Systems in Kalampangan Village, Sabangau District, Palangka Raya City)

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Jurnal AGRI PEAT, Vol. 20 No.

2, September 2019 : 99 - 106 ISSN :1411 – 6782 (Cetak)


2620-6935 (Elektronik)

PERSEPSI PETANI SAYURAN LAHAN GAMBUT TERHADAP PENGEMBANGAN


SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN DI KELURAHAN KALAMPANGAN
KECAMATAN SABANGAU KOTA PALANGKA RAYA
(Perception Of Peatland Vegetables Farmers On The Development Of Sustainable Agricultural
Systems In Kalampangan Village, Sabangau District, Palangka Raya City)

Sunaryati, R.,1)
1)
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Universitas Palangka Raya
Kampus Tunjung Nyaho UPR Jl. Yos Sudarso Kotak Pos 2/PLKUP 73111A Palangka Raya
Kalimantan Tengah
Korespondensi : [email protected]

Diterima : 03/08/2019 Disetujui : 23/08/2019

ABSTRACT

The land in the Kalampangan sub-district of Sabangau District is land that is dominated by peat soils.
Peat binds to a relatively large amount of carbon that is formed in a long process and under water-
saturated conditions. Water-saturated conditions cause the weathering process of organic matter to be
imperfect, so that the remains of organic matter such as litter, roots. The land in the Kalampangan
Village is a wetland with a layer of peat composed of organic material with a high C content that
exceeds carbon content in the terrestrial ecosystem. The aim of the study is to analyze the perceptions
of vegetable farmers towards the development of sustainable peatland agriculture. The study
population was all 164 vegetable farmers, the sample size was carried out by the Slovin technique
according to Sugiyono (2011) with a total sample of 35 people. Analysis of the data used in the form
of qualitative data and quantitative data. Sourced from primary data and secondary data. Using a
Likert scale which is translated into sub-variables then sub-variables are translated again into
measured indicators. The results of the research and analysis conducted on peatland vegetable farmers'
perceptions of the development of sustainable agriculture in the Village of Kalampangan are "agreed".
This perception is shown by the acquisition of a percentage score of 60%. Obtaining the percentage of
perception score of vegetable farmers for each sub-variable used is in the good or agreed category.

Keywords: Perception, Development, Peatlands, Sustainable Agriculture

ABSTRAK

Lahan di Kelurahan Kalampangan Kecamatan Sabangau yaitu lahan yang didominasi oleh tanah
gambut. Gambut mengikat karbon dalam jumlah yang relatif besar yang terbentuk dalam proses waktu
yang lama dan dalam kondisi jenuh air. Kondisi jenuh air menyebabkan proses pelapukan bahan
organik menjadi tidak sempurna, sehingga ditemukan sisa-sisa bahan organik seperti seresah, akar.
Lahan di Kelurahan Kalampangan merupakan lahan basah dengan lapisan gambut yang tersusun dari
bahan organik dengan kandungan C yang tinggi melebihi kandungan karbon yang ada di ekosistem
terrestrial. Tujuan penelitian menganalisis persepsi petani sayuran terhadap pengembangan pertanian
lahan gambut berkelanjutan. Populasi penelitian adalah seluruh petani sayuran sebanyak 164 orang,
ukuran sampel dilakukan dengan teknik Slovin menurut Sugiyono (2011) dengan jumlah sampel
presentatif sebanyak 35 orang. Analisis data yang digunakan berupa data kualitatif dan data kuantitatif.
Bersumber dari data primer dan data sekunder. Menggunakan skala Likert yang dijabarkan menjadi
sub variabel kemudian sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang diukur. Hasil
penelitian dan analisis yang dilakukan tehadap persepsi petani sayuran lahan gambut terhadap
pengembangan pertanian berkelanjutan di Kelurahan Kalampangan adalah "setuju". Persepsi ini

99
Sunaryati, Revi Persepsi Petani Sayuran Lahan Gambut…….

ditunjukan oleh perolehan persentase skor sebesar 60%. Perolehan persentase skor persepsi petani
sayuran untuk masing-masing sub variabel yang digunakan berada pada kategori baik atau setuju.

Kata Kunci : Persepsi, Pengembangan, Lahan Gambut, Pertanian Berkelanjutan

PENDAHULUAN mengeksploitasi lahan pertanian demi


peningkatan produksi pertanian semata. Konsep
Bumi ini kaya akan sumber daya alam, pertanian berkelanjutan merupakan suatu sistem
dan tanah merupakan salah satu bentuk sumber pertanian yang mempunyai tiga ciri utama
daya alam di muka bumi ini. Karena faktor dalam kegiatannya. Pertama, mempunyai
geografis dan juga faktor alam yang berbeda- efisiensi dalam penggunaan teknologi
beda, maka tanah yang ada di berbagai belahan pengairan, pemupukan, produksi, yang meliputi
dunia antara satu dengan yang lain juga pemilihan benih, cara pengendalian HPT serta
berbeda. Layaknya jenis tanah yang lain, tanah pasca panen. Kedua, semua aktifitas untuk
gambut juga memiliki karakteristik atau ciri-ciri mendukung produksi pertanian menggunakan
tersendiri yang membedakan jenis tanah ini pendekatan yang ramah lingkungan, tidak
dengan tanah yang lain. Berikut adalah merusak atau mencemari lingkungan. Ketiga,
beberapa karakteristik / ciri-ciri tanah gambut: mampu meningkatkan daya dukung lahan.
a. Warna tanah pada umumnya cokelat tua; b. (Isnaini, 2006). Produksi masing-masing
Merupakan tanah basah; c. Memiliki sifat asam komoditas sayuran per kecamatan dapat dilihat
yang tinggi dan tersedia sedikit unsur hara; d. pada Tabel 1.
Lembek atau lunak dan banyak terbentuk di Berdasarkan tabel diatas dapat
wilayah rawa; e. Terbentuk dari bahan organik diketahui bahwa produksi sayuran terbesar
(tumbuhan atau hewan). berada pada Kecamatan Sabangau dimana
Diketahui dari ciri-ciri tersebut bahwa produksi sayuran secara keseluruhan di
tanah gambut merupakan tanah yang basah dan Kecamatan Sabangau adalah sebesar 11.145
banyak menyimpan zat asam, sehingga tanah kuintal. Ini menjadikan Kecamatan Sabangau
gambut ini bukanlah tanah yang mudah untuk sebagai produsen produk pertanian terbesar
digunakan atau untuk bercocok tanam (Warino, untuk Kota Palangka Raya. Kelurahan
2015). Kalampangan terletak di Kecamatan Sabangau
Konsep pertanian berkelanjutan yang merupakan penghasil sayuran di Kota
sebenarnya merupakan jawaban atas konsep Palangka Raya.
pertanian "modern" yang dianggap terlalu

Tabel 1. Produksi Sayuran (kuintal) Berdasarkan Kecamatan di Kota Palangka Raya (2017)
Kecamatan
Komoditi
Pahandut Sabangau Jekan Raya Bukit Batu Rakumpit
Petsai/Sawi - 1.925 - - 12
Kacang - 1.055 326 1.488 83
Panjang
Cabe Besar 190 780 275 327 48
Cabe Rawit 130 800 82 551 47
Tomat 132 1.080 629 714 74
Terong 105 1.048 582 883 121
Ketimun 245 420 468 976 138
Kangkung 170 1.657 - 16 -
Bayam 93 1.145 - - 0
Lainnya 650 1.235 2.204 428 10
Jumlah
1.715 11.145 4.566 5.383 663
(kuintal)
Sumber : Dinas Pertanian, dan Peternakan Kota Palangka Raya 2018.

100
Jurnal AGRI PEAT, Vol. 20 No. 2, September 2019 : 99 - 106 ISSN :1411 – 6782 (Cetak)
2620-6935 (Elektronik)

Program Sekolah Lapangan keanekaragaman hayati, dan bencana kebakaran


Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) sebagai yang sangat merugikan di lahan gambut
bentuk pemberdayaan petani terhadap (Warino, 2015).
kesadaran ligkungan sebenarnya cukup Kerusakan yang terjadi pada lahan
signifikan untuk meredam penggunaan obat- gambut di Indonesia makin bertambah ketika
obatan secara berlebihan dan tidak rasional. terjadi kebakaran hutan dan lahan gambut pada
Namun, keberlanjutan program ini kurang tahun 2015. Laporan pemerintah Indonesia,
terjamin dan tidak di dukung dengan kebijakan kebakaran hutan dan lahan pada periode Juni-
nasional lain yang lebih progresif dan serius, Oktober 2015 mencapai 2,611 juta hektar.
misalnya kebijakan untuk mempromosikan Luasan yang terbakar, 33% di antaranya terjadi
pembangunan. Sistem pertanian berkelan-jutan di lahan gambut. Diperkirakan kerugian yang
dapat dilaksanakan dengan menggunakan empat ditimbulkan mencapai IDR 221 triliun,
macam model sistem, yaitu sistem pertanian kerusakan ini umumnya dipicu oleh drainase
organik, sistem pertanian terpadu, sistem dan konversi lahan gambut untuk pertanian dan
pertanian masukan luar rendah, dan sistem perkebunan (Warino, 2015)
pegendalian hama terpadu (Solikin, 2007). Sejak dibukanya Proyek
Petani di Kelurahan Kalampangan saat Pengembangan Lahan Gambut untuk Pertanian
ini sudah mulai menjalankan sistem yang Tanaman Pangan (Keputusan Presiden No. 82
mengarah kepada sistem pertanian yang Tahun 1995) di Kalimantan Tengah, setiap
berkelanjutan. Petani di Kelurahan tahun selalu terkena dampak kebakaran hutan
Kalampangan saat ini sudah mulai meiakukan dan lahan. Tiga kebakaran besar yang terjadi
praktek-praktek integrasi tanaman dan ternak, sejak pembukaan Eks Proyek Lahan Gambut
pertanian organik serta teknik budidaya (Eks PLG) selalu terulang dalam selang periode
tumpang sari. Meskipun sudah menjalankan 9 (sembilan) tahunan, yakni pada tahun 1997,
pertanian yang mengarah kepada sistem 2006 dan yang terakhir pada tahun 2015.
pertanian berkelanjutan para petani melakukan Menghindari terjadinya bencana yang
sistem ini secara sederhana berdasarkan ditimbulkan oleh penggunaan lahan gambut
pengalaman yang mereka miliki selama bertani. yang tidak bijaksana, upaya darurat
Lahan gambut di Kelurahan pembangunan sodetan atau kanal kanal baru
Kalampangan Kecamatan Sabangau yaitu lahan untuk membasahi gambut kering beresiko
yang didominasi oleh tanah gambut. Gambut tinggi. Pembangunan kanal atau kanalisasi
mengikat karbon dalam jumlah yang relatif tersebut dicetuskan Presiden Republik
besar yang terbentuk dalam proses waktu yang Indonesia saat memantau penanganan
lama dan dalam kondisi jenuh air kondisi jenuh kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan
air. Kondisi jenuh air menyebabkan proses Tengah, 23 September 2015. Kanal-kanal itu
pelapukan bahan organik menjadi tidak bertujuan menampung air sebagai sumber
sempurna, sehingga ditemukan sisa-sisa bahan cadangan air dan membasahi gambut setempat
organik seperti seresah, akar, dan sejenisnya. (Badan Restorasi Gambut, 2016).
Lahan gambut merupakan lahan basah dengan Revegetasi adalah upaya pemulihan
lapisan gambut yang tersusun dari bahan tutupan lahan pada ekosistem gambut melalui
organik dengan kandungan C yang tinggi. penanaman jenis tanaman asli pada fungsi
Lahan gambut memiliki cadangan karbon yang lindung atau dengan jenis tanaman lain yang
melebihi kandungan karbon yang ada di adaptif terhadap lahan basah dan memiliki nilai
ekosistem terrestrial. Ekosistem gambut saat ekonomi pada fungsi budidaya. Terdapat
ini telah dan sedang terdegradasi dan rusak. beberapa cara melakukan revegetasi, seperti :
Penggunaan lahan untuk pertanian dan a. Penanaman benih endemis dan adaptif
kehutanan di lahan gambut yang berhasis pada lahan gambut terbuka.
drainase menimbulkan hanyak masalah di b. Pengayaan penanaman (enrichment
dunia. Masalah yang muncul antara lain planting) pada kawasan hutan gambut
degradasi tanah gambut dan subsidensi sebagai terdegradasi.
dampak langsung dari drainase lahan gambut,
emisi gas rumah kaca, kehilangan

101
Sunaryati, Revi Persepsi Petani Sayuran Lahan Gambut…….

c. Penerapan teknik agen penyebar benih 4. Ekuitabilitas atau menggambarkan bahwa


(seed dispersal techniques) untuk produksi pertanian memberikan keuntungan
mendorong regenerasi vegetasi gambut. yang merata atau tinggi pada banyak orang.
Teknik revegetasi dilakukan dengan 5. Membudayakan tanaman secara alami.
sistem surjan dan paludikultur. Sistem surjan 6. Mendorong danmeningkatkan siklus hidup
adalah agroforestri yang tidak membutuhkan biologis dalam ekosistem pertanian.
adanya saluran atau kanal drainase sehingga 7. Memelihara dan meningkatkan kesuburan
lahan gambut dapat dipertahankan tetap basah. tanah jangka panjang
Sementara itu, paludikultur adalah blidaya 8. Memelihara keragaman genetik sistem
tanaman menggunakan jenis-jenis tanaman pertanian.
rawa atau tanaman lahan basah yang tidak Pertanian berkelanjutan (sustainable
memerlukan adanya drainase air gambut. agriculture) adalah pemanfaatan sumber daya
Revilalisasi sumber mata pencaharian yang dapat diperbaharui (renewable resources)
masyarakat, bertujuan untuk meningkatkan dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui
kesejahteraan masyarakat yang ada di dalam (unrenewable resources) untuk proses produksi
dan sekitar areal restorasi gambut. Program pertanian dengan menekan dampak negatif
revialisasi yang dilakukan mendorong sistem terhadap lingkungan seminimal mungkin.
pertanian terpadu di lahan gambut dimana Pertanian kini bukan hal yang dipandang
sistem surjan dan paludikulur menjadi pilihan remeh, karena pertanian merupakan satu-
utamanya. Program ini melakukan identifikasi satunya penjamin ketersediaan pangan di
jenis-jenis tanaman yang ramah terhadap Indonesia. Sehingga para pemuda dapat
ekosistem gambut. Demikian pula berkecimpung dalam dunia pertanian, karena
dikembangkan perikanan air tawar dan pertanian memiliki prospek kerja yang bagus
peternakan. Pengembangan teknologi pertanian dan tidak akan pernah mati. Karena jika
adaptif di lahan gambut menjadi prioritas dalam pertanian mati, tidak akan ada manusia yang
program ini. Program ini juga mengembangkan hidup di bumi.
strategi penguatan rantai pasok kepada pasar
lokal, nasional dan internasional (Badan Persepsi
Restorasi Gambut, 2016). Persepsi merupakan suatu proses yang
membuat seseorang untuk memilih,
Indikator Pertanian Berkelanjutan mengorganisasikan, dan menginter-pretasikan
Pertanian berkelanjutan adalah gerakan rangsangan-rangsangan yang diterima menjadi
pertanian menggunakan prinsip ekologi, studi suatu gambaran yang berarti dan lengkap
hubungan antara organisme dan lingkungannya. tentang dunianya.
Tahap menuju pertanian berkelanjutan Persepsi adalah proses yang
seringkali dipandang sebagai sebuah tahapan menyangkut masuknya pesan atau informasi
dan bukan sebagai akhir. Beberapa menganggap dalam otak manusia secara terus menerus
bahwa pertanian berkelanjutan yang sebenarnya mengadakan hubungan dengan lingkungannya
adalah yang berkelanjutan secara ekonomi yang melalui indranya, yaitu indra penglihatan,
dicapai dengan: penggunaan energi yang lebih pendengaran, peraba, perasa dan penciuman.
sedikit, jejak ekologi yang minimal, barang Salah satu alasan mengapa persepsi demikian
berkemasan yang lebih sedikit, pembelian lokal penting dalam hal menafsirkan keadan
yang meluas dengan rantai pasokan pangan sekeliling kita adalah bahwa persepsi kita
singkat, bahan pangan terproses yang lebih masing-masing, tetapi mempersepsi secara
sedikit, kebun komunitas dan kebun rumah berbeda, apa yang dimaksud dengan sebuah
yang lebih banyak, dan sebagainya. Beberapa situasi ideal. Persepsi merupakan sebuah proses
Indikator Pertanian Berkelanjutan : yang hampir bersifat otomatik dan ia bekerja
1. Produktivitas pertanian yang berkualitas dengan cara yang hampir serupa pada masing-
dengan kualitas yang memadai. masing individu, tetapi sekalipun demikian
2. Stabilitas produksi hasil pertanian. secara tipikal menghasilkan persepsi-persepsi
3. Sustainabilitas merupakan gambaran yang berbeda. Persepsi adalah proses mengor-
ketahanan sistem budidaya pertanian. ganisasikan dan menginter-prestasikan

102
Jurnal AGRI PEAT, Vol. 20 No. 2, September 2019 : 99 - 106 ISSN :1411 – 6782 (Cetak)
2620-6935 (Elektronik)

stimulasi yang diterima individu sehingga


mempunyai arti individu yang bersangkutan
dimana stimulasi merupakan salah satu faktor
yang berperan dalam persepsi

BAHAN DAN METODE


Berdasarkan perhitungan di atas sampel
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan
yang menjadi responden dalam penelitian ini
Kalampangan Kecamatan Sabangau Kota
disesuaikan menjadi 35 orang. Pengambilan
Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah. Di
sampel ini dilakukan dengan teknik insidental,
pilih secara purposive (sengaja), untuk lokasi
seperti yang dikemuka-kan Sugiyono (2011).
penelitian dikarenakan lokasi ini merupakan
salah satu sentra agribisnis tanaman sayuran.
Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari
Jenis data yang digunakan dalam
sampai bulan Mei 2019.
penelitian ini adalah: a. Data kualitatif yaitu
Dalam penelitian ini penulis
data yang berupa pernyataan responden dan
mempersempit populasi yaitu jumlah seluruh
pertanyaan yang diberikan dalam bentuk
petani sayuran sebanyak 164 orang dengan
kuisioner/angket; b. Data kuantitatif yaitu data
menghitung ukuran sampel yang dilakukan
yang berupa angka-angka berdasarkan hasil
dengan menggunakan teknik Slovin menurut
kuisioner dari responden yang meliputi nama,
Sugiyono (2011).
alamat, umur, jenis kelamin, pendidikan
Rumus Slovin untuk menentukan sampel adalah
terakhir, lama tinggal dilokasi, status
sebagai berikut:
kependudukan, pekerjaan, pengetahuan atau
informasi responden.

Keterangan:
n = Ukuran sampel/jumlah responden HASIL DAN PEMBAHASAN
N = Ukuran populasi Karakteristik Responden
α = Taraf kesalahan Beberapa konsep penting yang
Kelonggaran ketelitian kesalahan termasuk dalam penelitian ini yakni
pengambilan sampel yang masih bisa ditolerir; karakteristik responden meliputi : tingkat usia
e=0.1 Dalam rumus Slovin ada ketentuan (umur), tingkat pendidikan, status kepemilikan
sebagai berikut: lahan, lama tinggal di lokasi dan status
Nilai e = 0.1 (10%) untuk populasi dalam kependudukan. Karakteristik responden
jumlah besar disajikan pada tabel 2.
Nilai e = 0.2 (20%) untuk populasi dalam
jumlah kecil Skala Likert
Jadi rentang sampel yang dapat diambil Skala Likert merupakan alat ukur yang
dari teknik Slovin adalah antara 10-20% dari digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan
populasi penelitian. Jumlah populasi dalam persepsi seseorang atau sekelompok orang
penelitian ini adalah sebanyak 164 orang petani tentang kejadian atau gejala sosial.
sayuran, sehingga presentase kelonggaran yang Untuk menjawab tujuan penelitian ini
digunakan adalah 15% dan hasil perhitungan dilakukan pengisian kuesioner bagian persepsi
dapat dibulatkan untuk mencapai kesesuaian. yang akan menghasilkan jawaban dimana setiap
Maka untuk mengetahui sampel penelitian, poin jawaban memiliki skor yang ditentukan
dengan perhitungan sebagai berikut: menggunakan skala Likert. Skala Likert
berhubungan dengan pernyataan tentang sikap
seseorang terhadap sesuatu, misalnya setuju-
tidak setuju, senang-tidak senang dan puas-

103
Sunaryati, Revi Persepsi Petani Sayuran Lahan Gambut…….

tidak puas, dengan bobot tertentu pada setiap Untuk mengetahui seberapa besar
pertanyaan. Responden yang mengisi persepsi petani sayuran lahan gambut terhadap
pertanyaan tersebut dalam skala ordinal pengembangan sistem pertanian berkelanjutan
berbentuk verbal dalam jumlah kategori 5, dapat dilihat pada tabel 3.
dimana pada kuesioner ini tidak menggunakan Berdasarkan hasil penelitian dan
kategori netral dalam analisis (Umar, 2005). analisis yang dilakukan terhadap persepsi petani
Berikut adalah model skoring dengan Skala sayuran terhadap pengembangan pertanian
Likert: berkelanjutan di Kelurahan Kalampangan dapat
Bobot skor 5 = Sangat setuju (SS) ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Bobot skor 4 = Setuju (S) Persepsi petani sayuran terhadap
Bobot skor 3 = Tidak tahu (TT) pengembangan pertanian berkelanjutan di
Bobot skor 2 = Tidak setuju (TS) Kelurahan Kalampangan adalah “setuju”.
Bobot skor 1 = Sangat tidak setuju (STS) Persepsi ini ditunjukan oleh perolehan
Jawaban-jawaban yang telah diberikan presentase skor yang diukur melalui tiga
bobot, kemudian di jumlahkan utuk setiap variabel yaitu: lingkungan, ekonomi dan sosial.
responden, guna dijadikan skor persepsi Variabel pengukur ini kemudian dijabarkan
terhadap variabel-variabel yang akan diteliti. kembali menjadi beberapa sub variabel yaitu;
Rentang skala persepsi digunakan untuk tanah, air, udara, pendapatan, produksi, dan
menentukan posisi tanggapan responden keselarasan dengan norma sosial. Perolehan
dengan menggunakan skor. Langkah presentase skor persepsi petani sayuran untuk
selanjutnya setiap jawaban responden diberi masing-masing sub variabel yang digunakan
skor berdasarkan skala Likert. berada pada kategori baik atau setuju.

Tabel 2. Karakteristik Responden Kelurahan Kalampangan Kecamatan Sabangau Kota Palangka


Raya Tahun 2019
Jumlah
No. Karakteristik
Jiwa (%)
1 Tingkat Usia
a. 30-40 Tahun 8 23
b. 41-50 Tahun 18 51
c. 51-60 Tahun 8 23
d. 61-70 Tahun 1 3
Jumlah 35 100
2 Tingkat Pendidikan
a. Tidak Sekolah 0 0
b. SD 18 51
c. SMP 9 26
d. SMA 2 23
Jumlah 35 100
3 Status Kepemilikan Lahan
a. Milik Sendiri 35 100
b. Sewa 0 0
Jumlah 35 100
4 Lama Tinggal di Lokasi
a. 1-10 Tahun 18 51
b. 11-20 Tahun 15 43
c. 21-30 Tahun 2 6
Jumlah 35 100
5 Status Kependudukan
a. Asli 0 0
b. Pedatang 35 100
Jumlah 35 100
Sumber: data primer yang diolah, 2019

104
Jurnal AGRI PEAT, Vol. 20 No. 2, September 2019 : 99 - 106 ISSN :1411 – 6782 (Cetak)
2620-6935 (Elektronik)

Tabel 3. Rekapitulasi skor persepsi petani terhadap pengembangan pertanian lahan gambut
berkelanjutan
Jumlah Presentasi
No. Variabel indikator berkelanjutan Nilai skor Kategori
petani (%)

1. Penggunaan pupuk an organik dalam 1 0 0.00 STS


jangka panjang dapat merusak dan 2 0 0.00 TS
menurunkan kualitas tanah. 3 2 4.00 TT
4 30 90.00 S
5 3 6.00 SS
Jumlah 35 100.00
2. Petani melakukan teknik budidaya tertentu 1 0 0.00 STS
dalam menjaga keberlanjutan tanah. 2 1 2.00 TS
3 2 4.00 TT
4 32 94.00 S
5 0 0.00 SS
Jumlah 35 100.00
3. Petani melakukan integrasi tanaman dan 1 0 0.00 STS
ternak untuk pemenuhan hara tanaman dan 2 0 0.00 TS
kebutuhan sumber pangan bergizi bagi 3 9 22.00 TT
hewan ternak. 4 26 78.00 S
5 0 0.00 SS
Jumlah 35 100.00
4. Tidak membuang limbah berbahaya secara 1 0 0.00 STS
langsung ke tanah, misalnya: pestisida, 2 0 0.00 TS
limbah pupuk. untuk menjaga kelestarian 3 3 6.00 TT
lingkungan lahan gambut. 4 30 90.00 S
5 2 4.00 SS
Jumlah 35 100.00

Permasalahan yang dihadapi petani KESIMPULAN


sayuran dalam mengaplikasikan di lahan
gambut pertanian berkelanjutan adalah masih Pemanfaatan sumberdaya alam untuk
terbatasnya pengetahuan petani tentang konsep proses produksi pertanian diusahakan dengan
pertanian berkelanjutan. menekan dampak negatif terhadap lingkungan
Hasil rekapitulasi skor persepsi petani seminimal mungkin. Kelurahan Kalampangan
terhadap pengembangan pertanian lahan Kecamatan Sabangau merupakan sentral
gambut berkelanjutan dengan nilai skor 4 atau produksi sayuran di Kota Palangka Raya
setuju, artinya persepsi petani sayuran sangat Kalimantan Tengah dengan lahan gambut.
baik untuk menjaga, melestarikan, mengelola Sesuai dengan tujuan penelitian maka
lingkungan lahan gambut sehingga kesuburan hasil analisis skoring persepsi petani sayuran
tanah terus dapat berlanjut untuk usahatani terhadap pengembangan pertanian lahan
sayuran. gambut berkelanjutan di dapatkan hasil sebagai
Kesuburan lahan gambut di Kelurahan berikut:
Kalampangan harus selalu di jaga 1) 94% petani sayuran setuju melakukan
keberlanjutannya karena masyarakat sudah teknik budidaya yang tidak
mengenal bahwa 80% produksi sayuran di Kota mengeksploitasi lahan, ramah lingkungan
Palangka Raya berasal dari kelurahan dalam menjaga keberlanjutan tanah lahan
Kalampangan. gambut.
2) 90% petani sayuran tidak menggunakan
pupuk anorganik.
3) 90% petani sayuran tidak membuang
limbah berbahaya langsung ke tanah.

105
Sunaryati, Revi Persepsi Petani Sayuran Lahan Gambut…….

4) 78% petani sayuran integrasi antara Hendrayana, Heru. Dampak pemanfaatan


tanaman dan ternak yaitu subsidi silang air tanah. UGM. 2002.
pemenuhan gizi ternak dan tanaman. Isnaini, M. 2006. Pertanian organik untuk
Semua proses produksi sayuran yang keuntungan ekonomi dan
dilakukan merupakan pengembangan usaha kelestarian bumi. Kreasi Wacana.
pertanian berkelanjutan, penggunaan produksi
Yogyakarta.
hayati yang ramah terhadap lingkungan lebih
mengarah kepada proses produksi pertanian Marlanda, Felisitas Prima Bentarjani. 2013.
yang berkelanjutan Analisis tipe perilaku konsumen
sayuran organik di pasar Swalayan
DAFTAR PUSTAKA Kabupaten Sidoarjo. Skripsi.
Universitas Sebelas Maret.
Ariga, Dukuh. T. Y. 2013. Anaisis Melisa, Nova. 2011. Pengaruh
pendapatan petani tebu di pencampuran tepung ampas tahu
Kecamatan Jepon Kabupaten dan tepung terigu sebagai bahan
Blora. Skripsi. Universitas Negeri pengikat terhadap mutu nugget
Semarang. wortel (Daucus Carota L). Skripsi.
Asnah. 2015. Analisis persepsi masyarakat Universitas Andalas.
terhadap keputusan pembelian Ngorah, Gusti Santosa. 2015. Peran
produk sayur organik di Kota pengelolaan air untuk ketahanan
Palembang Skripsi. Universitas pangan. Universitas Udayana.
Bina Darma. Nurhasikin. 2013. Penduduk usia produktif
Asrti, Maria Adhanari. 2005. Pengaruh dan ketenagakerjaan. Kepulauan
tingkat pendidikan terhadap Riau. BKKBN.
produktivitas kerja bagi karyawan Permentan No. 02/Pert/HK.060/2/2006.
bagian produksi pada handicraft di Pupuk organik dan pembenah
Kabupaten Bantul. Skripsi. tanah.
Universitas Negeri Semarang. Solikin, K.A. 2007. Sistem pertanian
Badan Restorasi Gambut Indonesia. 2016. berkelanjutan. Kanisius
Pembahasan gambut. Yogyakarta.
BPTP. 2015. Kalampangan, desa pertanian Sugiyono. 2011. Metode penelitian
gambut dalam yang berhasil. kuantitatif, kualitatif dan R & D.
http://kalteng.litbang.pertaniango.i Bandung Afabeta.
d/ind/index.php/berita-mainmenu- Umar, Husein. 2005. Riset pemasaran &
26/13-info-aktual/72- perilaku konsumen. Jakarta PT
kalampangan-desa-pertanian- SUN.
gambut-dalam-yang-berhasil. Warino, J. 2015. Jenis dan macam tanah
Dantes, Nyoinan. 2012. Metode penelitian. gambut. http://jokowarino.co.id
Andi. Yogyakarta. [20 Juni 2019]
Dinas Pertanian dan Peternakan Kota
Palangka Raya. 2015. Produksi
Sayuran (kuintal) Berdasarkan
Kecamatan di Kota Palangka Raya
tahun 2015. Palangka Raya.

106

You might also like