelum darah reaktif tidak bisa konsul, maka konseling
dapat dinyatakan sebagai sampel darah non dilakukan ketika pendonor datang lagi untuk
reaktif dengan cara mengkaji sampel darah melakukan donor darah rutin di 3 bulan
tersebut dengan cara mencari kemungkinan berikutnya. Ketika pendonor datang akan
penyebab reaktif seperti penelusuran mulai tampak pada notifikasi sistem dan harus
dari kondisi sampel (input), riyawat donor dan dilakukan konseling terlebih dahulu.
riwayat pemeriksaan uji saring sebelumnya. Standar manajerial UTD harus memiliki
Sehingga jika ditemukan penyimpangan atau data donor rutin yaitu rutin mendonorkan
ada riwayat sebelumnya maka dapat darahnya minimal setahun 2 kali.2 Donasi
dilakukan penilaian ulang terhadap kajian darah hendaknya berasal dari donor yang
sampel darah tersebut. teratur dan donor ulang (rutin) untuk
Sesuai data output pemeriksaan menjamin informasi riwayat medis pendonor
HBsAg yang reaktif pada data formulir kajian yang optimal sehingga dapat mendeteksi
pelulusan darah reaktif no L4.02.FS005. faktor resiko potensial.6 Dua macam jenis
IMLTD.8-2, 100% telah dilakukan donor yaitu donor sukarela, donor pengganti
pemeriksaan ulang secara duplo dan atau keluarga dan donor komersil.7
dilakukan pengkajian terhadap sampel sesuai Donor baru lebih berpotensi resiko
SPO penanganan sampel darah reaktif, terhadap pemeriksaan infeksi menular lewat
greyzone dan donor konseling uji saring transfusi darah. Dengan kata lain, orang yang
IMLTD no. L4.02.FS003.IMLTD.8. mendonorkan darahnya secara rutin lebih
Semua pendonor dengan hasil uji dapat terkontrol mengenai riwayat kesehatan
saring reaktif, dilakukan konseling pada darahnya terhadap 4 parameter wajib yang
pendonor tersebut. Konseling dilakukan oleh dilakukan di tiap unit transfusi darah.
dokter pada setiap pendonor saat donor Penelusuran riwayat darah donor lebih
berikutnya dan atau melalui pemberitahuan mudah dilakukan pada donor rutin.2,6 Hasil
per telepon. Pendonor yang konseling reaktif hepatitis B lebih banyak pada donor
(17,2%). Tertinggi pada bulan April yaitu 8 sukarela (65,09%) dibandingkan donor
(57%) dan terendah pada bulan Maret 1 pengganti (34,91%). Pendonor sukarela
(7.5%). Pendonor reaktif yang belum melakukan donor rutin sehingga pendonor
melakukan konseling karena pendonor tidak sukarela yang terinfeksi tidak melakukan
bisa dihubungi via telepon, pendonor berada donor darah secara berulang.8 Pendonor
di luar kota, dan jam konseling bentrok sukarela lebih sedikit yang terinfeksi daripada
dengan jadwal kerja pendonor reaktif, belum donor pengganti.9

Evaluasi Hepatitis B Reaktif pada Darah Donor tahun 2019 di UTD PMI Kota Malang
Dahlia Ayu Pri Irani, Hendra Rohman. Widia Rahmatullah, Jarwati Susilowati
Media Ilmu Kesehatan P-ISSN 2252-3413, E-ISSN 2548-6268
51
Media Ilmu Kesehatan Vol. 10, No. 1, April 2021

Proses pengambilan darah dapat kriteria yang lain 100% baik. Penurunan
didesain untuk mencegah dan meminimalkan fungsi alat ini terjadi pada bulan Juli
6
kontaminasi sampel. Sampel pengujian dikarenakan alat error. Error alat sudah
darah IMLTD harus diambil dan ditangani ditangani oleh teknisi alat sesuai dengan
sesuai instruksi pabrik, memiliki identitas atau kesepakatan terkait tentang pemeliharaan
label dan didistribusikan sesuai instruksi alat dan fasilitas layanan pelanggan, serta
pabrik untuk menjaga mutu dan berdasarkan penelusuran pada service report
integritasnya.2 Pada persiapan dibutuhkan dan pemeriksaan ulangnya setelah alat
jaminan mutu pemeriksaan pra analitik yaitu diperbaiki, sampel yang reaktif adalah benar
mengenai pengumpulan sampel dan sampel true reaktif karena hasil pengulangan
10
penanganan sampel. reaktif dikeduanya atau pada salah satu uji
Tenaga kesehatan memiliki hak duplo atau induplicated. Reagen yang
perlindungan hukum sepanjang digunakan divalidasi sebelum digunakan,
melaksanakan tugas sesuai dengan standar mutu reagen harus dimonitor secara rutin.2
profesi, standar pelayanan profesi dan Laboratorium harus menyelenggarakan
standar prosedur operasional.11 Pada pasal pemantapan mutu internal dan eksternal
46 bahwa atasan bertanggungjawab atas sebagai salah satu syarat akreditasi.13 Upaya
kesalahan pegawainya.12 tersebut untuk mencegah kesalahan hasil. 10
CLIA suatu metode yang Catatan (log) penerimaan barang dapat
2
direkomendasikan. Peralatan dan bahan menunjukan kesesuaian spesifikasi yang
harus dikualifikasi, proses dan metode harus ditetapkan dan identifikasi personil penerima
2
divalidasi. Terdapat dokumentasi rincian bahan dan reagen.6 Hasil pemeriksaan
peralatan dan bahan, mempertimbangkan pengawasan mutu harus dikaji ulang dan
metode produksi yang berbeda. Ijin edar alat dianalisis untuk melihat adanya tren
kesehatan dan perbekalan kesehatan.13 Alat menggunakan grafik kontrol (grafik levi-
10
harus memilliki after sales terpercaya. jenning). Acuan control dilakukan setiap hari
Beberapa kriteria yang berhubungan dengan untuk membuktikan ketepatan alat sebelum
syarat alat yang digunakan yaitu alat melakukan pemeriksaan baik sebagai acuan
terkalibrasi, maintenance alat baik, dilakukan presisi maupun akurasi alat.10
sesuai dengan SPO dan alat tidak error. 4 Pencatatan suhu dan kelembaban
kriteria yang diambil, ditemukan penurunan masih dalam range syarat alat dan ruangan
fungsi pada alat pada bulan Juni sebesar yang digunakan uji saring IMLTD memenuhi
33,3% karena alat error sehingga prosentase sistem manajemen mutu.2 Setiap permukaan
evaluasi alat sebesar 97,23% alat dapat meja kerja dibersihkan periodik
digunakan dengan baik, sedangkan untuk 3 menggunakan bahan viricidal. Ruangan

Evaluasi Hepatitis B Reaktif pada Darah Donor tahun 2019 di UTD PMI Kota Malang
Dahlia Ayu Pri Irani, Hendra Rohman. Widia Rahmatullah, Jarwati Susilowati
Media Ilmu Kesehatan P-ISSN 2252-3413, E-ISSN 2548-6268
52
Media Ilmu Kesehatan Vol. 10, No. 1, April 2021

hanya boleh dimasuki petugas berwenang. dokter, 90% pendonor tidak mengetahui
Bangunan dan kontruksi memperhatikan tentang hepatitis B.
pencahayaan, pengatur suhu, kelembaban, Hasil pemeriksaan uji saring IMLTD
ventilasi yang sesuai, tidak berpengaruh reaktif harus diberitahukan melalui konseling.
buruk pada proses pemeriksaan, pengolahan UTD harus memberikan surat pemberitahuan
atau penyimpanan.6 Pencatatan suhu disertai dengan anjuran untuk melakukan
dilakukan setiap hari. Suhu ruang 18˚C - konseling pasca uji saring darah.2 Pendonor
30˚C dan kelembaban ruang 20% - 80%. yang bersikap menerima hasil uji saring
Pemeriksaan uji saring IMLTD setiap reaktif (44,6%) dibanding kelompok donor
sampel yang reaktif harus diperiksa yang tidak menerima hasil uji saring reaktif
induplicated (duplo) oleh assay (metode) (22,4%). Konseling diinformasikan kepada
yang sama dan penyumbangan darah yang pendonor ketika awal seleksi donor darah
hasilnya repeatly reactive harus segera sehingga pendonor sudah mengerti dan
dipisahkan.2,6 Saat ini setiap tahun rata-rata paham bila ada hasil uji saring darah yang
sekitar 3% dari darah donor yang reaktif maka akan dilakukan pemanggilan
dikumpulkan oleh UTD tidak dapat untuk dilakukan konseling dan pendonor
dipergunakan untuk transfusi disebabkan wajib mengisi inform consent sebagai tanda
hasil uji saring IMLTD repeated reactive persetujuan pemanggilan. Pemanggilan
terhadap anti-HIV, HBsAg, anti-HCV dan melalui media telepon, pesan elektronik dan
TPHA. Hasil repeated reactive (RR) surat tertulis dari UTD PMI.14
menunjukan hasil ulangan uji saring serologi
kedua kalinya secara induplicate pada KESIMPULAN
sampel darah donor yang initial reactive (IR), Donor darah yang paling banyak
dimana salah satu atau kedua hasil menunjukan hasil reaktif adalah reaktif
menunjukkan reaktif. Pada evaluasi output, hepatitis B, yaitu 256 (0,5%) dari 49.379
256 sampel reaktif adalah sampel yang benar pendonor. Evaluasi jenis donor yaitu 141
reaktif (true reaktif) karena interpretasi hasil (55%), donor rutin sebanyak 115 (44%).
pemeriksaan adalah reaktif. Tidak ditemukan Jumlah donor baru sebanyak 8.674 dengan
darah reaktif yang diulang duplo dengan hasil jumlah reaktif 141 (0.016%). Sedangkan
kedua-duanya non reactive (NR). donor rutin 36.880 dengan reaktif 115
Evaluasi pendonor yang konseling (0.003%). Donor baru mempunyai potensi
dilakukan sebagai upaya tindak lanjut hasil resiko reaktif hepatitis B daripada donor rutin.
reaktif. Hanya terdapat 2 dokter yaitu dokter Evaluasi input, sesuai dengan kriteria.
kepala dan dokter manager mutu yang bisa Sampel reaktif adalah sampel true reaktif.
melayani konseling pendonor reaktif. Menurut Evaluasi process dilakukan petugas yang

Evaluasi Hepatitis B Reaktif pada Darah Donor tahun 2019 di UTD PMI Kota Malang
Dahlia Ayu Pri Irani, Hendra Rohman. Widia Rahmatullah, Jarwati Susilowati
Media Ilmu Kesehatan P-ISSN 2252-3413, E-ISSN 2548-6268
53
Media Ilmu Kesehatan Vol. 10, No. 1, April 2021

berkompeten, sesuai SPO, menggunakan 6. Badan Pengawas Obat dan Makanan.


Peraturan Kepala Badan Pengawas
metode CLIA. Evaluasi pada alat ditemukan
Obat dan Makanan Republik Indonesia
2,77% alat error, sudah dilakukan tindaklanjut Nomor 10 Tentang Penerapan Pedoman
Cara Pembuatan Obat yang Baik di Unit
perbaikan oleh vendor. Reagensia sesuai
Transfusi Darah dan Pusat
kriteria. Evaluasi kondisi ruang sesuai Plasmaferesis. 2017.
7. Sonita A, Kundari R. Aplikasi Seleksi
ketentuan pabrikan alat. Kelima kriteria pada
Calon Pendonor. J Pseudocode.
proses dalam kondisi baik dan memenuhi 2019;6(2):96–103. Available from:
www.ejournal.unib.ac.id/index.php/pseud
kriteria, tidak ditemukan hasil false reaktif.
ocode
Evaluasi output sesuai syarat CPOB. 8. Ventiani N, Lastri S, Pratiwi D. Frekuensi
HBsAg Positif pada Uji Saring Darah di
Input, process, dan output saling
Palang Merah Indonesia Cabang
berkaitan, diperhatikan dalam pemeriksaan Padang Tahun 2012. J Kesehat Andalas.
2015;4(3):2012–5.
hepatitis B dan uji saring IMLTD. Apabila
9. Aminah S. HIV reaktif pada calon donor
salah satu ditemukan ada penyimpangan darah di UDD pembina PMI Provinsi
Lampung dan unit transfusi darah PMI
maka hasil akhir dapat disimpulkan sebagai
RSUD Pringsewu tahun 2010-2014.
hasil invalid. Evaluasi konseling donor Jurnal Analis Kesehatan. 2016;4(2):156.
Available from: https://ejurnal.poltekkes-
menunjukkan 17,2% sudah melakukan
tjk.ac.id/index.php/JANALISKES/article/vi
konseling. Ada 256 darah donor reaktif, ew/279/255 https://ejurnal.poltekkes-
tjk.ac.id/index.php/JANALISKES/article/vi
namun hanya 44 orang konseling. 90% yang
ew/279
konseling tidak mengetahui terkait hepatitis 10. Rahmania YL, Kuntjoro T, Suroto V.
Proving the Accuracy and Legal Liability
B. Dengan diketahuinya reaktif, dapat segera
of Clinical Laboratory Examination
dilakukan rujukan tindaklanjut penanganan. Results Using Automatic Tools. Soepra.
2020;5(2):358.
11. Kementerian Kesehatan Republik
KEPUSTAKAAN
Indonesia. Undang-undang Nomor 36
1. World Health Organization. The Clinical
Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan.
Use Of Blood, WHO Blood Transfusion
Jakarta; 2014.
Safety. Genewa; 2011.
12. Kementerian Kesehatan Republik
2. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. UU 44 tahun 2009 tentang
Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan
Rumah Sakit. Jakarta; 2009.
Nomor 91 Tentang Standar Pelayanan
13. Kementerian Kesehatan Republik
Transfusi Darah. Jakarta; 2015.
Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan
3. Peraturan Pemerintah Republik
Nomor 1190/Menkes/Per/VIII/2010
Indonesia. Peraturan Pemerintah
Tentang Ijin Edar Alat Kesehatan dan
Republik Indonesia Nomor 7 Tentang
Perbekalan Kesehatan. Jakarta; 2010.
Pelayanan Darah. Jakarta; 2011.
14. Kementerian Kesehatan Republik
4. Pusat Data dan Informasi Kementerian
Indonesia. Permenkes No.
Kesehatan Republik Indonesia
411/Menkes/Per/III/2010 Tentang
(Infodatin). Situasi dan Analisis Hepatitis.
Laboratorium Klinik. Jakarta; 2010.
2014.
5. Pusat Data dan Informasi kementrian
kesehatan Republik Indonesia
(Infodatin). Situasi Penyakit Hepatitis B
di Indonesia tahun 2017. 2017.

Evaluasi Hepatitis B Reaktif pada Darah Donor tahun 2019 di UTD PMI Kota Malang
Dahlia Ayu Pri Irani, Hendra Rohman. Widia Rahmatullah, Jarwati Susilowati
Media Ilmu Kesehatan P-ISSN 2252-3413, E-ISSN 2548-6268

You might also like