Synopsis: Noam Chomsky Biography

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 10

Noam Chomsky 

Biography
Academic, Linguist, Anti-War Activist, Journalist (1928–)

1 of 3
quotes

“The deceit and distortion surrounding the American invasion of Vietnam is by now so familiar that it
has lost its power to shock.”

—Noam Chomsky

Synopsis
Born in Philadelphia on December 7, 1928, Noam Chomsky was an intellectual prodigy who
went on to earn a PhD in linguistics at the University of Pennsylvania. Since 1955, he has been a
professor at MIT and has produced groundbreaking, controversial theories on human linguistic
capacity. Chomsky is widely published, both on topics in his field and on issues of dissent and
U.S. foreign policy.

Early Life
Noam Chomsky was a brilliant child, and his curiosities and intellect were kindled greatly by his
early experiences. Born in Philadelphia on December 7, 1928, Chomsky felt the weight of
America's Great Depression. He was raised with a younger brother, David, and although his own
family was middle-class, he witnessed injustices all around him. One of his earliest memories
consisted of watching security officers beat women strikers outside of a textile plant.

His mother, Elsie Chomsky, had been active in the radical politics of the 1930s. His father,
William, a Russian Jewish immigrant like his mother, was a respected professor of Hebrew at
Gratz College, an institution for teacher’s training. By the age of 10, while attending a
progressive school that emphasized student self-actualization, Chomsky had written a student
newspaper editorial on the rise of fascism in Europe after the Spanish Civil War. Amazingly, his
story was substantially researched enough to be the basis for a later essay he would present at
New York University.

By the age of 13, he was traveling from Philadelphia to New York, spending much of his time
listening to disparate perspectives hashed out by adults over cigarettes and magazines at his
uncle’s newsstand at the back of a 72nd Street subway exit. Chomsky greatly admired his uncle,
a man of little formal education, but someone who was wildly smart about the world around him.
Chomsky’s current political views spring from this type of lived-experience stance, positing that
all people can understand politics and economics and make their own decisions, and that
authority ought to be tested before being deemed legitimate and worthy of power.

Advertisement — Continue reading below


Undergraduate Work and Marriage
Just as World War II was coming to a close, Chomsky began his studies at the University of
Pennsylvania. He found little use for his classes until he met Zellig S. Harris, an American
scholar touted for discovering structural linguistics (breaking language down into distinct parts
or levels). Chomsky was moved by what he felt language could reveal about society. Harris was
moved by Chomsky’s great potential and did much to advance the young man’s undergraduate
studies, with Chomsky receiving his B.A. and M.A in nontraditional modes of study.

Harris introduced Chomsky to Nathan Fine, a Harvard mathematician, and two philosophers,
Nelson Goodman and Nathan Salmon. Although an industrious student of Goodman, Chomsky
drastically disagreed with his approach. Goodman believed the human mind was a blank slate,
whereas Chomsky believed the basic concepts of language were innate in every human’s mind
and then only influenced by one’s syntactical environment. His 1951 master’s thesis was titled
The Morphophonemics of Modern Hebrew.

In 1949, Chomsky married Carol Schatz, a woman he had known since they were both kids. The
relationship lasted for 59 years, until she died from cancer in 2008. They had three children
together and Schartz worked as an educational specialist in the field of language acquisition in
children. For a short time, between Chomsky’s masters and doctoral studies, the couple lived on
a kibbutz in Israel. When they returned, Chomsky continued at the University of Pennsylvania
and executed some of his research and writing at Harvard University. His dissertation eventually
explored several linguistic

he would soon lay out in one of his best-known books on linguistics, Syntactic Structures (1957).

Professorial Career
The professorial staff at Massachusetts Institute of Technology (MIT) invited him to join their
ranks in 1955. He has now worked in the Department of Linguistics & Philosophy at MIT for
over half a century. For his academic pursuits, he has received a multitude of honorary degrees
from universities as far flung as the University of Calcutta to the University of Chicago.

Chomsky’s ideas have never been regulated to language alone. His awards for peace and public
intellect are just as impressive. In 1967, The New York Review of Books published his essay,
"The Responsibility of Intellectuals." In light of the Vietnam War, which Chomsky adamantly
opposed, he addressed what he saw as a disgracefully resigned intellectual community, a
community of which he was an embarrassed member, with the hope of igniting his peers into
deeper thought and action. Weaving between the world of academia and popular culture,
Chomsky has gained a reputation for both his linguistic discoveries and his radical ideas.

As a professor, he introduced transformational grammar to the field. His theory asserts that
languages are innate and that the differences we see are only due to parameters developed over
time in our brains, helping to explain why children are able to learn different languages more
easily than adults. One of his most famous contributions to linguistics is what his contemporaries
have called the Chomsky Hierarchy, a division of grammar into groups, moving up or down in
their expressive abilities. These ideas have had huge ramifications for modern psychology, both
raising and answering questions about human nature and how we process information.

http://www.biography.com/people/noam-chomsky-37616#synopsis

Sabtu, 08 Februari 2014


Noam Chomsky, Hidup dan Pemikirannya

Avram Noam Chomsky (lahir di Philadelphia, Pennsylvania, Amerika Serikat, 7 Desember 1928; umur 85
tahun) adalah seorang profesor linguistik dari Institut Teknologi Massachusetts. Salah satu reputasi
Chomsky di bidang linguistik terpahat lewat teorinya tentang tata bahasa generatif.

Kepakarannya di bidang linguistik ini mengantarkannya merambah ke studi politik. Chomsky telah
menulis lebih dari 30 buku politik, dengan beragam tema. Dan sejak 1965 hingga kini, dia menjelma
menjadi salah satu tokoh intelektual yang paling kritis terhadap kebijakan luar negeri Amerika Serikat.
Buku-buku bertema politiknya kerap dianggap terlalu radikal untuk diresensi atau ditampilkan media AS.

Selama lima dasawarsa ini, Chomsky telah menjalin kontrak secara langsung dengan lebih dari 60
penerbit di seluruh dunia dan sudah menulis lebih dari 30 buku bertema politik. Dan baris-baris kalimat
dalam tulisannya muncul di lebih dari 100 buku, mulai dari karya ilmiah tentang linguistik, politik, hingga
kumpulan kuliah, wawancara dan esai.

Noam Chomsky yang kemudian sering disebut Chomsky dikenal sebagai tokoh intelektual yang berani
"melawan arus" mapan (atau istilah populernya sebagai antikemapanan), baik terhadap kalangan kolega
yang disebut-sebutnya sebagai "pembebek garis resmi kebijakan Amerika Serikat" ataupun para elit
pemerintahan di Amerika Serikat. Tulisan dan artikelnya serta pendapatnya yang sering menyentakkan
publik dan elit pemerintahan Amerika Serikat terutama dalam perspektif dia yang berbeda seputar
peran Amerika Serikat di berbagai tempat di dunia mulai dari Nikaragua, Amerika Tengah, Vietnam
hingga Timur Tengah.

Pendapatnya yang sering berbeda dengan opini umum dan memberikan perfektif dan arti baru berbagai
istilah dan peristiwa, mengundang serangan dari kalangan tertentu, dan pemahaman baru terhadap hal-
hal yang tak terbayangkan sebelumnya pada kalangan lainnya. Semua gagasannya yang mengundang
kalangan penentang dan pendukung selalu ditampilkan secara berbobot (powerfull).

Masalah antara jarak dan realitas dan pemaknaan media besar dalam berbagai kasus seperti " Perang
Dingin", Tatanan Dunia Baru,Demokrasi dan lainnya merupakan objek utama Chomsky. Motivasinya
adalah rasa ingin tahu yang besar. Ia selalu terjud dalam berbagai opini yang selalu bertentangan dan
berbeda, lalu mencari makna sebenarnya dalam gagasan yang saling bertentangan dan berbeda dan
bahkan saling bertabrakan itu. Menurut guru besar linguistik MIT ini, pandangan monolitik media-media
besar yang tampil secara konsisten harus dicurigai sebagai upaya untuk mempertahankan status quo
yang ada.

Yang mula-mula menjadi inspirasi terbesar ke lapangan ini adalah George Orwell yang karya-karyanya
sudah memukau Chomsky semenjak remaja. Novel "Animal Farm, 1984", esai semacam "Language in
the Service of Propaganda" atau "Homage to Catalonia", merupakan sedikit dari deretan karya Orwell
yang memengaruhi Chomsky. Chomsky bahkan gemar membandingkan dirinya dengan novelis itu.
Untuk mencari kebenaran sejati, Orwell berkelana dari satu tempat ke tempat lain untuk memperoleh
informasi dari tangan pertama. Sedangkan Chomsky mengeksplorasi kebenaran itu dari buku dan
khasanah teks yang ia baca. Ditambah kegemaran masa kecilnya, membaca seri ensiklopedi Compton.

Noam Chomsky lahir pada 7 Desember 1928 di Pennsylvania, Amerika Serikat. Dibesarkan di tengah
keluarga berpendidikan tinggi, pasangan Dr William Zev Chomsky dan Elsie Simonofsky.

Ayahnya dikenal dikenal sebagai ahli gramatika bahasa Ibrani, yang disebut harian New York Times
sebagai ahli gramatika bahasa Ibrani terkemuka yang menulis sejumlah karya gramatika bahasa itu. Pada
usia 12 tahun, Chomsky sudah membaca salah satu karya berat ayahnya tentang tata bahasa Ibrani abad
ke-13. Selain memperkenalkan bahasa dan warisan budaya leluhurnya, Yahudi, ayah Chomsky juga
memperkenalkan tradisi intelektual yang kelak melekat dalam diri Chomsky. Sementara ayahnya
mewarisi tradisi kebebasan intelektual, ibunya yang memiliki kecenderungan kekiri-kirian
(antikemapanan) menekankannya pentingnya keseimbangan untuk bertindak sebagai pemikir yang
sekaligus aktivis.

Sang paman, suami kakak ibunya, ikut memengaruhi arah watak intelektual Chomsky dengan
memperkenalkannya tokoh-tokoh pemikiran terkemuka, Sigmund Freud dan berbagai aliran Komunis
seperti Karl Marx, Stalinis, Trotskys, Leninisme dan yang lain-lainnya. Toko Pamannya, yang menjual
berbagai koran dan majalah di New York, menjadi tempat berkumpulnya para intelektual Yahudi di New
York. "Kelas pekerja Yahudi di New York memang berbeda. Intelektualitas mereka sangat tinggi,
sekalipun sangat miskin. Banyak di antara mereka yang tidak memiliki pekerjaan . Tapi mereka hidup di
tengah lingkungan yang kaya secara intelektual. Saya pikir ini merupakan masa yang paling berpengaruh
di masa usia remaja saya." kenang Chomsky.

Yang menarik seperti halnya ditulis dalam buku, Noam Chomsky, "A Life of Dissent" yang ditulis oleh
Robert F. Barsky, asisten gurubesar Sastra Inggris di Universitas Western Ontario Kanada, yang disebut-
sebut sebagai buku biografi intelektual dan politik Chomsky, Chomsky sempat bersentuhan dengan
kelompok-kelompok yang mendorong beremigrasinya kaum Yahudi Amerika ke negeri harapan yang
baru dibentuk, Israel. Ia memang tidak secara resmi terdaftar sebagai organisasi Yahudi berhaluan kiri
seperti Avukah yang mendorong berdirinya negeri "binasional" (Arab-Yahudi) di Palestina. Tapi karena
bersentuhannya dengan kelompok-kelompok tersebut, keinginan untuk tinggal di Israel sempat terlintas
di benaknya. isu-isu Pada saat tercatat sebagai anggota Harvard's Society Fellow, berdua dengan
istrinya, Carol, ia mengunjungi negeri itu pada tahun 1953. Mereka tinggal di kibbutz, pemukiman baru
Yahudi di Palestina selama kira-kira enam minggu. Dia menggambarkan lingkungannya itu sebagai
miskin, hanya sedikit makanan dan yang lebih penting lagi: "Benar-benar sesuai dengan lingkungan
ideologis". Yang terakhir itulah yang kemudian merisaukannya. Bagi dia, tidak mudah menerima
lingkungan yang dia sebut sebagai ekslusif dan rasis tersebut.

Ketika ia berada di sana, Chomsky melihat bagaimana masyarakat non-Yahudi terpinggirkan, terancam
dan ketakutan, pengalaman inilah, yang menunjukkan standar ganda keadilan, membuat dia merasa
ragu perlunya membentuk negara Yudaisme untuk etnik Yahudi. Pada masa berikutnya, Chomsky malah
dikenal sebagai salah satu intelektual Amerika Serikat yang berani berkonfrontasi secara langsung,
menentang pencaplokan Israel atas tanah Palestina. "Satu tanah dua negara, ini merupakan esensi
utama masalah Israel-Palestina" katanya dalam buku "The Chomsky Reader".

Watak kritis ini sebagai ahli linguistik yang banyak menulis soal-soal politik internasional, selain dibentuk
oleh banyak gagasan yang memengaruhinya, juga dibentuk dari bidang yang ditekuninya, " Cartesian
Linguistics". Menurut Chomsky, sekali ia menerima perspektif Cartesian dalam bahasa, pada tahap
berikutnya ia harus mendukung hak alami manusia dan melawan segala macam otoritarianisme yang
menindas manusia.

Keterlibatannya di aktivisme politik merembet tidak cuma sebatas menulis artikel. Ia pun mengirim
petisidan memprotes berbagai kebijakan luar negeri Amerika Serikat yang dianggapnya menindas
negara lain. "Saya menyadari bahwa mengirim petisi, menumbang uang, mengadakan pertemuan itu
tak cukup. Saya berpikiradalah penting jika kita ikut ambil bagian secara lebih aktif....dan saya sadar
benar apa akibatnya", kata Chomsky.

Dan karena gagasan-gagasannya yang radikal mengenai berbagai soal kebijakan luar negeri Amerika
Serikat itu, namanya sempat masuk dalam daftar musuh Gedung Putih pada masa pemerintahan Richard
Nixon. Ia pun pernah ditangkap dan diinterogasi petugas kemanan karena gagasan-gagasannya itu, yang
kemudian pernah membuat dia bertanya-tanya, apakah dia tinggal di Amerika atau di negeri lainnya.

Tapi ia tidak kenal jera. Ia bahkan menyebutnya sebagai akibat tanggungjawabnya sebagai intelektual.
"Bertrand Russell dan Albert Einstein sama-sama dikenal sebagai intelektual hebat. Keduanya sepakat
bahanya tengah mengancam umat manusia. Tapi mereka memilih jalan yang berbeda untuk
meresponnya. Einstein hidup dengan enak di Princeton dan mengabdikan dirinya semata-mata untuk
riset seraya sesekali menyampaika orasi ilmiah, sementara Russell memilih demonstrasi di jalan", kata
Chomsky yang memasang foto Russell di ruang kerjanya di MIT. "Ingin tahu hasilnya? Russel dikutuk
sementara Einstein dipuji selangit seperti laiknya malaikat. Apakah itu semua mengejutkan kita? Tidak",
kata Chomsky yang sadar benar akibat dari pilihannya.

http://taufiqakbarsnotes.blogspot.com/2014/02/noam-chomsky.html
Pemikiran Linguistik Noam Chomsky
1.         Teori Generatif Transformasi dan Pemerolehan Bahasa  
Teorinya terkenal dengan nama, tata bahasa transformasional genertif
(Transformational Generatif Grammar) atau tata bahasa generative. Transformasi adalah
memberikan beberapa tanda yang memungkinkan penutur dan pendengar memahami suatu
kalimat.  Sedangkan Generatif mengandung 2 (dua) makna, yaitu[5] :
1.      Produktivitas da kreativitas. Bahasa adalah sesuatu yang dihasilkan penutur tanpa terikat oleh
berbagai unsure bahasa itu sendiri.
2.      Keformalan dan dan eksplisit. Dari sudut pandang ini dapat dikatakan bahasa dikombinasikan
atas unsure dasar berupa (Fonem, morfem, dan lain sebagainya)
Adapun Gramatika mempunyai pengertian keseluruhan kaidah yang ada pada jiwa
pemakai bahasa yang mengatur serta berfungsi untuk melayani pemakai bahasa.[6] Berdasarkan
pengertian tersebut diatas teori Generatif Grammar mempunyai beberapa tipe dan yang
terpenting adalah tranformasi.
 Chomsky mendasarkan teorinya ini atas dasar asumsi bahwa bahasa menjadi
bagian dari komponen manusia dan produk khas akal manusia. Karena unsur  yang membedakan
manusia dengan hewan adalah kecerdasan dan kemampuannya berfikir. Bagi Chomsky (1968)
tata bahasa merupakan system kaidah yang menghubungkan bunyi dan arti. Dan tata bahasa itu
harus memenuhi dua syarat , yakni :
1.      Kalimat yang muncul harus berfungsi dalam ujaran, sebagai kalimat yang wajar dan tidak
dibuat-buat
2.         Tata bahasa tersebut harus bersifat umum dan tidak berdasarkan pada gejala bahasa tertentu.
[7]
[7]
Baginya kemampuan berbahasa pada manusia bukanlah produk (setting) alam,
melainkan merupakan potensi bawaan manusia sejak lahir. Teori ini, ia kemukakan sebagai hasil
dari penelitian yang ia lakukan pada perkembangan berbahasa seorang anak dalam hal

[7]
pemerolehan bahasa berdasarkan teori hipoteseis atau teori kodrati.[8] Melalui pendekatan
nativis Chomsky mengemukakan bahwa adanya ciri-ciri bawaan bahasa untuk menjelaskan
pemerolehan bahasa asli pada anak dalam tempo begitu singkat sekalipun ada sifat amat abstrak
dalam kaidah-kaidah bahasa tersebut..[9] [9]
Seorang anak dapat menguasai bahasa ibunya dengan mudah dan cepat, bahkan
pengetahuan itu juga diikuti oleh sense of language dari bahasa itu, yang lebih mengarah pada
keterampilan dalam tata bahasa. Mereka dapat mengenal bahasa itu sehingga mampu merangkai
kalimat dengan tepat, meski mereka tak mungkin bisa menjelaskannya.
Hal itu, ia yakini sebagai kemampuan naluriah yang diberikan oleh Tuhan kepada
manusia. Suatu hal yang mustahil bila kemampuan itu dianggap sebagai hasil pembelajaran, dari
alam atau kedua orang tuanya. Penguasaan terhadap tata bahasa sebuah bahasa bukanlah hal
yang mudah, terlebih untuk tingkat kanak-kanak.
Menurut Chomsky, focus teori bahasa adalah upaya menandai kemampuan  abstrak
yang dimiliki pembicara, memungkinkan pembicara menggunakan kalimat-kalimat yang secara
gramatikal benar dalam suatu bahasa.[10][10]
Kaidah-kaidah yang sangat Chomsky perhatikan ini mencakup atas ashwat (fonetik,
fonologi), shorof (morfologi), nahwu (sintaksis) dan ma’ani (makna-makna). Tetapi, Chomsky
lebih focus pada aspek amaliyah atau praktik dari kaidah sintaksis dan morfologi secara
khusus. Mengapa ? karena menurutnya aspek amaliahlah yang asli dan pokok berupa kalimat
yang menjadi pokok untuk membentuk bahasa dan analisa bahasa, kemudian kepadanya kaidah-
kaidah fonetik dan makna-makna itu didasarkan.[11][11]
Teori Generatif-Transformasi yang diletakan oleh Chomsky adalah teori modern
paling menonjol yang mencerminkan kemampuan akal, membicarakan masalah kebahasaan dan
pemerolehannya, serta hubungannya dengan akal dan pengetahuan manusia.[12] Bahwa manusia
lahir dengan kapasitas genetic juga mempengaruhi kemampuan kita memahami bahasa di sekitar

[9]

[10]

[11]

[
kita, yang hasilnya adalah sebuah kontruksi system bahasa yang tertanam dalam diri kita.
Menurut Chomsky, pengetahuan bawaan ini diumpakan dengan “kotak hitam kecil” di otak,
sebagai sebuah perangkat pemerolehan bahasa atau language acquisition device (LAD). McNeill
(1966) memaparkan LAD meliputi empat perlengkapan linguistic bawaan :[13]
1.      Kemampuan membedakan bunyi wicara dari bunyi-bunyi lain di lingkungan sekitar
2.      Kemampuan menata data linguistic ke dalam berbagai kelas yang bis adisempurnakan kemudian
3.      Pegetahuan bahwa hanya jenis system linguistic yang mungkin sedang yang lainnya tidak
4.      Kemampuan untuk terus mengevaluasi mengevaluasi system linguistic yang berkembang untuk
membangun kemungkinan system paling sederhana berdasarkan masukan linguistic yang ada
Walaupun harus diakui bahwa LAD secara harfiah bukanlah segugus sel otak yang
bisa ditunjuk dan ditentukan letaknya dan ditentukan letaknya. Namun demikian, para
Chomskyan berpendapat bahwa gagasan tentang bakat linguistic bawaan sepenuhnya cocok
dengan teori generative; anak-anak diyakini memanfaatkan kemampuan bawaan untuk
menghasilkan sejumlah ujaran yang kemungkinannya tak terbatas.
Untuk melanjutkan penyelidikan tentang hal ini, maka kaum nativis melakukan sebuah
penelitian yang kemudian dikenal sebagai tata bahasa universal (universal grammar). Hal ini
berkaitan erat dengan masalah logika bahasa (input bahasa) dan kemampuan berbahasa, dalam
pandangan Chomsky dan para pendukungnya, terkandung istilah yang dinamakan “kaidah-
kaidah alami universal” (the innate universal grammar)”. Kaidah alami-universal ini merupakan
kemampuan akal yang tertata yang dengannnya manusia bisa mengetahui kaidah-kaidah bahasa
tanpa mempelajari kaidah-kaidah ini dalam bentuk teori tradisional.[14]
Pada umumnya, semua bahasa memiliki kesamaan kaidah-kaidah dan system yang
bersifat universal dan tidak ada kekhususan bagi bahasa tertentu yang terdapat pada anak,
meskipun berbeda bahasa dan pendidikannya. Artinya, kaidah ini mengandung system yang
permanen yang ada dalam akal manusia.[15] Karena itu, pemerolehan kaidah-kaidah ini [15] Karena itu,
pemerolehan kaidah-kaidah ini merupakan kemampuan kodrati yang dimiliki semua orang yang
normal, apapun bahasa ibunya, atau apapun budan dan tingkat pendidikannya.[16][16]
[

[15] Karena itu, pemerolehan kaidah-kaidah ini

[16]

You might also like