15862-Article Text-44437-2-10-20201028
15862-Article Text-44437-2-10-20201028
15862-Article Text-44437-2-10-20201028
ABSTRACT
The research was conducted in Bromo Tengger Semeru National Park (TNBTS), Lumajang
Regency, East Java. TNBTS is one of the conservation areas with abundant biodiversity, both from flora
and fauna. The purpose of this research is to determine the diversity and evenness of herpetofauna species
in several TNBTS resorts, due to the lack of exploration of herpetofauna in several areas of the TNBTS
area. Herpetofauna is a reptile group consisting of 2 different classes, namely Reptiles and Amphibians.
Although they are of different classes, they have the same habitat, namely living in humid areas and close
to water. Herpetofauna have a very important role in an ecosystem, namely as a constituent of the food
chain and even some of them can be used as bio-indicators of habitat damage. The research location is in
Ranu Darungam, Ranu Pani and Ranu Regulo, Ireng-Ireng Block. The method used was the Visual
Encounter Survey (VES) combined with the transect method with 2 types of habitat, namely aquatic and
terrestrial. Observations on aquatic habitats were carried out along the path following the river flow along
300 m, while in terrestrial habitats were carried out along the path around the river flow along 1 km.
Observations were made at 19.00-22.00 WIB. The results of the analysis of the diversity index in Ranu
Pani and Ranu Regulo were low 0.64. Meanwhile, Ranu Darungan (1.96) and Ireng-Ireng Block (1.81) are
considered moderate. Evenness index and dominance index tend to be stable.
INTISARI
Penelitian dilakukan di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Kabupaten Lumajang,
Jawa Timur. TNBTS merupakan salah satu kawasan konservasi dengan keanekaragaman hayati yang
melimpah, baik dari flora maupun fauna. Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui
keanekaragaman dan kemerataan jenis herpetofauna yang ada di beberapa Resort TNBTS, dikarenakan
kurangnya eksplorasi mengenai herpetofauna di beberapa wilayah Kawasan TNBTS. Herpetofauna
merupakan kelompok hewan melata yang terdiri dari 2 kelas berbeda, yaitu Reptil dan Amfibi. Meskipun
berbeda kelas namun mereka memiliki kesamaan habitat yaitu berhabitat di daerah lembab dan dekat
dengan air. Herpetofauna memiliki peran yang sangat penting di dalam suatu ekosistem yaitu sebagai
penyusun rantai makanan bahkan beberapa di antaranya dapat dijadikan bioindikator kerusakan habitatnya.
Lokasi penelitian berada di Ranu Darungam, Ranu Pani dan Ranu Regulo, Blok Ireng-Ireng. Metode yang
digunakan adalah Visual Encounter Survey (VES) yang dikombinasikan dengan metode transek dengan 2
tipe habitat yaitu akuatik dan terestrial. Pengamatan pada habitat akuatik dilakukan sepanjang jalur
mengikuti aliran sungai sepanjang 300 m, sedangkan pada habitat terestrial dilakukan di sepanjang jalan
setapak di sekitar aliran sungai sepanjang 1 km. Pengamatan dilakukan pada pukul 19.00-22.00 WIB. Hasil
analisis indeks keanekaragaman di Ranu Pani dan Ranu Regulo termasuk rendah 0,64. Sedangkan di Ranu
Darungan (1,96) dan Blok Ireng-Ireng (1,81) termasuk sedang. Indeks kemerataan jenis dan indeks
dominansi cenderung stabil.
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar 263
ISBN: 978-602-72245-5-1
Prosiding Seminar Nasional Biologi di Era Pandemi COVID-19
Gowa, 19 September 2020
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/psb/
PENDAHULUAN 2015). Manfaat herpetofauna bagi manusia
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru sendiri yaitu sebagai predator hama tanaman
(TNBTS) merupakan salah satu kawasan seperti tikus dan wereng (Qurniawan &
konservasi dengan keanekaragaman hayati Eprilurahman, 2012).
yang melimpah, baik dari flora maupun fauna. Beberapa penelitian mengenai
Keberadaan TNBTS tentu sangat penting herpetofauna yang dilakukan beberapa tahun
mengingat fungsi taman nasional yaitu untuk terakhir menunjukkan adanya penurunan
mengelola, mengonservasi dan melestarikan populasi secara global yang dimulai pada tahun
seluruh flora dan fauna dan melindungi seluruh 1980-an seiring dengan adanya peningkatan
ekosistem yang berada di dalam Kawasan pencemaran lingkungan dan berkurangnya
Taman Nasional. Hal tersebut diperkuat dengan habitat asli mereka (Subeno, 2018). Menurun
adanya UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang atau hilangnya populasi herpetofauna pada
konservasi sumber daya alam hayati dan habitat aslinya menandakan terjadinya
ekosistemnya yang menyebutkan bahwa penurunan kualitas pada ekosistem tersebut.
Taman Nasional merupakan kawasan Terdapat beberapa jenis herpetofauna yang
pelestarian alam yang mempunyai ekosistem memiliki habitat spesifik sehingga sangat
asli, dikelola dengan sistem zonasi yang berguna sebagai indikasi atau peringatan dini
dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu akan terjadinya perubahan kualitas lingkungan
pengetahuan, pendidikan, menunjang (Sardi et al., 2014). Tujuan dilakukannya
budidaya, pariwisata, dan rekreasi. penelitian ini yaitu untuk mengetahui
Kawasan TNBTS masuk ke dalam 4 keanekaragaman dan kemerataan jenis
kabupaten, yaitu Kabupaten Probolinggo, herpetofauna yang ada di beberapa Resort
Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang, TNBTS, dikarenakan kurangnya eksplorasi
dan Kabupaten Malang (Surat Keputusan mengenai herpetofauna di beberapa wilayah
Menteri Kehutanan Nomor: 6186/Kpts- Kawasan TNBTS.
II/2002). Sesuai dengan Surat Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor: 178/Menhut- METODE PENELITIAN
II/2005, TNBTS dibagi menjadi 3 wilayah, Penelitian ini dilakukan di kawasan
yaitu Wilayah Kabupaten Pasuruan dan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
Probolinggo, Wilayah Kabupaten Lumajang (TNBTS) wilayah Kabupaten Lumajang, Jawa
dan Wilayah Kabupaten Malang. Setiap Timur pada tanggal 10-16 Februari 2019.
wilayah memiliki Kantor Seksi dan di bawah Lokasi pengambilan data dibagi menjadi 3 titik,
Kantor Seksi terdapat beberapa Resort yaitu Ranu Darungan, Ranu Pani, Ranu Regulo,
Konservasi Wilayah. Wilayah Kabupaten dan Senduro (Blok Ireng-Ireng) (Gambar 1).
Lumajang memiliki beberapa Resort yang Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu
dikelola, di antaranya yaitu Resort Ranu alat tulis, tally sheet, GPS, senter, kamera, grab
Darungan, Resort Senduro dan Resort Ranu stick, snake hook, dan buku identifikasi
Pane. Ketiga Resort tersebut memiliki Panduan Lapang Herpetofauna (Amfibi dan
ketersediaan air yang cukup melimpah dengan Reptil) Taman Nasional Alas Purwo
ekosistem perairan yang berbeda-beda. (Yanuarefa et al., 2012), Panduan Bergambar
Herpetofauna merupakan kelompok Identifikasi Amfibi Jawa Barat (Kusrini, 2013).
hewan melata yang terdiri dari 2 kelas berbeda, Metode yang digunakan pada penelitian
yaitu Reptil dan Amfibi. Meskipun berbeda ini yaitu Visual Encounter Survey (VES) yang
kelas namun mereka memiliki kesamaan dikombinasikan dengan metode transek dengan
habitat yaitu berhabitat di daerah lembab dan 2 tipe habitat yaitu akuatik dan terestrial.
dekat dengan air. Herpetofauna memiliki peran Pengamatan pada habitat akuatik dilakukan
yang sangat penting di dalam suatu ekosistem sepanjang jalur mengikuti aliran sungai
yaitu sebagai penyusun rantai makanan bahkan sepanjang 300 m, sedangkan pada habitat
beberapa di antaranya dapat dijadikan terestrial dilakukan di sepanjang jalan setapak
bioindikator kerusakan habitatnya (Yani et al., di sekitar aliran sungai sepanjang 1 km.
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar 264
ISBN: 978-602-72245-5-1
Prosiding Seminar Nasional Biologi di Era Pandemi COVID-19
Gowa, 19 September 2020
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/psb/
Pengamatan dilakukan pada pukul 19.00-22.00 kemudian ditabulasi dan dilakukan analisis.
WIB. Objek yang didapatkan kemudian Analisis data yang digunakan yaitu indeks
dilakukan didokumentasi dan keanekaragaman jenis berdasarkan Shannon-
diidentifikasisecara langsung di lapangan Wiener, indeks kemerataan jenis dan indeks
dengan menggunakan buku identifikasi yang dominansi (Magurran, 2004).
telah disiapkan. Objek yang telah teridentifikasi
Gambar 2. Spesies reptil yang ditemukan: A) Ahaetulla prasine; B) Bronchocela jubata; C) Elapoides fusca;
D) Eutropis multifasciata; E) Gekko gecko; dan F) Pareas carinatus
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar 265
ISBN: 978-602-72245-5-1
Prosiding Seminar Nasional Biologi di Era Pandemi COVID-19
Gowa, 19 September 2020
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/psb/
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar 266
ISBN: 978-602-72245-5-1
Prosiding Seminar Nasional Biologi di Era Pandemi COVID-19
Gowa, 19 September 2020
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/psb/
Hasil analisis data didapatkan bahwa yang mana habitat besar bagi Amphibia dan
indeks keanekaragaman (H’) pada Ranu Reptilia yaitu akuatik dan terestrial. Habitat
Darungan, Ranu Pani dan Ranu Regulo serta akuatik meliputi kolam dan sungai, sementara
Blok Ireng-Ireng berturut-turut adalah 1,96; habitat terestrial meliputi hutan rimbun maupun
0,64; dan 1,81 (Grafik 1). Indeks pepohonan. Vegetasi hutan asri di Ranu
keanekaragaman Ranu Darungan dan Blok Darungan dan Blok Ireng-Ireng yang rimbun
Ireng-Ireng termasuk ke dalam kriteria dan lahan hijau tidak terkonversi menjadi lahan
keanekaragaman sedang. Ranu Darungan perkebunan, juga terdapat danau dan sungai
berada di Kawasan TNBTS Kecamatan yang mengalir cukup deras saat musim
Pronojiwo yang memiliki ketinggian 830 mdpl penghujan sehingga kondisi yang lembab
sedangkan Blok Ireng-Ireng berada di menjadi habitat yang cocok bagi herpetofauna
Kecamatan Senduro. Faktor yang dalam bertahan hidup dan berkembang biak
menyebabkan Ranu Darungan dan Blok Ireng- (Iskandar, 1998).
Ireng termasuk indeks keanekaragaman sedang
Keanekaragaman Herpetofauna
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
Ranu Darungan Ranu Pani & Ranu Blok Ireng-Ireng
Regulo
H' E D
Indeks keanekaragaman terendah pada Regulasi suhu tubuh tersebut sangat ideal bagi
Ranu Pani dan Ranu Regulo. Ranu Pani dan Reptilia dan daerah yang dingin tidak
Ranu Regulo berada di ketinggian 2.114 mdpl menguntungkan. Begitu juga pada Amphibia
Kecamatan Senduro. Faktor yang apabila suhu sangat dingin, Amphibia susah
menyebabkan rendahnya indeks dalam melakukan perkembangbiakan dan
keanekaragaman di Ranu Pani dan Ranu bertelur, sebab Amphibia memerlukan suhu
Regulo adalah suhu yang terlalu dingin dan dan kelembapan yang cukup untuk melindungi
kelembapan yang kurang sesuai menyebabkan diri dari kekeringan pada kulitnya. Suhu dingin
herpetofauna susah ditemui saat pengamatan mengakibatkan kulit Amphibia semakin kering
(Tabel 2). Reptilia banyak berdiam diri dan (Subeno, 2018). Selain itu, Ranu Pani dan Ranu
menghangatkan tubuhnya di dalam hutan. Regulo berada di ketinggian yang cukup tinggi
Karena Reptilia membutuhkan sumber panas berada di cukup dekat dengan Gunung Semeru.
dari luar tubuhnya untuk meningkatkan suhu Vegetasi habitat didominasi oleh pepohonan
tubuh agar dapat beraktivitas normal sebaliknya tinggi panjang seperti pohon cemara. Luas areal
untuk menurunkan suhu tubuh agar tetap Ranu Pani & Ranu Regulo berkisar antara 0,75
optimum Reptilia berlindung di bawah naungan ha, dan tidak terlalu banyak jenis dan jumlah
untuk mengurangi penguapan berlebih. individu fauna di dalamnya. Menurut Kusrini
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar 267
ISBN: 978-602-72245-5-1
Prosiding Seminar Nasional Biologi di Era Pandemi COVID-19
Gowa, 19 September 2020
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/psb/
(2007), letak geografis dan kondisi habitat dengan banyaknya jenis dan jumlah individu
suatu kawasan akan mempengaruhi pada setiap jenis komponen penyusun suatu
keanekaragaman dan akan berhubungan komunitas dalam ekosistem.
Tabel 2. Suhu dan kelembapan di kawasan TNBTS
Kondisi Lingkungan
Lokasi
Suhu Kelembapan
Ranu Darungan 23,3oC 78%
Ranu Pani 17oC 82,5%
Ranu Regulo 14oC 95,6%
Blok Ireng-Ireng 21oC 80%
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar 269